“IJMA”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata perkuliahan ushul fiqih
Dosen Pembimbing :
Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.A
Disusun oleh :
Muhammad Ali mustajib
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYYAH DIROSATUL QUR’AN
BOJONGSARI-DEPOK
1442 H/2022 M
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................2
BAB
I ...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar belakang
masalah.............................................................................4
B. Rumusan masalah.....................................................................................4
C. Tujuan masalah.........................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................................5
A. Pengertian ijma...................................................................................................5
B. Pengetian Ijma menurut ulama..........................................................................5
C. Kedudukan ijma dalam islam..............................................................................7
BAB III................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................10
D. KESIMPULAN......................................................................................10
E. SARAN...................................................................................................10
DAFTAR
PUSATAKA......................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Ijma?
2. Ijma menurut ulama?
3. Kedudukan ijma dalam islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ijma dari kalangan ulama.
2. Mengetahui pengertian macam-macam ijma.
3. mengetahui kedudukan ijma.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ijma
Pengertian Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu
perkara yang terjadi. Ijmak adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para
ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil
dari ijma adalah fatwa.
Mengutip Jurnal Darusalam 2011, Ijma muncul ketika terjadi suatu
peristiwa yang memerlukan pemecahah hukum setelah Rasulullah wafat.
Pemecahan masalah ini tidak ditemukan secara jelas dan tegas di dalam Al
Qur'an dan sunah.
Para mujtahid kemudian berusaha mencari pememcahan hukum baik
dengan cara bermusyawarah maupun sendiri-sendiri. Jika hasil pemecahan
tersebut disepakati bersama, maka peristiwa ini disebut dengan Ijma.
Permasalahan dalam Ijma biasanya berkisar pada masalah teknis muamalah,
tidak dalam masalah materi ibadah.
Pengertian Ijma menjadi alat sesuai penafsiran syariat Islam. Pengertian
Ijma adalah wujud toleransi terhadap tradisi yang berbeda dalam Islam.
Ijma atau Ijmak berasal dari bahasa Arab ع ٌ اFF ِإجْ َمijmā yang berarti
َأ
konsensus. Istilah ini berasal dari kata جْ َم َعajma‘a yang artinya menyepakati.
Kata ini berakar dari َعFFFF َج َمjama‘a yang berarti mengumpulkan atau
menggabungkan. Menurut KBBI, pengertian Ijma adalah kesesuaian pendapat
(kata sepakat) dari para ulama mengenai suatu hal atau peristiwa.
Secara etimologi, pengertian ijma mengandung dua arti. Pertama, Ijma
berarti ketetapan hati untuk melakukan sesuatu atau memutuskan berbuat
sesuatu. Kedua, Ijma berarti sepakat.
Menurut istilah para ahli ushul fiqh, pengertian Ijma adalah kesepakatan
terhadap permasalahan hukum syara pada suatu peristiwa. Kesepakatan ini
dilakukan para mujtahid Muslim pada suatu masa tertentu setelah Rasulullah
wafat. Berikut pengertian Ijma menurut para ulama:
5
1. Imam Al Ghazali:
Ijma adalah kesepakatan umat Muhammad secara khusus atas suatu
urusan agama.
2. Imam al-Amidi
Ijma adalah kesepakatan sejumlah ahlul hall wa al ‘aqd (para ahli
yang berkompeten mengurusi umat) dari umat Muhammad pada suatu
masa atas hukum suatu kasus.
Ijma’ dilihat dari segi caranya ada dua macam, yaitu sebagai
berikut;
Sedang dari segi waktu dan tempat ijma’ ada beberapa macam
antara lain sebagai berikut :
6
4. Ijma’ Khulafaur Rasyidin, yaitu :
اتفاق الخلفء االربعة على امر من االمور ال ّشر ّعة
“Persesuaian paham khalifah yang empat terhadap sesuatu soal
yang diambil dalam satu masa atas suatu hukum.
5. Ijma’ Ahlul Bait ( Keluarga Nabi ), yaitu kesepakatan keluarga
Nabi dalam suatu masalah.
Maksud Ulil ‘Amri itu ada dua penafsiran yaitu Ulil ‘Amri Fiddunnya
adalah penguasa dan Ulil ‘Amri fiddin adalah mujtahid atau para ulama’,
sehingga dari ayat ini berarti juga memerintahkan untuk taat kepada para ulama
mengenai suatu keputusan hukum yang disepakati mereka.
b. Hadist RasulullahSAW
ّ
) ان امذتي ال تجمع على ضاللة ( رواه ابن حاجه
Artinya :” Sesungguhnya umatKu tidak akan bersepakat atas kesesatan.”
مارءاه المسلمون حسنا فهو عند هللا حسن
Artinya : “ apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik, maka menurut
pandangan Allah juga baik
Dalam hadist ini dijelaskan bahwa umat dalam kedudukannya sebagai
umat yang sama – sama sepakat tentang sesuatu, tidak mungkin salah. Ini berarti
ijma’ itu terpelihara dari kesalahan, sehingga putusannya merupakan arii yang
mengikat umat islam.
Pandangan ulama’ mengenai Ijma’ sukuti :
Imam Syafi’i dan kalangan Malikiyyah ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan
landasan pembentukan hukum, dengan alasan diamnya sebagian ulama mujtahid
7
belum tentu menandakan setuju, bisa jadi takut dengan penguasa atau sungkan
menentang pendapat mujtahid yang punya pendapat karena dianggap senior.
8
a. Para mujtahid itu adalah sahabat.
b. Mujtahid itu kerabat Rasulullah, apabila memenuhi dua syarat ini, para
ulama ushul fiqh menyebutnya dengan ijma’ shahabat.c. Mujtahid itu adalah
ulama Madinah.
c. Hukum yang disepakati itu tidak ada yang membantahnya sampai
wafatnya seluruh mujtahid yang menyepakatinya.
Tidak terdapat darii ijma’ sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang
sama
9
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa pengertian Ijma’ itu
sendiri adalah kesepakatan antara para ulama-ulama atau mujtahid untuk
membahas suatu masalah didalam kehidupan dalam masalah-masalah sosial
yang tidak ada didalam Al-quran dan as-sunnah.
Kedudukan Ijma’ itu menempati salah satu sumber atau dalil hukum
sesudah Al-Qur’an dan Sunnah. Dan Ijma’dapat menetapkan hukum yang
mengikat dan wajib dipatuhi umat islam bila tidak ada ketetapan hukumnya
dalam Al-Qur’an maupun sunnah.
Syarat-syarat Ijma’itu harus memenuhi persyaratan ijtihad dan
Kesepakatan dalam suatu masalah untuk menyelesaikannya harus muncul
pendapat-pendapat dari para mujtahid-mujtahid yang bersifat adil dan paham
agama dan Para mujtahid itu harus berusaha dan menghindari dari perbuatan-
perbuatan bid’ah.
Dari keterangan diatas dapat juga di pahami bahwa ijma harus menyandar
kepada dalil yang ada yaitu kitab, sunah, atau yang mempunyai kaitan
kepadanya baik langsung maupun tidak dan tidak mungkin terlepas sama
sekali dari kaitan tersebut.
Dari beberapa macam Ijma’dapat kami simpulkan bahwa dari semua
macam Ijma’ itu yang pertama Ijma’ qoth’i , Ijma’
Sukuti, Ijma’Sahaby,Ijma’ Ahli Madinah, Ijma’ Ulama Kuffah, Ijma’
Khulafaur Rasyidin.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami susun, kami sadar bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam penyusunan maupun penyampaian
dalam makalah ini, maka arii tu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah selanjutnya. Kepada
Dosen pengajar (Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.A) diharapkan bimbingan
lebih untuk mengingatkan mutu dan kwalitas mahasiswa PAI pada khususnya
didalam mengembangkan ilmutafsir demi terwujudnya hubungan mahasiswa
dengan masyarakat. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
10
DAFTAR PUSTAKA
11