Dosen Pengampu :
Yuyu Wahyudin, Lc., M.Ag
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sebab-sebab Timbulnya
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Perbandingan Madzhab. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yuyu Wahyudin, Lc., M.Ag selaku
dosen mata kuliah Perbandingan Madzhab yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
II
DAFTAR ISI
Kesimpulan .................................................................................................................................. 8
III
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
dan menetapkan ketentuan hukum dalam Islam. Baik perkara yang sebenarnya sudah ada
sejak lama ataupun perkara yang baru muncul karena perkembangan keadaan, perubahan
zaman, dan kemajuan ilmu teknologi. Ikhtilaf atau perbedaan merupakan sebuah fitrah
penciptaan manusia. Allah SWT telah menetapkan penciptaan manusia dalam wujud
pikiran dan pemahaman yang berbeda. Perbedaan-perbedaan itu seperti perbedaan bahasa,
budaya, dan cara pandang terhadap sesuatu. Dari perbedaan-perbedaan itu tentu akan
dan pandangan dengan segala konsekuensinya merupakan bukti kekuasaan Allah SWT.
Terkait dengan perbedaan pendapat ini pun telah ada pada generasi para sahabat,
pada masa dimana Rasulullah SAW masih hidup. Kisah yang paling masyhur pada masa
itu adalah kisah Bani Quraizhah. Dimana dalam kisah itu dapat kita tarik kesimpulan,
hendaknya untuk selalu berusaha meminimalisir ikhtilaf dan segera melakukan upaya atau
mencari solusi pada setiap masalah yang terjadi. Solusi yang segera dicari biasanya tidak
2. Rumusan Masalah
A. Definisi Madzhab
1
BAB II
Pembahasan
A. Definisi Madzhab
Menurut bahasa Arab Madzhab berasal dari shighah masdar mimi (kata sifat) dan
isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil madhy
“dzahaba” yang berarti pergi. Jadi, madzhhab itu secara bahasa artinya “tempat pergi” yaitu
jalan (ath-thariq).
Sedangkan menurut istilah ushul fiqh, mazhab adalah kumpulan pendapat mujtahid
yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta
berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut yang
saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh (M. Husain
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan madzhab
adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid dalam memecahkan
masalah atau menginstibathkan hukum Islam. Madzhab adalah jalan pikiran atau metode
yang ditempuh seorang Imam Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa
dalam masalah fiqh. Dimana hal ini terjadi karena perbedaan pemahaman diantara mereka
dan perbedaan nas (sunnah) yang sampai kepada mereka. Selain itu juga karena
pengetahuan mereka dalam hadist tidak sama dan juga karena perbedaan pandangan
2
tentang dasar penetapan hukum yang berlainan. Disamping itu, ada beberapa faktor yang
a) Karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam sehingga hukum Islam pun
dan diberi nama Al-Madzhab atau Al-Madrasah yang diterjemahkan oleh bangsa barat
c) Adanya kecenderungan masyarakat Islam ketika memilih salah satu pendapat dari
politik seperti pengangkatan khalifah-khalifah dari suku apa? Ikut memberikan saham
Seperti yang diketahui, bahwa ketika agama Islam telah tersebar meluas ke berbagai
penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah tempat dan bepencar ke berbagai negara.
masalah yang sukar dapat dengan mudah dilakukan. Selain itu, terdapat beberapa faktor
dalam masyarakat yang mendorong aktivitas keilmuan yang pada akhirnya melahirkan
3
d) Pembukuan ilmu-ilmu (tadwin al-ulum). Pada masa ini telah dilakukan pembukuan
berbagai cabang ilmu seperti hadist, fiqh, dan tafsir yang memudahkan tersedianya
e) Adanya berbagai perdebatan dan diskusi (munadzarah) diantara ulama. Ini merupakan
Nabhani, berbagai madzhab itu terbentuk karena adanya perbedaan (ikhtilaf) dalam
masalah ushul maupun furu’ sebagai dampak adanya berbagai diskusi (munadzarah) di
kalangan ulama. Ushul terkait metode penggalian (thariqah al-istinbath), sedangkan furu’
terkait dengan hukum-hukum syariat yang digali berdasarkan metode istinbath tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa ikhtilaf adalah perbedaan pendapat antara dua
orang atau lebih terhadap suatu obyek (masalah) tertentu, baik berlainan atau dalam bentuk
tidak sama ataupun bertentangan secara diametral (terbagi dua). Beberapa sebab suatu
mengartikan kata, dimana ada kata yang artinya sangat luas sehingga tafsirnya jadi
beragam. Ada pula kata yang jarang digunakan sehingga artinya pun tidak jelas dan
tidak pasti, ada kata kiasan, ada kata yang berbeda huruf. Hal ini menyebabkan
terciptanya perbedaan makna. Sehingga di titik inilah para ulama terkadang berbeda
dalam menafsirkan.
2. Adanya perbedaan penilaian derajat hadits di kalangan ahli hadits. Kadangkala seorang
ulama ahli hadits menilai suatu hadits sahih, sementara ulama lainnya menilai
4
sebaliknya tidak sahih. Karena perbedaan ini akhirnya mereka akan menetapkan hukum
3. Perbedaan dalam metode Ijtihad. Perbedaan ini biasanya terjadi karena masalah
4. Legitimasi (pengesahan) kebolehan berijtihad, yaitu adanya legitimasi dari Allah SWT
dan Rasulullah SAW terhadap kegiatan Ijtihad. Sehingga hal ini memberikan
rangsangan kepada para mujtahid untuk mencari kebenaran yang haqiqi tentang hukum
5. Saling berlawanan dalil mengenai suatu kaidah. Ada ulama yang menerima dalil
mengenai suatu kaidah tapi ada ulama yang sebaliknya men olak. Berbeda menetapkan
ayat yang mujmal dengan yang muqayyad, yang umum dengan yang khusus. Akibatnya
kesimpulan hukum. Ada ulama yang meneriman metode istihsan dalam penetapan
hukum ada yang tidak, ada yang menerima syar’u man qablana dalam penetapan hukum
7. Perbedaan dalam menilai posisi Rasulullah SAW. Maksudnya para mujtahid kadang
berbeda dalam melihat nilai yang keluar baik perkataan, perbuatan, atau penetapan dari
Rasulullah SAW. Apakah Rasulullah SAW ketika berucap, bertindak, atau menetapkan
dalam menerapkan qa’idah ushuliyyah, yaitu tata aturan yang berlaku dan dianut serta
5
9. Faktor diri mujtahid dan lingkugannya. Perbedaan pendapat bisa muncul karena
perbedaan kondisi diri mujtahid, baik yang menyangkut latar belakang pendidikan, latar
Hal lain yang haruus dipahami adalah bahwa perbedaan pendapat yang terjadi di
diketahui bahwa fiqh di masa Rasulullah SAW belumlah berupa fiqh yang terbentuk dan
tersusun dalam sebuah referensi tertentu. Kajian-kajian fiqh di masa ini belumlah seperti
yang dilakukan oleh para fuqaha saat ini, yang menguraikan fiqh ke dalam sistematika yang
Pada masa itu, misalnya Rasulullah SAW berwudhu, lalu para sahabat menyaksikan
bagaimana beliau melakukannya. Dari situlah mereka kemudian melakukan wudhu, tanpa
menunggu Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ini adalah rukun ataupun sunnah.
menunaikan ibadah haji. Maka para sahabat pun akan melakukannya seperti yang
dilakukan oleh Sang Rasul. Dan sekali lagi, Rasulullah SAW tidak pernah menjelaskan
bahwa yang fardhu dalam wudhu itu misalnya 7 atau 4 perkara misalnya. Dan para sahabat
Seperti itulah mekanisme atau tata cara umum yang berlangsung di masa Rasulullah
SAW masih hidup. Umatnya meminta fatwa atau mengajukan persoalan tertentu kepada
beliau, lalu beliau memberikan jawabannya. Pada kali yang lain, Rasulullah SAW melihat
sahabat melakukan hal yang ma’ruf, lalu beliau memuji atau mendiamkannya. Dan hal itu
merupakan bentuk persetujuan (taqrir) Rasulullah SAW terhadap hal tersebut. Itulah
sebabnya, tidak mengherankan jika Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar Ibn Khatab tidak
6
mengetahui hukum suatu masalah, mereka akan bertanya kepada sahabat yang lain yang
Maka kesimpulannya bahwa demikianlah hal yang biasa dijalankan oleh Rasulullah
SAW, dan setiap sahabat melihat ibadah, fatwa, dan keputusan (qadha’) Rasulullah SAW.
Semua itu kemudian dihafalkan dan dipahami oleh para sahabat sesuai dengan petunjuk-
petunjuk (qara’in) yang ada disekitarnya. Dari sinilah kemudian mulai terjadi perbedaan
dalam menyimpulkan. Ada yang menyimpulkan bahwa hal ini misalnya mubah, sementara
yang lain memandangnya mustahab (sunnah atau dianjurkan), atau bahkan Mansukh.
Semua kesimpulan itu sekali lagi didasarkan pada qara’in dan petunjuk yang tersimpulkan
7
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Mazhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang
digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul)
yang mendasari pendapat tersebut yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu
Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan para ulama, khususnya para fuqaha’
disebabkan antara lain: karena adanya perbedaan pandangan dalam menentukan layaktidaknya
sebuah teks dijadikan sebagai dalil atau tidak. Ketika mereka telah menyepakatinya, maka
faktor selanjutnya adalah bagaimana mereka memaknai dan memahami dalil atau teks tersebut.