Anda di halaman 1dari 36

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Kimia Dasar yang berjudul “Pembuatan


Larutan“ dibuat oleh :
Nama : Fatahillah Dwi Syah Leying
NIM : 200106501005
Kelas : Kimia Sains
Kelompok :3
telah diperiksa dan di konsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan ini diterima.

Makassar, November 2020


Kordinator Asisten, Asisten,

Nur Amalia Herlina


NIM:16442004 NIM : 16442003

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Siti Faika S.Si., Apt., M.Sc., Ph.D


NIP : 197803192005012003
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat
terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
C. Landasan Teori
Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran
homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama
pembentuk utama larutan, yaitu zat terlarut (solute), dan pelarut (solvent).
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair atau fasa padat bergantung pada
sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat
pembentukannya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya
disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarut-nya.
Jenis-jenis larutan:
Jenis Larutan Zat Penyusun
1. Larutan gas Campuran antar gas atau antar uap
(dalam semua perbandingan).
Contoh : “udara” dengan N2 sebagai
pelarut
2. Larutan cair Zat padat, zat cair, atau gas melarut
ke dalam pelarut cair.
Contoh: iod dalam alkohol, asam
asetat dalam air, O2 dalam air dan
seterusnya.
3. Larutan padat
a. Gas terlarut dalam zat Gas H2 dalam logam palladium; gas
padat N2 dalam titanium
b. Zat cair terlarut dalam zat Raksa dalam logam emas (amalgam)
padat
c. Zat padat telarut dalm zat Seng dalam tembaga (disebut
padat (disebut aliasi) kuningan); karbon dalam besi
(disebut baja); timah dalam tembaga
(disebut perunggu); dan sebagainya.

Selain itu, masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap


larutan. Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan. Dikenal larutan
biner (tersusun dari 2 jenis zat), larutan terner (3 jenis zat penyusun), larutan
kuartener (4 jenis zat penyusun).
Menurut sifat hantaran listriknya dikenal larutan elaktrolit (larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik) dan larutan nonelektrolit (larutan yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan suatu
zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu, dikenal
1. Larutan tak jenuh (unsaturated solution), larutan yang masih
dapat melarutkan sejumlah zat terlarutnya
2. Larutan jenuh (saturated solution), larutan yang mengandung zat
terlarut dalam jumlah maksimal pada suhu tertentu
3. Larutan lewat jenuh, (sapersaturated solution), larutan yang
mengandung zat terlarut melibihi jumlah maksimalnya
(Mulyono,2006:1-2)
Pada cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat dengan
adanya tari-menarik antar molekul. Gaya ini akan memainkan peran penting
dalam pembentukan larutan. Air sebagai pelarut dalam fasa cair memiliki
ikatan hydrogen antar molekul H2O yang satu dengan yang lainnya. Bila
suatu zat melarut dalam pelarut seperti air, proses pelarutan dapat
dibayangkan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah pemisahan molekul
pelarut, tahap kedua pemisahan molekul zat terlarut, dan tahap ketiga molekul
pelarut dengan zat terlarut bercampur.
Proses pembentukan larutan dari padatan ion dalam air seperti larutan
NaCl dalam air, molekul air yang memiliki dwikutub yang terdiri dari sisi
negatif dan sisi positif. Sisi negatif dari dwikutub ini mengelilingi ion positif
dari Na+ sedangkan sisi positif dwikutub mengelilingi ion negatif dari ion Cl.
Kemudahan partikel zat terlarut mengganti molekul pelarut bergantung
pada kekuatan relative dari tiga jenis interaksi
a. Interaksi pelarut
b. Intreraksi zat terlarut-zat terlarut
c. Interaksi pelarut-zat terlarut (Rusman,dkk,2018:3-4)
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung bukan antara padatan murni,
cairan murni, atau gas murni, melainkan antara ion-ion dan molekul-molekul
yang terlarut dalam air atau pelarut lain. Perhatikan bahwa pengendapan dan
kristalisasi kedua-duanya menjelaskan terpisahnya zat padat berlebih dari
larutan lewat jenuh. Namun, padatan yang terbentuk melalui kedua proses
situ berbeda penampilannya. Kita biasanya membayangkan bahwa endapan
terbentuk dari partikel kecil, sementara kristal dapat berukuran besar dan
bentuknya bagus.
Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat
adanya tarik-menarik antarmolekul. Gaya yang memainkan peranan penting
dalam pembentukan larutan. Bila suatu zat (zat terlarut) larut dalam zat
lainnya (pelarut), partikel zat terlarut akan menyebar ke seluruh pelarut.
Partikel zat terlarut ini menempati posisi yang biasanya ditempati molekul
pelarut.
Jika tarik menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat dibandingkan tarik-
menarik pelarut-pelarut dan tarik-menarik zat terlarut-zat terlarut, maka
proses pelarutanlah yang akan berlangsung; dengan kata lain, proses
eksotermik (△H larutan < 0). Jika interaksi zat terlarut-pelarut lebih lemah
dibandingkan interaksi pelarut-pelarut dan interaksi zat terlarut-zat terlarut,
maka proses endotermik (△H larutan > 0).
Proses pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia,
dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah energy, yang menentukan
apakah proses pelarutan bersifat eksotermik atau endotermik. Faktor kedua
ialah kecendrungan hakiki menuju ketidakteraturan dalam semua kejadian di
alam. Dalam keadaan murni, pelarut dan zat terlarut memiliki derajat
keteraturan yang cukup tinggi, tampak dari cukup teraturnya susunan atom,
molekul, atau ion dalam ruang tiga-dimensi.
Keteraturan yang tinggi ini akan hancur bila zat terlarut larut dalam
pelarut. Jadi, proses pelarutan diiringi oleh peningkatan ketidakteraturan atau
keacakan. Meningkatnya ketidakteraturan sistem inilah yang menyebabkan
zat apa pun larut, sekalipun proses pelarutannya bersifat endotermik.
Studi kuantitatif larutan mengharuskan kita untuk mengetahui
konsetrasi larutan, yaitu banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah
tertentu larutan. Kimiawan menggunakan beberapa satuan konsentrasi,
masing-masing memiliki keuntungan dan keterbatasannya sendiri. Satuan
konsentrasi yang paling lazim digunakan ; persen berdasarkan massa,
molaritas dan molalitas. (Chang,2004:4-6)
 Persen berdasar massa (percent by mass) juga disebut berdasarkan
bobot atau persen, didefinisikan sebagai
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Persen zat terlarut 𝑥100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Persen berdasar massa tidak mempunyai satuan sebab merupakan
perbandingan dua kuantitas yang sama
 Molaritas, satuan molaritas telah didefinisikan sebagai banyaknya mol
zat terlarut dalam 1 L larutan
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Jadi, molaritas mempunyai satuan mol per liter (mol/L).
 Molalitas (molality) ialah banyaknya mol zat terlarut yang terlarut
dalam 1 kg (1000 g) pelarut, artinya
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
Unsur-unsur setelah gas mulia adalah lithium, natrium, kalium,
rubidium, cesium dan francium, masing-masing dengan nomor atom
3,11,19,19,55,87 dan semuanya berupa logam yang mempunyai kenampakan
yang mengkilap dan merupakan penghantar panas listrik yang baik. Golongan
ini disebut logam-logam alkali. Sifat-sifat kimia mereka menunjukaan
kemiripan satu terhadap lainnya, misalnya mereka bereaksi sangat hebat
dengan air dan melepaskan gas hydrogen di samping membentuk larutan-
larutan yang terasa pahit, licin dan korosi serta dapat merubah kertas lakmus
merah menjadi biru. Larutan yang dibentuk dinnyatakan sebagai basa dan
dapat dinetralkan dengan asam klorida, dan bila diuapkan akan diperoleh
padatan yang berwarna putih. Senyawa-senyawa padatan putih dari logam
alkali dan klor, misalnya natrium klorida (NaCl) dan kalium klorida (KCl).
Semua halogen bereaksi dengan hydrogen membentuk senyawa-
senyawa, hydrogen fluoride (HF), hydrogen klorida (HCl), yang larut dalam
air membentuk larutan-larutan yang bersifat asam (rasa masam, merubah
lakmus biru menjadi merah). (Sastrohamidjojo,2018:19)
Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang
dilarutkan dalam air. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas.
Natrium hidroksida juga dikenal sebagai soda kaustik atau natrium
hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Sodium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Digunakan
diberbagai macam bidang industry, kebanyakan digunakan sebagai basa
dalam produksi bubur kayu dan kertas, teksti, air minum, sabun dan deterjen.
Sodium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia. (Veliyati,2010)
Kita menggunakan istilah kelarutan untuk mengacu pada konsentrasi
sebuah larutan jenuh dari sebuah larutan (disini kristalin padat) dalam sebuah
pelarut pada sebuah temperature tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah
temperature, sifat pelarut dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan
tersebut. Termasuk dalam kemungkinan terakhir ini adalah iion-ion yang
mungkin dan mungkin juga tergabung dalam ion-ion benda padat, seperti juga
ion-ion atau molekul-molekul yang membentuk molekul-molekul yang
sedikit terurai atau ion-ion dari benda padat tersebut.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Labu takar 50 mL 3 buah
c. Gelas kimia 50 mL 1 buah
d. Batang pengaduk 1 buah
e. Labu semprot 1 buah
f. Pipet tetes 4 buah
g. Lap halus 1 buah
h. Spatula 1 buah
2. Bahan
a. Natrium Hidroksida padat (NaOH)
b. Larutan Asam Klorida (HCl) 6M
c. Aquades (H2O)
d. Tissue
e. Label
E. PROSEDUR KERJA

1. PembuatlarutanNaOH 2 M dari Kristal (zatpadat) NaOH


a. Menghitung massa NaOH untuk membuat 50 mL larutan NaOH 2 M.
b. Menimbang gelas kimia 50 mL kosong di atas neraca analitik.
c. Menimbang padatan NaOH sebanyak 4 gram kedalam gelas kimia 100
mL.
d. Melarutkan padatan NaOH dengan sedikit aquades, aduk hingga larut.
e. Memasukkan padatan NaOH yang telah larut dari gelas kimia
kedalam labu takar 50 mL, kemudian membilas gelas kimia bekas
larutan NaOH dengan aquades dan hasil bilasan masukkan kedalam
labu takar.
f. Menambahkan aquades melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian menambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu
takar dengan menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda
batas.
g. Mengocok larutan dengan cara labu takar dibolak-balik
2. Pembuat larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Mengukur larutan HCl sebanyak 16,7 mL dengan menggunakan pipet
ukur dan memasukkan kedalam labu takar 50 mL.
b. Menambahkan aquades melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian menambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu
takar dengan menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda
batas.
c. Mengocok larutan dengan cara labu takar dibolak-balik.
d. Mengukur larutan HCl sebanyak 25 mL dengan menggunakan pipet
ukur dam memasukkan kedalam labu takar 50 mL.
e. Menambahkan aquades melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian menambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu
takar dengan menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda
batas.
f. Mengocok larutan dengan cara labu takar dibolak-balik.
g. Mengukur larutan HCl sebanyak 5 mL dengan menggunakan pipet
ukur dam memasukkan kedalam labu takar 50 mL.
h. Menambahkan aquades melalui botol semprot sebelum tanda batas.
Kemudian menambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu
takar dengan menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda
batas.
i. Mengocok larutan dengan cara labu takar dibolak-balik.

F. HASIL PENGAMATAN
No. Aktivitas Hasil
1 Menimbang padatan NaOH 4 gram
Padatan NaOH ditanbahkan aquadest Panas dan keruh (ada
gelembung)
Larutan dikocok Menjadi larutan 2M

2 Larutan HCl 2M, 1M dan 0,1M


dari larutan HCl 6 M
1) Volume HCl 6M untuk 50 1). 16,7 mL (bening)
mL HCl 2M
2) Menambahkan aquadest 2). HCl 2M (bening)
pada labu takar
3) Volume HCl 2M untuk 50 3). 25 mL (bening)
mL HCl 1M
4) Menambahkan aquadest 4). Larutan bening (HCl 1 M)
pada labu takar
5) Volume HCl 1 M untuk 50 5). 5 mL (bening)
mL HCl 0,1 M
6) Menambahkan aquadest 6). Larutan bening (HCl
pada labu takar 0,1M)

G. ANALISIS DATA
1. Pembuatan larutan NaOH 2M
Diketahui : Molaritas NaOH = 2M = 2 mol/L
Volume NaOH = 50 mL = 0,05 L
Mr NaOH = 40 gr/mol
Ditanya : Massa NaOH…?
𝑚𝑜𝑙
Penyelesaian :M= 𝑣

mol = M x v
mol = 2M x 0,05L
mol= 0,1 mol
Massa
mol = Mr

massa NaOH = mol x Mr


massa NaOH = 0,1 mol x 40 gr/mol
massa NaOH = 4 gr
2. Pembuatan larutan HCl 2M, 1M, dan 0,1M.
a. Pembuatan larutan 50 mLdan HCl 2M dari larutan HCl 6 M
Diketahui : M2 = 6M
M1 = 2M
V1 = 50 mL
Ditanya : V2…?
Penyelesaian :V1x M1= V2x M2
50mL x 2 M = V2x 6 M
50x2
V2 = mL
6

V2 = 16,66 mL
b. Pembuatan larutan 50 mL larutan HCl 1M dari larutan HCl 2 M
Diketahui : M1 = 1M
M2 = 2M
V1 = 50 ml
Ditanya : V2…?
Penyelesaian : V1x M1= V2x M2
50mL x 1 M =V2x 2 M
50x1
V2 = mL
2

V2 = 25 mL
c. Pembuatan larutan 50 mL larutan HCl 0,1M dari larutan HCl 1 M
Diketahui : M1 = 0,1M
M2 = 1M
V1 = 50 mL
Ditanya : V2…?
Penyelesaian : V1x M1= V2x M2
50mL x 0,1 M =V2x 1 M

50x0,1
V2= mL
1

V2 = 5 mL
H. PEMBAHASAN
Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda
jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute)
dan pelarut (solvent) . Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat
bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa
larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah
terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat yang lainnya disebut
sebagai zat terlarutnya (HAM, 2012:1). Sifat-sifat suatu larutan sangat
dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi larutan
tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut (Putri, dkk, 2017: 147).
Sodium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai natrium hidroksida,
adalah jenis basa logam kaustik. Sodium hidroksida membentuk larutan alkalin
yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air (Muliadi, dkk, 2017:163).Natrium
hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam
air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan
dalam air. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas (Evanuarini, dkk, 2017 : 70).
NaOH(aq) + H2O(l)→Na+(aq) + OH-(aq)
Pada praktikum ini yaitu pembuatan NaOH 2 M. Larutan NaOH
digunakan sebagai larutan yang akan diencerkan sekaligus merupakan zat
terlarut dan menggunakan aquades sebagai pelarut. Prinsip dasar dari
pembuatan larutan yaitu dengan penimbangan dari zat padat (kristalnya) atau
pemipetan dari larutan murninya yang kemudian dilarutkan dengan pelarut
yang sesuai. Percobaan ini dilakukan dengan menghitung massa gelas kimia
terlebih dahulu, kemudian menimbang massa gelas kimia yang berisi NaOH
(sebanyak 4 g). Kemudian padatan NaOH yang telah ditimbang di larutkan
dengan menggunkan aquades, kemudian dihomogenkan. Perubahan yang
terjadi yaitu terjadi reaksi yaitu panas pada dinding atau bagian luar labu ukur
dan warnanya barubah menjadi bening.
Pada pembuatan larutan HCl dengan konsentrasi yang lebih rendah
dilakukan berdasarkan rumus pengenceran dari HCl dengan konsentrasi yang
lebih tinggi. Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan
yang lebih pekat disebut pengenceran (dilution). (Chang, 2004 : 108)
Pada percobaan kedua dilakukan pengenceran dari larutan HCl 6 M
menjadi 2 M, pengenceran 2 M menjadi 1 M, dan pengenceran 1 M menjadi
0,1 M. Pada pengenceran 6 M menjadi 2 M sebanyak 16,66 mL HCl dan
hasilnya berwarna bening. Pada pengenceran 2 M menjadi 1 M sebanyak 25
mL HCl dan hasilnya berwarna bening. Dan juga pada pengenceran 1 M
menjadi 0,1 M sebanyak 5 mL warnanya tetap berwarna bening.
I. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis.
Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan
pelarut (solvent). Zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut
pelarut sedangkan zat yang lainnya sebagai zat terlarutnya. Pembuatan larutan
dengan kemolaran tertentu dapat dilakukan dengan melarutkan zat terlarut
berbentuk padatan.
b. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang
lebih besar konsentrasinya. Untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan
dapat dilakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya.
Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan adalah
molaritas. Proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan
pekatnya disebut pengenceran.
2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan selanjutnya lebih memperhatikan alat
pelindung diri agar terhindar dari bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dalam
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymoud.2003.Kimia Dasar Komsep-Konsep Inti Edisi Ketiga


Jilid 2.Indonesia. PT.Glora Aksara Pratama

Darwis,Dkk.2017. “Pengaruh Resio Agregat Binder Terhadap Perilaku


Mekanik Beton Geopolimer Dengan Campuran Sekam Padi Dan
Abu Ampas Tebu Volume 7 No.1”. Indonnesia.P-ISSSN 20088-
0567

Mulyono.2006. Membuat Reagen Kimia. Jakarta. Pt Bumi Aksara

Rusman,dkk. 2018. Kimia Larutan. Banda Aceh.Syiah Kuala University


Press

Sastrohamidjojo, Hardjono.2018,Kimia Dasar.Yogyakarta.Gadjah Mada


University Press

Thohari,Imam.2017. “Pengaruh Konsentrasi Naoh Terhadap Ph Kadar


Protein Putih Telur Dan Warna Kuning Telur Pidan Volume 12
No.2”. Malang. ISSN:1978-0303.
Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa yang dimaksud dengan larutan induk?


2. Untuk mengencerkan asam sulfat pekat, tidak boleh air ditambahkan kedalam
asam sulfat. Jelaskan mengapa demikian?
3. Sebanyak 0,04 g padat dilarutkan dalam aquades sampai volume 1 L. Jika
massa massa jenis larutan dianggap sama dengan massa jenis air, nyatakan
konsentrasi NaOH itu dalam (a) persen massa; (b) bagian persejuta (bpj); dan
(c) molar.
Jawab:

1. Larutan induk adalah larutan yang dapat dibuat dengan mengencerkan larutan
yang konsentrasinya lebih besar.
2. Untuk mengencerkan asam sulfat, tidak boleh air ditambahkan kedalam asam
sufat karena pencampuran asam sulfat dengan airsangat eksoterm dan massa
jenis asam sulfat pekat lebih besar daripada air. Jika air ditambahkan kedalam
asam sulfat, maka akan membentuk lapisan dengan asam sulfat dilapisan
bawah. Ketika sam sulfat dan air bercampur, terbentuk panas yang dapat
menyebabkan air dibagian atas meluap.
3. Dik : Massa NaOH = 0,04 gram
ρ air = 1 gram/mol

Mr NaOH = 40 gram/mol

Volume NaOH = 1 L = 1000 ml

Dit: (a) % massa ……?

(b) bpj………….?

(c) molar………...?
Penyelesaian:

Massa air = ρ air . V

= 1 gram/ml . 1.000 ml

= 1.000 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


a. % massa = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑧𝑎𝑡
0,04
= 0,04+1000 x 100%

= 0,004%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
b. Bpj = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑁𝑎𝑜ℎ =
0,04
= 40

= 0,0001 mol
𝑛
c. M= 𝑉
0,01
=
1

=0,001 M
DOKUMENTASI

1. PembuatanlarutanNaOH 2 M dari Kristal (zatpadat) NaOH.

Menimbang Menimbang Melarutkan


gelas kimia padatan NaOH padatan NaOH
kosong dengan
aquades

Mengimpitkan Menambahkan Masukkan


larutan aquades NaOHke
dalam labu
takar

Setelah larutan
Kocok larutan
dikocok
2. PembuatanHCl 2 M, 1 M dan 0,1 M darilarutanHCl 6 M.

atur
Menghitung Mengukur volume Memasukkan
volume HCl HCl HCl kedalam
labu takar

Setelahlarutan Meneteskan Masukkan


dikocok (larutan aquades
aquades
HCl 2 M dan 1 M

Larutan 0,1 M

Anda mungkin juga menyukai