Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA di SMK PARIWISATA MENGWITANI

Disusun Oleh:

I MADE AGUS WIDIANTARA PUTRA

2112531014
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2023

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Nasional adalah tindakan yang diorganisir dan direncanakan

secara sistematis dengan tujuan menciptakan lingkungan belajar yang optimal dan

proses pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik untuk mengembangkan

potensi mereka, termasuk aspek spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

kebiasaan, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan untuk manfaat pribadi,

komunitas, negara, dan bangsa (pasal 1 UU no. 20 tahun 2003).

Dalam pendidikan, terdapat tiga aspek yang dikembangkan, yaitu pertama,

aspek kognitif yang mencakup pengembangan pengetahuan, potensi, kecerdasan,

dan keterampilan. Kedua, aspek afektif yang mencakup pemberian nilai-nilai

moral dan religius serta pengembangan sikap emosional dan sensitivitas. Ketiga,

aspek psikomotorik yang melibatkan peningkatan kinerja dalam konteks

kehidupan berbangsa, pengembangan keterampilan, adaptasi terhadap perubahan,


perhatian terhadap isu sosial, pembiasaan diri, dan pengetahuan dalam berbagai

bidang seperti pekerjaan, kesehatan, kehidupan sehari-hari, dan masalah praktis

lainnya.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Bagian

IV pasal 10 ayat (1) mengenai guru, disebutkan bahwa kompetensi guru,

sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 8, mencakup kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi.

Menurut pandangan Usman Uzer (2005: 5), menjadi guru adalah sebuah

profesi yang menuntut kemampuan khusus yang diperlukan untuk menjalankan

tugas-tugas guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh individu yang tidak

memiliki keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan aktivitas

sebagai seorang guru.

Peran guru dalam konteks pendidikan sangatlah signifikan untuk mencapai

tujuan pendidikan di lingkungan sekolah. Keberhasilan lembaga pendidikan

dalam mencapai tujuan mereka secara optimal bergantung pada kompetensi guru,

sebagaimana diuraikan dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar tersebut mencakup

kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Dalam dunia

pendidikan, tidak hanya siswa yang diharapkan mengembangkan potensi diri,

tetapi guru juga dituntut untuk memiliki kompetensi yang relevan.

Selain itu, guru juga merupakan pendidik profesional yang memiliki

kewenangan untuk membimbing, mengajar, mengarahkan, menilai, melatih, dan

mengevaluasi siswa, dan guru juga memainkan peran penting dalam menentukan
keberhasilan mencapai tujuan pendidikan di lingkungan formal. Untuk mencapai

tujuan pendidikan tersebut, baik guru maupun siswa harus mengikuti proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang sering kali dihadapi dengan sejumlah

tantangan. Seperti yang diungkapkan oleh Sunarto dan Hartono, siswa mungkin

menghadapi kesulitan dalam memahami konsep-konsep abstrak. Pernyataan ini

mengindikasikan bahwa dalam proses pembelajaran, anak-anak memerlukan

bimbingan dari guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka.

Guru dan dosen perlu memiliki sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus mereka kuasai dengan baik dalam menjalankan tugas

profesional mereka. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memahami dan

menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah

maupun di masyarakat. Kompetensi ini memiliki peran yang sangat penting dalam

membentuk karakter peserta didik, dan setiap guru harus memiliki kompetensi

kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu,

kemampuan guru dalam proses mengajar menjadi indikator keberhasilan dari

aktivitas belajar mengajar di dalam kelas.

Dengan kata lain, guru yang memiliki kompetensi yang tinggi akan

memenuhi standar profesionalisme guru. Mereka memiliki wawasan yang luas,

pengetahuan yang mendalam, kemampuan berinteraksi dengan baik, dan selalu

berusaha untuk meningkatkan kualitas mengajar mata pelajaran kepada siswa. Hal

ini akan berdampak positif pada prestasi akademik siswa, karena prestasi

akademik cenderung meningkat seiring dengan pemahaman yang lebih baik

terhadap materi yang diajarkan selama proses pembelajaran.


Menurut Hopkins (2010: 47) seperti yang dikutip dalam Suyanto dan Jihad

(2013: 40), pengembangan kompetensi adalah "proses di mana seorang guru

secara kontinu mengevaluasi dirinya sendiri dan tetap fleksibel terhadap

perubahan zaman." Ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki kesadaran

bahwa perubahan adalah hal yang alami dalam kehidupan, dan dengan tetap

terbuka terhadap perkembangan, guru akan menjadi lebih kompeten dalam

menjalankan tugas profesinya.

Prestasi mengacu pada kemampuan atau hasil konkret yang dapat

diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Proses pembelajaran adalah tindakan sadar

yang dilakukan oleh setiap individu untuk mengubah perilaku, pengalaman, dan

pengetahuan mereka. Prestasi belajar merujuk pada hasil yang siswa raih setelah

mengikuti pembelajaran selama periode tertentu. Biasanya, pencapaian belajar ini

tercermin dalam penilaian hasil tes atau evaluasi, seperti ujian harian, ujian tengah

semester, dan ujian akhir semester.

Prestasi belajar siswa bervariasi, ada yang mencapai prestasi tinggi,

sedang, dan rendah. Untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan, perlu

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum, faktor-

faktor ini dapat dibagi menjadi dua kategori: faktor internal yang berasal dari

siswa sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar siswa.

Faktor internal mencakup aspek biologis seperti kondisi fisik siswa, bakat, minat,

sikap, motivasi, kebiasaan belajar, dan sebagainya. Sementara faktor eksternal

mencakup faktor-faktor dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan sebagainya.

Menurut penelitian karya dari Afiah Mukhtar dan Luqman MD, bahwa

kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan


kompetensi profesional, memiliki dampak yang positif pada prestasi belajar siswa.

Namun, dalam konteks siswa SMA di Kota Makassar, kompetensi ini tidak secara

langsung berkontribusi signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar mereka.

Hasil uji variabel intervening menunjukkan bahwa kompetensi memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan pada prestasi belajar siswa SMA di Kota Makassar

melalui kinerja guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memiliki

kompetensi yang baik akan mendukung prestasi belajar siswa, namun juga harus

diimbangi dengan kinerja guru yang baik. Selanjutnya, penelitian karya dari

Ridaul Inayah, Trisno Martini, dan Hery Sawiji menemukan kompetensi guru

memiliki pengaruh langsung yang positif terhadap prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Lasem tahun pelajaran 2011/2012

dengan nilai sebesar 0,409. Ini menunjukkan bahwa dampak positif kompetensi

guru pada prestasi belajar mata pelajaran ekonomi berada dalam kisaran antara

0,40 hingga 0,599. Dengan kata lain, kompetensi guru memiliki pengaruh yang

sedang terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa.

Berdasarkan dari pemaparan diatas, maka peneliti tertarik mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar

Siswa di SMK Pariwisata Mengwitani”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka

rumusan masalah yang dapat penulis rumuskan dalam penelitian ini sebagai

berikut: “Seberapakah pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar di SMK

Pariwisata Mengwitani?”

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa di SMK

Pariwisata Mengwitani

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan diatas, maka manfaat yang didapat

dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah SMK Pariwisata Mengwitani diharapkan dapat

meningkatkan kualitas kerjanya dalam mewujudkan sekolah yang berhasil.

b. Bagi guru di SMK Pariwisata Mengwitani diharapkan dapat menguasai

kompetensi mereka sebagai guru.

c. Bagi siswa, diharapkan memiliki antusias dalam mengikuti pembelajaran

dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai salah satu sumber referensi serta bahan bacaan yang dimiliki oleh

perpustakaan program sarjana Universitas Udayana;

b. Sebagai referensi dan masukan dalam pengembangan penelitian selanjutnya

khususnya terkait pengaruh fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap

hasil belajar siswa.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika berfungsi untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian

ini. Sistematika penulisan ini disajikan ke dalam lima bab yang tersusun secara

jelas dan sistematis yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai pendahuluan yang meliputi, latar belakang,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mendeskripsikan tentang referensi penelitian terdahulu yang sesuai, teori

dan konsep yang sesuai untuk membahas permasalahan yang ada, dan kerangka

pemikiran.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian Jenis Penelitian, Sumber Data,

Unit Analisis, Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Teknik Penyajian Data, Keterbatasan

Penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai gambaran umum objek penelitian, dan hasil temuan

serta Analisa.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

bersifat membangun bagi objek penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi

Istilah "kompetensi" berasal dari bahasa Inggris "competence"

yang memiliki makna kecakapan, kemampuan, dan wewenang. Dalam

konteks pendidikan, kompetensi merujuk pada gabungan pengetahuan,

sikap perilaku, dan keterampilan yang tercermin dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak. Konsistensi dalam melaksanakan kebiasaan

berpikir secara berkelanjutan memungkinkan seseorang mencapai

tingkat kecakapan dalam suatu bidang. Dengan demikian, seseorang

dianggap memiliki kompetensi jika memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang tercermin dalam cara berpikir

dan bertindaknya. Kompetensi guru mencerminkan pandangan tentang

tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang guru, termasuk kegiatan,

perilaku, dan hasil yang dapat dihasilkan selama proses belajar-

mengajar. Untuk menjaga keterampilan dan kecerdasan kognitif guru

agar tetap relevan, guru perlu mengikuti berbagai kursus, seminar, dan

aktif berpartisipasi dalam kegiatan berkarya.

b. Berdasarkan Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005


Dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah

menyusun empat kategori kompetensi guru sebagaimana diuraikan

dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai

Standar Nasional Pendidikan, meliputi:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik guru mencakup pemahaman terhadap

murid, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan murid untuk mengaktualisasikan

potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini dijabarkan dalam

indikator esensial, seperti pemahaman mendalam terhadap murid,

merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, serta

mengembangkan murid untuk mengaktualisasikan potensinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian guru mencakup kemampuan memiliki

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan

menjadi teladan bagi siswa. Subkompetensi kepribadian terdiri

dari kepribadian yang mantap dan stabil, kepribadian yang

dewasa, kepribadian yang arif, akhlak mulia, dan kepribadian

yang berwibawa.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial guru melibatkan kemampuan berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan murid, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali murid, dan masyarakat sekitar.


Subkompetensi ini mencakup kemampuan berkomunikasi dengan

murid, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua/wali

murid, serta masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional mencakup penguasaan materi

pembelajaran, baik dalam kurikulum mata pelajaran di sekolah

maupun substansi keilmuan yang menaungi materi.

Subkompetensi ini memerlukan pemahaman substansi keilmuan

bidang studi, struktur dan metode keilmuan, serta keterampilan

dalam penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik.

Keempat kompetensi tersebut bersifat integral, dan pemilahan ke

dalam kategori tersebut dimaksudkan agar lebih mudah dipahami.

Beberapa ahli menyebutkan bahwa istilah "kompetensi profesional"

sebenarnya sudah mencakup semua aspek kompetensi lainnya,

sementara penguasaan materi ajar secara luas dan mendalam dapat

disebut sebagai penguasaan sumber bahan ajar atau bidang studi

keahlian. Pandangan ini menekankan bahwa seorang guru yang

berkompeten harus memiliki pemahaman terhadap karakteristik

murid, penguasaan bidang studi, kemampuan penyelenggaraan

pembelajaran yang mendidik, serta kemauan dan kemampuan

mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan.

c. Kompetensi Dalam Mengajar

1. Mengajar dan Mengembangkan Potensi Murid


Gaya pengajaran di kelas umumnya dipengaruhi oleh

persepsi guru terhadap proses pengajaran itu sendiri. Apabila

seorang guru memiliki pandangan bahwa mengajar hanya sebatas

menyampaikan pengetahuan, maka dalam praktik pengajarannya,

guru tersebut cenderung memandang murid sebagai penerima

informasi yang harus diisi oleh guru. Dalam situasi ini, guru

memberikan materi pelajaran, sementara murid hanya bertindak

sebagai penonton yang memerhatikan. Setelah itu, murid diuji

terkait dengan pemahaman mereka terhadap materi yang

diajarkan oleh guru. Jika murid tidak mampu memberikan

jawaban yang tepat, kesalahan cenderung diatribusikan kepada

murid.

Di sisi lain, terdapat pula guru yang melibatkan murid

secara aktif dalam proses pembelajaran, memberikan tanggung

jawab yang lebih besar kepada murid agar dapat berperan aktif,

dan guru bertindak sebagai fasilitator. Dalam praktiknya, di dalam

kelas, guru menggunakan berbagai model pembelajaran yang

dapat mendorong partisipasi aktif murid. Pada akhir sesi

pembelajaran, evaluasi dilakukan terhadap murid dan diri guru

sendiri.

2. Merancang Pembelajaran yang Menarik

Pembelajaran yang menarik dapat diartikan sebagai proses

pembelajaran yang melibatkan unsur-unsur seperti cerita,

nyanyian, tantangan, dan pemenuhan rasa ingin tahu murid.


Seorang guru dalam konteks pembelajaran yang menarik

sebaiknya bersikap santai dan humoris, namun tetap menunjukkan

kesungguhan dalam membantu murid memahami materi

pembelajaran dengan cara yang mudah, cepat, dan

menyenangkan. Guru tersebut juga diharapkan memiliki

pemahaman yang baik terhadap kondisi murid dan memberikan

perhatian penuh kepada seluruh kelas. Selain itu, guru juga

memberikan peluang kepada semua murid untuk berkembang dan

maju, tanpa membatasi pada murid-murid tertentu.

Dalam proses pembelajaran, penting bagi murid untuk

mendapatkan kondisi yang dikodisikan secara positif, sehingga

mereka merasakan kegembiraan dan terdorong untuk

memperhatikan seluruh materi yang disampaikan oleh guru.

3. Membangun Pembelajaran yang Menarik

Agar dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, serta

efektif dan efisien, serta memberikan tujuan dan arah yang jelas

terhadap proses pembelajaran, diperlukan empat elemen yang

harus hadir dan terpenuhi dalam setiap proses pembelajaran.

Keempat elemen tersebut adalah:

a. Kepercayaan

Pembelajaran seharusnya dianggap sebagai suatu

kegiatan yang melibatkan kolaborasi dan saling mendukung

antara guru dan murid. Dalam konteks ini, proses

pembelajaran memiliki tingkat kepentingan yang setara


dengan hasil yang diinginkan. Dalam pelaksanaan

pembelajaran, diperlukan terjalinnya hubungan "saling

membutuhkan" antara semua pihak yang terlibat dalam

proses pembelajaran. Guru dan murid harus saling

mempercayai dan menghargai peran masing-masing dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

b. Rasa Hormat

Rasa hormat dapat diaktualisasikan melalui tingkat

kepedulian yang mendalam terhadap para murid. Adanya

hubungan "saling menghormati" antara guru dan murid

merupakan fondasi untuk terbentuknya tanggung jawab

bersama dalam proses pembelajaran.

c. Optimisme

Setiap murid memiliki potensi yang tidak terbatas.

Sebagai individu yang unik, murid sulit untuk membatasi

potensi yang dimilikinya secara pasti. Walaupun demikian,

murid perlu tetap memelihara sikap optimis dalam menjalani

aktivitas dalam proses belajar. Dalam lingkungan kelas,

keberhasilan pembelajaran tidak akan tercapai secara optimal

tanpa adanya pembangunan sikap optimis terhadap potensi

yang dimiliki oleh murid.

d. Kesengajaan

Murid sebenarnya mampu mengidentifikasi potensi

yang dimilikinya. Berdasarkan pemahaman ini, guru dapat


menyusun program pembelajaran yang khusus untuk murid.

Hal ini dilakukan secara sengaja guna mengeksplorasi dan

mengukur sejauh mana potensi yang dimiliki oleh murid

dalam memahami suatu materi pembelajaran.

4. Memahami Gaya Mengajar Guru adalah Gaya Belajar Murid

Keadaan umum para murid di sekolah memiliki

keunikannya sendiri, di mana perbedaan karakter murid seringkali

menjadi tantangan bagi pihak sekolah, terutama bagi guru yang

berinteraksi langsung dengan murid dalam proses pembelajaran.

Perbedaan karakter di antara murid, seperti murid yang normal,

nakal, gagal, lambat belajar, atau memiliki keterbelakangan

mental, merupakan hal yang wajar karena setiap individu lahir ke

dunia ini dengan kondisi yang berbeda satu sama lain. Divergensi

karakter yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan

mendorong setiap individu menjadi entitas yang memiliki

karakter dasar yang unik.

Karenanya, guru perlu memiliki pemahaman yang

mendalam terhadap perbedaan kemampuan murid sebelum

memulai proses pembelajaran, termasuk memahami variasi

kecerdasan murid. Sebagian besar guru sering kali melakukan

kesalahan dengan menyamaratakan gaya belajar semua murid,

padahal belum tentu murid-murid tersebut benar-benar terlibat

dan serius selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagai

contoh, terdapat guru yang fokus pada penyampaian materi


pelajaran tanpa memperhatikan murid yang mungkin kesulitan

dalam memahami pelajaran tersebut. Pendekatan pengajaran

seperti ini tidak efektif karena dapat menimbulkan rasa bosan

pada murid, yang akhirnya membuat mereka kurang tertarik pada

mata pelajaran tersebut.

Seharusnya, guru memperhatikan gaya belajar dan gaya

berfikir yang beragam dari murid-muridnya. Diperlukan

penggunaan metode yang sesuai selama proses penyampaian

materi agar para murid dapat menyerap informasi dengan lebih

baik.

d. Kompetensi Membangun Kekuatan Murid

1. Membangun rasa percaya diri pada murid

Percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap

kemampuannya untuk tampil dengan baik di hadapan orang lain.

Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa kepercayaan diri

pada murid bukanlah bakat bawaan, melainkan merupakan

kualitas mental yang dapat diperoleh melalui proses pendidikan

atau pemberdayaan. Artinya, setiap murid dapat melalui latihan

dan pembelajaran untuk meningkatkan tingkat kepercayaan diri

sesuai dengan kondisinya.

2. Membangun daya ingat murid

Untuk memahami lebih baik bagaimana memanfaatkan daya

ingat, guru perlu memiliki pemahaman terhadap cara kerjanya.

Dalam lingkungan pembelajaran di kelas, informasi yang


disampaikan oleh guru akan tertanam dalam memori jangka

panjang murid jika penyampaian tersebut menarik dan

memberikan kesan positif. Guru dapat melakukan berbagai upaya

untuk merangsang daya ingat jangka panjang murid. Sebagai

contoh, materi ajar yang diberikan harus memiliki daya tarik,

memiliki makna, dan memberikan kesan positif, serta

dihubungkan dengan situasi kontekstual yang sering dialami oleh

murid.

3. Meningkatkan Motivasi Murid

Motivasi berasal dari kata "motif," yang sering diartikan

sebagai dorongan internal yang mendorong seseorang untuk

melaksanakan aktivitas tertentu dengan tujuan mencapai suatu

target. Motif dapat diinterpretasikan sebagai keadaan internal atau

latar belakang yang mendorong seseorang untuk melakukan

tindakan tertentu.

4. Membangun Komunikasi dan Empati

Hubungan antara guru dan murid merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan yang membutuhkan tingkat interaksi yang

tinggi. Oleh karena itu, kedua pihak ini perlu membina

komunikasi yang positif. Dalam menjalankan komunikasi ini,

guru perlu dilengkapi dengan keterampilan interpersonal yang

dapat menghindarkan terjadinya miskomunikasi atau

ketidakpahaman, yang dapat menjadi titik awal dari masalah

dalam proses pembelajaran.


Dengan memiliki rasa empati, kesenjangan komunikasi dan

ketidakpahaman dapat diatasi. Seorang pendidik dianggap

memiliki empati jika ia dapat memahami serta menyelami

pikiran, perasaan, reaksi, perkembangan, dan motivasi muridnya.

5. Membangun Kreativitas dalam Pembelajaran

Terdapat beberapa konsep umum yang terkait dengan istilah

"kreativitas." Pertama, kreativitas merujuk pada usaha

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kreativitas

dianggap sebagai sesuatu yang muncul secara spontan dan

orisinal. Ketiga, kreativitas dipahami sebagai hasil dari

penciptaan yang baru dan memiliki perbedaan. Keempat,

kreativitas dianggap sebagai suatu proses yang unik. Kelima,

kreativitas memerlukan tingkat kecerdasan yang tinggi. Keenam,

kreativitas diartikan sebagai kemampuan yang dipengaruhi oleh

faktor bawaan. Dalam konteks pembelajaran murid, kreativitas

dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berpikir tentang suatu

hal dengan cara yang baru dan inovatif.

6. Memahami Ragam Kecerdasan Murid

Dengan memperhatikan variasi kecerdasan yang dimiliki oleh

murid, guru dapat memberikan pendekatan pembelajaran yang

berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing.

7. Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Ganda di Sekolah

Agar dapat mengimplementasikan pendekatan pembelajaran

ganda di sekolah, sebaiknya guru pertama-tama mengadopsi


pendekatan tersebut dalam praktik pengajaran pribadinya. Hal ini

bertujuan agar teori yang disampaikan oleh guru didukung oleh

pengalaman empirisnya sendiri, sehingga guru memiliki

pemahaman mendalam terhadap setiap aspek model pembelajaran

yang diterapkan di sekolah.

e. Kompetensi Penunjang

1. Kemampuan Menulis

Keahlian dalam mengungkapkan ide melalui tulisan

mencerminkan tingkat kualitas intelektual seseorang, karena tulisan

seorang guru mencerminkan ekspresi pemikirannya. Seorang guru

yang mahir dalam menulis dan mampu mengemukakan ide-idenya

melalui karya tulis menunjukkan bahwa ia secara aktif terlibat

dalam kegiatan membaca, berdiskusi, dan mengamati lingkungan

sekitarnya. Bagi seorang guru, keterampilan menulis merupakan

suatu kemampuan yang terintegrasi dengan tugas pokoknya sebagai

pendidik.

2. Keahlian dalam Melakukan Penelitian

Selain berperan sebagai pendidik, guru juga memiliki tanggung

jawab sebagai peneliti. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran, mengeksplorasi model-model

pembelajaran, menilai kemampuan belajar murid, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh guru tidak dapat dipisahkan dari

kebutuhan untuk mengembangkan profesionalisme mereka sebagai

pendidik. Oleh karena itu, peran ganda menjadi suatu keharusan, di


mana guru tidak hanya mampu melakukan penelitian yang dapat

dipercaya, tetapi juga mampu mengaplikasikan hasil penelitian

tersebut dalam pengajaran di kelas.

3. Kemahiran Berbahasa Asing

Kemampuan berbahasa asing sebenarnya merupakan prasyarat

yang harus dimiliki oleh setiap guru. Kemampuan ini memiliki

dampak yang signifikan terhadap akses guru terhadap informasi

yang disajikan secara langsung dalam bahasa asing, baik melalui

internet maupun di perpustakaan.

4. Mendorong Minat Baca Murid

Tempat umum yang sering digunakan oleh murid untuk

membaca berbagai jenis buku, termasuk buku pelajaran, adalah

perpustakaan sekolah. Perpustakaan memiliki peran yang sangat

penting dalam setiap program pendidikan dan seharusnya menjadi

pusat kegiatan di sekolah. Oleh karena itu, keberadaan

perpustakaan di sekolah menjadi sangat signifikan untuk

mendukung berbagai kegiatan belajar-mengajar di lembaga

pendidikan formal, baik tingkat sekolah dasar maupun menengah.

f. Pengertian Guru

Seorang guru adalah seorang pengajar dan pembimbing yang

memberikan pengetahuan kepada kita serta membantu kita dalam

perjalanan dari ketidaktahuan menuju pengetahuan. Guru diharapkan

dapat terus meningkatkan kinerjanya sebagai modal untuk

keberhasilan pendidikan. Seorang guru sejati bukan hanya


menyampaikan materi, melainkan juga berperan sebagai pendidik

yang membentuk karakter dan moralitas kita, mengubah kita menjadi

individu yang memiliki nilai-nilai moral.

g. Kualitas Guru

Guru berkualitas masih merupakan kelompok minoritas jika

dibandingkan dengan jumlah guru yang kurang berkualitas. Terlebih

lagi, saat ini banyak orang memilih profesi menjadi guru hanya karena

faktor gaji yang tinggi. Kualitas suatu kurikulum pembelajaran sangat

bergantung pada kemampuan guru dalam proses pengajaran.

h. Peran dan Tugas Guru

Adapun peran dan tugas guru meliputi ;

1. Guru sebagai pendidik

Guru sebagai pendidik, memiliki peran yang mencakup menjadi

figur yang dihormati, dicontohkan, dan diidentifikasi oleh peserta

didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru perlu memenuhi

standar kualitas tertentu yang mencakup tanggung jawab,

wibawa, kemandirian, dan disiplin. Peran pendidik guru terkait

dengan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak,

memperkenalkan mereka pada pengalaman-pengalaman penting

seperti menjaga kesehatan jasmani, mengembangkan kemandirian

dari orang tua, memahami tanggung jawab kemasyarakatan,

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar, serta persiapan

untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga. Selain itu, guru

bertugas sebagai pemelihara dan pendisiplin anak dengan


mengawasi aktivitas mereka untuk memastikan bahwa perilaku

anak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2. Guru sebagai pengajar

Guru memiliki tugas untuk memberikan pengajaran di dalam

kelas, menyampaikan materi pembelajaran agar murid memahami

informasi dengan baik. Selain itu, guru berusaha menciptakan

perubahan dalam sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan

sosial, apresiasi, dan aspek lainnya melalui proses pengajaran.

Untuk mencapai tujuan ini, guru perlu memiliki pemahaman yang

baik terhadap materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya

dan menguasai metode mengajar dengan baik.

3. Guru sebagai pembimbing

Perlu diingat bahwa guru merupakan pembimbing terdekat bagi

murid. Oleh karena itu, guru memiliki tanggung jawab untuk

memberikan dukungan kepada murid agar mereka mampu

mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah mereka sendiri,

memahami diri sendiri, dan beradaptasi dengan lingkungan

sekitar.

4. Guru sebagai pemimpin

Guru diinginkan memiliki kepribadian dan pengetahuan yang

baik. Guru berperan sebagai pemimpin bagi peserta didiknya dan

bertindak sebagai figur panutan.

5. Guru sebagai pengelola Pembelajaran


Guru perlu memiliki kemampuan untuk menguasai variasi metode

pembelajaran. Selain itu, guru juga diharapkan untuk terus

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar tetap

relevan dan tidak tertinggal dalam perkembangan zaman.

6. Guru sebagai Ilmuan

Guru dianggap sebagai individu yang sangat berpengetahuan.

Tugasnya tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada murid,

tetapi juga melibatkan tanggung jawab untuk terus

mengembangkan dan memperbarui pengetahuannya secara

berkelanjutan.

7. Guru sebagai Pribadi

Seorang guru harus memiliki karakteristik yang disukai oleh

murid-murid, orang tua, dan masyarakat sebagai individu. Sifat-

sifat ini menjadi sangat penting agar guru dapat melaksanakan

tugas pengajaran dengan efektif.

8. Guru sebagai penghubung

Sekolah berfungsi sebagai jembatan antara dua wilayah, yakni

sebagai penyampai dan pewaris ilmu, teknologi, serta

kebudayaan, sekaligus sebagai tempat untuk mengakomodasi

aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat.

Guru memiliki peran krusial sebagai pelaksana yang

menghubungkan sekolah dan masyarakat melalui berbagai

kegiatan seperti pameran, bulletin, kunjungan ke masyarakat, dan


lain sebagainya. Oleh karena itu, keterampilan guru dalam

menjalankan tugas-tugas ini perlu terus dikembangkan.

i. Keterampilan dan Kemampuan Guru

Disamping seorang guru mempunyai peran dan tugas, guru juga

mempunyai keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dan

kemampuan guru yang penulis maksud adalah :

1. Memiliki Keterampilan Mengajar

Tugas sehari-hari guru di sekolah mencakup mengajar dan

mendidik melalui berbagai kegiatan bimbingan dan proses belajar

mengajar. Sayangnya, dalam aktivitas belajar mengajar, beberapa

guru mengalami kegagalan. Gagalnya ini terjadi ketika guru tidak

mampu menempatkan dirinya sebagai perantara yang efektif

dalam mendorong proses belajar di antara murid-murid di kelas.

Mereka tidak berupaya dengan sungguh-sungguh untuk

membantu murid-murid memperoleh pemahaman atau wawasan,

sehingga tidak mendorong terjadinya perubahan dalam

pengetahuan, tingkah laku, dan sikap.

2. Mengenal Murid

Memahami murid secara menyeluruh, termasuk nama-nama

mereka, sifat-sifat individu, kebutuhan-kebutuhan, dan latar

belakang, merupakan kunci bagi guru dalam melaksanakan

kegiatan di kelas. Hal ini juga menjadi landasan utama untuk

kesuksesan program pengajaran, terutama dalam konteks sistem


pengajaran modul atau pengajaran yang bersifat individual atau

kelompok.

3. Membangkitkan Semangat

Proses belajar, terutama di dalam kelas, dapat menjadi pekerjaan

yang menjemukan bagi murid, karena mereka merasa terikat

dengan norma-norma kelas dan belum merasakan daya tarik

pengajaran. Seringkali, pada jam-jam terakhir, mereka terlihat

lemas, lesu, ngantuk, dan kehilangan semangat. Dalam situasi

seperti itu, guru perlu berupaya untuk membangkitkan semangat

mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan menyelipkan pertanyaan

dan cerita menarik dalam materi yang disampaikan, atau dengan

menunjukkan semangat dan antusiasme guru. Murid cenderung

tidak merasa ngantuk atau kehilangan minat jika guru mampu

menarik perhatian mereka dengan topik yang menarik. Dalam

konteks ini, penempatan bidang studi seperti sejarah dan

matematika dalam jadwal pelajaran juga perlu diperhatikan.

4. Mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan

Murid seringkali berbicara dan bergerak sesuai keinginan dan

kehendak pribadi mereka, tanpa memperhatikan apakah mereka

berada di dalam kelas atau di hadapan guru. Oleh karena itu,

norma-norma kelas diberlakukan agar proses pembelajaran di

dalam kelas dapat berjalan dengan tertib dan lancar.

5. Melaksanakan proses pembelajaran


Bagi anak yang masih muda dan memiliki gambaran tujuan

belajar dan cita-cita hidup yang belum jelas, tanggung jawab guru

sebagai pendidik menjadi penting. Guru harus mewujudkan

tanggung jawab ini dengan memperkenalkan tujuan-tujuan

pendidikan kepada mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan bukti dan contoh-contoh dari orang-orang terkemuka

serta para sarjana yang telah sukses melalui proses pendidikan

sejak kecil.

2.2.2 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar berasal dari dua kata, yakni hasil dan

belajar. Hasil, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merujuk pada

mutu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar adalah

suatu proses yang mengalami perubahan tingkah laku yang relatif

menetap pada seseorang.

Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) mengungkapkan bahwa hasil

belajar adalah tujuan akhir dari kegiatan pembelajaran di sekolah.

Proses belajar yang dilakukan secara sistematis dengan usaha sadar

dapat meningkatkan hasil belajar, yang pada akhirnya mencerminkan

interaksi antara tindak belajar dan tindak mengajar. Dari perspektif

guru, tindak mengajar berakhir dengan evaluasi hasil belajar,

sedangkan dari perspektif murid, hasil belajar menandakan

berakhirnya suatu penggal dan puncak dari proses belajar.


Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki murid setelah mengalami pengalaman belajar. Warsito (dalam

Depdiknas, 2006: 125) menyatakan bahwa hasil belajar ditandai oleh

perubahan perilaku positif yang relatif permanen pada individu yang

sedang belajar. Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menambahkan bahwa

keberhasilan dalam belajar dapat diukur dari perubahan pada

kemampuan berpikir, keterampilan, atau sikap terhadap suatu objek.

Secara sederhana, Susanto (2013: 5) menjelaskan bahwa hasil

belajar mencakup perubahan pada diri murid, baik dari segi kognitif,

afektif, maupun psikomotorik, yang terjadi sebagai hasil dari kegiatan

belajar. Pendapat ini dikuatkan oleh K. Brahim (dalam Susanto, 2013:

5), yang mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan

murid dalam memahami materi pelajaran, yang diukur melalui skor

hasil tes pada materi tertentu.

b. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, hasil belajar mencakup

pemahaman konsep (kognitif), keterampilan proses (psikomotorik),

dan sikap murid (afektif). Untuk penjelasan yang lebih rinci, dapat

ditemukan pada poin-poin berikut:

1. Konsep Pemahaman

Berdasarkan konsep Bloom (1979) yang dijelaskan oleh

Susanto (2013:6), pemahaman dapat didefinisikan sebagai

kemampuan untuk meresapi makna dari materi atau informasi

yang dipelajari. Menurut Bloom, pemahaman mencakup sejauh


mana seorang murid dapat menerima, menyerap, dan memahami

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini juga

mencakup kemampuan murid dalam menerima dan memahami

informasi dari berbagai sumber, seperti bacaan, pengalaman, atau

observasi langsung melalui penelitian. Untuk mengukur tingkat

pemahaman konsep yang telah diperoleh oleh murid, guru dapat

menggunakan evaluasi berupa tes, baik dalam bentuk lisan

maupun tertulis.

2. Keterampilan proses

Keterampilan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan pikiran, logika, dan tindakan secara efektif dan

efisien guna mencapai hasil yang diinginkan. Usman dan

Setiawati (1993), seperti yang dikutip oleh Susanto (2013:9),

menjelaskan bahwa keterampilan proses merujuk pada

kemampuan yang mengarah pada pengembangan aspek mental,

fisik, dan sosial yang mendasar dalam diri murid.

3. Sikap

Menurut Sardiman (1996) yang dikutip oleh Susanto

(2013:11), sikap mengacu pada kecenderungan individu untuk

melakukan suatu tindakan dengan cara, metode, pola, dan teknik

tertentu terhadap dunia sekitarnya, termasuk individu-individu

dan objek-objek tertentu. Sikap mencerminkan perbuatan,

perilaku, atau tindakan seseorang.


Depniknas (2007) menyebutkan bahwa aspek afektif yang

dapat dievaluasi di sekolah melibatkan :

a) Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu

objek biasa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

b) Minat

Minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat

murid terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya untuk

meningkatkan minat murid terhadap suatu mata pelajaran.

c) Nilai

Nilai adalah keyakinan terhadap keadaan objek atau

kegiatan. Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap

dan kepuasan.

d) Konsep diri

Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier

murid yaitu dengan mengetahui keadaan dan kelemahan diri

sendiri, maka biasa dipilih alternatif karier yang tepat bagi

diri murid.

c. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar

1) Tujuan penilaian hasil belajar

a) Tujuan umum :

(a) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik

(b) Memperbaiki proses pembelajaran

(c) Sebagai bahan penyusun laporan kemajuan belajar murid


b) Tujuan khusus:

(a) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar murid

(b) Mendiagnosis kesulitan belajar

(c) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar

(d) Penentuan kenaikan kelas

(e) Memotivasi belajar murid dengan cara mengenal dan

memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha

perbaikan.

2) Fungsi penilaian hasil belajar

Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut:

a) Fungsi instruksional

Tidak ada tujuan yang lebih krusial dalam proses

pembelajaran selain usaha untuk memastikan bahwa

perkembangan dan pembelajaran murid mencapai tingkat

optimal. Pemberian nilai bertujuan memberikan umpan

balik yang mencerminkan sejauh mana seorang murid telah

berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

pengajaran atau sistem instruksional.

b) Fungsi Informatif

Memberikan nilai murid kepada orang tua memiliki makna

bahwa orang tua murid tersebut menjadi mengetahui

perkembangan dan prestasi anaknya di sekolah. Dengan

memberikan catatan nilai kepada orang tua, maka: (1) orang

tua akan lebih menyadari kondisi anaknya sehingga dapat


memberikan dukungan berupa perhatian, motivasi, atau

bimbingan yang lebih baik, dan (2) terjalin hubungan yang

positif antara orang tua dan sekolah.

c) Fungsi Bimbingan

Memberikan nilai kepada murid memiliki makna penting

dalam pekerjaan bimbingan. Dengan rincian nilai murid,

petugas bimbingan dapat dengan cepat mengidentifikasi

area-area di sekolah yang memerlukan bantuan tambahan.

Catatan yang komprehensif, termasuk penilaian tingkat

kepribadian murid dan karakteristik yang terkait dengan

aspek sosial, akan memberikan bantuan yang signifikan

dalam membimbing murid untuk pengembangan pribadi

secara menyeluruh.

d) Fungsi Administratif

Yang dimaksud dengan fungsi administrative dalam

penilaian antara lain mencakup:

(1) Menentukan kenaikan dan kelulusan murid,

(2) Memindahkan atau menempatkan murid,

(3) Memberikan beamurid,

(4) Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar,

dan

(5) Member gambaran tentang hasil murid/lulusan kepada

para calon pemakai tenaga.

d. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar


Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidikan perlu

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Valid/sahih

Pendidik perlu mengevaluasi pencapaian kompetensi yang telah

ditetapkan dalam standar isi, seperti standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta standar kompetensi lulusan. Keberhasilan

penilaian dapat diukur dengan validitas, yang berarti menilai hal-

hal yang seharusnya dinilai menggunakan instrumen yang sesuai

untuk mengukur kompetensi tersebut.

b) Objektif

Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik sebaiknya tidak

terpengaruh oleh faktor subjektifitas, perbedaan latar belakang

agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender, serta hubungan

emosional.

c) Transparan

Evaluasi hasil belajar oleh pendidik bersifat transparan, yang

berarti bahwa prosedur penilaian dan dasar pengambilan

keputusan terkait dengan hasil belajar peserta didik dapat diakses

oleh semua pihak yang berkepentingan.

d) Adil

Penilaian hasil belajar tidak boleh memberikan keuntungan atau

kerugian kepada peserta didik karena adanya kebutuhan khusus

dan perbedaan latar belakang, agama, suku, budaya, adat istiadat,

status sosial ekonomi, dan gender.


e) Terpadu

Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisah dari kegiatan pembelajaran.

f) Menyeluruh dan berkesinambungan

Penilaian hasil belajar oleh peserta mencakup seluruh dimensi

kompetensi, menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai

untuk mengawasi kemajuan kemampuan peserta didik.

g) Bermakna

Penilaian hasil belajar oleh pendidik seharusnya sederhana untuk

dimengerti, memiliki makna, memberikan manfaat, dan dapat

direspons oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, orang

tua, dan masyarakat.

h) Sistematis

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana

dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

i) Akuntabel

Pendidik dapat memberikan pertanggungjawaban terkait penilaian

hasil belajar, melibatkan aspek teknik, prosedur, dan hasil

evaluasi.
j) Beracuan kinerja

Penilaian hasil belajar oleh pendidik didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Pada umumnya, terdapat dua faktor yang memiliki dampak besar

terhadap keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar, yaitu faktor

internal (yang berasal dari dalam subjek belajar) dan faktor eksternal

(yang berasal dari luar subjek belajar).

Islamuddin (2012:181) memperinci perbedaan antara faktor-faktor

tersebut sebagai berikut:

1) Faktor-faktor internal berupa :

a) Faktor fisiologis, yang melibatkan kondisi fisik, mencakup

faktor kesehatan dan kelainan tubuh. Jika kondisi fisik

terganggu, seperti tubuh lemah atau sakit, dan jika terdapat

ketidaknormalan fisik atau cacat, seperti gangguan fungsi

mata atau pendengaran, dapat dipastikan bahwa proses dan

hasil belajar tidak akan optimal.

b) Faktor psikologis, terdiri atas intelegensi atau kecerdasan,

sikap, minat, bakat dan motivasi.

2) Faktor-faktor eksternal berupa :

a) Faktor keluarga melibatkan cara orang tua mendidik,

hubungan antaranggota keluarga, suasana rumah, kondisi

ekonomi keluarga, pemahaman keluarga, dan latar belakang

kebudayaan.
b) Faktor sekolah melibatkan metode pengajaran, kurikulum,

hubungan guru dengan murid, disiplin sekolah, perlengkapan

pembelajaran, standar pembelajaran, jam sekolah, standar

pelajaran, kondisi bangunan, metode belajar, dan tugas

rumah.

c) Faktor masyarakat (kegiatan murid dalam masyarakat teman

bergaul dan bentuk kehidupan dalam masyarakat).

f. Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan belajar

Untuk mencapai keberhasilan belajar ada beberapa hal yang perlu

dilakukan, yaitu :

1) Belajar dengan teratur dan hemat tenaga

Prinsip keteraturan dalam proses belajar seharusnya diaplikasikan

oleh murid setiap hari. Menghindari kebiasaan belajar secara

terburu-buru pada malam hari menjelang ujian atau tes sangat

penting, karena hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan

gangguan kesehatan seperti sakit kepala, yang pada akhirnya

dapat menghambat efektivitas belajar.

2) Disiplin dan bersemangat

Belajar dengan teratur dapat tercapai ketika murid menjalankan

disiplin dalam mengikuti rencana kegiatan yang telah disusun.

Kedisiplinan ini membantu murid mengembangkan keterampilan

terkait cara atau teknik belajar yang efektif. Apabila ini sudah

menjadi kebiasaan, proses belajar tidak lagi dianggap sebagai

beban yang berat.


Adapun cara untuk memotivasi diri agar timbul semangat untuk

belajar adalah dengan :

a) Mempunyai tujuan dan target yang akan dicapai

b) Keinginan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang

lain

c) Tertarik dan cinta kepada yang dihadapi

d) Ingin meniru orang-orang yang maju

e) Adanya rasa persaingan yang positif dengan teman

f) Mempunyai cita-cita dan ada sesuatu yang sangat diharapka

3) Adanya peraturan waktu setiap hari

Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal cara belajar juga

sangat besar pengaruhnyab terhadap hasil belajar. Adapun cara

belajar yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Cara mengikuti pelajaran

Kehadiran di sekolah harus dilakukan dengan tepat waktu

dan tanpa keterlambatan. Kehadiran yang tepat waktu

memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat

sejenak, memberikan manfaat yang signifikan.

b) Cara membaca buku

Setelah kembali dari sekolah, murid beristirahat terlebih

dahulu untuk menghindari kelelahan tubuh selama belajar.

Setelah beristirahat, murid kemudian membaca buku dengan

maksud untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah

diajarkan oleh guru di sekolah.


Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor-faktor yang perlu diterapkan untuk mencapai keberhasilan

dalam belajar termasuk menjalani proses belajar secara teratur dan

efisien, mempertahankan disiplin dan semangat, serta mengikuti

aturan waktu dan menerapkan metode membaca buku yang efektif.

2.3 Model Analisis

Adapun model analisis dalam penelitian ini yaitu Kompetensi Guru (X)

terhadap Hasil Belajar Siswa (Y). Model analisis dalam penelitian ini

digambarkan sebagai berikut :

Model Analisis

Perngaruh Kompetensi Guru terhadap Hasil Belajar Siswa

Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa dalam penelitian, variabel

merujuk pada berbagai faktor yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

peneliti untuk diselidiki lebih lanjut. Tujuan dari penelitian tersebut adalah

untuk memperoleh informasi mengenai variabel tersebut, dan proses

penelitian akan diakhiri dengan pengambilan kesimpulan. Alasan di balik

pemilihan indikator variabel kompetensi guru adalah karena indikator

tersebut dianggap sebagai faktor yang memiliki pengaruh terhadap kinerja

seorang guru dalam menjalankan proses kegiatan mengajar.

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2014: 96), "hipotesis adalah jawaban awal terhadap

pernyataan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian

diungkapkan dalam bentuk pertanyaan." Hipotesis dianggap sebagai jawaban


awal karena jawaban yang diberikan didasarkan pada teori yang relevan dan

belum diperkuat oleh data empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban teoritis terhadap pernyataan

masalah penelitian, sebelum mendapatkan jawaban empiris berdasarkan data.

Berdasarkan konteks latar belakang masalah, rumusan masalah, dan

kerangka pikir yang telah dijelaskan, dugaan sementara peneliti dalam

penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh positif dari kompetensi guru

terhadap hasil belajar murid di SMK Pariwisata Mengwitani.

2.5 Operasinalisasi Konsep

Operasional dijelaskan secara khusus melalui penyesuaian dengan kriteria

pengujian atau pengukuran. Definisi operasional bertujuan agar pembaca lain

dapat memiliki pemahaman yang seragam mengenai penelitian yang

dilakukan. Dalam konteks penelitian ini, variabel yang sedang diselidiki dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Kompetensi Guru (X)

Di mana kompetensi guru merujuk pada keterampilan yang

seharusnya dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugasnya. Ada empat keterampilan yang dapat memengaruhi

kinerja seorang guru, yaitu:

A. Kompetensi pedagogik, bahwa guru harus mampu menguasai dan

memahami karakter peserta didik serta mampu menemukan potensi

dan kesulitan belajar siswa.

B. kompetensi profesional, bahwa guru harus memiliki kecakapan dalam

mengimplementasikan diri yang terkait dengan profesionalisme guru


dalam hal kemampuan mengembangkan tanggung jawab, mampu

melaksanakan peran dengan baik, mencapai tujuan pendidikan, serta

melaksanakan pembelajaran di kelas;

C. Kompetensi kepribadian, guru hendaknya dapat menjadi teladan

dengan sikap positif yang dinampakkan.

D. Kompetensi sosial, hal yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang

guru hendaknya mampu berinteraksi baik secara langsung, maupun

tidak langsung dengan siswa, rekan kerja, orang tua siswa dan

lingkungan sekitarnya.

2. Hasil Belajar Siswa (Y)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), hasil belajar merupakan

tujuan utama dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Proses belajar yang

dilakukan secara sistematis dengan usaha sadar dapat meningkatkan hasil

belajar, mencerminkan interaksi antara tindak belajar dan tindak

mengajar. Evaluasi hasil belajar menandakan akhir dari tindak mengajar

dari perspektif guru dan merupakan puncak proses belajar bagi murid.

2.6 Kerangka Berpikir

Belajar merupakan proses yang ditandai dengan adanya perubahan secara

sadar pada diri seseorang. Setiap orang pasti ingin mencapai hasil belajar

semaksimal mungkin, karena hasil yang maksimal merupakan jalan yang

tepat untuk memudahkan proses kelanjutan studinya. Semua usaha tersebut

tidak selalu mudah, banyak murid yang mengalami hambatan dalam proses

belajar, sehingga dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai hasil


belajar. Pencapaian hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satunya kompetensi guru.

Kompetensi guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang

diduga dapat mempengaruhi hasil belajar murid. Guru memegang peranan

penting dan strategi untuk meningkatkan hasil belajar murid dan menjaga

proses kelangsungan proses pembelajaran. Proses belajar dan hasil belajar

murid sebagian besar ditentukan oleh adanya kompetensi guru yang mengajar

dan membimbing di sekolah yang memiliki peran dalam menentukan

kuantitas dan kualitas pengajarannya. Untuk itu, diperlukan adanya tuntutan

kompetensi guru dalam proses pembelajaran dimana seorang guru

mempunyai kemampuan sesuai kualifikasi, fungsi dan tanggung jawab

sebagai guru yang tidak sekedar mengetahui dan memahami saja. Untuk

mempermudah memahami alur penelitian ini, maka penulis membuat

kerangka pikir yang disesuaikan dengan langkah-langkah, strategi guru dalam

meningkatkan hasil belajar murid. Sehingga dengan hanya melihat dan

membaca kerangka pikir ini kita dapat melihat gambaran apa saja yang

peneliti lakukan di dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi peneliti

yaitu rendahnya hasil belajar murid SMK Pariwisata Mengwitani.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Sugiyono (2014: 14) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai


metode penelitian yang didasarkan pada filsafat positivisme dan digunakan

untuk menyelidiki populasi atau sampel tertentu. Penelitian kuantitatif

bertujuan untuk menguji teori atau permasalahan yang sudah ada. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi, yang bertujuan untuk

menilai tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, diindikasikan oleh

nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan ukuran yang

mencerminkan sejauh mana kedekatan hubungan antara dua variabel atau

lebih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak

kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa di SMK Pariwisata

Mengwitani.

3.2 Variabel

Menurut Sugiyono (2014: 60), variabel merupakan segala bentuk yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dengan tujuan memperoleh informasi

tentangnya dan kemudian menarik kesimpulan. Dalam konteks penelitian ini,

terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (x) dan variabel terikat (y).

Variabel dalam penelitian ini mencakup kompetensi guru dan hasil belajar murid.

Kompetensi guru diidentifikasi sebagai variabel bebas (x), sementara hasil belajar

murid dianggap sebagai variabel terikat (y).

3.3 Unit Analisis

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Tujuan pokok dari kegiatan penelitian adalah untuk mengumpulkan dan

menganalisis data yang berasal dari situasi yang nyata di lapangan. Baik

penelitian populasi maupun penelitian sampel memiliki tujuan yang sama,


yaitu untuk memperoleh sejumlah data. Menentukan jumlah populasi dalam

suatu penelitian merupakan langkah penting karena diharapkan dapat

menghasilkan data yang relevan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih

jelas tentang populasi yang akan dijadikan objek penelitian, penulis merinci

pengertian populasi berdasarkan beberapa ahli, termasuk pendapat Sugiyono

(2014: 117) yang menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Dengan merujuk pada definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi

merupakan kumpulan elemen yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini

direncanakan akan dilaksanakan di SMK Pariwisata Mengwitani. Populasi

dalam penelitian ini mencakup seluruh komponen di lingkungan sekolah,

seperti kepala sekolah, guru, tata usaha, dan lainnya.

2. Sampel

Dalam rangka penelitian, diperlukan suatu contoh yang disebut sebagai

sampel penelitian yang merupakan representasi kecil dari populasi. Sugiyono

(2014: 118) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dari pandangan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa sampel merujuk pada sebagian kecil dari populasi

yang menjadi fokus penelitian. Dalam konteks ini, penulis menyatakan bahwa

sampel penelitian ini terdiri dari murid kelas X di SMK Pariwisata

Mengwitani.
Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga dapat dijadikan

sampel. Peneliti memilih kelas X sebagai sampel karena pertimbangan

khusus, termasuk kecocokan sebagai objek penelitian untuk meneliti

pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar murid di SMK Pariwisata

Mengwitani. Jumlah sampel penelitian adalah 150 siswa yang tersebar di 6

kelas.

3.5 Definisi Oprasional Variabel

Penelitian ini memfokuskan pada dua variabel, yakni "kompetensi guru"

sebagai variabel bebas (x) dan "hasil belajar murid" sebagai variabel terikat (y).

Agar terhindar dari kesalahpahaman dan untuk memastikan pemahaman yang

seragam, penulis menjelaskan definisi operasional dari kedua variabel

penelitian guna menghindari penafsiran yang tidak tepat.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi guru (x).

Kompetensi guru merujuk pada kemampuan atau kecakapan seorang

guru dalam melaksanakan tugasnya, termasuk dalam bentuk kegiatan,

perilaku, dan hasil yang dapat ditunjukkan dalam proses pembelajaran.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar murid (y). Hasil

belajar murid adalah pencapaian yang telah diperoleh oleh murid setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran atau kegiatan lainnya, sehingga dapat

menggambarkan sejauh mana murid memahami, menghayati, dan

melaksanakan kegiatan tersebut.

3.6 Instrumen Penelitian


Dalam rangka mengumpulkan data penelitian, digunakan suatu instrumen

penelitian. Instrumen penelitian ini merujuk pada alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data, seperti kuesioner, observasi, dan dokumentasi.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, diperlukan penerapan teknik yang

sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena

itu, penulis memilih beberapa metode yang tepat untuk memudahkan jalannya

penelitian ini, antara lain:

1. Kuesioner

Kuesioner, atau sering disebut angket, merupakan teknik pengumpulan

data yang melibatkan pemberian sejumlah pernyataan atau pertanyaan

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiono, 2014: 199). Bentuk

kuesioner ini berupa pilihan ganda yang terkait dengan materi yang telah

dipelajari selama pertemuan kelas. Kuesioner dalam penelitian ini

digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa SMK Pariwisata

Mengwitani.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data melalui observasi diterapkan ketika penelitian

berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, atau gejala-gejala alam,

dan jika responden yang diamati tidak terlalu banyak. Instrumen yang

digunakan berupa checklist, dengan penerapan skala Likert (skala 4)

untuk memberikan alternatif jawaban pada setiap pertanyaan, yaitu SL

(selalu), SR (sering), KD (kadang-kadang), dan TP (tidak pernah). Skor

yang diberikan adalah SL = 4, SR = 3, KD = 2, dan TP = 1.


3. Dokumentasi

Dokumen mencakup catatan peristiwa yang telah terjadi dan dapat

berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari individu tertentu.

Kepercayaan terhadap hasil penelitian dapat ditingkatkan dengan

mendukungnya melalui foto-foto atau karya tulis akademis dan seni yang

relevan.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses transformasi data menjadi format

yang lebih mudah dibaca dan dipahami. Dalam tahapan ini, digunakan konsep

statistik, yang salah satu fungsinya utama adalah menyederhanakan data

penelitian. Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah

mengelompokkan dan membuat tabel berdasarkan variabel yang

bersangkutan. Untuk menentukan apakah ada hubungan antara dua variabel

yang telah ditetapkan sebelumnya, analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik desain analisis korelasi, khususnya

korelasi product moment, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Bentuk rumus korelasi product moment

(Sumber : Mardalis)

Keterangan:

X = Pengaruh Kompetensi Guru


Y = Hasil Belajar Murid

N = Jumlah Responden

∑X = Jumlah Skor X

∑Y = Jumlah Skor Y

∑XY = Jumlah Perkalian Antara X dan Y

rxy = Koefisien Korelasi antara X dan Y.

Kemudian, dilakukan penafsiran terhadap nilai indeks korelasi "r"

product moment dengan cara yang kasar atau sederhana, yaitu dengan

membandingkan perhitungan tersebut dengan angka indeks korelasi "r"

product moment. Selanjutnya, untuk menentukan signifikansi data

penelitian ini atau tidak, interpretasi juga melibatkan nilai "r", dengan

langkah awal mencari derajat kebebasan (db) atau degree of freedom (df)

menggunakan rumus sebagai berikut:

DF = N-Nr

Keterangan :

N = Number of cases (subjek penelitian)

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Selanjutnya, dilakukan penentuan nilai rxy atau "r" yang dihitung oleh

pengamat (ro) serta nilai "r" tabel (rt). Apabila nilai "r" hitung oleh

pengamat (ro) lebih besar dibandingkan dengan nilai "r" tabel (rt), maka

hipotesis alternatif (Ha) diterima, sementara hipotesis nihil (Ho) ditolak.

Sebaliknya, jika nilai "r" hitung oleh pengamat (ro) lebih kecil daripada nilai

"r" tabel (rt), maka hipotesis nihil (Ho) diterima, dan hipotesis alternatif

(Ha) ditolak.
3.8 Teknik Penyajian Data

3.9 Keterbatasan Penelitian (jika ada)s

Anda mungkin juga menyukai