Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Massa Defek Dan Energi Ikat


Hasil pengukuran menunjukkan bahwa massa atom tertentu selalu lebih kecil
dibandingkan dengan massa total dari netron, proton, dan elektron yang menyusun atom.
Perbedaan antara massa atom dan penjumlahan total dari massa penyusun atom disebut
massa defek.
Massa defek ( m) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.1):
m = [Z (m p + me ) + ( A − Z )mn ]− matom (2.1)
dengan mp adalah massa satu proton, mn adalah massa satu neutron, me massa satu
elektron, matom adalah massa atom, Z nomor atom, dan A nomor massa.
Dalam kasus inti juga sama. Massa inti tertentu juga selalu lebih kecil dibanding
dengan massa total dari partikel-partikel penyusunnya. Perbedaan massa untuk inti
dirumuskan

m = [Zm p + ( A − Z )mn ]− mint i (2.2)


Sebagai contoh inti deuterium 12 H atau d, yang tersusun dari satu proton dan satu
netron, massanya lebih kecil dibanding partikel-partikel penyusunnya.
Kemanakah massa yang hilang tersebut? Ternyata massa yang hilang tersebut
dikonversi menjadi energi ikat (Binding Energy, B), yang mengikat agar partikel-partikel
penyusun inti tidak berantakan.
Konversi massa-energi dapat dihitung dengan perumusan Einstein:

E = mc 2 (2.3)
dengan c adalah kecepatan cahaya 2,998 x 108 m/s
Dengan demikian maka energi ikat deuterium ( 12 H ) yang tersusun dari satu proton

dan satu netron dituliskan:

B = (mn + mp − md )c2 (2.4)


md adalah massa inti deuterium, bukan massa atom deuterium. Perlu diingat bahwa
massa inti atom berbeda dengan massa atom. Hubungan massa ataom dan inti, dinyatakan:
m = m + Zm + B
atom int i e e (2.5)
Be adalah energi ikat elektron total. Dalam kenyataannya, energi massa inti berorde
B

109 hingga 1011 eV, sementara massa elektron total berorde 1 hingga 104 eV. Jadi, suku
terakhir persamamaan (2.5) yaitu (Be) kecil sekali dibanding dengan suku-suku di
depannya. Dalam batas ketelitian tertentu, suku terakhir terkadang bisa dihilangkan.
Sehingga biasanya dinyatakan, misalnya, bahwa massa inti atom hidrogen (proton atau
1
1 H ) adalah massa atom hidrogen dikurangi massa satu elektron. Dengan menyisipkan
pernyataan ini ke dalam persamaan (2.4), didapatkan:
B = (mn + (m(11H ) − me ) − (m(12H ) − me )c2

B = (mn + m(11H ) − m(12H ))c2 (2.6)


Dari persamaan (2.6), dapat dilihat bahwa massa elektron saling menghilangkan.
Oleh karena itu, persamaan (2.6) dapat diperluas untuk menentukan energi ikat total

sembarang inti atom ZA X

B = (Zmp + (A − Z )mn − m(ZAX ))c2 (2.7)


dengan m(ZAX ) adalah massa atom X. Jika m dalam satuan massa atom (u), maka
akan lebih mudah jika c2 ditulis tulis 931,5 MeV/u. (Lihat bab I tentang satuan massa)
Contoh
Hitunglah energi ikat 12652Te
Jawab
B = (52 x1,007825u + 7 x1,008665u −125,903322u) x 931,5 MeV / u = 1,066 x103 MeV

2.2 Energi Ikat Pernukleon


Untuk mengetahui besarnya energi ikat yang dirasakan setiap partikel inti (nukleon),
tinggal membagi energi ikat total dengan jumlah seluruh nukleon (nomor massa, A). Jika
energi ikat per nukelon (B/A) untuk tiap unsur dihitung, lalu ditampilkan dalam grafik,
maka akan tampak seperti gambar (2.1)

Gambar. 2.1 Grafik Energi Ikat per Nukleon


Gambar 2.1 memberikan ilustrasi salah satu aspek penting dalam fisika inti. Energi
ikat per nukleon (B/A) bermula dengan nilai yang rendah, kemudian naik menuju titik
56
maksimum yaitu sekitar 8,79 MeV bagi Fe , dan selanjutnya turun lagi pada inti-inti
berat.
Gambar 2.1 tersebut memberi indikasi bahwa energi inti dapat dibebaskan dengan
238
dua cara berbeda. Jika jika inti berat (seperti U ) dipecah menjadi dua inti yang lebih
ringan, maka akan dilepaskan energi. Sebab, energi ikat per nukleon (B/A) lebih besar bagi
kedua pecahannya, dibandingkan inti semula. Jika energi ikat pernukleon (B/A) lebih besar
berarti massanya lebih kecil. Artinya ada massa yang hilang yang akan dikoversi menjadi
energi. Proses ini dikenal dengan fisi inti.
2
Selain itu, jika dua inti ringan (seperti H ) digabungkan menjadi suatu inti yang
lebih berat, juga akan dibebaskan energi. Sebab, energi ikat per nukleon (B/A) juga lebih
besar bagi inti abungan dibandingkan inti semula. Proses ini dikenal dengan fusi inti.
2.3 Sifat Gaya Inti
Jika proton dan proton didekatkan, keduanya pasti akan saling menolak, karena
adanya gaya Coulomb. Padahal di dalam inti, terutama inti berat, terdapat banyak proton.
Seharusnya inti atom berantakan karena proton-proton saling menolak. Tetapi, hal ini tidak
terjadi, karena di inti ada gaya lain yang sangat besar yang mengikat inti untuk bersatu dan
jauh lebih besar dibanding gaya tolak elektrostatik. Gaya tersebut dinamakan gaya inti.
Gaya ini merupakan gaya paling kuat dari semua gaya yang diketahui. Karena itu, gaya ini
sering disebut gaya kuat (strong force).
Namun gaya ini jangkauannya sangat pendek, yaitu hanya sejauh ukuran inti (sekitar
10-15 m). Pada jarak lebih dari 1 fm gaya ini akan melemah dan akhirnya menjadi nol.
Sehingga ketika kedua proton terpisah agak jauh, yang ada hanya gaya tolakan
elektrostatic Coulomb, sementara gaya nuklirnya bernilai nol.

Gambar 2.2. Jangkauan Gaya Inti


Ada dua bukti mengenai jangkauan pendek dari gaya inti ini.
1. Dari kajian kerapatan zat inti. Penambahan nukleon pada inti tidak mengubah
kerapatan inti. Ini menunjukkan bahwa bahwa tiap nukleon yang ditambahkan
hanya merasakan gaya dari tetangga terdekatnya, dan tidak dari nukleon yang lain.
2. Dari energi ikat per nukleon. Karena energi ikat per nukleon kurang lebih tetap,
maka energi ikat inti total kurang lebih sebanding dengan A. Suatu gaya
berjangkauan panjang (seperti gaya Coulomb dan gaya gravitasi) memiliki energi
yang sebanding dengan A2. Sebagai contoh, tolakan elektrostatik total antara proton
dalam inti sebanding dengan Z (Z-1) atau sekitar Z2. hal ini karena setiap Z proton,
merasakan tolakan dari (Z-1) proton lainnya.

Gambar 2.3. Jangkauan Gaya Inti pada Partikel Tetangga Terdekat

Gaya inti dua nukleon juga tidak bergantung pada jenis nukleon. Gaya inti antara
proton-netron sama seperti gaya proton-proton.
2.4 Model Gaya Inti
Model yang berhasil menjelaskan asal usul gaya berjangkaun pendek ini adalah
model gaya tukar (exchange force), yang diusulkan oleh Yukawa. Diandaikan ada sebuah
proton dan netron di dalam inti. Menurut model ini, netron memancarkan sebuah partikel
dan sekaligus menariknya dengan gaya yang sangat kuat. Jika partikel tadi menghampiri
proton, ia akan tertarik pola oleh proton dengan suatu gaya tarik yang sangat kuat. Proton
kemudian memancarkan sebuah partikel yang dapat diserap oleh netron. Karena proton
dan netron masing-masing menarik partikel yang dipertukarkan tersebut dengan gaya tarik
yang kuat, maka mereka seakan saling menarik.
Gambar 2.4. Ilustrasi Model Gaya Inti

Lalu, bagaimana mungkin sebuah netron dengan massa diam m0 c2 memancarkan


2
partikel dengan massa diam mc dan tetap sebagai netron, tanpa melanggar hukum
kekeakaln energi?
Jawabannya diberikan oleh asas ketidakpastian Heisenberg:

Ex t=∝ (2.8)
Energi adalah kekal, jika energi itu dapat diukur secara pasti. Kenyataannya, menurut
ketidakpastian Heisenberg, energi E memiliki ketidak-pastian dalam selang waktu t . Oleh
karena itu, hukum kekekalan energi dapat ”dilanggar” sebesar E dalam selang waktu t = =
/ E yang cukup singkat.
Jumlah energi yang melanggar hukum kekekalan energi dalam model gaya tukar
netron-proton ini adalah mc 2 , yaitu energi diam partikel yang dipertukarkan.
Dengan demikian, partikel ini hanya dapat hadir dalam selang (dalam kerangka
laboratorium)
=
t = (2.9)
mc 2
Jarak terjauh yang dapat dicapai partikel ini dalam selang waktu t adalah x = c t .
Dengan c adalah kecepatan cahaya. Namun, kecepatan yang sesuangguhnya partikel tersebut
di bawah kecepatan cahaya.
c=
mc 2 = (2.11)
x
Karena telah diketahui jangkaun gaya inti hanya sekitar 10 -15 m, maka energi diam
partikel tersebut dapat ditaksir, yaitu sekitar:
mc2 ≅ 200 MeV
Partikel yang dipertukarkan ini berupa sebuah partikel ”virtual”. Jika inti atom
”dilihat” lebih seksama, gaya tarik menarik antara proton dan netron dapat ”terlihat”, tetapi
partikel virtual ini tidak terlihat.
Jika inti atom ditembaki dengan proyektil (partikel berenergi tinggi), proyektil
tersebut akan menumbuk proton dan netron sedemikian kuatnya, sehingga memasok
momentum pental yang memperkenankan partikel virtual itu menjadi partikel nyata dan
muncul dalam laboratorium. Partikel itu dinamakan dengan meson.

Anda mungkin juga menyukai