PENDAHULUAN
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 17,
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP)
disampaikan Ho Chi Minh “tanpa adanya guru, maka pendidikan tidak akan
ada, dan apabila pendidikan tidak ada maka tidak ada perkembangan ekonomi
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42 ayat (1),
Idealnya sikap seorang guru yang profesional adalah memiliki komitmen dan
seorang guru untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tujuan yang telah
faktor yang mempengaruhi kinerja guru, diantaranya datang dari dalam diri
guru sendiri. Faktor-faktor tersebut semisal kompetensi yang ada pada diri
sangat diyakini bahwa kinerja dari guru itu sendiri bisa dikatakan baik pula2.
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
2
Oemar Harmalik, Guru Dalam Pendekatan Kompetensi (Jakarta : Bumi Aksara. 2002), h.
143..
tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Kompetensi guru meliputi;
tanpa merasakan adanya suatu unsur paksaan. Kepribadian guru sebagai contoh
disini meliputi pengetahuan, ketrampilan, ide, sikap dan juga persepsi yang
timbul adalah:
C. Rumusan Masalah
D. Hipotesis Penelitian
E. Tujuan Penelitian
adalah:
F. Kegunaan Penelitian
a. Bagi sekolah
Dari penelitian ini diharapkan sekolah dapat memperoleh informasi
para gurunya.
b. Bagi guru
pembelajaran.
terhadap kepuasan kerja guru; (4) terdapat pengaruh signifikan dan positif
kepuasan kerja guru; (6) terdapat pengaruh signifikan dan positif kepuasan
kerja guru terhadap kinerja guru; (7) tidak terdapat pengaruh kompetensi
kinerja guru; (9) terdapat pengaruh signifikan dan positif kompetensi sosial
kesimpulan bahwa: kinerja guru masuk dalam kategori baik dengan rata-rata
BAB II
3
Dina Rizkiah Hutasuhut, Tesis: Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial,
Profesionalism, dan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kepuasan dan Kinerja Guru di SMA
Negeri 1 Barumun Tengah (Padang Lawas: Universitas Sumatera Utara, 2015), h. 104.
4
Sumarno, Tesis: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru
terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes
(Brebes: Universitas Negeri Semarang, 2009), 98.
TINJAUAN TEORITIS
A. Kompetensi Kepribadian
peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan ketrampilan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak7. Jadi, dengan kata lain kompetensi
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
dan psikomotor dengan sebaik- baiknya8. Jadi secara ringkas dapat dipahami
5
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 13.
6
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 23.
7
Kunandar, Guru Professional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 52.
8
Zainal Aqib, Menjadi Guru Professional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama
Widya, 2009), h. 60.
bahwa kompetensi merupakan sesuatu kemampuan atau keahlian yang wajib
ini bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil
individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Seluruh sikap dan perbuatan
dilakukan secara sadar10. Jadi, dari perbuatannya yang baik sering dikatakan
bahwa seseorang itu memiliki kepribadian yang baik atau berakhlak mulia.
tersebut tidak memiliki kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang
tidak mulia.
sesuatu yang abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang
menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan atau yang berat 11.
Jadi, kita hanya bisa melihat dan menilai kepribadian seseorang hanya dari
9
5 Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 37.
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 40.
11
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 9.
tingkah laku dan sikap yang direfleksikan dalam kesehariannya. Dari beberapa
definisi para ahli tentang kompetensi dan kepribadian, maka dapat disimpulkan
yang harus dimiliki seorang pendidik ataupun guru dalam menjalankan tugas
dalam membina dan membimbing anak didik. Sebagai teladan, guru harus
2008 Tentang Guru, Bab II tentang Kompetensi dan Sertifikasi, Pasal 3 ayat
dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
“dwitunggal”. Posisi guru dan anak boleh berbeda, tetapi keduanya tetap
12
Zainal Aqib, Menjadi Guru Professional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama
Widya, 2009), h. 60-61.
seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan 13. Jadi, guru dan anak
didik memilki kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama. Anak didik
perkembangan peserta didik yang sedang belajar. Perlu kita ketahui bahwa
pendidik itu bekerja melalui pribadinya, dalam pribadi yang santun akan
melahirkan anak didik yang santun, begitu pula sebaliknya. Semua prilaku kita
menjadi tiruan anak didik. Baik itu prilaku yang benar maupun prilaku yang
salah14. Dengan kata lain anak didik merupakan cerminan dari guru yang
bersangkutan.
menjadi suri teladan yang baik sebagaimana ajaran Rasulullah. Rasul adalah
Rasul. Ingat hanya “hampir” mendekati, bukan seluruh pribadi guru sama
dengan pribadi Rasul, kekasih Allah dan penghulu seluruh Nabi dan Rasul itu.
kompetensi kepribadian yang baik hanya akan menghasilkan orang pintar saja
13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 43.
14
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna”, hh. 37-38.
tetapi bukan orang yang baik15. Di Indonesia ini tak terbilang banyaknya orang
yang pintar bahkan sangat pintar, mereka dapat melakukan apa saja dengan
kepintarannya, tak peduli merugikan orang lain atau tidak, yang penting
pintar tetapi merusak Negara. Hal ini tentu bertentangan dengan fungsi
baik.
pada dasarnya merupakan komunikasi personal antara guru dan siswa. Esensi
peningkatan prestasi.
dan emosi yang baik akan bisa memikat hati anak didiknya, karena sang anak
15
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, h. 16.
16
Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidakarya
Agung) h. 72.
17
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h.121.
merasa diterima dan disayangi oleh guru betapapun sikap dan tingkahlakunya.
Sebaliknya, guru yang pemarah atau keras, akan menyebabkan anak didik
takut. Ketakutan itu dapat bertumbuh atau berkembang menjadi benci. Karena
takut tersebut menimbulkan derita atau ketegangan dalam hati anak, dan
penderitaan tersebut diakibatkan oleh sang guru, maka guru tersebut akan
dengan berbagai emosi lainnya yang tidak stabil, akan membawa kegoncangan
emosi bagi anak didik. Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa kompetensi
kepribadian guru merupakan suatu hal yang mutlak harus dikuasai oleh setiap
pendidik.
dipahami bahwa akhlak menjadi salah satu cerminan prilaku seorang muslim
guru, maka yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa saja aspek-aspek
18
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, h.10.
tentang Guru dan Dosen pasal 10 sebagaimana yang dikutip oleh Wina
Berakhlak Mulia, Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, Secara
dan berkelanjutan.
dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku; (2)
dan memiliki etos kerja sebagai guru; (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak; (4) berwibawa yaitu prilaku guru
yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (5)
memilki akhlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani peserta didik,
bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong 20. Nilai-nilai
bahwa perlu diperhatikan akan penguasaan bidang agama Islam dan ketaatan
19
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 279.
20
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 34.
nilai Islam kedalam setiap mata pelajaran yang diajarkannya (integrated
curriculum) dan mampu menciptakan iklim dan kultur sekolah (school climate
and school culture) yang Islami21. Jadi dengan adanya sosok guru yang mampu
mencerminkan nilai-nilai islam secara lahir dan batin disertai dengan iklim dan
oleh seorang guru agama islam. Bagi Al-Ghazali, guru agama Islam mestilah
menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap yang terbuka lagi
lembut pada anak, tidak pemarah, tidak menakutkan bagi anak, memperhatikan
3), kepribadian yang arif dan bijaksana, 4) kepribadian yang berwibawa, dan 5)
21
Abd Rahman Assegaf, Filsafat Penddikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integrative-Interkonektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 252.
22
Abd Rahman Assegaf, Filsafat Penddikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integrative-Interkonektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 254.
menjadikan diri sebagai teladan bagi peserta didik23. Sementara Pidarta,
pendidik ataupun guru tidak boleh bertentangan dengan pribadi ketimuran atau
budaya timur, khususnya yang biasa kita sebut dengan kepribadian Indonesia 24.
Hal ini perlu disadari mengingat bahwa era globalisasi itu semakin membawa
anak didik ke ruang-ruang yang lebih luas, agar peserta didik tidak mudah
adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan
Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Oleh sebab itu, guru Indonesia
sebagai kode etik. Kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral,
23
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 60.
24
Siti Suwadah Rimang, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, h. 38.
25
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 35-36.
4. Guru menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar-mengajar,
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
terhadap pendidikan,
kesetiakawanan sosial,
pendidikan.
harus dijadikan barometer atau ukuran bagaimana guru bertindak, bersikap dan
jujur dalam perkataan dan tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong,
apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal itu akan menghancurkan nama
baik dan kewibawaan sang guru, yang pada akhirnya akan berakibat fatal
harus tabah dalam menghadapi kesulitan, harus tau dan dapat memecahkan
berbagai kesulitan, terutama dalam kegiatan pengajaran 26. Sebagai manusia
biasa, secara pribadi seorang guru tidak terlepas dari berbagai kesulitan hidup,
masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya dalam mengajar.
Namun guru harus tetap tabah dan pantang menyerah terhadap tugas yang
diembannya.
B. Kinerja Guru
kinerja (prestasi) adalah hasil kerja secara kualitas, kuantitas yang dicapai oleh
dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam
human or otherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.
Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat
26
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Islam”, h. 98.
27
Mangkunegara, Perilaku dan Budaya Organisasi (Bandung: Refika Aditama, 2004), h.
57.
28
Dharma, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 112
diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil
perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah
bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja
atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktivitas yang telah
dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga
sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah
ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan
standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu
atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan
diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun
dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.
dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki
29
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasi Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 136.
oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud
penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa Standar kinerja guru
itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1)
dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari
guru30.
tinggi31. Keterangan lain dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a)
tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam
30
Kusmianto, Panduan Penilaian Kinerja Guru oleh Pengawas (Jakarta: Majid, 1997), h.
46-49.
31
Depdiknas, Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang, 2003
32
Depdiknas, Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang, 2005.
bahwa ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang
guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1)
proses belajar mengajar; (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar; dan (4)
(teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan
33
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu (Jakarta : Balai.
Pustaka, 1993), h. 35.
34
Depdiknas, Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang, 2007.
35
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 76.
Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada
pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik
kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang
yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang
konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang
dijadikan alat kontrol dan bahan pembinaan bagi kepala sekolah. Berkenaan
pembelajaran.
berikut:
37
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 261.
1. Faktor personal atau individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan,
guru,
3. Faktor tim meliputi dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan
4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja fasilitas kerja yang diberikan oleh
organisasi (sekolah),
1. Faktor dari dalam diri sendiri (intern), adalah faktor yang berasal dari diri
2. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern), adalah faktor yang ditimbulkan dari
luar diri pekerja. Faktor ekstern dapat berasal dari lingkungan keluarga,
38
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru (Jakarta: Gaung Persada Pers,
2010), h. 43.
lingkungan kerja, komunikasi dengan kepala sekolah, sarana dan prasarana,
Adapun kinerja guru sebagai perilaku atau respon yang memberi hasil
yang telah dicapai guru yang diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang
harus dimiliki guru. Robbins mengemukakan tiga kriteria kinerja yang paling
umum yaitu hasil pekerjaan individual, perilaku, dan sifat. Ketiga kriteria
tersebut dapat tercermin pada tugas guru yaitu dilihat dari hasil guru
C. Kerangka Pikir
39
Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM. (Bandung: Refika Aditama,
2012), h. 26-27.
40
Robbins, dkk, Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
(Sumedang: Alqaprint Jatinangor, 2006), h. 260.
Kompetensi Kepribadian
mencakup:
BAB III
METODE PENELITIAN
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan 41. Pada penelitian
ini menggunakan rancangan One Shot Case Study yaitu suatu rancangan
xO
X = Treatment yang diberikan (Variabel Independen), yaitu kompetensi
kepribadian
2. Lokasi Penelitian
a. Populasi
b. Sampel
dimana populasi dan tujuan spesifik dari penelitian diketahui oleh peneliti
sejak awal. Sampel yang akan dipilih telah telah diketahui terlebih dahulu
anggota sampel berdasarkan referensi atau saran dari guru kelas. Selain itu,
yang menjadi sampel hampir sama. Sampel penelitian ini adalah semua
4. Variabel Penelitian
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
117.
43
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Sic, 2010), hlm. 80.
44
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), h 38.
a. Variabel bebas disimbulkan dengan (X) dapat disebut juga variabel
atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel terikat
masalah motivasi dan prestasi belajar dengan Skala Likert. Angket digunakan
untuk mengungkap data dari seseorang yang berkaitan dengan diri sendiri,
b. Metode Tes adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan tes
kepada obyek yang diteliti. Dengan menggunakan tes, akan diperoleh data
berupa nilai dari tes yang telah diberikan pada saat eksperimen. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pre test dan post test. Pre test dan post
test ini yang nantinya akan digunakan untuk melihat pengaruh kompetensi
6. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan
banyak ditentukan oleh instrumen penelitian yang digunakan, karena data yang
atau kategori yang akan dicari datanya. Pedoman ini berupa profil sekolah, data
jumlah siswa, data nama-nama siswa, foto pelaksanaan selama penelitian dan
b. Pedoman angket, yaitu alat bantu yang digunakan untuk mendapatkan data
x = ( Xi− X )
y = ( Yi−Y )
r √n−2
t=
√1−r 2
Dimana, t = Signifikansi
n = Jumlah sampel
BAB IV
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 030 Lembang-Lembang yang
Iptek.
lingkungan.
3) Menjalin kerja sama antar warga madrasah dan masyarakat dalam
Sipakatau)
Undang-Undang.
Gasruddin,S.Ag Lembang-
3. L Guru Kelas V Sertifikasi
Nip. 19730318 200003 1 001 Lembang
Hidayanti,S.Pd.I Lembang-
4. P Guru Kelas IV Sertifikasi
Nip. 19730612 200710 2 001
Lembang
Aisyah Lembang-
7. P Guru Kelas I Sertifikasi
Syarifuddin,S.Pd.I Lembang
Abdul Lembang-
8. L Guru Mapel -
Rahman,S.Pd.I Lembang
Guru Lembang-
10. Hairiah Y,S.Pd.I P -
Mapel/Opm. Lembang
Nurpadilah Lembang-
11. P Guru Mapel -
Jalil,S.Pd Lembang
sedangkan yang berstatus GTT atau lebih dikenal dengan guru honorer juga
bimbingan dari guru. Karena itu, guru dan peserta didik keduanya
subjek pendidikan. Guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai objek
antara peserta didik dengan guru, guru sebagai pemberi dan peserta didik
2020-2021
kelas Jumlah
L P Jumlah
rombel
I 12 11 23 1
II 16 14 30 1
III 18 10 28 1
IV 11 11 22 1
V 17 12 30 1
VI 18 5 25 1
Jumlah 156 6
SDN 030 Lembang-Lembang berjumlah 156 Orang, dan dari 6 kelas, yang
berjumlah 22 orang.
2 Arham L
3 Auliah L
5 Fadli P
6 Kiki L
7 Miranda L
8 Muhammad Alfahri L
9 Muhammad Ardi P
10 Muhammad Bayu P
11 Natasia P
12 Nuraqila L
13 Patma L
14 Rahmat Alhidayat L
17 Saskia Azzahra P
19 Suci Amelia P
20 Supriadi L
21 Syafira L
22 Junaedi P
Berdasarkan Absensi kelas V SDN 030 Lembang-Lembang Kecamatan
Tabel 4.4. Data Sarana dan Prasarana Peserta Didik SDN 030 Lembang-
Lembang Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali
Umum dan
Referensi
3 Ruang Kelas 6
4 Ruang Perpus 1
5 Ruang UKS 1
6 WC Guru 1
7 WC Siswa 1
telah di uji validitas dan reliabilitas dengan 7 indikator antara lain: Mantap,
jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju) dengan skor 1, TS (Tidak Setuju)
dengan skor 2, S (Setuju) dengan skor 3 dan SS (Sangat Setuju) dengan skor 4
untuk pernyataan positif dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan skor 4, TS
(Tidak Setuju) dengan skor 3, S (Setuju) dengan skor 2 dan SS (Sangat Setuju)
tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai. Adapun rincian kisi-kisi
Mantap
Stabil
Dewasa
Berwibawa
Berakhlak Mulia
r xy =
∑ xy
√( ∑ x 2 )(∑ y 2 )
Dimana, rxy = Koefisien korelasi product moment
x = ( Xi− X )
y = ( Yi−Y )
r xy =
∑ xy
√( ∑ x 2 )(∑ y 2 )
100
r xy=
√ ( 421,75 ) ( 238,9375 )
100
r xy=
√ 100771,9
100
r xy =
336,7853
r xy =0,296
lebih besar dari r tabel (rh > rt). ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel,
maka Ho (tidak ada hubungan) diterima dan Ha (ada hubungan) ditolak. Tetapi
Dengan demikian korelasi 0,296 itu signifikan dan dapat diberlakukan pada
r √n−2
t=
√1−r 2
Dimana, t = Signifikansi
n = Jumlah sampel
0,296 √ 8−2
t=
√1−0,2962
0,296 √ 6
t=
√1−0,2962
0,296 ×36
t=
√1−0,087
10,656
t=
√ 0,913
10,656
t=
0,955
t=11,158
sebesar 2,306 dengan harga t hitung lebih besar disbanding harga t tabel
antara motivasi ekstrinsik dengan prestasi belajar peserta didik sebesar 0,296
adalah signifikan.
hasil dari angket yang telah di isi oleh peserta didik kelas V sebagai observer
yang dipilih oleh peneliti telah dijelaskan dalam setiap tabel berdasarkan
Tabel 4.8. Tabel Persepsi peserta didik tentang Motivasi Ekstrinsik dan
Prestasi Belajar Peserta Didik.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa frekuensi peserta didik yang
menjawab sangat setuju maupun setuju tergolong sangat tinggi untuk item
pernyataan mengenai pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja guru
bersertifikat pendidik hal ini tampak pada frekuensi dan persentase pada setiap
semakin tinggi pula kinerjanya, atau jika kompetensi kepribadian guru naik
satu poin maka kinerjanya juga akan bertambah 0,404 dengan asumsi variabel
lain konstan. Selain itu bahwa indikator Mantap, Stabil, Dewasa, Arif dan
kepribadiannya juga tinggi tinggi, hal ini dikarenakan guru akan lebih memiliki
dorongan dari luar dirinya untuk meningkatkan kompetensinya dalam hal ini
kompetensi kepribadian mereka dalam menjalankan kewajiban mereka dalam
dunia pendidikan.
kompetensi kepribadian dengan variabel kinerja guru dapat dilihat dari hasil
nilai thitung sebesar 11,158. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan ttabel
pada taraf signifikansi 5%. Jika dibandingkan dengan ttabel (n-2) sebesar 2,306
Hal ini berarti pengajuan hipotesis kedua diterima yaitu ada hubungan
positif dan signifikan antara kompetensi kepribadian guru dengan kinerja guru
berperan dalam menentukan prestasi belajar peserta didik. Hal tersebut sesuai
instrumen penelitian yang telah diisi oleh responden. Pada indikator yang
motivasi ekstrinsik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang
menjawab setuju pada butir-butir soal yang mewakili indikator dan tidak ada
peserta didik yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari
lebih lama serta menuntut mereka untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran
kurikulum 2013.
peserta didik terhadap motivasi ekstrinsik cukup baik/cukup tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab setuju pada butir-
butir soal yang mewakili indikator ini yaitu diatas 70% dan tidak ada siswa
yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan yang
dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab setuju pada butir-butir soal
yang mewakili indikator ini dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan yang terdapat pada instrumen
motivasi ekstrinsik kepada peserta didik. Pada indikator ini dapat disimpulkan
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab setuju
dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju. Dari
hadiah itu.
dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang menjawab sangat setuju dan
setuju pada butir-butir soal yang mewakili indikator ini dan tidak ada peserta
didik yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan
Indikator yang ke-enam adalah indikator meniru sesuatu. Pada indikator ini
disekolah sangat baik/ sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
peserta didik yang menjawab sangat setuju dan setuju pada butir-butir soal
yang mewakili indikator ini dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju. Dari pernyataan yang terdapat pada instrumen
penelitian, beberapa peserta didik yang mempunyai perhatian yang baik pada