B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu
zat terlarut dari kristalnya.
2. Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu
zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.
C. LANDASAN TEORI
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat berbeda
jenis. Fasa larutan dapat berupa fasa gas cair atau fasa padat bergantung pada sifat
kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat zat
pembentuknya sama maka zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya
disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya (Mulyono, 2012: 1).
Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan
(solution). Biasanya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat
terlarut, misalnya padatan dan gas. Komponen utama biasanya disebut pelarut,
dan minornya dinamakan zat terlarut. Larutan dianggap sebagai “pembawa” atau
medium bagi satu pelarut, yang dapat berperan serta dalam dalam reaksi kimia
dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan.
Uraian mengenai gejala ini memerlukan spesifikasi kuantitatif mengenai
banyaknya zat terlarut dalam larutan, atau komposisi larutan. Larutan terbentuk
melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi
langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami
oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan
tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan
larutan (Oxtoby: 2001: 153, 154).
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau
lebih yang terdispersi sebagai molekul atau ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Disebut homogen Karena komposisi dari larutan begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun
dengan mikroskop ultra. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan
tertentu dapat diamati antara fase-fase yang terpisah. Pada umumnya larutan yang
dimaksud adalah campuran yang berbentuk cair meskipun ada juga yang berfase
gas maupun padat. Larutan yang berbentuk gas adalah udara yang merupakan
campuran dari berbagai jenis gas seperti nitrogen dan oksigen. Sedangkan yang
berbentuk padat adalah emas 22 karat yang merupakan campuran homogen dari
emas dengan perak atau logam lain (Yazid, 2005: 38).
Salah satu prinsip pembuatan larutan yaitu pelarutan. Kebalikan dari
pelarutan yaitu dialisis. Tujuan utama dari dialisis yaitu untuk membuang ion
yang berlebih dan partikel yang tidak terlarut dalam larutan. Campuran dispersi
ditaruh di dalam kantong yang memiliki lubang yang cukup kecil dimana partikel
yang tidak terlarut bisa lolos keluar (Hermawan, 2017: 56).
Air merupakan pelarut yang tidak asing lagi dalam kehidupan. Sifat-sifat
air seperti mudah diperoleh, mudah digunakan, memiliki trayek cair yang
panjang, dan kemampuannya untuk melarutkan berbagai zat adalah sifat-sifat
yang tidak dimiliki oleh pelarut lain. sifat ini menempatkan air sebagai pelarut
universal (Mulyono, 2012: 3).
Pada pengenceran ion logam, semakin pekat suatu larutan maka ion yang
berdifusi semakin sedikit. Hal ini menunjukkkan bahwa kerja membran semakin
menurun karena banyaknya matriks dan sampel yang terlalu pekat, sehingga
memiliki viskositas yang tinggi. Maka dapat diketahui, bahwa viskositas
berpengaruh pada pengenceran ion logam (Djunaidi, 2017: 127).
Sewaktu pelarutan, tarikan diantara partikel dalam fasa asalnya (pelarut-
dengan-pelarut dan zat-terlarut-dengan-zat-terlarut) terpecah dan tergantikan,
sekurang-kurangnya sebagian, dengan tarikan baru pelarut-dengan-zat-terlarut.
Tidak seperti senyawa, larutan memiliki komponen dan proporsi tertentu dan
tidak dapat dinyatakan dengan rumus kimia. Persamaan untuk reaksi pelarutan
tidak melibatkan pelarut sebagai reaktan. Persamaan ini menyatakan keadaan awal
zat terlarut dalam tanda kurung di ruas kiri persamaan dan pernyataan pelarut
dalam tanda kurung di ruas kanan persamaan (Oxtoby, 2001: 157).
Ada berbagai jenis larutan antara lain:
Jenis-jenis Larutan
Wujud larutan yang
Zat terlarut Pelarut Contoh
dihasilkan
Gas Gas Gas Udara
Gas Cairan Cairan Air soda (CO2 dalam air
Gas Padatan Padatan Gas H2dalam paladium
Cairan Cairan Cairan Etanol dalam air
Padatan Cairan Cairan NaCl dalam air
Kuningan (Cu/Zn), solder
Padatan Padatan Padatan
(Sn/Pb)
(Chang, 2005: 4)
Berdasarkan banyak jenis zat yang menyusun larutan maka larutan dibagi
atas 3 yaitu larutan biner merupakan larutan yang terdiri dari dua jenis zat, larutan
terner yang terdiri dari tiga jenis zat, dan larutan kuartener yang terdiri dari empat
jenis zat penyusun dan lain sebagainya. Sedangkan menurut sifat hantaran
listriknya dikenal larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik dan juga larutan non elektrolit yaitu larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik (Mulyono, 2012: 2).
Kimiawan membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan
zat terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam
pelarut, pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum
titik jenuh tercapai, larutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution);
larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan
kemampuannya untuk melaritkan. Jenis ketiga, larutan lewat jenuh
(supersaturated solution), mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan
yang terdapat di dalam larutan jenuh (Chang, 2005: 4).
Meskipun zat terlarut dan pelarut dapat berupa kombinasi fasa padatan,
cairan dan gas, akan tetapi air cair merupakan pelarut yang paling lazim dan
paling penting. Jadi, kita tekankan larutan berair dengan pengertian bahwa
pelarutan juga terjadi dengan pelarut lain. Kita menjelaskan pembentukan larutan
berair dengan mempertimbangkan gaya antarmolekul di antara zat terlarut dan
molekul air (Oxtoby, 2001: 157).
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam
kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air. Tubuh menyerap vitamin,
mineral, dan makanan dalam bentuk larutan (Yazid, 2005: 37).
Melarut dapat diartikan sebagai:
1. Terdispersinya molekul-molekul zat terlarut di dalam molekul molekul
air.
2. Berinteraksinya molekul atau ion zat terlarut dengan molekul-molekul
air. Interaksi dengan air ini biasa disebut hidrasi.
3. Bereaksinya zat terlarut dengan pelarut (air) (Mulyono, 2012: 3).
Dalam proses terbentuknya larutan selalu terjadi dua hal yang bersamaan.
Pertama, molekul solut terpisahkan atau terjadi penguraian dimana prosesnya
membutuhkan energi (endotermik). Kedua, molekul solut bergabung dengan
molekul pelarut dengan melepaskan energi (esotermik) (Yazid, 2005: 41).
Salah satu reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah
reaksi pengendapan (precipitation reaction) adalah padatan tak larut yang terpisah
dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
Misalnya, ketika larutan timbul nitrat [Pb(NO3)2] ditambahkan kedalam larutan
natrium iodida (NaI), akan terbentuk endapan kuning iodida (Pbl2)
Pb(NO3)2(aq) + 2NaI(aq) → Pb2(s) + 2NaNO3(aq)
Natrium nitrat tertinggal dalam larutan (Chang, 2004: 92).
Apabila zat padat atau cairan larut dalam cairan maka dalam campuran
terjadi gaya tarik menarik antar molekul zat terlarut dan pelarut. Selain itu juga
terdapat gaya tarik di dalam molekul itu sendiri yang menyebabkan molekul atau
ionnya masih tetap bersatu. Dua senyawa dapat bercampur lebih mudah bila gaya
tarik antara molekul solut dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tarik ini
ditentukan oleh jenis ikatan pada masing-masing molekul. bila gaya tarik antar
molekulnya termasuk dalam kelompok yang sama maka keduanya akan saling
melarutkan. Sedangkan bila kekuatan gaya tarik antar molekulnya berbeda maka
tidak akan saling melarutkan (Yazid, 2005: 39).
Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat adanya
gaya tarik menarik antarmolekul. Gaya ini juga memainkan peranan penting
dalam pembentukan larutan. Bila suatu zat (zat terlarut) larut dalam zat lainnya
(pelarut), partikel zat terlarut akan menyebar ke seluruh pelarut. Partikel zat
terlarut ini menempati posisi yang biasanya ditempati oleh molekul pelarut.
Kemudahan partikel zat terlatut menggantikan molekul pelarut bergantung pada
kekuatan relatif dari tiga jenis interaksi:
interaksi pelarut-pelarut
interaksi zat terlarut-pelarut
interaksi pelarut-zat terlarut (Chang, 2005: 4).
Beberapa cara dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan.
Persentase massa sering digunakan sehari-hari dan didefinisikan sebagai
persentase berdasarkan massa suatu zat dalam larutan (Oxtoby, 2001: 154).
Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 g larutan. Persen
berat biasanya digunakan untuk menyatakan kadar komponen yang berupa zat
padat.
𝑏 𝑔 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (% ) = 𝑥 100%
𝑏 𝑔 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
atau
𝑏 𝑔 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (% ) = 𝑥 100%
𝑏 𝑔 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
(Yazid, 2005: 49)
Persen volume dengan simbol satuan : % (v/v)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 = 𝑥 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 + 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
atau
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 = 𝑥 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
(Mulyono, 2012: 4)
Bagian per juta (bpj) atau parts per million (ppm) adalah satu bagian zat
terlarut dalam satu juta bagian larutan. Satuan ppm sering digunakan untuk
menyatakan konsentrasi zat yang sangat kecil dalam larutan gas, cair, atau padat.
1 𝑚𝑔 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1 𝑝𝑝𝑚 =
1 𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
atau
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1 𝑝𝑝𝑚 = 𝑥 106
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Hubungan ppm dengan satuan lain:
a. Ppm dengan berat per volume
1 ppm = 1 mg/L
b. Ppm dengan berat per berat
1 ppm = 1 mg/kg
c. Ppm dengan persen
1 ppm = 10-4% atau 1% = 104 ppm
(Yazid, 2005: 50, 51)
Secara khusus, jumlah molekul air relatif terhadap jumlah molekul
terlarut menentukan perilaku fase dan sifat larutan. Jadi, dapat digunakan fraksi
mol X sebagai alternatif dan rasio molar R sebagai unit konsentrasi. Fraksi mol
didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut dibagi dengan jumlah total mol
dalam campuran (air murni: x = 0) sedangkan R merupakan perbandingan
molekul air dengan molekul terlarut (air murni: R = ̴ ) (Bachler, 2019).
Fraksi mol suatu zat dalam campuran ialah jumlah mol zat itu dibagi
jumlah keseluruhan mol yang ada.
𝑛1
𝑋1 =
𝑛1 + 𝑛2
atau
𝑛2
𝑋2 = = 1 − 𝑋1
𝑛1 + 𝑛2
(Oxtoby, 2001: 154)
Konsentrasi larutan (concentration of a solution) adalah jumlah zat
terlarut yang terdapat di dalam sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Konsentrasi
larutan dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Salah satu satuan konsentrasi yang
paling umum dalam kimia adalah molaritas (molarity) (M), atau konsentrasi
molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas didefinisikan
oleh persamaan berikut (Chang, 2004: 106, 107).
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑀 =
𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
(Yazid, 2005: 54)
Molalitas adalah nisbah massa dan ini tidak bergantung pada suhu .
molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut:
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal (zat padat) NaOH
a. Massa NaOH yang akan dipakai dihitung untuk dibuat 100 mL larutan
NaOH 2 M
b. Padatan NaOH yang telah dihitung ditimbang pada gelas kimia 50 mL
(terlebih dahulu timbang gelas kimia kosong)
c. Padatan NaOH yang telah ditimbang dilarutkan dengan sedikit
aquades kemudian diaduk hingga larut
d. Padatan NaOH yang telah larut dimasukkan ke dalam labu takar 100
ml, gelas kimia yang digunakan dibilas dengan aquades dan air
pembilasan dimasukkan ke dalam labu takar
e. Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok
dengan cara labu takar dibolak-balik.
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Volume HCL 6 M yang akan diambil dihitung untuk membuat 100
mL larutan HCl 2 M
b. Volume HCL diukur sebanyak yang telah dihitung dengan
menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
c. Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok
dengan cara labu takar dibolak-balik.
d. Volume HCL 2 M yang akan diambil dihitung untuk membuat 100
mL larutan HCl 2 M
e. Volume HCL diukur sebanyak yang telah dihitung dengan
menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
f. Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok
dengan cara labu takar dibolak-balik.
g. Volume HCL 1 M yang akan diambil dihitung untuk membuat 100
mL larutan HCl 2 M
h. Volume HCL diukur sebanyak yang telah dihitung dengan
menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
i. Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda
batas kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes
demi setetes sampai berimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok
dengan cara labu takar dibolak-balik.
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan praktikum pembuatan larutan NaOH 2 M
NO AKTIVITAS HASIL PENGAMATAN
Massa = 4 gram
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, 0,1 M dari larutan HCl 6 M
a. Pembuatan larutan HCl 2 M
Dik: M1 HCl = 6 M
M2 HCl = 2 M
V2 HCl = 50 mL
Dit: V1 HCl ....?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
6 M x V1 = 2 M x 50 mL
2 M x 50 mL
V1= 6M
V1 = 16,6 mL
b. Volume dari HCl 2 M
Dik: M1 HCl = 2 M
M2 HCl = 1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit: V1 HCl ....?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
2 M x V1 = 1 M x 50 mL
1 M x 50 mL
V1= 2M
V1 = 25 mL
c. Volume dari HCl 1 M
Dik: M1 HCl = 1 M
M2 HCl = 0,1 M
V2 HCl = 50 mL
Dit: V1 HCl ....?
Penyelesaian:
M1V1 = M2V2
1 M x V1 = 0,1 M x 50 mL
0,1 M x 50 mL
V1 = 1M
V1 = 5 mL
H. PEMBAHASAN
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat berbeda
jenis. Apabila fasa larutan dan fasa zat zat pembentuknya sama maka zat yang
berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya
sebagai zat terlarutnya (Mulyono, 2012: 1).
Pada praktikum pembuatan larutan ini ada 2 percobaan yang dilakukan.
Pertama adalah pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal (zat padat) NaOH.
Prinsip dasar pembuatan larutan NaOH dari kristalnya yaitu penimbangan dan
pelarutan, adapun prinsip kerjanya yaitu penimbangan massa kristal NaOH sesuai
dengan yang telah dihitung, kemudian dilarutkan menggunakan aquades, lalu
ditambahkan aquades hingga volume tertentu. Percobaan yang kedua adalah
pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M dengan prinsip
dasar adalah pengenceran, adapun prinsip kerjanya yaitu pengenceran sejumlah
volume larutan induk sesuai yang telah dihitung, kemudian diencerkan dengan
aquades hingga didapatkan larutan dengan volume dan kemolaran tertentu.
1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal (zat padat) NaOH
Pada proses pembuatan larutan NaOH 2 M dari kristal NaOH, terlebih
dahulu padatan NaOH dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian ditimbang
sesuai dengan massa yang telah dihitung sebelumnya yaitu sebanyak 4 gram.
NaOH yang sudah ditimbang kemudian dilarutkan dengan menggunakan aquades
lalu diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut. Pada saat proses
pengadukan gelas kimia menjadi panas saat dipegang. Hal itu terjadi karena
terjadinya proses eksoterm, yaitu proses pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan. Dalam hal ini, yang berperan sebagai sistem adalah larutan NaOH itu
sendiri sedangkan yang berperan sebagai lingkungan adalah dinding dari gelas
kimia. Selain itu, larutan NaOH juga menjadi keruh. Larutan NaOH kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas.
Setelah itu, larutan NaOH dikocok hingga larut. Setelah dikocok beberapa saat,
larutan NaOH tidak lagi keruh. Larutan NaOH merupakan campuran homogen.
Dikatakan homogen karena komposisi dan sifatnya seragam serta tidak dapat
dibedakan antara penyusun larutan satu dengan yang lainnya. Reaksi yang terjadi
pada pembuatan larutan NaOH dari kristalnya yaitu:
NaOH (s) + H2O (l) ⇌ Na+ (aq) + OH- (aq)
2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M
Pada percobaan kedua yang akan dibuat yaitu larutan HCl 2 M dari HCl
6 M, larutan HCl 1 M yang dibuat dari larutan 2 M, dan larutan HCl 0,1 M yang
didapatkan dari larutan HCl 1 M. Pada percobaan ini larutan HCl 6 M bertindak
sebagai larutan induk, karena merupakan larutan yang konsentrasinya lebih besar.
Prinsip pembuatannya adalah pengenceran sejumlah tertentu volume larutan
induk. Pengenceran dilakukan untukmendapatkan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah (Yazid, 2011: 57). Proses pengenceran pada percobaan ini diawali
dengan menghitung masing-masing volume yang dibutuhkan. Setelah volumenya
dihitung, kemudian diambillah sejumlah volume larutan induk sesuai dengan yang
telah dihitung kemudian dimasukkan didalam labu takar, lalu aquades
ditambahkan sampai berimpit dengan tanda batas. Aquades disini berfungsi untuk
mengencerkan senyawa HCl, lalu tutup labu takar kemudian dibolak-balikkan
hingga homogen.
Pada pembuatan larutan HCl 2 M dari larutan HCl 6 M, labu takar terasa
sedikit panas. Hal ini menandakan bahwa adanya reaksi yang terjadi yaitu
eksoterm. Namun, pada pembuatan larutan HCl 1 M dan HCl 0,1 M tidak lagi
terasa panas karena larutannya memiliki konsentrasi yang lebih rendah.
Reaksi yang terjadi pada pembuatan larutan HCl dengan cara
pengenceran yaitu:
HCl (aq) + H2O (l) ⇌ H+ (aq) + Cl- (aq)
1 𝑝𝑝𝑚 = 40 mg/L
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
c) 𝑀 = Mr NaOH = 40
𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
0,001 0,04
𝑀= 𝑀𝑜𝑙 = = 0,001
1 40
𝑀 = 0,001 𝑀