Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memiliki peranan penting

dalam meningkatkan pembangunan bangsa, tidak terkecuali pelaksanaan

pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 17,

“Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat”1.

Pentingnya peran tersebut disebabkan sumber daya siswa dapat dikembangkan

dan dioptimalkan melalui proses pendidikan, sehingga mampu berkontribusi

dalam kegiatan pembangunan bangsa.

Guru merupakan komponen terpenting dari pelaksanaan pendidikan

untuk mengembangkan sumber daya siswa. Pentingnya peran guru juga

disampaikan Ho Chi Minh “tanpa adanya guru, maka pendidikan tidak akan

ada, dan apabila pendidikan tidak ada maka tidak ada perkembangan ekonomi

dan sosial”. Oleh karena itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42 ayat (1),

“Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan

jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.


1
UU Republik Indonesia No. 20Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta, 2003)
Guru profesional dalam konteks pendidikan di Indonesia ialah pekerjaan

atau kegiatan yang dilakukan seseorang, menjadi sumber penghasilan

kehidupan, memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan dengan

kualifikasi akademik, kompetensi, serta tanggung jawab mengikat didalamnya.

Idealnya sikap seorang guru yang profesional adalah memiliki komitmen dan

kompetensi, tanggung jawab, terbuka terhadap ide-ide baru, berorientasi

reward dan punishment serta memiliki kemampuan atau kreatifitas.

Kinerja dari seorang guru yang dapat diartikan sebagai kemampuan

seorang guru untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan yang secara langsung berhubungan dengan tugas dan kewajibannya

dalam hal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, menjalin

hubungan antar pribadi hingga mengevaluasi hasil pembelajaran. Banyak

faktor yang mempengaruhi kinerja guru, diantaranya datang dari dalam diri

guru sendiri. Faktor-faktor tersebut semisal kompetensi yang ada pada diri

guru, semangat kerjanya, motivasi kerjanya, disiplin kerjanya dan lain

sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut sudah memenuhi kriteria baik maka

sangat diyakini bahwa kinerja dari guru itu sendiri bisa dikatakan baik pula2.

Kompetensi guru diartikan sebagai seperangkat pengetahuan,

keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi adalah

seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang

sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

2
Oemar Harmalik, Guru Dalam Pendekatan Kompetensi (Jakarta : Bumi Aksara. 2002), h.
143..
tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Kompetensi guru meliputi;

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi, pelatihan,

dan pengalaman profesional.

Seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memerintahkan tetapi juga

mampu menjadi panutan bagi siswanya sehingga siswa dapat mengikutinya

tanpa merasakan adanya suatu unsur paksaan. Kepribadian guru sebagai contoh

tauladan yang baik mempunyai pengaruh langsung terhadap hidup dan

kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud dengan kepribadian

disini meliputi pengetahuan, ketrampilan, ide, sikap dan juga persepsi yang

dimilikinya tentang orang lain

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap

Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Di SDN 030 Lembang-Lembang

Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar”.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah-masalah yang

timbul adalah:

1. Kompetensi kepribadian guru yang masih kurang.

2. Kinerja guru bersertifikat pendidik yang masih perlu ditingkatkan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian

ini ialah “apakah kompetensi kepribadian berpengaruh signifikan terhadap


kinerja guru bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan

Limboro Kabupaten Polewali Mandar?”

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis

penelitianya adalah “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

kompetensi kepribadian dengan kinerja guru bersertifikat pendidik di SDN 030

Lembang-Lembang Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru di SDN 030 Lembang-

Lembang Kabupaten Polewali Mandar

2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru

bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan Limboro

Kabupaten Polewali Mandar.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

a. Bagi sekolah
Dari penelitian ini diharapkan sekolah dapat memperoleh informasi

dan masukan terkait kompetensi kepribadian dalam meningkatkan kinerja

para gurunya.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

guru dalam menggunakan kompetensi kepribadiannya dalam proses

pembelajaran.

c. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplor

kemampuan dan prestasi belajarnya.

G. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Dina Rizkiah Hutasuhut, mahasiswa Fakultas Ilmu Kependidikan

Universitas Sumatera Utara dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi

Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalism, dan Supervisi Kepala

Sekolah terhadap Kepuasan dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun

Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh

signifikan dan positif kompetensi pedagogik kepala sekolah terhadap

kepuasan kerja guru; (2) terdapat pengaruh signifikan dan positif

kompetensi kepribadian kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru; (3)

terdapat pengaruh signifikan dan negatif kompetensi sosial kepala sekolah

terhadap kepuasan kerja guru; (4) terdapat pengaruh signifikan dan positif

kompetensi profesional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru; (5)


terdapat pengaruh signifikan dan negatif supervisi kepala sekolah terhadap

kepuasan kerja guru; (6) terdapat pengaruh signifikan dan positif kepuasan

kerja guru terhadap kinerja guru; (7) tidak terdapat pengaruh kompetensi

pedagogik kepala sekolah terhadap kinerja guru; (8) terdapat pengaruh

signifikan dan positif kompetensi kepribadian kepala sekolah terhadap

kinerja guru; (9) terdapat pengaruh signifikan dan positif kompetensi sosial

kepala sekolah terhadap kinerja guru3.

2. Sumarno, mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang dengan judul penelitian “Pengaruh Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes”, diperoleh

kesimpulan bahwa: kinerja guru masuk dalam kategori baik dengan rata-rata

61,4155. Dengan analisis regresi sederhana diketahui: terdapat pengaruh

positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

SD Negeri Kecamatan Paguyangan sebesar 25,8%, profesionalisme

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru dengan koefisien

determinasi sebesar 39,4 %. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan

adanya pengaruh bersama-sama secara positif dan signifikan kepemimpinan

kepala sekolah dan profesionalisme guru terhadap kinerja guru SD Negeri

Kecamatan Paguyangan dengan koefisien determinasi sebesar 43,8%4.

BAB II
3
Dina Rizkiah Hutasuhut, Tesis: Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial,
Profesionalism, dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kepuasan dan Kinerja Guru di SMA
Negeri 1 Barumun Tengah (Padang Lawas: Universitas Sumatera Utara, 2015), h. 104.
4
Sumarno, Tesis: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru
terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes
(Brebes: Universitas Negeri Semarang, 2009), 98.
TINJAUAN TEORITIS

A. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan5.

Tentang pengertian kompetensi, terdapat beberapa rumusan dan defenisi yang

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Syaiful Sagala, kompetensi merupakan

peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan ketrampilan

(daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan6. Menurut Usman,

kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi dan kemampuan

seorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi juga berarti

sebagai pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak7. Jadi, dengan kata lain kompetensi

merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan

sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaannya.

Dalam Undang Undang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif,

dan psikomotor dengan sebaik- baiknya8. Jadi secara ringkas dapat dipahami
5
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 13.
6
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 23.
7
Kunandar, Guru Professional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 52.
8
Zainal Aqib, Menjadi Guru Professional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama
Widya, 2009), h. 60.
bahwa kompetensi merupakan sesuatu kemampuan atau keahlian yang wajib

dimiliki oleh seseorang terkait dengan tugas keprofesionalannya.

Kepribadian menurut Witherington ialah seluruh tingkah laku seseorang

yang diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain. Kepribadian

ini bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil

daripada suatu pertumbuhan yang dalam suatu lingkungan kultural 9. Syaiful

Bahri Djamarah mengemukakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan dari

individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Seluruh sikap dan perbuatan

seseorang merupakan gambaran dari kepribadian dari yang bersangkutan asal

dilakukan secara sadar10. Jadi, dari perbuatannya yang baik sering dikatakan

bahwa seseorang itu memiliki kepribadian yang baik atau berakhlak mulia.

Sebaliknya, jika seseorang tersebut melakukan perbuatan ataupun sikap yang

tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang

tersebut tidak memiliki kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang

tidak mulia.

Zakiah daradjat menyebutkan bahwa kepribadian sesungguhnya adalah

sesuatu yang abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang

dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam kehidupan. Misalnya

dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam

menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan atau yang berat 11.

Jadi, kita hanya bisa melihat dan menilai kepribadian seseorang hanya dari

9
5 Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 37.
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 40.
11
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 9.
tingkah laku dan sikap yang direfleksikan dalam kesehariannya. Dari beberapa

definisi para ahli tentang kompetensi dan kepribadian, maka dapat disimpulkan

bahwa kompetensi kepribadian guru adalah suatu kemampuan kepribadian

yang harus dimiliki seorang pendidik ataupun guru dalam menjalankan tugas

keprofesionalannya agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.

Kompetensi kepribadian guru tercermin dalam sikap dan perbuatannya

dalam membina dan membimbing anak didik. Sebagai teladan, guru harus

memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil idola, seluruh kehidupannya

adalah figur yang paripurna.

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia12 Nomor 74 Tahun

2008 Tentang Guru, Bab II tentang Kompetensi dan Sertifikasi, Pasal 3 ayat

(5)16, kompetensi kepribadian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)

sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa,

berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil,

dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,

secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, serta mengembangkan diri secara

mandiri dan berkelanjutan.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Syaiful

Bahri Djamarah mengemukakan bahwa guru dan anak didik merupakan

“dwitunggal”. Posisi guru dan anak boleh berbeda, tetapi keduanya tetap

12
Zainal Aqib, Menjadi Guru Professional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama
Widya, 2009), h. 60-61.
seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan 13. Jadi, guru dan anak

didik memilki kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama. Anak didik

berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas mengantar dan

membimbing anak didik kedepan pintu gerbang cita-citanya.

Kepribadian yang murni dan tulus merupakan syarat utama bagi

seorang pendidik dalam mengantar dan membimbing anak didiknya menuju

cita-citanya, mengingat peranan sebuah kepribadian sangat mempengaruhi

perkembangan peserta didik yang sedang belajar. Perlu kita ketahui bahwa

pendidik itu bekerja melalui pribadinya, dalam pribadi yang santun akan

melahirkan anak didik yang santun, begitu pula sebaliknya. Semua prilaku kita

menjadi tiruan anak didik. Baik itu prilaku yang benar maupun prilaku yang

salah14. Dengan kata lain anak didik merupakan cerminan dari guru yang

bersangkutan.

Seorang guru dituntut untuk memiliki karakter profetik serta mampu

menjadi suri teladan yang baik sebagaimana ajaran Rasulullah. Rasul adalah

pribadi paripurna. Seluruh aspek kehidupannya adalah “uswatun hasanah”.

Pribadi guru hakekatnya adalah uswatun hasanah, walaupun tidak sesempurna

Rasul. Ingat hanya “hampir” mendekati, bukan seluruh pribadi guru sama

dengan pribadi Rasul, kekasih Allah dan penghulu seluruh Nabi dan Rasul itu.

System pendidikan yang tidak ditopang oleh guru yang memiliki

kompetensi kepribadian yang baik hanya akan menghasilkan orang pintar saja

13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 43.
14
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna”, hh. 37-38.
tetapi bukan orang yang baik15. Di Indonesia ini tak terbilang banyaknya orang

yang pintar bahkan sangat pintar, mereka dapat melakukan apa saja dengan

kepintarannya, tak peduli merugikan orang lain atau tidak, yang penting

memberi keuntungan baginya. Orang–orang itu adalah output dari pendidikan.

Jadi terkesan bahwa pendidikan juga terlibat dalam pemberdayaan orang-orang

pintar tetapi merusak Negara. Hal ini tentu bertentangan dengan fungsi

pendidikan yakni melahirkan generasi yang berguna bagi lingkungan

sekitarnya. Pendidikan selayaknya menghasilkan orang pintar dan juga orang

baik.

Kepribadian seorang guru merupakan modal dasar bagi guru dalam

menjalankan tugas keguruannya secara professional sebab kegiatan pendidikan

pada dasarnya merupakan komunikasi personal antara guru dan siswa. Esensi

kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru. Beberapa

kompetensi yang lainnya, yakni kompetensi paedagogik, social dan

professional pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kepribadian

yang dimilikinya16. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak

mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran sehingga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan prestasi.

Guru yang memiliki kepribadian yang stabil17, optimis, menyenangkan,

dan emosi yang baik akan bisa memikat hati anak didiknya, karena sang anak

15
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, h. 16.
16
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya
Agung) h. 72.
17
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h.121.
merasa diterima dan disayangi oleh guru betapapun sikap dan tingkahlakunya.

Sebaliknya, guru yang pemarah atau keras, akan menyebabkan anak didik

takut. Ketakutan itu dapat bertumbuh atau berkembang menjadi benci. Karena

takut tersebut menimbulkan derita atau ketegangan dalam hati anak, dan

penderitaan tersebut diakibatkan oleh sang guru, maka guru tersebut akan

dijauhinya agar dapat menghindari derita yang mungkin terjadi18. Demikianlah

dengan berbagai emosi lainnya yang tidak stabil, akan membawa kegoncangan

emosi bagi anak didik. Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa kompetensi

kepribadian guru merupakan suatu hal yang mutlak harus dikuasai oleh setiap

pendidik.

Kepribadian yang baik menjadi suatu keharusan untuk diperaktekkan

dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi guru Pendidikan Agama Islam,

sebagai seorang pendidik harus mencerminkan kepribadian yang baik kepada

siapapun sebagaimana yang pernah dipesankan oleh Rasulullah SAW, Innama

Bu’istu li utammima makarimal akhlaq artinya sesungguhnya aku diutus oleh

Allah SWT untuk menyempurnakan Akhlak. Berdasarkan hadits tersebut dapat

dipahami bahwa akhlak menjadi salah satu cerminan prilaku seorang muslim

apakah dia termasuk orang yang baik atau sebaliknya.

Setelah memahami betapa pentingnya kompetensi kepribadian seorang

guru, maka yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa saja aspek-aspek

dari kompetensi kepribadian tersebut dan kepribadian seperti apakah yang

diharapkan dari seorang pendidik. Dalam undang-undang NO 14 tahun 2005

18
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, h.10.
tentang Guru dan Dosen pasal 10 sebagaimana yang dikutip oleh Wina

Sanjaya19, kompetensi kepribadian guru sekurang-kurangnya mencakup

kepribadian yang: Mantap, Stabil, Dewasa, Arif dan Bijaksana, Berwibawa,

Berakhlak Mulia, Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, Secara

objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri

dan berkelanjutan.

Syaiful Sagala mengemukakan bahwa seorang guru harus

mencerminkan kepribadian (1) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi

dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku; (2)

dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik

dan memiliki etos kerja sebagai guru; (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya

bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkan

keterbukaan dalam berpikir dan bertindak; (4) berwibawa yaitu prilaku guru

yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (5)

memilki akhlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani peserta didik,

bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong 20. Nilai-nilai

kompetensi kepribadian tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi, motivasi

dan inovasi bagi anak didiknya.

Khusus untuk guru agama Islam, Abd Rahman Assegaf menambahkan

bahwa perlu diperhatikan akan penguasaan bidang agama Islam dan ketaatan

dalam beribadah maupun amaliah sehingga ia mampu mengintegrasikan nilai-

19
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 279.
20
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 34.
nilai Islam kedalam setiap mata pelajaran yang diajarkannya (integrated

curriculum) dan mampu menciptakan iklim dan kultur sekolah (school climate

and school culture) yang Islami21. Jadi dengan adanya sosok guru yang mampu

mencerminkan nilai-nilai islam secara lahir dan batin disertai dengan iklim dan

kultur yang islami, diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang

merefleksikan nilai- nilai islam secara lahir batin pula.

Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip Abd Rahman Assegaf cukup

komprehensif dalam menawarkan karakter kepribadian yang harus dimiliki

oleh seorang guru agama islam. Bagi Al-Ghazali, guru agama Islam mestilah

menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap yang terbuka lagi

tabah, bersikap penyantun lagi penyayang, tidak angkuh terhadap sesama,

tawadhu’ (rendah hati), taqarrub, menghindari aktivitas yang sia-sia, lemah

lembut pada anak, tidak pemarah, tidak menakutkan bagi anak, memperhatikan

pertanyaan mereka, menerima kebenaran dari anak yang membantahnya,

mencegah anak mempelajari ilmu yang berbahaya, serta mengaktualisasikan

ilmu yang dipelajarinya22. Dari pendapat diatas, al-Ghazali menekankan betapa

pentingnya seorang pendidik yang mampu memahami, membimbing, dan

mengarahkan anak didik menuju keberhasilan yang hakiki.

Ramayulis mengemukakan kompetensi kepribadian yang harus

diperoleh guru antara lain, 1) kepribadian muslim, 2) kepribadian yang dewasa,

3), kepribadian yang arif dan bijaksana, 4) kepribadian yang berwibawa, dan 5)

21
Abd Rahman Assegaf, Filsafat Penddikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integrative-Interkonektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 252.
22
Abd Rahman Assegaf, Filsafat Penddikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integrative-Interkonektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 254.
menjadikan diri sebagai teladan bagi peserta didik23. Sementara Pidarta,

sebagaimana dikutip oleh Siti Suwadah menambahkan bahwa kepribadian

pendidik ataupun guru tidak boleh bertentangan dengan pribadi ketimuran atau

budaya timur, khususnya yang biasa kita sebut dengan kepribadian Indonesia 24.

Hal ini perlu disadari mengingat bahwa era globalisasi itu semakin membawa

anak didik ke ruang-ruang yang lebih luas, agar peserta didik tidak mudah

terperangkap oleh jebakanjebakan yang berbau kenikmatan.

Pada hakekatnya banyak guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan

adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan

Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Oleh sebab itu, guru Indonesia

terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar

sebagai kode etik. Kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral,

pedoman sikap, dan tingkah laku warga PGRI dalam melaksanakan

pengabdiannya sebagai guru.

Rumusan kode etik guru Indonesia setelah disempurnakan dalam

kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta25, adalah sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik dalam membentuk manusia

seutuhnya yang berjiwa pancasila,

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional,

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan

melakukan bimbingan dan pembinaan,

23
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 60.
24
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, h. 38.
25
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 35-36.
4. Guru menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya

proses belajar-mengajar,

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat

sekitarnya untuk membina peran serta rasa tanggung jawab bersama

terhadap pendidikan,

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan

mutu dan martabat profesinya,

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan

kesetiakawanan sosial,

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi

PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian, dan

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

Disempurnakannya kode etik guru berarti sederetan kode etik tersebut

harus dijadikan barometer atau ukuran bagaimana guru bertindak, bersikap dan

berbuat dalam kehidupannya. Disamping itu seorang guru harus

mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama dari ajaran agama, seperti

jujur dalam perkataan dan tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong,

apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal itu akan menghancurkan nama

baik dan kewibawaan sang guru, yang pada akhirnya akan berakibat fatal

dalam melanjutkan tugas pembelajaran.

Seorang guru sebagaimana dikemukakan Zakiah Daradjat, bahwa ia

harus tabah dalam menghadapi kesulitan, harus tau dan dapat memecahkan
berbagai kesulitan, terutama dalam kegiatan pengajaran 26. Sebagai manusia

biasa, secara pribadi seorang guru tidak terlepas dari berbagai kesulitan hidup,

baik dalam rumah tangga, kehidupan social, ekonomi, kesejahteraan, ataupun

masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya dalam mengajar.

Namun guru harus tetap tabah dan pantang menyerah terhadap tugas yang

diembannya.

B. Kinerja Guru

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Pengertian

kinerja (prestasi) adalah hasil kerja secara kualitas, kuantitas yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya27. Sedangkan menurut Dharma menetapkan cara untuk

mengukur pelaksanaan kegiatan, banyak cara pengukuran yang dapat

digunakan dengan cara pengukuran kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu28.

Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu

dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan

dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam

Mulyasa menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes,

human or otherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat

26
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Islam”, h. 98.
27
Mangkunegara, Perilaku dan Budaya Organisasi (Bandung: Refika Aditama, 2004), h.
57.
28
Dharma, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 112
diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil

kerja atau unjuk kerja29.

Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang

merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan

karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka

kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan

perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah

ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.

Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut dapat disimpulkan

bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja

atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktivitas yang telah

dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga

sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah

ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan

standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu

mencapai prestasi yang baik. Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki

atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan

diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun

dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat

dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki

29
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasi Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 136.
oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar

kinerja guru, Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto dalam buku panduan

penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa Standar kinerja guru

itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1)

bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan

pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa

dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari

guru30.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39

ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan pelatihan serta melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan

tinggi31. Keterangan lain dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a)

tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai

dan mengevaluasi hasil pembelajaran32.

Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar

mengajar merupakan bentuk kinerja guru. Pendapat lain diutarakan Soedijarto

30
Kusmianto, Panduan Penilaian Kinerja Guru oleh Pengawas (Jakarta: Majid, 1997), h.
46-49.
31
Depdiknas, Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang, 2003
32
Depdiknas, Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang, 2005.
bahwa ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang

guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1)

merencanakan program belajar mengajar; (2) melaksanakan dan memimpin

proses belajar mengajar; (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar; dan (4)

membina hubungan dengan peserta didik33.

Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja

guru mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2)

melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing

dan melatih peserta didik; (5) melaksanakan tugas tambahan34.

Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar

mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester

maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian

terhadap kinerja guru, Georgia Departemen of Education telah

mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian

dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru

(APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran

(teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran); (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure); dan (3)

hubungan antar pribadi (interpersonal skill)35.

33
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu (Jakarta : Balai.
Pustaka, 1993), h. 35.
34
Depdiknas, Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang, 2007.
35
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 76.
Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada

saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan

pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik

agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan

pembelajaran yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses

pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru

mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada

tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk

siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi.

Selain itu, menurut Khaerul Umam, kinerja merupakan gabungan dari

kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang

dihasilkannya. Kinerja merupakan sesuatu yang lazim digunakan untuk

memantau produktivitas kerja sumber daya manusia, baik yang berorientasi

pada produksi barang, jasa, maupun pelayanan. Vroom menyatakan bahwa

tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas pekerjaannya

dinamakan tingkat kinerja (level of performance). Seseorang yang tingkat

kinerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, sebaliknya seseorang

yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang

tidak produktif atau kinerjanya rendah36.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi

konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang

dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan

belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan


36
Khaerul Umam, Perilaku Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet ke-1, h. 187.
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina hubungan antar pribadi

(interpersonal) dengan siswanya serta ada hubungan yang erat antara

kesungguhan berproses dengan hasil yang dicapai.

Penilaian yang dilakukan secara periodik akan diperoleh gambaran

kualitas guru dalam melaksanakan tugas pokoknya dan hasilnya dapat

dijadikan alat kontrol dan bahan pembinaan bagi kepala sekolah. Berkenaan

dengan tugas guru dalam pembelajaran, terdapat indikator penilaian terhadap

kinerja guru yang dilakukan terhadap pembelajaran di kelas yaitu:

1. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran; merupakan tahap yang

berhubungan dengan kemampuan guru dalam menguasai bahan ajar.

Kemampuan guru dapat dilihat dari perilaku guru menyusun program

kegiatan pembelajaran, adapun bentuk konkret sebuah perencanaan

pembelajaran yaitu berupa silabus dan RPP.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran meliputi pengelolaan kelas,

penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode

pembelajaran.

3. Penilaian pembelajaran, yaitu suatu tindakan atau suatu proses untuk

menentukan nilai keberhasilan belajar peserta didik setelah mengalami

proses belajar selama periode tertentu37.

Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja guru antara lain sebagai

berikut:

37
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 261.
1. Faktor personal atau individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan,

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh

tiap individu tiap guru,

2. Faktor kepemimpinan, memiliki aspek kualitas manajer dan tim leader

dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja kepada

guru,

3. Faktor tim meliputi dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan

dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan

keeratan anggota tim,

4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja fasilitas kerja yang diberikan oleh

pimpinan sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam

organisasi (sekolah),

5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal (sertifikasi guru) dan internal (motivasi kerja guru)38.

Selain itu, faktor yang mendukung kinerja guru dapat digolongkan ke

dalam dua macam yakni:

1. Faktor dari dalam diri sendiri (intern), adalah faktor yang berasal dari diri

pekerja tersebut. Faktor intern ini contohnya adalah kecerdasan,

keterampilan, kecakapan, bakat, kemampuan, minat, motif, kesehatan,

kepribadian, cita-cita, dan tujuan dalam bekerja.

2. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern), adalah faktor yang ditimbulkan dari

luar diri pekerja. Faktor ekstern dapat berasal dari lingkungan keluarga,

38
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Pers,
2010), h. 43.
lingkungan kerja, komunikasi dengan kepala sekolah, sarana dan prasarana,

kegiatan guru di kelas, kegiatan guru di sekolah39.

Adapun kinerja guru sebagai perilaku atau respon yang memberi hasil

yang telah dicapai guru yang diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang

harus dimiliki guru. Robbins mengemukakan tiga kriteria kinerja yang paling

umum yaitu hasil pekerjaan individual, perilaku, dan sifat. Ketiga kriteria

tersebut dapat tercermin pada tugas guru yaitu dilihat dari hasil guru

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai

pembelajaran. Dengan begitu penilaian kinerja guru sangat penting untuk

dilakukan secara periodik karena untuk mengukur tingkat pencapaian

keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya. Penilaian kinerja guru lebih

terfokus jika ada indikator yang dijadikan tolak ukurnya40.

C. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, kerangka berfikir akan menjadi landasan untuk

menjelaskan bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja

guru bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan

Limboro Kabupaten Polewali Mandar .Untuk merangkum hasil dalam

penelitian, maka di bentuklah kerangka berfikir yang berbentuk bagan atau

gambar. Berikut ini adalah bagan atau gambar kerangka berfikir:

Kompetensi Kepribadian Kinerja Guru Bersertifikat


Pendidik

39
Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM. (Bandung: Refika Aditama,
2012), h. 26-27.
40
Robbins, dkk, Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
(Sumedang: Alqaprint Jatinangor, 2006), h. 260.
Kompetensi Kepribadian
mencakup:

1. Beriman dan bertakwa


2. Berakhlak mulia
3. Arif dan bijaksana
4. Demokratis
5. Mantap
6. Berwibawa
7. Stabil
8. Dewasa
9. Jujur
10. sportif

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

Sugiyono mengungkapkan bahwa dalam penelitian eksperimen ada perlakuan


(treatment), dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan 41. Pada penelitian

ini menggunakan rancangan One Shot Case Study yaitu suatu rancangan

penelitian dimana terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan dan

selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment sebagai variable independen, dan

hasil sebagai variable dependen).

xO
X = Treatment yang diberikan (Variabel Independen), yaitu kompetensi

kepribadian

O = Observasi (Variabel Dependen), yaitu kinerja guru

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada semester ganjil dan

dilaksanakan di SDN No. 030 Lembang-Lembang Kecamatan Limboro

Kabupaten Polewali Mandar tahun pelajaran 2020/2021.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek dalam sebuah penelitian,

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang

mempunyai kualiitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya 42. Populasi penelitian


41
Prof.,Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 72.
42
Prof.,Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.
ini adalah semua huru di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan

Limboro Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 8 orang.

b. Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling,

di mana teknik penarikan sampel ini berorientasi kepada pemilihan sampel

dimana populasi dan tujuan spesifik dari penelitian diketahui oleh peneliti

sejak awal. Sampel yang akan dipilih telah telah diketahui terlebih dahulu

karakteristiknya sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan dan

masalah penelitian43. Kemudian peneliti dengan sengaja menentukan

anggota sampel berdasarkan referensi atau saran dari guru kelas. Selain itu,

pengambilan sampel ini dengan pertimbangan bahwa karakteristik kelas

yang menjadi sampel hampir sama. Sampel penelitian ini adalah semua

guru bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan

Limboro Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 5 orang.

4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya44.

Dalam penelitian ini variabelnya adalah sebagai berikut:

117.
43
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Sic, 2010), hlm. 80.
44
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), h 38.
a. Variabel bebas disimbulkan dengan (X) dapat disebut juga variabel

independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas

(X): Kompetensi Kepribadian.

b. Variabel terikat disimbulkan dengan (Y) atau variabel dependen sering

disebut variabel output, kriteria, konsekuen yakni variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel terikat

(Y1) : Kinerja Guru

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Metode kuisioner atau angket yaitu teknik pengumpulan data dengan

memberikan daftar pertanyaan kepada peserta didik yang berkaitan dengan

masalah motivasi dan prestasi belajar dengan Skala Likert. Angket digunakan

untuk mengungkap data dari seseorang yang berkaitan dengan diri sendiri,

misalnya pendapat, sikap, dan motivasi.

b. Metode Tes adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan tes

kepada obyek yang diteliti. Dengan menggunakan tes, akan diperoleh data

berupa nilai dari tes yang telah diberikan pada saat eksperimen. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pre test dan post test. Pre test dan post

test ini yang nantinya akan digunakan untuk melihat pengaruh kompetensi

kepribadian terhadap kinerja guru bersertifikasi pendidik.

6. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan

metode pengumpulan data. Dengan demikian ada keterkaitan antara

pendekatan dengan instrumen pengumpulan data.Keberhasilan penelitian

banyak ditentukan oleh instrumen penelitian yang digunakan, karena data yang

dikumpulkan merupakan kunci pokok dalam kegiatan penelitian dan sekaligus

sebagai mutu hasil penelitian.

Sesuai dengan penjelasan di atas, peneliti memilih dan menggunakan

instrumen penelitian antara lain:

a. Pedoman dokumentasi, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data-data dalam bentuk dokumen yang memuat garis besar

atau kategori yang akan dicari datanya. Pedoman ini berupa profil sekolah, data

jumlah siswa, data nama-nama siswa, foto pelaksanaan selama penelitian dan

hasil pekerjaan siswa selama pembelajaran.

b. Pedoman angket, yaitu alat bantu yang digunakan untuk mendapatkan data

yang sesuai dengan pendapat responden terkait informasi mengenai kompetensi

kepribadian guru dan pengaruhnya terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik

7. Teknik Analisis Data

Agar suatu instrumen dapat memperoleh hasil yang diandalkan, maka

instrumen harus memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas.

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada pengaruh positif dan

signifikan antara kompetensi kepribadian guru dengan kinerjanya di SDN 030

Lembang-Lembang maka dapat digunakan rumus korelasi product moment dan

rumus uji t (uji t test). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:


r xy =
∑ xy
√( ∑ x 2 )(∑ y 2 )
Dimana, rxy = Koefisien korelasi product moment

x = ( Xi− X )

y = ( Yi−Y )

Xi = Variabel kompetensi kepribadian yang dikorelasikan

Yi = Variabel kinerja guru yang dikorelasikan

Dan untuk mengetahui signifikansi dari data tersebut maka digunakan

rumus t sebagai berikut:

r √n−2
t=
√1−r 2

Dimana, t = Signifikansi

r = Korelasi product moment

n = Jumlah sampel

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 030 Lembang-Lembang yang

berlokasi di Dusun Banua Baru, Desa Lembang-Lembang, Kecamatan

Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

2. Latar Belakang Berdirinya Sekolah

Sekolah MI DDI Dakka di bentuk pada tahun 1966 yang terletak

ditengah pemukiman penduduk dengan jalanan yang strategis di jalan poros

Alu-Tinambung letaknya tidak jauh dari tempat tinggal peserta didik di

Desa Lembang-Lembang Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.

Kondisi daerah sekitar merupakan area pemukiman warga dan sebagian

besar orangtua peserta didik bermata pencaharian sebagai petani.

Tahun 2016 SDN 030 Lembang-Lembang mengajukan Akreditasi,

dan sekolah ini telah berakreditasi B.

3. Visi Misi dan Tujuan SDN 030 Lembang-Lembang

a. Visi dan Misi MI SDN 030 Lembang-Lembang

Adapun Visi dari SDN 030 Lembang-Lembang adalah

“Terwujudnya generasi fathanah, berprestasi, dan berkepribadian islami

berdasar IMTAK, IPTEK dan berbudaya lingkungan”.

Sedangkan Misi SDN 030 Lembang-Lembang adalah sebagai berikut:

1) Membina generasi unggul yang memiliki potensi di bidang Imtak dan

Iptek.

2) Melaksanakan pembelajaran PAIKEM agar peserta didik terdorong

belajar secara optimal sesuai dengan potensinya dan peduli

lingkungan.
3) Menjalin kerja sama antar warga madrasah dan masyarakat dalam

pengemban sikap dan mental anak serta cinta lingkungan.

4) Meningkatkan kepedulian guru, terhadap lingkungan madrasah agar

proses pembelajaran dapat berjalan secara berkesinambungan.

5) Pembinaan akhlakul karimah, melalui 3 budaya (Tabe, Siri’,

Sipakatau)

6) Menumbuh kembangkan kesadaran terhadap lingkungan hidup

b. Tujuan SDN 030 Lembang-Lembang

Meletakkan dasar Akhlakul Karimah, Kecerdasan, Pengetahuan,

Kepribadian, serta Keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

4. Keadaan guru SDN 030 Lembang-Lembang

Guru adalah komponen yang terpenting dalam satu sekolah, bahwa

mutu sekolah sangat ditentukan oleh kualitas guru yang membinanya.

Secara kualitas guru SDN 030 Lembang-Lembang berdasarkan Badan

Standar Nasional Pendidikan (BNSP) UU. No. 14 tahun 2005 tentang

Undang-Undang Guru dan Dosen yang mempersaratkan guru harus sarjana

lengkap S1 maka 90% guru di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan

Limboro Kabupaten Polewali Mandar memahami kualifikasi berdasarkan

Undang-Undang.

Tabel 4.1. Keadaan Guru-Guru MI DDI Dakka Kecamatan Tapango


Kabupaten Polewali Mandar

No Nama/NIP JK Jabatan/Tugas Alamat Ket.


Mahyuddin,S.Pd.I L Ka. Sekolah Lembang- Inpassing
1.
Lembang

Hasbi,S.Pd.I L Guru Kelas VI Lembang- Sertifikasi


2.
Lembang

Gasruddin,S.Ag Lembang-
3. L Guru Kelas V Sertifikasi
Nip. 19730318 200003 1 001 Lembang

Hidayanti,S.Pd.I Lembang-
4. P Guru Kelas IV Sertifikasi
Nip. 19730612 200710 2 001
Lembang

Misbahiah,S.Pd.I P Guru Kelas III Lembang- Sertifikasi


5.
Lembang

Hasaniah,S.Pd.I P Guru Kelas II Lembang- Sertifikasi


6.
Lembang

Aisyah Lembang-
7. P Guru Kelas I Sertifikasi
Syarifuddin,S.Pd.I Lembang

Abdul Lembang-
8. L Guru Mapel -
Rahman,S.Pd.I Lembang

Siti Aisiah,S.Pd.I Guru Mapel Lembang-


9. P -
Lembang

Guru Lembang-
10. Hairiah Y,S.Pd.I P -
Mapel/Opm. Lembang

Nurpadilah Lembang-
11. P Guru Mapel -
Jalil,S.Pd Lembang

12. Hamka,S.Pd L Guru Mapel Lembang- -


Lembang

Nurfadhilah P Staf Lembang- -


13.
Lembang

Titin Damayanti P Staf Lembang- -


14.
Lembang

Fitriani P Staf Lembang- -


15.
Lembang

Berdasarkan tabel di atas, guru SDN 030 Lembang-Lembang

berjumlah 15 orang termasuk satu kepala sekolah. 6 orang berstatus PNS,

sedangkan yang berstatus GTT atau lebih dikenal dengan guru honorer juga

sebanyak 11 orang. Guru di SDN 030 Lembang-Lembang semuanya belum

menyandang status pendidikan S1.

5. Keadaan Peserta Didik SDN 030 Lembang-Lembang

Peserta didik merupakan objek utama dalam pendidikan. Peserta

didik sebagai objek didik dalam pendidikan membutuhkan bantuan dan

bimbingan dari guru. Karena itu, guru dan peserta didik keduanya

merupakan faktor dominan dalam proses belajar mengajar, guru sebagai

subjek pendidikan. Guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai objek

didik. Dalam kegiatan belajar mengajar, terjadi hubungan timbal balik

antara peserta didik dengan guru, guru sebagai pemberi dan peserta didik

sebagai penerima. Tugas pokok guru adalah mengajar, mendidik dan


membina siswa. Sebaliknya peserta didik tugas pokoknya adalah belajar.

Adapun data keadaan peserta didik di SDN 030 Lembang-Lembang, yaitu:

Tabel 4.2. Data Keadaan Peserta Didik SDN 030 Lembang-Lembang


Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar

2020-2021

kelas Jumlah
L P Jumlah
rombel

I 12 11 23 1

II 16 14 30 1

III 18 10 28 1

IV 11 11 22 1

V 17 12 30 1

VI 18 5 25 1

Jumlah 156 6

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui jumlah peserta didik

SDN 030 Lembang-Lembang berjumlah 156 Orang, dan dari 6 kelas, yang

menjadi perhatian penulis untuk diadakan penelitian adalah kelas IV yang

berjumlah 22 orang.

Adapun data dari kelas V SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan

Limboro Kabupaten Polewali Mandar yaitu:

Tabel 4.3. Nama-nama Peserta Didik kelas V SDN 030 Lembang-


Lembang Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar

No. Nama Siswa Jenis kelamin


1 Achmad Lutfih Ikhwan L

2 Arham L

3 Auliah L

4 Dewi Fitri Jayyip P

5 Fadli P

6 Kiki L

7 Miranda L

8 Muhammad Alfahri L

9 Muhammad Ardi P

10 Muhammad Bayu P

11 Natasia P

12 Nuraqila L

13 Patma L

14 Rahmat Alhidayat L

15 Riski Mulya Ramadan L

16 Riska Nur Amalia L

17 Saskia Azzahra P

18 Siti Nur Inayan L

19 Suci Amelia P

20 Supriadi L

21 Syafira L

22 Junaedi P
Berdasarkan Absensi kelas V SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan

Limboro Kabupaten Polewali Mandar tahun 2020

6. Keadaan sarana dan prasarana SDN 030 Lembang-Lembang

Prasarana dan prasarana merupakan merupakan media yang sangat

mendukung keberhasilan program pembangunan. Hasil pengamatan

penulis bahwa sarana cukup lengkap sehingga proses belajar mengajar

berjalan dengan efektif. Sarana merupakan fasilitas yang cukup untuk

menunjang proses perkembangan masyarakat dalam terlaksananya

program pendidikan. Untuk sarana pendidikan yang dimaksud penulis

adalah gedung belajar, perpustakaan dan mushola.

Tabel 4.4. Data Sarana dan Prasarana Peserta Didik SDN 030 Lembang-
Lembang Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali

No. Nama Sarana Jumlah Nama Prasarana Jumlah

1 Rg. Kepala Sekolah 1 Lapangan 1

2 Ruang Guru 1 Buku-buku Pelajaran 1

Umum dan

Referensi

3 Ruang Kelas 6

4 Ruang Perpus 1

5 Ruang UKS 1

6 WC Guru 1

7 WC Siswa 1

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian


Deskripsi penelitian bertujuan untuk menyajikan dan menganalisis data

tentang Pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru

Bersertifikat Pendidik Di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan Limboro

Kabupaten Polewali Mandar. Untuk mendapatkan data keseluruhan tentang

Kompetensi Kepribadian Terhadap Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Di

SDN 030 Lembang-Lembang, peneliti menggunakan angket sebagai alat

pengumpul data pokok yang diberikan kepada 8 responden. Angket yang

diberikan peneliti berisi 25 item pernyataan tentang kompetensi kepribadian

dan kinerja guru bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang yang

telah di uji validitas dan reliabilitas dengan 7 indikator antara lain: Mantap,

Stabil, Dewasa, Arif dan Bijaksana, Berwibawa, Berakhlak Mulia, Menjadi

teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Angket yang digunakan bersifat tertutup dan untuk menentukan nilai

diperoleh dengan menjumlahkan jawaban dari 8 responden sesuai dengan

alternatif pilihan jawabannya. Masing-masing jawaban terdiri dari 4 alternatif

jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju) dengan skor 1, TS (Tidak Setuju)

dengan skor 2, S (Setuju) dengan skor 3 dan SS (Sangat Setuju) dengan skor 4

untuk pernyataan positif dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan skor 4, TS

(Tidak Setuju) dengan skor 3, S (Setuju) dengan skor 2 dan SS (Sangat Setuju)

dengan skor 1 untuk pertanyaan negatif.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang

berisi butir-butir pertanyaan untuk diberi tanggapan oleh subjek penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup dimana angket yang


disajikan di bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan

tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai. Adapun rincian kisi-kisi

dari instrumen pengumpulan data sebagai berikut:

Tabel 4.5 Kisi-Kisi Dan Jumlah Butir Instrumen Penelitian Pengaruh


Kompetensi Kepribadian terhadap Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik
No
Indikator yang Diukur Nomor Butir
.

Mantap

Stabil

Dewasa

Arif dan Bijaksana

Berwibawa

Berakhlak Mulia

Menjadi teladan bagi peserta

didik dan masyarakat

Untuk mengetahui ada pengaruh positif dan signifikan antara

kompetensi kepribadian dengan kinerja guru bersertifikat pendidik di SDN 030

Lembang-Lembang maka dapat digunakan rumus korelasi product moment.

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

r xy =
∑ xy
√( ∑ x 2 )(∑ y 2 )
Dimana, rxy = Koefisien korelasi product moment

x = ( Xi− X )
y = ( Yi−Y )

Xi = Variabel motivasi ekstrinsik yang dikorelasikan

Yi = Variabel prestasi belajar yang dikorelasikan

Tabel 4.6. Perhitungan untuk memperoleh angka index korelasi (pengaruh)


variable X (Kompetensi Kepribadian) terhadap variable Y (Kinerja Guru
Bersertifikat Pendidik) di SDN 030 Lembang-Lembang
No.
X Y X-Ẋ (x) Y-Ẏ (y) x2 y2 (xy)
Responden

1 81 80 -0,5 -4,25 0,25 18,0625 2,125

2 100 85 18,5 0,75 342,25 0,5625 13,875

3 76 75 -5,5 -9,25 30,25 85,5625 50,875

4 76 75 -5,5 -9,25 30,25 85,5625 50,875

5 78 88 -3,5 3,75 12,25 14,0625 -13,125

6 79 87 -2,5 2,75 6,25 7,5625 -6,875

7 81 79 -0,5 -5,25 0,25 27,5625 2,625

8 81 85 -0,5 0,75 0,25 0,5625 -0,375

Jumlah 652 654 421,75 238,9375 100

Rata-rata 81,5 81,75

r xy =
∑ xy
√( ∑ x 2 )(∑ y 2 )
100
r xy=
√ ( 421,75 ) ( 238,9375 )

100
r xy=
√ 100771,9
100
r xy =
336,7853

r xy =0,296

Dengan N sebesar 8 maka diperoleh

1. rt pada taraf signifikansi 5 % sebesar 0,707

2. rt pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,834

Dari hasil perhitungan ternyata diperoleh rxy sebesar 0,296 (r hitung)

lebih besar dari r tabel (rh > rt). ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel,

maka Ho (tidak ada hubungan) diterima dan Ha (ada hubungan) ditolak. Tetapi

sebaliknya bila r hitung lebih besar dibanding r tabel maka Ha diterima.

Dengan demikian korelasi 0,296 itu signifikan dan dapat diberlakukan pada

populasi dimana sampel diambil.

Dan untuk mengetahui signifikansi dari data tersebut maka digunakan

rumus t sebagai berikut:

r √n−2
t=
√1−r 2
Dimana, t = Signifikansi

r = Korelasi product moment

n = Jumlah sampel

dari hasil perhitungan diperoleh data t hitung sebagai berikut:

0,296 √ 8−2
t=
√1−0,2962
0,296 √ 6
t=
√1−0,2962
0,296 ×36
t=
√1−0,087
10,656
t=
√ 0,913
10,656
t=
0,955

t=11,158

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.

Untuk kesalahan 5% uji 2 pihak dan dk = n-2 = 6, maka diperoleh t tabel

sebesar 2,306 dengan harga t hitung lebih besar disbanding harga t tabel

sehingga hipotesis alternative diterima. Kesimpulannya koefisien korelasi

antara motivasi ekstrinsik dengan prestasi belajar peserta didik sebesar 0,296

adalah signifikan.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian

terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang

Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar, maka peneliti melakukan

pengumpulan data dengan membagikan angket kepada peserta didik. Adapun

hasil dari angket yang telah di isi oleh peserta didik kelas V sebagai observer

yang dipilih oleh peneliti telah dijelaskan dalam setiap tabel berdasarkan

angket pernyataan kepada peserta didik. Adapun rincian kisi-kisi dari

instrument pengumpuan data adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Tabel Persepsi peserta didik tentang Motivasi Ekstrinsik dan
Prestasi Belajar Peserta Didik.

Hasil angket nomor 1


No. Alternatif Jawaban N F %
Guru tidak berbuat kasar dalam meberikan hukuman
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 3 37,5
8
Tidak setuju (TS) 4 50
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 2
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru bersikap baik kepada kepala sekolah, sesam guru, dan speserta didik
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 3
No. Alternatif Jawaban N F %
Ketika guru mengajar memakai pakaian rapi dan sopan
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 4
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru suka menolong siapa saja yang membutuhkan
Sangat Setuju (SS) - -
Setuju (S) 5 62,5
8
Tidak setuju (TS) 3 37,5
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 5
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru bertutur kata menggunakan kata-kata yang baik
Sangat Setuju (SS) 8 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 6
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru mampu menahan emosi jika perasaannya tersinggung
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 7
No. Alternatif Jawaban N F %
Bahasa yang digunakan guru saat berkomunikasi dengan peseta didik mudah
dipahami
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 8
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru menerima masukan dan saran dari peserta didik
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 9
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru menegur siapapun peserta didiknya yang melakukan kesalahan
Sangat Setuju (SS) 8 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 10
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru memiliki ilmu pengetahuan yang luas
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 11
No. Alternatif Jawaban N F %
Cara mengajar guru membuat peserta didiknya tertarik dan senang
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 12
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru dapat menciptakan suasana belajar dikelas yang nyaman
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 13
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru dapat menengahi perdebatan antar peserta didik dan memberikan solusinya
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 14
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru tidak memihak kepada salah satu peserta didiknya ketika ada masalah
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 15
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru memberikan nasehat kepada peserta didik
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 16
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru memberikan teladan yang baik kepada peserta didik
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 17
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru mengetahui dan mendalami ilmu agama dengan baik
Sangat Setuju (SS) - -
Setuju (S) 8 100
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 18
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru menanyakan terlebih dahulu permasalahan apa saja yang dialami peserta
didik sebelum memberikan arahan
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 19
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru segera minta maaf atas kesalahan yang dilakukan
Sangat Setuju (SS) - -
Setuju (S) 8 100
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 20
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru memulai pelajaran dengan berdoa
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 21
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru berkata dan bersikap jujur dalam segala hal
Sangat Setuju (SS) - -
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) 1 12,5
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 22
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru mampu menunjukkan akhlakul karimah di lingkungan sekolah
Sangat Setuju (SS) - -
Setuju (S) 6 75
8
Tidak setuju (TS) 2 25
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 23
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru memiliki sikap yang sederhana dan rendah hati
Sangat Setuju (SS) - -
Setuju (S) 6 75
8
Tidak setuju (TS) 2 25
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 24
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru dalam menyampaikan materi pandangannya tetap memperhatika peserta
didik
Sangat Setuju (SS) - -
Setuju (S) 6 75
8
Tidak setuju (TS) 2 25
Sangat Tidak Setuju (TS) - -
Hasil angket nomor 25
No. Alternatif Jawaban N F %
Guru memberikan pujian ketika peserta didiknya meraih prestasi dalam belajar
Sangat Setuju (SS) 1 12,5
Setuju (S) 7 87,5
8
Tidak setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (TS) - -

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa frekuensi peserta didik yang

menjawab sangat setuju maupun setuju tergolong sangat tinggi untuk item
pernyataan mengenai pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru

bersertifikat pendidik hal ini tampak pada frekuensi dan persentase pada setiap

item pernyataan yang mengandung indikator 1) Mantap, 2) Stabil, 3) Dewasa,

4) Arif dan Bijaksana, 5) Berwibawa, 6) Berakhlak Mulia, 7) Menjadi teladan

bagi peserta didik dan masyarakat.

C. Pembahasan Data Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukan hubungan yang positif dan signifikan

antara kompetensi kepribadian guru dengan kinerja guru bersertifikat pendidik

di SDN 030 Lembang-Lembang yang dapat dilihat nilai koefisien korelasi

sebesar 0,296 dan thitung sebesar 11,158.

Persamaan korelasi product moment di atas menunjukkan arah yang

positif, dengan demikian terjadi hubungan yang positif antara kompetensi

kepribadian dengan kinerja guru bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-

Lembang. Artinya semakin tinggi kompetensi kepribadian guru maka akan

semakin tinggi pula kinerjanya, atau jika kompetensi kepribadian guru naik

satu poin maka kinerjanya juga akan bertambah 0,404 dengan asumsi variabel

lain konstan. Selain itu bahwa indikator Mantap, Stabil, Dewasa, Arif dan

Bijaksana, Berwibawa, Berakhlak Mulia, Menjadi teladan bagi peserta didik

dan masyarakat termasuk dalam kategori dalam kategori tinggi.

Jadi menurut penelitian ini terjadi peningkatan kinerja guru

beresertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang apabila kompetensi

kepribadiannya juga tinggi tinggi, hal ini dikarenakan guru akan lebih memiliki

dorongan dari luar dirinya untuk meningkatkan kompetensinya dalam hal ini
kompetensi kepribadian mereka dalam menjalankan kewajiban mereka dalam

dunia pendidikan.

Berdasarkan hasil analisis data, kuatnya hubungan antara kompetensi

kepribadian (X) dengan kinerja guru bersertifikat pendidik (Y) ditunjukkan

dengan koefisien korelasi sebesar 0,389. Signifikansi hubungan variabel

kompetensi kepribadian dengan variabel kinerja guru dapat dilihat dari hasil

nilai thitung sebesar 11,158. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan ttabel

pada taraf signifikansi 5%. Jika dibandingkan dengan ttabel (n-2) sebesar 2,306

maka t hitung lebih besar daripada ttabel, sehingga hipotesis penelitian Ha

diterima dan Ho ditolak.

Hal ini berarti pengajuan hipotesis kedua diterima yaitu ada hubungan

positif dan signifikan antara kompetensi kepribadian guru dengan kinerja guru

bersertifikat pendidik di SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan Limboro,

Kabupaten Polewali Mandar.

Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa motivasi belajar

berperan dalam menentukan prestasi belajar peserta didik. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat yang menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu

faktor psikologis yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik, salah

satunya adalah motivasi ekstrisnsik. Motivasi memunculkan rasa senang dalam

diri peserta didik untuk senantiasa belajar.

Dalam penelitian ini terdapat 6 indikator yang digunakan untuk

mengukur persepsi siswa terhadap motivasi ekstrinsik di kelas V SDN 050

Pandewulawang, indikator tersebut meliputi 1) pujian, 2) nasehat, 3) semangat


4) hadiah 5) hukuman, dan 6) meniru sesuatu. Masing-masing indikator

tersebut diwakili oleh beberapa butir pernyataan yang terdapat dalam

instrumen penelitian yang telah diisi oleh responden. Pada indikator yang

pertama adalah indikator motivasi ekstrinsik, yaitu pujian, sebagian besar

peserta didik mempunyai pengetahuan yang cukup baik/cukup tinggi tentang

motivasi ekstrinsik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang

menjawab setuju pada butir-butir soal yang mewakili indikator dan tidak ada

peserta didik yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari

pernyataan yang terdapat pada instrumen penelitian, beberapa peserta didik

yang mempunyai pengetahuan yang cukup baik setelah diberikan motivasi

ekstrisnik di SDN 050 Pandewulawang, merasakan proses pembelajaran yang

lebih lama serta menuntut mereka untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran

dan mereka juga harus melalui proses pembelajaran dengan kegiatan

mengamati, menanya, mengolah informasi, mengasosiasi dan

mengkomunikasikan sesuai dengan tahapan proses pembelajaran yang ada di

kurikulum 2013.

Indikator yang ke-dua adalah indikator nasehat yang terdapat pada

motivasi ekstrinsik. Pada indikator ini dapat disimpulkan bahwa persepsi

peserta didik terhadap motivasi ekstrinsik cukup baik/cukup tinggi. Hal ini

dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab setuju pada butir-

butir soal yang mewakili indikator ini yaitu diatas 70% dan tidak ada siswa

yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan yang

terdapat pada instrumen penelitian, beberapa peserta didik yang menjawab


pertanyaan pada instrumen merasa bersemangat, senang dan berpersepsi

menyukai proses pembelajaran dengan menggunakan motivasi ekstrinsik.

Indikator yang ke-tiga adalah indikator semangat di SDN 050

Pandewulawang, indikator ini dapat disimpulkan bahwa sikap peserta didik

terhadap penggunaan motivasi ekstrinsik di sekolah baik/tinggi. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab setuju pada butir-butir soal

yang mewakili indikator ini dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan yang terdapat pada instrumen

penelitian, beberapa siswa yang mempunyai persepsi yang baik terhadap

penggunaan motivasi ekstrinsik di SDN 050 Pandewulawang, mereka

berkeinginan untuk terus melakukan proses pembelajaran disekolah dengan

menggunakan motivasi ekstrinsik.

Indikator yang ke-empat adalah indikator hadiah pada pemberian

motivasi ekstrinsik kepada peserta didik. Pada indikator ini dapat disimpulkan

bahwa apresiasi siswa pemberian hadiah di sekolah sudah sanagt baik/sangat

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab setuju

dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju. Dari

pernyataan yang terdapat pada instrumen penelitian, beberapa peserta didik

yang mempunyai apresiasi yang kurang baik terhadap pemberian hadiah,

karena kebanyakan mereka hanya beberapa orang saja yang mendapatkan

hadiah itu.

Indikator yang ke-lima adalah indikator motivasi ekstrinsik yaitu

pemberian hukuman. Pada indikator ini dapat disimpulkan bahwa persepsi


peserta didik terhadap pemberian hukuman sangat baik/ sangat tinggi. Hal ini

dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab sangat setuju dan

setuju pada butir-butir soal yang mewakili indikator ini dan tidak ada peserta

didik yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan

yang terdapat pada instrumen penelitian, beberapa peserta didik yang

mempunyai persepsi baik terhadap pemberian hukuman di proses pelajaran

yang diajarkan, mereka beranggapan bahwa pemberian hukuman sangat

membantu mereka dalam memperbaiki sikap mereka dikelas saat melakukan

proses pembelajaran sedang berlangsung.

Indikator yang ke-enam adalah indikator meniru sesuatu. Pada indikator ini

dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta didik terhadap indikator ini

disekolah sangat baik/ sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

peserta didik yang menjawab sangat setuju dan setuju pada butir-butir soal

yang mewakili indikator ini dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan yang terdapat pada instrumen

penelitian, beberapa peserta didik yang mempunyai perhatian yang baik pada

saat proses pembelajaran, mereka merasa senang dan nyaman melakukan

proses pembelajaran menggunakan motivasi ekstrinsik khusunya meniru

sesuatu, bahkan mereka beranggapan bahwa proses pembelajaran

menggunakan indikator ini adalah

Anda mungkin juga menyukai