Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 8
Nurul Muhlisa
Rabiatul Adawiyah
TAHUN 2020
1. Pendahuluan
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
3. Hasil apa yang digapai dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di SMA
Muhammadiyah Bontomarannu.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka tujuan penelitian
yang ingin dicapai adalah :
E. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini bisa berguna sebagai masukan di dalam menentukan kebijakan lebih
lanjut bagi SMA Muhammadiyah Bontomarannu mengenai peranan kepala
sekolah dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah di SMA Muhammadiyah
Bontomarannu.
2. Studi Kepustakaan
Dalam rangka memperkuat masalah yang akan diteliti maka penulis mengadakan telaah
pustaka dengan cara mencari serta menemukan teori yang akan dijadikan sebagai
landasan penelitian yaitu :
Penjabarannya tentang peran kepala sekolah menurut Al-Ghozali adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pelaksan (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh melaksanakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. Ia
harus berusaha memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya, juga program atau
rencana yang telah di tetapkan bersama.
2. Sebagai perencana (planner)
Sebagai kepala sekolah yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan,
sehingga segala sesuatu yang akan diperbuatnya bukan secara sembarangan saja, tetapi
segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan. Perencanaan menurut Williams dalam
Mason perencanaan adalah ‘is an ordered sequence of operations and actions that are
designed to realise one single goal or a set of interrelated goals’. Oleh karena itu, menurut
Williams, perencanaan adalah proses untuk mengantisipasi dan mengubah sesuatu yang
belum terjadi, melihat jauh kedepan, mencari solusi yang optimal, yang dirancang untuk
meningkatkan dan idealnya memaksimalkan mamfaat pembangunan secara pasti dan
yang akan menghasilkan hasil yang diprediksi.
3. Sebagai seorang ahli ( expert )
Kepala sekolah haruslah mempunyai keahlian terutama yang berhubungan dengan tugas
jabatan kepemimpinan yang dipeganggnya.
4. Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of internal
relationship )
Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha membangun hubungan yang
harmonis.
5. Mewakili kelompok (group representative )
Ia harus menyadari, bahwa baik buruk tindakannya diluar kelompoknya mencerminkan
baik buruk kelompok yang dipimpinnya.
6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman.
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah ( arbitrator and modiator)
Dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan antara anggota-angotanya.
Ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan salah satu
anggotanya.
8. Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita ( idiologist )
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai cita-cita dan kosepsi yang baik dan realistis,
sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju
kearah yang di cita-citakan.
9. Bertindak sebagai ayah ( father figure)
Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaknya mencerminkan
tindakan seorang ayah terhadap anak buahnya.
Gagasan manajemen berbasis sekolah (MBS), dalam bahasa inggris school based
management pada dewasa ini menjadi perhatian pada pengelolaan pendidikan, mulai dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, sampai dengan tingkat sekolah. Sebagaimana
dimaklumi, gagasan ini semakin mengemuka setelah di keluarkannya kebujakan
desentralisasi pengelolaan pendidikan seperti disyaratkan oleh UU Nomor 32 tahun 2004.
Produk hukum tersebut mengisyaratkan terjadinya pergeseran kewenangan dalam
pengelolaan pendidikan dan melahirkan wacana akuntabilitas pendidikan.
Gagasan MBS perlu dipahami dengan baik oleh selueuh pihak yang
berkepentingan (stakeholder) dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya sekolah,
karena implementasi MBS tidak sekedar membawa perubahan dalam kewenangan
akademik sekolah dan tatanan pengelolaan sekolah, akan tetapi membawa perubahan
pula dalam pola kebijakan dan orientasi partisipasi orang tua dan masyarakat dalam
pengelolaan sekolah.
3. Prosedur Penelitian
B. Tempat Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri.
Sumber data utama dalam penelitian ini yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi.
Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maksudnya secara baik, jika
dilakukan wawancara mendalam dan observasi latar, di mana fenomena itu terjadi.
F. Teknik Analisis
1. Dalam tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question,
yaitu pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),
2. Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seorang
informan “key informant” yang merupakan informan, beribawa dan dipercaya
dapat “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian dan
memulai untuk mengajukan pernyataan deskriptif, dilanjutkan dengan anlisis
wawancara berikutnya peneliti melakukan analisis domain.
3. Dalam tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa
data dilakukan menggunakan analisis taksonomi.
4. Dalam tahap selection (dilakukan dengan cara observasi terseleksi) kemudian
peneliti mangajukan pernyataan kontras, yang dilakukan dengan analisis
kompenensial.
5. Hasil dari analisis kompenensial, malalui analisis tema peneliti menemukan tema-
tema budaya. Berdasarkan pada temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan
laporan penelitian kualitatif.
G. Daftar Pustaka
1. https://journal.uny.ac.id/index.php/jamp/article/view/2447/2033
2. https://www.kajianpustaka.com/2019/03/manajemen-berbasis-sekolah.html
3. https://www.neliti.com/id/publications/57188/peran-kepala-sekolah-dalam-
meningkatkan-profesionalisme-guru
4. https://www.silabus.web.id/kepala-sekolah/