Anda di halaman 1dari 14

1|Page

MAKALAH
STUDI PEMIKIRAN ISLAM ILMU FIQIH
Dosen Pengampu : Dian Muhammad Hakim, S.Pd

Kelompok 5
M. Alifian Zanuar : (22201011136)
An’im Mudzakir Fadlullah Atrosi : (22201011165)
Kholifatus sa’diyah : (22201011166)

PROGTAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM MALANG
2022
2|Page

MUKADIMAH
Umat adalah suatu kelompok yang memiliki keunikan dan perbedaan sendiri. Ia lahir
tumbuh dan berkembang, dalam perkembangan nya umat akan mengalami fase-fase
menguat dan melemah, kuat dan lemahnya umat dipengaruhi oleh pemikiran idiologis yang
ada pada diri mereka,kuat dan lemahnya umat juga di tentukan oleh sejauh mana ia
berpegang teguh pada pemikiran yang menjadi alasan bagi tegaknya kehidupan mereka,
contoh gambling nya adalah dengan kelahiran umat islam melalui tangan Rasulullah SAW
melalui kelahirannya yang jelas dan shahih.Umat islam kemudian berkembang dan meluas
yang kemudian berlanjut sampai dalam kepemimpinan Khulafa ar-rasyidin.Kekuasaan yang
semakin meluas membuat kekokohan umat islam semakin menguat.
Namun pada beberapa waktu yang lalu umat islam sempat terjangkit penyakit yang
diakibatkan karena munculnya ideologi-ideologi baru yang jauh dengan pemikiran islam
yang sesungguhnya.Akan tetapi umat islam mampu dengan cepat mengobati penyakit
tersebut dikarenakan, mereka telah memahami solusi yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.Umat islam mampu menyelesaikan masalah-masalah
tersebut dikarenakan pemikiran mereka yang bersifat samawi yang dulu pernah menjadikan
mereka bangkit dan gemilang.
Salah satu hak pemikiran Islam atas kita adalah kita tidak boleh menyatakan kecuali
bahwa pemikiran Islam adalah pemikiran yang haq. Jika hal ini tidak kita lakukan, berarti kita
telah mengabaikan firman Allah swt: Kalian mengatakan dengan mulut-mulut kalian apa
yang kalian tidak mempunyai ilmunya. Kalian mengiranya sederhana padahal itu adalah
besar di sisi Allah. (QS An-Nur [24]: 15).
Salah satu hak pemikiran Islam yang lain atas kita adalah kita harus konsisten dan
terikat dengan pemikiran Islam. Selain itu, kita harus menjadikan Islam sebagai bekal untuk
berinteraksi dengan masyarakat dan harus berjalan di atas metode yang telah ditetapkan
Allah untuk kita. Kepada Allah kami mememohon, semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat di kemudian harinya

Malang, 29 September 2022


3|Page

DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................1
MUKADIMAH…………..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Studi Pemikiran Islam Fiqih...........................................................................5
B. Ijtihad………………………………………………………………………………………………………….5
C. Hukum-hukum………….…………………………………………………………………………………6
D. Ibadah…………………………………………………………………………………………………………6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Daftar Pustaka....................................................................................................11
4|Page

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu fiqih merupakan salah satu bidang studi islam yang paling masyhur di Kalangan
masyarakat sekitar, hal ini dikarenakan ilmu fiqih berkaitan langsung dengan kehidupan
masyarakat, ilmu fiqih terdapat banyak sekali problematika di kalangan manapun dari sejak
lahir sampai akhir hayat manusia selalu berhbunngan dengan hukum fiqih.

