Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MAHZAB DAN ALIRAN PEMIKIRAN DALAM


ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Dr. Syarip Hidayat, M.A., M.Pd.

Dr.H.Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Alby Silmi Maulidan (2001586)


2. Alif Ridha Ramadhani (2007173)
3. Azizah Ghina Aulia (2005995)
4. Najla Khairunnisa (2001632 )

KELAS 1B

BISNIS DIGITAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS DAERAH TASIKMALAYA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul " Mazhab dan Aliran Pemikiran dalam Islam "
tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Tasikmalaya, 10 Desember 2020

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Pembelajaran....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahzab ......................................................................................5


B. Latar Belakang Munculnya Perbedaan Mahzab ..........................................5
C. Macam-macam Mahzab ..............................................................................6
D. Macam-macam Aliran Pemikiran Islam ....................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

2
BAB 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang
Di masa Nabi Muhammad, semua masalah terpecahkan
Karena perilakunya sebagai sahib al-syari'ah. Inilah mengapa umat Islam
yanghidup pada masanya tidak akan pernah bingung dengan hukum Syariah.
Setelah wafatnya Nabi, berbagai aliran pemikiran muncul.

Madzhab adalah kumpulan pandangan yang kacau dari bentuk hukum Islam,
pandangan ini berbeda dengan ajaran Islam yang rinci dan berbagai prinsip dan
dasar yang menjadi dasar pandangan tersebut, saling terkait dan karenanya
membentuk satu kesatuan yang utuh. Sekolah pemikiran adalah metode yang
digunakan secara internal oleh kelompok jihadis
Tentukan hukumnya.

Ketidaksepakatan di bidang hukum akibat ijtihad tidak perlu dianggap sebagai


faktor yang melemahkan status hukum Islam, begitu pula sebaliknya.
Banyak orang bisa membuat konsesi

Secara khusus teksnya belum ditentukan, oleh karena itu perbedaan pendapat
di antara Senat Muslim menjadi hal yang perlu diperhatikan. Aliran pemikiran
yang berbeda juga didasarkan pada sumber pendalaman landasan hukum.
Selain itu, terjadinya Clyde juga menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan
sekolah.

Perbedaan pendapat ini akan terus terjadi kapan pun dan di mana pun itu, yang
menunjukkan vitalitas umat Islam karena perkembangan pemikiran manusia
yang terus menerus. Ketidaksepakatan kemudian melahirkan mazhab-mazhab
pemikiran Islam, yang masih dituntut oleh masyarakat hingga saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Mahzab ?
2. Apa yang melatarbelakangi perbedaan mazhab ?
3. Apa saja macam-macam mazhab ?
4. Apa saja aliran-aliran dalam islam ?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan apa itu mazhab
2. Menjelaskan apa yang melatarbelakangi perbedaan mazhab

3
3. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam mazhab
4. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam aliran dalam islam

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahzab

1. Mahzab

Menurut bahasa mahzab berasal dari shighah mashdar mimy (kata sifat)
isim makan (kata yang menunjukan tempat) yang diambil dari fi’il madhi
“dzahaba” yang berarti “pergi”. Sedangkan secara terminologis mazhab
menurut Huzaemah Tahido Yanggo adalah pokok pikiran atau dasar yang
digunakan oleh imam Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau
mengistinbatkan hukum islam.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa maksud dari mazhab adalah
pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam Mujthahid dalam
memecahkan masalah atau mengistinbathkan hukum islam. Mazhab
mencakup:
a. Sekumpulan hukum-hukum islam yang digali seorang imam mujtahid
b. Ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq)

B. Latar Belakang perbedaan Mazhab

Masalah khalifah merupakan persoalan yang terjadi dalam realitas


kehidupan manusia. Diantara masalah realitas tersebut ada yang
menyelesaikannya dengan sederhana dan mudah karena ada saling pengertian
dan akal sehat. Tetapi masalah khalifiah dapat menjadi ganjalan untuk menjalin
keharmonisan dikalangan umat islam karena sifat ta’asub (fanatik) yang
berlebihan tidak berdasarkan pertimbangan akal sehat das sebagainya. Kelahiran
mazhab-mazhab gukum dengan pola dan karakteristik tersendiri menimbulkan
berbagai perbedaan pendapat dan eragamnya aliran pemikiran. Tokoh-tokoh
mazhab sperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Ahmad bin Hanbal
masing-masing menawarkan kerangka metodologi, teori dan kaidah-kaidah
istihad yang menjadi pijakannya dalam menetapkan hukum. Pada awalnya
mazhab bertujuan untuk memberikn jalan tengah dan merupakan upaya dalam

5
memecahkan berbagai persoalan hukum yang dihadapi baik dalam memahmi
nash AL-Quran dan al-Hadist maupun kasus-kasus hukum yang tidak
ditemukkan jawabannya dalam nash. Dengan semakin mengakarnya pemikiran
hukum diantara satu tokoh dengan yang lainnya terdapat perbedaan yang khas,
maka kemudian ia muncul sebagai aliran atau mahzab yang akhirnya menjadi
pijakan oleh masing-masing pengikut mazhab dalam melakukan istinbat hukum.

Sampai saat ini fiqih ikhtilaf terus berlangsung, mereka tetap berselisih
paham dalam masalah furu’iyyah akibat dari keanekaragaman sumber dan aliran
dalam memahami nash dan mengistinbatkan hukum yang tidak ada nashnya.
Perselisihan terjadi antara pihak yang memperluas dan mempersempit, antara
yang memperketat dan memperlonggar, antara yang mewajibkan mmazhab dan
yang melarangnya. Ikthilaf bukan hanya terjadi para arena fiqih, tetapi juga pada
lapangan teologi. Peristiwa “tahkim” adalah titik awal lahirnya mazhab-mazhab
teologi dalam islam. Masing-masing mazhab teologi tersebut memiliki corak dan
kecenderungan yang berbeda-beda seperti dalam mazhab fiqih. Perbedaan
pendapat pada spek teologi memiliki implikasi besar bagi perkembangan
pemahaman umat islam terhadap ajaran islam itu sendiri.

C. Macam-macam Mazhab
1. Mazhab Hanafi

Didirikan oleh Abu Hanifah atau nama lengkapnya Al-Nu’man ibn Tsabit ibn
Zuthi tahun 80-150 H. Beliau dilahirkan di Kufah, lahir pada zaman Dinasti Ummayah
tepatnya pada kekuasaan Abdul Malik ibn Marwan. Abu Hanifah dulunya seorang
pedangang, atas anjuran Al-Syabi ia kemudian menjadi pengembang ilmu. Beliau
belajar fiqih kepada ulama aliran Irak (ra’yu). Dalam memecahkan masalah yang belum
ada di Al-quan dan Al-Sunah ia mengandalkan qiyas (analogi) dalam memecahkan
hukum, berikut merupakan contoh Ijtihad Abu Hanifah yaitu :

o Perempuan boleh menjadi hakim di pengadilan yang khsusnya


menangani perkara perdata bukan pidana. Alasannya karena
perempuan tidak boleh menjadi saksi pidana. Dengan demikian,

6
metode Ijtihad yang digunakan adalah qiyas dengan menjadikan
kesaksian sebagai al-ashl dan menjadikan hukum perempuan
sebagai Far’
o Abu Hanifah dan ulama kufah berpendapat bahwa sholat gerhana
dilakukan dua rakaat sebagaimana shalat i’d tidak dilakukan dua
kali ruku’ dalam satu rakaat.

Imam Abu Hanifh adalah ulama yang dikenal karena memiliki ilmu yang luas dan
sempat menambah pengalaman dalam masalah politik, karena di masa hidup belia
mengalami perpindahan kekuasaan dari kepemimpinan khalifah Bani Ummayah kepada
Khalifah Bani Abbasiyah, dengan begitu tentunya mengalami perubahan situasi yang
sangat berbeda antara kedua masa tersebut.

Mazhab Hanafi berkembang pesat karena kegigihn murid-muridnya dalam


meyebarkan kepada masyarakat luas, namu terkadang ada pendapat murid yang
bertentangan dengan pendapat gurunya maka itulah salh satu khas dari fiqih Hanafiyah
yang terkadang memuat bantahan gurunya terhadap ulama fiqih yang hidup dimasanya.

Kitab-kitab fiqih yang disusun oleh Ulama Hanafiyah, yaitu Jami’ al-Fushulai,
Dlarar al-Hukkam, kitab al-Fiqh dan Qawaid al-Fiqh, dan lain-lain. Dalam pembuatan
kitab-kita tersebut tentunya memiliki dasar dalam penyusunannya. Dasr yang dipakai
oleh para ulama Hanafiyah diantarnya : Al-Quranul Karim, Sunnah Rosul dan atsar
yang Shahih lagi masyhur, fatwa sahabat, qiyas, istihsan, adat dan uruf masyarakat.
Murid dari imam Aabu Haniifah yang terkenal, yaitu Imam Abu Yusuf al-An sharg,
Imam Muhammad bin al-Hasan al-Syabani

2. Mazhab Maliki

Mazhab Maliki dibangun oleh Maliki bin Annas. Beliau dilahirkan di Madinah
pada tahun 90 H. Imam Malik belajar qira’ah kepada Nafi’ bin Abi Ha’im dan belajar
hadits kepada ulama madinah seperti Ibn Syihab al-Zuhri.

Pada mazhab ini karya ynag terkenal adalah kitab al-Muwatta’, sebuah hadits
bergaya fiqh, kitab ini adalah kita tertua di dunia. Imam maliki merupakan imam
dalam ilmu hadits da fiqih sekaligus banyak orang yang sudah setuju atas keutamaan

7
dan kepemimpinannya. Dalam fatwaq hukumnya ia bersandar pada kitab Allah
kemudian pada as-Sunnah. Akan tetapi beliau mendahulukan amalan penduduk
Madinah daripada hadits ahad disebabkan karena beliau berpendirian bahw penduduk
madinah itu mewarisi dari sahabat.

As-Ayafi’i menerima hadits darinya dan mahir ilmu fiqih kepadanya. Penduduk
Mesir. Maghribi dan Andalas banyak mendatangi kuliah-kuliahnya dan memperoleh
manfaat besar darinya, serta menyebar luaskan di negeri mereka.

Kitab al-Mudawwanah sebagai dasar ilmu fiqih mazhab maliki dan sudah dicetak
dua kali di Mesir dan tersebar luas, demikian pula kitab al-Miwatta’. Pembuatan
undang-undang di Mesir sudah memetik sebagian hukum dari mazhab maliki untuk
menjadi standar mahkamah sejarah Mesir. Dalam hal ini dasar-dasar yang dipakai
dalam mazhab maliki, yaitu Al-Quran, Sunnah, Ijma’ ahli Madinah , Qiyas, Istishab/al-
Mashalih al-Mursalah.

3. Mazhab Syafi’i

Didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris al-Abbas. Mazhab ini merupakan
perpaduan antara mazhab Hanafi dan Maliki. Terdiri dari dua pendapat, yaitu qaul
qadim (pendapat lama) di irak dan qaul jadid di Mesir. Mazhab ini terkenal sebagai
mazhab yang peli hati-hati dalam menentukan hukum karena kehati-hatiannya tersebut
pendapatnya kurang tegas.

Imam Syafi’i pernah belajar Ilmu Fiqh beserta kaidah-kaidah hukumnya di mesjid
al-Haram dari dua mufti besar, yaitu Muslim bin Khalid dan Syufyan bin Umayyah
sampai matang dalam ilmu fiqih. Al-Syafi’i mulai melakukan kajian hukum dan
mengeluarkan fatwa-fatwa fiqih bahkan menyusun metodologi kajian hukum yang
cenderung kuffah. Dalam fiqihnya syafi’i mengemukakan pemikiran bahwa hukum
islam bersumber pada al-Quran dan al-Sunnah serta Ijma’ dan apabila ketiganya belum
memaparkan ketentuan hukum yang jelas, beliau mempelajari perkataan-perkataan
sahabat dan baru yang terakhir melakukan qiyas dan istishab. Karya/ buah pena dari
Imam Syafi’i, diantaranya Ar-Risalah (kitab ushul fiqih yang pertama kali disusun), Al-
Umm (isinya tentang berbagai macam masalah fiqih berdasarkan pokok-pokok pikiran
yang terdapat dalam kitab ushul fiqih).

8
4. Imam Hambali

Abu Abdillah Ahmad ibn Hambal, yang dikenal sebagai imam Ahmad bin
Hambal, lahir di Bagdad pada tahun 164 H / 780 M. ibnu hanbal hafal Al-Qur’anul
Karim, mempelajari Ilmu Bahsa, dan belajar membaca dan menulis di diwan. Beliau
pertamakali belajar kepada Abu Yusuf Ya’kub bun Ibrahim Al-Qadhi, murid abu
hanifah mempelajari hadits dan fiqih, karena itulah abu Yusuf terkenal sebagai guru
pertamanya. Namun karena pengaruh dari abu Yusif tidak begitu tertanam kuat di jiwa
ibunu hambal sehingga ada yang berpendapat bahwa abu Yusuf bukan merupakan guru
peramanya. Sementara guru pertanamnya adalah Hasyim bin Basyir bin Kazim Al-
wasiti, karena beliaulah guru yang paling kuat pengaruhnya kepada ibnu Hambalii dan
memutuskan untuk berguru kepada selama empat tahun.

Reputasinya sebagai ahli hadis dan teologi lebih besar dari pada sebagai ahli hukum.
Ia amat ketat memegangi hadis nabi dan penginterpretasikannya secara literal. Tidak
seperti imam-imam yang lain, ia membolehkan dokrin ijma’ dan qias secara amat
terbatas. Ia sama sekali tidak menerima pemikiran manusia sebagai sumber hukum,
hanya wahyu ilahi dalam Al-Qur’an dan Sunnahlah yang berwewenang sumber hukum.
Di antara fatwa yang menujukkan kehati-hatian beliau adalah bahwa ia mengatakan
tidak pernah makan buah semangka karena tidak menjumpai teladan Nabi dalam
masalah ini. Musnad adalah karya yang terkenal yang memuat lebih dari 40.000 hadis.

Selain kitab Musnad beliau juga menyusun kitab al-manasik ash-Shagir dan al-
Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-zindiqah, kitab as-Shalah,
kitab as-Sunnah, kitab al-Wara ‘ wa al-Iman, kitab al-illal wa ar-Rijal, Kitab al-
Asyribah, satu juz tentang Ushul as-Sittah, Fadha’il ah-Shahabah. Adapun sumber
hukum dan metode istinbath Imam Hambali dalam menetapkan hukum , yaitu :

o Nash dari Al-Qur’an dan Sunnah yang Shahih. Apabila beliau telah mendapati
suatu nash dari Al-Quran dan dari sunah rasul yang shahihah, maka beliau dalam
menetapkan hukum adalah dengan nash itu.
o Fatwa para sahabt Nabi SAW. Apabila ia tidak mendapatkan suatu nash yang
jelas, baik dari Al-Quran maupun Hadits Shahih, maka ia menggunakan fatwa-
fatw dari para sahabat Nabi yang tidak ada perselisihan dikalangan mereka.

9
o Hadits Mursal dan hadits Dha’if. Apabila ia tidak menemukan dari tiga point
diatas maka beliau menetapkan huum dengan hadits mursal dan hadist dha’if.
o Qiyas. Apabila Imam Maliki tidak mendapatkan nash dari hadist mursal dan
hadist dha’if, maka ia menganalogikan/ menggunakan qiyas.
o Sadd al-dzara’I, yaitu melakukan tindakan preventif terhadap hal-hal yang
negatif.

5. Mazhab Ja’fari

Imam Ja’far Ash Shadiq adalah keturunan kelima Rasulullah SAW melalui Sayidina
Fatimah Az-Zahra yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, ayahnya
bernama Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein Asy-Syahid bin Ali bin
Abi Thalib menikah dengan Ummu Farwah yang nama aslinya Qaribah atau Fatimah
binti Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shidiq. Meski saat ini dianggap
sebagai madzhabnya kaum Syiah, Imam Ja’far bukanlah tokoh yang mewakili
kelompok tertentu. Ini terbukti dari murid-muridnya yang datang dari berbagai aliran.
Hingga saat ini, dalam khazanah keberagamaan kaum ahlussunnah wal
jama’ah, mazhab hanafi, hambali, maliki dan syafi’i yang telah ditulis pada pada
tulisan-tulisan sebelumnya secara berturut-turut dianggap sebagai empat madzhab fiqih
mu’tabar yang masih ada atau tersisa hingga saat ini. Madzhab-madzhab tersebut terus
bertahan dan mendunia karena dukungan penguasa.

Seiring perjalanan waktu, mazhab Ja’fari yang dikembangkan oleh ulama sesudahnya
semakin kental bernuansa syiah. Karena itu kika mengkaji mazhab ja’fari di zaman
moderen ini, mau tidak mau kita akan bertemu dengan tradisi mazhab Ja’fari ala kaum
syiah. Pengikut mazhab ini dizaman modern membagi periodisasi fiqih menjadi dua
periode tasyri’ dan periode tafri’.

Periode tasyri adalah periode turunnya syariat yang meliputi masa kenabian Rasulullah
SAW sejak awal hingga beliau wafat. Periode ini di warnai dengan turunnya ayat-ayat
al-Quran dan ajjaran ilahi kepada Rasul SAW. Selama rentang masa23 tahun beliau
menerima wahyu yang mencakup semua hukum syariat.

10
Periode tafri’ (penafsiran syariat) dimulai sejak Nabi SAW wafat dan berlangsung
sampai kelak Imam Mahdi as muncul di tengah-tengah umat. Tafri’ secara umum
dimaknai istinbath dan penyimpulan hukum berdasarkan syariat yang diterima dan
diajarkan oleh Nabi SAW.
Periode tafri’ juga terbagi menjadi beberapa tahapan lagi. Tahapan pertama adalah masa
hidup para imam. Ketika itu, para pengikut Ahlussunnah sudah memasuki masa ijtihad,
berbeda halnya dengan para pengikut Ahlul Bait atau Syiah. Di zaman itu, Syiah
merujuk kepada pendapat dan kata-kata para imam Ahlul Bait dalam semua masalah
syariat.

Di antara 12 imam tersebut, Imam Muhammad al-Baqir dan Imam Jafar Shadiq
yangdianggap paling banyak mendapat kesempatan untuk berbicara dan menerangkan
hukum-hukum agama. Karena itu, dalam kepustakaan hadits pengikut Madzhab Ja’fari
modern, jumlah riwayat dari kedua Imam tersebut jauh lebih besar dibanding riwayat
para imam yang lain. Tahap kedua dimulai sejak masa ghaibnya Imam Mahdi, atau
sekitar paruh pertama abad keempat hijriyah hingga paruh pertama abad kelima. Periode
ini adalah masa keemasan bagi penyusunan hadis, dengan kemunculan para muhaddits
dan faqih besar Syiah, diantaranya Syekh Kulaini dan Syekh Shaduq. Kitab-kitab
kumpulan hadis yang ditulis pada masa ini menjadi rujukan Syiah sepanjang masa.

Tahap ketiga adalah masa ijtihad. Di masa ini para ulama melakukan aktivitas
pengumpulan nash syariat secara ijtihad. Dengan berpijak pada teori ushul fiqh mereka
menyimpulkan hukum dari nash-nash yang ada. Berkat kerja keras ulama di zaman
itu, ilmu uhsul fiqh Syiah disusun dan menemukan bentuknya. Hal itu terjadi berkat
upaya keras para ulama semisal Ibn Abi Aqil.
Tahap keempat adalah masa taqlid. Masa ini dimulai sejak wafatnya Syekh Thusi yang
dikenal sebagai faqih Syiah sepanjang masa. Kepergian ulama sekaliber beliau
meninggalkan luka yang amat dalam di tengah kaum Syiah. Ketinggian dan keluasan
ilmu Syekh Thusi membuat ulama berpikir untuk tidak beramal selain dengan fatwa
beliau. Mereka bahkan menilai orang yang berani berijtihad sebagai orang yang lancang
terhadap Syekh Thusi.

Tahap kelima adalah masa maraknya kembali ijtihad. Masa ini dimulai dengan
tampilnya Ibnu Idris sebagai pembaharu. Dengan menulis buku fiqh al-Sarair, Ibnu Idris

11
mendorong para ulama untuk tidak hanya mengikuti pendapat ulama terdahulu. Kitab
al-Sarair sampai saat ini menjadi rujukan para ulama. Langkah Ibnu Idris membuat para
ulama berani untuk berijtihad kembali. Di masa itu studi dan riset fiqh mengalami
kemajuan yang pesat dengan bermunculannya para ulama besar semisal Allamah Hilli,
Muhaqqiq Hilli dan Fakhrul Muhaqqiqin.

Tahap keenam adalah periode munculnya gerakan akhbariyyin. Pada masa ini, sebagian
ulama berpendapat bahwa sumber syariat hanya terbatas pada al-Qur’an dan sunnah.
Mereka menolak metode ijtihad. Akibatnya ilmu ushul yang mengajarkan metode
bertijtihad dengan benar, mengalami kelesuan. Umumnya kitab fiqh yang ditulis pada
masa ini berporos pada riwayat dan hadis. Diantara kitab-kitab tersebut adalah al-Qafi,
Wasail al-Syiah dan Bihar al-Anwar.

Tahap ketujuh adalah periode kebangkitan kembali gerakan ijtihad. Perintis periode ini
adalah Muhammad Baqir bin Muhammad Akmal yang dikenal dengan sebutan Syekh
Wahid Bahbahani. Beliau dengan lantang menolak cara berpikir kaum akhbari, dan
dengan membawakan berbagai dalil kuat membantah klaim dan pendapat mereka.
Bahbahani juga menerangkan kebutuhan umat kepada kaedah untuk istinbath. Gerakan
itu membuahkan hasil gemilang dengan kemunculan ulama sekaliber Syekh Murtadha
Anshari (wafat tahun 1281 hijriyah), yang dikenal sangat jeli dalam mengurai hukum
dan beristinbath.

Mengenai hukum-hukum dalam madzhab Ja’fari Syaikh Ahmad Kaftaro,


mufti madzhab Syafi’i di Mesir mengatakan, sebenarnya madzhab Ja’fari –yang
modern pun– cukup dekat dengan madzhab Syafi’i, kecuali dalam 17 perkara yang
memang sangat berbeda dengan fiqh yang dianut mayoritas kaum Ahlussunnah Wal
Jama’ah saat ini. Salah satunya adalah khums atau khumus, pajak keagamaan yang
diberikan kepada Ahlul Bait seperti zakat.
Menurut madzhab Ja’fari, sebenarnya khumus telah diberlakukan pada masa nabi,
namun dihapus pada masa khalifah Abu Bakar Shiddiq. Karena itu khumus tidak lagi
didapati dalam fiqih-fiqih kaum sunni. (Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3, 1996)

12
Hal lain yang juga sangat berbeda dengan fiqih sunni adalah dalam masalah nikah
mut’ah, atau nikah berjangka. Tidak sebagaimana madzhab empat yang mengharamkan
nikah mut’ah, madzhab Ja’fari modern justru menghalalkannya.

Fuqaha Syi’i menganggap nikah mut’ah masih boleh diamakan berdasarkan keumuman
hukum dalam ayat 24 surah an-Nisa’ dan amalan beberapa shahabat sepeninggal Nabi.
Baru pada masa khalifah Umar, negara yang secara tegas melarang nikah mut’ah
dengan disertai ancaman hukum rajam. Sementara menurut fuqaha sunni ayat 24 surah
An-Nisa itu sudah dimansukh dengan hadit hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Imam Muslim. Dalam hadits tersebut dengan tegas Rasulullah SAW
melarang pelaksanaan nikah mut’ah yang sebelumnya dibolehkan.

D. Macam-macam Aliran Pemikiran dalam Islam


1. Havari

Fraksi ini meninggalkan barisan Ali bin Abi Thalib dalam penyelesaian damai
peristiwa Muawiyah Tahkin. Kata Khawarij berasal dari bahasa Arab yang
artinya keluar. Aliran semacam ini biasa disebut aliran batas. Karena mereka
yakin keputusan Ali dan timnya sepakat hidup rukun dengan Muawiyah,
silsilahnya sah.

2. Syiah

Berlawanan dengan Khawarij, Syiah konsisten dengan Ali ibn Abi Thalib.
Nyatanya, Syiah ini sangat fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib. Mereka
memiliki pandangan tentang Islam, termasuk asumsi bahwa Alquran berubah
dan berkurang. Menurut mereka, Alquran yang asli ada di tangan Al Imam Al
Mastur (Syiah Imamiyah).

Selain itu, kelompok ini tidak mengamalkan hadits kecuali anggota keluarga
Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, kelompok ini juga telah melegalkan
pernikahan pasangan, atau pernikahan kontrak.

3. Muktazilah

Aliran selanjutnya adalah golongan yang dikenal dengan sebutan'kaum


rasionalis Islam'karena dalam memahami sesuatu lebih berdasarkan pada akal.

13
Aliran ini berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa besar bukan kafir juga
bukan mukmin, tetapi berada di antara keduanya.

Pandangan lain dari Muktazilah adalah hanya mengakui peristiwa Isra


Rasulullah SAW, tetapi tidak mengakui Mi'raj Nabi ke langit. Selain itu aliran
ini tidak mengakui siksa kubur, tidak percaya perhitungan amal hingga tidak
percaya akan syafaat Nabi di Hari Kiamat.

4. Murjiah

Murjiah berasal dari kata'irja'yang berarti menangguhkan. Aliran ini


berpandangan bahwa orang berdosa tidak termasuk kafir dan tidak kekal
dalam neraka. Mereka (Mereka yang) Berpendapat Demian termasuk
golongan Murjiah moderat. Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa orang
Islam yang percaya pada Allah kemudian menyatakan kekufuran secara lisan
tidak menjadi kafir sebab iman itu terletak di dalam hati.
Golongan ini termasuk dalam Golongan murjiah ekstrem

5. Kadaria

Aliran selanjutnya berasal dari kata'qadr'yang artinya mampu atau berkuasa.


Kelompok Qadariyah berpendapat bahwa manusia memiliki kuasa untuk
menentukan jalan hidupnya. Selain itu, aliran ini berpandangan bahwa segala
yang dilakukan manusia karena manusia memiliki kekuatan untuk
mengendalikan dirinya sendiri.

6. Jabariya

Bandage terbalik dengan Qadariyah, aliran Jabariyah memandang bahwa


manusia tidak mempunyai kebebasan dan kekuatan untuk menentukan
kehendak dan perbuatannya.

7. Ahlus Sunnah wal Jamaah

Ahlus Sunnah wal Jamaah merupakan aliran yang mengikuti petunjuk dari
Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya. Aliran ini dalam menjalankan
kehidupan bertumpu pada Alquran, Hades, Emma Ulama, Dankiah

14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid dalam
memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum islam.
Menurut ulama fiqih mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalan oleh
seorang ahli fiqih Mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang
menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’.
bermazhab bukanlah tingkah laku orang awam saja, tetapi merupakan sikap yang wajar
dari seorang yang tahu diri. Ahli hadits paling terkenal, Imam Bukhari masih tergolong
orang yang bermazhabSyafi’i. Jadi, ada tingkatan bermazhab atau bertaqlid. Makin
tinggi kemampuan seseorang, makin tinggi pula tingkat bermazhabnya sehingga makin
longgar keterikatannya, dan mungkin akhirnya berijtihad sendiri. Pertanyaan mengapa
kita bermazhab akan terjawab dengan sendirinya dengan penjelasan taqlid dan Ijtihad
dibawah ini.
Jelasnya, orang yang bermazhab sama artinya dengan orang yang mengamalkan al-
Quran dan al-Hadits, karena semua pendapat yang difatwakan oleh imam-imam mazhab
adalah hasil dari kajian mereka terhadap al-Quran dan al-Hadits.Bahkan untuk
memudahkan orang-orang awam, mereka siang malam berusaha mengkaji dan menggali
hukum-hukum didalam al-Quran dan al-Hadits yang notabene ribuan dan tidak
berurutan, mereka atur sedemikian rupa, diurutkan dari bab ke bab. Sehingga hukum-
hukum islam lebih mudah dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.thohiriyyah.com/madzhab-jafari-madzhabnya-imam-yang-mendidik-para-
pendiri-madzhab/.

15

Anda mungkin juga menyukai