Anda di halaman 1dari 16

PERAN PENYULUH AGAMA DALAM PENYELENGGARAAN

TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN


DI KABUPATEN GAYO LUES

PROPOSAL TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Magister Strata Dua (S2) Pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh
............................
NIM: ........................

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON
ACEH TENGAH
2023
PERAN PENYULUH AGAMA DALAM PENYELENGGARAAN TAMAN
PENDIDIKAN AL-QUR’AN DI KABUPATEN GAYO LUES

A. Latar Belakang Masalah


Lembaga pendidikan sebagai wadah Pembina prestasi anak bangsa dan
keunggulan umat Islam dibutuhkan modernisasa manajemen pendidikan Islam. 1
Lembaga pendidikan yang dimaksud bukan sekedar lembaga formal, tapi juga
lembaga pendidikan non formal. Kajian tentang lembaga formal yang sudah banyak
penelitinya mengarahkan peneliti untuk memfokuskan ke lembaga pendidikan non
formal. Lembaga pendidikan non formal di kelola oleh masyarakat untuk anak-anak
yang ada di lingkungannya, cenderung dalam hal ini berkaitan dengan pendidikan al-
Qur’an.
Pendidikan cara membaca Al-Qur’an dan yang sering kita sebut dengan TPQ
(Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang didalamnya terdapat pengajaran tentang Al-
Qur’an dan pengajaran-pengajaran nilai akhlak haruslah disampaikan kepada anak
dengan sungguh-sungguh, disamping itu jangan lupa menanamkan benih-benih
akhlakul karimah pada diri anak, yang nantinya bisa bermanfaat bagi anak tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.2
Tujuan TPQ adalah menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu
generasi yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku,
pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang
mendalam terhadap Al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus
mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk
mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.
Taman Pendidikan Al-Qur’an jika dikaitkan dengan masalah akhlak adalah
merupakan pendidikan yang sangat penting bagi anak, peneliti menilai di Taman
Pendidikan Al-Qur’an yang akan peneliti teliti ini, yaitu Taman Pendidikan Al-
Qur’an yang tidak hanya memberikan materi pelajaran membaca Al-Qur’an,
1
Fathor Rachman, Modernisasi Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2021),
132.
2
Jainal Abidin, “Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Munir dalam Pembentukan
Akhlakul Karimah anak di Desa Klurahan Kecamatan Kartoharjo Kabupaten Magetan”, Jurnal
Paradigma, Vol. 9, No. 1, April (2020), 76.

1
melainkan ada tambahan materi akhlak. Pendidikan al-Qur’an urgen dalam
membangun karakter anak dan menumbuhkan ciri khas anak bermartabat sebagai
Bangsa Indonesia.3 Pendidikan al-Qur’an mampu mengantarkan anak-anak
memahami ajaran Islam yang terkandung didalamnya dan mendorong anak untuk
bisa bersikap dan bertindak sesuai ajaran Islam. Pendidikan al-Qur’an ini didapat
melalui pendidikan yang dilaksanakan oleh orangtua di rumah dan pelaksanaan
pendidikan melalui kegiatan non formal seperti lembaga pendidikan al-Qur’an yang
cenderung dikenal dengan sebutan Taman Pendidikan al-Qur’an.
Untuk mempermudah umat Islam dalam mempelajari dan penyelenggaraan
TPQ, diperlukan seseorang yang ahli dalam memberikan pemahaman mengenai TPQ
yang sering dikenal dengan “Penyuluh Agama”. Penyuluh Agama adalah seorang
yang memberikan bimbingan, penerangan dan pengarahan kepada masyarakat dalam
bidang keagamaan maupun kemasyarakatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan
masyarakat akan ajaran agama dan kemudian mendorong untuk malakukan dengan
sebaik-baiknya.
Dalam kehidupan bermasyarakat, penyuluh agama berfungsi sebagai orang
yang memberikan bimbingan dan dorongan agar masyarakat mengetahui apa yang
harus dilakukan dan diselenggarakan dalam kehidupan sehari-hari demi kemajuan
dan kesejahteraan.4 Biasanya penyiaran agama dilaksanakan oleh para pemuka
agama yaitu Ulama, Mubaligh, Da’i atau Kiai yang menyampaikan langsung kepada
masyarakat. Kegiatannya dilakukan dalam bentuk dakwah, baik di rumah-rumah,
musholla, masjid maupun tempat-tempat lainnya.5
Penyuluh agama juga berperan pula sebagai motivator pembangunan. Peranan
ini nampak lebih penting karena pembangunan di Indonesia tidak semata
membangun manusia dari segi lahiriah dan jasmaniahnya saja, melainkan
membangun segi rohaniah, mental spritualnya, yang dilaksankan sejalan dan
simultan. Penyuluh Agama sebagai pemuka agama selalu membimbing, mengayomi
dan menggerakkan masyarakat untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang
3
Hakim, Rosniati, Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan
Karakter, https://doi.org/10.21831/jpk.v0i2.2788, 123-136.
4
Departeman Agama, Panduan Tugas Operasional Penyuluh Agama Islam Utama,
Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, (Jakarta: 2004), 8.
5
Departeman Agama, Panduan Tugas Operasional Penyuluh Agama Islam, 7.

2
terlarang, mengajak kepada suatu yang menjadi keperluan masyarakatnya dalam
membina wilayahnya baik untuk keperluan sarana kemasyarakatan maupun
peribadatan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
mendalam mengenai permasalahan ini dengan judul tesis “Peran Penyuluh Agama
dalam Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Gayo Lues”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi dan batasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana peran penyuluh agama dalam penyelenggaraan Taman Pendidikan
Al-Qur’an di Kabupaten Gayo Lues?
2. Apa saja faktor hambatan dan dukungan penyuluh agama dalam
penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Gayo Lues?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang yang telah penulis sebutkan di atas,
maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran penyuluh agama dalam penyelenggaraan Taman
Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Gayo Lues.
2. Untuk mengetahui faktor hambatan dan dukungan penyuluh agama dalam
penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Gayo Lues.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis:
a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi penulis mengenai peran
penyuluh dalam penyelenggaran taman Pendidikan al-Qur’an. Juga untuk
memberikan gambaran mengenai pentingnya peran penyuluh dalam
masyarakat.
b. Menjadi sumber atau bahan rujukan bagi penelitian– penelitian lain yang
sejenis.

3
2. Secara praktis:
Penelitian ini adalah untuk menambah kekayaan ilmu yang dapat dijadikan
sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang terkait, khususnya bagi pembaca
dan para penyuluh agama (da’i), sehingga dapat menjalankan penyiaran
mengenai agama dengan sebaik-baiknya.

E. Landasan Teori
1. Pengertian Penyuluh Agama
Dalam Kamus Besar Indonesia pengertian penyuluh menurut bahasa berasal
dari kata “suluh” yang artinya benda yang dipakai untuk menerangi. Dalam bahasa
sehari-hari, istilah penyuluh sering digunakan untuk menyambut pemberian
penerangan, diambil dari kata suluh yang searti dengan “obor”.6 Penyuluh menurut
bahasa sehari-hari sering digunakan untuk menyebut pada kegiatan pemberian
penerangan kepada masyarakat, baik oleh lembaga pemerintah maupun non-
pemerintah.
Dalam istilah penyuluh berasal dari bahasa Inggris councelling, suatu nama
yang pada umumnya diberikan kepada bentuk penerapan dari psikologi pendidikan.
Dalam bahasa Arab, istilah Bimbingan dan Penyuluhan disebut dengan nama al
Irsyad an Nafsiy yang artinya bimbingan kejiwaan.
Sedangkan Arifin mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan penyuluh
adalah perjumpaan secara berhadapan antara penyuluh dan yang disuluh atau segala
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bentuan kepada
orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya.
Bantuan tersebut agar supaya orang tersebut mampu mengatasi sendriri karena
timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
sehingga timbul pada diri pribadinya suatu harapan kebahagiaan hidup saat sekarang
dan masa depannya.7

6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kelima, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013), hlm. 1101.
7
Departeman Agama, Panduan Tugas Operasional Penyuluh Agama Islam Utama,
Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, (Jakarta: 2004), 20-21.

4
Agama adalah suatu ajaran yang datang dari Tuhan yang berfungsi sebagai
pembimbing kehidupan manusia agar mereka hidup berbahagia di dunia dan di
akhirat sebagai ajaran.8 Penyuluh Agama adalah mitra dan pegawai pemerintahan
kelembagaan agama Islam sekaligus sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan tugas
pendidikin agama Islam pada masyarakat dalam mencapai kehidupan yang bermutu
dan sejahtera lahir batin. Kedudukannya di tengah-tengah masyarakat Islam sangat
penting peranannya cukup besar baik karena ilmunya maupun karena keteladanannya
dalam pengalaman keagamaan. Penyuluh agama juga merupakan pembimbing umat
beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Jadi Penyuluh agama yang dimaksud penulis adalah seorang juru agama yang
memberikan bantuan, bimbingan, dorongan, penerangan dalam memberikan
pemahaman pentingnya belajar Al-Qur’an pada masyarakat.

2. Fungsi dan Peran Penyuluh Agama


Ada lima peranan penyuluh agama:
a. Sebagai pendidik (muaddib), yaitu malaksanakan fungsi edukasi yang
Islami, penyuluh harus lebih menguasai ajaran Islam dari khalayak
ratarata masyarakat. Dengan mendidik masyarakat agar malaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia memikul tugas mulia untuk
mencegah masyarakat dari perilaku yang menyimpang dari syariat Islam,
juga melindungi masyarakat dari pengaruh buruk dari non-Muslim.
b. Sebagai pelurus informasi (musaddin). Setidaknya ada tiga hal yang harus
di luruskan oleh penyuluh agama. Pertama, informasi tentang ajaran dan
umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat
Islam. Ketiga, lebih dari itu dituntut mampu menggali melakukan
mengamati tentang kondisi masyarakat.
c. Sebagai pembaharu (Mujaddid), yakni penyebar paham pembaharuan
akan pemahaman dan pengalaman ajaran Islam (reformasi Islam).
Penyuluh Agama hendaknya menjadi “juru bicara” para pembaharu, yang
8
Achmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, (Jakarta: Bina Rena Pariwara,
2012), 2.

5
menyerukan umatnya Islam memegang teguh Al-qur’an dan as-Sunnah,
memurnikan pemahamn tentag Islam dan khufarat, tahayul dan isme-isme
yang tidak sesuia ajaran Islam), dan menerapkannya dalam segala aspek
kehidupan umat.
d. Sebagai pemersatu (muwahid), yaitu harus mampu menjadi jembatan
yang mempersatukan umat Islam.9

3. Taman Pendidikan Al-Qur’an


Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 pasal 24 ayat 2 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan menyatakan bahwa Pendidikan Al-Qur’an terdiri
dari Taman Kanak-Kanak al-Qur’an (TKA/TKQ), Taman Pendidikan al-Qur’an
(TPQ/TPQ), Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA), dan bentuk lainnya yang sejenis.
Perkembangan lembaga pendidikan al-Qur’an yang begitu pesat menandakan makin
meingkatnya kemampuan kesadaran masyarakat. akan pentingnya kemampuan baca
tulis al-Qur’an dan keberadannya di Indonesia.
Keberadaan pendidikan al-Qur’an tersebut membawa misi yang sangat
mendasar terkait dengan pentingnya memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai
al-Qur’an sejak usia dini. Kesemarakan ini menemukan momentumnya pada tahun
1990-an setelah ditemukan berbagai metode dan pendekatran dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an. Kini lembaga pendidikan al-Qur’an berupa TKA/TKQ,
TPQ/TPQ dan TQA atau sejenisnya telah cukup eksis. Dengan disahkannya PP No.
55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, makin
memperkokoh keberadaan lembaga pedidikan Al-Qur’an ini, sehingga menuntut
penyelenggaraannya lebih professional.
Taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ/TPQ) adalah lembaga atau kelompok
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan non-formal jenis keagamaan islam
yang bertujuan untuk memberikan pengajaran al-Qur’an, serta memahami dasar-
dasar dinul Islam pada anak usia sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah

9
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung:
Remaja Rosda karya, 2013), 39.

6
(SD/MI). Batasan Usia Batasan usia anak yang mengikuti pendidikan Al Qur’an pada
Taman Pendidikan Al Qur’an adalah anak-anak berusia 7-12 tahun.10

F. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa
hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca adalah
sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh M. Rusdi dan Asri Syahruddin dengan judul
“Strategi Penyuluh Agama dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Pada Anak di TPA Al-Mukhlisin Kelurahan Tumampua Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkep”, berkesimpulan strategi yang digunakan para ustadz
mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anak di TPA AL-Mukhlisin meliputi metode
iqro, metode wafa, dan metode pembiasaan. Sementara dari segi hambatan ialah
kurangnya alokasi waktu yang diberikan untuk program dan rendahnya motivasi bagi
sebagian siswa. Solusi yang ditawarkan yaitu peningkatan kualitas guru dan
konselor, memperpanjang alokasi waktu, dan meningkatkan fasilitas pembelajaran.11
Penelitian yang dilakukan Hatta Abdul Malik dengan judul “Pemberdayaan
Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Alhusna Pasadena Semarang”, berkesimpulan
pendampingan yang dilakukan di TPQ al-Husna adalah dengan bersama-sama
mengadakan analisa situasi dengan menggunakan analisis SWOT, kemudian
melakukan pendampingan untuk penataan administrasi TPQ sekaligus melakukan
pendekatan terhadap para orang tua anak-anak di wilayah Pasadena.12
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sukron Mazid, dkk, dengan judul
“Peran Penyuluh Agama Islam Dalam Pelayanan Pembangunan Mental Spiritual
Masyarakat di Era Pandemi Covid 19”, berkesimpulan pertama adalah peran
penyuluh agama Islam adalah memberikan pembinaan bentuknya yaitu kegiatan
keagamaan seperti melaksanakan pengajian, tadarusan, dan kajian keislaman. Kedua,

10
Hatta Abdul Malik, Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Alhusna Pasadena
Semarang, Jurnal Dimas, 13, 2, (2013), 390.
11
M. Rusdi dan Asri Syahruddin, Strategi Penyuluh Agama dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Anak di TPA Al-Mukhlisin Kelurahan Tumampua
Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep, Jurnal ISTIQRA, 10, 1, Januari-Juni 2022, 95.
12
Hatta Abdul Malik, Pemberdayaan Taman, 387.

7
Pelayan masyarakat di era pandemi Covid 19 saat ini sebagai motivator yang mampu
memberikan jalan penuntun kearah penerangan. Penelitian ini masih harus dikaji
lebih dalam terutama kepada penyuluh agama terutama dalam pelayanan
pembangunan spiritual masyarakat di era pandemi Covid 19.13
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, dapat dipahami bahwa adanya
persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sama-
sama focus membahas peran dari penyuluh agama, akan tetapi banyak perbedaan
yang terlihat dalam penelitian yaitu mulai dari subjek penelitian dan juga tujuan
penelitian yang akan peneliti teliti, sehingga peneliti berkesimpulan bahwa belum ada
yang meneliti tentang Peran Penyuluh agama dalam Penyelenggaraan Taman
Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Gayo Lues.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study), yaitu
suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu
organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Salah satu ciri khas dari studi kasus adalah
adanya “sistem yang terbatas” (bounded system). Hal yang dimaksud dengan sistem
yang terbatas adalah adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam
hal kasus yang diangkat (dapat berupa program, kejadian, aktivitas, atau subjek
penelitian).14

2. Lokasi dan Subjek penelitian


Adapun yang menjadi tempat penelitian di sini adalah KUA Kecamatan
Blangkejeren, KUA Kecamatan Rikit Gaib dan KUA Kutapanjang Kabupaten Gayo
Lues Provinsi Aceh. Pemilihan tiga KUA tersebut sebagai keterwakilan dari KUA
yang lain yang ada di Kabupaten Gayo Lues.

13
Sukron Mazid, dkk, Peran Penyuluh Agama Islam Dalam Pelayanan Pembangunan Mental
Spiritual Masyarakat di Era Pandemi Covid 19, Journal of Public Administration and Local
Governance, 5, 1, 2021, 76.
14
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2013), 76

8
Uraian mengenai subyek penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai
beriut:
Tabel 1.1 Uraian Tentang Subjek Penelitian

No Unsur Jumlah Ket

1. Penyuluh Agama 6 orang Unsur ini sangat


penting sebagai
2. Kasi Bimas 3 orang pengumpulan data
yang valid
3. Pimpinan TPQ 6 orang

Total 15 orang

3. Metode Pengumpulan Data


a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dengan menggunakan
seluruh alat indera terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.15
Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu,
peristiwa, tujuan dan perasaan.16 Dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan pengamatan mengenai peran yang dilakukan oleh penyuluh
Agama, faktor pendukung dan penghambat, dan program-program dalam
penyelenggaraan TPQ di Kabupaten Gayo Lues.

b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai
melalui komunikasi langsung.17 Dalam hal ini peneliti akan melakukan
wawancara kepada:
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), 128.
16
Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), 79
17
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), 372.

9
1) Penyuluh Agama dengan menanyakan mengenai peran yang
dilakukan oleh penyuluh Agama, faktor pendukung dan penghambat,
dan program-program dalam penyelenggaraan TPQ di Kabupaten
Gayo Lues.
2) Kasi Bimas dengan menanyakan sejauh mana peran penyuluh agama
selama ini terhadap penyelenggaraan TPQ.
3) Pimpinan TPQ dengan menanyakan program yang dijalankan oleh
penyuluh agama terhadap TPQ

c. Dokumentasi.
Moleong mendefinisikan bahwa dokumen adalah setiap pernyataan
tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
penguji suatu peristiwa atau menyajikan akunting.18 Penggunaan
dokumentasi dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk menggali data
yang berbentuk tulisan, seperti deskripsi wilayah penelitian, data-data
guru dan siswa, letak geografis sekolah serta yang berkaitan dengan data-
data yang ada kaitannya dengan tema penelitian ini.

4. Teknik Keabsahan Data


Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan triangulasi data dan metode.
Triangulasi data yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui sumber data yang berbeda dengan fokus yang
sama, maka untuk mengecek keabsashan data dengan membandingkan antara
informasi yang diperoleh dari subyek dan informan. Menurut Sugiyono ada 3
langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber, seperti hasil wawancara dengan
guru lalu dicek dengan hasil wawancara kepala sekolah.

18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),
161

10
b. Menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
c. Menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data pada waktu yang
berlainan, seperti hasil wawancara pada di pagi lalu dicek dengan hasil
wawancara di siang hari. 19

5. Teknik Analisis Data


Menurut Moleong, yang dimaksud dengan analisis data adalah mengatur
urutan data, mengorganisasikan dalam sebuah pola, kategori dan uraian dasar. Proses
analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data interaktif dari tiga
komponen analisis data yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.20
a. Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka
perlu dicatat secara teliti dan dirinci melakukan penelitian di lapangan
maka jumlah data yang akan diperoleh semakin banyak, komplek dan
rumit. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi
data. 21
Dengan demikian, mereduksi data berarti merangkum, memilih
halhal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.

b. Penyajian data (data display)


Penyajian data (data display) dilakukan untuk memudahkan bagi
peneliti guna membuat gambar secara keseluruhan atau bagian tertentu
dari penelitian. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data, yaitu menyampaikan informasi berdasarkan data yang
diperoleh dan disusun dalam naratif.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016),
270
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 103
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kunatitatif…, 338

11
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Jadi, penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
serta memberi tindakan. Dengan sajian data, peneliti akan lebih
memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkannya untuk
mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
pemahaman tersebut. Sajian data dapat meliputi berbagai jaringan kerja
kaitan kegiatan dan juga tabel.
c. Penarikan kesimpulan (conclution drawing/verification)
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memverifikasi secara terus
menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal
memasuki penelitian dan selama proses pengumpulan data. Penarikan
kesimpulan/verifikasi merupakan kegiatan terpenting, karena sudah
memahami dan memaknai berbagai hal yang ditemui dari mulai
melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan, arahan,
sebab-akibat, dan berbagai proposisi, kesimpulan yang perlu diverifikasi
yang berupa suatu pengulangan dengan gerak cepat, sebagai pikiran kedua
yang timbul melintas pada penelitian waktu menulis dengan melihat
kembali (fieldnotes) atau catatan lapangan.
Analisis data dilakukan dengan model interaktif. Proses analisis interktif
dimulai pada waktu pengumpulan data peneliti selalu membuat reduksi data dan
kajian data, artinya data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari satu peneliti
membuat ringkasan tentang pengertian yang ada disebut dengan reduksi data. Setelah
selesai, peneliti mulai melakukan usaha menarik kesimpulan dengan verifikasi yang
berdasarkan pada reduksi data dan sajian data. Bila data yang dalam reduksi data dan
sajian data kurang lengkap, maka wajib melakukan pengumpulan data kembali yang
mendukung.

H. Sistematika Pembahasan

12
Proposal Tesis ini disusun dalam lima bab yang saling berkaitan antara setiap
bab, dan tiap-tiap bab terdiri beberapa sub bab bagian yang disusun dengan cara
sistematika sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, defenisi operasional, kajian terdahulu dan
sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang landasan teoritis, Implementasi meliputi pengertian
penyuluh Agama, peran penyuluh agama, pengertian TPQ, program TPQ,
Bab III membahas tentang metodologi penelitian yang mencakup, rancangan
penelitian, pendekatan penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
Bab IV dari penelitian ini penulis membahas tentang hasil penelitian yang
meliputi gambaran umum lokasi penelitian, dan hasil penelitian. Meliputi peran
penyuluh agama dalam penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten
Gayo Lues dan faktor hambatan dan dukungan penyuluh agama dalam
penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Gayo Lues.
Bab V sebagai penutup, berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran yang
penulis paparkan berdasarkan hasil sebelumnya

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Bina Rena Pariwara,
2012.

13
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
Bandung: Remaja Rosda karya, 2013.

Departeman Agama, Panduan Tugas Operasional Penyuluh Agama Islam Utama,


Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, Jakarta: 2004.

Departeman Agama, Panduan Tugas Operasional Penyuluh Agama Islam Utama,


Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, Jakarta: 2004.

Fathor Rachman, Modernisasi Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta: IRCiSoD,


2021.

Hakim, Rosniati, Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Al-Qur’an, Jurnal


Pendidikan Karakter, https://doi.org/10.21831/jpk.v0i2.2788.

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta:


Salemba Humanika, 2013.

Hatta Abdul Malik, Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Alhusna


Pasadena Semarang, Jurnal Dimas, 13, 2, 2013.

Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015.

Jainal Abidin, “Peran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Munir dalam


Pembentukan Akhlakul Karimah anak di Desa Klurahan Kecamatan
Kartoharjo Kabupaten Magetan”, Jurnal Paradigma, Vol. 9, No. 1, April
2020.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2016.
M. Rusdi dan Asri Syahruddin, Strategi Penyuluh Agama dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Anak di TPA Al-Mukhlisin
Kelurahan Tumampua Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep, Jurnal
ISTIQRA, 10, 1, Januari-Juni 2022.

Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,


Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Kelima, Jakarta: Balai Pustaka, 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,


2016.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2014.

14
Sukron Mazid, dkk, Peran Penyuluh Agama Islam Dalam Pelayanan Pembangunan
Mental Spiritual Masyarakat di Era Pandemi Covid 19, Journal of Public
Administration and Local Governance, 5, 1, 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai