Anda di halaman 1dari 12

Makalah Fisika Inti

Model Tetesan Cairan

Disusun Oleh:

Meli Destari (1820209014)


Ayu Martchalina (1830209026)
Khorisnaini Nurfadilah (1830209032)

Dosen Pengampu:

Jamiatul Khairunnisa Putri, M.Pd

Program Studi Pendidikan Fisika


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya yang mengikat nukleon sedemikian kuat dalam inti merupakan gaya
berjangkauan pendek dan jenis gaya terkuat dari gaya-gaya yang telah
diketahui. Namun gaya inti masih jauh dimengerti daripada gaya
elektromagnetik. Akibatnya teori tentang inti belum sesempurna seperti teori
tentang atom. Model-model tentang inti yang sudah ada keseusainnya
hanyaterbatas pada gejala tertentu saja. Ada dua model inti yaitu model tetes
zat cair (liquid drop model) dan model inti butiran (shell model). Namun pada
makalah ini hanya membahas model tetes zat cair saja.
Model tetesan cairan pertama kali diusulkan oleh George Gamow dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Niels Bohr dan John Archibald Wheeler . Ini
memperlakukan nukleus sebagai setetes fluida mampat dengan kepadatan
sangat tinggi, disatukan oleh gaya nuklir (efek sisa gaya kuat), ada kemiripan
dengan struktur tetesan cairan berbentuk bola. Sementara model kasar, model
tetesan cairan menyumbang bentuk bola dari sebagian besar inti dan membuat
prediksi kasar energi ikat.
Pada tahun 1935 seorang fisikawan Jerman Carl Friedrich von Weizsäcker 
memformulasikan rumus semiempiris yang mewakili model tetesan cairan
yang dikemukakan oleh George Gamow dan meskipun penyempurnaan telah
dilakukan pada koefisien selama bertahun-tahun, struktur rumus tetap sama
hingga saat ini. Rumus tersebut memberikan perkiraan yang baik untuk massa
atom dan dengan demikian efek lainnya. Namun, gagal menjelaskan
keberadaan garis energi ikat yang lebih besar pada sejumlah proton dan neutro

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model – model inti atom?
2. Bagaimana konsep model tetesan cairan yang berhubungan dengan
perilaku energi dalam inti atom?
3. Bagaimana cara menghitung energi ikat inti dengan rumus semiempiris
C.v Weizacker?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami model – model inti atom?
2. Memahami konsep model tetesan cairan yang berhubungan dengan
perilaku energi dalam inti atom?
3. Mengetahui cara menghitung cara menghitung energi ikat inti dengan
rumus semiempiris C.v Weizacker?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model –Model Inti Atom


Gaya yang mengikat nukleon sedemikian kuat dalam inti merupakan gaya
berjangkauan pendek dan jenis gaya terkuat dari gaya-gaya yang telah
diketahui. Namun gaya inti masih jauh dimengerti daripada gaya
elektromagnetik. Akibatnya teori tentang inti belum sesempurna seperti teori
tentang atom. Model-model tentang inti yang sudah ada keseusainnya
hanyaterbatas pada gejala tertentu saja. Ada dua model inti yaitu model tetes
zat cair (liquid drop model) dan model inti butiran (shell model).
a. Model Tetes Cairan
Tahun 1935, C.V Weizsacker menjelaskan sifat-sifat inti yang
berkaitan dengan ukuran geometris, massa, dan energi ikatnya yang
mirip dengan tetesan sebuah cairan berdasarkan analogi dengan
tetesancairan untuk materi inti sesuai dengan usulan Bohr.
Perandaian-perandaian pokoknya adalah:
1. Inti terdiri dari materi tak termampatkan
2. Gaya inti identik untuk setiap nukleon dan khususnya tidak
bergatung pada apakah nukleon tersebut neutron atau proton
3. Gaya inti mengalami kejenuhan

Pada tetesan cairan, kerapatannya konstan, ukurannya berbanding


lurus dengan jumlah atau molekul dalam tetesan dan energi ikatnya
berbanding lurus dengan massa atau jumlah partikel yang membentuk
tetesan.

Model tetesan cairan untuk nukleus membawa kita ke pernyataan yang


dikenal sebagai formula massa semiempirik, untuk ketergantungan massa
nukleus pada A dan Z:

2
2
−1
2.1
M =Zm P + ( A−Z ) mn−b1 A +b2 A 3 +b3 Z A 3

−1 −3 / 4
+b 4 ( A−2 Z ) 2 A +b5 A
Konstanta di persamaan (2.1) ditentukan dari data eksperimen; nilainya
(dalam satuan energi) yang dapat diambil adalah

b 1=14,0 MeV b 3=0,58 MeV


b 2=13,0 MeV b 4=19,3 Mev

dan b 5 ditentukan berdasarkan skema berikut ini:

A Z b5
Genap Genap -33,5 MeV
Ganjil 0
Genap Ganjil +33,5 MeV

Berbagai bentuk Persamaan (2.1) diperoleh dari deretan koreksi yang


dilakukan berurutan dalam beberapa cara berikut ini.

Dengan energi ikat yang diabaikan, estimasi pertama untuk massa nukleus
yang tersusun dari proton Z dan netron N = A – Z adalah Zm P + ( A−Z ) mn .

Selanjutnya, estimasi massa ini dikoreksi untuk menghitung energi


ikat nukleon. Lantaran gaya inti adalah tarik menraik, energi ikat ini pun
menjadi positif (kerja positif harus dilakukan untuk memisahkan
nukleon), sehingga massa nukleus akan menjadi lebih kecil daripada
massa nukleon-nukleon yang terpisah. Dari model tetesan cairan tersebut,
penguapan panas (energi ikat) akan berbanding lurus dengan jumlah
nukleon A, menghasilkan koreksi sebesar –b1A (b1>0).

Asumsi yang dibuat pada koreksi pertama, yaitu energi ikat adalah b 1 per
nukleon, serupa dengan asumsi bahwa seluruh nukleon juga dilingkupi
oleh nukleon-nukleon lain. Hal ini tentu saja tidak berlaku untuk
nukleon-nukleon di permukaan inti, yang terikat lebih lemah. Dengan
demikian, terlalu banyak yang dikurangi dalam koreksi pertama. Koreksi
2
massa yang sebanding dengan luas permukaan inti tersebut yaitu b A 3 ,
2

juga harus ditambahkan untuk menghitung efek “permukaan” ini.

Energi Coulomb positif antar proton, EC (yang ekuivalen dengan energi


ikat –EC), akan menaikkan massa nukleus sebesari EClc2. Untuk nilai Z
yang besar,

2 −1 2 1 /3 −1 2 −1/ 3
Ec ∝ Z R =Z (r 0 A ) ∝Z A

−1
yang memberikan perhitungan untuk bentuk b Z2 A 3 .
3

Sampai disini seluruh bentuk ekspresi massa inti telah didapatkan dari
analoginya dengan tetesan cairan bermuatan yang tak dapat dimampatkan.
Selain itu, lantaran efek-efek mekanika kuantum, dua bentuk berikut ini
biasanya ditambahkan.

Jika terdapat kelebihan neutron ketimbang proton atau kebalikannya di


dalam nukleus, maka energinya, dan juga massa yang bersesuaian
dengannya, akan mengalami kenaikan menurut prinsip pengecualian
Pauli. Bentuk koreksi untuk efek ini bergantung pada kelebihan neutron
atau proton yang mengacu ke

b 4 ( N −Z ) A−1 =b4 ( A−2 Z ) 2 A−1

Nukleon-nukleon dalam nukleus cenderung “berpasangan”, jelasnya,


neutron-neutron atau proton-proton berkelompok bersama dalam spin-
spin yang berbeda. Akibat efek ini, didapati bahwa pasangan energi hadir
bervariasi sebesar A3 / 4 dan bertambah sebesar jumlah nukleon-nukleon
tidak berpasangan. Jumlah ini ditentukan sebagai berikut:

A Z Jumlah nukleon tidak berpasangan


Genap Genap 0
Ganjil 1
Genap Ganjil 2 (1 netron dan 1 proton
Pencantuman bentuk pasangan energi ini selanjutnya memberikan
pernyataan akhir, yaitu Persamaan (2.1), untuk massa inti.