Ilmu fiqih sendiri membahas tentang pengetahuan hukum syara’ yang bersifat amaliah
dalam kehidupan sehari-hari yang di ruju’ dari dalil dalil terperinji seperti melalui Al-
Qr’an,Hadist,Ijma’,Qiyas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Studi Pemikiran Islam Fiqih

C. Tujuan

Agar kita dapat memahami kandungan ilmu fiqih yang semakin zaman semakin luas
dalam pembahasan di segala aspek, Dan juga mengetahui segala problematika yang ada di
masyarakat.
5|Page

BAB II PEMBAHASAN

A.STUDI PEMIKIRAN ISLAM FIQIH

Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat islam yang secara khusus membahas
persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek, mulai dari pribadi dengan Allah, antar
manusia. Dikarenakan, ilmu fiqih merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita
sehari-hari.Ilmu-ilmu fiqih meliputi,sholat,zakat,puasa,haji dll, yang kesemuanya merupakan
perbuatan-perbuatan yang bersifat wajib di-agama yang kita anut. Hukum ilmu-ilmu fiqih
tersebut tidak boleh bertentangan atau berhalauan dengan al-qur`an dan al-hadist.

hukum-hukum fiqih juga tidak diperbolehkan membebani seseorang dalam


melakukan sesuatu hal. Hukum fiqih juga harus sesuai dengan perkembangan zaman yang
terjadi, Ketika kita menafsirkan ilmu fiqih hal ini yang perlu dipahami yaitu, kita harus
memiliki guru yang jelas sanad keilmuannya. Dalam hal ini juga sering ditemukan perbedaan
pendapat para ulama yang biasa disebut dengan khilaf ulama.Ulama-ulama melakukan
perundingan suatu hukum fiqih yang selalu berlandaskan al-qur`an dan hadist hal ini
sangatlah diperlukan dikarenakan dengan khilaf para ulama kita bisa menemukan hukum-
hukum fiqih yang tidak bersifat monoton dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan
zaman yang ada.Hal tersebut biasanya disebut dengan ijtihad ulama.

B. IJTIHAD

Ijtihaad adalah (pengerahan segenap daya upaya dalam menggali hukum-hukum


syari’at dari dalil-dalil yang rinci)

Syarat-syarat Ijtihad

Pada diri seorang muslim (yang hendak berijtihad.) haruslah terhimpun syarat-syarat
berikut ini:

1. Pengetahuan terhadap bahasa (bahasa arab.), yakni pengetahuan terhadap lafadz-lafadz


dan susunan (tarkiib) yang berhubungan dengan dalil-dalil hukum yang hendak
diistinbaathkan (digali).

2. Pengetahuan terhadap syara’, yakni nash-nash syara’ dari alQur’an dan Sunnah yang
berkaitan dengan masalah hukum, dan pengetahuan tentang bagian-bagiannya; seperti
al-‘umuum wa al-khushuush, al-muthlaq wa al- muqayyad, al- naasikh wa al-mansuukh.

3. Pengetahuan terhadap hakikat suatu fakta yang hendak dihukumi, yang biasa disebut
sebagai manaath al-hukmi (tempat disandarkannya hukum). Jika seorang mujtahid tidak
6|Page

dapat memahami sendiri fakta termaksud, maka ia bisa menanyakannya kepada orang yang
mengerti atau ahli tentang fakta ini, sekalipun orang yang ditanya tersebut bukan muslim

Hukum Ijtihad

Hukum ijtihad sendiri adalah fardhu kifayah maksudnya adalah apabila salah seorang
sudah melakukannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya.

Ijtihad dan Madzhab-madzhab Fiqih

Islam sangat mendorong pemeluknya untuk berijtihad dalam rangka memahami


hukum-hukum syara’ dari dalil-dalil syara’. Pada awal masa permulaan agama islam para
pemimpin negri ataupun pengadilan setempat sering sekali menggunakan Al-Qu’an dan
Hadist sebagai landasan hukum dan juga melakukan hukum syar’I atas apa yang di adukan
pada mereka

Ikhtilaaf di Kalangan Mujtahid Terhadap Sebagian Hukum

Yakni terdapatnya perbedaan hukum antara imam satu dan imam yang lainya seperti
hal nya yang telah kita gali tepat nya pada hukum bacaan pada shalat jenazah

HANAFI MALIKI SYAFI’I HAMBALI


TAKBIR 1 Pujian bagi Do’a Alfatihah Taawudz dan
Allah Alfatihah
TAKBIR 2 Sholawat Sholawat Sholawat Sholawat
TAKBIR 3 Do’a bagi mayit Do’a bagi mayit Do’a bagi mayit Do’a bagi mayit
TAKBIR 4 Do’a

Seluruh Madzhab Para Imam Dibangun di Atas Wahyu

Sesungguhnya, perbedaan ijtihad pada hukum-hukum furuu’ (cabang), seperti


masalah wudhu, haji, pernikahan, dan lain-lain, bukan berarti perbedaan dalam sumber-
sumber syari’at yang asasi (mashaadir al-tasyrii’ al-asaasiyyah/dalil). Sebab, seluruh fuqaha
dan ulama ushul dari kalangan umat Islam menetapkan pendapat mereka dari sumber yang
sama, yakni wahyu (al-Kitab dan Sunnah), serta yang dilegalisasi oleh wahyu, seperti al-
qiyaas, dan ijmaa’ al-shahaabah. Namun demikiansebagaimana yang telah kami sebutkan-,
bahwa, perbedaan pendapat (ikhtilaf) dalam memahami nash-nash syara’ merupakan faktor
yang mengakibatkan terjadinya perbedaan hukum yang diistinbaathkan dari nash-nash
tersebut. Madzhab-madzhab fiqh yang telah disebut di atas — Hanafiyyah, Maalikiyyah,
7|Page

Syaafi’iyyah, Hambaliyyah telah memuat seluruh pemecahan terhadap persoalan-persoalan


yang dihadapi dalam kehidupan umat Islam saat itu.

C. HUKUM-HUKUM FIQIH

1. Wajib: Suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya
akan berdosa
2. Sunah/mandub: Suatu perbuatan yang sangat di anjurkan dan di pandang sangat
baik, apabila kita melakukannya kita akan mendapatkan pahala
3. Makruh: larangan terhadap sesuatu tetapi tidak bersifat pasti, jika kita meninggalkan
maka akan mendapatkan pahala
4. Mubah: Melakukan sesuatu atau tidaknya tidak akan mendapatkan pahala
5. Haram: Suatu perbuatan yang dimana jika di lakukan akan mendapatkan dosa

D. IBADAH

(Falsafah, Tujuan, dan Pengaruhnya)

Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan sedangkan secara
terminology ibadah adalah ibadah adalah ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya yang disampaikan melalui lisan para rasul-Nya

Menurut ahli fiqih ibadah adalah :

‫َما ِإ ْبتِغَا ًءلِ َوجْ ِه هللاِ َوطَلَبًا ِلثَوْ ابِ ِه فِى ْاالَ ِخ َر ِة‬

“Segala bentuk ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”

Menurut Jumhur Ulama :

َ ْ‫ْال ِعبَا َدةُ ِه َى اِ ْس ٌم َجا ِم ٌع لِ َما ي ُِحبُّهُ هللاُ َويَر‬


ِ ‫ضاهُ قَوْ الً كا َ نَ َإوْ فِ ْعالً َجلِيًّا كا َ نَ َإوْ خَ فِيًّا تَع‬
‫ْظ ْي ًما لَهُ َو طَلَبًا لِثَ َوابِ ِه‬

“Ibadah itu yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah SWT , baik
berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam
rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”

Falsafah(hakikat) Ibadah

Dalam syariat islam ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang
paling dalam kepada Allah SWT. Unsur yang tertinggi adalah ketundukan, sedangkan
8|Page

kecintaan merupakan implementsi dari ibadah tersebut. Disamping itu ibadah juga
mengandung unsur kehinaan, yaitu kehinaan yang paling rendah di hadapan Allah SWT.
Pada mulanya ibadah merupakan “hubungan” hati dengan yang dicintai, menuangkan isi
hati, kemudian tenggelam dan merasakan keasyikan, akhirnya sampai kepada puncak
kecintaan kepada Allah SWT.

Tujuan Ibadah

Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah hamba-hamba
Allah. Hamba sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki.
Kepemilikan Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan sempurna, oleh karena
itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya kecuali dalam hal
yang oleh Alah swt.

Telah dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya seperti kebebasan memilih walaupun


kebebasan itu tidak mengurangi kepemilikan Allah. Atas dasar kepemilikan mutak Allah itu,
lahir kewajiban menerima semua ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan
larangan-Nya.

Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadahhal ini dapat
difahami dari firman Allah swt. :

‫تُرْ َجعُونَاَل ِإلَ ْينَا َوَأنَّ ُك ْم َعبَثا ً َخلَ ْقنَا ُك ْمَأنَّ َماَأفَ َح ِس ْبتُ ْم‬

Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?(QS al-
Mu’minun:115)

Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga
hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah
agar menusia itu mencapai taqwa.

Pengaruh ibadah di antaranya ialah:

1. Iman manusia menjadi lebih kuat

2. Hati manusia menjadi tenang karena berdoa dengan Tuhan

3. Permasalahan manusia menjadi cepat diselesaikan karena hati nya sudah tenang.

PRINSIP-PRINSIP IBADAH

Prinsip-prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:


9|Page

A. Niat lillahi ta’ala

Yaitu segala sesuatu yang akan kita lakukan kedepanya semata-mata hanya untuk Allah dan
apa yang kita lakukan bertujuan atas ke-Ridhoannya

B. Ikhlas

ikhlas adalah suatu sikap yang menjadikan niat hanya untuk Allah SWT dalam melakukan
amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri
pada Allah SWT bukan kepada pujian dari manusia.

Contoh dari perwujudan sikap ikhlas lainnya adalah ketika memberi sedekah atau berkorban
demi kepentingan orang lain, maka Anda dianjurkan melakukannya dengan rasa ikhlas dan
hanya mengharap ridho dari Allah SWT.

C. Dilakukan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Sunnah

Yaitu melaksanakan ibadah dilakukan dengan dasar-dasar yang jelas sumbernya contohnya
ibadah sholat yang dimana di dalam Al-Qur’an dan Hadist terdapat perintah yang
mewajibkan kita sebagai muslim untuk melakukan sholat 5 waktu seperti ayat:

Surat Al Baqarah Ayat 110

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ ۗ َو َما تُقَ ِّد ُموْ ا اِل َ ْنفُ ِس ُك ْم ِّم ْن خَ ي ٍْر تَ ِج ُدوْ هُ ِع ْن َد ِ ۗ اِ َّن َ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
١١٠ ‫ص ْي ٌر‬

Artinya: Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk
dirimu akan kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.

Dan juga seperti hadist:

‫ْأ‬
َ‫ي ِمن‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫ اَ ْخبِرْ نِى َما فَ َر‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ال‬ ِ ‫ع َْن طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللاِ اَ َّن اَ ْع َرابِيًّا َجا َء اِلَى َرسُوْ ِل هللاِ ص ثَاِئ َر ال َّر‬
َ َ‫ فَق‬،‫س‬
‫ضانَ اِالَّ اَ ْن‬ َ ‫ َش ْه ُر َر َم‬:‫صيَ ِام ! قَا َل‬ ّ ‫ي ِمنَ ال‬ َ ‫ اَ ْخبِرْ نِى َما فَ َر‬:‫ قَا َل‬.‫ اِالَّ اَ ْن تَطَ َّو َع َش ْيًئا‬، ُ‫ات ْال َخ ْمس‬
َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ ُ ‫صلَ َو‬َّ ‫ ال‬:‫صالَ ِة ! قَا َل‬ َّ ‫ال‬
َّ
‫ َو ال ِذى‬:‫ال‬ ّ ْ
َ َ‫ فَق‬.‫فَا َ ْخبَ َرهُ َرسُوْ ُل هللاِ ص بِ َش َراِئ ِع ا ِال ْسالَ ِم ُكلهَا‬: ‫ي ِمنَ ال َّز َكا ِة ! قَا َل‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫اَ ْخبِرْ نِى َما فَ َر‬: ‫ قَا َل‬.‫تَطَ َّو َع َش ْيًئا‬
‫ احمد‬.‫ق‬ َ ‫ص َد‬ ْ
َ ‫ق اَوْ َدخَ َل ال َجنَّةَ اِ ْن‬
َ ‫ص َد‬ ْ
َ ‫ اَفلَ َح اِ ْن‬.‫فَقَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬. ‫ي َش ْيًئا‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫ع َش ْيًئا َو الَ اَ ْنقُصُ ِم َّما فَ َر‬ ُ ‫ الَ اَطَّ َّو‬،َ‫اَ ْك َر َمك‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫و البخارى و مسلم‬

Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW
dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang lima,
kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa
yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan
Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah
10 | P a g e

kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu Rasulullah
SAW memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab
gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah
sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah
kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia
akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.

D. Mudah (bukan meremehkan) danMeringankan Bukan Mempersulit

‫ت َربَّنَا ال تَُؤ ا ِخ ْذنَا ِإ ْن نَ ِسينَا َأوْ َأ ْخطَْأنَا َربَّنَا َوال تَحْ ِملْ َعلَ ْينَا ِإصْ رًا‬ ْ َ‫ال يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإال ُو ْس َعهَا لَهَا َما َك َسب‬
ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ا ْكتَ َسب‬
‫َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِنَا َربَّنَا َوال تُ َح ِّم ْلنَا َما ال طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َواعْفُ َعنَّا َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَا َأ ْنتَ َموْ النَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم‬
َ‫ْال َكافِ ِرين‬

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat


pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami
lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri
ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka
tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.” (Al-Baqarah/2:286)

E. Tidak berlebih-lebihan

ِ ‫ْرفُوا ِإنَّهُ ال يُ ِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِين‬ ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َوال تُس‬

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan. (Al-A’raf/7:31)

JENIS IBADAH (Mahdhah & Ghairu Mahdhah)

1. Ibadah Mahdhah

artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah
secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
11 | P a g e

a) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.

b) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah saw.

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek
Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara mengada-ada, yang populer
disebutbid’ah. Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum
Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah
Rasul-rasul mereka.

c) Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d) Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah,
dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah

(tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai
hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba
dengan makhluk lainnya . Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan
perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak,
kedua keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a). Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan
Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.

b). Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang
tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam
ibadahmahdhah disebut bid’ah dhalalah.
12 | P a g e

c). Penganutnya Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,
manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut
logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d). Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
13 | P a g e

BAB III

PENUTUP

A. PENUTUP

Semoga dengan terbitnya makalah ini kami sangan mengharapkan manfaat untuk
kedepannya dikarenakan Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia
sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai
keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak
membatasi ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan
manusia adalah medan amal dan persediaan bekal bagi para mukmin sebelum mereka
kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti.

Islam mempunyai keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai


ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi untuk mencapai keridaan
Nya serta dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh Nya. Islam tidak menganggap
ibadah ibadah tertentu saja sebagai amal saleh akan tetapi meliputi segala kegiatan yang
mengandung kebaikan yang diniatkan karena Allah SWT.

B. Daftar Pustaka
1) Al-Qur’an (Al-a’raf 7:31)
2) Shohih Bukhori Muslim (Bab Sholat)
3) Qasim, Mahmud al Hajj. Al Muujiz limaa Adhaafuhu al ‘Arabu fiy ath Thalab wa
al ‘Uluum.
4) Majalah Al Mawrad al ‘Iraaqiyyah, jilid ke-8.
5) Majalah Al ‘Arab ul Kuwaitiyyah, edisi ke-345.
6) Studi dasar dasar pemikiran islam oleh M Husain Abdullah
7) Al-Qur’an (Al-Baqarah/2:286)
8) Al-Qur’an (QS al-Mu’minun:115)
14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai