I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai konsep dan aplikasi kimia larutan dan koloid dalam kehidupan sehari-hari
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan definisi larutan, zat terlarut dan pelarut
2. Menjelaskan jenis-jenis larutan
3. Menjelaskan gaya yang bekerja dalam larutan
4. Menjelaskan perubahan energy dalam proses pelarutan
5. Melakukan perhitungan konsentrasi larutan (molaritas, molalitas, fraksi mol)
6. Menentukan sifat koligatif larutan
7. Menjelaskan pengaruh zat teriarut yang sukar menguap terhadap tekanan uap
pelarut.
8. Membandingkan sifat koligatif beberapa larutan
9. Menganalisis sifat koligatif larutan untuk menentukan derajat ionisasi larutan elektrolit
10. Menjelaskan pengertian osmosis dan tekanan osmosis serta terapannya.
11. Menghitung tekanan osmosis larutan elektrolit dan non elektrolit.
12. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut.
13. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau
pengendapannya.
14. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air .
15. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp
atau sebaliknya
16. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
17. Menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya
18. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp
19. Menjelaskan perbedaan sistim koloid dengan larutan dan suspense
20. Mengelompokkan jenis sistim koloid berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi
21. Menjelaskan sifat sistim koloid
22. Menjelaskan cara pembuatan sistim koloid
23. Menjelaskan cara penstabilan sistim koloid
24. Menjelaskan aplikasi dan kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari
Gambar 1.1 Dua jenis larutan. (a) Iarutan padatan substitusional yang partikel zat terlarutnya
menggantikan partikel dalam kisi induk (pelarut). (b) Larutan padatan interstisial yang
partikel zat terlarutnya mengisi rongga di antara partikel dalam kisi induk.
Larutan padatan interstisial adalah jenis lain dan terbentuk dengan menempatkan
atom ke dalam rongga (interstisial) yang ada dalam kisi induk. Ini dilukiskan dalam Gambar
1.1. Walfram karbida (WC), ialah zat sangat keras yang banyak digunakan sebagai alat
pemotong pada mesin-mesin baja, merupakan contoh larutan padatan interstisial. Atom
walfram tersusun dalam pola kubus pusat muka dengan atom karbon dalam rongga
oktahedral, yaitu rongga dalam kristal di mana atom karbon di kelilingi oleh enam atom
walfrom pada sudut-sudut tetrahedral.
Tabel 1.1 Jenis larutan
Keadaan Larutan Pelarut Zat Telarut Contoh
Gas Gas Gas Udara
Cair Cair Gas O2 dalam air
Cair Cair Cair Alkohol dalam air, larutan cuka
Cair Cair Padat Garam dalam air, I2 dalam CCl4
Padat Padat Gas Batu apung, H2/ Pt
Padat Padat Cair Hg/Ag, Hg/Na
Padat Padat Padat Perak dalam emas
Perubahan energi dalam proses pelarutan ditentukan interaksi yang terjadi didalam molekul
pelarut, zat terlarut serta interaksi antar pelarut dan partikel zat terlarut. Perubahan energi
(Entalpi) melibatkan:
1. Pemisahan/ pemutusan interkasi antar molekul zat terlarut, endoterm (∆H1>0)
2. Pemisahan/pemutusan interaksi antar molekul pelarut, endoterm (∆H2>0)
3. Interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, eksoterm (∆H3<0)
Bila: ∆Hpelarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 < 0 maka proses pelarutan adalah eksoterm
∆Hpelarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 > 0 maka proses pelarutan adalah endoterm
Bila besaran gaya tarik/interaksi antara zat terlarut dan pelarut sesuai besarannya dengan interaksi
antara partikel zat terlarut dan interaksi antara partikel pelarut, maka akan terjadi proses pelarutan.
Panas hidrasi : proses pelarutan padatan ionik dalam air. ∆Hsolvent dan ∆Hmix dalam proses
solvasi sulit diamati secara terpisah, yang dapat diukur adalah kombinasi dua ∆H tersebut.
Solvasi dalam air = hidrasi , ∆Hsolution = ∆Hsolut + ∆Hhidrasi
Energi yang dibutuhkan untuk memisahkan ion solut (∆Hsolut) menjadi ion gas = - energi kisi,
dengan ∆Hsolut >>>> 0. ∆Hsolution = -∆Hkisi + ∆Hhidrasi ion. Perlu diingat bahwa entalpi reaksi
pembentukan padatan dari ion gas penyusunnya disebut entalpi/energi kisi.
Contoh K+(g) + F-(g) KF(s) ∆H0kisi = -821 kJ
(a) (b)
Gambar 1.7 Gambar Kelarutan sebagai fungsi temperatur, (a) Kelarutan beberapa garam
dalam air, (b) Kelarutan gas
Untuk gas, proses pelarutannya adalah eksoterm sehingga kenaikan suhu akan menurunkan
kelarutan gas.
3. Pengaruh tekanan terhadap kelarutan
Gas + pelarut larutan
Hukum Henry: Sgas = kH x pgas
Sgas = kelarutan gas, dan kH = tetapan Henry
Perubahan tekanan tidak mempengaruhi kelarutan zat padat dan cair secara signifikan. Dalam
fasa gas, tekanan sangat mempengaruhi kelarutannya dalam zat cair. Kelarutan gas dalam zat
cair sebanding dengan tekanan gas pada permukaan cairan, sesuai dengan Hukum Henry:
Gambar 1.10 Reaksi antara trigliserida dan NaOH membentuk sabun dan gliserol
Sabun mempunyai daya pembersih karena mempunyai sifat aktif permukaan (surfaktan
(surfaktan) yang
cenderung terkonsentrasi pada permukaan air. Gugus CO2- yang polar (hidrofilik) terorientasi ke arah
molekul air yang polar. Sedangkan gugus non polar menjauhi air. Gugus non polar akan berinteraksi
dengan gugus-gugus
gugus non polar, misalnya minyak. Sehingga
Sehingga minyak/ kotoran dapat membentuk
emulsi dengan air yang mengandung surfaktan, seperti air sabun atauair detergent
detergent.
Sabun cair dibuat dengan menggantikan ion Na+ dengan K+ atau NH4+ yang membentuk
garam yang relatif lebih mudah larut dalam air. Kelemahan sabun adalah dapat membentuk endapan
ion Ca2+, Mg2+, atau Fe3+. Air
garam asam lemak dengan ion-ion ir yang banyak mengandung ion tersebut
disebut air sadah. Akibatnya, proses pembersihan d
dengan
engan menggunakan air sadah menjadi tidak
efektif. Sebagai jalan keluarnya, dibuat zat pembersih yang tidak membentuk endapan dengan ion
ion-
ion yang menimbulkan kesadahan, disebut sebagai detergent sintetik. Detergent sintetik terdiri dari
molekul yang sangatt panjang, gugus hidrokarbon yang berikatan dengan gugus hidrofilik (polar)
seperti SO3- atau -OSO3- .
Dry cleaning adalah proses pencucin dengan menggunakan pelarut organik. Misalnya hidrokarbon
yang diisolasi dari minyak bumi. Sekarang banyak digunakan hidrokarbon terhalogenasi seperti
trikloroetana (Cl3C-CH3), trikloroetilena (Cl2C=CHCl) dan tetrakloroetilena (Cl2C=CCl2).
3.1.6 Satuan Konsentrasi dalam Larutan
Sifat fisis larutan
n ditentuk
ditentukan oleh proporsi relatif komponen-komponennya,
komponennya, atau
konsentrasi berbagai komponen larutan. Beberapa cara untuk menyatakan konsentrasi yang
telah dipelajari misalnya molaritas dan normalitas, yaitu satuan konsentrasi yang sangat
berguna bila berurusan dengan soal yang melibatkan stoikiometri reaksi yang
berlangsung dalam larutan. Dengan cara yang sama, beberapa satuan konsentrasi
ternyata juga memudahkan pengungkapan sifat fisis larutan. Satu hal yang penting untuk
diingat ialah bahwa semua satuan konsentrasi menyatakan perbandingan. Camkan dalam
pikiran Anda bahwa satuan berkaitan dengan pembilang dan penyebut.
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut di dalam sejumlah tertentu pelarut
atau larutan.
jumlah zat terlarut
konsentrasi =
jumlah pelarut atau laru tan
Beberapa pernyataan satuan konsentrasi:
mol zat terlarut
Molaritas (M) =
liter laru tan
mol zat terlarut
Molalitas (m) =
kg pelarut
Larutan jenuh H2S dalam air dapat dibut dengan meniupkan H2S(g) hingga tidak lagi terbentuk
gelembung. Hitung molalitas larutan H2S jika larutan jenuhnya mngandung 0,385 g H2S (Mr = 34)
dalam 100 g air pada suhu 20oC dan 1 atm.
Tabel 1.1 Satuan konsentrasi larutan
Istilah konsentrasi Rasio Unit
Molaritas (M) mol zat terlarut mol/L
liter laru tan
Molalitas (m) mol zat terlarut mol/Kg
kilogram pelarut
Fraksi massa (% w/w) massa zat terlarut %
massa larutan
Fraksi volum (%v/v) volum zat terlarut %
volum larutan
Fraksi mol (X) mol zat terlarut %
mol zat terlarut + mol pelarut
mol pelarut
Fraksi mol pelarut (Xpelarut) =
mol zat terlarut + mol pelarut
Perlu diingat bahwa nilai fraksi mol paling tinggi = 1, sehingga Xpelarut + Xzat terlarut = 1
c
Gambar 1.12 (a) Model molekul pelarut, (b) Berkurangnya molekul plarut dalam fasa uap
karena adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap, (c) Diagram fasa,
pengaruh tekanan uap terhadap titik didih dan titik beku.
Tekanana uap suatu larutan bergantung pada kemurnian larutan tersebut. Pengotor dalam
suatu materi dapat menyebabkan perubahan pada diagram fasanya dengan membuat
daerah liquid menjadi lebih besar.
A. Sifat koligatif dari larutan nonelektrolit yang tak mudah menguap
1. Penurunan tekanan uap
Hukum Raoult: Ppelarut = Xpelarut x Popelarut
Gambar: 1.14 (a) model proses krenasi, (b) model proses homolisis.
Krenasi (crenation) disebabkan oleh pergerakan air keluar dari suatu sel dalam larutan
hipertonik. Hemolisis (hemolysis) disebabkan oleh pergerakan air ke dalam sel dalam
larutan hipotonik.
Penurunan tekanan uap dalam larutan elektrolit yang mudah menguap
Ppelarut = Xpelarut x Popelarut Psolut = Xsolut x Posolut
i=
(∆Tf )terukur
(∆Tf )terhitung
Tabel 2.3 memuat nilai faktor i untuk beberapa elektrolit kuat. Untuk NaCI, KCI, dan
MgSO 4, i mendekati 2 bila larutan semakin encer. Untuk K 2SO 4, i mendekati 3
sebagaimana kita duga. Efek muatan ion pada tarikan antarion menarik untuk
dibandingkan. Untuk NaCI, nilai i berubah sekitar 5% dari 0,1 m ke 0,001 m .
Untuk K 2SO 4, yang ionnya bermuatan dua kali lebih besar (SO42-), i berubah sekitar 22%
karena pengenceran yang sama. Bila ada dua muatan yang dua kali lebih besar
sebagaimana pada MgSO4, faktor i berubah sekitar 50% karena pengenceran yang sama.
Pengamatan ini tidak mengherankan karena semakin besar muatan kation, semakin besar
[AgCl (s)]
Konsentrasi padatan murni tidak tergantung pada jumlah padatan yang tersedia,
dengan kata lain konsentrasi padatan merupakan suatu konstanta sehingga tercakup dalam
Kc, sehingga Kc [AgCl(s)] = Ksp = [Ag+][Cl-]. Tetapan kesetimbangan dari kesetimbangan
antara garam atau basa yang sedikit larut disebut Tetapan Hasil Kali Kelarutan dan
dinyatakan dengan Ksp. Harga Ksp merupakan perkalian antara konsentrasi kation dan
konsentrasi anion dipangkatkan koefisiennya.
AxBy(s) xAy+(aq) + yBx-(aq)
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y.
Keterangan : x = bilangan yang menunjukan jumlah kation (Ay+)
y = bilangan yang menunjukan jumlah anion (Bx-)
untuk reaksi CaF2 (s) Ca2+(aq) + 2F-(aq)
Ksp = [Ca2+][F-]2
Untuk reaksi Mg(OH)2(s) Mg2+(aq) + 2OH-(aq)
Ksp = [Mg2+][OH-]2
Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4-(aq).
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
Konsentrasi kesetimbangan ion Ag+ dan CrO4- dalam larutan jenuh dapat dikaitkan
dengan kelarutan Ag2CrO4, yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi (perbandingan koefisien
reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s yaitu jumlah mol Ag2CrO4 yang
dapat larut secara maksimum dalam 1 L larutan, maka konsentrasi ion Ag+ dalam larutan itu
sama dengan 2s dan konsentrasi ion CrO4- sama dengan s.
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO4-(aq)
s 2s s
Dengan demikian, nilai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat dikaitkan
dengan nilai kelarutannya (s) sebagai berikut:
Ksp = [Ag+]2 [CrO4-]
= (2s)2 (s) = 4s3
Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk
senyawa elektrolit AxBy dapat dinyatakan
AxBy (s) xAy+(aq) + yBx-(aq)
s xs ys
y+ x x- y
Ksp = [A ] [B ] .
= (xs)x (ys)y = xy yy s(x+y)
K sp
s= x+ y
x x yy
x
Garam yang harga x dan y sama, harga kelarutan (tingkat kelarutan) berbanding lurus
dengan harga Ksp. Semakin besar harga Ksp garam tersebut semakin mudah larut. Semakin
kecil harga Ksp garam tersebut semakin sukar larut.
Perhitungan yang melibatkan Ksp dapat dibagi dalam 3 kategori
1. Menghitung Ksp dari data kelarutan, memerlukan informasi tentang konsentrasi,
massa/volume atau tekanan
2. Menghitung kelarutan dari data Ksp
3. Persoalan tentang terjadinya pengendapan, Effek ion Sejenis dan menentukan
konsentrasi pada berbagai pH
Contoh: Tentukanlah Ksp dari Bi2S3 bila kelarutannya 1,0 x 10-15 M
Jawab: Bi2S3 (s) 2 Bi3+(aq) + 3S2-(aq)
KSP = [Bi3+]2[S2-]3
Misalkan yang terlarut x mol Bi2S3
Bi2S3 (s) 2 Bi3+ (aq) + 3 S2- (aq)
X 2x 3x
Diketahui X= 1,0 x 10-15 M
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
KSP = [Bi3+]2[S2-]3
= [2(1,0 x 10-15)]2 [3(1,0 x 10-15)]3
= 1,1 x 10-73
Contoh: Pada suhu tertentu, kelarutan Ca(OH)2 adalah 0,074 g dalam 100 mL larutan.
Tentutan Ksp Ca(OH)2 bila (Mr Ca(OH)2 = 74).
Jawab:
massa 0,074 g
Jumlah mol Ca(OH)2 = = =10 −3 mol
Mr 74 g mol −1
n 10 −3 mol
Kelarutan Ca(OH)2 = = = 10 −2 mol L−1
V 0,1 L
Misalkan yang terlarut x mol Ca(OH)2(s)
Ca(OH)2(s) Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
x x 2x
2+ - 2
Ksp = [Ca ] [OH ]
Ksp = (x)(2x)2 = 4 (10-2)3 = 4 x 10-6
Jadi, Ksp Ca(OH)2 pada suhu tertentu = 4 x 10-6.
Contoh: Berikut ini manakah yang kelarutannya paling kecil ?
– AgCl Ksp = 1,6 x 10-10
– AgI Ksp = 1,5 x 10-16
– AgBr Ksp = 5,0 x 10-13
– Mg(OH)2 Ksp = 8,9 x 10-12
– Ag3PO4 Ksp = 1,8 x 10-18
Jawab:
Untuk AgCl Ksp = 1,6 x 10-10
AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl- (aq)
Ksp = 1,6 x 10-10 = [Ag+][Cl-] = X2
x = 1,3 x 10-5
Dengan penyelesaian yang sama maka diperoleh:
– AgCl Ksp = 1,6 x 10-10 X = 1,3 x 10-5 M
– AgI Ksp = 1,5 x 10-16 X = 1,2 x 10-8 M
– AgBr Ksp = 5,0 x 10-13 X = 7,1 x 10-7 M
– Mg(OH)2 Ksp = 8,9 x 10-12 X = 1,3 x 10-4 M
– Ag3PO4 Ksp = 1,8 x 10-18 X = 1,6 x 10-5 M
Kelarutan yang paling kecil adalah AgI Ksp = 1,5 x 10-16 X = 1,2 x 10-8 M
pH dan Kelarutan
Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dan berbagai jenis zat.
Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih
sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah
akan lebih mudah larut dalam slarutan yang bersifat asam kuat.
Besarnya pH jenuh sesuai banyaknya ion H+ atau ion OH- yang terlarut. Konsentrasi
ini sangat bergantung pada besarnya harga Ksp sehingga kelarutan semakin besar. Berarti
pH larutan asam akan semakin kecil, sedangkan pH larutan basa akan semakin besar.
Konsentrasi ion H+ atau ion OH- dapat ditentukan dengan cara menghitung harga
kelarutannya di dalam air.
pH yang terbaik untuk menghilangkan Pb, dalam a) pH = 7,00 atau b) pH = 13,00 ? Bila
Pada pH lebih tinggi, kelarutan Pb2+ berkurang atau lebih kecil. Maka pH yang baik untuk
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang tergolong larutan,koloid,
atau suspensi.
Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alcohol 70%, larutan cuka, air laut,
udara yang bersih, dan bersin
Contoh koloid : sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega dan mayonnaise
Contoh suspensi : air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan
air, dan campuran minyak dengan air
3.3.2 Pengelompokkan Sistem Koloid
Dalam system koloid baik fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa
gas, cair, atau padat. Fase terdispersi adalah zat dalam koloid yang jumlahnya lebih kecil,
sedangkan medium pendispersi adalah zat dalam koloid yang jumlahnya lebih besar.
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya ada delapan (8) jenis system
koloid. Pengelompokkannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.4 Pengelompokan Sistem Koloid
No Fase Fase System Contoh
terdispersi Pendispersi koloid
1 Padat Gas Aerosol padat Agar-agar, lem padat, asap,
debu, buangan knalpot
2 Padat Cair Sol Tinta, cat, kanji, air Lumpur,
putih telur, sol emas
3 Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam,
batu pernata, perunggu
4 Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan, obat semprot
5 Cair Cair Emulsi Santan, susu, minyak ikan
6 Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, selai,, lateks,
mutiara
7 Gas Cair Buih, busa Buih sabun, krim kocok, ombak
8 Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
stirofoam.
2. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid.
Efek Tyndall pertama kali dikemukakan oleh John Tyndall (1820 – 1893). Efek Tyndall
digunakan untuk membedakan system koloid dengan larutan sejati. Salah satu cara yang
sederhana untuk membuktikan itu adalah menjatuhkan seberkas cahaya kepada larutan
tersebut. Pada larutan sejati , cahaya tersebut akan diteruskan (transparan) sedangkan
pada koloid cahaya tersebut akan dihamburkan. Sehingga berkas cahaya yang melalui
koloid dapat diamati dari arah samping.
Dalam kehidupan sehari-hari efek Tyndall dapat terlihat pada gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Langit pada siang hari berwarna biru , sedangkan ketika matahari terbenam , langit di
ufuk barat berwarna jingga atau merah.
b. Di dalam kamar yang gelap dan berdebu , seberkas sinar yang masuk melalui celah
kecil akan terlihat lebih jelas sebagai berkas sinar yang lurus.
c. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu.
d. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut atau jalan yang berdebu akan terlihat
lebih jelas
V. EVALUASI
Konsentrasi Larutan
1. Pada suhu 25 0C larutan jenuh Cl2 dalam air dibuat dengan melarutkan 5,77 g Cl2(g) dalam
air sehingga diperoleh volume tepat 1 L larutan. Berapa molaritas larutan Cl2 (Mr = 71)?
2. Berapa gram CuSO4 · 5 H2O yang harus dilarutkan untuk membuat 2 liter larutan 0,01M
CuSO4.
3. Jelaskan satuan-satuan konsentrasi larutan!
4. Berapakah fraksi mol MgSO4 pada larutan MgSO4 20 % w/v (Mr MgSO4 = 120)?
5. Garam NaCl dan I2 larut dalam air. I2 juga larut dalam kloroform sedangkan NaCl tidak
larut. Bila kloroform dan air tidak saling melarut maka berdasarkan sifat ini, bagaimana
cara memisahkan suatu larutan campuran Na2SO4 dan I2?
6. Sebuah sample obat gosok mengandung 142 g isopropanol (C3H7OH) dan 58,0 g air.
Berapakah fraksi mol alkohol dan air?
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
7. Berapa fraksi mol, molalitas dan % berat CuCl2 dalam suatu larutan yang dibuat dengan
melarutkan 0,30 mol CuCl2 dalam 40 mol air ?