Anda di halaman 1dari 10

A.

Pendahuluan
Proses pendidikan merupakan sebuah proses yang dilakukan dengan sengaja
yang bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, melalui proses pendidikan
yang dapat membentuk sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan
berperan besar dalam proses pembanguna bangsa dan negara. Peran pendidikan
sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya
disekolah. Semua komponen lain mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, biaya
dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabilan pembelajaran yaitu interaksi guru
dengan siswa tidak berkualitas. Begitu pentingnya peran guru dalam
mentransformasikan inputinput pendidikan sehingga para pakar menyatakan
disekolah tidak aka ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan
dan peningkatan kualitas guru.Berdasarkan pendapat diatas maka penilaian kinerja
guru merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian.1
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan
mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan
Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan
negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu
dikembangkan secara terus menerus dan proposional menurut jabatan fungsional
guru.
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga dimungkinkan
memiliki tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah atau madrasah.
1
Abdul Jalil, “Pengaruh Beban Kerja, Stres Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Palu”, Jurnal Ilmu Perbankan dan Keuangan Islam, Vol.1 No.
2 Tahun 2019, hlm. 118.

1
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemapuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10
menjelaskan bahwa guru wajib memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimaksud
dalam pasal tersebut yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi social, kompetensi profesional dan pasal 20 butir a menjelaskan bahwa
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
Dengan memberikan beban kerja yang efektif instansi pemerintahan dapat
mengetahui sejauh mana guru dapat diberikan beban kerja yang maksimal dan sejauh
mana pengaruhnya terhadap kinerja instansi itu sendiri. Guru yang tidak disiplin
dalam memanfaatkan waktu kerja akan berdampak pada beban kerja yang
menumpuk, sehingga membutuhkan waktu yang lebih dari waktu kerja normal yang
ditentukan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan. Permendagri No. 12/2008
menyatakan bahwa beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh
suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan
norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi dari pada tuntutan pekerjaan,
akan muncul perasaan bosan. Namun sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih
rendah dari pada tuntutan pekerjaan, maka, akan muncul kelelahan yang lebih. Oleh
karena itu, pembagian beban kerja yang tepat dan sesuai dengan kemampuan guru
sangat perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kinerja dan juga pencapaian
dari Instansi itu sendiri.
Kesibukan guru dengan beban kerja juga berdampak pada hasil belajar anak
didik, dikarenakan guru yang tidak focus untuk mengajar dan juga kadang sibuk
dengan pekerjaan lainnya salah satunya administrasi atau lainnya.

2
B. Beban Kerja Guru
Nkweke dan Dollah dalam Sihat Ridwanto mengatakan beban kerja guru
merupakan pekerjaan pengajaran akademik dan administrasi yang quality and
didelegasikan kepada guru untuk mencapai tujuan dan hasil yang telah ditentukan
sekolah.2
Menurut Dhini Rama Dhania beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan
dalam jangka waktu tertentu.3 Sementara Komaruddin mengemukakan bahwa analisa
beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan
atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau
dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah
personalia dan beberapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat
dilimpahkan kepada seortang petugas.4 Sedangkan menurut Permendagri No.
12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan
atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.
Robbins menyatakan bahwa positif negatifnya beban kerja merupakan
masalah persepsi. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera meraka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka. Persepsi terhadap beban kerja berkaitan dengan faktor
atribut peran dan pekerjaan.5
Hal ini dikarenakan persepsi terhadap beban kerja merupakan hal yang erat
hubungannya dengan suatu pekerjaan, dimana individu memberikan penilaian
mengenai sejumlah tuntutan tugas atau kegiatan yang membutuhkan aktivitas mental
dan fisik yang harus ia selesaikan dalam waktu tertentu, apakah memiliki dampak
positif atau negatif terhadap pekerjaannya.
2
Sihat Ridwanto, dkk “The Effect Of Teacher's Workload And Motivation on Teacher's
Work Performance In SMK Negeri 1 Rantau Utara”, Jurnal Prointegrità, Vol. 3, No. 3, 2019, hlm.
457.
3
Dhini, Rama Dhania, “Pengaruh Stres kerja, Beban kerja terhadap Kepuasan kerja”.
Universitas Muria Kudus. Jurnal Psikologi, 2010, hlm. 16.
4
Ahmad, Komaruddin. Dasar-Dasar Manajemen Investasi, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), hlm. 235.
5
Robbins, Stephen, P, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm.
90

3
Indikator beban kerja yang dikemukakan dalam jurnal Putra, yang meliputi
antara lain:
1. Target yang harus dicapai
Pandangan individu mengenai besarnya target kerja yang diberikan
untuk menyelesaikan pekerjaannya, misalnya untuk menggiling, melinting,
mengepak dan mengangkut. Pandangan mengenai hasil kerja yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
2. Kondisi Pekerjaan
Mencakup tentang bagaimana pandangan yang dimiliki oleh individu
mengenai kondisi pekerjaannya, misalnya mengambil keputusan dengan cepat
pada saat pengerjaan barang, serta mengatasi kejadian yang tak terduga
seperti melakukan pekerjaan ekstra diluar waktu yang telah ditentukan.
3. Standar Pekerjaan
Kesan yang dimiliki oleh individu mengenai pekerjaannya, misalnya
perasaan yang timbul mengenai beban kerja yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu.

C. Kinerja Guru
Dalam meningkatkan dan mengembangkan pendidikan, guru sebagai unsur
dominan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian guru diharapkan
meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, upaya peningkatan kinerja guru menjadi
topik yang perlu dipelajari. Tugas guru tidak hanya mengajar dalam pengertian
menstransformasikan pengetahuan kepada siswa, melainkan juga harus terus
berupaya meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru dapat didefinisikan sejauh mana
seorang guru bekerja secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
dalam upaya mencapai tujuan institusional. Kemampuan seorang guru akan terlihat
dari kompetensi yang dimilikinya.6
Pengukuran kinerja (performance) merupakan salah satu upaya supaya dapat
dilakukan sumberdaya secara efektif dan dapat memberikan arah pada pengambilan
keputusan strategis yang menyangkut perkembangan suatu organisasi pada masa
6
Zaidatul Akmal, dkk “Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja terhadap Kinerja Guru
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Dumai Kota Kota Dumai”, Vol. 4, No. 2, 2021, hlm. 94.

4
yang akan datang. Kinerja merupakan status organisasi secara keseluruhan dibanding
organisasi lain yang sejenis atau terhadap suatu standar yang disepakati bersama,
baik standar internal maupun eksternal.7
Kinerja guru merupakan hasil, kemajuan dan prestasi kerja guru dalam
melaksanakan pembelajaran, baik dalam merencanakan, melaksanakan proses
pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
latihan terhadap peserta didik, serta komitmennya dalam melaksanakan tugas. Baik
tidaknya kinerja guru dapat dilihat dari pelaksanaan kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru disamping memiliki kualifikasi akademik. Peningkatan
kinerja guru terus dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai upaya, baik melalui
program sertifikasi guru, melakukan pengembangan kurikulum nasional dan lokal,
peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. kinerja guru yang berkualitas akan berpengaruh pada mutu
pembelajaran, mutu lulusan, mutu pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan.8
Guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapatkan perhatian sentral, pertama,
dan utama. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang
signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional dan berkualitas. Dengan kata
lain, perbaikan kualitas pendidikan harus dimulai dari guru. Sebagai tenaga
profesional kedudukan guru adalah agen pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia, dalam hal ini guru dituntut memiliki kompetensi yang
bagus, apabila kompetensi guru bagus maka diharapkan kinerja guru dalam
pembelajaran juga bagus sehingga pada akhirnya membuahkan pendidikan yang
bermutu.

D. Hasil Belajar Siswa

7
Abd. Khalid Hs. Pandipa, “Kinerja Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA
Negeri 1 Lore Utara”, Vol, 12, No. 1, 2019, hlm. 3.
8
Lailatussaadah, “Upaya Peningkatan Kinerja Guru”, INTELEKTUALITA, Vol. 3, No. 1,
2015, hlm. 15.

5
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.9
Menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan
pada saat sebelum belajar.10
Howard Kingsley dalam Nana Sudjana membagi 3 macam hasil belajar: 1)
Keterampilan dan kebiasaan; 2) Pengetahuan dan pengertian; dan 3) Sikap dan cita-
cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua
proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah
menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.11
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar
adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak
akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan
mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

E. Dampak Beban Kerja Guru di Madrasah


Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
35 ayat (2) yaitu beban kerja guru mengajar sekurangkurangnya 24 jam dan
sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. Bagi guru yang mendapatkan
tugas tambahan mendapatkan beban mengajar bisa kurang dari 24 jam tatap muka
yaitu paling sedikit 6 jam tatap muka atau membimbing paling sedikit 40 peserta
didik bagi kepala satuan yang berasal dari guru BK. Sedangkan tugas sebagai wakil
kepala satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel atau
unit produksi satuan pendidikan adalah paling sedikit beban mengajarnya 12 jam
9
Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2008), hlm. 30.
10
Sulastri, dkk, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya”, Jurnal
Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1, hlm. 92.
11
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdikarya,
2005), hlm. 85.

6
tatap muka. Diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru pasal 52 ayat (1) dan (2). Untuk Guru sertifikasi dipertegas lagi dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi
Bagi Guru dalam Jabatan, guru yang telah lulus ujian kompetensi guru dan telah
mengikuti diklat sertifikasi guru berhak mendapat tunjangan sertifikasi guru sebesar
1 kali lipat gaji pokok setiap bulannya. Namun demikian ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi yang jelas tercantum dalam UUGD No. 14 Tahun 2005.12
Menurut aturan sekarang bahwa guru harus mengajar minimal 24 jam/minggu
dengan mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian yang diambil
(ijazah/sertifikasinya). Hal ini tentu akan mengakibatkan dampak negatif. Mudah-
mudahan para penentu kebijakan dapat meninjau kembali aturan tersebut:
Dampak negatifnya adalah:
1. Suasana sekolah tidak kondusif. Jika seorang guru berkurang jam
mengajarnya karena sesuatu hal (datangnya guru baru atau "diambil" oleh
guru lain), maka akan menimbulkan ketidakpuasan pada guru tersebut, karena
guru tersebut harus mencari jam mengajar lagi di luar sekolahnya, yang pada
akhirnya suasana sekolah kurang nyaman.
2. Siswa kurang terperhatikan, jika banyak guru "terbang" (terbang= misal:
paginya mengajar di sekolah A lalu berikutnya mengajar di sekolah B), dan
dampak selanjutnya , pembentukan budi pekerti siswa terabaikan, sehingga
timbul pemalakan, perkelahian, pelecehan sex dsb (karena gurunya
memikirkan bagaimana agar mencapai 24 jam).
3. Susah mencari guru untuk pelajaran tertentu. (kalau dulu, kepala sekolah
tinggal bagi-bagi tugas saja kepada guru yang ada, yang  mampu untuk
mengajar pelajaran tsb).
4. Guru yang kurang mengajarnya dari 24 jam, misal 23 jam, tidak mendapatkan
tunjangan. Hal ini akan menimbulkan kekecewaan dari guru.
5. Ada guru yang sampai mengemis minta jam mengajar ke sekolah lain, tentu
ini akan menurunkan "harga" guru.

12
Yesi Septriani, “Kebijakan Kepala Sekolah dalam Pemenuhan Kewajiban Guru Mengajar
24 jam”, Manajer Pendidikan, Vol. 9, No. 1, 2015, hlm. 15.

7
6. Susah menugaskan guru untuk tugas extrakurikuler, alasanya tidak
dimasukkna kepada tugas 24 jam.
7. Susah mencari guru keterampilan, karena harus 24 jam.
8. Untuk guru yang pebisnis malah menguntungkan. Minta saja jadwal
4jam/hari jam ke 1-4, maka jam 10.00 sudah bisa pulang dan berdagang di
pasar.
Sedangkan dampak positifnya bahwa adanya sertifikasi guru berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru, dan motivasi kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja guru. artinya semakin beasr tunjangan sertifikasi
maka akan semakin meningkat kinerja guru, sebaliknya semakin sedikit tunjangan
sertifikasi maka semakin menurun kinerja guru.13

F. Solusi dalam Menyusun Beban Kerja Guru di Madrasah


Upaya pemenuhan beban kerja minimal guru untuk mendaatkan tunjangan
profesi dapat dilakukan engan beberapa cara, antara lain sebagaimana berikut ini.
1. Penataan dan pemerataan guru Penataan guru adalah proses menata ulang
agar rasio, kualifikasi akademik, distribusi, dan komposisi guru PNS sesuai
dengan kebutuhan riil masing-masing satuan pendidikan. Tugas Pemerintah
Propinsi dalam melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antar satuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, mencakup sosialisasi
program penataan dan pemerataan guru PNS pada tingkat kabupatenkota;
verifikasi data guru dan analisis kebutuhan guru; penyediaan Peta Guru yang
menginformasikan tentang kelebihan danatau kekurangan guru PNS di setiap
kabupaten/kota hingga pemindahan guru PNS antar kabupaten/kota.
2. Penambahan Struktur Kurikulum Minimal Upaya pemenuhan beban kerja
pada tingkat satuan pendidikan juga disamping melakukan langkah yang
sama seperti halnya Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota
penghitungan beban kerja guru, pemetaan guru, penataan dan pemetaan
adalah dengan cara penambahan struktur kurikulum. Disamping itu

13
Nurul Aufa, “Pengaruh Tunjangan Sartifikasi Guru, Beban Kerja dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru Pada Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Singkil”, JIHAFAS, Vol. 3, No. 2,
Desember 2020, hlm. 22.

8
menempatkan guru pada tugas tambahan yang memungkinkan untuk
dilakukan wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala
perpustakaan, dan penambahan rombongan belajar.
3. Penataan rombongan belajar Dalam juknis SKB 5 menteri, menata jumlah
peserta didik per rombongan belajar merupakan salah satu upaya
meningkatkan jumlah jam tatap muka dalam jangka panjang. Penambahan
rombongan belajar sering terkedala dengan saranaprasarana yang dimiliki
sekolah. Masih banyak sekolah yang tidak melaksanakan aturan berlaku.
Setiap kelas untuk jenjang SMA seharusnya diisi oleh 20-32 siswa tetapi
masih banyak sekolah yang menampung sampai 40 siswa untuk satu kelas.
Hal ini memengaruhi kesempatan guru memenuhi jumlah mengajarnya.
Seandainya sekolah ingin membuat jumlah siswa per rombongan belajar
menjadi lebih sedikit, sekolah menghadapi kendala keterbatasan jumlah ruang
kelas.
4. Meningkatkan daya tampung sekolah Penambahan jumlah peserta didik aka
meningkatkan jumlah rombongan belajar dan jumlah jam tatap muka per
minggu.
5. Ekuivalensi kegiatan Ekuivalensi jam tatap muka dapat menjadi solusi
pemenuhan beban kerja tatap muka bagi guru yang bertugas pada satuan
pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional, dan satuan pendidikan di suatu
kabupatenkota karena alasan akses dan waktu tidak dapat mengajar pada
sekolah lain.

DAFTAR PUSTAKA

9
Abd. Khalid Hs. Pandipa, “Kinerja Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
SMA Negeri 1 Lore Utara”, Vol, 12, No. 1, 2019.

Abdul Jalil, “Pengaruh Beban Kerja, Stres Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Palu”, Jurnal Ilmu Perbankan
dan Keuangan Islam, Vol.1 No. 2 Tahun 2019.

Ahmad, Komaruddin. Dasar-Dasar Manajemen Investasi, Edisi Revisi, Jakarta:


Rineka Cipta, 1996.

Dhini, Rama Dhania, “Pengaruh Stres kerja, Beban kerja terhadap Kepuasan kerja”.
Universitas Muria Kudus. Jurnal Psikologi, 2010.

Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2008.

Lailatussaadah, “Upaya Peningkatan Kinerja Guru”, INTELEKTUALITA, Vol. 3, No.


1, 2015.

Nurul Aufa, “Pengaruh Tunjangan Sartifikasi Guru, Beban Kerja dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru Pada Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Singkil”,
JIHAFAS, Vol. 3, No. 2, Desember 2020.

Robbins, Stephen, P, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Jakarta: Erlangga, 2010.

Sihat Ridwanto, dkk “The Effect Of Teacher's Workload And Motivation on


Teacher's Work Performance In SMK Negeri 1 Rantau Utara”, Jurnal
Prointegrità, Vol. 3, No. 3, 2019.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja


Rosdikarya, 2005.

Sulastri, dkk, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran


Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo
Makmur Kecamatan Bumi Raya”, Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No.
1.

Yesi Septriani, “Kebijakan Kepala Sekolah dalam Pemenuhan Kewajiban Guru


Mengajar 24 jam”, Manajer Pendidikan, Vol. 9, No. 1, 2015.

Zaidatul Akmal, dkk “Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja terhadap Kinerja Guru
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Dumai Kota Kota Dumai”, Vol. 4, No. 2,
2021.

10

Anda mungkin juga menyukai