Anda di halaman 1dari 10

Laporan Kimia Dasar I Pembuatan Larutan

11:22 Laporan Kimia Dasar I 2 comments

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang
homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah
besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat
terlarut atau solute. Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang
ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara.
Antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting. Karena hampir semua reaksi kimia
terjadi dalam bentuk larutan. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi dengan baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat berpariasi. Contohnya dalam pembuatan larutan H2SO4 dengan konsentrasi yang lebih
rendah. Maka larutan H2SO4 pekat dilarutkan dengan H2O sehingga larutan H2SO4 menjadi lebih
encer.
Dalam praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana kita membuat larutan
dengan konsentrasi sesuai yang diperluakan.
1.2.

Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu;
Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat cair;
Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat padat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi
baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat
berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil
solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah
medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang
berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat,
akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas
bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan
larutan.
Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Jika
sebagian cairan adlah air, maka larutan disebut larutan berair.
Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak
beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri, 1999).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarutpadatemperatur tertentu disebut larutan
jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh.
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak
daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperature tersebut. Larutan yang
demikian disebut larutan lewat jenuh.
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, daalam jumlah tertentu
pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat
itu, molekul pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak
komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen.
Yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut.
Contoh larutan biner
Zat terlarut
Gas
Gas
Gas
Cair
Cair

Pelarut
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat

Contoh
Udara, semua campuran gas
Karbondioksida dalam air
Hydrogen dalam platina
Alcohol dalam air
Raksa dalam tembaga

Padat
Padat

Padat
Cair

Perak dalam platina


Garam dalam air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion
sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003).
2.2. Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut,
dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol)
tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol,
molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume
(Baroroh, 2004).
Satuan konsentrasi
Lambang
Satuan Fisika
% w/w

Nama
Persen berat

% v/v

Persen volume

% w/v

Persen berat volume

ppm

Parts per million

ppb

Parts per billion

Satuan kimia
X

Fraksi mol

Formal

Molal

Normal

m Eq
Osm
M

Definisi

Mili ekuivalen
Osmolar
Molar

Seper seribu mol larutan

(hiskia Achmad, 2001)


1. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol
dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang mengandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka
fraksi mol alkohol adalah dan air (syukri, 1999).
Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol pelarut) sama dengan 1 (Hoskia
Achmad, 2007).
2. Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya dinyatakan dengan
huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M, bararti bahwa larutan dibuat dengan
menambahkan 6,0 mol HCl pada air yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat menjadi
satu liter.
3. Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram solvent. Molalitas
biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl dibaca 6,0 molal, dan menyatakan
suatu larutan yang dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air.
4. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan. Biasanya
ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO 4 dibaca 0,25 normal, dan menyatakan
larutan yang mengandung 0,25 gram ekuifalen dari kalium permanganat per liter larutan.
5. Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen volume. Sebagai contoh,
3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram larutan. Sedangkan 12% volulme adlah suatu
larutan yang dibuat dari 12 ml alkohol dan solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml
(syukri, 1999).
2.3. Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel kecil padat atau cair
yang terdispersi dalam zat cair atau gas.
2.4. Koloid
Koloid adalah campuran heterogen antara dua dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat
berukuran koloid (1-100 nm) tersebar merata dalam zat lain.
2.5.
2.5.1.
-

Ciri-ciri larutan, suspensi dan koloid


Larutan (dispersi molekul)
1 fase
Jernih
Homogen
Diameter partikel : < 1 nm
Tidak dapat disaring
Tidak memisah jika didiamkan

2.5.2. Suspensi (dispersi kasar)


- 2 fase
- Keruh
- Heterogen
- Diameter partikel : > 100 nm
- Dapat disaring dengan kertas saring
- Memisah jika dididamkan
2.5.3. Koloid (dispersi koloid)
2 fase
Keruh
Antara homogen dan heterogen
Diameter partikel : 1 nm < d > 100 nm
Tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa melainkan penyaring ultra
Tidak memisah jika didiamkan

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
3.1.1.
3.1.2.
3.2.
3.2.1.
-

Alat dan Bahan


Alat-alat
Neraca analitik
Labu takar 250 ml
Gelas kimia 100 ml
Labu takar 100ml
Batang pengaduk
Pipet tetes
Corong kaca
Gelas ukur
Botol kratingdaeng
Bahan-bahan
H2SO4 1 M
BaCl2 (padatan)
Akuades
Alumunium foil
Prosedur percobaan
Pengenceran
Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
Dihitung volume H2SO4 1 M yang dibutuhkan untuk membuat larutan H2SO4 0,5 M
Diambil H2SO4 sesuai perhitungan
Dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml
Dikocok

3.2.2. Pelarutan
Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M
- Dihitung gr BaCl2 yang diperlukan untuk membuat larutan BaCl2 0,1 M
Ditimbang BaCl2 sesuai dengan perhitungan menggunakan alumunium foil dengan
-

menggunakan alat ukur neraca analitik


Dimasukkan BaCl2 yang telah ditimbang kedalam gelas kimia 100 ml dan kemudia ditambahkan

akuades secukupnya kemudian diaduk hingga BaCl2 larut


BaCl2 yang telah larut dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, kemudian ditambahkan akuades
hingga volume larutan menjadi 250 ml

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
No
1

Perlakuan
Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
Dihitung volume H2SO4 0,1 M

Pengamatan
V = 50 ml

Diambil H2SO4
Dilarutkan dengan akuades dalam labutakar 100 Larutan H2SO4 menjadi 0,5 M

ml

Larutan bening

Dikocok
Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M

Larutan homogen

Dihitung gram BaCl2

gr = 5,2 gram

Dimasukkan BaCl2 ke dalam gelas kimia 100 ml


Ditambahkan akuades secukupnya
Diaduk

BaCl2 menjadi larut

Dimasukkan BaCl2 yang telah larut ke dalam labu Larutan BaCl2 menjadi 0,1 M
takar 250 ml

Larutan bening

Dikocok

Larutan homogen

4.2. Reaksi
1. NaCl(s) + H2O(l) Na+ + Cl- +H2O

2. H2SO4 + H2O HSO4- + H+ + H2O


HSO4- +H2O SO42- + H+ + H2O
3. BaCl2(s) + H2O(l) Ba2+ + 2Cl- + H2O
4. NaOH(s) + H2O(l) Na+ + OH- + H2O
4.3. Perhitungan
4.3.1. Pembuatan larutan H2SO4 0,5 M
M1 = 1 M
M2 = 0,5 M
V2 = 100 ml
V1 = ..?

4.3.2. Pembuatan larutan BaCl2 0,1 M


M = 0,1 M
V = 250 ml
gr BaCl2 = .?

4.4.Pembahasan
Pada praktikum kali ini, terdapat dua percobaan. Percobaan yang dilakukan adalah
pembuatan larutan. Percobaan pertama adalah pembuatan dengan berdasarkan konsentrasi
tertentu dari campuran zat cair dengan zat cair, dimana digunakan H 2SO4 sebagai zat terlarut dan
akuades sebagai pelarut. Dan percobaan kedua adalah pembuatan larutan dari campuran zat
padat dari zat cair, dimana zat padat yang digunakan adalah BaCl 2 juga sebagai zat terlarut dan
zat cair sekaligus pelarut adalah akuades. Yang dimaksud dengan campuran adalah komponen
yang tersusun dari dua zat atau lebih yang berada dalam satu wadah. Campuran sendiri dibagi
menjadi dua yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah

campuran yang pembatas antara zat pembentuknya tidak tampak dan partikel-partikel zat
pembentuknya tersebar merata ke seluruh bagian. Sedangkan campuran heterogen adalah
campuran dari beberapa zat yang tidak dapat bercampur secara sempurna dan masih dapat dilihat
sifat-sifat zat pembentuknya. Campuran juga dibagi menjadi larutan, suspensi dan koloid.
Larutan adalah campuran homogen antara pelarut dan zat terlarut, dimana zat terlarut disebut
fasa terdispersi dan pelarut disebut fase pendispersi. Suspensi adalah campuran heterogen yang
terdiri dari partikel-partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Dan
koloid adalah campuran heterogen antara dua zat atau lebih dimana partikel berukuran koloid (1
100 nm) tersebar merata dalam zat lain. Perbedaan antara larutan, suspensi dan koloid adalah
ketampakkan partikel zat terkarut. Dimana pada larutan partikel zat terlarut tidak tampak, pada
suspensi tampak dan pada koloid tampak apabila menggunakan mikroskop ultra dan tidak
tampak apabila dari kasat mata.
Untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan, dapat digunakan berbagai cara:
1.

Fraksi mol : Perbandingan antara jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol
dalam larutan

2.

Molaritas : jumlah mol zat terlarut perliter larutan

3.

Molalitas : jumlah mol zat terlarut per sati kilogram pelarut

4.

Normalitas : Jumlah gram ekuifalen solute per liter larutan

5.

Persen berat : Jumlah massa zat terlarut dibagi jumlah larutan dikali 100%

6.

Persen volume : persen dari volume zat terlarut dalam dalam suatu volume larutan

7.

Persen berat volume : menyatakan massa zat terlarut dalam suatu volume larutan

8.

Part per million : menyatakan satu milligram zat terlarut dalam satu liter larutan

9.

Part per billion : menyatakan satu microgram zat terlarut dalam satu liter larutan

Pada percobaan pertama dilakukan pengenceran larutan. Pengenceran merupakan perlakuan


untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang lebih rendah dari yang sebelumnya. Percobaan ini
menggunakan H2SO4 sebagai larutan yang akan diencerkan sekaligus merupakan zat terlarut dan
menggunakan akuades sebagai pelarut. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan H2SO4 0,5
M sebanyak 100 ml dari H2SO4 1 M. berdasarkan perhitungan volume H 2SO4 yang dibutuhkan
adalah 50 ml. Kemudian 50 ml H2SO4 dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan ditambahkan
akuades hingga larutan menjadi 100 ml. Fungsi penambahan akuades adalah untuk menurunkan
konsentrasi dari H2SO4. Setelah ditambahkan, labu takar dikocok agar larutan menjadi homogen
dan didapatkan larutan H2SO4 0,5 M sebanyak 100 ml. Faktor kesalahan dari praktikum ini
adalah ketika pengukuran volume larutan tidak pas pada meniskus bawah.
Pada percobaan kedua adalah dilakukan pelarutan zat padat pada zat cair untuk
mendapatkan konsentrasi larutan dengan nilai tertentu. Pada percobaan ini menggunakan padatan
BaCl2 sebagai zat yang akan dilarutkan. Dan menggunakan akuades sebagai pelarut. Percobaan
ini dilakukan untuk mendapatkan larutan BaCl2 0,1 M 250 ml. Berdasarkan perhitungan, massa
BaCl2 yang dibutuhkan adalah 5,2 gr. Kemudian BaCl 2 ditimbang menggunakan neraca analitik.
Pada saat penimbangan tidak digunakan gelas kimia sebagai wadah, melainkan alumunium foil.
Hal ini dilakukan karna Gekas kimia terlalu berat, sedangkan alumunium foil lebih ringan
sehingga bisa didapatkan hasil yang lebih akurat. Setelah ditimbang, BaCl 2 yang masih berupa
padatan dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan akuades secukupnya lalu diaduk agar
BaCl2 dapat larut dalam akuades. Kemudian BaCl2 yang sudah larutdimasukkan kedalam labu
takar 250 ml dan ditambahkan akuades hingga larutan menjadi 250 ml, kemudian diaduk agar
larutan menjadi homogen dan didapatkan larutan BaCl2 0,1 M sebanyak 250 ml. Faktor
kesalahan pada peercobaan ini adalah pengukuran menggunakan neraca analitik yang kurang
tepat dan pengukuran volume larutan yang kurang pas pada meniscus bawah.

BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
-

Untuk membuat larutan dengan zat cair digunakan metode pengenceran. Metode ini dilakukan
untuk mendapatkan larutan dengan kond=sentrasi yang lebih rendah. Contohnya pada percobaan
ini adalah pada larutan H2SO4 1 M dibuat menjadi 0,5 M dengan penambahan H2O

Untuk membuat larutan dari zat padat dilakukan dengan cara menimbang zat sesuai yang
drperlukan kemudian dilarukan dengan H2O hingga homogen kemudian ditambahkan H2O
sehingga konsentrasinya sesuai yang diperlukan.

5.2. Saran
Ketika mengukur volume larutan, pada saat cairan hampir mendekati titik batas ukur,
sebaiknya kita menambahkan larutan yang kita buat menggunakan pipet tetes sehingga didapat
larutan yang memiliki volume yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakti : Bandung
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat : Banjar
Baru
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika : Surabaya
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitasn Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai