Anda di halaman 1dari 5

S.

Hasaniyah/Kajian Kestabilan Inti dengan Pendekatan Energi Ikat Inti


1

Kajian Kestabilan Inti dengan Pendekatan Energi Ikat Inti


S. Hasaniyah
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar,
Indonesia
sittihasaniyah14@gmail.com

Abstrak
Nuklida yang memiliki kelebihan energi di dalam intinya dibanding nuklida stabilnya
mengakibatkan nuklida tersebut menjadi tidak stabil. Energi ikat (B) beberapa nuklida pada
umumnya makin besar dengan masing-masing besarnya nuklida dari Z terendah. Namun
dilihat dari kestabilannya, dapat dilihat makin besar harga B tidak memperlihatkan makin
stabilnya suatu nuklida. Kestabilan nuklida di antara seisotop dicerminkan dengan harga B
rata-rata per nukleon (B/A). Metode yang digunakan adalah perhitungan nilai energi ikat inti
dengan rumusan semi-empiris menggunakan model tetes cairan kemudian hasil tersebut
digunakan untuk menentukan nilai energi ikat inti per nukleon. Besarnya energi ikat inti per
nukleon dapat digunkan untuk memperoleh grafik kestabilan inti.

Kata Kunci: Energi ikat inti, energi ikat inti per nukleon, kestabilan inti, model tetes cairan

I. Pendahuluan sangat ringan memiliki fraksi yang besar


Kestabilan inti atom dapat ditentukan untuk nukleon berada pada permukaan
dalam dua pendekatan yang berbeda yaitu dibanding nukleon berada di dalam. Di
berdasarkan rasio jumlah neutron terhadap samping itu, nilai B/A berkurang pesat pada
proton (n/p) dan energi ikat inti per nukleon nilai A yang besar. Hal ini diakibatkan oleh
(B/A). Pendekatan dengan perhitungan n/p besarnya efek Coloumb yang terjadi berupa
sering memberikan kebingungan dalam tolakan untuk setiap pasangan proton
konsistensi kestabilan inti dan (Nambung, 2020).
ketidakmampuannya dalam mengurutkan Massa inti suatu atom lebih kecil jika
kestabilan nuklida-nuklida alami. dibandingkan dengan massa nukleon
Berdasarkan energi ikat inti per nukleon, penyusunnya. Sehingga dapat dikatakan
pendekatan kestabilan lebih mudah pada penyusunan inti dari partikel/nukleon
dipahami karena melibatkan perhitungan penyusunnya ada massa yang hilang. Massa
energi yang dikonversi dari kehilangan yang hilang berubah menjadi energi ikat inti
massa (defect mass) (Suhendar, 2016). berarti energi ikat setara dengan massa yang
Menurut Sukarna (1997) nuklida yang lenyap pada penyusunan inti dari partikel
memiliki kelebihan energi di dalam intinya penyusunnya. Oleh karena itu, untuk
dibanding nuklida stabilnya mengakibatkan memisahkan inti menjadi partikel
nuklida tersebut menjadi tidak stabil. Energi penyusunnya diperlukan energi yang sama
ikat (B) beberapa nuklida pada umumnya dengan energi ikat inti (Santiani, 2011).
makin besar dengan masing-masing Model tetes cairan merupakan salah satu
besarnya nuklida dari Z terendah. Namun penyelesaian dengan sifat-sifat inti
dilihat dari kestabilannya, dapat dilihat berhubungan dengan massa, ukuran, dan
makin besar harga B tidak memperlihatkan energi ikat serta model yang menganggap
makin stabilnya suatu nuklida. Kestabilan bahwa suatu inti diumpamakan sebagai tetes
nuklida di antara seisotop dicerminkan cairan. Energi ikat inti model tetes cairan
dengan harga B rata-rata per nukleon (B/A) adalah jumlah dari berbagai energi yaitu
(Sukarna, 2014). energi volume, energi coulomb, energi
Nilai B/A menurun pada nilai A yang permukaan, energi asimetri, dan energi
kecil. Hal ini disebabkan karena inti yang pasangan, dengan masing-masing energi

Pendahuluan Fisika Inti 2022


Program Studi Fisika, Universitas Negeri Makassar
S. Hasaniyah/Kajian Kestabilan Inti dengan Pendekatan Energi Ikat Inti
2

terpengaruh pada bilangan massa (A) dan , = − /


− −
/
muatan atau nomor inti (Z) (Krane, 1988).
/
Inti dianggap sebagai tetesan cairan ±
yang tidak dapat dimampatkan dengan (Nambung, 2020)
kerapatan yang sangat besar. Berdasarkan Menurut Krane (1988), tetapan
fakta bahwa energi ikat rata-rata per koefisien pada persamaan di atas diperoleh
nukleon dan kerapatan inti adalah konstan. dari data eksperimen yang nilainya sebagai
Menurut Weizsacher pada tahun 1935, berikut.
model tetesan cairan diasumsikan dengan = 15.5 = 23
dasar: (1) inti terbuat dari materi yang tidak = 16,8 = 0,72
dapat dimampatkan sehingga ∝ / (R Adapun koefisian pasangan
adalah jari-jari inti rata-rata), (2) gaya inti ditentukan oleh kemungkinan berikut.
adalah sama untuk setiap nukleon, dan (3) A Z N
gaya inti jenuh (Ghahramany, 2012). Genap Genap Genap −34
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
Ganjil Genap Ganjil 0
menghitung energi ikat dan energi ikat per
Ganjil Ganjil Genap 0
nukleon pada proses peluruhan deret
uranium dengan pendekatan energi ikat inti Genap Ganjil Ganjil +34
model tetes cairan serta energi ikat inti per Setelah energi ikat inti diperoleh,
nukleon sebagian besar inti stabil. selanjutnya dihitung nilai energi ikat inti per
nukleon yaitu:
II. Metode
Metode pelaksanaan dari penelitian ini
3. Tahap pengolahan data dilakukan
antara lain:
dengan membuat plot grafik dari data
1. Tahap persiapan yaitu pengumpulan
energi ikat inti dan energi ikat inti per
literatur penelitian terkait dengan
nukleon yang diperoleh. Pada tahap ini
kestabilan inti, energi ikat inti, energi
dilakukan plot grafik untuk energi ikat
ikat per nukleon, serta model tetes
inti yang diperoleh dengan model tetes
cairan dari buku dan jurnal yang
cairan dan untuk energi ikat inti per
relevan.
nukleon. Grafik yang disajikan
2. Tahap pengumpulan data yaitu
merupakan proses peluruhan Uranium
penghitungan energi ikat inti dari
sehingga disajikan satu deret Uranium.
beberapa unsur dengan menggunakan
Setelah itu, dilakukan plot grafik energi
model tetes cairan. Model tetes cairan
ikat inti per nukleon untuk inti yang
mengarah ke rumus massa semi-empiris
relatif stabil berdasarkan nomor
yang mana mengartikan ketergantungan
massanya.
massa inti pada nomor massa dan
4. Tahap penarikan kesimpulan
nomor atom (Sirma, 2020). Pada tahun
berdasarkan hasil plot grafik. Pada
1973, Bohr dan Wheeler
tahap ini dilakukan interpretasi hasil
mengembangkan sebuah teori untuk fisi
grafik dari tiga grafik yang diplot
inti dengan melakukan analogi antara
sehingga dapat ditentukan kestabilan
inti dan tetes cairan. Berdasarkan
inti dari grafik.
formula semi-empiris Weizsacher,
maka batas stabilitas pada fisi yang
terjadi secara spontan dapat dihitung III. Hasil dan Pembahasan
Uranium merupakan inti yang secara
(Nambung, 2020). Energi ikat inti
alami bersifat radioaktif sehingga intinya
sebagai fungsi dari A dan Z
tidak stabil. Oleh karena itu, unsur ini
berdasarkan model tetes cairan dapat
berada pada keadaan peluruhan yang
ditulis sebagai berikut.

Pendahuluan Fisika Inti 2022


Program Studi Fisika, Universitas Negeri Makassar
S. Hasaniyah/Kajian Kestabilan Inti dengan Pendekatan Energi Ikat Inti
3

konstan, mencari pengaturan yang lebih pada proses peluruhan deret uranium
stabil. disajikan pada tabel berikut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan Mardiana (2019), energi ikat inti
Tabel 3.1 Energi Ikat Inti Unsur Deret Uranium
Nuklida A Z EB (MeV) EB/A (MeV)
U 238 92 1805,1 7,5845
Th 234 90 1781,2027 7,6079
Pa 234 91 1780,257 7,6079
U 234 92 1781,4268 7,6129
Th 230 90 1758,2355 7,6445
Ra 226 88 1734,3755 7,6742
Rn 222 86 1709,8352 7,702
Po 218 84 1684,6023 7,7508
Pb 214 82 1658,6636 7,7508
Bi 214 83 1659,1224 7,7529
Po 214 84 1661,7589 7,7652
Pb 210 82 1636,5905 7,7933
Bi 210 83 1635,5446 7,7883
Po 210 84 1636,6894 7,7938
Pb 206 82 1612,2747 7,8266
Berdasarkan hasil perhitungan energi paling kecil senilai 7,5845 MeV. Energi ikat
ikat inti yang telah dilakukan, dalam satu inti pada proses peluruhan uranium
deret uranium, inti memiliki energi mengalami penurunan secara linear, namun
ikat inti paling besar yaitu 1805,1 MeV energi ikat per nukleonnya mengalami
namun memiliki energi ikat inti per nukleon kenaikan secara linear.

Gambar 3.1 Grafik Energi Ikat Inti Unsur Deret Uranium


(Sumber: Mardiana, 2019)
Pada gambar 3.1 grafik energi ikat inti peluruhan Th → Pa dan Pb → Pi. Hal ini
unsur deret Uranium terlihat bahwa unsur diakibatkan oleh mekanisme peluruhan
dengan inti yang lebih stabil memiliki yang terjadi. Pada tahap tersebut terjadi
energi ikat inti lebih kecil daripada unsur mekanisme peluruhan β sedangkan pada
dengan inti yang kurang stabil. tahap yang lainnya terjadi mekanisme
Penyimpangan pada grafik terjadi pada peluruhan α.

Pendahuluan Fisika Inti 2022


Program Studi Fisika, Universitas Negeri Makassar
S. Hasaniyah/Kajian Kestabilan Inti dengan Pendekatan Energi Ikat Inti
4

Gambar 3.2 Grafik Energi Ikat Inti Per Nukleon Unsur Deret Uranium
(Sumber: Mardiana, 2019)
Pada gambar 3.2 grafik energi ikat inti Penelitian yang dilakukan oleh
per nukleon unsur deret Uranium terlihat Ghahramany (2012) memperoleh data
bahwa unsur dengan inti yang lebih stabil energi ikat inti per nukleon (B/A) dalam hal
memiliki energi ikat inti per nukleon lebih nomor massa untuk sebagian besar inti
besar daripada unsur dengan inti yang stabil yang diketahui seperti berikut.
kurang stabil.

Gambar 3.3 Grafik Energi Ikat Inti per Nukleon terhadap Nomor Massa
(Sumber: Ghahramany, 2012)
Grafik yang ditampilkan di atas Energi ikat inti per nukleon maksimum
berdasarkan dengan LDM (Liquid Drop pada A = 56 yang mana dimiliki oleh besi
Model) Data atau data perhitungan semi- (Fe) sehingga inti besi adalah inti yang
empiris model tetes cairan. Berdasarkan paling stabil. Energi ikat rata-rata per
grafik yang disajikan, terlihat bahwa energi nukleon untuk inti yang memiliki nomor
ikat per nukleon meningkat dengan nomor massa berkisar antara 40 dan 120 adalah 8,5
massa A hingga 20. MeV. Oleh karena itu, unsur-unsur pada
Kurva menjadi hampir datar untuk rentang nomor massa tersebut relatif lebih
nomor massa 40 hingga 60. Setelah nomor stabil dan tidak radioaktif.
massa 120, kurva perlahan menurun seiring
membesarnya nomor massa.

Pendahuluan Fisika Inti 2022


Program Studi Fisika, Universitas Negeri Makassar
S. Hasaniyah/Kajian Kestabilan Inti dengan Pendekatan Energi Ikat Inti
5

IV. Kesimpulan Nuclei. World Scientific News.


Berdasarkan hasil yang telah dibahas, 143: 203-223.
dapat disimpulkan bahwa: Santiani. 2011. Nuklir, Fisika Inti, dan
1. Energi ikat terbesar salam satu deret Politik Energi Nuklir. Malang:
Uranium dimiliki oleh unsur Intimedia.
sebesar 1805,1 MeV dan yang terkecil Suhendar, D. 2016. Menentukan Kestabilan
dimiliki oleh unsur yaitu Nuklida-Nuklida Berdasarkan
senilai 1612,2747 MeV, sedangkan Massa Inti per Nukleon. Chimica
untuk energi ikat ini per nukleon et Natura Acta. 4 (2): 60-71.
berbalik dengan energi ikat intinya Sukarna, I.M. 1997. Kajian Kestabilan Inti
yakni yang terbesar dimiliki oleh dengan Pendekatan Energi
senilai 7,8266 MeV dan yang Pengikat Inti. Cakrawala
terkecil dimiliki oleh senilai Pendidikan. 16 (3): 165-175.
7,5845 MeV. Sukarna, I.M., Latif, A., Hartinawati,
2. Inti yang relatif stabil dan tidak Afnidar. 2014. Radiokimia.
radioaktif memiliki energi ikat rata- Jakarta: Universitas Terbuka.
rata per nukleon sebesar 8,5 MeV.
Energi ini dimiliki oleh inti yang
bernomor massa di antara 40 hingga
120. Adapun inti yang paling stabil
adalah besi (Fe) dengan nomor massa
56.

V. Daftar Pustaka
Ghahramany, N., Gharaati, S., dan
Ghanaatian, M. 2012. New
Approach to Nuclear Binding
Energy in Integrated Nuclear
Model. Journal of Theoretical
and Applied Physics. 6 (3): 1-5.
Krane, K.S. 1988. Introductory Nuclear
Physics. United States of
America: John Wiley & Sons.
Mardiana, I., Prihandono, T., dan Yushardi.
2019. Kajian Kestabilan Inti
Unsur-Unsur Pada Proses
Peluruhan Zat Radioaktif Dengan
Pendekatan Energi Ikat Inti
Model Tetes Cairan. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 8 (2): 101-
106.
Nambung, N., Tampa, M.T., dan Hakim, A.
2020. Pendahuluan Fisika Inti.
Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Sirma, K. K., Chelimo, L. S., dan Khanna,
K. M. 2020. A Modified Nuclear
Model for Binding Energy of

Pendahuluan Fisika Inti 2022


Program Studi Fisika, Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai