Anda di halaman 1dari 48

LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masingmasing zat penyusunnya

tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.


Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan ini dibedakan atas :
1.
ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat
terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2,
Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat
ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat
terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa

- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain

Konsentrasi[sunting | sunting sumber]


Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh
beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi
rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).

Pelarutan[sunting | sunting sumber]

Ion natrium tersolvasi oleh molekul-molekul air

Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses
pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara
pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk
suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut
dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen
yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan
pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah
endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut
sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu
jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini

terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair
lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat
cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.

Larutan ideal[sunting | sunting sumber]


Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul
komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang
disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)
berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal
tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas
tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena.
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponenkomponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut
murni tidaklah sama dengan volume larutan.

Sifat koligatif larutan[sunting | sunting sumber]


Larutan cair encer menunjukkan sifat-sifat yang bergantung pada efek kolektif jumlah partikel
terlarut, disebut sifat koligatif (dari kata Latin colligare, "mengumpul bersama"). Sifat koligatif meliputi
penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan gejala tekanan osmotik.

Jenis-jenis larutan[sunting | sunting sumber]


Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya. Tabel berikut
menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase komponen-komponennya.
Zat terlarut
Contoh larutan
Gas

Pelaru
t

Udara (oksigen da
Gas

n gas-gas lain
dalam nitrogen)

Cairan

Cairan

Uap air di udara


(kelembapan)

Padatan

Bau suatu zat padat yang


timbul dari larutnya molekul
padatan tersebut di udara

Air

Etanol dalam air;

Sukrosa (gula) dalam

terkarbonasi (karb

campuran

air; natrium

Padata
n

on dioksidadalam

berbagaihidrokarbon (miny

air)

ak bumi)

Hidrogen larut
dalam logam,
misalnya platina

klorida (garam dapur) dalam


air;amalgam emas dalam ra
ksa

Air dalam arang aktif; uap

Aloi logam

air dalam kayu

seperti baja dan duralumin

Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat dibedakan sebagai larutan


elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit mengandung zat elektrolitsehingga dapat
menghantarkan listrik, sementara larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.

Kebanyakan reaksi kimia berlangsung bukan antara padatan murni, cairan murni, atau gas murni,
melainkan antara ion-ion dan molekul-molekul yang terlarut dalm air atau pelarut lain. Pada postingan
sebelumnya kita telah tahu kalau larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Karena
definisi ini tidak menyatakan batasan mengenai jenis zat yang terlibat, maka kita dapat memedakan
enam jenis larutan bergantung pada wujud asal (padatan, cairan, atau gas) komponen larutan. Enam
jenis larutan tersebut yaitu :

Fokus disini adalah pada larutan yang terdiri atas sedikitnya satu komponen cairan misalnya gascair, cair-cair, padat-cair. Dan barangkali tidak terlalu mengherankan apabila pelarut cairan dalam
kebanyakan larutan yang kita pelajari adalah air.
1.
Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut pada suhu tertentu
disebut dengan larutan jenuh (saturated solution).
2.
Larutan yang mengandung zat terlarut yang lebih sedikit daripada yang sebenarnya dapat
dilarutkan oleh pelarut pada suhu tertentu disebut dengan larutan tak jenuh (unsaturated solution).
3.
Larutan yang mengandung zat terlarut lebih banyak daripada yang terdapat dalam larutan jenuh
pada suhu tertentu disebut dengan larutan lewat jenuh (supersaturated solution).

Gambar 1. Perbedaan Jenis Larutan Jenuh, Belum Jenuh, dan Lewat Jenuh

Larutan lewat jenuh bukanlah larutan yang sangat stabil. Pada saatnya sebagian zat terlarut akan
terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat terlarut dari larutan
membentukan kristal dinamakan kristalisasi (crystallization). Pengendapan dan kristalisasi menjelaskan
terpisahnya zat padat berlebih dari larutan lewat jenuh namun penampilannya berbeda antara padatan
dari pengendapan dengan padatan dari kristalisasi.

Gambar 2. Gambar berikut merupakan larutan asetat lewat jenuh, terlihat natrium asetat cepat mengkristal ketika ditambahkan
sedikit benih sedikit

Gambar 3. Kristalisasi Suatu Larutan

2.1 Komponen Larutan

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran


partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat
dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel
penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di
dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan
demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka
pelarutnya adalah volume terbesar.

Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:

a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
turun.

b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran
reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.

Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikelpartikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan
tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh
( masih dapat larut).

b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan
tepat jenuh.

c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh
terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.

b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.

Contoh soal komponen larutan

Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75%?

Jawab:

a. Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.

Zat terlarut = 25 % x 100 gram = 25 gram (alkohol)

Zat pelarut = 75% x 100 gram = 75 gram ( air)

b. Dalam larutan alkohol 75% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.

Zat terlarut = 25% x 100 gram = 25 gram (air)

Zat pelarut = 75% x 100gram = 75 gram (alkohol)

Jadi, untuk larutan cair maka pelarutnya adalah volume terbesar.

2.2 Konsentrasi Larutan

Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif,
larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan encer,
massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama dengan
massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:

a) Cairan- cairan

Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan Like dissolver like maknanya zat- zat
cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan C2H5OH.

Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap
kelarutan. Contohnya: CH3Cl (polar) dengan CCl4 (non- polar).Larutan ini terjadi karena
terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut di
dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikelpartikel pelarut menyelimuti (mengurung) partikel terlarut. Untuk kelarutan cairan- cairan
dipengaruhi juga oleh ikatan Hydrogen.

b)Padat- cair

Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar
molekul zat padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non- polar
(sedikit polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah. Contohnya:
DDT memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di dalam non- polar (contoh
minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air (polar).

c) Gas- cairan

Ada 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, yaitu:

Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya.
Gas dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.

Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat
mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.

Titik didih gas mulia dari atas ke bawah dalam suatu sistem periodik, makin tinggi, dan
kelarutannya makin besar.

Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan, yaitu peningkatan temperatur
menguntungkan proses endotermis, sebaliknya penurunan temperatur menguntungkan
proses eksotermis. Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung
endoterm akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan gas dalam
cair berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur menurunkan kelarutan.

Proses melarut dianggap proses kesetimbangan,

Solute + Solvent Larutan DH = - (eksoterm)

DH = + (endoterm)

Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan ini
dijelaskan dengan Hukum Henry, yaitu Cg = k . Pg (tekanan berbanding lurus dengan
konsentrasi).

Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/ panas yang diserap atau dilepaskan jika suatu zat
terlarut dilarutkan dalam pelarut. Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat,
yaitu:

Tahap 1, yaitu: Baik zat terlarut maupun zat pelarut masih tetap molekul- molekulnya
berikatan masing- masing.

Tahap 2,yaitu:Molekul- molekul yang terdapat pada zat terlarut memisahkan diri sehingga
hanya terdiri dari 1 molekul tanpa adanya ikatan lagi dengan molekul- molekul yang
terdapat di dalamnya, begitu pula molekul- molekul yang terdapat pada zat pelarut.

Tahap 3, yaitu: Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan molekul
pada zat pelarut.

Pada umumnya: Tahap 1 memerlukan panas.

Tahap 2 memerlukan panas.

Tahap 3 menghasilkan panas.

Eksoterm: 1+2 < 3 dengan DH = - (eksoterm)

Endoterm: 1+2 > 3 dengan DH = + (endoterm)

Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan satuansatuan konsentrasi:

1. Fraksi mol (X)

2. Persentase : a. Persentase berat per berat (% b/b)

b. Persentase berat per volume (% b/v)

c. Persentase volume per volume (% v/v)

3. Bagian per sejuta

4. Kemolaran atau molaritas (M)

5. Kemolalan atau molalitas (m)

Fraksi mol (X)

Fraksi mol suatu zat adalah perbandingan jumlah mol suatu zat terhadap jumlah total mol
seluruh zat yang menyusun suatu larutan.

X=

X pelarut + Xterlarut = 1

Persentase (%)

1. Persentase berat per berat (% b/b)

Persen b/b adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.

%b/b =

x100%

Contoh: Larutan cuka sebanyak 40 gram mengandung asam asetat sebanyak 2 gram.
Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam satuan % b/b?

Solusi: % b/b = 2/40 x 100%= 5%

2. Persentase berat per volume (% b/v)

Persentase b/v adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.

%b/v=

x100%

Satuan %b/v umumnya dipakai untuk zat terlarut padat dalam pelarut cair.

Contoh: Untuk membuat larutan infus glukosa, 45 gram glukosa murni dilarutkan dalam
akuades hingga volume larutan menjadi 500 ml. Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam
satuan %b/v?

Solusi:%b/v= 45/100 x 100%= 90 %

3. Persentase volume per volume (% v/v)

Persentase v/v adalah jumlah ml zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.

%v/v=

x100%

Satuan %v/v umumnya dipakai untuk zat terlarut cair dalam pelarut cair.

Contoh: Etanol sebanyak 150 ml dicampur dengan 350 ml akuades. Hitunglah konsentrasi
etanol dalam satuan %v/v?

Solusi:Volume larutan = 150 + 350 = 500 ml.

%v/v= 150/500 x 100%= 30 %

Bagian per sejuta (ppm/ part per million)

Satuan ppm menyatakan satu gram zat terlarut dalam satu juta gram pelarut.

ppm =

x100%

Dalam rumus di atas satu gram zat terlarut dibagi massa larutan karena massa jenis larutan
sama dengan massa jenis pelarutnya sehingga massa larutan = massa pelarutnya.

Kemolaran atau molaritas (M)

Kemolaran atau konsentrasi molar adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan
atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap ml larutan.

M=

M=

Keterangan: gr = massa zat terlarut (gram)

Mr= Mr zat terlarut

v = volume larutan (mL)

Kemolalan atau molalitas (m)

Kemolalan adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.

m=

Keterangan: p= gram pelarut

atau m =

x mol zat terlarut =

2.3 Larutan Asam-basa

2.3.1 Konsep Asam- Basa

2.3.1.1 Asam- Basa Arrhenius

Asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion H+ . Contoh asam: HCl, H2SO4,
H3PO4. Sifat- sifat larutan asam adalah sebagai berikut:

Dalam air menghasilkan ion H+ .

Menyebabkan warna kertas lakmus menjadi merah.

Larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik.

Menyebabkan perkaratan logam (korosif).

Jumlah ion H+ yang dapat dibebaskan oleh satu molekul asam disebut valensi atau
martabat asam tersebut. Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:

1) Asam bervalensi satu, misalnya: HCl, HCN, HNO3, CH3COOH, dll.

2) Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4, H2CrO4, H2CO3, dll.

3) Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4, H3AsO4, dll.

Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion OH- . Contoh basa: NaOH,
Ca(OH)2 , Al2(OH)3 , NH3, dll. Sifat- sifat larutan basa adalah sebagai berikut:

Dalam air dapat menghasilkan ion OH- .

Menyebabkan warna kertas lakmus menjadi biru.

Larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik.

Jika mengenai kulit, maka kulit akan melepuh (kaustik).

Jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh satu molekul basa disebut valensi atau
martabat basa. Berdasarkan valensinya basa dibedakan atas:

1) Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH, KOH, AgOH, NH4OH, dll.

2) Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2, Mg(OH)2,Fe(OH)2, dll.

3) Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3, Cr(OH)3, dll.

Jadi di sini ion H+ tidak berikatan dengan air, atau bebas di air tanpa adanya ikatan.

2.3.1.2. Asam- Basa Bronsted- Lowry

Asam adalah suatu zat yang dapat menyumbang proton (H+), sehingga disebut donor
proton. Basa adalah zat yang dapat menerima proton, sehingga disebut akseptor proton.
Jadi di sini ion H+ berikatan dengan air.

Contoh H2O + HCl H3O+ + Cl-

Dalam reaksi di atas,

HCl termasuk asam karena memberi proton.

H2O termasuk basa kare4na menerima proton.

Zat yang telah menerima proton disebut asam konjugasi, sedangkan yang telah memberi
proton disebut basa konjugasi. Dalam contoh reaksi di atas, H3O+ adalah asam konjugasi,
sedangkan Cl- adalah basa konjugasi.

2.3.1.3 Asam- Basa Lewis

Asam adalah senyawa penerima (akseptor ) pasangan elektron, sedangkan basa adalah
senyawa pemberi (donor) pasangan elektron. Reaksi asam- basa Lewis tergolong reaksi
pembentukan ikatan koordinasi. Contoh reaksi BF3 (asam Lewis) dengan NH3 (basa
Lewis).

2.3.2 Kekuatan Asam- Basa

Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah, begitu pula basa. Reaksi
ionisasi asam kuat, secara umum dapat ditulis :

HxA(aq) xH+(aq) + Ax-(aq). Yang termasuk asam kuat, meliputi: HCl, HBr, HI, HNO3,
H2SO4, HClO4, dll. Reaksi asam kuat bersifat satu arah karena asam kuat mudah
terionisasi dalam air.

Reaksi ionisasi asam lemah, secara umum dapat ditulis :

HzB(aq) zH+(aq) + B z- (aq). Yang termasuk asam lemah, meliputi: CH3COOH, HF, HCN,
H2CO3, dll. Reaksi asam lemah bersifat reversibel karena asam lemah tidak terionisasi
sempurna di dalam air.

Basa kuat meliputi senyawa- senyawa hidroksida alkali dan beberapa hidroksida alkali
tanah. Selain hidroksida- hidroksida tersebut semuanya tergolong basa lemah.

Asam kuat dan basa kuat dalam air mudah terionisasi , dengan derajat ionisasi (a) 1,
sehingga jumlah ion- ionnya relatif banyak. Akibatnya, larutan asam kuat dan basa kuat
mudah menghantarkan arus listrik, sehingga disebut larutan elektrolit kuat. Sebaliknya,
larutan basa lemah dan asam lemah sukar terionisasi (a 1), sehingga tergolong larutan
elektrolit lemah.

Senyawa- senyawa yang dapat bertindak sebagai asam (melepaskan H+) dan juga dapat
bertindak sebagai basa (melepaskan OH-) disebutsenyawa amfoter. Senyawa- senyawa
amfoter, meliputi: Be(OH)2, Al(OH)3, Zn(OH)2,dll.

2.3.3 Indikator

Indikator asam basa adalah suatu zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah atau larutan yang berisi indikator berubah pH. Atau dengan kata lain, suatu

senyawa yang berbeda warnanya dalam larutan asam dengan larutan basa.Dalam indikator
terdapat dua warna dalam keadaan basa (warna basa) dan sebaliknya

Nama Indikator

Pki

(konstanta kesetimbangan)

Jenis

Trayek pH

Warna

Asam- Basa

Fenoftalin

Asam

8,0- 9,6

Tidak berwarna- Merah

Brom Timol Biru

7,3

Asam

6,0- 7,6

Kuning- Biru

Metil Jingga

3,4

Basa

3,1- 4,4

Merah- Jingga

Lakmus

4,5- 8,3

Merah- Biru

Biasanya indikator yang dipilih yaitu:a) harganya relatif murah.

b) sesuai trayek pH.

2.3.4 Titrasi Asam- Basa

Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan titrasi yaitu dengan
menambahkan tetes demi tetes larutan standar ke dalam larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya.Pada saat banyaknya zat penitrasi sebanding/ setara dengan zat yang
ditetapkan konsentrasinya disebut titik ekuivalen/ titik akhir titrasi yang ditunjukkan oleh
perubahan warna indikator. Suatu analisis yang berkaitan dengan volume larutan pereaksi
disebut analisis volumetri. Analisis volumetri dilaksanakan melalui metode titrasi. Salah satu

larutan ditempatkan dalam buret yang merupakan larutan penitrasi. Larutan yang satu lagi
ditempatkan dalam labu titrasi atau Erlenmeyer, yang merupakan larutan yang dititrasi.

Titrasi yang melibatkan reaksi asam dengan basa disebut titrasi asam- basa atau asidimetri
dan alkalimetri.

1) Asidimetri dilakukan untuk menentukan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan


larutan standar asam.

2) Alkalimetri dilakukan untuk menentukan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan


larutan standar basa.

2.4 Derajat Keasaman (pH)

2.4.1 pH Asam- Basa

Air murni tergolong elektrolit yang sangat lemah. Reaksi ionisasi air adalah sebagai berikut:
H2O(l) = H+(aq) + OH-(aq). Mengingat reaksinya tergolong reaksi kesetimbangan, maka
berlaku hukum kesetimbangan:

K=

Karena

hampir tetap, maka dianggap sebagai tetapan, sehingga dapat dipindah ke

ruas kiri. Dengan demikian K.

tetapan ionisasi air dan ditulis Kw. Kw=

adalah 1,0 x 10-14. Karena

. Selanjutnya, K.

. Pada suhu 25C, harga Kw

yang dihasilkan sama dengan

dan masing- masing dalam air murni

adalah

disebut

, maka

= 10-7 M.

Asam lemah dan basa lemah dalam air tidak terionisasi sempurna, sehingga

asam lemah dan

dari

dari basa lemah, dihitung dari harga tetapan kesetimbangannya.

Untuk asam lemah bervalensi satu berlaku:

Analog dengan asam lemah bervalensi satu, untuk basa lemah bervalensi satu
berlaku
=
=
dengan a =

2.4.2 Larutan Penyangga (Larutan Buffer/ Larutan dapar)

Larutan Penyangga adalah campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau
campuran basa lemah dengan asam konjugasinya. Contoh CH3COOH dengan CH3COOdan NH4OH dengan NH4+. Atau dengan kata lain, campuran asam lemah dan garamnya,
atau basa lemah dan garamnya.

Sifat Larutan Penyangga

pH larutan penyangga tidak akan berubah, jika:

1. ditambahkan sedikit asam/basa

2. ditambahkan sedikit air (diencerkan)

Penentuan pH larutan Penyangga

Reaksi kesetimbangan asam lemah, berlaku:

Ka=

= Ka .

Mengingat kesetimbangan di atas berlangsung dalam wadah yang sama, maka secara
umum pH larutan buffer yang terdiri atas asam lemah dan garamnya dapat dirumuskan
sebagai berikut.

pH = - log Ka .

Analog dengan larutan yang terdiri atas asam lemah dan garamnya; pOH larutan
penyangga yang terdiri atas basa lemah dan garamnya dapat dirumuskan sebagai berikut.

pOH = - logKb .

Kegunaan Larutan Penyangga

1.
2. Dalam tubuh manusia terdapat sistem penyangga yang berperan dalam
mempertahankan pH, seperti:

1.
2. Buffer darah, pH darah berkisar 7,35- 7,45. pH darah < 7,35 disebut
keadaan asidosis. Jika pH darah lebih kecil dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8 ;
maka akan menimbulkan kematian. Untuk menjaga agar pH darah tidak
banyak berubah, maka dalam darah terdapat sistem penyangga H2CO3 /
HCO3--.
3. Bffer cairan tubuh. Dalam cairan sel tubuh terdapat sistem penyangga
H2PO4- / HPO42-. Campuran penyangga tersebut berperan juga dalam
ekskresi ion H+ pada ginjal

3. Dalam industri farmasi, larutan penyangga berperan dalam pembuatan obat- obatan,
agar zat aktif obat tersebut mempunyai pH tertentu Larutan penyangga yang umum
digunakan dalam industri farmasi adalah larutan asam basa konjugasi senyawa
fosfat.

2.4.3 Hidrolisis garam

Hidrolisis adalah proses penguraian suatu senyawa (garam) oleh air. Sifat larutan setelah
terjadi hidrolisis tergantung pada kekuatan asam dan basa pembentuk garam tersebut.

Garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah dalam air mengalami hidrolisis parsial
(hidrolisis terhadap anion), dan larutannya bersifat basa.

Kh =

selanjutnya sama- sama dikalikan

agar didapatkan hasil

sesuai dengan tetapan- tetapan yang sudah diketahui, yaitu Ka dan Kw.

Kh =

Kembali kepada kesetimbangan hdrolisis di atas, konsentrasi OH- yang dihasilkan sama
dengan konsentrasi CH3COOH, sehingga:

Kh =

==

pOH = - log

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis parsial
(hidrolisis terhadap kation), dan larutannya bersifat asam.

dengan pH = - log

Garam yang berasal dari basa lemah dan asam lemah dalam air mengalami

hidrolisis total (hidrolisis terhadap kation dan anion), sifat larutannya tergantung pada harga
Ka dan Kb. Jika Ka> Kb, maka larutannya bersifat asam; sebaliknya jika Kb >Ka, maka
larutannya bersifat basa.

pH = - log

pOH = - log

2.5 Sifat Koligatif Larutan

Koligatif artinya bersama- sama yang berasal dari kata koligeal yang berarti sifat bersama.
Jadi sifat koligatif larutan adalah sifat fisik larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah
partikel yang tidak dipengaruhi oleh sifat zat.Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit
hanya dikalikan faktor vant Hoff (i) terhadap rumusan sifat koligatif larutan non
elektrolitnya, kecuali pada penurunan tekanan uap ada perbedaan perhitungan Xterlarut
untuk elektrolit.

Sifat Koligatif

Larutan non- elektrolit

Larutan elektrolit

1. Penurunan tekanan uap (DP)

DP = P0 . Xt

P= P0 - DP

DP = P0 .

xi

2. Kenaikan titik didih (Dtb)

Dtb= Kb . m

Dtb= Kb . m. i

3. Penurunan titik beku (Dtf)

Dtf = Kf . m

Dtf = Kf . m. i

4. Tekanan osmotik (p)

p= M. R.T

p= M. R.T. i

Keterangan: i=

= Faktor Vant Hoff

R= tetapan gas= 0,082 liter atm/ molK

N= jumlah koefisien kation dan anion

a= derajat ionisasi

Kb= konstanta kenaikan titik didih molal pelarut.

Kf= konstanta penurunan titik beku molal pelarut.

nt= mol terlarut

np= mol pelarut

T= derajat Kelvin

M= molar= mol/liter

P= tekanan uap larutan.

Untuk senyawa garam yang sangat encer, dengan konsentrasi zat terlarut jauh lebih kecil
dari batas kelarutannya, harga derajat ionisasi sama dengan satu (a=1), sehingga harga i =
n.

1.
2. Penurunan tekanan uap (DP), Kenaikan titik didih (Dtb) dan Penurunan titik beku
(Dtf)

Menguap adalah peristiwa partikel- partikel zat cair meninggalkan permukaan. Mendidih
adalah temperatur titik didih dimana tekanan uap jenuh di dalam larutan sama dengan
tekanan udara luar. Ketika tekanan di dalam sama dengan tekanan di luar disebut
temperatur didih.

Air + zat terlarut yang tidak mudah menguap

(2)

Air

(Pelarut murni)

(1)

Tekanan udara,1 atm= 76 cmHg berada di permukaan laut laut. Jika kita naik 100 m di atas
permukaan air laut maka tekanan udara berkurang sebesar 1 cmHg.

Tekanan uap pada pelarut murni (1) lebih besar karena pada larutan nomor 2 terdapat
hambatan yang menghalangi terjadinya penguapan sehingga pada larutan nomor 2 dalam
proses penguapan diperlukan suhu lebih tinggi sehingga titik didih menjadi tinggi, di sini
pula mengalami penurunan titik beku.

1.
2. Tekanan osmotik (p)

Tekanan osmosis adalah tekanan yang diperlukan untuk melawan terjadinya peristiwa
osmosis. Osmosis adalah peristiwa berpindahnya partikel- partikel dari larutan encer
(hipotonik) ke larutan pekat (hipertonik) melalui membran semi permiabel(bersifat selektif,
hanya pelarut yang dapat masuk). Larutan encer, berarti tekanan osmotiknya rendah.

Contoh tekanan osmosis, salak yang berada pada larutan gula. Jika p larutan > p salak
maka salak akan mengkerut. Jika p larutan < p salak maka sel salak pecah dan salah akan
mengembung.

Pada infus, tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus karena
mempertimbangkan tekanan osmosis. Konsep ini penting dalam penggantian cairan tubuh/
bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan melalui pembuluh darah. Cairan infus harus
bersifat isotonis dengan cairan darah. Jika tidak maka terjadi kerusakan pada sel darah.
Jika p infus lebih tinggi, cairan dalam darah keluar sehingga menyebabkan sel darah
mengkerut (krenasi). Jika p infus < p darah, sel darah akan pecah (hemolisis).

Anda mungkin juga menyukai