Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERBANDINGAN MADZHAB

“Sebab-sebab Timbulnya Perbedaan Pendapat dalam Menetapkan Pendapat”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Madzhab

Dosen Pengampu :
Yuyu Wahyudin, Lc., M.Ag

Disusun oleh Kelompok 2 :

Syifa Fauziah 3118085


Tri Diah Lestari 3118082
Siti Ma'rufah Amin 3118067
Lathifah Salsabila 3118064

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sebab-sebab Timbulnya

Perbedaan Pendapat dalam Menetapkan Pendapat” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata

kuliah Perbandingan Madzhab. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang Sebab-sebab Timbulnya Perbedaan Pendapat dalam Menetapkan Pendapat

bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yuyu Wahyudin, Lc., M.Ag selaku

dosen mata kuliah Perbandingan Madzhab yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,

makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 02 April 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ......................................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan ........................................................................................................................ 2

A. Definisi Madzhab ................................................................................................................. 2

B. Faktor Pendorong Munculnya Madzhab ............................................................................ 2

C. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Madzhab ................................................................... 4

BAB III Penutup.............................................................................................................................. 8

Kesimpulan .................................................................................................................................. 8

III
BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Para ulama di Indonesia sering berbeda pendapat dalam memahami, menafsirkan,

dan menetapkan ketentuan hukum dalam Islam. Baik perkara yang sebenarnya sudah ada

sejak lama ataupun perkara yang baru muncul karena perkembangan keadaan, perubahan

zaman, dan kemajuan ilmu teknologi. Ikhtilaf atau perbedaan merupakan sebuah fitrah

penciptaan manusia. Allah SWT telah menetapkan penciptaan manusia dalam wujud

pikiran dan pemahaman yang berbeda. Perbedaan-perbedaan itu seperti perbedaan bahasa,

budaya, dan cara pandang terhadap sesuatu. Dari perbedaan-perbedaan itu tentu akan

melahirkan atau menciptakan keragaman pendapat dan kesimpulan. Perbedaan pendapat

dan pandangan dengan segala konsekuensinya merupakan bukti kekuasaan Allah SWT.

Terkait dengan perbedaan pendapat ini pun telah ada pada generasi para sahabat,

pada masa dimana Rasulullah SAW masih hidup. Kisah yang paling masyhur pada masa

itu adalah kisah Bani Quraizhah. Dimana dalam kisah itu dapat kita tarik kesimpulan,

hendaknya untuk selalu berusaha meminimalisir ikhtilaf dan segera melakukan upaya atau

mencari solusi pada setiap masalah yang terjadi. Solusi yang segera dicari biasanya tidak

akan membuka peluang besar untuk lahirnya perdebatan dan perselisihan.

2. Rumusan Masalah

A. Definisi Madzhab

B. Faktor Pendorong Munculnya Madzhab

C. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Madzhab

1
BAB II

Pembahasan

A. Definisi Madzhab

Menurut bahasa Arab Madzhab berasal dari shighah masdar mimi (kata sifat) dan

isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil madhy

“dzahaba” yang berarti pergi. Jadi, madzhhab itu secara bahasa artinya “tempat pergi” yaitu

jalan (ath-thariq).

Sedangkan menurut istilah ushul fiqh, mazhab adalah kumpulan pendapat mujtahid

yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta

berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut yang

saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh (M. Husain

Abdullah, Al-Wadhih fi Usul Al-Fiqh).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan madzhab

adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid dalam memecahkan

masalah atau menginstibathkan hukum Islam. Madzhab adalah jalan pikiran atau metode

yang ditempuh seorang Imam Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa

berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

B. Faktor Pendorong Munculnya Madzhab

Terbentuknya madzhab karena adanya perbedaan dalam umat Islam, terutama

dalam masalah fiqh. Dimana hal ini terjadi karena perbedaan pemahaman diantara mereka

dan perbedaan nas (sunnah) yang sampai kepada mereka. Selain itu juga karena

pengetahuan mereka dalam hadist tidak sama dan juga karena perbedaan pandangan

2
tentang dasar penetapan hukum yang berlainan. Disamping itu, ada beberapa faktor yang

mendorong munculnya madzhab, yaitu :

a) Karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam sehingga hukum Islam pun

menghadapi berbagai macam masyarakat yang berbeda-beda tradisinya.

b) Munculnya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqh yang berusaha

menyebarluaskan pemahamannya dengan mendirikan pusat-pusat studi tentang fiqh

dan diberi nama Al-Madzhab atau Al-Madrasah yang diterjemahkan oleh bangsa barat

menjadi school, kemudian usaha tersebut dilanjutkan oleh murid-muridnya.

c) Adanya kecenderungan masyarakat Islam ketika memilih salah satu pendapat dari

ulama-ulama madzhab ketika menghadapi masalah hukum. Sehingga pemerintah

merasa perlu menegakkan hukum Islam dalam pemerintahannya.

d) Permasalahan politik, perbedaan pendapat di kalangan muslim awal tentang masalah

politik seperti pengangkatan khalifah-khalifah dari suku apa? Ikut memberikan saham

bagi munculnya berbagai madzhab hukum Islam.

Seperti yang diketahui, bahwa ketika agama Islam telah tersebar meluas ke berbagai

penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah tempat dan bepencar ke berbagai negara.

Sehingga, kesempatan untuk bertukar pikiran atau bermusyawarah memecahkan sesuatu

masalah yang sukar dapat dengan mudah dilakukan. Selain itu, terdapat beberapa faktor

dalam masyarakat yang mendorong aktivitas keilmuan yang pada akhirnya melahirkan

berbagai madzhab fiqh, yaitu :

a) Kestabilan politik dan kesejahteraan ekonomi.

b) Kesungguhan para ulama dan fuqaha.

c) Perhatian para khalifah terhadap fiqh dan fuqaha.

3
d) Pembukuan ilmu-ilmu (tadwin al-ulum). Pada masa ini telah dilakukan pembukuan

berbagai cabang ilmu seperti hadist, fiqh, dan tafsir yang memudahkan tersedianya

rujukan untuk mengembangkan ilmu fiqh.

e) Adanya berbagai perdebatan dan diskusi (munadzarah) diantara ulama. Ini merupakan

faktor terbesar yang merangsang perkembangan ilmu fiqh.

C. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Madzhab

Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan madzhab itu?

Bagaimana terbentuknya madzhab-madzhab itu sendiri? Menurut Syaikh Taqiyuddin An-

Nabhani, berbagai madzhab itu terbentuk karena adanya perbedaan (ikhtilaf) dalam

masalah ushul maupun furu’ sebagai dampak adanya berbagai diskusi (munadzarah) di

kalangan ulama. Ushul terkait metode penggalian (thariqah al-istinbath), sedangkan furu’

terkait dengan hukum-hukum syariat yang digali berdasarkan metode istinbath tersebut.

Pendapat lain mengatakan bahwa ikhtilaf adalah perbedaan pendapat antara dua

orang atau lebih terhadap suatu obyek (masalah) tertentu, baik berlainan atau dalam bentuk

tidak sama ataupun bertentangan secara diametral (terbagi dua). Beberapa sebab suatu

perkar bisa mengalami ketidaksepakatan (ikhtilaf) adalah :

1. Perbedaan dalam memahami Al-Qur’an. Biasanya berbeda pengertian dalam

mengartikan kata, dimana ada kata yang artinya sangat luas sehingga tafsirnya jadi

beragam. Ada pula kata yang jarang digunakan sehingga artinya pun tidak jelas dan

tidak pasti, ada kata kiasan, ada kata yang berbeda huruf. Hal ini menyebabkan

terciptanya perbedaan makna. Sehingga di titik inilah para ulama terkadang berbeda

dalam menafsirkan.

2. Adanya perbedaan penilaian derajat hadits di kalangan ahli hadits. Kadangkala seorang

ulama ahli hadits menilai suatu hadits sahih, sementara ulama lainnya menilai

4
sebaliknya tidak sahih. Karena perbedaan ini akhirnya mereka akan menetapkan hukum

yang berbeda pula terhadap suatu persoalan.

3. Perbedaan dalam metode Ijtihad. Perbedaan ini biasanya terjadi karena masalah

pemahaman sumber hukum dan referensi ilmu pengetahuan.

4. Legitimasi (pengesahan) kebolehan berijtihad, yaitu adanya legitimasi dari Allah SWT

dan Rasulullah SAW terhadap kegiatan Ijtihad. Sehingga hal ini memberikan

rangsangan kepada para mujtahid untuk mencari kebenaran yang haqiqi tentang hukum

masalah yang belum ditemukan hukumnya.

5. Saling berlawanan dalil mengenai suatu kaidah. Ada ulama yang menerima dalil

mengenai suatu kaidah tapi ada ulama yang sebaliknya men olak. Berbeda menetapkan

ayat yang mujmal dengan yang muqayyad, yang umum dengan yang khusus. Akibatnya

berbeda juga dalam menetapkan hukum atas suatu perkara.

6. Adanya perbedaan ulama dalam menggunakan metodologi atau Teknik pengambilan

kesimpulan hukum. Ada ulama yang meneriman metode istihsan dalam penetapan

hukum ada yang tidak, ada yang menerima syar’u man qablana dalam penetapan hukum

dan ada yang tidak.