Rata-rata energi ikat per nukleon diperoleh dari persamaan (2.1) dengan
mengambil perbedaan antara massa-energi inti dengan masa energi
nukleon unsur pokoknnya, kemudian membaginya dengan jumlah
nukleon:

[ Z mP + ( A−Z ) M n−M ] c 2 2.2


BE / A=
A
−1 /3 2 −4 /3 2 −2 −7/ 4
¿ b1 −b2 A −b 3 Z A −b4 ( A−2 Z ) A −b5 A

(Perlu dicatat bahwa BE/A tidak sama dengan energi yang dibutuhkan
untuk melepaskan satu nukleon dari nukleus tertentu.) Pemetaan
persamaan ini ditunjukkan di gambar 2-1. Nampak bahwa untuk nilai A
yang besar, nilai BE/A mendekati konstan pada 8 MeV.

Gambar 2-1

Model tetes cairan berhasil menjelaskan beberapa gejala nuklir sebagai


berikut:

1. Disintegrasi. Pelepasan partikel dari inti dianggap mirip dengan


penguapan molekul cairan dari tetes cairan. Kenaikan temperatur
menyebabkan penguapan makin cepat; demikian pula, kenaikan gerak
nukleon-nukleon dalam inti akan menyebabkan kebolehjadian
disintegrasi yang lebih tinggi.
2. Dalam inti stabil, nukleon-nukleon bergerak pelan dengan energi
kinetik sangat kecil. Penembakan partikel berenergi tinggi ke dalam
inti akan menaikkan energi kinetik nukleon-nukleonnya. Selama
nukleon-nukleon bergerak di dalam inti, beberapa nukleon tertentu
mempunyai peluang untuk menumbuk nukleon-nukleon lainnya dan
memberikan kecepatan cukup tinggi ke arah luar sehingga peluang
nukleon-nukleon untuk menembus rintangan potensial dan melepaskan
diri dari inti menjadi makin besar.
3. Pembelahan inti (atau fisi). Bohr dan Wheeler adalah ilmuwan yang
pertama kali menjelaskan proses fisi dalam model tetes cairan.
Menurut penjelasan mereka, fisi terjadi karena osilasi yang dihasilkan
oleh neutron-neutron yang bergesekan. Dalam tetes cairan gaya yang
bekerja antara molekul-molekul penyusunnya diimbangi oleh gaya
tegangan permukaan. Bentuk bola tetes cairan disebabkan oleh
tegangan permukaan. Tetes-tetes cairan yang sangat besar tidak
mungkin terjadi karena gaya tegangan permukaan cukup lemah dan
terdapat ukuran tetes maksimum yang terjadi dalam bentuk stabil
secara permanen. Selama ukuran ini didekati, tetes cairan itu mulai
melakukan osilasi tegangan permukaan dengan sedikit pancingan dari
luar, kemudian menimbulkan gangguan terhadap tetes cairan yang
akhirnya terpecah menjadi dua (atau lebih) tetes cairan yang lebih
kecil.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Dwijananti, Pratiwi. 2012. Diktat Mata Kuliah Fisika Inti. Semarang: UNS.

Gautreau, Ronald dan Savin, William. 2006. Schaum’s Outline Fisika Modern Edisi kedua.
Terjemahan oleh Soni Astranto. Jakarta: Erlangga.

Sumardi, Yosaphat. Modul 1 Fisika Inti. Diakses


http://repository.ut.ac.id/4517/1/PEFI4422-M1.pdf, pada tanggal 29 April 2021 pukul
08.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai