IKHTILAF
DISUSUN OLEH:
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fikih lll. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana
Ikhtilaf
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama Islam, terdapat banyak sekali ilmu yang perlu dipelajari
dan dikuasai oleh seorang muslim dan mukmin agar benar-benar mampu
melaksanakan semua perintah Allah dengan baik dan benar. Di antara ilmu-
ilmu tersebut adalah ilmu Tauhid, ilmu Akhlaq, ilmu Fiqh, ilmu Tafsir dan
masih banyak ilmu lainnya yang menjadi penunjang bagi ilmu-ilmu dasar
yang telah disebutkan sebelumnya.
Secara sekilas, dari kami tangkap melalui indera mata kami, ikhtilaf
dalam kitab tersebut adalah perdebatan mengenai banyak perkara dalam
agama yang menyebabkan terjadinya perpecahan kelompok ummat Islam
dalam beberapa kelompok yang disebut mazhab. Mazhab-mazhab tersebut
memiliki nama dan ciri sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Karena
kami hanya membaca sekilas saja, jadi kami saat ini hanya bisa bertanya-
tanya, ikhtilaf atau perbedaan seperti apa dan dalam bentuk yang bagaimana
yang terjadi dalam umat Islam?. Bagaimanakah Al-Qur’an dan Hadits
berbicara mengenai ikhtilaf ini?. Seperti apakah akibat yang ditimbulkan
oleh ikhtilaf ini?. Apa saja penyebab munculnya ikhtilaf ini?. Lalu
bagaimanakah sejarah singkat dari mazhab-mazhab fiqh dalam Islam?.
Semua rasa penasaran kami akan kami puaskan dengan mengkaji dan
meneliti bersama ikhtilaf ini melalui beberapa referensi yang kami miliki.
Semoga setelah pembahasan singkat dalam makalah ini membuat
mahasiswa dan sekalian pembaca mengerti serta memahami secara
1
mendalam Ikhtilaf dan sejarah singkat mazhab-mazhab dalam Islam,
khususnya mazhab-mazhab Fiqh. Serta mengambil pelajaran dan hikmah
dari adanya ikhtilaf ini. Amin.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikhtilaf
Ikhtilaf merupakan isim mashdar dari ikhtalafa-yakhtalifu-ikhtilaafan
yang secara etimologi bermakna perselisihan dan perbedaan pendapat dan
paham. 1 Dalam kitab Masa’il fil Fiqh Muqaran, disebutkan bahwasanya
ikhtilaf secara bahasa bermakna tidak adanya kesepakatan dalam sesuatu. 2
Sedangkan secara terminologi ikhtilaf adalah berlainan dan berselisih
pendapat antara dua orang atau lebih terhadap suatu masalah tertentu .3 Jadi
intinya, ikhtilaf itu adalah berbedanya penilaian antara dua orang atau lebih
terhadap suatu objek.
Ikhtilaf menurut istilah para Ahli Fiqh adalah perbedaan pendapat
seorang mujtahid dengan mujtahid lainnya dalam berijtihad dan berfatwa
dalam sebuah masalah. Jadi ikhtilaf itu adalah lawan kata dari ittifaq, yakni
kesepakatan. 4 Perbedaan dan perselisihan pendapat merupakan sebuah
keniscayaan yang tidak mungkin dihindari oleh manusia. Karena setiap orang
memiliki pendapat dan pandangan yang berlainan mengenai sebuah objek.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
و لو شاء ربك لجعل الناس امة واحدة و ال يزالون مختلفين
Allah berfirman: “jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadika umat
manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat” (QS
Hud: 118).
1
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), 47.
2
Umar Sulaiman Al-Asyqar dkk, Masa’il fil Fiqh Al-Muqaran, (Yordania: Dar An-Nafais, 1997),
15.
3
Yanggo, Pengantar, 48.
4
Al-Asyqar, Masa’il, 15.
