Anda di halaman 1dari 8

Judul

Kepemimpinan dalam berbasis sekolah


Jurnal 1
Volume & Halaman 3 hlm.
Tahun 2011
Penulis Bapak Mulyo Prabowo
Reviewer Emil Sandi
NIM 4142121018
Tanggal 21 Maret 2018

Tujuan Penelitian Untuk mewujudkan harapan terhadap sekolah dan persekolahan


tersebut, maka masih dibutuhkan beberapa faktor pendukung lainnya,
antara lain adalah faktor pemimpin atau kepemimpinan yang mampu
mengarahkan sebuah visi menjadi misi bersama. Pertanyaannya
kemudian adalah pemimpin atau kepemimpinan seperti apa yang
mampu mengawal kebijakan manajemen berbasis sekolah tersebut
sampai ke tujuan yang diharapkan.

Pada era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan muncul


kebijakan program dari Departemen Pendidikan Nasional, yaitu
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Program ini merupakan upaya
peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan
sekolah dalam mengelola institusinya. Munculnya gagasan ini dipicu
oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada
level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki
untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang
bahwa para kepala sekolah merasa nirdaya karena terperangkap
dalam ketergantungan berlebihan terhadap konteks pendidikan.
Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan
semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan birokrasi yang
menumpulkan kreativitas berinovasi.

Dengan kebijakan MBS tersebut, maka institusi sekolah sebagai


unit operasional secara langsung menangani segala hal yang
berkaitan mempunyai peran yang sangat besar. Seluruh komponen
persekolahan yakni kepala sekolah, para guru, komite sekolah dan
masyarakat harus berbenah diri dan terlibat aktif dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Namun permasalahan yang muncul
kemudian adalah siapakah yang harus berperan memimpin dan
bagaimanakah mengembangkan kepemimpinan untuk mewujudkan
konsep ideal kebijakan MBS tersebut. Desentralisasi dan otonomi
merupakan suatu given pada saat ini, sementara sebagian besar mind
set para pemimpin di daerah maupun unit sekolah kadang masih
bersifat sentralistik.

Subjek Penelitian Dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, maka seluruh institusi yang berkaitan dengan UU
tersebut otomatis harus melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
termaktub di dalamnya. Sesuai dengan amanat UU tersebut, maka
paradigma pendidikan berubah dari yang bersifat sentralistik menuju
ke arah desentralistik.

Perubahan paradigma ini mempunyai dampak yang luas di


bidang pendidikan dan persekolahan di Indonesia. Seluruh institusi
pendidikan siap atau tidak harus mulai merubah dan berubah sesuai
dengan ketentuan undang-undang. Berlandaskan ketentuan UU No.
20 Tahun 2003 diluncurkan kebijakan tentang persekolahan, yakni
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sebelum desentralisasi,
beberapa sekolah di Indonesia sudah ada yang melaksanakan proses
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara mandiri dan mereka
mampu mengatasi banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengembangan sekolah secara internal. Sekarang ini beberapa
propinsi di Indonesia mulai mencoba menerapkan MBS karena
dukungan yang diberikan dari Pemerintah Daerah dan Dinas
Pendidikan. Pelaksanaan MBS sekarang terbukti dapat mengubah
kebudayaan dan sistem, sehingga sekolah berkembang efektif dan
"sustainable". Terjadi transformasi yang sangat luar biasa bagi
perkembangan sekolah, maka dari itu jiwa kepemimpinan dalam
memnjalankan Manajamen Berbasis Sekolah sangatlah penting
diterapkan.

Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam pengembangan kepemimpinan


(leadership development) adalah perluasan kapasitas sesorang untuk
menjadi efektif dalam peran dan proses kepemimpinan. Peran dan
proses kepemimpinan merupakan peran dan proses yang
memungkinkan kelompok orang dapat bekerja bersama dengan cara
yang produktif dan bermanfaat.

Banyak yang berpendapat bahwa sebuah organisasi akan efektif,


apabila dikelola dengan manajemen yang baik. Pendapat ini tidak
salah seluruhnya, akan tetapi sebenarnya faktor kepemimpinan-lah
yang mampu menggerakkan organisasi menjadi efektif, sementara
para manajemen akan menjalankan tugasnya agar lebih efisien.
Selama beberapa dekade, banyak orang yang menekankan
manajemen karena lebih mudah diajarkan dibanding dengan
kepemimpinan.

Definisi Manajemen adalah seperangkat proses yang dapat menjaga


sistem yang kompleks, terdiri dari orang dan teknologi dan berjalan
secara perlahan. Aspek-aspek terpenting dalam manajemen meliputi
perencanaan, penganggaran, organizing, staffing, pengawasan, dan
pemecahan masalah. Kepemimpinan adalah seperangkat proses yang
menciptakan organisasi mampu mengadaptasi pada lingkungan yang
berubah secara signifikan. Kepemimpinan mendefinisikan seperti
apakah masa depan itu, membimbing orang sesuai dengan visi
tersebut, dan memberi inspirasi kepada mereka untuk membuat hal
itu terjadi meskipun banyak hambatan (John P. Kotter, 1996).

Cara Banyak yang berpendapat bahwa sebuah organisasi akan efektif,


apabila dikelola dengan manajemen yang baik. Pendapat ini tidak
salah seluruhnya, akan tetapi sebenarnya faktor kepemimpinan-lah
yang mampu menggerakkan organisasi menjadi efektif, sementara
para manajemen akan menjalankan tugasnya agar lebih efisien.
Selama beberapa dekade, banyak orang yang menekankan
manajemen karena lebih mudah diajarkan dibanding dengan
kepemimpinan.
Langkah-langkah Pihak-pihak lain seperti, komite sekolah, para guru, orangtua,
dewan pendidikan dan dinas pendidikan diharapkan menyumbang
pada pengembangan kepemimpinan Kepala Sekolah dalam hal,
penilaian, tantangan, dan dukungan

Hasil Penelitian Secara teoritis, semua pihak memang harus terlibat aktif yakni
kepala sekolah, para guru, komite sekolah dan masyarakat yang
peduli. Akan tetapi pada prakteknya, peran Kepala Sekolah dan
Komite Sekolah sangat menentukan; kepemimpinan Kepala Sekolah
dan Ketua Komite Sekolah paling menentukan kebijakan sekolah
seperti tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai
anggaran, kepegawaian, dan kurikulum.

Dengan melihat tanggung jawab besar tersebut, maka


pengembangan kepemimpinan dari Kepala Sekolah dan Pemilihan
Ketua Komite Sekolah perlu mendapat perhatian yang serius. Kepala
Sekolah dan Ketua Komite Sekolah perlu diperhadapkan pada
serangkaian pengalaman belajar seperti yang mampu
pengembangkan kepemimpinannya. Dalam buku “Handbook
Leadership Development” (1998) diungkapkan bahwa hanya elemen
pengalaman yang mengandung penilaian, tantangan, dukungan
merupakan pengalaman yang akan mengembangkan kepemimpinan
seseorang.

Namun pada prakteknya, Kepala Sekolah sebenarnya


merupakan aktor yang paling diharapkan berperan sebagai pemimpin
dalam MBS untuk mewujudkan visi menjadi misi yang feasible bagi
peningkatan pelayanan dan kualitas sekolah. Pihak-pihak lain seperti,
komite sekolah, para guru, orangtua, dewan pendidikan dan dinas
pendidikan diharapkan menyumbang pada pengembangan
kepemimpinan Kepala Sekolah dalam hal, penilaian, tantangan, dan
dukungan.

Kekuatan Penelitian Dalam jurnal penelitian ini membawa kita akan pentingnya
kepemimpinan termasuk dalam bidang Manajemen Berbasis Sekolah,
khususnya untuk para kepala sekolah yang diharapkan bisa
memajukan pendidikan di Indonesia

Kelemahan Penelitian Dalam jurnal penelitian penulis belum mengoptimalkan


bagaimana cara agar kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis
Sekolah diterapkan, penulis hanya mendefinisikan kepemimpinan itu
untuk siapa, sedangkan kita semua sepertinya wajib untuk
menerapkan kepemimpinan tersebut, karena disetiap diri kita masing
masing pasti terdapat jiwa kepemimpinan untuk mengontrol attitude
dan sifat, maka jiwa kepimpinan tersebutlah yang harusnya kita
kembangkan dalam diri kita masing masing
Hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah
Judul Dengan kinerja guru di SMP NEGERI Kecamatan
Jurnal 2 PalembayanKabupaten Agam

Volume & Halaman 9 hlm.


Tahun 2012
Penulis Hagi Eka Gusman
Reviewer
NIM 7163143020
Tanggal 14-OKTOBER-2016

Tujuan Penelitian Komponen yang menjadi pembahasan dalam hal ini adalah guru dan kepala
sekolah. Guru merupakan salah satu sumber daya manusia yang berada di
lembaga pendidikan. Kinerja guru di sekolah mempunyai peran penting dalam
pencapaian tujuan sekolah. Masalah kinerja guru menjadi sorotan berbagai pihak
yang harus mendapat perhatian sentral, karena figur seorang guru menjadi
sorotan paling utama ketika berbicara mengenai masalah pendidikan. Guru selalu
terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, guru memegang
peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan
secara formal di sekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta
didik.

Subjek Penelitian Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka indikator kinerja guru dalam
penelitian ini adalah:

- Tanggung jawab. Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan


pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas,
penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode
pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab
secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru. Indikasi
yang menunjukkan tinggi rendahnya kinerja seorang guru dalam
melaksanakan tugas, dapat dilihat dari seberapa besar rasa tanggung jawab
guru terhadap tugas-tugas yang diberikan.
Menurut Hasibuan (2000:95) menyatakan bahwa “tanggung jawab adalah
kesediaan karyawan mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya,
pekerjaannya dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang diperlukan serta
perilaku kerjanya.”

- Motivasi kerja. Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai yang


mempengaruhi individu untuk mencapai suatu hal sesuai dengan tujuan
individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu kekuatan untuk
mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuannya. Veithzal
(2005 : 455), mengemukakan bahwa, “Dua hal yang dianggap sebagai
dorongan individu yaitu arah prilaku (kerja untuk mencapai tujuan) dan
kekuatan prilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja)”. Sedangkan
menurut Winardi dalam Harbani Pasolong (2010:140) motivasi kerja adalah
“keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk
melakukan tindakan-tindakan.
Menurut Hamzah (2012:134) seorang pegawai akan dapat berkinerja baik bila
ia memiliki peluang untuk mewujudkan kinerjanya. Pegawai yang memiliki
motivasi tinggi, memiliki kemampuan, keterampilan, serta memiliki persepsi
yang tepat mengenai suatu pekerjaan , tetapi ia tidak mendapatkan peluang
untuk melakukan pekerjaan tersebut.

- Inisiatif kinerja. Seseorang yang dikatakan memiliki kinerja tinggi apabila ia


juga memiliki startegi atau inisitaif yang tinggi dalam melaksanakan
pekerjaannya. Nitisemito (1982:78) mengemukakan bahwa “inisatif yaitu
sesuatu yang tumbuh dari dalam diri pegawai tanpa perintah dari pimpinan,
rekan kerja ataupun orang lain seperti halnya ide-ide maupun kreasi-kreasi
yang memberikan manfaat terhadap pekerjaan yang dilakukan.”

Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasional. Populasi penelitian adalah
seluruh guru SMP Negeri Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam sebanyak 98
orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Random
Sampling. Besar sampel penelitian adalah 78 orang.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang langsung diperoleh dari sumber (responden), data analisis dengan
menggunakan teknik korelasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
rumus korelasi product moment dan untuk pengujian signifikansi koefesien
korelasi yang digunakan adalah dengan uji t
Definisigaya Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas menurut Wahjosumidjo
kepemimpinan (1995:63) dalam prakteknya adalah “memberikan petunjuk, pengawasan,
menanamkan keyakinan akan pentingnya pelaksanaan tugas kepada bawahan,
dan mementingkan perhatiannya kepada pelaksanaan tugas guru yang harus
terlaksana dengan baik, mengikuti aturan yang ditetapkan serta mengacu kepada
standar prestasi kerja yang diharapkan. Selanjutnya Menurut Handoko
(2003:299) pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan berorientasi pada
bawahan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi
mereka.

Cara Dengan cara membandingkan skor rata- rata (mean) dengan skor maksimal
dikali 100%, maka nilai mean 119,2 dibagi dengan skor maksimal 150, maka
diperoleh angka 0,7946 x 100% = 79,46%. Hal ini berarti variabel kinerja guru di
SMP Negeri Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam berada pada kategori
“cukup baik” yaitu sebesar 79,46% dari skor ideal.

Langkah-langkah Sastrohadiwiryo (2002:235) menyatakan bahwa inisiatif adalah


kemampuan seseorang pegawai untuk mengambil keputusan, langkah-langkah
atau tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemen
lainnya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa inisiatif adalah suatu
sikap dari pegawai atau guru yang melaksnakan tugas atau mengambil
keputusan dengan kesadaran sendiri tanpa di perintah dulu dari pimpinan.

Hasil Penelitian 1. Distribusi Data Kinerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Palembayan
Kabupaten Agam
Skor maksimum kinerja guru adalah 150 dan skor minimal 30. Sedangkan dari
jawaban responden diperoleh skor tertinggi 132 dan skor terendah 101 dengan
skor rata- rata ( Mean) 119,2, median 120, modus 121,6 dan standar deviasi 7,45

Frekuensi tertinggi dengan rentangan interval 121-125 dengan frekuensi relatif


sebanyak 23, sedangkan frekuensi terendah sebanyak 2. Berdasarkan pengolahan
data angket variabel kinerja guru (Y) dengan cara membandingkan skor rata- rata
(mean) dengan skor maksimal dikali 100%, maka nilai mean 119,2 dibagi
dengan skor maksimal 150, maka diperoleh angka 0,7946 x 100% = 79,46%. Hal
ini berarti variabel kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan Palembayan
Kabupaten Agam berada pada kategori “cukup baik” yaitu sebesar 79,46% dari
skor ideal.

2. Distibusi Data Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Skor maksimum gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah 150 dan skor
minimal 30. Sedangkan dari jawaban responden diperoleh skor terendah 88 dan
skor tertinggi 127 dengan rata- rata (Mean) 109,52, median 107 ,modus 101,96
dan standar deviasi 6,24

Frekuensi tertinggi dengan rentangan nilai interval 106-111 dengan frekuensi


relatif sebanyak 35, sedangkan frekuensi relatif terendah sebanyak 1.
Berdasarkan pengolahan data angket variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah
dengan cara membandingkan skor rata- rata (mean) dengan skor maksimal dikali
100%, maka nilai mean 109,52 dibagi dengan skor maksimal 150, maka
diperoleh angka 0,7350 x 100% = 73,1%. Hal ini berarti variabel gaya
kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori “cukup baik” yaitu sebesar
73,1% dari skor ideal.

3. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru di


SMP Negeri Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam
Berdasarkan analisis data antara variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah
dengan kinerja guru di SMP Negeri Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam
diperoleh rhitung = 0,25 > rtabel = 0,220, pada taraf kepercayaan 95% dengan N =
78. Untuk melihat keberartian hubungan maka dilakukan uji t dengan perolehan
data (X-Y)thitung = 4,5 > ttabel = 1,66462, Jadi didapatkan r hitung > r tabel dan t
hitung > t tabel pada taraf kepercayaan 95% (lihat tabel 1 di bawah ini).

Tabel 1 : Pengujian Koefisien dan Keberartian Korelasi Varibel X dan Y Dengan


Tabel Uji r dan t

Koefisien r tabel Keberartian t tabel


Korelasi (r) ࢻ = 0,05 Korelasi (t) ࢻ = 0,05
0,25 0,220 4,21 1,66462

Kekuatan Dalam jurnal penelitian ini membawa kita akan pentingnya kepemimpinan
Penelitian termasuk dalam profesi Guru maupun kepala Sekolah, khususnya untuk cara
mereka dalam membangun suatu relasi.

Kelemahan Dalam jurnal penelitian penulis belum mengoptimalkan bagaimana cara agar
Penelitian kepemimpinan dalam Berbasis Sekolah diterapkan, penulis hanya
mendefinisikan kepemimpinan itu untuk siapa,dan apa hubungannya dengan
pendidikan. Sedangkan kita semua sepertinya wajib untuk menerapkan
kepemimpinan tersebut, karena disetiap diri kita masing masing pasti terdapat
jiwa kepemimpinan untuk mengontrol attitude dan sifat, maka jiwa kepimpinan
tersebutlah yang harusnya kita kembangkan dalam diri kita masing masing

Anda mungkin juga menyukai