Anda di halaman 1dari 32

BAB I

KIMIA LARUTAN DAN KOLOID

I. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai konsep dan aplikasi kimia larutan dan koloid dalam kehidupan sehari-hari
II. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan definisi larutan, zat terlarut dan pelarut
2. Menjelaskan jenis-jenis larutan
3. Menjelaskan gaya yang bekerja dalam larutan
4. Menjelaskan perubahan energy dalam proses pelarutan
5. Melakukan perhitungan konsentrasi larutan (molaritas, molalitas, fraksi mol)
6. Menentukan sifat koligatif larutan
7. Menjelaskan pengaruh zat teriarut yang sukar menguap terhadap tekanan uap
pelarut.
8. Membandingkan sifat koligatif beberapa larutan
9. Menganalisis sifat koligatif larutan untuk menentukan derajat ionisasi larutan elektrolit
10. Menjelaskan pengertian osmosis dan tekanan osmosis serta terapannya.
11. Menghitung tekanan osmosis larutan elektrolit dan non elektrolit.
12. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut.
13. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau
pengendapannya.
14. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air .
15. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp
atau sebaliknya
16. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
17. Menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya
18. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp
19. Menjelaskan perbedaan sistim koloid dengan larutan dan suspense
20. Mengelompokkan jenis sistim koloid berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi
21. Menjelaskan sifat sistim koloid
22. Menjelaskan cara pembuatan sistim koloid
23. Menjelaskan cara penstabilan sistim koloid
24. Menjelaskan aplikasi dan kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari

III. URAIAN MATERI


3.1 KIMIA LARUTAN
Larutan terdiri dari pelarut (solvent, komponen terbesar) dan zat terlarut (solute).
Larutan terbentuk bila satu zat (solute) atau lebih dapat terdispersi secara homogen dalam
zat lainnya (pelarut/solvent), sehingga fasanya sama dengan fas pelarutnya. Zat terlarut
dapat terdispersi secara homogen karena ada interaksi antara zat terlarut dan pelarut.
Interaksi antar molekul dapat terjadi bila ada kesesuaian sifat antara molekul zat terlarut
dengan pelarutnya. Pembagian jenis larutan sesuai dengan fasa pendispersi (pelarut) dan
zat terlarutnya. Jenis larutan yang paling sering kita jumpai salah satunya terdiri dari zat
terlarut yang dilarutkan dalam cairan, yang akan menjadi perhatian kita dalam materi ini.
Larutan yang berupa cairan dapat dibuat dengan melarutkan padatan dalam cairan

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


(misalnya, NaCl dalam air), cairan dalam cairan (misalnya etilena glikol dalam air - yaitu
larutan anti beku atau anti mendidih dalam karburator), atau gas dalam cairan (misalnya,
minuman berkarbonat, yang mengandung karbon dioksida terlarut). Di samping larutan yang
berupa cairan, ada pula larutan yang berupa gas, misalnya atmosfer yang menyelimuti
bumi, demikian pula larutan yang berupa padatan yang terbentuk bila zat dilarutkan dalam
padatan. Larutan padatan, antara lain logam campur (alloy, campuran logam), terdiri dari
dua jenis. Larutan padatan substitusional terjadi bila atom, molekul, atau ion dari suatu
zat menggantikan tempat partikel lain dalam kisi kristal (Gambar 2.1). Seng sulfida dan
kadmium sulfida membentuk campuran sedemikian rupa sehingga ion kadmium secara
acak menggantikan ion seng dalam kisi ZuS. Contoh lain ialah kuningan, yaitu larutan
padatan substitusional dari tembaga dan seng.

Gambar 1.1 Dua jenis larutan. (a) Iarutan padatan substitusional yang partikel zat terlarutnya
menggantikan partikel dalam kisi induk (pelarut). (b) Larutan padatan interstisial yang
partikel zat terlarutnya mengisi rongga di antara partikel dalam kisi induk.
Larutan padatan interstisial adalah jenis lain dan terbentuk dengan menempatkan
atom ke dalam rongga (interstisial) yang ada dalam kisi induk. Ini dilukiskan dalam Gambar
1.1. Walfram karbida (WC), ialah zat sangat keras yang banyak digunakan sebagai alat
pemotong pada mesin-mesin baja, merupakan contoh larutan padatan interstisial. Atom
walfram tersusun dalam pola kubus pusat muka dengan atom karbon dalam rongga
oktahedral, yaitu rongga dalam kristal di mana atom karbon di kelilingi oleh enam atom
walfrom pada sudut-sudut tetrahedral.
Tabel 1.1 Jenis larutan
Keadaan Larutan Pelarut Zat Telarut Contoh
Gas Gas Gas Udara
Cair Cair Gas O2 dalam air
Cair Cair Cair Alkohol dalam air, larutan cuka
Cair Cair Padat Garam dalam air, I2 dalam CCl4
Padat Padat Gas Batu apung, H2/ Pt
Padat Padat Cair Hg/Ag, Hg/Na
Padat Padat Padat Perak dalam emas

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


3.1.1 Gaya intermolekuler dalam larutan
Agar suatu zat dapat melarut dalam zat lain, harus terjadi 3 peristiwa:
1. partikel zat terlarut harus terpisah satu dengan yang lain
2. partikel pelarut harus terpisah  memberika ruang pada partikel zat terlarut
3. partikel zat terlarut dan pelarut harus bercampur

Gambar 1.2 Penampakan sekala molekul pembentukan larutan air-metanol


Prinsip dalam pembentukan suatu larutan adalah sebagai brikut:
a. Like dissolves like
b. zat-zat dengan gaya intermolekuler yang mirip akan saling melarutkan.
c. zat yang polar larut dalam zat polar (alkohol dalam air)
d. zat non polar larut dalam zat non polar (heksana dalam oktana)
e. zat nonpolar tidak larut dalam zat polar (heksana tidak larut dalam air)

Gambar 1.3 Jenis-jenis interaksi dalam pembentukan larutan


Contoh-contoh pembentukan larutan:
a. Pelarutan NODA LEMAK dengan bantuan SURFAKTAN

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Gambar 1.4 model pelarutan noda lemak dengan surfaktan
b. Pelarutan gas H2 dalam logam mulia

3.1.2 Perubahan energi dalam proses pelarutan


Panas pelarutan dan siklus pelarutan:
a. solut terpisah menjadi partikel-partikel
solut(agregat) + panas  solut partikel) ∆Hsolut > 0

b. solven terpisah menjadi partikel-partikel


solven(agregat) + panas  solven(partikel) ∆Hsolven > 0

c. partikel-partikel solut dan solven bercampur


solut(partikel) + solven)partikel)  larutan + panas ∆Hmix < 0

Hukum Hess: ∆Hsolution = ∆Hsolut + ∆Hsolven + ∆Hmix

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


∆Hpelarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3< 0 ∆Hpelarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 > 0
Eksoterm Endoterm
Gambar 1.5 Diagram ∆Hpelarutan pada pelarutan eksotermis dan endotermis
Keterangan: ∆H1= Entalpi pemisahan antar partikel zat terlarut, <0;
∆H2= entalpi pemisahan antar molekul pelarut,<0;
∆H3= entalpi pembentukan /interaksi pelarut-zat terlarut, > 0

Perubahan energi dalam proses pelarutan ditentukan interaksi yang terjadi didalam molekul
pelarut, zat terlarut serta interaksi antar pelarut dan partikel zat terlarut. Perubahan energi
(Entalpi) melibatkan:
1. Pemisahan/ pemutusan interkasi antar molekul zat terlarut, endoterm (∆H1>0)
2. Pemisahan/pemutusan interaksi antar molekul pelarut, endoterm (∆H2>0)
3. Interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, eksoterm (∆H3<0)
Bila: ∆Hpelarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 < 0 maka proses pelarutan adalah eksoterm
∆Hpelarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 > 0 maka proses pelarutan adalah endoterm
Bila besaran gaya tarik/interaksi antara zat terlarut dan pelarut sesuai besarannya dengan interaksi
antara partikel zat terlarut dan interaksi antara partikel pelarut, maka akan terjadi proses pelarutan.
Panas hidrasi : proses pelarutan padatan ionik dalam air. ∆Hsolvent dan ∆Hmix dalam proses
solvasi sulit diamati secara terpisah, yang dapat diukur adalah kombinasi dua ∆H tersebut.
Solvasi dalam air = hidrasi , ∆Hsolution = ∆Hsolut + ∆Hhidrasi

M+(g) [atau X-(gas)] →



H2O
M+(aq) [atau X-(aq)] ∆Hhidrasi ion (selalu <0)

Energi yang dibutuhkan untuk memisahkan ion solut (∆Hsolut) menjadi ion gas = - energi kisi,
dengan ∆Hsolut >>>> 0. ∆Hsolution = -∆Hkisi + ∆Hhidrasi ion. Perlu diingat bahwa entalpi reaksi
pembentukan padatan dari ion gas penyusunnya disebut entalpi/energi kisi.
Contoh K+(g) + F-(g)  KF(s) ∆H0kisi = -821 kJ

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


3.1.3 Klarutan sebagai proses kesetimbangan
Larutan jenuh terjadi bila terbentuk kesetimbangan yang dinamis, yaitu keadaan dimana laju
pelarutan sama dengan laju kristalisasi.
larut
Zat terlarut(padat) + Pelarut larutan jenuh ∆Hpelarutan
kristalisasi
∆Hpelarutan > 0 ; endoterm; ∆Hpelarutan < 0 ; eksoterm
Larutan jenuh merupakan larutan yang mengandung jumlah zat terlarut maksimum
yang dapat larut pada kondisi tertentu. Pada larutan tak jenuh jumlah zat terlarut dalam
larutan itu masih kurang dan dapat ditambahkan sampai larutan tersebut jenuh, sedangkan
pada larutan lewat jenuh, jumlah zat terlarut melebihi jumlah yang dapat melarut seluruhnya
(jenuh) dalam pelarut. Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan solut (kristal) ↔ solut (terlarut)

Gambar 1.6 Contoh larutan lewat jenuh


Contoh, glukosa (C6H12C6) adalah senyawa kovalen polar yang larut dalam air (polar). Molekul air
akan mensolvasi/ menghidrasi molekul glukosa. Larutan jenuh C6H12C6 dalam air terbentuk dalam
kesetimbangan yang dinamis:
C6H12C6 (s) + H2O (l) C6H12C6 (aq)
Senyawa ionik NaCl mudah larut dalam air yang bersifat polar karena interaksi antara ion dan
molekul air yang polar, ion Cl- dengan kutub (+) dan ion Na+ dengan kutub (-) molekul H2O yang
dapat memutuskan energi kisi NaCl. Dalam larutan, molekul air akan mensolvasi ion-ion Na+ dan Cl-
3.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Beberapa factor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut adalah
1. Jenis pelarut dan zat terlarut
Proses pelarutan dapat terjadi bila ada kesesuaian interaksi antara pelarut dan zat terlarut.
Misalnya, pelarut polar dapat melarutkan senyawa-senyawa polar dan ionik.
Tabel 1.2. Kelarutan NaCl dalam Air dan Berbagai Alkohol
Formula Pelarut Nama Pelarut Kelarutan NaCl
(g/100 g pelarut)
H 2O Air 35,92
CH3OH metanol 1,40
CH3CH2OH etanol 0,065
CH3(CH2)2OH propanol 0,012
CH3(CH2)3OH butanol 0,005
CH3(CH2)4OH pentanol 0,0018
Semakin kecil kepolaran pelarut, maka kelarutan senyawa ionik (NaCl) semakin kecil.
2. Temperatur
Kelarutan suatu zat akan meningkat dengan kenaikan suhu bila entalpi pelarutan,
∆Hpelarutan > 0 (endoterm). Dan sebaliknya, bila proses pelarutan eksoterm, maka
kenaikan suhu akan menurunkan kelarutan zat. Sebagian besar garam-garam, proses
pelarutannya adalah endoterm.
Contohnya : KCl(s) + H2O → K+(aq) + Cl-(aq) ∆Hpelarutan = + 17,2 kJ/mol
Ce2(SO4)3 + H2O → 2 Ce 3+
(aq) + 3 SO4 -2
(aq) ∆Hpelarutan < 0
Kelarutan meningkat bila suhu naik, jika proses pelarutan adalah endotermis
(∆Hsolution > 0). Kelarutan menurun bila suhu naik, jika proses kelarutan adalah eksotermis
(∆Hsolution < 0)

(a) (b)
Gambar 1.7 Gambar Kelarutan sebagai fungsi temperatur, (a) Kelarutan beberapa garam
dalam air, (b) Kelarutan gas
Untuk gas, proses pelarutannya adalah eksoterm sehingga kenaikan suhu akan menurunkan
kelarutan gas.
3. Pengaruh tekanan terhadap kelarutan
Gas + pelarut  larutan
Hukum Henry: Sgas = kH x pgas
Sgas = kelarutan gas, dan kH = tetapan Henry

Gambar 1.8 Model pengaruh tekanan terhadap kelarutan gas, p1 < p2

Perubahan tekanan tidak mempengaruhi kelarutan zat padat dan cair secara signifikan. Dalam
fasa gas, tekanan sangat mempengaruhi kelarutannya dalam zat cair. Kelarutan gas dalam zat
cair sebanding dengan tekanan gas pada permukaan cairan, sesuai dengan Hukum Henry:

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Cg = k Pg
Cg = konsentrasi gas dalam larutan (Molaritas/M)
Pg = tekanan parsial gas di atas permukaan cairan
k = tetapan proporsional gas Hukum Henry, nilai k semakin kecil bila suhu semakin
tinggi (mol/L.atm)
3.1.5 Molekul Hidrofilik dan Hidrofobik
Dalam suatu molekul, gugus hidrofilik adalah gugus yang suka akan molekul air karena dapat
membentuk ikatan hydrogen, dan gugus hidrofobik adalah gugus non-polar
non polar yang tidak suka air. Bila
dalam suatu molekul terdapat gogus hidrofilik dan hidrofobik,
hidrofobik, maka molekul tersebut dinamakan zat
aktif permukaan (surfaktan), yaitu zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan cairan.
Contohnya sabun, detergent dan alcohol rantai panjang.
Sebagian besar senyawa hidrokarbon adalah senyawa non polar dan tidak larut
larut dalam senyawa
polar, misalnya air. Bila hidrokarbon mengandung gugus OH (alkohol) maka kepolarannya akan
meningkat dan semakin banyak gugus hidrofiliknya, relatif semakin lebih mudah larut dalam pelarut
polar. Bila rantai hidrokarbon semakin panjang, maka kepolaran molekul alcohol semakin turun,
sehingga kelarutannya dalam air semakin kecil.
Tabel 10.3.
.3. Kelarutan berbagai alkohol Alkohol dalam Air
Formula Nama Kelarutan dalam
air (g/100 g)
CH3OH metanol larut tak terbatas
CH3CH2OH etanol larut tak terbatas
CH3(CH2)2OH propanollarut
arut tak terbatas
CH3(CH2)3OH butanol 9
CH3(CH2)4OH pentanol 2,7
CH3(CH2)5OH heksanol 0,6
CH3(CH2)6OH heptanol0,18
CH3(CH2)7OH oktanol 0,054
CH3(CH2)9OH dekanol tidak larut dalam
air
Semakin panjang rantai hidrokarbon, maka sifatnya semakin hidrofobik (tak suka air). Semakin
panjang gugus hidrokarbon maka sifat hidrofobik molekul semakin meningkat sehingga
s hingga kelarutannya
dalam air semakin kecil/ semakin sukar larut.
larut
Sabun, Detergent dan Agen Pembersih
Sabun adalah
dalah garam dari asam lemak. Biasanya di alam asam lemak membentuk trigliserida yaitu
asam lemak yang berikatan dengan gliserol (HOCH2CHOHCH2OH).

Gambar 1.9 Struktur molekul trigliserida


Trigliserida ini bereaksi dengan NaOH atau KOH (proses penyabunan) seperti reaksi di bawah ini.

Gambar 1.10 Reaksi antara trigliserida dan NaOH membentuk sabun dan gliserol

Sabun mempunyai daya pembersih karena mempunyai sifat aktif permukaan (surfaktan
(surfaktan) yang
cenderung terkonsentrasi pada permukaan air. Gugus CO2- yang polar (hidrofilik) terorientasi ke arah
molekul air yang polar. Sedangkan gugus non polar menjauhi air. Gugus non polar akan berinteraksi
dengan gugus-gugus
gugus non polar, misalnya minyak. Sehingga
Sehingga minyak/ kotoran dapat membentuk
emulsi dengan air yang mengandung surfaktan, seperti air sabun atauair detergent
detergent.
Sabun cair dibuat dengan menggantikan ion Na+ dengan K+ atau NH4+ yang membentuk
garam yang relatif lebih mudah larut dalam air. Kelemahan sabun adalah dapat membentuk endapan
ion Ca2+, Mg2+, atau Fe3+. Air
garam asam lemak dengan ion-ion ir yang banyak mengandung ion tersebut
disebut air sadah. Akibatnya, proses pembersihan d
dengan
engan menggunakan air sadah menjadi tidak
efektif. Sebagai jalan keluarnya, dibuat zat pembersih yang tidak membentuk endapan dengan ion
ion-
ion yang menimbulkan kesadahan, disebut sebagai detergent sintetik. Detergent sintetik terdiri dari
molekul yang sangatt panjang, gugus hidrokarbon yang berikatan dengan gugus hidrofilik (polar)
seperti SO3- atau -OSO3- .

Gambar 1.11 Reaksi pembuatan detergen natrium alkilbenzena sulfonat

Dry cleaning adalah proses pencucin dengan menggunakan pelarut organik. Misalnya hidrokarbon
yang diisolasi dari minyak bumi. Sekarang banyak digunakan hidrokarbon terhalogenasi seperti
trikloroetana (Cl3C-CH3), trikloroetilena (Cl2C=CHCl) dan tetrakloroetilena (Cl2C=CCl2).
3.1.6 Satuan Konsentrasi dalam Larutan
Sifat fisis larutan
n ditentuk
ditentukan oleh proporsi relatif komponen-komponennya,
komponennya, atau
konsentrasi berbagai komponen larutan. Beberapa cara untuk menyatakan konsentrasi yang
telah dipelajari misalnya molaritas dan normalitas, yaitu satuan konsentrasi yang sangat
berguna bila berurusan dengan soal yang melibatkan stoikiometri reaksi yang
berlangsung dalam larutan. Dengan cara yang sama, beberapa satuan konsentrasi
ternyata juga memudahkan pengungkapan sifat fisis larutan. Satu hal yang penting untuk
diingat ialah bahwa semua satuan konsentrasi menyatakan perbandingan. Camkan dalam
pikiran Anda bahwa satuan berkaitan dengan pembilang dan penyebut.
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut di dalam sejumlah tertentu pelarut
atau larutan.
jumlah zat terlarut
konsentrasi =
jumlah pelarut atau laru tan
Beberapa pernyataan satuan konsentrasi:
mol zat terlarut
Molaritas (M) =
liter laru tan
mol zat terlarut
Molalitas (m) =
kg pelarut
Larutan jenuh H2S dalam air dapat dibut dengan meniupkan H2S(g) hingga tidak lagi terbentuk
gelembung. Hitung molalitas larutan H2S jika larutan jenuhnya mngandung 0,385 g H2S (Mr = 34)
dalam 100 g air pada suhu 20oC dan 1 atm.
Tabel 1.1 Satuan konsentrasi larutan
Istilah konsentrasi Rasio Unit
Molaritas (M) mol zat terlarut mol/L
liter laru tan
Molalitas (m) mol zat terlarut mol/Kg
kilogram pelarut
Fraksi massa (% w/w) massa zat terlarut %
massa larutan
Fraksi volum (%v/v) volum zat terlarut %
volum larutan
Fraksi mol (X) mol zat terlarut %
mol zat terlarut + mol pelarut

massa zat terlarut


Persen Massa (% massa) = × 100%
massa laru tan
Contoh : Larutan 3,5% HCl adalah 3,5 gram HCl dalam setiap 100 g larutan.
volume zat terlarut
Persen Volume (% volume) = × 100%
volume laru tan

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Contoh : anggur mengandung 12 % (volum) alkohol. Artinya, kandungan alkohol adalah 12 % dari
volume total larutan. Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut.
mol zat terlarut
Fraksi mol zat terlarut (Xzat terlarut)=
mol zat terlarut + mol pelarut

mol pelarut
Fraksi mol pelarut (Xpelarut) =
mol zat terlarut + mol pelarut

Perlu diingat bahwa nilai fraksi mol paling tinggi = 1, sehingga Xpelarut + Xzat terlarut = 1

7. Sifat koligatif Larutan


Banyaknya zat terlarut yang mempengaruhi perubahan dalam pelarut, BUKAN identitas
kimiawinya. Sifat koligatif larutan:
1. turunnya tekanan uap
2. meningkatnya titik didih
3. menurunnya titik beku
4. tekanan osmosis

c
Gambar 1.12 (a) Model molekul pelarut, (b) Berkurangnya molekul plarut dalam fasa uap
karena adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap, (c) Diagram fasa,
pengaruh tekanan uap terhadap titik didih dan titik beku.
Tekanana uap suatu larutan bergantung pada kemurnian larutan tersebut. Pengotor dalam
suatu materi dapat menyebabkan perubahan pada diagram fasanya dengan membuat
daerah liquid menjadi lebih besar.
A. Sifat koligatif dari larutan nonelektrolit yang tak mudah menguap
1. Penurunan tekanan uap
Hukum Raoult: Ppelarut = Xpelarut x Popelarut

Popelarut - Ppelarut = ∆P = Popelarut(1-Xpelarut) = Xzat terlarut x Popelarut

2. Naiknya titik didih (∆Tb)


∆Tb = Kb .m
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
∆Tb = Tb(larutan) – Tb(pelarut)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
3. Menurunnya titik beku (∆Tf)
∆Tf = Kf..m
∆Tf = Tf(Pelarut) – Tf(Larutan)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
4. Tekanan osmosis
Bila dua larutan dengan konsentrasi berbeda terpisah oleh membran semipermiabel
(hanya pelarut yang bisa melewati membran) disebut osmosis.
nzat terlarut
Π= RT = MRT
Vpelarut

Gambar 1.13 Model proses terjadinya tekanan osmosis

Gambar: 1.14 (a) model proses krenasi, (b) model proses homolisis.

Krenasi (crenation) disebabkan oleh pergerakan air keluar dari suatu sel dalam larutan
hipertonik. Hemolisis (hemolysis) disebabkan oleh pergerakan air ke dalam sel dalam
larutan hipotonik.
Penurunan tekanan uap dalam larutan elektrolit yang mudah menguap
Ppelarut = Xpelarut x Popelarut Psolut = Xsolut x Posolut

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Berdasarkan hukum Dalton untuk tekanan parsial:
Ptotal = Ppelarut + Psolut = (Xpelarut x Popelarut) + (Xsolut x Posolut)
Kehadiran salah satu zat menurunkan tekanan uap zat yang lain (dan sebaliknya).
B. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Pada bagian di atas, kita membatasi pembahasan pada larutan yang tidak
mengandung elektrolit. Alasannya ialah karna penurunan tekanan uap, penurunan titik
beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik bergantung pada banyaknya partikel yang
ada dalam larutan. Satu mol nonelektrolit seperti gula, bila dimasukkan ke dalam air
menghasilkan 1 mol partikel, sehingga larutan sukrosa 1 m akan membeku sebesar 1,86
°C di bawah titik beku air murni. Namun, larutan yang mengandung 1 mol elektrolit seperti
NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol ion Na+ dan 1 mol ion Cl-. Akibatnya, larut-
an NaCl 1 m sebenarnya mengandung 2 mol partikel per 1000 g air dan secara teoritis
akan menurunkan titik beku sebesar 2 x 1,86 °C = 3,72°C. Sama halnya, larutan CaCl2 1 m
yang memiliki 3 mol ion per 1000 g air akan menurunkan titik beku tiga kali lebih besar
dibandingkan yang dapat dilakukan oleh larutan sukrosa 1 m. (Sesungguhnya, ramalan
untuk NaCl dan CaCI, tidaklah seteliti itu, tetapi mendekati). Ramalan yang sama juga
berlaku untuk sifat koligatif lainnya.
Pada larutan yang zat terlarut terdisosiasi sebagian atau elektrolit lemah, misalnya garam
asetat yang dilarutkan dalam air, konsentrasi atau jumlah mol molekul dan ion dalam
larutannya terkait dengan derajad disosiasi (α).
Persamaan reaksi CH3COONa(aq)  CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Awal (i) m 0,00 0,00
Perubahan (c) -αm +αm +αm
Kesetimbangan (eq) m-αm αm αm
Konsentrasi dalam larutan = (m-αm) + 2αm atau dapat ditulis m ((1-α+ 2α) = m(1+(2-1) α).
Bilangan 2 merupakan jumlah ion sehingga secara umum dapat ditulis m (1+(n-1) α). jika α =
1 (terdisosiasi sempurnal) maka konsentrasi zat terlarut = m (1+(n-1)), dengan n = jumlah
ion. (1+(n-1)α) seringkali disebut sebagai faktor van't Hoff (i), faktor tersebut hanya
merupakan hitungan teoritis, arti sesungguhnya dari i akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Sifat koligatif larutan elektrolit lemah:
1. Naiknya titik didih (∆Tb)
∆Tb = Kb .m (1+(n-1)α)
∆Tb = Tb(larutan) – Tb(zat terlarut)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
2. Menurunnya titik beku (∆Tf)
∆Tf = Kf..m (1+(n-1)α)
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
∆Tf = Tf(larutan) – Tf(zat terlarut)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
3. Tekanan osmosis
Bila dua larutan dengan konsentrasi berbeda terpisah oleh membran semipermiabel
(hanya pelarut yang bisa melewati membran) disebut osmosis.
n zat terlarut
Π= RT = MRT (1+(n-1)α)
Vlaru tan

Contoh: Menghitung penurunan titik beku larutan yang mengandung elektrolit.


SOAL: Berapakah perkiraan titik beku dari larutan berair Al2(SO4)3 0,150 m ? Jika diketahui
untuk air Kf = 1,86 °C/m
Penyelesaian: Tentu saja, yang pertama harus dikenali ialah bahwa aluminium sulfat
merupakan elektrolit kuat dan kita dapat menganggap terjadi disosiasi sempurna di dalam
larutan berair. Persamaan untuk disosiasi ini ialah
Al2(SO4)3 → 2A13+ + 3SO42-
Sehingga dari 1 mol garam diperoleh 5 mol ion. Dengan demikian, larutan berlabel Alz(S04)3
0,150 m tidak mengandung 0,150 mol partikel per kilogram, melainkan lima kali 0,150 mol, atau
0,750 mol partikel. Dengan kata lain, larutan ini adalah 0,750 m efektif dalam segi
pengaruhnya terhadap penurunan titik beku. Untuk air, Kf = 1,86 °C/m, jadi penurunan titik
beku larutan diharapkan sebesar ATf = 0,750 m x 1,86°C/m = 1,40°C. Karena air membeku
pada 0 °C, larutan akan membeku pada -1,40 °C.
Contoh: Menghitung tekanan uap larutan elektrolit
Soal: Larutan kalsium klorida dibuat dengan melarutkan 25,0 g CaCl2 di dalam 500 g
H 2O. Berapa tekanan uap yang diharapkan dari larutan ini pada temperatur 80 °C?
Pada temperatur 80 °C air mempunyai tekanan uap 355 torr. Berapa tekanan uap larutan
ini bila CaCl2 bukan elektrolit ?
Penyelesaian: Untuk memecahkan soal ini kita harus menggunakan hukum Raoult.
Ppelarut = Xpelarut x Popelarut
Jadi, kita perlu menghitung fraksi mol air. Untuk CaC12,
 1 mol CaCl2 
25 gram CaCl2 x   = 0,225 mol CaCl2
 111 gram CaCl2 
dan untuk air
 1 mol H2O 
500 gram H2O x   = 27,8 mol H2O
 18 gram H2O 

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Sebelum kita menghitung xH2 O , kita harus menyadari bahwa 0,255 mol CaCl2 akan
menghasilkan tiga kali mol ion, yaitu 0,675 mol ion. Dengan demikian,
 27,8 mol H 2O 
X H 2O =   = 0,973 Oleh karena itu, tekanan
 27,8 mol H 2O + 0,765 mol ion 
uap larutan menjadi
Plarutan = 0,973 x 355 torr
= 345,5 torr
Jika CaCI2 bukan elektrolit, fraksi mol air adalah
 27,8 mol H2O 
X H2O =   = 0,993
 27,8 mol H2O + 0,225 mol ion 
Plarutan = 0,993 x 355 torr
= 352 torr
Tarikan Antarion
Dalam awal subbab ini sudah dijelaskan bahwa sebenarnya titik beku larutan elektrolit
seperti NaCI dan CaCl2 tidak tepat seperti hasil perhitungan, sebab kita menganggap
disosiasi terjadi secara sempurna. Sesungguhnya, ion dalam larutan bukanlah partikel
yang bebas sepenuhnya. Walaupun pelarut bekerja sebagai perisai terhadap muatan
yang berlawanan, pemerisaian ini tidaklah sempurna, dan semakin buruk bila larutan
semakin pekat, dicirikan oleh jarak antara ion dengan ion yang semakin kecil. Akibatnya,
larutan pekat berperilaku seperti lainnya ada sedikit ion, dan keefektifan ion mengubah
sifat larutan (titik didih, titik beku, tekanan osmotik) akan menurun bila konsentrasi zat
terlarut semakin besar. Jadi, senyawa ion berperilaku seolah-olah tidak terdisosiasi
sempurna dalam larutan pekat dibandingkan dengan bila konsentrasinya encer.
Secara kuantitatif, tingkat disosiasi elektrolit dapat dinyatakan dengan faktor van't Hoff, i.
Kuantitas ini didefinisikan sebagai angka banding penurunan titik beku yang teramati
terhadap penurunan titik beku larutan bila zat terlarutnya bukan elektrolit.

i=
(∆Tf )terukur
(∆Tf )terhitung
Tabel 2.3 memuat nilai faktor i untuk beberapa elektrolit kuat. Untuk NaCI, KCI, dan
MgSO 4, i mendekati 2 bila larutan semakin encer. Untuk K 2SO 4, i mendekati 3
sebagaimana kita duga. Efek muatan ion pada tarikan antarion menarik untuk
dibandingkan. Untuk NaCI, nilai i berubah sekitar 5% dari 0,1 m ke 0,001 m .
Untuk K 2SO 4, yang ionnya bermuatan dua kali lebih besar (SO42-), i berubah sekitar 22%
karena pengenceran yang sama. Bila ada dua muatan yang dua kali lebih besar
sebagaimana pada MgSO4, faktor i berubah sekitar 50% karena pengenceran yang sama.
Pengamatan ini tidak mengherankan karena semakin besar muatan kation, semakin besar

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


pula tarikan antara satu dengan yang lain. Tingkat kebebasan ion akan menurun bila
muatannya bertambah.
Tabel 1.2 Nilai faktor van’t Hoff pada beberapa konsentrasi
Konsentrasi (mol/kg H2O) Faktor i jika terjadi
Garam 0,1 0,01 0,001 disosiasi secara
sempurna
NaCl 1,87 1,94 1,97 2,00
KCl 1,85 1,94 1,98 2,00
K2SO4 2,32 2,70 2,84 3,00
MgSO4 1,21 1,53 1,82 2,00

3.2 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN


Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang
dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Untuk zat yang tergolong mudah larut,
kelarutannya dinyatakan dalam gram per 100 gram air. Namun, untuk zat yang tergolong
sukar larut, kelarutannnya dinyatakan dalam mol L-1. Jadi dapat dikatakan bahwa
Kelarutan = Konsentrasi zat padat terlarut dalam larutan jenuh/kesetimbangan
Dalam larutan jenuh suatu kesetimbangan terjadi antara garam padat dan ion yang
terlarut. Sebagai contoh larutan jenuh perak klorida mempunyai kesetimbangan:
AgCl(s)  Ag+(aq) + Cl-(aq)

Konstanta kesetimbangannya dapat ditulis K =


[Ag ] [Cl ]
+ −

[AgCl (s)]
Konsentrasi padatan murni tidak tergantung pada jumlah padatan yang tersedia,
dengan kata lain konsentrasi padatan merupakan suatu konstanta sehingga tercakup dalam
Kc, sehingga Kc [AgCl(s)] = Ksp = [Ag+][Cl-]. Tetapan kesetimbangan dari kesetimbangan
antara garam atau basa yang sedikit larut disebut Tetapan Hasil Kali Kelarutan dan
dinyatakan dengan Ksp. Harga Ksp merupakan perkalian antara konsentrasi kation dan
konsentrasi anion dipangkatkan koefisiennya.
AxBy(s)  xAy+(aq) + yBx-(aq)
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y.
Keterangan : x = bilangan yang menunjukan jumlah kation (Ay+)
y = bilangan yang menunjukan jumlah anion (Bx-)
untuk reaksi CaF2 (s)  Ca2+(aq) + 2F-(aq)
Ksp = [Ca2+][F-]2
Untuk reaksi Mg(OH)2(s)  Mg2+(aq) + 2OH-(aq)
Ksp = [Mg2+][OH-]2
Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Ag2CrO4(s)  2Ag+(aq) + CrO4-(aq).
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
Konsentrasi kesetimbangan ion Ag+ dan CrO4- dalam larutan jenuh dapat dikaitkan
dengan kelarutan Ag2CrO4, yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi (perbandingan koefisien
reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s yaitu jumlah mol Ag2CrO4 yang
dapat larut secara maksimum dalam 1 L larutan, maka konsentrasi ion Ag+ dalam larutan itu
sama dengan 2s dan konsentrasi ion CrO4- sama dengan s.
Ag2CrO4(s)  2Ag+(aq) + CrO4-(aq)
s 2s s
Dengan demikian, nilai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat dikaitkan
dengan nilai kelarutannya (s) sebagai berikut:
Ksp = [Ag+]2 [CrO4-]
= (2s)2 (s) = 4s3
Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk
senyawa elektrolit AxBy dapat dinyatakan
AxBy (s)  xAy+(aq) + yBx-(aq)
s xs ys
y+ x x- y
Ksp = [A ] [B ] .
= (xs)x (ys)y = xy yy s(x+y)
K sp
s= x+ y
x x yy
x

Garam yang harga x dan y sama, harga kelarutan (tingkat kelarutan) berbanding lurus
dengan harga Ksp. Semakin besar harga Ksp garam tersebut semakin mudah larut. Semakin
kecil harga Ksp garam tersebut semakin sukar larut.
Perhitungan yang melibatkan Ksp dapat dibagi dalam 3 kategori
1. Menghitung Ksp dari data kelarutan, memerlukan informasi tentang konsentrasi,
massa/volume atau tekanan
2. Menghitung kelarutan dari data Ksp
3. Persoalan tentang terjadinya pengendapan, Effek ion Sejenis dan menentukan
konsentrasi pada berbagai pH
Contoh: Tentukanlah Ksp dari Bi2S3 bila kelarutannya 1,0 x 10-15 M
Jawab: Bi2S3 (s)  2 Bi3+(aq) + 3S2-(aq)
KSP = [Bi3+]2[S2-]3
Misalkan yang terlarut x mol Bi2S3
Bi2S3 (s)  2 Bi3+ (aq) + 3 S2- (aq)
X 2x 3x
Diketahui X= 1,0 x 10-15 M
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
KSP = [Bi3+]2[S2-]3
= [2(1,0 x 10-15)]2 [3(1,0 x 10-15)]3
= 1,1 x 10-73
Contoh: Pada suhu tertentu, kelarutan Ca(OH)2 adalah 0,074 g dalam 100 mL larutan.
Tentutan Ksp Ca(OH)2 bila (Mr Ca(OH)2 = 74).
Jawab:
massa 0,074 g
Jumlah mol Ca(OH)2 = = =10 −3 mol
Mr 74 g mol −1
n 10 −3 mol
Kelarutan Ca(OH)2 = = = 10 −2 mol L−1
V 0,1 L
Misalkan yang terlarut x mol Ca(OH)2(s)
Ca(OH)2(s)  Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
x x 2x
2+ - 2
Ksp = [Ca ] [OH ]
Ksp = (x)(2x)2 = 4 (10-2)3 = 4 x 10-6
Jadi, Ksp Ca(OH)2 pada suhu tertentu = 4 x 10-6.
Contoh: Berikut ini manakah yang kelarutannya paling kecil ?
– AgCl Ksp = 1,6 x 10-10
– AgI Ksp = 1,5 x 10-16
– AgBr Ksp = 5,0 x 10-13
– Mg(OH)2 Ksp = 8,9 x 10-12
– Ag3PO4 Ksp = 1,8 x 10-18
Jawab:
Untuk AgCl Ksp = 1,6 x 10-10
AgCl (s)  Ag+ (aq) + Cl- (aq)
Ksp = 1,6 x 10-10 = [Ag+][Cl-] = X2
x = 1,3 x 10-5
Dengan penyelesaian yang sama maka diperoleh:
– AgCl Ksp = 1,6 x 10-10 X = 1,3 x 10-5 M
– AgI Ksp = 1,5 x 10-16 X = 1,2 x 10-8 M
– AgBr Ksp = 5,0 x 10-13 X = 7,1 x 10-7 M
– Mg(OH)2 Ksp = 8,9 x 10-12 X = 1,3 x 10-4 M
– Ag3PO4 Ksp = 1,8 x 10-18 X = 1,6 x 10-5 M
Kelarutan yang paling kecil adalah AgI Ksp = 1,5 x 10-16 X = 1,2 x 10-8 M

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Contoh: Hitunglah nilai Konstanta hasil kali kelarutan untuk copper(II) iodate, Cu(IO3)2.
Kelarutan copper(II) iodate dalam air adalah 0,13 g/100 mL (Mr = 413)
Jawab: Hitung kelarutan molar nya
0,13 1mol
Kelarutan molar Cu(IO3)2 = x = 3,15 x10 −3 M
0,1L 413 g
Buat table konsentrasi
Cu(IO3)2 (s)  Cu2+ + 2 IO3-
Awal 0 0
Perubahan + 0,00315 2(+0,00315)
Equilibrium 0,00315 2(0,00315)
Ksp = [Cu ][IO3 ] = (0,00315)[2(0,00315)] = 1,3 x 10-7
2+ - 2 2

Menentukan kapan endapan terbentuk dalam larutan


• Suatu larutan jenuh merupakan larutan di mana zat yang tidak larut berada dalam
kesetimbangan dinamik dengan larutannya dan hasil kali konsentrasi ion-ionnya = Ksp
• Saat hasil kali konsentrasi ion kurang dari Ksp larutan dikatakan belum jenuh.
• Saat hasil kali konsentrasi ion-ionnya lebih dari Ksp dikatakan larutan lewat jenuh dan
endapan akan terbentuk
Larutan tidak jenuh memiliki nilai hasil kali konsentrasi ion-ion < Ksp (Tidak terbentuk
endapan). Larutan jenuh memiliki hasil kali konsentrasi ion-ion = Ksp (Tidak terbentuk
endapan, sedangkan pada larutan lewat Jenuh nilai hasil kali konsentrasi ion-ion > Ksp
(terbentuk endapan)
Contoh:
Contoh: Menentukan apakah endapan terbentuk dalam suatu larutan
Apakah endapan PbCl2 akan terbentuk dalam suatu larutan yang mengandung Pb(NO3)2
0,01 M dan HCl 0,01 M ? Untuk PbCl2, Ksp = 1,6 x 10-5
Jawab: Untuk PbCl2 kita tulis persamaan brikut
PbCl2(s)  Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
Dalam 0,01 M Pb(NO3)2 terdapat 0,01 M [Pb2+] dan dalam 0,01 M HCl terdapat 0,01 M
[Cl-] sehingga [Pb2+] [Cl-] = (0,01)(0,01)2 = 1,0 x 10-6
Karena nilai itu lebih kecil dari Ksp maka tidak terbentuk endapan
Efek Ion Sejenis (Pengaruh adanya Ion Senama Dalam Larutan)
Jika padatan Ag2CrO4 dilarutkan dalam air, maka satu-satunya sumber ion Ag+ dan ion
CrO42- berasal dari padatan Ag2CrO4. Sementara jika Ag2CrO4 dilarutkan dalam larutan
Na2CrO4, maka ion CrO42- berasal dari Ag2CrO4 dan Na2CrO4. Dalam hal ini Ag2CrO4 dan

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Na2CrO4 mempunyai ion senama, yaitu ion CrO42-. Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat
kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion-ion Ag+ dan CrO42-
Ag2CrO4(s)  2Ag+(aq) + CrO4-(aq)
Penambahan Na2CrO4 atau AgNO3 akan memperbesar konsentrasi ion CrO42- atau ion Ag+
dalam larutan. Sesuai dengan asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan,
penambahan konsentrasi ion CrO42- atau ion Ag+ akan menggeser kesetimbangan ke kiri.
Akibat dari pergeseran itu, jumlah Ag2CrO4 yang larut berkurang. Jadi, dapat disimpulkan
bahawa ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi, ion senama tidak
mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan, pada suhu tetap.
Contoh: Berapa kelarutan strontium sulfate, SrSO4 dalam larutan 0,15 M sodium sulfate,
Na2SO4? Ksp (SrSO4) = 2.5 x 10-7
Jawab: Konsentrasi awal SO42- adalah 0,15 M
SrSO4 (s)  Sr2+ + SO42-
Awal 0 0,15
Perubahan +x +x
Equilibrium x x + 0,15
Selesaikan Hasil kali kelarutan untuk x,
[Sr2+][SO42-] = Ksp
(x)(0,15 + x) ≈ (x)(0,15) ≈ 2,5 x 10-7
x = 1,7 x 10-6 M
1,7 x 10 -6 mol 184 g
Ubah menjadi g/L = x = 3,1 x 10 -4 g/L
L 1mol

pH dan Kelarutan
Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dan berbagai jenis zat.
Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih
sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah
akan lebih mudah larut dalam slarutan yang bersifat asam kuat.
Besarnya pH jenuh sesuai banyaknya ion H+ atau ion OH- yang terlarut. Konsentrasi
ini sangat bergantung pada besarnya harga Ksp sehingga kelarutan semakin besar. Berarti
pH larutan asam akan semakin kecil, sedangkan pH larutan basa akan semakin besar.
Konsentrasi ion H+ atau ion OH- dapat ditentukan dengan cara menghitung harga
kelarutannya di dalam air.

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Contoh: Hitunglah konsentrasi ion Pb2+ dalam setiap larutan berikut ini, dan tentukan mana

pH yang terbaik untuk menghilangkan Pb, dalam a) pH = 7,00 atau b) pH = 13,00 ? Bila

diketahui larutan jenuh Pb(OH)2: Ksp = 1,2 x 10-15

Jawab: Pb(OH)2 (s)  Pb2+ (aq) + 2OH- (aq)

pH berhubungan dengan [H+] dan [OH-], maka dapat ditentukan [OH-]

a. Pemecahan soal Ksp pada pH 7

pH = 7,00 = 14,00 - pOH atau pOH = 7,00

jadi: [OH-] = 1,0 x 10-7 M

Ksp = 1,2 x 10-15 = [Pb2+][1 x 10-7]2 maka [Pb2+] = 0,12 M

b. Pemecahan Ksp pada pH = 13

pH = 13,00 = 14,00 - pOH atau pOH = 1,00, Jadi [OH-] = 0,10 M

Ksp = 1,2 x 10-15 = [Pb2+][0,1]2

Pb2+ = 1,2 x 10-13 M

Hasil perhitungan di atas [Pb2+] = 0,10 M pada pH = 7,00

[Pb2+] = 1,0 x 10-13 M pada pH = 13,00

Pada pH lebih tinggi, kelarutan Pb2+ berkurang atau lebih kecil. Maka pH yang baik untuk

menghilangkan Pb pada dua kondisi pH larutan tersebut pada larutan dengan pH = 13


3.3 SISTEM KOLOID
Sistem koloid adalah suatu campuran zat-zat yang mana suatu zat tersebar merata
dengan ukuran koloid dalam suatu zat lain atau dapat diartikan dengan sederhana, system
koloid adalah bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi.
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen sehingga antara zat pelarut dan zat terlarut
tidak dapat dibedakan walaupun dengan mikroskop ultra.. larutan disebut juga dengan
larutan sejati. Suspensi adalah campuran yang bersifat heterogen sehingga zat pelarut dan
zat terlarut dapat dibedakan dengan mudah.
3.3.1 Perbedaan sistim koloid dengan larutan dan suspensi
Sistem koloid terdiri dari fase pendispersi dan fase terdispersi. Fase pendispersi
disebut juga medium pendispersi yaitu medium yang digunakan untuk mendispersikan suatu
zat. Fase terdispersi adalah zat yang didispersikan. Fase terdispersi bersifat diskontinyu
(terputus-putus) sedangkan medium dispersi bersifat kontinyu. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan table di bawah ini, perbedaaan antara larutan sejati, koloid, dan suspensi.

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Tabel 1.3 Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi
Larutan Koloid Suspensi
Homogen Tampak homogen secara Heterogen
makroskopis, tapi
heterogen jika diamati
secara mikroskopis
Terdiri dari satu fase Terdiri dari dua fase Terdiri dari dua fase
Stabil Pada umumnya stabil Tidak stabil
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring
kecuali dengan penyaring
ultra
-7
Ukuran partikel < 10 Ukuran partikel 10-7 cm – Ukuran partikel >10-5 cm
cm atau < 1 nm 10-5 cm, atau 1 nm – 100 atau > 100 nm
nm
Contoh : larutan gula, Contoh : susu, sabun, Contoh : campuran kopi
larutan garam santan dengan air, campuran
terigu dengan air

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang tergolong larutan,koloid,
atau suspensi.
Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alcohol 70%, larutan cuka, air laut,
udara yang bersih, dan bersin
Contoh koloid : sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega dan mayonnaise
Contoh suspensi : air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan
air, dan campuran minyak dengan air
3.3.2 Pengelompokkan Sistem Koloid
Dalam system koloid baik fase terdispersi maupun medium pendispersi dapat berupa
gas, cair, atau padat. Fase terdispersi adalah zat dalam koloid yang jumlahnya lebih kecil,
sedangkan medium pendispersi adalah zat dalam koloid yang jumlahnya lebih besar.
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya ada delapan (8) jenis system
koloid. Pengelompokkannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.4 Pengelompokan Sistem Koloid
No Fase Fase System Contoh
terdispersi Pendispersi koloid
1 Padat Gas Aerosol padat Agar-agar, lem padat, asap,
debu, buangan knalpot
2 Padat Cair Sol Tinta, cat, kanji, air Lumpur,
putih telur, sol emas
3 Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam,
batu pernata, perunggu
4 Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan, obat semprot
5 Cair Cair Emulsi Santan, susu, minyak ikan
6 Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, selai,, lateks,
mutiara
7 Gas Cair Buih, busa Buih sabun, krim kocok, ombak
8 Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
stirofoam.

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


3.3.3 Sifat Koloid
Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas. Penampilan koloid pada umumnya keruh, tetapi
tidak semuanya keruh. Ada beberapa koloid tampak bening dan sukar dibedakan dari larutan
sejati. Macam-macam sifat koloid antara lain sebagai berikut:
1. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak lurus tak beraturan (zig zag) dari partikel koloid dalam
medium pendispersinya. Gerak Brown terjadi akibat tabrakan tabrakan antara parrtikel
koloid dengan medium pendispersinya dari segala arah.benturan tersebut mengakibatkan
partikel koloid bergetar dengan arah yang tidak beraturan dan jarak yang pendek. Karena
partikel koloid bergerak melayang terus menerus , maka koloid sukar mengendap. Gerak
Brown ini pertama kali diamati oleh Robert Brown pada tahun 1827.
Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar,
sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami
gerak Brown tetapi tidak dapat diamati. Gerak Brown merupakan salah satu factor yang
menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus menerus , maka partikel koloid dapat
mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi

2. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid.
Efek Tyndall pertama kali dikemukakan oleh John Tyndall (1820 – 1893). Efek Tyndall
digunakan untuk membedakan system koloid dengan larutan sejati. Salah satu cara yang
sederhana untuk membuktikan itu adalah menjatuhkan seberkas cahaya kepada larutan
tersebut. Pada larutan sejati , cahaya tersebut akan diteruskan (transparan) sedangkan
pada koloid cahaya tersebut akan dihamburkan. Sehingga berkas cahaya yang melalui
koloid dapat diamati dari arah samping.
Dalam kehidupan sehari-hari efek Tyndall dapat terlihat pada gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Langit pada siang hari berwarna biru , sedangkan ketika matahari terbenam , langit di
ufuk barat berwarna jingga atau merah.
b. Di dalam kamar yang gelap dan berdebu , seberkas sinar yang masuk melalui celah
kecil akan terlihat lebih jelas sebagai berkas sinar yang lurus.
c. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu.
d. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut atau jalan yang berdebu akan terlihat
lebih jelas

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


3. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan suatu molekul atau ion pada permukaan
sautu zat. Muatan koloid terjadi karena adsorbsi ion-ion tertentu. Muatan koloid
merupakan factor yang menstabilkan koloid selain gerak Brown. Oleh karena bermuatan
sejenis , maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak sehingga terhindar dari
pengelompokan antar sesama partikel koloid itu (jika partikel koloid tersebut saling
bertumbukan dan kemudian bersatu , maka lama kelamaan dapat terbentuk partikel yang
cukup besar dan akhirnya mengendap. Contoh
a. Sol Fe(OH)3 mampu mengadsorbsi ion-ion H+ sehingga sol Fe(OH)3 menjadi
bermuatan positif
b. Sol As2S3 mampu mengadsorbsi ion-ion S2- sehingga sol As2S3 menjadi bermuatan
negatif
Partikel koloid dapat juga mengadsorbsi zat lain yang berupa muatan netral. Karena
memiliki permukaan yang relatif luas, maka koloid mempunyai daya adsorbsi yang besar
pula. Sifat adsorbsi dari koloid digunakan dalam berbagai proses :
a. Proses pemutihan gula
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah
diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorbsi sehingga
diperoleh gula yang putih bersih.
b. Penggunaan arang aktif
Arang aktif mempunyai kemampuan untuk menyerap (adsorben). Misalnya: obat norit
(obat sakit perut), lemari es (menghilangkan bau), rokok filter (untuk mengikat asap
nikotin dan tar)
c. Menghilangkan bau badan
Deodorant dan antiperspirant (zat anti keringat) dapat menghilangkan bau badan. Pada
roll on deodorant digunakan zat adsorben berupa aluminium stearat.aluminium stearat
akan mengadsorbsi keringat yang menyebabkan bau badan
d. Penjerniha air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium
sulfat . di dalam air,aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa
koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorbsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam
air.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid di bawah pengaruh medan listrik.
Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode sedangkan koloid yang bermuatan
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
positif akan bergerak ke katode. Elektroforesis menjadi salah satu cara yang canggih
untuk mengidentifikasikan DNA dalam rangka mengidentifikasi korban/ pelaku kejahatan.
Beberapa kegunaan dari proses elektroforesis antara lain :
a. Untuk menentukan muatan partikel koloid
b. Untuk memproduksi barang-barang industri yang terbuat dari karet
c. Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik
dengan alat Cottrell
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid karena kerusakan stabilitas system
koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan. Beberapa contoh
koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri :
a. Perebusan telur
b. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena kolid tanah liat dalam air sungai
mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut
c. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format
d. Pembuatan yoghurt
e. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas
f. Pembuatan tahu
6. Kestabilan Koloid
a. Koloid Pelindung. Koloid pelindung adalah suatu system koloid yang ditambahkan
pada system koloid lain agar diperoleh koloid yang lebih stabil. Koloid pelindung akan
membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok
b. Emulgator. Untuk menstabilkan emulsi perlu ditambahakan zat pengemulsi. contoh :
sabun sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
7. Dialisis
Dialisis yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid dengan
menggunakan selaput semipermeabel. Selaput semipermeabel hanya dapat dilewati oleh
ion dan air tetapi partikel koloid tidak dapat melewatinya. Contoh dialisis adalah proses
cuci darah bagi penderita gagal ginjal. Proses dialysis ini berfungsi untuk menghilangkan
urea dari darah.
8. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang medium dispersinya cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob.
a. Koloid Liofil.
Koloid liofil adalah koloid yang senang dengan medium pendispersinya. Pada koloid
liofil terjadi gaya tarik menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
mediumnya. Liofil artinya suka cairan (Yunani : lio = cairan, philia = suka). Jika
medium pendispersinya air disebut hidrofil
Contoh : agar-agar , koloid kanji, cat , lem, gelatin, protein (putih telur), dan tinta
warna
b. Koloid Liofob.
Koloid liofob adalah koloid yang tidak suka atau benci dengan medium pendispersinya
(phobia = benci). Jika medium pendispersinya air disebut hidrofob.
Contoh : sol emas, sol belerang, sol As2S3 dan sol Fe(OH)3.
Perbedaan koloid liofil dan koloid liofob
No Koloid Liofil Koloid Liofob
1 stabil Kurang stabil
2 Biasanya terdiri atas zat organic Biasanya terdiri atas zat anorganik
3 Kekentalannya tinggi Kekentalannya rendah
4 Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit Mudah dikoagulasikan oleh elektrolit
5 Gerak Brown kurang jelas Gerak Brown terlihat jelas
6 Efek Tyndall kurang jelas Efek Tyndall terlihat jelas
7 Pada penguapan atau pendinginan Pada penguapan atau pendinginan
akan menghasilkan gel yang akan akan mengkoagulasi dan jika diberi
membentuk sol lagi jika diberi medium medium pendispersi tidak membentuk
pendispersi sol lagi.

3.3.4 Peranan Koloid


Koloid memiliki banyak manfaat pada pembuatan berbagai produk diantaranya adalah :
a. Aerosol
Produk yang dibuat dalam bentuk aerosol seperti semprot rambut, semprot obat nyamuk,
parfum, cat semprot, dan lain-lain.
b. Sol
Koloid jenis sol banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti air sungai (sol dari
lempung dalam air), sal sabun, sol detergent, sol kanji, tinta tulis, dan cat
c. Emulsi
Syarat terjadinya emulsi adalah kedua jenis zat cair tersebut saling melarutkan . Emulsi
dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air
dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan, susu, dan latek. Contoh
emulsi air dalam minyak adalah mayones , minyak bumi dan minyak ikan. Emulsi ini
dapat terbentuk karena adanya emulgator atau zat yang mengemulsi. Contoh emulgator
adalah sabun, kasein,kuning telur.
d. Buih

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Buih digunakan pada berbagai proses misalnya buih sabun pada pengolahan biji logam,
pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakala buih tidak diinginkan maka zat
yang dapat mencegah atau memecah bih antara lain eter, isoamil alcohol, dan lain-lain
e. Gel
Gel merupakan koloid setengah kaku contohnya agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel
sabun, dan gel silica.
3.3.5 Pembuatan Koloid
Ukuran partikel koloid teletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena
itu, system koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan partikel larutan sejati (cara
kondensasi) atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke
dalam medium dispersi ( dispersi)
1. Cara kondensasi
Dengan cara kondensasi , partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
reaksi hidrolisis, dan reaksi dekomposisi rangkap atau dengan reaksi pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi
1). Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas hydrogen sulfide (H2S) ke dalam
larutan belerang dioksida (SO2)
2 H2S(g) + SO2 (aq) 3 S(koloid) + 2 H2O(l)
2). Pembuatan sol emas dengan cara mereaksikan larutan AuCl3 dengan formaldehida
atau larutan besi (II) sulfat
2 AuCl3(aq) + 3HCOH(aq) + 3 H2O(l) 2 Au(koloid) + 6 HCl(aq) + 3 HCOOH(aq)
atau
AuCl3(aq) + 3 FeSO(aq) Au(koloid) + Fe2(SO4)3(aq) + FeCl3(aq)
b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air dalam hal ini merupakan suatu reaksi
pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi air.
Contoh :
1). Pembuatan sol Al(OH)3 dari larutan AlCl3
AlCl3(aq) + 3 H2O(l) Al(OH)3(koloid) + 3 HCl(aq)
2). FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Al(OH)3(koloid) + 3 HCl(aq)
c. Dekomposisi Rangkap
Reaksi ini dilakukan dengan cara mencampurkan dua buah larutan encer yang masing-
masing mengandung elektrolit, sehingga menghasilkan endapan yang berukuran koloid
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
Contoh :
1). AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
2). As2O3(aq) + 3 H2S(aq) As2O3(koloid) + 3 H2O(l)
d. Penjenuhan Larutan / Pergantian Pelarut
Contoh :larutan kalsium asetat jenuh dituangkan ke dalam alcohol maka akan terbentuk
gel.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi , partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara disperse
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik
a. Cara Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan cara menggerus /mengguling hingga partikelnya
berukuran koloid dengan alat Coloid mill, kemudian diaduk dengan medium disperse
Contoh : pembuatan sol belerang, membuat cat, membuat tinta
b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari partikel kasar yang berbentuk endapan
diubah menjadi partikel koloid dengan menambahkan suatu elektrolit yang
mengandung ion sejenis (zat pemeptisasi / zat pemecah)
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin,
endapan NiS dipeptisasi dengan air, endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan larutan
AlCl3
c. Cara Busur Bredig.
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam. Caranya yaitu dengan
meloncatkan bunga api listrik ke dalam air dan logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium disperse. Uap logam
yang terbentuk terdispersi ke dalam medium pendispersi (air) sehingga membentuk
koloid. Contohnya adalah pembuatan sol emas
d. Cara Homogenasi
Cara ini biasanya untuk membuat emulsi dengan mesin homogenasi seperti pada
pembuatan susu cream.
3. Koloid Asosiasi
Berbagai jenis zat , seperti sabun dan detergent larut dalam air tetapi tidak
membentuk larutan melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang
polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor)

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


Kepala sabun adalah gugus hidrofil (tertarik ke air) sedangkan ekor sabun adalah gugus
hidrofobik (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air , maka molekul-molekul sabun akan
mengadakan asosiasi karena gugus nonpolar (ekor) saling tarik menarik sehingga terbentuk
partikel koloid.
3.3.6 Cara Menjaga Kestabilan Sistim Koloid
Kestabilan koloid bisa rusak karena terjadinya koagulasi ataupun adanya partikel pengotor
yang merusak kestabilan koloid. Jika keberadaan koloid tersebut tidak diharapkan maka
dapat dilakukan penggunpalan (koagulasi). Koloid yang diharapkan keberadaannya perlu
mempertahankan kestabilan koloid tersebut untuk mencegah terjadinya koagulasi.
Mempertahankan kesetabilan koloid dapat dilakukan beberapa usaha:
IV. SUMBER BELAJAR
Chang, R., 2010, Chemistry, Tenth Edition, McGraw-Hill, USA
Brady, J.E., 1990, General Chemistry, Principles and Structure, 5th Edition, John Wiley and
Sons Inc., Canada.
Petruci, R.H., 1982, General Chemistry, 3rd Edition, McMillan Publishing Co. Inc., New York.
Keenan, C.W., Klienfelter, D.C. and Wood, J.H., 1980, Chemistry, Harper and Row Publisher
Inc.

V. EVALUASI
Konsentrasi Larutan
1. Pada suhu 25 0C larutan jenuh Cl2 dalam air dibuat dengan melarutkan 5,77 g Cl2(g) dalam
air sehingga diperoleh volume tepat 1 L larutan. Berapa molaritas larutan Cl2 (Mr = 71)?
2. Berapa gram CuSO4 · 5 H2O yang harus dilarutkan untuk membuat 2 liter larutan 0,01M
CuSO4.
3. Jelaskan satuan-satuan konsentrasi larutan!
4. Berapakah fraksi mol MgSO4 pada larutan MgSO4 20 % w/v (Mr MgSO4 = 120)?
5. Garam NaCl dan I2 larut dalam air. I2 juga larut dalam kloroform sedangkan NaCl tidak
larut. Bila kloroform dan air tidak saling melarut maka berdasarkan sifat ini, bagaimana
cara memisahkan suatu larutan campuran Na2SO4 dan I2?
6. Sebuah sample obat gosok mengandung 142 g isopropanol (C3H7OH) dan 58,0 g air.
Berapakah fraksi mol alkohol dan air?
Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.
7. Berapa fraksi mol, molalitas dan % berat CuCl2 dalam suatu larutan yang dibuat dengan
melarutkan 0,30 mol CuCl2 dalam 40 mol air ?

Sifat Koligatif larutan


8. Hitung penurunan tekanan uap ketika 10,0 ml gliserol (C3H8O3) ditmbahkan pada 500,0
mL air pada 50oC. Pada suhu ini tekanan uap air murni adalah 92,5 torr dan kerapatannya
adalah 0,988 g/mL. Kerapatan gliserol = 1,26 g/mL.
9. Ditambahkan 1,00 kg zat antibeku etilen glikol (C2H6O2) pada sebuah radiator, yang
mengandung 4450 g air. Berapakah titik didih dan titik beku larutan tersebut? Kf =
0,512oC/m, Kb= 1,86oC/m.
10. Suatu larutan mengandung benzen (C6H6) dn toluene (C7H8) dengan jumlah mol sama
banyaknya. Pada 25oC, tekanan uap benzene murni = 95,1 torr dan untuk toluene murni =
28,4 torr.
a. Berapakah tekanan uap masing-masing zat dalam larutan tersebut?
b. Berapakah fraksi mol masing-masing zat pada keadaan uap?
11. Berapakah perkiraan titik beku dan titik didih dari larutan berair Al2(SO4)3 0,150 m ? Jika
diketahui untuk air Kb = 1,86 °C/m
12. Heptana (C7H16) mempunyai tekanan uap 791 torr pada 100 oC. Pada suhu yang sama,
oktana (C8H18) mempunyai tekanan uap sebesar 352 torr. Berapa tekanan uap (dalam
torr) dari campuran 25 g heptana dan 35 g oktana ?
13. Berapa titik beku dan titik didih dari suatu larutan yang mengandung 55,0 g gliserol
(C3H5(OH)3 yang dilarutkan dalam 250 g air? Gliserol merupakan zat terlarut yang tidak
mudah menguap dan tidak terdisosiasi dalam larutan tersebut. Diketahui konstanta
penurunan titik beku molal air (Kf) = 1,86 oC/m dan konstanta kenaikan titik didih molal
air (Kb) = 0,51 oC/m
14. Hitunglah tekanan osmosis (dalam torr) dari suatu larutan berair yang mengandung 5,0 g
sukrosa, C12H22O1, per liter pada 25 oC.
15. Suatu larutan yang mengandung 4,0 g polipeptida dalam 1 L larutan berair mempunyai
tekanan osmosis pada 27 oC sebesar 3,74 torr. Berapa berat molekul dari polimer ini ?
Kelarutan dan Ksp
16. Larutan jenuh perak klorida mempunyai kesetimbangan:
AgCl(s)  Ag+(aq) + Cl-(aq)
Bagaimana pernyataan konstanta kesetimbangan reaksi tersebut dan tunukkan
hubungannya dengan Ksp.

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


17. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air, nyatakan kelarutan Ag2CrO4
tersebut dalam mol L-1.
18. Tuliskan hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan untuk elektrolit berikut:
a. CaSO4
b. Ni3(AsO4)2
c. AgCl
d. Mg3PO4
19. Sebanyak 100 mL larutan jenuh (MgF2) pada 25 oC diuapkan dan diperoleh 12,4 mg
MgF2 padat. Berapa nilai Ksp MgF2 pada suhu tersebut ?
20. Berikut ini manakah yang kelarutannya paling kecil?
a. AgCl Ksp = 1,6 x 10-10
b. AgI Ksp = 1,5 x 10-16
c. AgBr Ksp = 5,0 x 10-13
d. Mg(OH)2 Ksp = 8,9 x 10-12
e. Ag3PO4 Ksp = 1,8 x 10-18
21. Apakah endapan PbCl2 akan terbentuk dalam suatu larutan yang mengandung Pb(NO3)2
0,01 M dan HCl 0,01 M ? Untuk PbCl2, Ksp = 1,6 x 10-5
22. Berapa kelarutan strontium sulfate, SrSO4 dalam larutan 0,15 M sodium sulfate, Na2SO4?
Ksp (SrSO4) = 2,5 x 10-7
23. Hitunglah konsentrasi ion Pb2+ dalam setiap larutan berikut ini, dan tentukan mana pH
yang terbaik untuk menghilangkan Pb, dalam pH = atau pH = 12 ? Larutan jenuh
Pb(OH)2: Ksp = 1,2 x 10-15
Koloid
24. Tersedia 4 jenis sampel A, B, C dan D. 2 dari 4 sampel tersebut adalah merupakan
koloid. Sampel A dan B terlihat jernih, sedangkan sampel C keruh dan terdapat endapan
di dasar wadah yang bisa disaring dengan kertas saring. Bagaimana cara anda
menentukan sampel koloid tersebut ?
25. Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersi dikenal 8 jenis koloid.
a. Tuliskan 8 jenis koloid tersebut (lengkap dengan fase terdispersi dan pendispersi),
serta berikan contoh masing-masingnya!
b. dari 8 jenis koloid tersebut kenapa tidak ada koloid dengan fase terdispersi dan
pendispersi gas ?
26. Pembuatan koloid dapat dilakukan secara dispersi dan kondensasi,
a. Jelaskan perbedaan cara dispersi dan kondensasi

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.


b. Bagaimana cara membuat koloid dengan cara dispersi, dan berikan contoh masing-
masingnya!
c. Bagaimana cara membuat koloid dengan cara kondensasi, dan berikan contoh
masing-masingnya!
27. Jelaskan cara menjaga kestabilan koloid!
28. Tuliskanminimal 10 contoh koloid yang ditemui dalam kehidupan seharihari, kemudian
tentukan fasa terdispersi dan pendispersi, kemudian tentukan jenis koloid tersebut
berdasarkan fasa terdispersi dan pendispersinya!
29. Tuliskan contoh pembuatan koloid masing-masing secara dispersi dan secara kondensasi
30. Tuliskan minimal 5 contoh emulsi dan emulgator penstabilnya

Kimia Dasar II-2019 Prodi Pendidikan Kimia FKIP Undana Kasimir S.

Anda mungkin juga menyukai