Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejatinya Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta

didik melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi perannya dimasa

mendatang.1 Oleh sebab itu sekolah yang merupakan sebagai lembaga pendidikan

yang memiliki peran untuk menyelenggarakan dan meningkatkan kualitas

pendidikan. Sesuai dengan UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3

tentang Dasar Fungsi dan Tujuan yang mengatakan:

“tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,

berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

Usaha lembaga pendidikan dalam pembinaan sekolah melalui kegiatan

administrasi, manajemen dan kepemimpinan tergantung kepada kemampuan

kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung

jawab terhadap seluruh kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah. ia mempunyai

wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan

pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.2

Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan


pencapaian tujuan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana,

1
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, Ilmu Grafindo Prasada, 2008) h.284
2
H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 80
lingkungan pendidikan, serta kurikulum. Dari berbagai faktor tersebut guru

memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang pelaksanaan pendidikan

dengan tidak mengabaikan faktor penunjang lainnya.

Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil

pendidikan, maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan

perhatian besar kepada peningktana kinerja guru. Guru dituntut memiliki kinerja

yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan masyarakat

umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik.

Kinerja dalam kata istilah, berasal dari kata job performance, yaitu sebuah

prestasi yang dicapai oleh seseorang. Secara bahasa kinerja dapat diartikan

sebagai prestasi yang nampak dalam bentuk sebuah keberhasilan kerja pada diri

seeorang.

Menurut Lijan Poltak Sinambela, “kinerja pegawai didefinisikan sebagai

kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kemudian

makna kinerja merupakan pelaksanaan suatu pekerjaan dan penyempurnaan

pekerjaan tersebut sesuai dengan tanggung jawabnya sehingga dapat mencapai

hasil sesuai dengan apa yang diharapkan”.3

Sedangkan menurut A.A Anwar Mangkunegara, “Kinerja karyawan adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan yang

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.4

3
Lijan Poltak Sinambela, Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi,
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012), h. 5.
4
A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT.
Refika aditama,2006), h. 9
Untuk meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja

guru dalam melaksanakan tugasnya, sehingga guna mencapai keberhasilan

pendidikan dan menjalankan tugas dan peranannya disekolah, guru harus

memiliki kemampuan dasar yang mencakup kemampuan pedagogis, pribadi

profesional dan sosial. Seluruh kemampuan dasar ini sangat penting bagi seorang

pendidik dan bagi lembaga pendidikan yang merupakan tempat masyarakan untuk

medidik dan mengajarkan anak-anaknya.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja guru merupakan sebagai kemampuan,

aplikasi dan hasil kerja dari apa yang dilakukan oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, maka dapat dikatakan bahwa

kemampuan pribadi, profesional dan intraksi guru dengan masyarakat dan

lingkungan kerja merupakan bentuk dari kinerja guru yang harus terus

ditingkatkan guna mencapai hasil yang memuaskan bagi lembaga pendidikan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerjan guru, antara lain, kesejahtraan

guru, kopetensi guru dan kepemimpinan kepala sekolah. Dalam upaya

meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

dengan meningkatkan kesejahteraan guru di sekolah.

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung

pengertian dari bahasa sanksekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks

ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” adalah orang yang

sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,

ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun

batin.5

5
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung; PT. Refika Aditama, 2012),
h.8
Oleh karena itu pada dasarnya kesejahteraan merupakan hak yang harus

dimiliki bagi setiap karyawan agar maksimalnya sebuah kinerja yang ia lakukan.

Banyak upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan citra dan martabat

seorang guru seperti: tunjangan fungsional, pengangkatan guru honorer dan dana

bantuan khusus sekolah (BOS) setiap bulannya. Dari berbagai perjumpaan, tatap

muka dan kunjungan, di peroleh gambaran informasi yang mengidentifikasikan

sudah baiknya kinerja guru di lingkup SMA Al-Masthuriyah.

SMA Al-Masthuriyah berada di Jl. Raya Tipar Cisaat Sukabumi Jawa Barat.

Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga

pendidikan, SMA Al-Masthuriyah mengupayakan berbagai macam cara untuk

meningkatkan kinerja tenaga pengajarnya agar lebih berkualitas.

Tinggi rendahnya kinerja seorang karyawan sangat berkaitan erat dengan

kesejahteraan yang ada pada lembaga pendidikan tersebut. Pemberian insentif

yang tepat dapat berpengarung terhadap peningkatan kinerja seseorang. Oleh

sebab itu lembaga harus memperhatikan secara serius dalam pembagian insentif

terhadap karyawan agar kesejahteraan itu terjamin, agar sebuah kinerja yang

dilakukan dapat bekerja secara maksimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, kesejahteraan guru memang sangat penting

bagi lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan kinerja guru, maka dari itu

penulis mengadakan sebuah penelitian di SMA Al-Mathuriyah dengan mengambil

judul “PENGARUH KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU DI

SMA AL-MASTHURIYAH TIPAR CIBOLANG KALER CISAAT

SUKABUMI”
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas di atas maka ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, diantaranya adalah:

1. Pengaruh kesejahtraan terhadap kinerja guru

2. Pengaruh kopetensi terhadap kinerja guru

3. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini akan di batasi cakupannya

pada “ Pengaruh Kesejahtraan Terhadap Kinerja Guru di SMA Al-Masthuriyah”.

Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini kesejahtraan guru adalah

variabel independen/bebas ( variabel X ) sedamgkan kinerja guru sebagai variabel

dependen/terikat ( variabel Y )

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan variabel penelitian di atas,

terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian penelitian ini:

1. Bagaimana kesejahtraan guru di SMA Al-Masthuriyah?

2. Bagaimana kinerja guru di SMA Al-Masthuriyah?

3. Bagaimana pengaruh kesejahtraan terhadap kinerja guru di SMA Al-

Masthuriyah?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, baik

dari segi teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh kesejahtraan guru

terhadap kinerja guru, serta hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana

pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di perkuliahan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

kepala sekolah dalam upanya meningkatkan kinerja guru di skolah.

b. Bagi Penulis

Berharap memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat untuk

mengembangkan keilmuan secara pribadi, serta mampu

mengimplementasikan hasil penelitian yang telah diselesaikan.

c. Bagi Pembaca

Semoga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam

pengembangan penelitian yang relevan yang berkaitan dengan pengaruh

kesejahteraan terhadap kinerja guru disekolah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal dari kata Job Perfirmance (sebuah prestasi kerja

yang dicapai oleh seseorang) yang selanjutnya diartikan sebagai hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan.

Nawawi Ismail mengungkapkan bahwas Secara konseptual kinerja pada

dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai secara individu dan

kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam

organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang telah

dicapai oleh suatu organisasi. Kinerja pegawai dan organisai mempunyai

keterkaitan erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak dapat dilepaskan dari

sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digunakan atau yang

dijalankan oleh pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya

mencapai tujuan organisasi tersebut.6

Menurut Muthis dan Gaspherz, dalam Pupuh Faturrohman menjelaskan

bahwa “Kinerja merupakan penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh

6
Ismail Nawawi Uh, Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja Proses Terbentuk, Tumbuh
Kembang, Dinamika, dan Kinerja Organisasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 212
keluwesan gerak ritual dan urutan kerja yang sesuai prosedur sehingga

diperoleh hasil yang memenuhi kualitas kecepatan dan jumlah.7

Sedangkan menurut Sedarmayanti, “Kinerja adalah hasil kerja seorang

pekerja pada sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara

keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukan buktinya

secara kongkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah

ditentukan)”.8 Supardi menyatakan bahwa “Kinerja merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab

sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. 9 Dari beberapa

definisi di atas, dapat diartikan bahwa kinerja yaitu suatu keberhasilan

seseorang individu mapun kelompok dalam menyelesaikan suatu tugas dengan

ukuran keberhasilan yang telah ia kerjakan secara optimal.

Kemudian, guru dapat diartikan sebagai pendidik profesional dengan tugas

utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi hasil pembelajaran siswa. Profesionalitas guru ditandai dengan

keahliannya dibidang pendidikan.10

Sedangkan menurut Jamil Suprihatiningrum, yang disebut seorang guru

adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran,

serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan

7
Pupuh Fathurrohman, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), Cet. 1,
8
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negri Sipil, (Bandung: Refika aditama, 2011), h. 260
9
Kasidah, Muniarti AR, Bahrun. “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru pada sekolah luar biasa negeri Banda Aceh”, ejournal Magister Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol 5, 2017, h. 129
10
Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, Peningkatan
dan Penilaian, (Jogja: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 13
akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses

pendidikan.11

Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal 2, menyatakan bahwa:

“Guru dikatakan tenaga profesional yang mengandung arti bahwa

pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan

persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu”.

Oleh sebab itu guru memiliki kedudukan penting pada lembaga

pendidikan, dimana seorang guru yang memiliki tugas yang sangat berat karna

ia harus mampu menyampaikan dengan baik semua potensi yang ia miliki

dalam suatu bentuk wadah kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga

harus memiliki hasil yang harus dirasakan oleh peserta didik. Firman Allah

SWT. yang menjelaskan tentang kinerja adalah dalam Q.S. At-Taubah, ayat 105:

‫َو ُقِل اْع َم ُلْو ا َفَسَيَر ى ُهّٰللا َع َم َلُك ْم َو َر ُسْو ُلٗه َو اْلُم ْؤ ِم ُنْو َۗن َو َس ُتَر ُّد ْو َن ِاٰل ى ٰع ِلِم‬
‫اْلَغْيِب َو الَّش َهاَد ِة َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َۚن‬

Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta

orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan

kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

11
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru,
(Jogjakarta; Ar-Ruzz Media, 2016), h.24
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’’. (Q.S. At-Taubah:

105).12

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa agar seorang manusia bekerja dengan

cara yang halal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan bekerja yang halal,

seseorang akan menjadi bisa mandiri dan tidak menggantungkan diri pada orang

lain. Kinerja merupakan usaha maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup di

dunia dan di akhirat disertai dengan sikap optimis. Islam mengajarkan kepada

umatnya untuk memiliki kinerja yang bagus untuk memenuhi kebutuhan hidup di

dunia dan akhirat. Allah memerintahkan kita untuk bekerja dengan sungguh-

sungguh. Islam mengajarkan supaya manusia menjaga keseimbangan antara dunia

dan akhirat. Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi

manusia. Manusia harus erusaha dan bekerja keras disertai dengan tawakal kepada

Allah SWT.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yaitu suatu

kemampuan kerja guru yang diimplementasikan pada kegiatan proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Guru

dituntut supaya dapat memberikan pelayanan yang baik kepada murid maupun

masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan

pengetahuannya dengan keinginan para peserta didik dan orang tuanya, oleh

karena itu guru harus selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan

dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanannya.

12
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Kementerian Agama Republik Indonesia, (Jakarta: Al
Mubarok, 2018) h 203
2. Kompetensi Dasar Kinerja Guru

Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat

kenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional.13

Berikut ini penjelasan terkait kompetensi guru menurut Soejipto dan Raflis

kosasih, yang mencakup empat hal yaitu, “kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”.

1) Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan

pengembangan peserta didik.

2) Kompetensi Kepribadian, merupakan kemampuan seorang guru dalam

mengendalikan proses pembelajaran di kelas.

3) Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan seorang guru dalam

menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkanya dalam membimbing peserta didik untuk memenuhi

standar kompentensi yang telah ditetapkan dalam standar nasional

pendidikan.

4) Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan seorang guru dalam bergaul

dengan lingkungan sekolah maupun dengan masyarakat sekitar.

Oleh sebab itu guru diharapkan dapat menguasai keempat kompetensi

tersebut, guru harus belajar dengan sungguh-sungguh karna menjadi guru

13
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30
bukanlah pekerjaan yang mudah, disela-sela kesibukan seorang guru dalam

mendidik ia juga harus dituntut belajar dengan tekun untuk mendalami empat

kompetensi tersebut, sehingga dapat menjadikan guru yang professional.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Guru merupakan seseorang yang memiliki peranan penting dalam dunia

pendidikan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan. Kinerja yang dicapai

oleh seorang guru merupakan penentu suatu pembelajaran proses pembelajaran

di sekolah.

Mengingat pentingnya kinerja yang berkaitan dengan keberhasilan guru

dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka perlu dicari faktor- faktor yang

mempengaruhi kinerja guru, maka Siti Zuhriyah dalam tulisannya

menyebutkan bahwa faktor yang dimungkinkan akan mempengaruhi kinerja

guru dalam melaksanakan tugasnya antara lain: kompetensi guru, motivasi

kerja guru, lingkungan kerja guru, dan kepemimpinan kepala sekolah.14

Menurut Fatah Syukur yang dikutip A.A. Anwar Prabu Mangkunegara ada

dua faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru, yaitu:

1) Faktor kemampuan, secara umum kemampuan dibagi menjadi 2 yaitu,

kemampuan Potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge dan Skill).

Seorang guru seharusnya memiliki kemampuan tersebut agar mampu

menyelesaikan pendidikan formal dan mempu mengajar dalam mata

pelajaran ampuannya.

14
Siti Zuhriyah, E-Jurnal, Faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMK Negeri Kelompok
Pariwisata, Universitas Terbuka YPBJJ Yogyakarta, Volume VI, NO.2. h.206
2) Faktor motivasi, sikap motivasi terbentuk dalam menghadapi situasi kerja.

Motivasi guru sangatlah penting karena untuk mencapai visi dan misi

institusi pendidikan.15

Sedangkan Kopelman dalam Supardi menyatakan bahwa: “kinerja organisasi

ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: (1) lingkungan, (2) karakteristik

individu, (3) karakteristik organisasi dan (4) karakteristik pekerjaan’’.16

Dari beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya seorang guru

dapat bekerja secara maksimal apabila memiliki beberapa faktor antara lain

faktor internal, faktor eksternal dan faktor karakteristik biografik seorang guru.

Sehingga dengan adanya faktor tersebut, guru yang memiliki peran penting

dalam dunia pendidikan dapat mewujudkan tujuan pendidikan secara

maksimal.

4. Indikator Kinerja Guru

Dermawan Wibisono menyebutkan bahwa, Indikator kinerja

menggambarkan beberapa aspek kinerja yang sangat keritis dari sebuah

organisasi yang akan mennetukan sukses tidaknya organisasi tersebut pada

masa kini maupun masa depan.17 Banyak terdapat pengertian indikator kinerja

atau disebut performance indicator, Moehariono mendefinisikan bahwa:

1). Indikator kinerja sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang dipergunakan

untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan;

2). Sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan drajat keberhasilan

suatu organisasi dalam mencapai tujuannya;

15
Fatah Syukur, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang; PT. Pustaka Riski
Putra, 2012), h. 132
16
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 50
17
Dermawan Wibisono, Manajemen Kinerja Korporasi dan Organisasi, (Bandung: PT. Gelora
Aksara Pratama, 2011), h. 3
3). Sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran yang ditetapkan oleh suatu organisasi;

4). Suatu informasi oprasional yang berupa indikasi mengenai kinerja atau

kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.18

Kinerja guru sangatlah penting untuk dilakukannya suatu pengawasan dan

evaluasi, karena dengan adanya pengawasan dan evaluasi suatu kinerja seorang

guru dapat kita ukur tingkat profesionalis seorang guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar.

Berikut ini menurut Ali Midlofir, ada beberapa indikator kemampuan yang

harus dimiliki oleh guru profesional dalam meningkatkan kemampuannya

dalam mengajar:

1) Kemampuan merencanakan proses belajar mengajar.

2) Kemampuan melaksanakan dan memimpin/ mengelola proses belajar

mengajar.

3) Kemampuan menilai kemajuan proses belajar mengajar.

4) Menguasai bahan pelajaran.19

Menurut Iif Khoirul Ahmadi dan Sofan Amari, untuk menilai dan mengukur

kualitas kompetensi kinerja guru dapat ditinjau dari beberapa indikator yang

meliputi:

1) Pengenalan peserta didik secara mendalam.

2) Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu maupun bahan ajar dalam

kurikulum.

18
Moehariono, Indikator Kinerja Utama (IKU), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 32
19
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 77
3) Penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik melitupti perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil pembelajaran, serta

tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan.

4) Pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan.20

Dapat dipahami bahwa indikator merupakan suatu alat ukur yang

digunakan untuk menjelaskan mengenai suatu kondisi. Misalnya apabila suatu

pekerjaan itu baik/ bagus, maka dengan indikator dapat menentukan suatu

pekerjaan itu baik/ tidak dan sejauh mana dalam memahami pekerjaan tersebut.

Menurut Rusman menyatakan bahwa berkenaan dengan kepentingan

penilaian kinerja guru, Georgia department of education telah mengembangkan

teacher performance assessment yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas

menjadi Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG) yang dikembangkan oleh proyek

Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah. Indikator tersebut adalah:

a. Rencana pengajaran,

b. Pelaksanaan pengajaran,

c. Hubungan antar pribadi, dan

d. Evaluasi.21

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil

kerja dari proses pembelajaran yang sudah dicapai oleh seorang guru atau

pendidik ketika menjalankan tugasnya. Hasil dari kinerja guru dapat dilihat

dari indikator kinerja guru yaitu rencana pengajaran, pelaksanaan pengajaran,

hubungan antar pribadi, dan evaluasi. Kinerja guru bisa diartikan sebagai

20
If Khoirul Ahmadi dan Sofan Amari, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional
dan Nasional, (Jakarta, PT. Prestasi Pustakakarya, 2010), h. 58
21
Titin Eka Ardiana, Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Akuntansi SMK di
Kota Madiun, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 17, No. 02, Januari 2017, hlm.19
keberhasilan seorang guru dalam mengajar atau sebagai pendidik berdasarkan

tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. Konsep Kesejahteraan

1. Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan berasal dari kata kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung

pengertian dari bahasa sansekerta “Catera” yang berarti payung. Dalam

konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” (payung) adalah

orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan,

kebodohan, ketakutan, atau ke khawatiran sehingga hidupnya aman, tentram

baik lahir maupun batin.22

''Menurut kamus Bahasa Indonesia "sejahtera" berarti aman sentosa dan

makmur, selamat (terlepas dari segala macam ganguan)”. 23 James midgley

menjelaskan ilmu kesejahteraan merupakan suatu ilmu terapan yang mengkaji

dan mengembangkan suatu kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat antara lain

memalui pengelolaan masalah sosial.24

Kesejahteraan yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 11

tahun 2009 Pasal 1, Ayat 1 yang berbunyi:

22
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung; PT. Refika Aditama, 2012)
23
Kamus Besar Bahasa Indonesia, htpps://kbbi.web.id/sejahtera.html. pukul 20.30, 20 juli 2019.
24
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial pekerjaan sosial, pembangunan sosial,Kajian
Pembangunan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 24
”Kesejahteraan ialah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan

sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Menurut Isbandi Rukminto menyebutkan bahwa, “Kesejahteraan merupakan

suatu keadaan dimana digambarkan secara ideal adalah suatu tatanan

kehidupan yang meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak

menempatkan suatu aspek lebih penting dari yang lain, tetapi lebih melihat

pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik keseimbangan yang

dimaksud adalah keseimbangan aspek sosial, material dan spiritual.

Kesejahteraan juga sebuah timbal balik atau balas jasa dari tanggung jawab

yang dilakukannya. Terpenuhinya kesejahteraan seorang guru akan menambah

semangat guru tersebut dalam pekerjaannya.

Firman Allah SWT. yang menjelaskan tentang kesejahteraan adalah dalam

Q.S. Al-A’raf, ayat 10:

ࣖ ‫َو َلَقْد َم َّك ّٰن ُك ْم ِفى اَاْلْر ِض َو َج َع ْلَنا َلُك ْم ِفْيَها َم َع اِيَۗش َقِلْياًل َّم ا َتْشُك ُرْو َن‬

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka

bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Tetapi

sedikit sekali kamu bersyukur. (Q.S. Al-A’raf: 10).25

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. telah memberikan

kesejahteraan hidup seseorang berupa kebutuhan hidup manusia yang tidak akan

terhitung seberapa besar yang telah Allah SWT. berikan kepada manusia, tetapi

disisi lain kesejahteraan hanya untuk duniawi saja, tapi yang abadi dan indah

25
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Kementerian Agama Republik Indonesia, (Jakarta:
Al Mubarok, 2018) h 151
hanyalah kesejahteraan dalam surga, dan disanalah semua keindahan yang

sebenarnya tercermin dan pada kesejahteraan yang didapat didunia sifatnya

hanyalah sementara. Tetapi masih banyak manusia yang kurang bersyukur dengan

kehidupannya selama didunia.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

kesejahteraan adalah kebahagian yang diperoleh dalam hidup baik dari segi

materil, spiritual maupun sosial sehingga hidup seseorang merasa tentram dan

aman dalammenghadapi kehidupan masa sekarang ataupun yang akan datang.

Secara luas konsep kesejahteraan lahir batin dapat dikatakan telah

direalisasikan apabila telah terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua

masyarakat, tingkat perbedaaan sosial ekonomi tidak terlalu mencolok.

2. Tujuan Kesejahteraan

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

penyelenggaraan kesejahteraan sosial, dijelaskan bahwa tujuan kesejahteraan

adalah:

1) Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup,

2) Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian,

3) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan,

4) Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia

usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

berkelanjutan,

5) Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan,


6) Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.26

Menurut Adi Fahruddin, Adapun kesejahteraan memiliki tujuan yaitu:

1) Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar

kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan

relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

2) Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat

dan lingkungan, misalnya dengan menggali sumber- sumber, meningkatkan

dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.27

Sedangkan Menurut Hasibuan dalam penelitian Hendra Sukrisna

menerangkan bahwa tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai

berikut:

1) untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada

perusahaan.

2) memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta

keluarganya.

3) memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas kerja karyawan.

4) menurunkan tingkat absensi dan turn over karyawan.

5) menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman.

6) membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.

7) memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.

8) mengefektifkan pelaksanaan program pemerintah dan meningkatkan

kualitas manusia Indonesia.

9) meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.


26
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
27
Adi Fahrudin, Op.cit. h. 10
10) asas kesejahteraan adalah keadilan dan kelayakan serta melanggar

peraturan legal pemerintah.28

Dari penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa tujuan adanya

kesejahteraan adalah sebagai salah suatu proses untuk mencapai sebuah

kehidupan yang sejahtera dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan baik

sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan relasi sosial yang harmonis

dengan lingkungannya, sehingga seseorang tersebut merasa puas dan terpenuhi

kebutuhannya.

3. Unsur-Unsur Kesejahteraan

Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil

pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan saangat ditentukan oleh

sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui

kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk

meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dengaruhi oleh kemampuan

profesional mengajar dan tingkat kesejahteraanya.

Kesejahteraan guru yang kurang terjamin akan melemahkan konsentrasinya

pada peningkatan kualitas dan kapasitas dirinya. Guru berkecenderungan untuk

mengajar dan mendidik siswa ala kadarnya, bahkan sekadar masuk kelas tanpa

target belajar yang jelas dan terarah.

Untuk itu, upaya menempatkan guru dalam posisi yang terhormat sebagai

sosok pencetak generasi unggul bangsa perlu dilakukan. Guru tentunya harus

memiliki kualitas yang baik, termasuk juga kesejahteraan yang memadai.

Tingkat kesejahteraan guru yang terjamin harapannya akan berbanding lurus

28
Hendra Sukrisna, Pengaruh Motivasi Kerja, Supervisi Kpala Sekolah, dan Kesejahteraan
Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Sukoharjo, h. 6
dengan profesionalitas guru.

Terkait dengan hal ini, Loper Winartha (2006) dalam penelitiannya pada

sekolah unggulan mengemukakan bahwa tinggi rendahnya kinerja guru sangat

dipengaruhi oleh bagaimana cara pemerintah memperhatikan kesejahteraannya.

Lebih lanjut disampaikan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan

rendahnya kinerja guru yaitu:

a) Gaji/insentif secara nasional masih rendah,

b) Gaya kepemimpinan kepala sekolah,

c) Iklim kerja sekolah,

d) Minimnya kesempatan untuk mengikuti kegiatan pengembangan sumber

daya manusia dalam bentuk inservis trainning,

e) Kurangnya kesempatan membaca karena mencari hasil tambahan

disamping harga buku yang cukup mahal,

f) Tidak bangga jadi guru karena perlakuan yang kurang adil terhadap guru,

dan Rasa kurang nyaman dan aman dalam bertugas.29

Sedangkan dalam penelitiannya Umi Chotimah menyebutkan bahwasanya

terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan guru adalah

sebagai berikut: Dukungan kepala sekolah, Dukungan administrasi, Dukungan

siswa, Dukungan materi pengajaran, Dukungan berupa program studi

pendidikan, dan Dukungan fasilitas (Hema, 2009: 1-5).30

29
I Putu Asiatina, Determinasi Kompetensi, Motivasi Berprestasi dan Kesejahteraan Guru
Terhadap Kinerja Guru pada SMP Negeri di Kecamatan Busungbiu, h. 8
30
Umi Chotimah, Kontribusi Iklim Komunikasi, Kesejahteraan dan Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri Kecamatan Teras, 2012, h.9
Menurut Supriadi dalam Anom menyatakan bahwa kesejahteraan

merupakan penentu yang amat penting bagi kinerja guru dalam menjalankan

tugasnya. Kesejahteraan disini meliputi dua aspek yaitu material dan

nonmeterial. Aspek material berupa gaji, insentif, penyediaan fasilitas-fasilitas

seperti: perumahan, perpustakaan, tunjangan kesehatan dan sebagainya. Dan

nonmaterial seperti: kemudahan kenaikan pangkat, suasana kerja, perlindungan

hukum, jaminan sosial dan lain-lain.31

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan guru

merupakan sebagai jaminan suatu peningkatan kinerja seorang guru disekolah,

dengan adanya peningkatan taraf kesejahteraan bagi guru diharapkan dapat

meningkatkan kinerjanya di sekolah.

4. Jenis Kesejahteraan

Pasal 88 ayat I sebagaimana telah dipaparkan mengandung arti bahwa

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak adalah jumlah

penerimaan atau pendapatan pegawai dari pekerjaannya sehingga mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga secara wajar meliputi sandang,

pangan, papan, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari

tua. Sedangkan pada pasal 100 UU No 13 ayat I Tahun 2003 yang dimaksud

dengan fasilitas kesejahteraan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1

adalah fasilitas dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh

dan ukuran kemampuan perusahaan.32

31
I Putu Asianita, Op.cit. h.8
32
UU No 13, Pasal 100, ayat I Tahun 2003, Tentang Fasilitas Penunjang Kesejahteraan Bagi
Pekerja
Kesejahteraan merupakan suatu keadaan sejahtera, keselamatan, keamanan,

ketentraman, kesenangan dan kemakmuran. Kesejahteraan guru berupa

finansial dan non finansial dan Indikator yang digunakan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan guru adalah: (a) Penghasilan tetap, (b) Tunjangan, (c)

Penghargaan.33

Robbins dalam buku Mutiara S. Pangabean mengemukakan bahwa

penghargaan dapat meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan kerja apabila:

(a) Mereka merasakan adanya keadilan dalam penggajian, (b) Penghargaan

yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka, dan (c) Berkaitan dengan

kebutuhan individu.34

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kesejahteraan merupakan

tingkat keadilan yang diperoleh pegawai dalam hidupnya baik dari segi materil

maupun non materil sehingga hidupnya merasa tentram dan aman, serta

menimbulkan kepuasan kerja. Sejahtera atau tidaknya seseorang dapat diukur

berdasarkan keadaan psikologi dalam menyikapi suatu pekerjaan, keadaan

sosial di lingkungan ia bekerja dan keadaan finansial.

5. Dampak Kesejahteraan Terhadap Peningkatan Kinerja Guru

Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kesejahteraan guru

memiliki dampat positif terhadap mutu input, baik secara kuantitas maupun

kualitas. Pertama, secara kuantitas, jumlah pendaftaran yang masuk pada

LPTK memiliki kenaikan yang cukup besar dari setiap tahunnya. Kedua, secara

kualiatas, mahasiswa yang masuk pada LPTK memiliki prestasi yang baik
33
Tri wahyuni, Pengaruh Kesejahteraan dan Semangat Kinerja Guru Terhadap Kinerja Guru SMP
Kecamatan Singgih Hilir, jurnal, vol 3 no 2, 2017, h. 2
34
Mutiara S. Panggabean, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Bogor; Ghalia Indonesia, 2004), h.
78
setiap tahunnya.35

Meningkatnya motivasi mengajar seorang guru merupakan dampak dari

upaya peningkatan kesejahteraan di sekolah. Dalam temuan penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Zulkifli, Arif Dermawan, dan Edy Sutrisno

menyatakan bahwa kesejahteraan guru akan meningkatkan motivasi, dan

motivasi akan meningkatkan kinerja. Kinerja akan berhubungan dengan

insentif yang akan didapat dan akhirnya akan berpengaruh lagi pada

kesejahteraan .36

Kemudian Rizki Rahadika mengemukakan dalam penelitiannya, bahwa

pendapatan merupakan variable yang dominan atau berpengaruh paling besar

terhadap kesejahteraan guru di kabupaten sumedang. Hal ini memberikan

gambaran bahwa guru yang memiliki pendapatan yang tinggi memiliki peluang

besar untuk sejahtera dibandingkan dengan guru dengan pendapatan rendah.

Variabel

kesejahteraan guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hal ini

berarti kesejahteraan meningkat maka kinerja akan meningkat.37

Kemudian hasil penelitian juga menunjukan juga bahwa motivasi kerja dan

kesejahteraan terhadap kinerja guru matematika sebesar 66%.38 Oleh sebab itu

motivasi kerja dan kesejahteraan guru sangatlah berhubungan denga

peningkatan kinerja guru di sekekolah.


35
Repositori Kemendikbud, Dampak Peningkatan Kesejahteraan Guru Terhadap Mutu Peminat,
2013, h. 219
36
Muhammad Zulkifli, Arif Dermawan, dan Edy Sutrisno, Untag Surabaya, Motivasi Kerja,
Sertifikasi, Kesejahteraa, dan Kinerja Guru, Persolan Jurnal Prikologi Indonesia, 2014, Vol. 3 h.
154
37
Rizki Rahadika, IPB, Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru di
Kabupaten Sumedang, repository.sb.ipb.ac.id, 12.42, 8 April 2019
38
Zetriuslita Zetriuslita, Reni Wahyuni, UNY, Hubungan Motivasi kerja dan Kesejahteraan
Terhadap Kinerja Guru Matematika SMP Kota Pekan Baru, 2012.
Htpps://jaournal.uny.qc.id, 10:14, 25 April 2019
6. Indikator kesejahteraan guru

Isjoni (2000) menyebutkan dalam penelitian Umi Chotimah aspek-aspek

kesejahteraan guru dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut:

a) Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok keluarga

sehari-hari,

b) Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan optimal,

c) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berkelanjutan

serta mengembangkan diri secara professional,

d) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke berbagai

arah sesuai dengan kapasitasnya, baik dengan memanfaatkan teknologi

maupun secara konvensional.

Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan adalah kebahagian yang diperoleh

dalam hidup, adapun indikator kesejahteraan guru yaitu terpenuhinya

kebutuhan hidup guru, baik dari segi materil, spiritual maupun sosial sehingga

hidup seseorang guru merasa tentram dan aman dalam menghadapi kehidupan

di masa sekarang ataupun yang akan datang.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan tema yang

sedang di teliti oleh penulis data tersebut akan di himpun dan dijadikan sebagai

referensi kemudian untuk mempertegas teori-teori yang telah ada mengenai

pengaruh kesejahteraan terhadap peningkatan kinerja guru disekolah. Berikut

merupakan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitiaan


ini, diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Arifah Kurniawati (2011), Institut Agama

Islam (IAI) Walisongo, yang berjudul “Pengaruh Tunjangan Kesejahteraan

Terhadap Etos Kerja Guru di MTs Nurul Ma’arif Kendal”. Yang menyatakan

bahwa tunjangan kesejahteraan merupakan sangat berpengaruh terhadap kinerja

guru. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah menggunakan metode

kuantitatif, dengan fokus penelitian pengaruh dari kesejahteraan guru terhadap

peningkatan kinerja guru dalam proses belajar mengajar disekolah. Dengan hasil

penelitian penulis yaitu kesejahteraan guru mampu meningkatkan kinerja guru

dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syihabuddin Asrori (2017),

UIN Maulana Malik Ibrahim, yang berjudul “Pengaruh Kesejahteraan Sosial dan

Kompenetnsi Pedagogik Guru Terhadap Kinerja Guru MAN Sumberrejo”

Menyatakan bahwa dengan adanya pengaruh kesejahteraan sosial dan kompetensi

pedagogik secara bersama-sama memiliki perngaruh terhadap kinerja guru. Hal

ini menunjukan bahwa kesejahteraan sosial dan kompetensi pedagogik dapat

menjadi faktor pembentukan kinerja guru secara maksimal. Perbedaan dengan

penelitian penulis adalah menggunakan metode kuantitatif, dengan fokus

penelitian pengaruh dari kesejahteraan guru terhadap peningkatan kinerja guru

dalam proses belajar mengajar disekolah. Dengan hasil penelitian penulis yaitu

kesejahteraan guru mampu meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) di sekolah.

Dan yang terakhir penelitian yang dilakukan oleh Umi Solihatun (2012),

Sekolah Tinggi Agama Islam Purwokerto, mengemukakan bahwasanya hasil dari


analisis yang peneliti lakukan bahwa terbukti bahwasanya terdapat hubungan

positif antara kesejahteraan guru dengan kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah

sekecamatan ayah, kabupaten kebumen. Perbedaan dengan penelitian penulis

adalah menggunakan metode kuantitatif, dengan fokus penelitian pengaruh dari

kesejahteraan guru terhadap peningkatan kinerja guru dalam proses belajar

mengajar disekolah. Dengan hasil penelitian penulis yaitu kesejahteraan guru

mampu meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di

sekolah.

D. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka teori di atas, peneliti merumuskan kerangka berpikir

sebagai berikut: Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan

prasarana, lingkungan pendidikan, serta kurikulum. Dari berbagai faktor tersebut

guru memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang pelaksanaan

pendidikan dengan tidak mengabaikan faktor penunjang lainnya. Guru merupakan

salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan, maka setiap

usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada

peningktana kinerja guru. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu

memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan masyarakat umum yang

telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik.

Kinerja guru merupakan sebagai kemampuan, aplikasi dan hasil kerja dari apa

yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pribadi, profesional dan

intraksi guru dengan masyarakat dan lingkungan kerja merupakan bentuk dari
kinerja guru yang harus terus ditingkatkan guna mencapai hasil yang memuaskan

bagi lembaga pendidikan. Dalam upaya kinerja guru dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan meningkatkan kesejahteraan guru di sekolah.

Kesejahteraan merupakan sebuah dorongan atau semangat kerja seseorang

agar bisa bekerja secara baik dan maksimal, agar mencapai tingkat kerja yang

lebih tinggi sehingga dapat membangkitkan motivasi bekerja seorang guru. Tinggi

rendahnya kinerja seorang karyawan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan

yang ada pada lembaga pendidikan tersebut. Pemberian insentif yang tepat dapat

berpengarung terhadap peningkatan kinerja seseorang. Oleh sebab itu lembaga

harus memperhatikan secara serius dalam pembagian insentif terhadap karyawan

agar kesejahteraan itu terjamin, agar sebuah kinerja yang dilakukan dapat bekerja

secara maksimal. Berdasarkan penjelasan di atas, kesejahteraan guru memang

sangat penting dan berpengaruh tehadap kinerja guru.

Gambar 1.1: Skema Kerangka Berfikir

X Y
Kepala Sekolah
Kesejahtraan Kinerja Guru
Guru

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik.39

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis penelitian

ini adalah:

Ho : Kesejahteraan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kinerja guru

H1 : Kesejahteraan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

kinerja guru.

39
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung, 2019, hlm.
100
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan kesejahtraan guru pesantren di SMA Al-

Masthuriyah?

2. Untuk mendeskripsikan kinerja guru di SMA Al-Masthuriyah?

3. Untuk mendeskripsikan pengaruh kesejahtraan guru terhadap kinerja guru di

SMA Al-Masthuriyah?

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Adapun tempat penelitian dilakukan di SMA Al-Masthuriyah, Jl. Raya

Tipar Cisaat Sukabumi Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang telah direncanakan bulan Desember 2022 sampai dengan

bulan Mei 2023, dalam penelitian ini penulis menggambarkan sebuah sketsa

tabel sebagaimana berikut :


Gambar 1.2 waktu penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Seminar
Proposal Judul
2. Pengesahan
Judul
3. Studi
Pendahuluan
4 Menyusun
Skripsi
5. Pelaksanaan
Penelitian
6 Bimbingan
Skripsi
7. Melakukan
Analisis Data
8. Penyusunan
Hasil Data dan
Laporan
Penelitian
9. Pertanggung
Jawaban
Laporan
Penelitian
10 Sidang
Munaqosah
11. Wisuda

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah “cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan

dan menganalisis data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan

dengan menggunakan prosedur yang terpercaya dan kemudian dikembangkan


secara sistematis sebagai suatu rencana untuk menghasilkan data tentang masalah

penelitian tertentu.40

Adapun metode penelitian yang dipakai adalah metode survey. Penelitian

survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu dengan alamiah

dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan

pengamatan (wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil

penelitian cenderung untuk digeneralisasikan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu

pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang

diolah dengan metode statistika. Metode kuantitatif dinamakan metode

tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah

mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode

positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai

metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu

konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga

disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan

dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena

data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.41

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kuesioner/angket

40
Ibnu Hajar. Dasar-DasarMetodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. PT Raja
Grafindo Persada, 1999, hlm. 10
41
Sugiyono. op.cit, hlm.16
Kuesioner/angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya.42

Teknik pengumpulan data angket dalam penggunaannya untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau tentang hal-hal yang diketahuinya. Angket ini digunakan

untuk mengetahui bagaimana persepsi atau pendapat responden tentang

pengaruh kesejahteraan, yang meliputi (gaji, insentif, tunjangan makan,

tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, tunjangan hari tua, dan

tunjangan hari raya) terhadap peningkatan kinerja guru.

Angket yang dipakai berupa angket tertutup dengan skala likert4. Angket

tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih jawaban tersebut terkait kemampuan

manajerial kepala sekolah dan kinerja guru.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa

kata-kata antara lain:

Gambar 1.3 Skala Penilaian

No Alternatif Jawaban Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)


1 Selalu 5 1
2 Sering 4 2
3 Kadang-kadang 3 3
4 Jarang 2 4
5 Tidak Pernah 1 5

42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif (R & D), (Bandung: Alfabeta, 2006),h. 158
Sugiono (2011) metodologi Penelitan Kuantitatif, Kualitatif dan r&d.

2. Dokumentasi

Secara singkat teknik dokumentasi adalah pengambilan data yang

diperoleh dari dokunentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data tentang jumlah guru,

biodata guru, profil sekolah, latar belakang pendidikan guru, pengalaman

guru, masa kerja guru dan lain sebagainya.

3. Wawancara

Wawancara, adalah dialog tanya jawab yang dilakukan oleh

peneliti terhadap kepala pesantren Al-Masthuriyah untuk memperoleh

informasi terkait dengan tingkat kesejahteraan dan kinerja guru di sekolah.

Teknik wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan informasi, karena dengan teknik wawancara

peneliti dapat menyaring informasi secara langsung dengan pihak

pimpinan dan guru mengenai kesejahteraan dan kinerja guru sehingga

informasi yang didapat lebih akurat.

Teknik wawancara ini dapat digunakan untuk menggali data atau

fakta atau informasi lebih jelas lagi mengenai data-data hasil dokumentasi

secara lisan, sehingga segala keterbatasan data yang ada pada studi

dokumentasi dapat dijelaskan langsung oleh responden melalui

pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan oleh penulis. Teknik ini

digunakan juga untuk menggali data mengenai masalah- masalah dan

hambatan tentang kesejahteraan guru dalam kaitannya dengan kinerja

guru.
D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam

penelitian ini, yang menjadi populasi ini adalah guru SMA Al-Masthuriyah

yang berjumlah 27 guru.

2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling

jenuh. Teknik pengambilan sampel ini digunakan apabila semua anggota

populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Hal ini sering dilakukan jika

jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang dari 30.43 Oleh karena itu jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 27 populasi/responden

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Variabel Kesejahtraan Guru ( Y )

a. Definisi Konseptual

kesejahteraan adalah kebahagian yang diperoleh dalam hidup baik

dari segi materil, spiritual maupun sosial sehingga hidup seseorang merasa

tentram dan aman dalammenghadapi kehidupan masa sekarang ataupun

yang akan datang.

b. Definisi Operasional
43
Achmad Sani Suprianto, Metodologi Penelitian MSDM, Teori, Kuesioner, Analisis Data
(Malang; UIN-Maliki Prees, 2013), h.36
kesejahteraan sebagai salah suatu proses untuk mencapai sebuah

kehidupan yang sejahtera dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan baik

sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan relasi sosial yang harmonis

dengan lingkungannya, sehingga seseorang tersebut merasa puas dan

terpenuhi kebutuhannya, maka kesejahteraan guru merupakan sebagai

jaminan suatu peningkatan kinerja seorang guru disekolah, dengan adanya

peningkatan taraf kesejahteraan bagi guru diharapkan dapat meningkatkan

kinerjanya di sekolah.

Adapun indikator kesejahteraan guru yaitu terpenuhinya kebutuhan

hidup guru, baik dari segi materil, spiritual maupun sosial sehingga hidup

seseorang guru merasa tentram dan aman dalam menghadapi kehidupan di

masa sekarang ataupun yang akan datang.

c. Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian kesejahtraan guru

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja guru. Instrumen

yang akan di uji coba untuk variabel kesejahtraan guru, terdiri dari 33 butir

pernyataan.

Adapun perincian sebaran butir pernyataannya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.4 tabel kesejahtraan guru

Variabel Dimensi Indikator Butir Soal


Kesejahteraan Material 1. Gaji Pokok 1,2,3
Guru
2. Insentif
4,5,6
3. Tunjangan 7,8,9
konsumsi
4. Tunjangan 10,11,12
Transportasi
5. Tunjangan 13,14,15
Kesehatan
6. Tunjangan Hari raya 16,17,18
7. Fasilitas-fasilitas
19,20,21

Non-Material 1. Promosi 22,23,24


Kenaikan jabatan
2. Suasana 25,26,27
lingkungan kerja
3. Perlindungan 28,29,30
hukum
4. Jaminan sosial 31,32,33
Jumlah 33

2. Instrumen Variabel Kinerja Guru ( Y )

a. Definisi Konseptual

kinerja guru yaitu suatu kemampuan kerja guru yang diimplementasikan

pada kegiatan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran

secara efektif dan efisien.

b. Definisi Operasional

Guru merupakan seseorang yang memiliki peranan penting dalam dunia

pendidikan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan. Kinerja yang dicapai

oleh seorang guru merupakan penentu suatu pembelajaran proses

pembelajaran di sekolah.

Hasil dari kinerja guru dapat dilihat dari indikator kinerja guru yaitu

rencana pengajaran, pelaksanaan pengajaran, hubungan antar pribadi, dan

evaluasi. Kinerja guru bisa diartikan sebagai keberhasilan seorang guru dalam

mengajar atau sebagai pendidik berdasarkan tanggung jawabnya untuk

mencapai tujuan pendidikan.

c. Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian Kinerja guru


Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja guru. Instrumen yang akan di

uji coba untuk variabel kesejahtraan guru terdiri dari 41 butir pernyataan.

Adapun perincian sebaran butir pernyataannya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.5 tabel kinerja guru

Variabel Dimensi Indikator Butir Soal

Kinerja Guru Kemampuan 1. Memahami kurikulum 1,2,3


Guru dalam dalam pembuatan RPP
merencanakan 2. Menyusun program 4,5,6,7
pembelajaran pengajaran
Kemampuan 1. Tahap Pra- Intruksional 9,10,11,12,13
guru dalam 2. Tahap Intrulsional 14,13,15,16,17
melaksanakan 3. Tahap Evaluasi dan 18,19,20
pembelajaran tindak lanjut
Kemampuan 1. Evaluasi Formatif 21,22,23
guru dalam 2. Membuat laporan hasil 24,25,26
melakukan pembelajaran
penilaian 3. Melakukan program 27,28,29
pembelajaran perbaikan dan
Pengayaan
Kemampuan 1. Kemampuan guru 30,31,32
guru dalam dalam memahami bahan
penguasaan ajar
bahan/materi 2. Kemampuan guru 33,34,35
pembelajaran dalam menerapan bahan
ajar
Komunikasi 1. Memahami dan 36,37,38
menyelenggarakan
administrasi sekolah
2. Memahami dan dapat
menafsirkan hasil-hasil
penelitian untuk 39,40,41
meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Jumlah 41

d. Teknik Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas
Validitas adalah sutau ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Sebuah intrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan atau apa yang hendak diukur. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Untuk mengetahui tinggi rendahnya validitas instrumen

dapat digunakan rumus Product Moment yaitu:

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi product moment

n : jumlah sampel

X : jumlah skor perbutir

Y : jumlah skor seluruh butir

X2 : jumlah skor kuadrat per butir

Y2 : jumlah skor kuadrat seluruh butir

2. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah

alat ukur dapat digunakan atau tidak. Uji ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat konsistensi hasil pengukuran jika dilakukan pengukuran ulang

terhadap gejala dan alat ukur yang sama. Yang dimaksud dengan reliabilitas

adalah menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup


dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan

tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Uji

reliabilitas instrument penelitian ini akan menggunakan reliability analysis

dengan teknik Alpha Cronbach. Berikut rumus Alpha Cronbach:

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir soal

Σ b2: jumlah varian butir

t2 : varian total

Karena uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, maka item

yang masuk pengujian hanyalah item yang valid saja. Jika nilai alpha > 0,60

maka instrumen dikatakan reliabel. Berikut merupakan tabel interprestasi uji

reliabilits instrumen, yaitu :

Gambar 1.6 Tabel Interprestasi Uji Reliabilitas

Internal Koefisien Tingkat Hubungan

0, 00 – 0, 19 Sangat rendah

0, 20 – 0, 39 Rendah

0, 40 – 0,59 Sedang

0, 60 – 0, 79 Tinggi
0, 80 – 1, 00 Sangat Tinggi

Syofian Siregar (2014), Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan

Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS,

1. Uji Hipotesis

a. Analisis regresi linear sederhana

Analisis regresi sederhana adalah hubungan secara liniear yang

menunjukkan hubungan dua variable, yaitu satu variable bebas dan satu
44
variabel terikat. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif

dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan.Data yang digunakan

biasanya berskala interval atau rasio. Adapun rumus regresi linear sederhana

sebagi berikut:

Y’ = a + bX:

Keterangan:

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel independen

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

b. Uji Parsial (Uji t)

Untuk menguji koefisien regresi secara parsial guna mengetahui apakah

variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat

44
53Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Relika Aditama, 2010), h.
125.
digunakan uji t.45Untuk menunjukkan apakah masing-masing variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat, maka perumusan hipotesisnya

sebagai berikut:

1) Dengan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel

• Apabia Thitung < Ttabel, maka H0 diterima.

• Apabila Thitung > Ttabel, maka H0 ditolak.

2) Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi.

• Apabila Sig. > (0, 05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

• Apabila Sig. < (0, 05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

c. Uji Rank Spearman

Digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua

variabel berskala ordinal, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.Ukuran

asosiasi yang menuntut seluruh variabel diukur sekurang-kurangnya dalam

skala ordinal, membuat obyek atau individu-individu yang dipelajari dapat

di rangking dalam banyak rangkaian berturut-turut. Skala ordinal atau skala

urutan, yaitu skala yang digunakan jika terdapat hubungan, biasanya

berbeda di antara kelas-kelas dan ditandai dengan “≥” yang berarti “lebih

besar daripada”. Koefisien yang berdasarkan ranking ini dapat

menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman.46

d. Uji Koefsien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu (0-1). Jika nilai R2
45
Alfina Dewi Ratnasari, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Bisnis
Online Shop di Kota Samarinda”, eJournal Administrasi Bisnis, Vol. 5, No. 1, 2017, h. 123.
46
Sugiyono op.cit, hlm.245
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.

F. Hipotesis Statistika

Ho ; r = 0 = Tidak ada pengaruh kesejahtraan guru terhadap kinerja guru di

SMA Al-Masthuriyah

Ho ; r ≠ 0 = Ada pengaruh kesejahtraan guru terhadap kinerja guru di SMA Al-

Masthuriyah
Instrumen Uji Coba Penelitian

Nama : ......................

Jenis Kelamin : ......................

Pendidikan Terakhir : ......................

Pengalaman mengajar : ...................... Tahun

Unit Kerja : ......................

Petunjuk:

1. Dibawah ini terdapat 5 pilihan

jawaban yaitu:

SL : Selalu

SR : Sering

KD : Kadang-Kadang

JR : Jarang

TP : Tidak Pernah

2. Jawablah pertanyaan ini sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan

saudara, dengan cara memberi tanda ceklis (🗸) pada salah satu

jawaban yang saudara pilih (SL, SR, KD, JR atau TP)

3. Jawaban ini murni akan digunakan untuk sebagai sumber

keilmuan, bukan untuk publikasi.

4. Atas batuan dan partisipasi Bapak/Ibu guru, kami ucapkan


Kesejahteraan Guru

NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP
1 Pendapatan utama guru berasal dari gaji
Pokok
2 Gaji pokok guru sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
3 Gaji pokok saya cair tepat waktu tiap
Bulannya
4 Guru mendapatkan insentif tambahan dari
kepala sekolah
5 Guru memperoleh insentif-insentif di
tempat saya bekerja sesuai dengan
peraturan.
6 Guru merasa mampu untuk meraih
insentif sesuai dengan target pribadi
saya.
7 Setiap jam istirahat makan siang guru
mendapatkan konsumsi

8 Konsumsi diberikan secara rutin setiap hari

9 Mengadakan makan bersama dengan para


guru

10 Saya mendapatkan tunjangan transportasi


ketika mengikuti kegiatan diluar sekolah
11 Tunjangan transportasi yang saya dapat
mencukupi kebutuhan ketika acara di luar

12 Tunjangan tranportasi di berikan secara rutin


setiap ada kegiatan di luar

13 Guru mendapatkan jaminan kesehatan dikala


Sakit
14 Guru mendapatkan jaminan pemeliharaan
kesehatan

15 Guru mendapatkan Tunjangan kesehatan


tambahan ( contohnya pemberian kacamata)

16 Guru mendapatkan tunjangan hari raya

17 Tunjangan hasi raya diberikan secara rutin


tiap tahunnya
18 Ada peningkatan tunjangan hari raya setiap
tahunnya

19 Guru mendapatkan fasilitas-fasilitas yang


dibutuhkan pada setiap proses pembelajaran
dari sekolah
20 Tersedianya jaringan wifi

21 Guru mendapatkan fasilitas yang layak

22 Guru mendapat tawaran untuk kenaikan


jabatan di sekolah
23 Di lemaga saya terdapatkan jenjang kenaikan
jabatan

24 Ada kenaikan jabatan atas prestasi yang telah


di capai

25 Suasana lingkungan kerja saya nyaman dan


antar guru saling mendukung pada setiap
kegiatannya
26 Merasa aman dan nyaman dalam
menjalankan tugas tanpa ada tekanan dari
pihak manapun.

27 Saling membantu dan bekerja sama dengan


sesama guru

28 Guru mendapatkan perlindungan hukum dari


sekolah/pemerintah
29 Guru memperoleh perlindungan dalam
menjalankan tugas
30 Guru merasa aman karena ada perlindungan
hukum
31 Guru mendapatkan jaminan sosial ketika
sedang membutuhkan/terjadi bencana

32 Ada jaminan kematian

33 Guru mendapatkan jaminan kecelakaan


Kinerja Guru

NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP
1 Guru menyusun RPP sesuai dengan
ketetapan kurikulum

2 RPP yang disusun sesuai dengan Indikator


yang telah diberikan
3 Tugas dan kegiatan yang siswa lakukan
dalam kelas sudah tertera dalam RPP
4 Guru melakukan persiapan materi bahan ajar
dengan baik
5 RPP yang dibuat disiapkan sebelum KBM
berlangsung
6 Guru menggunakan metode pembelajaran
secara bervariasi dalam melaksanakan KBM
7 Guru membuat soal ulangan sesuai dengan
SK dan KD
8 Sebelum memulai pelajaran saya memahami
kembali isi materi yang akan diajarkan
kepada siswa
9 Guru menanyakan kehadiran dan mencatat
siswa yang tidak hadir
10 Guru menanyakan pada siswa terkait materi
yaang disampaikan sebelumnya
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
11 untuk bertanya terkait materi yang sudah
di sampaikan
Guru mengulas materi yang telah diajarkan
12
secara singkat
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang
13
harus dicapai siswa
Menjelaskan pokok materi yang akan di
14
Bahas
Memerikan contoh-conto dan pertanyaan
15
pada setiap sub materi yang saya sampaikan
16 Guru menggunakan media pembelajaran
untuk memperjelas dalam penyampaian
materi
17 Guru selalu mengikuti peraturan dan tegas
dalam pelaksanaan pembelajaran
18 Menyuruh siswa untuk menyimpulkan
materi yang disampaikan
19 Memberikan tugas pada siswa terkait materi
yang telah disampaikan
20 Menyampaikan pada siswa materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya
21 Melakukan penilaian pada siswa secara
Subjektif
22 Guru mengamati dan mencatat partisipasi
setiap siswa dalam proses pembelajaran

23 Guru mempunyai cacatan mengenai proses


pembelajaran, untuk dijadikan evaluasi

24 Membuat laporan hasil belajar siswa untuk


diberikan kepada orangtua
25 Guru memberikan apresiasi ataupun masukan
di buku lapor siswa mengenai hasil belajar
siswa
26 Guru memberikan nilai berdasarkan
penilaian kompetensi siswa

27 Guru Memberikan program perbaikan pada


siswa apabila hasil ujian kurang memuaskan

28 Guru memberikan waktu kepada peserta


didik untuk melakukan bimbingan bagi
peserta didik yang ingin bertanya diluar jam
pelajaran
29 Guru membuat jadwal tersendiri untuk
membimbing peserta didik yang mengalami
masalah dalam belajar
30 Guru memahami dan menguasai terkait
bahan ajar yang akan disampaikan
31 Guru memahami materi secara mendalam

32 Guru mempunyai referensi mengenai bahan


ajar

33 Guru menyampaikan bahan ajar/materi


sesuai dengan RPP/silabus
34 Guru selain menyampaikan materi juga
memberikan contoh kepada siswa mengenai
materi pembelajaran yg sedang di sampaikan
35 Guru menyampaikan materi dengan jelas dan
sederhana agar siswa dapat lebih mudah

Anda mungkin juga menyukai