7. Perbedaan dalam menilai posisi Rasulullah SAW. Maksudnya para mujtahid kadang

berbeda dalam melihat nilai yang keluar baik perkataan, perbuatan, atau penetapan dari

Rasulullah SAW. Apakah Rasulullah SAW ketika berucap, bertindak, atau menetapkan

posisinya sebagai manusia biasa atau Rasulullah.

8. Perbedaan dalam menetapkan Qa’idah Ushuliyyah. Para ulama terkadang berbeda

dalam menerapkan qa’idah ushuliyyah, yaitu tata aturan yang berlaku dan dianut serta

dijadikan dasar oleh para mujtahid dalam menetapkan hukum.

5
9. Faktor diri mujtahid dan lingkugannya. Perbedaan pendapat bisa muncul karena

perbedaan kondisi diri mujtahid, baik yang menyangkut latar belakang pendidikan, latar

belakang kehidupan, watak, pengalaman, dan kepandaiannya.

Hal lain yang haruus dipahami adalah bahwa perbedaan pendapat yang terjadi di

kalangan para ulama tentu dilatarbelakangi oleh sebab-sebab tertentu. Sebagaimana

diketahui bahwa fiqh di masa Rasulullah SAW belumlah berupa fiqh yang terbentuk dan

tersusun dalam sebuah referensi tertentu. Kajian-kajian fiqh di masa ini belumlah seperti

yang dilakukan oleh para fuqaha saat ini, yang menguraikan fiqh ke dalam sistematika yang

khas seperti yang kita kenal hari ini.

Pada masa itu, misalnya Rasulullah SAW berwudhu, lalu para sahabat menyaksikan

bagaimana beliau melakukannya. Dari situlah mereka kemudian melakukan wudhu, tanpa

menunggu Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ini adalah rukun ataupun sunnah.

Begitupun seterusnya, dimana ketika Rasulullah SAW mengerjakan sholat atau

menunaikan ibadah haji. Maka para sahabat pun akan melakukannya seperti yang

dilakukan oleh Sang Rasul. Dan sekali lagi, Rasulullah SAW tidak pernah menjelaskan

bahwa yang fardhu dalam wudhu itu misalnya 7 atau 4 perkara misalnya. Dan para sahabat

pun sangat jarang menanyakan pertanyaan semacam itu.

Seperti itulah mekanisme atau tata cara umum yang berlangsung di masa Rasulullah

SAW masih hidup. Umatnya meminta fatwa atau mengajukan persoalan tertentu kepada

beliau, lalu beliau memberikan jawabannya. Pada kali yang lain, Rasulullah SAW melihat

sahabat melakukan hal yang ma’ruf, lalu beliau memuji atau mendiamkannya. Dan hal itu

merupakan bentuk persetujuan (taqrir) Rasulullah SAW terhadap hal tersebut. Itulah

sebabnya, tidak mengherankan jika Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar Ibn Khatab tidak

6
mengetahui hukum suatu masalah, mereka akan bertanya kepada sahabat yang lain yang

mungkin saja meriwayatkan pandangan Rasulullah SAW terhadap kasus itu.

Maka kesimpulannya bahwa demikianlah hal yang biasa dijalankan oleh Rasulullah

SAW, dan setiap sahabat melihat ibadah, fatwa, dan keputusan (qadha’) Rasulullah SAW.

Semua itu kemudian dihafalkan dan dipahami oleh para sahabat sesuai dengan petunjuk-

petunjuk (qara’in) yang ada disekitarnya. Dari sinilah kemudian mulai terjadi perbedaan

dalam menyimpulkan. Ada yang menyimpulkan bahwa hal ini misalnya mubah, sementara

yang lain memandangnya mustahab (sunnah atau dianjurkan), atau bahkan Mansukh.

Semua kesimpulan itu sekali lagi didasarkan pada qara’in dan petunjuk yang tersimpulkan

dalam pikiran mereka.

7
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Mazhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang

digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul)

yang mendasari pendapat tersebut yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu

kesatuan yang utuh.

Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan para ulama, khususnya para fuqaha’

disebabkan antara lain: karena adanya perbedaan pandangan dalam menentukan layaktidaknya

sebuah teks dijadikan sebagai dalil atau tidak. Ketika mereka telah menyepakatinya, maka

faktor selanjutnya adalah bagaimana mereka memaknai dan memahami dalil atau teks tersebut.

Inilah yang kemudian berkembang dan berkembang di kalangan fuqaha sehingga

menyebabkan lahirnya ikhtilāf atau perbedaann pendapat.

Anda mungkin juga menyukai