Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASWAJA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Aswaja

Dosen Pengampi : Bpk, Nur rois, M.Pd.I.

Disusun oleh :
IWAN SANTOSO_22106021012

M. Agus irfan Ali_22106021085

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM (B)


UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
TAHUN 2022

Khilafiyah -1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi
yang hingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita semua
untuk menikmati segala karunia-Nya, dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Khilafiyah atau Perbedaan
Pendapat”.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam sekaligus menjadi bahan diskusi kelompok dan memperdalam materi
tentang Khilafiyah dan Sebab-sebab terjadinya Khilafiyah dengan dibimbing oleh dosen
Pendidikan Agama Islam yaitu Hendriyenti, Sag,MPdl.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati kami, kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini mungkin banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan-kritikan dari pembaca dan mudah-
mudahan makalah ini juga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 15 September 2018

Penulis

Khilafiyah -2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................4
D. SISTEMATIKA PENULISAN.....................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. PENGERTIAN KHILAFIAH (IKHTILAF).................................................5
B. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN PENDAPAT...................7
C. PEMAHAMAN NASH SEBAGAI FAKTOR TIMBULNYA PERBEDAAN
PENDAPAT.........................................................................................................8
D. ALIRAN-ALIRAN DALAM HUKUM ISLAM..........................................8
E. KESATUAN MAZHAB DALAM HUKUM ISLAM..................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. KESIMPULAN...........................................................................................11
B. SARAN.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

Khilafiyah -3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Khilafiyah adalah perbedaan pendapat mengenai segala sesuatu yang berkaitan


dengan masalah keagamaan. Perbedaan pendapat seperti ini sudah terjadi sejak zaman
Rasulullah masih hidup, juga sampai Rasululllah telah wafat yang menyebabkan para
sahabat sulit menemukan sumber hukum yang terpercaya selain Al-Qur’an dan Hadis,
sehingga para sahabat menetapkan hukum itu secara individu.
Masalah khilafiah merupakan persoalan yang terjadi dalam realitas kehidupan
manusia. Di antara masalah khilafiah tersebut ada yarig menyelesaikannya dengan cara
yang sangat sederhana dan mudah, karena ada saling pengertian berdasarkan akal sehat.
Akan tetapi dibalik itu, masalah khilafiah menjadi ganjalan untuk menjalin
kehanhonisan di kalangan umat Islam karena sifat ta'asyubiyah (fanatik) yang
berlebihan, tidak berdasarkan pertimbangan akal yang sehat. Perbedaan pendapat
(masalah khilafiah dalam fiqh), dalam lapangan hukum sebagai hasil penelitian (ijtihad),
tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan kedudukan hukum islam,
bahkan sebaliknya bisa memberikan kelonggaran kepada orang banyak sebagaimana
yang diharapkan Nabi saw., dalam haditsnya:

ٌ‫إختِالفُ ُأ َّمتِ ْي َرحْ َمة‬


ْ
Artinya:
"Perbedaan pendapat (di kalangan) umatku adalah rahmat."
Hadits ini dapat diambil kesimpulan, bahwa orang itu bisa bebas memilih salah
satu pendapat dari beberapa pendapat, tidak terpaku hanya kepada satu pendapat saja.

Khilafiyah -4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Khilafiah/ Ikhtilaf ?
2. Apa sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat ?
3. Apa pemahaman nash sebagai faktor timbulnya perbedaan pendapat ?
4. Apa aliran-aliran dalam hukum islam itu ?
5. Apa kesatuan mazhab dalam hukum Islam itu?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian Khilafiah.
2. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat.
3. Untuk mengetahui pemahaman nash sebagai faktor timbulnya perbedaan
pendapat.
4. Untuk mengetahui aliran-aliran dalam hukum Islam.
5. Untuk mengetahui kesatuan mazhab dalam hukum Islam.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini dibagi menjadi 3 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
 Pendahuluan berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II KHILAFIAH
 Khilafiah berisi uraian tentang pengertian Khilafiah, sebab-sebab
terjadinya perbedaan pendapat, pemahaman nash sebagai faktor timbulnya
perbedaan pendapat, aliran-aliran dalam hukum Islam dan kesatuan
mazhab dalam hukum Islam.

Khilafiyah -5
BAB III PENUTUP
 Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
 Daftar Pustaka berisi referensi penulis dalam menyusun makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KHILAFIAH (IKHTILAF)


Ikhtilaf / khilafiyah diambil dari bahasa arab yang asal katanya adalah khalafa-
yakhlifu-khilafan (‫ )خلف – يخلف – خالفا‬yang berarti berselisih paham, tidak sependapat.
Secara istilah khilafiyah adalah perselisihan paham atau pendapat dikalangan para
ulama fiqh (ahli hukum islam) sebagai hasil ijtihad untuk mendapatkan dan menetapkan
suatu ketentuan hukum tertentu. Ada 3 kata yang mirip dengan ikhtilaf:
• Khilaf = Tidak sadar. Pembunuhan dilakukan si Fulan karena dirinya khilaf
• Khalifah = Pemimpin pemerintahan. Contoh: Abu Bakar Ash-Shidiq
• Khilafah = Pemerintahan. Contoh: Khilafah Utsmani yg berpusat di Turki
Adapun dalil tentang khilafiyah sebagai berikut:

ٍ ِ‫ِإنَّ ُك ْم لَفِ ْي قَوْ ٍل ُم ْهتَل‬


) 8 :‫ف (الذاريات‬
Artinya:
“Sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat”.
(Q.S. Al-Zariyat: 8)

)93 :‫ض ْي بَ ْينَهُ ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فِ ْي َما َكا نُوْ ا فِ ْي ِه يَ ْختَلِفُوْ نَ (يو نس‬
ِ ‫ِإ َّن َربَّكَ يَ ْق‬
Artinya:

Khilafiyah -6
“Sesungguhnya tuhan kamu akan memutuskan antara mereka dihari kiamat tentang apa
yang mereka perselisihkan itu”. (Q.S. Yunus: 93)

ٌ‫ف ُأ َّمتِ ْى َرحْ َمة‬


ُ َ‫اِ ْختِال‬
Artinya:
“Perbedaan pendapat umatku, hendaknya menjadi rahmat.” (HR. Baihaqy, Hulaimy dan
Nashir Naqdas)

Sejarah Ikhtilaf

Khilafiyah pada zaman Nabi Muhammad saw pada waktu itu memang sudah ada
tapi masih sangat sedikit, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu. Hanya masalahnya
khilafiyah pada waktu itu belum meluas, sedang Nabi sendiri masih ada dan masalah
bisa dipecahkan oleh nabi karena ketika itu kaum muslimin masih berada dalam fase
turunya wahyu. Timbulnya perbedaan pendapat dalam masalah hukum syariah dimulai
seiring dengan umur ijtihad itu sendiri. Praktik ijtihad pada saat Rasulullah hidup.
Kebutuhan kaum muslimin akan ijtihad mulai tampak setelah wafat Rasulullah dan
berpencarnya para sahabat ke berbagai penjuru daerah kaum muslimin. Jika kita cermati
secara mendalam, semua perbedaan pendapat yang terjadi selama ini terkait dengan dua
hal berikut:

1. Keberadaan dalil.
2. Pemahaman terhadap dalil

Contoh khilafiyah pada masa Nabi Muhammad saw, dapat dicermati seperti tersebut
didalam hadist dibawah ini:

Khilafiyah -7
‫ ثُ َّم‬.‫ص }لَّيَا‬
َ َ‫طيِّبَ}}ا ف‬َ ‫ص ِع ْيدًا‬ َ ‫صالَةُ َولَي‬
َ ‫ْس َم َع ْه َما َما ٌء فَتَيَ َّم َما‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ض َر‬ َ ‫ خَ َر َج َر ُجَآل ِن فِ ْى َسفَ ٍر فَ َح‬:‫ال‬ َ َ‫ع َْن َأبِ ْى َس ِع ْي ٍد اَ ْل ُخ ْد ِرىِّ ق‬
‫}را‬ َ ِ‫ ثُ َّم اَتَيَا َرسُوْ َل هللا‬.ُ‫ َْال ُوضُوْ َء َولَ ْم يُ ِع ِد ااْل َ َخر‬, َ‫صالَة‬
َ }‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس}لَّ َم فَ} َذ َك‬ َّ ‫ت فََأعَا َد َأ َح ُد هُ َما ال‬
ِ ‫َو َجدَا ْال َما َء فِى ْال َو ْق‬
)‫ (راودأبوراوروالنسانى‬.‫ َوقَا َل لِاْل َ خَ ِر لَكَ اَألجْ ُر َم َّر تَي ِْن‬.‫ك‬
َ ُ‫صاَل ت‬ َ ‫صبْتَ ال ُّسنَّةَ َوَأجْ َزاَ ْت‬
َ ‫ك‬ َ ‫ فَقَا َل لِلَّ ِذى لَ ْم يُ ِع ْد َأ‬.ُ‫ك لَه‬
َ ِ‫َذل‬

Artinya:
“Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata: keluar dua orang pada suatu perjalanan sedang
waktu shalat telah tiba, kedua orang itu tidak menemukan air untuk berwudhu, maka
bertayamum kedua orang itu dengan debu yang bersih, lalu mereka shalat. Setelah
mereka shalat mereka dapati air ditempat itu juga, maka seorang dari mereka
mengulangi shalatnya dengan wudhu, sedang yang lain tidak mengulangi. Kemudian
mereka berdua menghubungi Rasulullah dan menanyakan persoalan tersebut bagaimana
hukumnya. Maka Rasul menjawab kepada yang tidak mengulang: Engkau telah
kerjakan menurut sunnah dan cukup buatmu sembahyang dan cukup buatmu shalatmu,
dan sabdanya kepada yang lain: Engkau dapat ganjaran dua kali.” (HR. Abu Daud dan
Nasa’i).

B. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN PENDAPAT

Berbagai-bagai sebab telah menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan fuqaha,


yang pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Pertama, perbedaan pendirian
tentang kedudukan sumber-sumber hukum, apakah bisa dijadikan dasar penetapan
hukum atau tidak. Kedua, perbedaan pendirian tentang aturan-aturan bahasa dalam
pemahaman terhadap sesuatu nash (Alquran dan Alhadits).
Sumber-sumber hukum yang diperselisihkan kedudukannya tersebut ialah hadits
Nabi saw, ijma', qiyas, istihsan, mashlahah mursalah dan 'urf. Untuk lebih jelasnya,
dibawah ini akan diperincikan perselisihan-perselisihan yang timbul sekitar kedudukan
sumber-sumber hukum, di antaranya mengenai hadis, ijma', dan qiyas sebagai berikut.

 Hadis
1. Sampai atau tidaknya sesuatu hadis

Khilafiyah -8
2. Percaya atau tidaknya terhadap seseorang perawi hadis
3. Sahih atau tidaknya sesuatu hadis
4. Pembagian hadis dha’if
5. Perlawanan antara dua hadis ahad

 Perbedaan pendapat karena Ijma’


Ijma’ adalah Kesepakatan mengenai hukum syara dari suatu peristiwa setelah
wafatnya rasul. Contohnya masalah menjatuhkan talaq pada masa Rasullullah
SAW dan Abu Bakar As-Shiddiq jatuh hanya satu saja. Tapi pada masa khalifah
Umar bin Khattab sekaligus 3 talaq. Umar berpendapat bahwa 3 talaq sekaligus
agar dapat menjadikan pelajaran. Para sahabat pun setuju dan itu dianggap
sebagai ijma dan mereka tidak lagi memakai hadist tentang talaq tapi memakai
ijma umar bin khattab.

 Perbedaan pendapat karena Qiyas


Qiyas adalah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada
dasar nashnya. Contohnya masalah minuman keras. Menurut sahabat ali bin abi
thalib minum minuman keras akan menimbulkan mabuk yang berujung kata-
kata fitnah sehingga harus di cambuk 80 kali. sedangkan menurut fuqaha dhahiri
minum minuman keras hukumnya diserahkan pada kebijaksanaan penguasa
suatu masa, dan tidak ada batasan tertentu.

C. PEMAHAMAN NASH SEBAGAI FAKTOR TIMBULNYA PERBEDAAN


PENDAPAT

Hal-hal yang menimbulkan pemahaman yang berbeda terhadap nash-nash (dalil)


pada garis besarnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian kata-kata
tunggal dan pengertian susunan kata (uslub). Kata-kata tunggal tersebut ialah kata-kata
musytarak, suruhan dan larangan, hakikat dan majaz, mutlak dan muqayyad. Adapun
susunan kata-kata (uslib) yang menim-bulkan pemahaman yang berbeda ialah

Khilafiyah -9
pengecualian dari kata-kata umum, mafhum mukhalafah, fahwul khitab, umumul
muqtadha, istisna sesudah beberapa jumlah kata-kata. Berikut ini contoh-contohnya:
a. Kata-kata musytarak adalah kata yang punya 2 pengertian atau lebih.
b. Pengertian suruhan dan larangan
c. Kata-kata hakikat (arti sebenarnya) dan majazi (bukan arti sebenarnya)
d. Kata-kata muthlak ( kata tanpa batasan tertentu) dan muqayyad (kata ada
batasan tertentu)
e. Mafhum Mukhalafah adalah kata kebalikan atau kata sebaliknya
f. Fahwal Khitab/Mafhum Muwafaqah adalah apabila yang dipahamkan lebih
utama hukumnya dari pd yang diucapkan, cth memukul org tua lebih
tidak boleh hukumnya
g. Istitsna (pengecualian) sesudah serangkaian perkataan

D. ALIRAN-ALIRAN (MAHZAB) DALAM HUKUM ISLAM

Munculnya madzhab dalam sejarah terlihat adanya pemikirah fiqih dari zaman
sahabat, tabi’in hingga muncul madzhab-madzhabfiqih pada periode ini. Seperti contoh
hokum yang dipertentangkan oleh Umar bin Khattab dengan Ali bin Abi Thalib ialah
masa ‘iddah wanita hamil yang ditinggalk mati oleh suaminya. Golongan sahabat
berbeda pendapat dan mengikuti salah satu pendapat tersebut, sehingga munculnya
madzhab-madzhab yang dianut.Perbedaan adalah suatu hal yang wajar, karena keadaan
tidak sama tentang pengetahuan dan pemahaman terhadap nash-nash syari'at dan tujuan-
tujuannya, selain karena perbedaan tinjauan dan dasar-dasar pertimbangan dalam
menganalisis sesuatu persoalan hukum. Para Imam Mujtahid, seperti Imam Hanafi,
Maliki, Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbali, sudah cukup dikenal di Indonesia oleh
sebagian besar umat Islam. Bagi Umuwan, selain imam mazhab yang empat itu, juga
mereka kenal seperti Imam Daud Adz-Dzahiri, Syi'ah Zaidiyah, Syi'ah Imamiyah, dan
mujtahid lainnya. Akan tetapi, untuk mengetahui pemikiran masing-masing imam
mazhab itu sangat terbatas. Bahkan ada yang cenderung hanya ingin mendalami mazhab
tertentu saja. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan alau karena ilmu yang

Khilafiyah -10
diterima hanya dan ulama atau guru yang, menganut suatu mazhab saja. Mengenai suatu
aliran mazhab saja, sebenarnya tidak ada larangan, tetapi hendaknya jangan menutup
pintu rapat-rapat, sehingga tidak dapat melihat pemikiran-pemikiran yang ada pada
mazhab yang lain yang bersumber dari Alquran dan hadis. Hal ini dimaksudkan agar
seseorang tidak panatik kepada satu mazhab. Untuk mengenal tokoh-tokoh, pikiran-
pikiran dan pengaruhnya kepada kaum muslimin, maka perlu disebutkan sccara singkat
tentang mazhab-mazhab tersebut, terutama empat mazhab yang terkenal di Indonesia.
1. Imam Hanafi
2. Imam Malik Bin Anas (93-179 H)
3. Imam Syafi'i
4. Imam Ahmad Bin Hambali (164 H-241 H)

E. KESATUAN MAZHAB DALAM HUKUM ISLAM

Perbedaan pendapat yang bisa dikatakan menimbulkan mazhab ialah "perbedaan


pokok!' yakni yang berpangkal pada perbedaan pendirian terhadap sumber-sumber
hukum itu sendiri, seperti perbedaan antara fuqaha Dhahiri yaf)g mengakui kebolehan
"riba" pada pertukaran beras (dengan jumlah lebih pada salah satunya), dan kebolehan
ini didasarkan atu "kebolehan asal" (ibahah asliy ah), sedangkan jumhur fuqaha
menganggap haramnya riba tersebut, karena mereka mendasarkan pendapatnya pada
qiyas, yakni mempersamakan beras dengan gandum yang sudah ada ketentuannya
dalam hadis. Dalam hal ini masing-masing pendapat bisa dianggap sebagai mazhab.
Kalau perbedaan pokok menjadi kriteria (ciri khas) mazhab, maka perbedaan-perbedaan
pendapat yang terdapat antara empat mazhab Sunni (Hanafi, MaUki, Syafi'i, dan
Hambali) seharusnya tidak perlu menimbulkan mazhab-mazhab yang berdiri sendiri dan
terpisah satu sama lain, karena dasar-dasar dalam mazhab-mazhab tersebut sebenarnya
sama, dan perbedaan yang terjadi antara mereka hanya berpangkal pada pemahaman,
pertimbangan, tinjauan dan cara-cara pengambilan hukum dari sumber-sumbemya.
Masing-masing dari mazhab empat tersebut memakai Alquran, Alhadis, ijma', qiyas,
istihsan, dan maslahah mursalah, meskipun kadang-kadang terjadi selisih pendirian

Khilafiyah -11
mengenai perincian-perincian kecil sekitar sumber-sumber tersebut. Dengan demikian,
apabila kita teliti benar-benar, maka perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah
dengan Imam Syafi'i atau Imam Malik, tidak berpangkal pada dasar-dasar hukum.
Bahkan pada garis besaraya cara-cara pengambilan hukum pun tidak banyak berbeda.
Penggabungan Imam-imam Abu Yusuf, Muhammad bin al-Hasan, dan Zufar dengan
Imam abu Hanifah tidak lain adalah karena mereka berguru dan bergaul dengannya,
menyiarkan pendapat-pendapatnya dan menyatakan persetujuan pendiriannya dengan
pendapat-pendapat tersebut. Imam Syafi'i sendiri pada mulanya adalah pengikut Imam
Malik dan baru memisahkan diri dan dianggap memisahkan diri dengan mengemukakan
mazhab bam, setelah ia mementingkan unruk menjelaskan pendapat- pendapatnya
sendiri kepada orang banyak. Demikian pula halnya dengan Abu Tsaur dan At-Thabari
(mazhab-mazhab fiqhnya sudah musnah) pengikut mazhab Syafi'I Dengan berpijak
pada kesamaan dasar hukum, maka perbedaan pendapat tersebut tidak lebih dari pada
perbedaan pendirian yang terjadi antara mazhab-mazhab tersebut dan dengan demikian
maka sumber-sumber hukum yang dipegang adalah sama.

Khilafiyah -12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan beberapa hal penting yaitu :

1. Khilafiyah / ikhtilaf artinya berselisih atau tidak sepaham.


2. Yakin bahwa masalah khilafiyah itu wajar dan tidak bisa dihindari terjadinya.
3. Yakin bahwa beda pendapat itu bukan dosa, justru sebaliknya kita jadi
semakin punya khazanah yang kaya tentang ragam alur hukum.
4. Yakin bahwa khilafiyah itu bukan persoalan yang harus ditangani dengan
menghukum orang lain salah dan emosi, melainkan sebuah kewajaran yang
manusiawi, serta terus mencari ilmu dan kebenaran dalam mejalani hidup.
5. Selama masih ada Qur’an dan sunnah, sudah pasti muncul perbedaan
pendapat. Karena sejak zaman nabi dan shahabat di mana Qur’an sedang turun
dan hadits masih diucapkan oleh nabi, sudah ada perbedaan pendapat di
kalangan mereka.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini penulis buat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kekurangan penulis meminta kepada pembaca umumnya dan khususnya kepada
Ibu dosen mata kuliah Materi PAI ini untuk memberikan saran dan kritik yang
membangun untuk makalah ini. Mudah-mudahan Allah Swt senantiasa
memberkahi kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Khilafiyah -13
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk.. Pendidikan Agama Islam pada perguruan Tinggi Umum.2002


Jakarta: Ghalia Indonesia

A. Toto Suryana, dkk.. Pendidikan Agama Islam pada perguruan Tinggi Umum.1984
Bandung: Tiga Mutiara.

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. 2003. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Multazam, M. Fiqih Syafi’i. 1984. CV.Gresik Surabaya: Bintang Pelajar.

Susiknan, Azhari. Ensiklopedi Hisab Rukyat. 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khilafiyah -14

Anda mungkin juga menyukai