Anda di halaman 1dari 10

Analisis Peran Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah

di SMA Muhammadiyah Bontomarannu

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Metodoligi Penelitian

Dosen Pengampu :

Oleh :

Kelompok 8

Nurul Muhlisa

Rabiatul Adawiyah

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2020
1. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Kepala sekolah adalah pemimpin dan manajer yang sangat menentukan


dinamika sekolah menuju gerbang kesuksesan dan kemajuan disegala bidang
kehidupan. Kapasitas intelektual, emosional, spiritual dan social kepala sekolah
berpengaruh besar terhadap efektifitas kepemimpinannya. Kedalaman ilmu, keluasan
pikiran, kewibawaan dan relasi komunikasinya membawa perubahan signifikan
dalam manajemen sekolah.

Menurut Dr. E. Mulyasa, kepala sekolah harus mampu meningkatkan


produktivitas sekolah. Produktivits dapat dilihat dari output pendidikan yang berupa
suasana pendidikan. Prestasi dapat dilihat dari masukan yang merata, jumlah tamatan
yang banya, mutu tamatan yang tinggi, relevansi yang tinggi, dan dari sisi ekonomi
yang berupa penyelenggaraan penghasilan. Sedangkan proses atau suasana tampak
dalam kegairahan belajar, semangat kerja yang tinggi, serta kepercayaan dari berbagai
pihak. Dengan ditingkatkannya mutu pendidikan, diharapkan lulusan akan lebih
mampu menjadi tenaga kependidikan yang dapat mengemban tugasnya dengan
baik.Pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik, disertai dengan pendidikan dan
keteramplian yang sesuai akan mendorong kemajuan setiap usaha, yang pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Baik perorangan, kelompok, maupun
nasional. Peran setiap variabel terhadap tingkat serta naik turunnya produktivitas
tidak tetap, melainkan dinamis.

Peran utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah


menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-
murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan peran tersebut, kepala sekolah
memiliki tanggung jawab ganda yaitu melaksanakn administrasi sekolah sehingga
tercipta situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga
guru-guru bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran dan dalam
membimbing pertumbuhan murid-murid.Kepala sekolah yang mampu menjalankan
fungsi sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator dengan baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan
memimpin yang baikGuru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan. Profesionalisasi keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan
USAha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada
masyarakat.Untuk meningkatkan kompetensi guru, perlu dilakukan suatu sistem
pengujian terhadap kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah,
beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru, mereka melakukannya
terutama untuk mengetahui kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat
dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang


bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratis dan pemberian kepercayaan yang
lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan
berkualitas. Hal ini sangat memungkinkan dengan dikeluarkannya UU pemerintah no.
22 tahun 1999, selanjutnya di ubah dengan UU no.33 tahun 2004 tentang otonomi
daerah yang kemudian diatur oleh PP no. 33 tahun 2004 adanya penggeseran
kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam berbagai bidang
termasuk bidang pendidikan kecuali Agama, politik luar negeri, pertahanan dan
keamanan, peradilan, moneter dan fiksal.

Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan “baru”


dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah
(scoolbased management) atau disingkat MBS. Di mancanegara, seperti Amerika
Serikat, pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988
American Association of school Administrators, National Assiation of alementary
school principals, and national Association of secondary school principals,
menerbitkan dokumen berjudul school based management, a strategy for better
learning. Munculnya gagasan ini di picu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para
pengelola pendidikan pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang
mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang
bahwa para kepala sekolah merasa nirdaya karena terperangkap dalam
ketergantungan berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran utama
mereka sebagai peminpin pendidikan semakin di kerdilkan dengan rutinitas urusan
birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi (Dharma, 2003. “ Manajemen
berbasis sekolah “.www depdiknas go. Id). Karenanya penting untuk diteliti
keterkaitan antara peran kepala sekolah dengan penerapan manajemen berbasis
sekolah, karena kepala sekolah merupakan pemimpin yang akan menentukan arah
sekolah iu menjadi baik atau tidak.

B. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah penulis untuk menganalisis hasil penelitian, maka


penelitian ini difokuskan terhadap peran Kepala Sekolah dalam rangka penerapan
manajemen berbasis sekolah di SMA Muhammadiyah Bontomarannu yang meliputi
keberlangsungan atau keteraturan jadwal pembelajaran, keaktifan guru dan murid,
sarana dan prasarana sekolah ini bisa menjadi tolol ukur dalam menilai adakah peran
kepala sekolah.

C. Rumusan Masalah

1. Definisi Peran Kepala Sekolah dan Manajemen Berbasis Sekolah.

2. Bagaimanakah Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam menerapkan


manajemen berbasis sekolah di SMA Muhammadiyah Bontomarannu

3. Hasil apa yang digapai dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di SMA
Muhammadiyah Bontomarannu.

4. Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap penerapan manajemen berbasis


sekolah di SMA Muhammadiyah Bontomarannu.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka tujuan penelitian
yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mendeskripsikan serta menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan Kepala


Sekolah dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah di SMA
Muhammadiyah Bontomarannu.
2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hasil yang diraih dalam penerapan
manajemen berbasis sekolah di SMA Muhammadiyah Bontomarannu.

3. Untuk mendeskripsikan serta menjelaskan apa faktor pendukung dan penghambat


terhadap penerapan manajemen berbasis sekolah di SMA Muhammadiyah
Bontomarannu.

E. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara


peran Kepala Sekolah dengan Penerapan Manajemen berbasis sekolah di SMA
Muhammadiyah Bontomarannu.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini bisa berguna sebagai masukan di dalam menentukan kebijakan lebih
lanjut bagi SMA Muhammadiyah Bontomarannu mengenai peranan kepala
sekolah dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah di SMA Muhammadiyah
Bontomarannu.

2. Studi Kepustakaan

Dalam rangka memperkuat masalah yang akan diteliti maka penulis mengadakan telaah
pustaka dengan cara mencari serta menemukan teori yang akan dijadikan sebagai
landasan penelitian yaitu :

Peran kepala sekolah

Menurut purwanto, bahwa seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh macam


peranan, yaitu :“ sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli, mengawasi hubungan antara
anggota-anggota , mewakili kelompok, bertindak sebagai pemberi gnjaran, bertindak
sebagai wasit, pemegang tanggung jawab, sebagai seorang pencipta, dan sebagai seorang
ayah.

Penjabarannya tentang peran kepala sekolah menurut Al-Ghozali adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pelaksan (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh melaksanakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. Ia
harus berusaha memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya, juga program atau
rencana yang telah di tetapkan bersama.
2. Sebagai perencana (planner)
Sebagai kepala sekolah yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan,
sehingga segala sesuatu yang akan diperbuatnya bukan secara sembarangan saja, tetapi
segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan. Perencanaan menurut Williams dalam
Mason perencanaan adalah ‘is an ordered sequence of operations and actions that are
designed to realise one single goal or a set of interrelated goals’. Oleh karena itu, menurut
Williams, perencanaan adalah proses untuk mengantisipasi dan mengubah sesuatu yang
belum terjadi, melihat jauh kedepan, mencari solusi yang optimal, yang dirancang untuk
meningkatkan dan idealnya memaksimalkan mamfaat pembangunan secara pasti dan
yang akan menghasilkan hasil yang diprediksi.
3. Sebagai seorang ahli ( expert )
Kepala sekolah haruslah mempunyai keahlian terutama yang berhubungan dengan tugas
jabatan kepemimpinan yang dipeganggnya.
4. Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of internal
relationship )
Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha membangun hubungan yang
harmonis.
5. Mewakili kelompok (group representative )
Ia harus menyadari, bahwa baik buruk tindakannya diluar kelompoknya mencerminkan
baik buruk kelompok yang dipimpinnya.
6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman.
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah ( arbitrator and modiator)
Dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan antara anggota-angotanya.
Ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan salah satu
anggotanya.
8. Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita ( idiologist )
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai cita-cita dan kosepsi yang baik dan realistis,
sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju
kearah yang di cita-citakan.
9. Bertindak sebagai ayah ( father figure)
Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaknya mencerminkan
tindakan seorang ayah terhadap anak buahnya.

Konsep dasar kepemimpinan

Kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok


dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu (Sutisna Oteng, 1993, p.2).
tercapainya tujuan tersebut tercermin dalam produktifitas organisasi serta penampilan
kinerja yang efektif. Sedangkan fielder (1965, p.8) mengatakan bahwa “leadership is the
process of infliuencing group activities toward goal setting and goal ; achievement”.
Kepemimpinan adalah proses aktivitas mempengaruhi kelompok atau group untuk
menempatkan tujuan dan mencapai tujuan. Kemudian keating (1986, p.9) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang bersama. Kemampuan
mempengaruhi, sebagai inti dari kepemimpinan tersebut, dilakukan oleh seseorang
pemimpin dengan cara yang spesifik.

Manajemen berbasis sekolah

Gagasan manajemen berbasis sekolah (MBS), dalam bahasa inggris school based
management pada dewasa ini menjadi perhatian pada pengelolaan pendidikan, mulai dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sampai dengan tingkat sekolah. Sebagaimana
dimaklumi, gagasan ini semakin mengemuka setelah di keluarkannya kebujakan
desentralisasi pengelolaan pendidikan seperti disyaratkan oleh UU Nomor 32 tahun 2004.
Produk hukum tersebut mengisyaratkan terjadinya pergeseran kewenangan dalam
pengelolaan pendidikan dan melahirkan wacana akuntabilitas pendidikan.
Gagasan MBS perlu dipahami dengan baik oleh selueuh pihak yang
berkepentingan (stakeholder) dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya sekolah,
karena implementasi MBS tidak sekedar membawa perubahan dalam kewenangan
akademik sekolah dan tatanan pengelolaan sekolah, akan tetapi membawa perubahan
pula dalam pola kebijakan dan orientasi partisipasi orang tua dan masyarakat dalam
pengelolaan sekolah.

3. Prosedur Penelitian

A. Metode dan Alasan Menggunakan Metode

Pada penelitian ini digunakan metodologi dengan pendekaan kualitatif, yang


mempunya karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung,
deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian
kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif serta makna merupakan hal
yang esensial.

Terdapat 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan


kualitatif, yaitu etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories,
serta penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini penelitian yang digunakan yakni
penelitian studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, serta interaksi lingkungan
suatu unit sosial : individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA Muhammadiyah Bontomarannu karena didasarkan


pada pertimbangan :

SMA Muhammadiyah Bontomarannu adalah termasuk sekolah swasta dan banyak


masyarakat yang membandingkan antara sekolah swasta dengan negeri tentang mana
kualitas sekolah yang terbaik, dan banyak dari mereka yang menganggap bahwa
sekolah negeri adalah termasuk sekolah yang bergengsi sehingga ada beberapa orang
tua murid yang tidak mau menyekolahkan anaknya di sekolah swasta. Karenanya
peran kepala sekolah sangatlah penting dalam mematahkan asumsi ini.
C. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri.

D. Sampel Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi.
Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maksudnya secara baik, jika
dilakukan wawancara mendalam dan observasi latar, di mana fenomena itu terjadi.

F. Teknik Analisis

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah


pengelolahan dan analisa data. Yang dimaksud dengan analisa data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan dokumen dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkannya
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusunya kedalam pola, memilih mana
yang penting dan akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.

Jadi analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model spradley,


yaitu teknik analisa data yang disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, adalah:

1. Dalam tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question,
yaitu pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),
2. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seorang
informan “key informant” yang merupakan informan, beribawa dan dipercaya
dapat “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian dan
memulai untuk mengajukan pernyataan deskriptif, dilanjutkan dengan anlisis
wawancara berikutnya peneliti melakukan analisis domain.
3. Dalam tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa
data dilakukan menggunakan analisis taksonomi.
4. Dalam tahap selection (dilakukan dengan cara observasi terseleksi) kemudian
peneliti mangajukan pernyataan kontras, yang dilakukan dengan analisis
kompenensial.
5. Hasil dari analisis kompenensial, malalui analisis tema peneliti menemukan tema-
tema budaya. Berdasarkan pada temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan
laporan penelitian kualitatif.

G. Daftar Pustaka

1. https://journal.uny.ac.id/index.php/jamp/article/view/2447/2033

2. https://www.kajianpustaka.com/2019/03/manajemen-berbasis-sekolah.html

3. https://www.neliti.com/id/publications/57188/peran-kepala-sekolah-dalam-
meningkatkan-profesionalisme-guru

4. https://www.silabus.web.id/kepala-sekolah/

Anda mungkin juga menyukai