3
Dalam berpedoman pada hukum dan syariat Islam, terdapat
permasalahan-permasalahan yang dalilnya diketahui dengan jelas dan ada
pula yang belum diketahui dalil atau petunjuk syariat mengenainya. Hal itu
sudah sangat wajar terjadi, karena semakin hari zaman dan dunia semakin
berkembang dan maju, sehingga muncullah permasalahan-permasalahan baru
yang tidak ada dalil dan hujjah yang jelas tentangnya. Akibatnya, dalil-dalil
dalam berpedoman pun dibagi menjadi dua berdasarkan kekuatan hujjahnya,
yakni dalil-dalil qath’i dan dhanni. Dalil qath’i adalah dalil yang berasal dari
tiga sumber syariat agama yang disepakati oleh mayoritas ulama yakni Al-
Qur’an, Sunnah dan Ijma’. Sedangkan dalil-dalil yang dhanni merupakan
dalil yang bersumber dari selain ketiga hal tadi yang masih banyak terjadi
perbedaan pendapat mengenai kemutlakan dan kebenarannya. 5
Lalu sebenarnya apa saja yang menyebabkan berbedanya ulama dalam
berhujjah dan menentukan hukum syariat ini?. Dan ruang lingkup mana yang
menjadi perselisihan dan perbedaan pendapat ulama?. Untuk lebih memahami
secara mendalam, mari kita lanjutkan kajian selanjutnya pada sub-bab
berikut.
B. Pembagian Ikhtilaf
5
Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buthi, Muhadharat fil Fiqh Al-Muqaran, (Damaskus: Dar Al-
Fikr, 1970), 10.
6
Al-Asyqar, Masa’il, 15.
4
solat. Keduanya sama-sama diperbolehkan hukumnya dan tidak
membatalkan solat jika ditinggalkan salah satunya. Dalam hal ini, para
ulama berbeda pendapat mengenainya, ada yang memakruhkannya,
menghukuminya sunnah, ada pula yang memilih untuk tidak membacanya
ketika solat. Contoh lainnya mengenai ikhtilaf yang dibolehkan ini adalah
ikhtilaf mengenai hukum bacaan qunut ketika solat subuh. 7
2. Ikhtilaf Madzmum
و كلوا و اشربوا حتى يتبين لكم الخيط االبيض من الخيط االسود من الفجر ثم اتموا
الصيام الى الليل
7
Ibid., 15-16.
5
mengamalkan pendapat-pendapat aneh yang menyimpang, maka dia telah
keluar dari Islam”.8
8
Ibid., 18.
9
Ibid., 19.
10
Ibid., 19-20.
6
ummat. Bayangkan saja, jika para ulama yang berikhtilaf, mereka
berijtihad tidak sesuai dengan kualitas keilmuan dan hanya berdasarkan
pada hawa nafsu dan kefanatikan saja?. Tentu yang terjadi bukanlah
pencapaian kebenaran, namun permusuhan dan kebencian yang akan terus
mengakar dan tiada habisnya hingga tujuh turunan.
11
Ibid., 20.
7
C. Sebab-Sebab Ikhtilaf
Dalam ilmu Fisika, apabila ada aksi maka timbullah reaksi. Begitu
pula apabila ada akibat, tentu ada sebab yang mempengaruhinya. Dalam
ikhtilaf yang terjadi di antara pada ulama Fiqh ini, tentunya ada penyebab-
penyebab yang mengakibatkannya.
12
Ibid., 20.
13
Ibid., 26.
8
Umar bin Khattab, beliau berpendapat bahwasanya mengusap sepatu,
al-mashu ‘alal khuffaini, tidak dibatasi waktu tertentu, masih banyak
para ulama Salaf yang mengikuti pendapatnya. Dan belum sampai
pada mereka hadits tentang pembatasan waktu untuk al-mashu ‘alal
khuffaini tersebut. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Syuraih bin
Hani’ berkata Aku berkata kepada Aisyah ra mengenai al-mashu ‘alal
khuffaini, kemudian dia berkata tanyalah pada Ali karena dia lebih
mengetahui tentang ini daripada aku, karena dia pernah melakukan
perjalanan bersama Rasulullah, lalu akupun bertanya kepada Ali, dia
berkata, Rasulullah SAW bersabda:
للمسافر ثالثة ايام و لياليهن و للمقيم يوم و ليلة (رواه احمد و مسلم و
)النسائي و ابن ماجه
14
Ibid., 28.
15
Ibid., 30.
9
boleh mengamalkan hadits Ahad dengan syarat harus sesuai dengan
amal Ahli Madinah.16
16
Ibid., 31-32.
17
Ibid., 31..
18
Ibid., 33.
19
Ibid., 40.
10
Sebab-sebab yang di atas adalah khusus mengenai sebab ikhtilaf
saigh maqbul saja. Sedangkan untuk ikhtilaf yang madzmum memiliki sebab-
sebab tersendiri di antaranya:
20
Ibid., 17.
21
Ibid., 18.
22
Ibid., 18; Muhammad Abu Zahroh, Tarikhul Madzahib Al-Islamiyah, (Kairo: Dar Al-Fikr), 263.
23
Ibid., 12.
11
inilah yang fardhu, itu yang sunnah, Rasulullah tidak menjelaskan
dengan lisan mana yang sunnah dan mana yang fardhu”. 24
a. Kosa kata Bahasa Arab yang multi makna dan multi tafsir. Dalam
bahasa Arab terdapat kata-kata yang mujmal, yakni kata yang
memiliki dua makna atau lebih. Contoh seperti lafadz quru’ dalam
ayat talak yang memiliki dua makna yakni waktu haid dan waktu
suci. 25
24
Al-Asyqor, Masa’il,19.
25
Ibnu Rusyd, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr), 86.
26
Abu Zahroh, Tarikh, 445.
27
Al-Asyqar, Masail, 40.
12
mazhab-mazhab, perselisihan merupakan suatu hal yang tak dapat
dihindari oleh manusia, karena setiap manusia memiliki pemikiran dan
tabiat yang berbeda. sebagaimana yang diriwayatkan oleh Miswar bin
Mahromah: bahwasanya Umar bin Khattab berkata: aku mendengar
Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surat Al-Furqon, lalu saya dengar
bacaannya berbeda dengan yang saya dengar dari Rasulullah SAW, lalu
saya bertanya padanya: “siapa yang mengajarkan bacaan Al-Qur’an yang
baru saja kau baca?”. Dia menjawab ”Rasulullah SAW”. Lalu aku berkata:
“Demi Allah kau pasti berbohong, Rasulullah SAW tidak mengajarimu
demikian”. Lalu aku menarik tangannya dan kami menghadap pada
Rasulullah SAW, aku berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, engkau
dulu pernah membacakan padaku surat Al-Furqon, namun baru saja
kudengar orang ini membacanya tidak sama sepertimu dulu”. Lalu
Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah wahai Hisyam!”, Hisyam pun
membaca seperti sebelumnya, lalu Rasulullah SAW bersabda kembali:
“Demikianlah Al-Qur’an diturunkan”. Kemudian beliau berkata kepadaku:
“Bacalah”. Lalu aku membaca sesuai dengan yang aku dengar dari
Rasulullah SAW dahulu. Setelah selesai beliau pun bersabda kembali:
“Demikianlah Al-Qur’an ini, sungguh (Al-Qur’an) ini diturunkan dengan
tujuh huruf, maka bacalah yang paling mudah untuk kalian.” (HR Ahmad,
Bukhori dan Muslim). 28
28
Ajjaj Khatib, As-Sunnah Qobla At-Tadwin, (Libanon Beirut: Dar Al-Fikr, 1980), 65.
13
dari Rasulullah. Setelah beliau wafat, barulah muncul benih-benih
perselisihan yang berujung pada munculnya mazhab.
29
Abu Zahroh, Tarikh, 242-244.
15
Diriwayatkan bahwasanya mereka adalah Yahudi yang sengaja masuk ke
dalam Islam karena ingin menghancurkan dan memundurkan umat ini. 30
Oleh sebab itu, Umar bin Abdul Aziz berpikir mencari jalan keluar
bagi perpecahan dan kerusakan yang terjadi. Karena para perusak umat itu,
mengarang dan menyebarkan hadits-hadits palsu yang mereka sandarkan
kepada Rasulullah SAW. Sehingga mulailah dikumpulkan hadits-hadits
yang sahih walaupun belum dibukukan dan dikodifikasi secara resmi.
Sejak itu pula, terdapat dua macam istilah dalam Fiqh, Fiqh Atsar dan Fiqh
Ra’yi. Fiqh atsar adalah fiqh yang hujjahnya banyak dari Al-Qur’an dan
hadits. Fiqh ra’yi adalah fiqh yang hujjahnya banyak dari ijtihad dan
pendapat mujtahid, namun tetap bersandar ke Al-Qur’an dan hadits. Yang
terkenal dengan keahliannya dalam Fiqh Atsar adalah daerah Hijaz dan
Fiqh Ra’yi dari daerah Irak.31
30
Ibid., 247.
31
Ibid., 248.
32
Ibid., 248-249.
16
Yahya bin Sa’id, Rabi’ah bin Abi Abdirrahman, dan Atha’ bin Abi Rabah
di Makkah. Hasan Al-Bashri di Bashrah. Thawus bin Kaysan di Yaman.
Mereka semua adalah tabi’in yang berguru kepada banyak para sahabat
yang memang tinggal di daerah Hijaz. 33
33
Idid., 249.
34
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, 453.
35
Yanggo, Pengantar, 72.
17
menganggap Ali beserta yang menyetujui tahkim telah kafir karena
berhukum kepada selain hukum Allah. Serta Syi’ah adalah kelompok dari
pasukan Ali yang terus mendukung, membenarkan dan mengikuti bahkan
ada pula yang menganggap Imam Ali sebagai nabi. Sedangkan jama’ah
adalah kelompok yang berpegang teguh pada ajaran Rasulullah yakni Al-
Qur’an dan Sunnah. Terpecahnya umat Islam menjadi beberapa kelompok
yang dalam bahasa Arab disebut Firqah, mengakibatkan terpecahnya pula
mazhab fiqh yang dianut oleh masing-masing firqah tersebut. Tiga firqah
ini disebut sebagai firqah siyasah, yang secara bahasa bermakna kelompok
politik.
1. Khawarij
2. Syi’ah
37
Ibid., 267-268.
38
Ibid., 262.
19
a) Sab’iyah, pengikut Abdullah bin Saba’.
b) Bayaniyah, yang dipimpin oleh Bayan bin Sam’an AT-
Tamimi.
c) Mughiriyah, yakni pengikut Mughiroh bin Sa’id.
d) Khithobiyah, pengikut Abul Khithob Al-Asadi.
e) Zaidiyah, yakni pengikut Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin bin
Husain.
f) Kaysaniyah, yang dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid Ats-
Tsaqofi. 39
g) Itsna Asyariyah atau disebut juga Imamiyah. Yang
berpendapat bahwasanya yang berhak atas kepemimpinan itu
adalah keturunan Fatimah Az-Zahra’ yang berasal sari
keturunan Husain. Mereka membatasi kepemimpinan ini hanya
pada dua belas imam saja, yakni Ali bin Abi Thalib, Hasan bin
Ali, Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin bin Husain, Muhammad
Ai-Baqir, Ja’far As-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir, Musa
Al-Kadhim bin Ja’far, Ali Ridha, Muhammad Jawwad, Ali Al-
Hadi, Al-Hasan Al-Askari, Muhammad bin Hasan Al-Askari.
h) Isma’iliyah yang dinisbahkan kepada Imam Ismail bin Ja’far
As-Shadiq. 40
Di antara semua kelompok Syi’ah di atas ada beberapa yang
memiliki kitab khusus masing-masing baik dalam segi Aqidah
maupun Syari’ah. Yang diketahui jelas memiliki kitab Fiqh
pegangan sendiri adalah dua kelompok, yakni Mazhab Fiqh
Muqarrar Itsna Asyariyah atau Imamiyah, yang mereka sebut
Mazhab Ja’fari, karena dinisbahkan kepada Imam Ja’far Shadiq.
Yang kedua kelompok Zaidiyah, yang mazhab fiqhnya mendekati
39
Ibid., 262-264.
40
Ibid., 265.
20
mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang diimami oleh Zaid bin Ali
Zainal Abidin yang dikenal oleh mereka dengan Mazhab Zaidiyah. 41
3. Jama’ah
41
Abu Zahroh, Tarikh, 268.
42
Ibid., 254-255.
21
bertindak agar umat Islam dapat membedakan yang benar dan baik
dari yang salah dan buruk maka mulailah dibukukan hadits-hadits
dengan keterangan sanad dan periwayatannya. Imam Malik bin Anas
dengan kitabnya yang bernama “Muwattha’”, kitab Al-Jawami’ fis
Sunan wal Adab karya Sufyan bin Uyainah, kitab Al-Jami’ul Kabir
fil Fiqh wal Ahadits karya Sufyan Ats-Tsauri dan Imam Abu Yusuf
teman Abu Hanifah yang menulis kitab Al-Atsar yang
diriwayatkannya dari Abu Hanifah. 43
43
Ibid., 257.
22
8) Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i (wafat 204 H)
9) Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H).44
Selain sembilan imam di atas masih banyak lagi sebenarnya
mazhab lainnya yang dibina oleh para imam mujathid mazhab
seperti Imam Daud bin Ali Al-Ashbahani Al-Baghdady (wafat 270
H) yang terkenal dengan mazhab dhahiri. Juga seperti Ishaq bin
Rahawaih (wafat 238 H) dan imam-imam mazhab lain yang tidak
sampai sejarahnya, mazhabnya bahkan hanya sekedar namanya saja
yang sampai pada kita.45
Oleh karena itu mazhab fiqh ahlus sunnah wal jama’ah ini
kami bagi menjadi dua, yakni mazhab yang lestari hingga saat ini
dan mazhab yang telah musnah.
44
Yanggo, Pengantar, 72-73.
45
Ibid., 73.
46
Ibid., 95 dan 102; Abu Zahroh, Tarikh, 355-356.
23
93 H dan wafat di Madinah pada tahun 179 H. Beliau dalam
berijtihad setidaknya bersumber pada enam hal: Al-Qur’an,
Sunnah, Amalu Ahlil Madinah, Fatwa Sahabah, Khobar Ahad
dan Qiyas, Istihsan, Maslahah Mursalah, Saddud Dzara’i dan
Sya’u man qoblana. 47 Madzhab Imam Malik sampai sekarang
masih diikuti sebagian besar kaum muslimin di Maroko, Al-
Gers, Tunisia, Tripoli, Libiya dan Mesir.48
47
Yanggo, Pengantar, 102-114.
48
Ibid., 120.
49
Ibid., 120-126.
50
Ibid., 136.
24
Al-Mawardi Al-Baghdadi. Beliau dilahirkan di Baghdad tahun
164 H dan wafat pada 241 H di tempat yang sama. Beliau
memiliki hubungan yang sangat baik dengan Syafi’i sehingga
mereka sudah seperti sudara sendiri. Sering sekali mereka
berdiskusi bersama kecuali setelah Imam Syaf’i pindah ke
Mesir. Adapun Metode Istidlal yang diterapkan Imam Ahmad
bin Hanbal adalah Al-Qur’an, Sunnah, Fatwa dan Qaul
Sahabat, Hadits Mursal dan Qiyas. 51 Tersiarnya mazhab
Hambali tidak seperti tersiarnya mazhab lainnya. Mazhab ini
mulai tersebar di kota Baghdad tempat kediaman beliau sendiri,
kemudian berkembang pula ke negeri Syam. Sekarang mazhab
Hanbali menjadi mazhab resmi dari pemerintah Saudi Arabia
dan mempunyai pengikut yang tersebar di semenanjung jazirah
Arab, Palestina, Syiria dan Irak.52
b. Mazhab Adz-Dhahiri yang diimami oleh Abu Daud bin Ali bin
Khollaf Al-Ashbahani. dilahirkan di kuffah pada tahun 202 H.
51
Ibid., 137-144.
52
Ibid., 146.
25
Mazhab Daud ini terus berkembang sampai pada abad ke-5,
kemudian surut.
53
Ibid., 82.
54
Ibid., 81.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikhtilaf merupakan perbedaan para ulama mujtahid dalam berijtihad dan
hasil fatwanya. Ikhtilaf dibagi menjadi tiga:
Sebab dari objek ikhtilaf di antaranya karena lafadz dan kosakata bahasa
Arab yang multi makna, juga karena terdapat dalil-dalil yang bertentangan
ddan berbedanya adat, kebiasaan dan keadaan di setiap daerah.
27
1. Khawarij
2. Syiah
3. Jama’ah
Untuk Jama’ah atau yang dikenal juga dengan sebutan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, memiliki banyak sekali mazhab Fiqh. Ada yang mengatakan tiga
belas, sembilan dan lain sebagainya. Namun yang terkenal dan lestari
hingga saat ini hanya empat yakni: Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki,
Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali. Sedangkan di antara mazhab-
mazhab yang telah punah yakni: Mazhab Auza’i, Mazhab Dhahiri,
Mazhab Thabari dan Mazhab Laitsi. Penyebab punahnya mazhab-mazhab
tersebut adalah karena kurangnya ketekunan murid dari imam-imam
mereka dan mereka juga tidak membukukan fatwa imam mereka masing-
masing sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid mazhab empat
yang lestari sebelumnya.
28
dengan adanya perbedaan hasil ijtihad ataupun apapun itu, umat Islam
tidak merasa tersulitkan dengan satu fatwa yang wajib diikuti. Bayangkan
saja jika ikhtilaf tidak diperbolehkan sama sekali dalam bidang apapun?.
Semua harus sama, padahal keadaan dan watak setiap orang berbeda. Jika
disamakan maka tujuan utama dari Islam itu sendiri tidak akan tercapai.
Tujuan Allah memberikan peraturan syariat agar memudahkan umat Islam
bukan malah menyulitkan. Allah berfirman:
Jadi mari kita tiru apa yang dilakukan oleh sahabat dan imam-imam
mazhab ketika mereka berselisih. Bukan berselisih lalu bertikai dan saling
menyalahkan. Justru perbedaan mereka itu semakin mempererat
persaudaraan dan persahabatan yang terjalin di antara mereka.
29
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asyqar, Umar Sulaiman, dkk. 1997. Masa’il fil Fiqh Al-Muqaran. Yordania:
Dar An-Nafais.
Khatib, Ajjaj. 1980. As-Sunnah Qobla At-Tadwin. Libanon Beirut: Dar Al-Fikr.
30