Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

MEMBUAT LARUTAN

DI SUSUN OLEH:
NAMA :
STAMBUK 09320220012
KELAS/KELOMPOK : C1/ 2 (DUA)

Asisten

(Annisa Nurul Faradillah)

JURUSAN TEKNIK
PERTAMBANGAN FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSA
R 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-macam Larutan


Larutan merupakan campuran zat-zat yang bersifat homogen yang
memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya.
Suatu larutan yang mengandung komponen penting, zat terlarut dan zat
pelarut. Zat terlarut atau solute merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit. Zat pelarut atau solvent merupakan komponen yang jumlahnya
banyak (Achmad, 1996).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada
temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum suatu larutan mencapai
titik jenuh, larutan tersebut diuapkan tidak jenuh. Kadang-kadang dijumpai
suatu keadaan dengan zat terlarut. Yang seharusnya dapat melarut pada
temperatur tersebut. Larutan demikian disebut sebagai larutan lewat jenuh.
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam
jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan.
Kelarutan suatu zat bergantung pada zat itu, molekul pelarut, temperatur,
dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen,
tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua
komponen. Yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut
dan zat terlarut (Syukri, 1999).
Jenis larutan berdasarkan zat terlarut dan pelarutnya, larutan
dibedakan menjadi Sembilan yaitu:
1. Larutan gas dalam gas, Contoh: Udara
2. Larutan gas didalam cairan, Contoh: Air
terkarbonisasi
3. Larutan gas dalam padatan, Contoh: Hidrogen
dalam logam
4. Larutan cairan dalam gas, Contoh: Uap air diudara.
5. Larutan cairan dalam cairan, Contoh: Alkohol
dalam air
6. Larutan cairan dalam padatan, Contoh: Air dalam
kayu
7. Larutan padat dalam gas, Contoh: Aroma
8. Larutan padat dalam cairan, Contoh: Air gula
9. Larutan padat dalam padatan, Contoh: Baja campuran besi dan
karbon (Khopkar, 2003)
Jenis larutan berdasarkan kemampuannya menghantarkan arus
listrik dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Larutan elektrolit: larutan yang dapat menghantarkan listrik
2. Larutan non elektrolit: larutan yang tidak dapat menghantarkan
listrik (Khopkar, 2003).
Sifat fisik dan Kimia NaCl
1. Keadaan fisik dan penampilan: solid
2. Beraroma: sedikit
3. Rasa larutan: garam
4. Berat molekul: 54,44 g/mol
5. Warna larutan: putih
6. Titik didih: 1413oC (2575,4 oF)
7. Titik leleh: 801oC (1473,8oF)
8. Kelarutan: mudah larut dalam air dingin dan panas. Larut
dalam gliserol dan ammonia sangat sedikit larut dalam alkohol.
Dan tidak larut dalam asam klorida (Achmad, 2001).
Sifat fisik dan kimia H2SO4
1. Keadaan fisik dan penampilan: cairan
2. Rasa larutan: asam.
3. Berat molekul: 95,08 g/mol
4. Warna: tak berwarna
5. Titik didih: 270oC (518oF) – 340 deg.C
6. Titik leleh: -35oC (-31oF) menjadi 10,36 deg.C
7. Kelarutan: mudah larut dalam air dingin. Sulfat larut dalam air
dengan pembebasan banyak panas. Larut dalam etil alkohol
Konsenterasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol)
zat
terlarut dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut.
Berdasarkan hal ini muncul satuan konsenterasi yaitu:
1. Fraksi mol: Perbandingan dari jumlah mol dari suatu
komponen dengan jumlah total mol dalam larutan. Memiliki
rumus

zat terlar ut
x  zat terlar ut  zat pelarut

2. Molaritas: Jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya


dinyatakan dalam M. Misal suatu larutan 6,0 molar HCl ditulis
6,0M. berarti bahwa larutan dibuat dengan menambah 6,0 M
HCl pada air yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat
menjadi satu liter. Molaritas dinyatakan dalam rumus ( Syukri,
1999).

mol zat terlar ut


x L larutan
3. Molalitas: Jumlah mol solute per satu kilogram solvent.
Molalitas biasanya ditulis dengan m. Dimisalkan suatu larutan
bertuliskan 6,0 m HCl dibaca 6,0 molal. Molalitas dinyatakan
dalam rumus

mol zat terlarut


m kg pelarut
4. Normalitas: Jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan.
Biasanya diisi dengan hufur besar N. Dimisalkan suatu
larutanulisan 0,25 N KMnO4 dibaca 0,25 Normal. Normalitas
dinyatakan dalam rumus (Syukri, 1999).
ekuivalen zat terlar ut
N L larutan

5. Persen: Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen


berat atau persen volume. Sebagai contoh 3% berat adalah 3
gram H2O2 tiap 100 gram. Sedangkan 1% volume adalah satuan
larutan yang dibuat dari 1 ml alkohol dan solvent di tambahkan
hingga volume menjadi 100ml.
w gram
% 
terlarut
x 100% (menyatakan persen berat gram larutan)
w gram larutan

w gram
% 
terlarut x 100% (menyatakan persen larutan)
w gram larutan
Faktor- fator yang mempengaruhi kelarutan: temperatur, sifat
pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh
kompleks
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya
bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jikapelarutnya bukan air, maka
nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol
disebut larutan garam dalam alkohol (alcohol disebutkan), tetapi larutan
garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut
dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya
gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida,
dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka.
Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut
sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan
alkohol. Larutan 60
% alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60
% gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air
terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal)
menjadi terlarut (menyerupai air).
Air berperan sebagai pelarut universal karena air merupakan zat
yang mampu melarutkan dan mengurai banyak zat. Suatu zat yang larut
dalam air berarti zat tersebut merata dalam air. Sebagian zat hanya larut
saja dalam air dan tidak terurai (Syukri, 1999).
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
1. Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke
lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan
energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
turun.
2. Endoterm, menyerap panas dari lingkungan ke sistem,
temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi
potensial dari zat kimia yang bersangkutan akan naik.
(Sihaloho 2021).
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
2.2 Konsentrasi Larutan
Bagaimana proses yang terjadi ketika suatu zat dicampurkan
membentuk suatu larutan. Hal ini bergantung pada struktur dan sifat zat
yang akan dicampurkan. Zat-zat yang memiliki struktur sama atau mirip
dengan zat yang akan dicampurkan akan mudah saling melarutkan,
sebaliknya zat-zat yang berbeda struktur satu dengan lainnya, tidak akan
saling melarutkan. Selain itu, kepolaran suatu zat akan membantu
meramalkan kelarutan zat.
Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan
pekat dan larutan encer. Dalam larutan encer, massa larutan sama dengan
massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama dengan massa jenis
pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:
1. Cairan- cairan
Dalam membahas pelarutan zat cair dalam zat
cair lainnya, banyak Ilmuwan kimia mengemukakan
istilah “like dissolved like” sebagai prinsip umum untuk
menyatakan pelarutan. Istilah ini mempunyai makna
bahwa zat-zat cair yang mempunyai struktur serupa akan
saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan, sebab molekul-molekul zat cair yang
dicampurkan mempunyai gaya tarik antarmolekul sama
atau hampir sama dalam jenis maupun kekuatan
ikatannya. Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan
zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap kelarutan.
Contohnya: CH3Cl (polar) dengan CCl4
(non- polar).Larutan ini terjadi karena
terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi
(peristiwa menyebarnya zat terlarut di dalam zat pelarut)
yang kuat. Disini terjadi peristiwa soluasi, yaitu
peristiwa partikel- partikel pelarut
menyelimuti partikel terlarut. Untuk kelarutan cairan-
cairan dipengaruhi juga oleh ikatan Hydrogen.
2. Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di
cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar molekul zat
padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat
padat non- polar (sedikit polar) besar kelarutannya dalam
zat cair yang kepolarannya rendah. Contohnya: DDT
memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut
di dalam non- polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah
larut dalam air (polar).
Perbedaan gaya tarik antarmolekuler menyebabkan
zat padat mempunyai kelarutan terbatas di dalam suatu
pelarut. Gaya tarik antarmolekuler dalam zat padat lebih
besar daripada gaya tarik antarmolekuler dalam zat cair
untuk suhu yang sama sehingga dapat diduga bahwa gaya
tarik antarmolekul I2(s) lebih besar daripada gaya tarik
antarmolekul CCl4() . Oleh sebab itu, kelarutan I 2 dalam
CCl4 relatif rendah. Keadaan ini didukung oleh fakta
bahwa zat padat dengan titik leleh lebih rendah akan
memiliki kelarutan lebih besar dibandingkan dengan zat
padat yang memiliki titik leleh lebih tinggi.
Zat padat non-polar atau sedikit polar memiliki
kelarutan tinggi dalam zat cair yang memiliki kepolaran
rendah, tetapi kelarutannya rendah dalam pelarut polar.
DDT, misalnya memiliki struktur serupa dengan CCl 4 dan
CHCl3 sehingga DDT larut baik dalam pelarut non-polar
atau sedikit polar sebagaimana halnya CCl4 dan CHCl3
dibandingkan dalam pelarut polar
3. Gas- cairan
Prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan:
1. Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat
cair gaya tarik antar molekulnya. Gas dengan titik
cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
2. Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang
gaya tarik antar molekulnya sangat mirip dengan yang
dimiliki oleh suatu gas. Titik didih gas mulia dari atas
ke bawah dalam suatu sistem periodik, makin tinggi,
dan kelarutannya makin besar.
Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan,
yaitu peningkatan temperatur menguntungkan proses endotermis,
sebaliknya penurunan temperatur menguntungkan proses eksotermis.
Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm
akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan gas
dalam cair berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur
menurunkan kelarutan.
2.3 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Sifat-Sifat Koligatif Larutan:
1. Adalah sifat larutan encer yang tidak mudah menguap dan
hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut, tidak
tergantung pada jenis zat terlarut.
2. Adalah sifat dari larutan yang bergantung pada jumlah volume
pelarut dan bukan pada massa partikel.
3. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif
larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit.
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut.
4. Maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:
Penurunan tekanan uap jenuh, Kenaikan titik didih, Penurunan
titik beku, Tekanan osmotic
5. Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh
konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri.
6. Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak
sama dengan jumlah partikel yang ada dalam larutan elektrolit,
walaupun keduanya mempunyai konsentrasi yang sama. Hal ini
dikarenakan larutan elektrolit dapat terurai menjadi ion-ionnya,
sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat terurai menjadi
ion- ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dapat
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi
larutan dan sifat larutan itu sendiri. Sebelum itu kita harus mengetahui hal-
hal berikut
1. Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
2. Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
3. Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah
mol zat pelarut dan zat terlarut.
2.3.1 Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan
Sifat koligatif larutan elektrolit, disebabkan larutan non elektolit
tidak dapat mengurai menjadi ion – ion nya. Maka Sifat koligatif
larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung tekanan
uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum
sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu
larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut
murninya, berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat
terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini
disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya
jika sangat encer.
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif
tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat
terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada
suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
A. Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud
zat dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa suatu
zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan
dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan
akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan
molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-
molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam
cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan
membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja
yang menguap, karena sebagian yang lain penguapannya
dihalangi oleh zat terlarut. Banyak sedikitnya uap diatas
permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan
tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap
yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan
uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan
mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila
tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan
uap ini disebut tekanan uap jenuh. (Didik and Sma, 2021)
B. Kenaikan Titik Didih Larutan dan Penurunan Titik Beku
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih
dan penurunan titik beku. Titik didih larutan selalu lebih
tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku
pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka
semakin banyak zat cair yang menguap. Pada suhu tertentu
jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan
tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan
saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut
sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih
dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama
dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat
konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
kenaikan titik didih dari sebuah larutan.
C. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif ketiga terutama penting dalam biologi
sel, sebab peranannya penting dalam transfor molekul
melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel,
yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan
molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi
permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari
molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya
partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel
disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari
tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan
osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan
beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya. Osmosis atau tekanan osmotik
adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis ke
larutan hipertonis melalui membran semipermiabel.
Osmosis dapat
dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah
yang disebut tekanan osmotik.
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama
dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun
konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian
sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan
non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Dalam sistem analisis, dikenal larutan hipertonik
yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi,
larutan isotonic yaitu dua larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut sama, dan larutan hipotonik yaitu larutan
dengan konsentrasi terlarut rendah. Air kelapa merupakan
contoh larutan isotonik alami. Secara ilmiah, air kelapa muda
mempunyai komposisi mineral dan gula yang sempurna
sehingga memiliki kesetimbangan elektrolit yang nyaris
sempurna setara dengan cairan tubuh manusia.
D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang
lebih besar dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk
sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan
antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan
non elektrolit, menurut Van’t Hoff besarnya selalu tetap dan
diberi simbol i (i = tetapan atau faktor Van’t Hoff ).

(Sudiarti, 2019)
1. Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam
larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
b. Terionisasi sempurna
c. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas
yang dihasilkan banyak, lampu menyala
d. Penghantar listrik yang baik
e. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
f. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4,
HNO3, HF); basa kuat (NaOH, Ca(OH) 2, Mg(OH)2,
LiOH), NaCl
2. Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan sedikit ion
b. Molekul netral dalam larutan banyak
c. Terionisasi hanya sebagian kecil
d. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas
yang dihasilkan sedikit, lampu tidak menyala
e. Penghantar listrik yang buruk
f. Derajat ionisasi mendekati 0
g. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat,
asam semut), basa lemah (Al(OH)3, NH4OH),
NH4CN
Larutan non elektrolit memiliki karakteristik :
a. Tidak menghasilkan ion
b. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
c. Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik:
tidak menghasilkan gelembung, lampu tidak menyala
2.4 Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua
zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan
heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga
disebut bentuk
(fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah
campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut,
contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri
adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian
campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen. Ukuran
partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat
berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh
lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk
warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak
sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dan lain-lain.
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan
suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1
- 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti
partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.
Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi). Koloid mudah dijumpai di mana-mana:
susu, agar- agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh
koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam
kimia industri karena kepentingannya. Sistem koloid berhubungan dengan
proses – prose di alam yang mencakup berbagai bidang.
Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu
makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh
tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga
protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid
sehingga proses–proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk
yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat
bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan
susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air
panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai
rasa yang beragam, es krim tersebut harus disimpan dalam lemari es agar
tidak meleleh.
2.5 Campuran
Campuran adalah kombinasi dari dua atau lebih zat di mana tiap-
tiap zat masih mempertahankan identitasnya masing-masing yang berbeda.
Seperti zat murni, campuran dapat berupa padatan, cairan atau gas.
Beberapa contoh campuran yang akrab dengan kehidupan kita adalah, es
jus, air laut, dan udara. Campuran tidak memiliki komposisi konstan yang
universal. Oleh karena itu, sampel udara yang dikumpulkan di lokasi yang
berbeda akan berbeda komposisinya karena perbedaan ketinggian, polusi,
dan faktor lainnya. Berbagai macam es jus, sangat mungkin berbeda dalam
komposisi karena penggunaan berbagai macam buahnya, atau mungkin
perbedaan dalam pengolahan, kemasan, dan sebagainya. (Syukri, 1999).
Campuran pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau
lebih yang partikelnya menyebar merata sehingga membentuk
1 fase. Yang disebut 1 fase adalah zat yang komposisinya sama
antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya.
b. Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata
antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan
komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama
diberbagai bagian bejana. Dalam campuran heterogen masih
ada bidang batas antara dua komponen atau mengandung lebih
dari 1 fasa.
Campuran natrium klorida dalam air adalah campuran homogen
karena komposisi campuran adalah seragam di seluruh bagiannya. Kita
tidak bisa membedakan komponen dari campuran homogen seperti air
garam, karena semua bagian sampel memiliki komposisi yang sama. Jika
kita mencampur pasir dengan kikiran besi, maka pasir dan kikiran besi
tetap berbeda dan masing-masing dapat dilihat. Jenis campuran heterogen
ini memiliki komposisi yang tidak seragam di setiap bagiannya.
Campuran, baik yang homogen maupun heterogen, dapat dipisahkan
menjadi zat-zat penyusunnya tanpa mengubah identitas masing-masing
zat. Untuk memisahkan campuran pasir besi, Anda dapat menggunakan
magnet untuk menarik kikiran besi dari pasir. Campuran garam dapurair
dapat dipisahkan melalui penguapan.
2.6 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara zat atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul atom maupun ion yang
komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil
solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekata adalah
larutan yang mengandung sebabian besar solute. Solute adalah zat terlarut
sedangkan solvent pelarut adalah medium dalam mana solute terlarut
(Achmad 2020).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air
(H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak,
kloroform, benzene, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan
air biasanya tidak disebutkan. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan
suatu gas dengan gas lainnya karena semua gas bercampur dalam semua
perbandingan maka setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan
larutan (Wolke, 2019).
Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan
Sorensen. NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan karena titik
didih NaOH lebih besar dibandingkan titik didih air . (Anonim, 2020).
Laruatan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama dan
berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat molekul, atom, ion dari
dua zat atau lebih. Larutan juga daapat digunakan sebagai bahan industry,
baik itu industri nuklir maupaun lain sebagainya. Larutan sebagai bahan
industri dapat dilakukan dengan membuat umpan melalui metode re-
ekstraksi, dimana hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan
waktu terhadap efisiensi dan koefisien distibusi tersebut. (Firdaus, T.
2016).
2.7 Elektrolit Senyawa Ion dan Kovalen
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut Arrhenius,
larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena mengandung ion-ion
yang dapat bergerak bebas. Jika ditinjau dari ikatannya, senyawa termasuk
elektrolit adalah senyawa-senyawa yang terbentuk dengan ikatan ion dan
ikovalen polar, sedangkan senyawa yang terbentuk dengan ikatan kovalen
non polar merupakan larutan non elektrolit. (Fieska cahyani, 2021)
2.7.1 Senyawa ion
NaCl yang terbentuk dari ion Na + dan ion CI-. Dalam
wujud padatnya, ion-ion NaCl tidak dapat bergerak bebas,
sehingga NaCl padat tidak dapat menghantarkan listrik. Namun
jika senyawa ion ini dilelehkan atau dilarutkan, ion-ionnya dapat
bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan listrik.
(Supardi,B.2020).
2.7.2 Senyawa kovalen
Kovalen polar hanya yang merupakan larutannya saja yang
dapat menghantarkan listrik. Sedangkan untuk, baik padatan,
lelehan maupun larutannya tidak dapat menghantarkan
listrik.Senyawa kovalen merupakan senyawa yang unsur-unsurnya
berikatan dengan cara pemakaian elektron bersama (David ,2019).
BAB III
PROSEDURPERCOBAAN
3.1 Alat

Gambar 3.1 Botol semprot Gambar 3.2 Labu ukur Gambar 3.3 Pipet
skala

Gambar 3.4 Spatula Gambar 3.5 Pipet tetes Gambar 3.6 Corong

Gambar 3.7 Gelas piala Gambar 3.8 Neraca analitic Gambar 3.9 Batang
pengaduk
3.2 Bahan
3.2.1 Padatan NaOH (Natrium Hidroksida)
3.2.2 Larutan HCI (Asam Klorida) pekat.
3.3.3 Aquadest.
3.3 Cara kerja
2.3.1 Bahan Padat
Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan lalu menimbang
gelas piala 100mL dalam keadaan kosong, setelah itu menibang
NaOH dengan berat tertentu kedalam gelas piala 100mL dan
larutkan NaOH atau NaCL kedalam Aquadest dan memasukan
kedalam labu ukur 100mL, dengan bantuan corong lalu jangan lupa
himpitkan hingga tanda garis atau miniskus, kemudian
dihomogenkan dan diberi label sesuai dengan konsentrasinya.
2.3.2 Bahan Cair
Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian pipet
larutan HCI paket dengan volume tertentu kedalam labu ukur
100mL yang telah berisi Aquadest kurang lebih setengah labu ukur
lalu menambahkan Aquadest hingga garis miniskus (dihimpitkan)
kemudian didinginkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


1. Bahan padat : NaOH 1N 100 ML
2. Bahan cair : HCl 0,5N 100 ML
Perhitungan
1. Bahan padat
Konsentrasi NaOH = 1N
Volume = 100 ml = 0,1 L
BE NaOH = 40 gr/eq
N = W
BE.V
1 Eq /L= W

40 gr/eq . 0,1 L
W = 1 Eq /L . 40 gr/eq . 0,1 L

W = 4 gram
2. Bahan cair
Konsentrasi HCl = 0,5 N
Volume = 100 ML = 0,1 L
BE HCl = 36,5

gr/eq Pengenceran

V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 4N = 100 ML0,5
V1 = 100ML .
0,5
4N
V1 = 12,5 M
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan, kami dapat mengetahui cara membuat
larutan dari bahan padat dan cair. Untuk bahan padat dilakukan dengan
cara menimbang bahan yang akan dijadikan larutan. Sedangkan untuk
bahan yang akan dijadikan larutan yang cair, dilakukan dengan cara
memipet bahan yang akan dijadikan larutan. Dan kemudian kami juga
dapat mengetahui tentang pengenceran atau penambahan zat terlarut ke
dalam suatu larutan, sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil
dengan menambahkan zat pelarut. Serta kami juga dapat mengetahui
Molaritas adalah suatu konsentrasi yang mengukur banyaknya mol zat
terlarut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ikatan ion akan terbentuk pada atau ditandai dengan larutan-larutan
yang diujiterjadi reaksi serta menghasilkan endapan sedangkan ikatan kovalen
dapat dilihat dengan larutan-larutannya tidak bereaksi antara satu larutan
dengan larutan lainnya. Pola senyawa kompleks dan non kompleks ditandai
dengan endapan dan non endapan. Senyawa kompleks terjadi pada larutan
yang memberikanendapan sedangkan senyawa nonkompleks tidak ditandai
dengan adanya endapan.
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium
Sebaiknya dalam ruang laboratorium diperbesar lagi dan
menambahkan fasilitas AC untuk kenyamanan para praktikan dan
asisten, agar proses pratikum dapat berjalan lebih efisien dan baik.
5.2.2 Asisten
Selama praktikum ini, kakak menjalankan tugas dengan baik.
Pemberian intruksinya jelas dan bisa membuat para praktikum tidak
tegang. Apa yang kakak lakukan sudah cukup baik semoga kakak bisa
terus lebih baik lagi. Namun, saran saya semoga kakak bisa tetap
membantu kami sampai penghujung lab.
DAFTAR PUSTAKA

Didik, P. and Sma, D.I. (2021) ‘PENGEMBANGAN MEDIA KIT KONFIGURASI


ELEKTRON UNTUK’, 9(4), pp. 101–109.
Sihaloho, M. et al. (2021) ‘Diagnosa Miskonsepsi Siswa SMA Negeri 1 Telaga
Gorontalo pada Materi Termokimia’, Jambura Journal of Educational
Chemistry, 3(1), pp. 7–13. Available at: https://doi.org/10.34312/jjec.v3i1.7133.
Achmad, 2020. Kimia Larutan . Bandung
Rusdiani, S., Suhendar, D. and Sudiarti, T. (2019) ‘Perbandingan Sifat Koligatif
Campuran Larutan Garam (NaCl, KCl, dan Na-Benzoat) dengan Air Zamzam
Berdasarkan Berat Jenisnya’, al-Kimiya, 4(1), pp. 9–16. Available at:
https://doi.org/10.15575/ak.v4i1.5078. (Sihaloho et al., 2021)
AYAT YANG BERHUBUNGAN

Q.S.Az-Zumar: 21
“Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah telah menurunkan air dari langit,
lalu diaturnya menjadi sumber- sumber air di bumi, kemudian dengan air itu
ditumbuhkan-Nya tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian
menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya
hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi
orang- orang yang mempunyai akal sehat..

Anda mungkin juga menyukai