Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN AGAMA ISALAM SEBAGAI SUB SISTEM PENDIDIKAN

NASIONAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KAPITA
SELEKTA

Dosen pengampu : H. Acep Supriyanto, M.Pd

Kelompok 5

Disusun Oleh:
1. Ari Eka Bintoro
2. Uwais Al Qorni
3. Puji Hakim

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL KARIMIYAH
SAWANGAN – DEPOK
2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
KAPITA SELEKTA, dengan judul: “Pendidikan Agama Isalam sebagai Sub
Sistem Pendidikan Nasional”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengaharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari banyak pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
Pendidikan.

Depok, 29 Oktober 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...…………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..1

A. Latar Belakang ……………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………2

C. Tujuan Masalah ………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………...3

A. Pendidikan Agama dalam Lingkup Pendidikan Nasional ……………3

B. Pendidikan Agama Islam Sebagai Sub Sistem Pendidikan Nasional...5

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...8

A. Kesimpulan …………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau


lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pendidikan.

Pendidikan Islam sering kali dikesankan sebagai pendidikan yang


tradisional dan konservatif, karena memandang bahwa kegiatan pendidikan Islam
dihinggapi oleh lemahnya penggunaan metode pembelajaran yang cenderung
tidak menarik perhatian dan menyenangkan. Maka, pemerintah memasukkan
pendidikan agama Islam ke dalam sistem pendidikan nasional.

Dilihat dari kemajemukan agama di Indonesia, agama Islam mendominasi


dan mayoritas penduduk beragama Islam. Bagian dari sistem pendidikan nasional
itu sendiri mengacu pada tujuan pendidikan nasional ialah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pasal 3 UU RI No. 20
Tahun 2003).

Karena agama merupakan sumber yang hakiki bagi manusia yang


merupakan dasar dan acuan untuk menjalankan kehidupan dan juga
pertanggungjawaban kepada Tuhan.

Maka pada makalah ini kami akan membahas tentang pendidikan agama
islam dalam sub sistem pendidikan nasional.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan agama dalam lingkup pendidikan nasional?

2. Bagaimana pendidikan agama islam sebagai sub sistem pendidikan nasional?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pendidikan agama dalam lingkup Pendidikan nasional.

2. Untuk mengetahui Pendidikan agama islam sebagai sub system Pendidikan


nasional.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendidikan Agama dalam Lingkup Pendidikan Nasional

Anggapan tentang arti pendidikan yang lebih efektif dari pengajaran, kita
tahu bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan untuk kesiapan masa
sekarang dan masa yang akan datang.

Pendidikan agama merupakan suatu landasan filosofis religious


pendidikan dan pada hakikatnya segala engetahuan bersumber dari Tuhan Yang
Maha Esa. Dan Tuhan telah menurunkan pengetahuan baik melalui utusanNya
berupa wahyu maupun berbagai hal yang bersifat mutlak seperti dala pengetahuan
keagamaan karena berawal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dilihat dari tujuan pendidikan yang didalamnya menyangkut sifat


religiusitas karena konsep didalamnya ialah:

1. Konsep kehidupan bangsa yang cerdas

2. Konsep manusia seutuhnya, disini bahwa manusia memiliki sifat beriman,


bertakwa, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan dan terampil, sehat
jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan agama sangat mendasari dan memiliki kedudukan yang tinggi


dan bersifat fleksibel. Dan untuk mewujudkan sepenuhnya bahwa moral dan
kehidupan keagamaan bangsa yang sangat kuat yang mampu membentengi bangsa
Indonesia dari kehancuran meskipun pendidikan dewasa ini masih perlu dibenahi
sistemnya.

Pendidikan agama dalam lingkup pendidikan nasional, meliputi;

1. Persepsi ilmuan kita tentang arti pendidikan, misalnya: ditetapkan dalam


UU No. II/ 1989 tersebut mengandung implikasi yang lebih komprehensif
ketimbang arti pengajaran. Sehingga pendidikan menurut pasal 1 ayat 1,
diberi arti usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa yang akan
datang. Jadi dapat dijelaskan pendidikan mencakup proses kegiatan
pengajaran disamping bimbingan dan latihan. Lebih diorentasikan kemasa
depan, yang mana fenomenanya tidak lain adalah pencerminan betapa

3
pentingnya penguasaan dan pemanfaatan, kemajuan iptek bagi
pembangunan bangsa.

3
4

2. Tentang batasan pengertian pendidikan agama, pendidikan agama dapat


dirumuskan sebagai bantuan dan bimbingan pada perkembangan pribadi
anak agar ia menjadi manusai yang beragama, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang tampak dalam cara berfikir kebiasaan, sikap dan
bertingkah laku. Jadi proses kependidikan agama ialah menanamkam atau
mempribadikan tata nilai keagamaan. Dalam hal ini mengacu kepada
keimanan dan ketaqwaan (sebagai pondasi dasar yang tak tampak atau
rahasia ) yang mendorong dalam proses kegiatan perilaku dan
mewujudkan dalam akhlakkul karimah didalam bidang kehidupan.

3. Tentang kompetensi guru sesuai denga ketentuan pasal 39 ayat 2:


“Pendidik merupakan tenaga profesiona yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada Perguruan
Tinggi.” Dan persyaratan pokok untuk pengangkatannya yang antara lain
harus beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME adalah merupakan suatu
keharusan yang mutlak dan mencegah orang-orang yang anti Tuhan dari
anak/ generasi bangsa yang berfalsafah Pancasila. Hal ini dapat diartikan
bahwa dalam pelaksanaannya pendidik agama pada khususnya ini
menjiwai guru, dan guru wajib memiliki keyakinan agama sehingga
bidang-bidang studi yang lainnya tidak terlepas dari nilai agama. Oleh
karena itu peranan guru amat besar.

4. Mengenai tujuan pendidikan nasional, sebagian tercantum dalam UUSPN


No. II tahun 1989 bab 2 pasal 4, menyebutkan : “ Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan
berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.’’

5. Tentang sistem pendidikan nasional seperti yang dikehendaki oleh UU No.


II/ 1989 itu, terdapat berbagai satuan, jalur dan jenis pendidikan (diperinci
dalam bab 4). Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi perubahan kehidupan,
sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah dan berkesinambungan.
5

B. Pendidikan Agama Islam Sebagai Sub Sistem Pendidikan Nasional

Visi dari penidikan Islam tentunya sejalan dengan visi pendidikan


nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang bertaqwa dan produktif
sebagai anggota masyarakat Indonesia yang berbhineka. Sedangkan misi
pendidikan Islam sebagai perwujudan dari visi tersebut adalah mewujudkan nilai-
nilai keislaman didalam pembentukan manusia Indonesia, yaitu mamusia yang
soleh dan produktif. Karena dengan misi tersebut pendidikan Islam menjadi
pendidikan alternatife. Disebut pendidikan Islan kana mempunyai tiga cirri-ciri
khas sebagai berikut:

1. Suatu sistem pendidikan yany didirikan karena didorong oleh hasrat untuk
mengejawantahkan nilai-nilai Islam.

2. Suatu sistem yang mengajarkan ajaran Ialam.

3. Suatu sistem pendidikan Islsm yang meliputi kedua hal tersebut.

Tetapi keberadaan pendidikan Islam tidak sekedar menyangkut persoalan


cirri khas, melainkan lebih mendasar lagi yaitu tujuan yang diidamkan dan
diyakini sebagai yang paling ideal. Tujuan itu sekaligus mempertegas bahwa misi
dan tanggung jawab yang diemban pendidikan Islam lebih berat lagi. Ketiganya
itu selama ini tumbuh dan berkebang di Indonesia dan sudah menuju bagian yang
tak terpisahkan dari kebijakan pendidikan nasional. Bahkan tidaklah berlebihan
jika dikatakan bahwa kehadiran dan keberadaannya merupakan bagian dari andil
umat Islam dalam perjuangan maupun mengisi kemerdekaan.

Di Indonesia pendidikan Islam ini tampil dalam berbagai macam wujud


yaitu pendidikan agama Islam (PAI) yang merupakan substansi dari sistem
pendidikan agama dalam kurikulum nasional, pendidikan di madrasah yang
merupakan sub sistem dari sistem pendidikan formal, pendidikan pesantren yang
merupakan sub system dalam pendidikan non formal.

Tantangan utama yang dihadapi para ahli dan praktisi pendidikan Islam
dalam hal pengintegrasian madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah
menghapuskan dikotomi ilmu umum dan ilmu agama. Ilmu harus dipandang
sebagai identitas tunggal yang telah mengalami perkembangan dalam sejarah.
Perkembangan ilmu dalam sejarah menunjukkan bahwa setiap peradaban manusia
termasuk peradaban Islam telah memberi sumbangannya sendiri.
6

Integrasi madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional menemukan


bentuknya dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang
dilansir pemerintah pada tahun 1989. Melalui UUSPN, madrasah mengalami
perubahan definisi, dari sekolah agama menjadi sekolah umum berciri khas Islam.
Perubahan definisi ini penting artinya, karena dengan demikian berarti madrasah
tidak hanya mendapat legitimasi sepenuhnya sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional. Oleh karena itu, UUSPN ini disambut dengan antusias oleh
Depag, sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap madrasah dan lembaga
pendidikan Islam pada umumnya.

Akan tetapi, perubahan definisi itu selanjutnya menuntut ada perubahan


kurikulum. Karena madrasah tidak lagi sekolah agama, maka kurikulumnya harus
didominasi oleh mata pelajaran umum.

Tahun 1994 bisa jadi merupakan satu periode penting dalam


perkembangan madrasah di Indonesia. Pada tahun itu, Depag telah menetapkan
berlakunya kurikulum baru__ yang kemudian dikenal dengan kurikulum 1994__
yang mensyaratkan pelaksanaan sepenuhnya kurikulum sekolah umum di bawah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya
bahwa madrasah memberikan 70 % mata pelajaran umum dan 30 % mata
pelajaran agama Islam, pada kurikulum 1994 madrasah diwajibkan
menyelenggarakan sepenuhnya 100 % mata pelajaran umum sebagaimana
diberikan di sekolah-sekolah umum di bawah Depdikbud.

Sekilas nampak memang bahwa yang paling menonjol dari kurikulum


1994 adalah penghapusan 30% mata pelajaran agama yang diajarkan sejak
pemberlakuan kurikulum 1975. Namun bila dilihat lebih jauh, istilah penghapusan
tersebut tentu tidak bisa dilihat semata-mata sebagai meniadakan mata pelajaran
di madrasah. Hal yang berlangsung pada dasarnya lebih merupakan perumusan
kembali pemberian mata pelajaran madrasah. Ajaran-ajaran Islam tidak lagi
diberikan dalam bentuk mata pelajaran formal, melainkan diintegrasikan secara
penuh dalam mata pelajaran umum. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari upaya
Depag belakangan ini menyusun buku panduan guru mata pelajaran umum yang
bernuansa Islam. Diharapkan, beberapa mata pelajaran umum diberikan di
madrasah dengan tetap mempertahankan nuansa Islam. Dengan kurikulum 1994,
dualisme ilmu agama dan ilmu umum di madrasah berusaha dihilangkan.
Madrasah diharapkan menyelenggarakan pelajaran yang terintegrasi sepenuhnya
dengan mata pelajaran umum.
7

Namun dilihat dari sisi manapun, pendidikan Islam memiliki peran dalam
konteks pendidikan nasional. Hanya saja harus pula dimaklumi dan dipahami jika
hingga hari ini secara kelembagaan pendidikan Islam kerap menempati posisi
kedua dalam banyak situasi. Sebagai misal, jurusan yang menawarkan pendidikan
Islam kurang banyak peminatnya, jika dibandingkan dengan jurusan lain yang
dianggap memiliki orientasi masa depan yang lebih baik. Dalam hal
pengembangan kelembagaan akan pula terlihat betapa program studi/sekolah yang
berada di bawah pengelolaan dan pengawasan Departemen Agama tidak selalu
yang terjadi di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas),
bahkan harus dengan tertatih untuk menyesuaikan dengan yang terjadi di sekolah-
sekolah umum tersebut. Meski disadari betapa pentingnya posisi pendidikan Islam
dalam konteks pendidikan nasional. Namun, harus pula diakui hingga saat ini
posisi pendidikan Islam belum beranjak dari sekadar sebuah subsistem dari sistem
besar pendidikan nasional.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi, Di Indonesia pendidikan agama Islam merupakan sub sistem dari


pendidikan nasional, untuk itu tujuan yang akan dicapai sebenarnya merupakan
pencapaian dari salah satu atau beberapa aspek dari tujuan pendidikan nasional.
Adapun tujuan pendidikan agama Islam secara garis besar pada dasarnya adalah
untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, dengan menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sedangkan tujuan pendidikan nasional sebagian yang tercantum dalam UU


No.II/ 1989, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
YME dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan
rohani, berkepribadan mantap serta bertanggng jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Karena dengan tercapainya tujuan tersebut akan menunjang
pencapaian tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dinn WAhyudin, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka:Jakarta.

Drs. H. M. Soeparta MA. Drs. Herry Noer Aly, MA. 2008. Metodologi
Pengajaran Agama Islam. Amissco:Jakarta.

Sindhunata, 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Kanisius:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai