Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERBANDINGAN MAZHAB

“KEBERAGAMAN PENDAPAT DAN MAZHAB DALAM FIQIH”

Dosen Pengampu : Ayatullah Kumaini, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 2

Ridwan Hary Purnama (201210398)

Silvi (201210396)

PAI 6L

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUTAN THAHA

SAIFUDDIN

JAMBI 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atau semua kehendaknya,kami dari kelompok
2 telah menyelesaikan makalah denggan tepat waktu yang berjudul “Keberagaman
pendapat mazhab dalam fiqih”.Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang mana dengan perbuatan beliau,perkataan
beliau bahkan diam beliau adalah bagi kita semua.Semoga syafaatnya mengalir pada
kita di hari akhir.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membanggun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini kami berharap agar makalah ini dapat dijadikan pedoman
dan petunjuk bagi pembaca serta dapat menambah wawasan bagi kita semua.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dan terimakasih kepada bapak Ayatullah
Kumaini M,Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah “PERBANDINGAN MAZHAB
FIQH”.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita semua.Amiin ya
Robbal Aalamiin.

Jambi,22 Maret 2024

Pemakalah kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Sebab Sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat ............................................................ 3
B. Sebab Sebab Munculnya Mazhab Fiqih .................................................................... 5
C. Macam Macam Mazhab............................................................................................ 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 16
B. Saran ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam masalah hukum perbedaan adalah suatu hal yang bisa terjadi
disetiap pensyari’atan yang membuat kebiasaan(adat-adat), aktivitas-aktivitas
manusia, yang ada pada masyarakat sebagai sumber ditetapkannya suatu
hukum, disamping itu pemikiran-pemikiran, pendapatpendapat, sebagai dasar
pijakan dari suatu pertimbangan manusia. Ini terjadi kerena pekerjaannya
bermacam-macam, kebiasaan manusia berbeda-beda, dan beragam-ragam
pendapatnya, sesuai dengan fitrah mereka yang diciptakan Allah SWT.
Apabila menggunakan dasar pemikiran yang berbeda, pasti hasilnya juga akan
berbeda. Oleh karena itu semua sari’at yang bersifat positif menjadi sebuah
obyek dari perbedaan dan menyebabkan adanya perdebatan, karena hal
tersebut termasuk perbuatan dari hasil pemikiran manusia untuk mencapain
maslahat yang diinginkan. Dan masalah-masalah yang dihadapi pasti
berbedabeda, sebab dilihat dari sudut pandangan yang berbeda, tujuan yang
berbeda, lingkungan yang berbeda, dan zamanpun berbeda. Tetapi pada masa
Rasulullah SAW. masih hidup tidak terjadi perbedaan dalam syari’at Islam.
Hal ini bisa terjadi karena Allah SWT. memberikan perbedaan demi
menunjukkan mana wahyu yang merupakan dari-Nya dan mana ijitihad nabi.
Semua hal yang bersumber dari Allah tidak aka ada perselisihan didalamnya.
Firman Allah dalam alQur’an, “Apakah mereka tidak merenungkan al-
Qur`an? Dan kalau (al-Qur`an) berasal dari selain Allah niscaya mereka akan
menemukan banyak sekali pertentangan di dalamnya.” Sedangkan pada masa
sesudah nabi Muhammad SAW. wafat sahabat-sahabat, tabi’in, dan tabi’it
tabi’in berusaha menjalankan ajaran-ajaran dari nabi Muhammad SAW. untuk
menyikapi permasalahan-permasalahan baru. Disinilah parasahabat, tabi’in,

1
dan tabi’it tabi’in dihadapkan pada permasalahan-permasalahan dengan
berbagai macam dan kondisi.
Menjadi sebuah fenomena dengan munculnya berbagai mazhab di
bidang ilmu fiqih yang membuktikan bahwa keterbukaannya keilmuan Islam
di zaman tersebut sehingga setiap fuqoha’ mampu dan berhak untuk
mengemukakan pendapatnya yang berbeda dengan para fuqoha’ yang lain,
meskipun itu adalah gurunya sendiri. Seperti halnya imam Syafi’i yang
menjadi salah satu murid tebaik imam Maliki, beliau mengemukakan argumen
yang berbeda dengan imam Maliki, yang akhirnya kedua pendapat tersebut
memunculkan dua mazhab yang berbeda.Para imam madzhab yang popular
dikalangan umat Islam yaitu Hanifah, Maliki, Syafi’i, Hambal. Pada saat
sekarang umat Islam tidak dapat lepas dari bermazhab, karena bermazhab
menjadikan hukum islam stabil dan tidak berubah tanpa adanya ketentuan
yang pasti. Selanjutnya dalam bermazhab hendaknya memiliki mazhab yang
muktabar dan terkenal diantara mazhab empat, yaitu imam Hambali, imam
Syafi’i, imam Maliki, imam Hanafi. Hukum dasar dijadikan untuk bermazhab
yaitu Qiyas, Hadits, al-Qur’an, dan Ijmak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi sebab sebab terjadinya perbedaan pendapat?
2. Apa yang menjadi sebab sebab munculnya mazhab fiqih?
3. Sebutkan macam macam mazhab dalam fiqih?

C. Tujuan Penulisan
1.Mengetahui sebab sebab terjadinya perbedaan pendapat.
2.Mengetahui sebab sebab munculnya mazhab fiqih
3.Mengetahui macam macam mazhab dalam fiqih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sebab Sebab Terjadinya Perbedaan Pendapat


Salah satu hakikat fiqh adalah adanya perbedaan pendapat di kalangan
ulama.Namun hikmah fiqh mengharuskan adanya kesampingkan
perbedaan pendapat dan mengutamakan apa yang telah disepakati di atas
persoalan-persoalan lain yang terdapat perbedaan pendapat di kalangan
ulama.Sebab-sebab perbedaan pendapat tersebut adalah:
1) Karena adanya perbedaan pemahaman dan penafsiran kata dan
istilah baik dalam Al-Quran maupun Hadits.Seperti pengucapan
musytarak, makna haqiqat (dalam kenyataan) dan majaz (secara
kiasan), dll
2) Karena perbedaan reaksi terhadap Hadis Ada hadis yang sampai
kepada sebagian ulama, namun tidak bagi sebagian ulama
lainnya.Jika suatu hadis diketahui semua ulama, sering kali
sebagian ulama menerimanya sebagai hadis shahih, sedangkan
sebagian ulama menganggapnya dha'if dan seterusnya
3) Perbedaan menyikapi aturan ushul.Misalnya beberapa ulama
percaya bahwa suara umum yang dicadangkan dapat digunakan
sebagai argumen.Demikian pula, sebagian orang berpendapat
bahwa segala macam konsep tidak dapat dijadikan argumen.Para
ulama yang meyakini mahfum adalah dalil menyikapi konsep
mafhum mukhalafah secara berbeda.
4) Perbedaan konsepsi ta’arudl (kontradiksi antar dalil) dan tarjih
(memperkuat satu dalil dalam hubungannya dengan dalil yang
lain) Seperti: tentang nasakh dan mansukh, tentang pentakwilan,
dan sebagainya banyak dibahas dalam ilmu Fiqh Ushûl.

3
5) Berbeda pendapat dalam menetapkan dalil yang bersifat
ijtihadi.Para ulama sepakat bahwa Al-Quran dan Sunnah al-
Sahihah adalah sumber hukum.Namun terdapat perbedaan
pendapat mengenai istihsan, al-maslahah al-murlah, pendapat
sahabat dan lain-lain yang digunakan pada saat ijtihad.Biasanya
argumentasinya sepakat, namun implementasinya berbeda
sehingga mengarah pada undang-undang yang berbeda.Misalnya
mengenai Qiyas: Kebanyakan ulama berpendapat bahwa Qiyas
adalah dalil lain yang mungkin Karena dalam menentukan illat
yang digunakan terdapat perbedaan, namun dalam menentukan
illat hukum sering kali hukumnya berbeda, sehingga hukumnya
juga berbeda.

Dari keterangan di atas jelas bahwa perbedaan pendapat para ulama itu
pada prinsipnya disebabkan karena berbeda dalam cara berijtihad. Berbeda
dalam cara berijtihad mengakibatkan berbeda dalam fiqh sebagai hasil ijtihad.
Disamping itu sering pula terjadi perbedaan pendapat akibat milieu atau
lingkungan di mana ulama tersebut hidup. Seperti Qaul Qadim dan Qawl
Jadid dari Imam al- Syafi'i. Qaul Qadim merupakan hasil ijtihad Imam Al-
Syafi'i ketika beliau hidup di Baghdad. Sedangkan Qaul Jadid merupakan
hasil ijtihad Imam al-Syafi'i ketika beliau hidup di Mesir. Imam Abu Hanifah
dihadapkan kepada masyarakat yang lebih maju peradabannya di Irak,
sehingga dituntut untuk berpikir secara lebih rasional. Akibatnya, rasionalitas
lebih mewarnai mazhab Hanafi. Sebaliknya, Imam Malik berhadapan dengan
masyarakat Madinah, tempat Nabi berjuang dan membangun umatnya,
sehingga beliau dituntut untuk lebih mengikuti dan mempertahankan 'urf Ahli
Madinah. Hal inilah yang menyebabkan Mazhab Maliki lebih bernuansa
tradisionalis.

4
Perlu ditekankan disini bahwa di samping perbedaan pendapat banyak
pula masalah yang disepakati para ulama, baik dalam hal- hal yang berkaitan
dengan dalil kulli ataupun dalil juz'i. Seperti wajib melaksanakan shalat lima
waktu, puasa bulan Ramadhan, menunaikan zakat, naik haji bagi yang
mampu, wajib melaksanakan keadilan, melaksanakan amanat, wajib
memelihara ukhuwah, musyawarah, dan lain-lainnya. Haram melakukan
pencurian, perampokan, pembunuhan, zina, minuman khamar, menuduh zina,
menghina orang, melakukan riba, menipu dalam timbangan dan sukatan,
menjadi saksi palsu, dan lain sebagainya. 1

B. Sebab Sebab Munculnya Mazhab Fiqih


Perbedaan yang muncul dikalangan Ulama' hingga melahirkan
mazhab-mazhab, dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu: Perbedaan sumber
Hukum, Metode,dan lingkungan.

1. Sumber Hukum

Jumhur ulama' dalam tradisi ushul fikih, mengakui adanya empat


dalil hukum yang disepakati, yaitu: al-Qur'an, Sunnah, Ijma' dan
Qiyas. Keempatnya kemudian dikenal dengan dalil al-muttafaq
alaiha. Dua yang pertama merupakan sumber primer, sementara
ijma' dan Qiyas merupakan derivasinya. Kendati keempatnya
merupakan dalil hukum yang disepakati, namun ada pengakuan
yang berbeda dari masing-masing kelompok mengenai otoritas
keempatnya.

Hadis, misalnya, diakui oleh semua mazhab. Namun, ketika


pengakuan itu diarahkan kepada persoalan detail, muncul
perbedaan. Hadis ahad, menurut ulama Syafi'iyyah adalah hadis
yang bisa dijadikan hujjah dan sandaran hukum, namun tidak

1
Prof.H.A.Djazuli,Ilmu Fiqih,(Jakarta:Kencana,2005),117-118

5
demikian menurut ulama' Hanfiyyah. Menurutnya, hadis jenis ini
tidak memiliki otoritas untuk menjadi sumber hukum. Perbedaan
akan pengakuan hadis ahad ini, kemudian membawa implikasi
munculnya perbedaan produk hukum dari masing-masing mazhab.

2. Metodologi

Perbedaan metode istimbat hukum juga membawa dampak


munculnya perbedaan mazhab. Dalam cakupan metodologi,
misalnya, adanya pola pemahaman nass yang berbeda antara
ulama' sunny dengan kelompok zahiry. Yang pertama
menggunakan metode istimbat yang melibatkan akal dalam
berinteraksi dengan nass, sementara yang kedua cenderung
'menafikan' peran akal. Perabedaan ini pada gilirannya melahirkan
mazhab yang berbeda sebagai manifestasi perbedaan metode
istimbat hukum yang dipakai.

3. Lingkungan

Lingkungan yang berbeda juga memberikan pengaruh bagi


munculnya mazhab. Hijaz sebagai daerah yang relatif statis dengan
pola perkembangan sosial yang lamban memiliki warna hukum
yang berbeda dengan Iraq, misalnya. Yang disebut terakhir ini
merupakan wilayah 'metropolitan' yang dinamis dengan keragaman
budaya di dalamnya. Perbedaan antara Hijaz dan Iraq ini, pada
gilirannya juga turut memberikan kontribusi bagi lahirnya mazhab
di daerah masing-masing".2

2
Moh.Fahimul Fuad,Mazhab-mazhab dalam hukum islam,vol II ,No.2,2012,110

6
Di samping itu, adanya pengaruh turun temurun dari ulama-ulama yang hidup
sebelumnya tentang timbulnya madzhab tasyri’, ada beberapa faktor yang
mendorong, diantaranya :

1) Karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam sehingga hukum


Islampun menghadapi berbagai macam masyarakat yang berbeda-beda
tradisinya.
2) Munculnya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqih berusaha
menyebarluaskan pemahamannya dengan mendirikanpusat-pusat studi tentang
fiqih, yang diberi nama Al-Madzhab atau Al-Madrasah yang diterjemahkan
oleh bangsa barat menjadi school, kemudian usaha tersebut dijadikan oleh
murid-muridnya.
3) Adanya kecenderungan masyarakat Islam ketika memilih salah satu pendapat
dari ulama-ulama madzhab ketika menghadapi masalah hukum. Sehingga
pemerintah (khalifah) merasa perlu menegakkan hukum Islam dalam
pemerintahannya.
4) Permasalahan politik, perbedaan pendapat di kalangan muslim awal trntang
masalah politik seperti pengangkatan khalifah-khalifah dari suku apa, ikut
memberikan saham bagi munculnya berbagai madzhab hukum Islam. 3

C. Macam Macam Mazhab


1) Mazhab Hanafi

Nama Imam Hanafi adalah Nu’man bin Tsabit bin Zauthi (80-
150 H). Ia adalah pendiri mazhab Hanafi berasal dari Kufah dan
merupakan bangsa Persia. Ia mengalami masa daulah bani Umaiyah
dan daulah Abbasiyah. Ada yang mengatakan beiau termasuk
kalangan tabi’in, tetapi ada juga yang mengatakan beliau termasuk

3
Opik taupik dan Ali Khosim,Fiqih 4 Mazhab(Bandung:2014),hal 194

7
kalangan tabi’ tabi’in. Ia pernah bertemu dengan Annas bin Malik
(sahabat) dan meriwayatkan hadist terkenal, “mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim”

Nu’man bin Tsabit bin Zauthi dilahirkn tahun 80 H di Kufah.


Dikala muda ia mempelajari fiqh dari Hammad bin Abu Sulaiman
pada permulaan abad II, dan ia banyak belajar dari ulama tabi’in
seperti ‘Atha’ bin Abu Rabah dan Nafi’ maula Ibn Umar. Abu Hanifah
mengalami perpindahan kekuasaan Bani Umaiyah ke Bani Abbasiyah
dan dalam peralihan ini Kufah merupakan pusat pergerakan yang besar
itu. Dikatakan bahwa Yazib bin Hubairoh wali Iraq dari pihak Marwan
bin Muhammad menawarkan kepadanya untuk menjadi hakim, tapi ia
enggan, oleh karena itu ia di pukul.

Setelah Hammad bin Sulaiman meninggal pada tahun 120 H,


beliau duduk menggantikan sang guru dalam majlis kajiannya.
Mazhab ini diawali oleh Abu Hanifah yang dikenal sebagai ahli ra’yu
serta faqih dari Iraq yang banyak dikunjungi oleh berbagi ulama
dizamannya. Mazhab Hanafi dikenal banyak menggunakan ra’yu,
qiyas dan istihsan. Dalam memperoleh suatu hukum yang tidak
terdapat didalam nash, kadang-kadang ulama mazhab ini
meninggalkan kaidah qiyas dan menggunakan kaidah istihsan.
Alasannya, kaidah qiyas tidak dapat diterapkan dalam menghadapi
kasus tertentu. Akan tetapi, ia mendahulukan qiyas apabila menemui
hadist ahad.

Gaya pengajaran Imam Abu Hanifah adalah dengan cara ialog


dan tidak hanya bersifat penyampaian, namun terkadang beliau
memberikan beberapa pertanyaan seputar fiqh kepada murid-
muridnya, kemudian beliau memberikan beberapa dasar untuk

8
menjawab masalah tersebut, lalu mereka berdialog. Masing-masing
orang menyampaikan pendapatnya terkadang mereka setuju, terkadang
tidak dan sesekali mereka bersuara keras. Apabila mereka sudah
mencapai kata sepakat dalam satu masalah, bau sang imam akan
mendiktekannya kepada para murid atau ada murid yang menuliskan
untuk sang imam.

Tekadang pula terdapat perbedaan diantara mereka dan tidak


menemukan kata sepakat, lalu ditulislah semua pendapat yang ada dan
dengan cara ini lah berdiri mazhab imam Abu Hanifah atas dasar
musyawarah, tukar pendapat, dan diskusi. Dari sini kemudian lahirlah
murid-murid sang imam yang memiliki kemampuan untuk melakukan
penelitian dan ijtihad, padahal mereka masih dalam tahap belajar dan
menuntut ilmu. (Khalil, 2020).

Fiqh dikalangan mazhab Abu Hanifah adalah Al-qur’an,


Sunnah, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan dan Ijma’. Sumber asli yang
digunakan adalah Al-qur’an serta sunnah, sedangkan yang lainnya
merupakan dalil dan metode dalam mengistinbatkan hukum islam dari
kedua sumber tersebut.

Tidak ditemukan catatn sejarah yang menunjukkan bahwa


imam Abu Hanifah menulis sebuah buku fiqh. Akan tetapi,
pendapatnya masih dapat dilacak secara utuh melalui murid-muridnya
yang berupaya menyebarluaskan prinsipnya, baik secara lisan maupun
tulisan. Berbagai pendapat Abu Hanifah telah dibukukan oleh
muridnya, antara lain Muhammad bin Hasan Al-Syaibani dengan judul
Zhahir al-Riwayah dan Al-Nawadir. Buku Zhahir Al-Riwayah ini
terdiri atas enam bagian, yaitu AlMabsuth, Al-Jami’ Al-Kabir, Al-

9
Jami’ AlShagir, Al-Syiar Al-Kabir, Al-Syiar Al-Shagir, dan Al-
Ziyadah.

Keenam bagian ini ditemukan dalam kitab Al-Kafi yang


disusun oleh Abu Al-Fadi Muhamad bin Muhammad bin Ahmad
AlMaruzi (w. 334H). Kemudian pada abad V Hijriah muncul imam
Al-Sarkhasi yang mensyarah Al-Kafi tersebut dan diberi judul Al-
Mabsuth. Al-Mabsuth ini lah yang dianggap sebagai kitab induk dalam
mazhab Hanafi.

Di samping itu, mazhab Hanafi juga dilestarikan oleh murid


beliau yaitu imam Abu Yusuf yang dikenal juga sebagai peletak dasar
ushul fiqh mazhab Hanafi. Ia menuliskannya atara lain dalam kitab
Alkharaj, Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila, dan kitab-kitab
lainnya yang tidak dijumpai lagi saat ini. Ajaran Abu Hanifah juga
dilestarikan oleh Zufar bin Hudzail bin Qais Al-Kufi (110-158 H).
Zufar bin Hudzail semula termasuk salah seorang ulama ahli Hadist.
Berkat ajaran yang ditimbanya dari Abu Hanifah secara langsung, ia
kemudian kemudian terkenal sebagai salah seorang tokoh mazhab
Hanafi yang banyak sekali menggunakan qiyas. Sementara itu, Ibnu
Al-Lulu juga salah seorang ulama mazhab Hanafi yang secara
langsung belajar kepada imam Abu Hanifah, imam Abu Yusuf, dan
imam Muhammad bin Hasan Al-Syaibani. 4

2) Madzhab Maliki

Maliki bin Annas bin Malik bin Abu Amr al-Asbahi berusia 86
tahun. Madzhab ini dibangun oleh Maliki bin Annas. Ia dilahirkan di
madinah pada tahun 93 H. Imam Malik belajar qira’ah kepada Nafi’

4
Lu'luatul badriyyah,PERBEDAAN MAZHAB EMPAT IMAM BESAR (HANAFI, MALIKI, SYAFI’I, DAN
HAMBALI) DALAM PARADIGMA HUKUM FIKIH,vol.05,No.01,2020,67.

10
bin Abi Ha’im. Ia belajar hadis kepada ulama madinah seperti Ibn
Syihab al-Zuhri. Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta’,
sebuah kitab hadis bergaya fiqh. Inilah kitab tertua hadis dan fiqh
tertua yang masih kita jumpai.

Dia seorang Imam dalam ilmu hadis dan fiqh sekaligus. Orang
sudah setuju atas keutamaan dan kepemimpinannya dalam dua ilmu
ini. Dalam fatwa hukumnya ia bersandar pada kitab Allah kemudian
pada as-Sunnah. Tetapi beliau mendahulukan amalan penduduk
madinah dari pada hadis ahad, dalam ini disebabkan karena beliau
berpendirian pada penduduk madinah itu mewarisi dari sahabat.
Setelah as-Sunnah, Malik kembali ke qiyas. Satu hal yang tidak
diragukan lagi bahwa persoalan-persoalan dibina atas dasar maslahah
mursalah. As-Syafi’i menerima hadis darinya dan belajar ilmu fiqih
kepadanya. Penduduk mesir, maghribi dan andalas banyak mendatangi
kuliah-kuliahnya dan memperoleh manfaat besar darinya, serta
menyebar luaskan di negeri mereka. Kitab al-Mudawwanah sebagai
dasar fiqih madzhab Maliki dan sudah dicetak dua kali di mesir dan
tersebar luas disana, demikian pula kitab al-Muwatta’.

Pembuatan undangundang di mesir sudah memetik sebagian


hukum dari madzhab Maliki untuk menjadi standar mahkamah sejarah
mesir. Adapun dapat dismpulkan bahwa yang dijadikan pokok
pegangan dalil madzhab hanafi adalah: Al-Qur'an, as-Sunah, Ijma'
Imam Ulama, Ijma' ulama Madinah, Qiyas, Fatwa sahabat, Maslahah
Mursalah, 'Urf, Sadudz dzari'ah, Istishab dan Istihsan. Daerah-daerah
yang Menganut Mazhab Maliki awal mulanya tersebar di daerah

11
Madinah, kemudian tersebar sampai saat ini di Marokko, Aljazair,
Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait. 5

3) Mazhab Syafi’i

Mazhab Syafi’i didirikan oleh imam Abu Abdillah Muhammad


bin Idris bin Alabbas bin Syafi’i dari suku Quraisy bertemu nasabnya
dengan Rasulullah saw pada Abd Manaf. Imam Al-Syafi’i lahir di
Gaza pada tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H. Ibunya
keturunan Yaman dari Kabilah Azdi dan memiliki jasa yang besar
dalam mendidik imam Syafi’i.

Beliau telah hafal qur’an ketika masih berumur semblan tahun.


Ia lalu pergi ke Hudzail, dimana orang-orang didesa tersebut adalah
orang-orang yang paling fasih dalam berbahasa arab. Ia kemudian
belajar fiqh dengan syeikh Muslim bin Khalid Al-Zanji, seorang Mufti
Mekah, dan diizinkan berfatwa. Ia belajar hadist dari Sufyan bin
Uyainah (Muhaddist Mekah) dan Imam Malik (Muhaddist Madinah).
Ia lalu bertemu imam Malik ketika itu ia sudah hafal kitab Al-
Muwattha’.

Setelah khalifah Al-Rasyid wafat pada tahun 195 H, ia kembali


ke Irak untuk kali ke dua. Ulama Irak berkumpul untuk belajar
darinya. Ia lalu mendiktekan kitab-kitabnya yang kemudian disebut
dengan qaul qadim. Setelah itu ia kembali lagi ke Hijaz dan berangkat
lagi ke Irak untuk kalike tigapadatahun 198 H. Ia tinggal beberapa
bulan disini kemudian pergi ke Mesir dan mendiktekan kitab-kitabnya
yang kemudian disebut dengan qaul jadid.

5
Opikb taupik dan Ali Khosim,Fiqih 4 Mazhab(Bandung:2014),hal 206

12
Ia terus menetap diMesir sampai wafatnya pada tahun 204 H.
dan dimakamkan di perkuburan Bani Abdul Hakam. Orang-orang
Mesir memuliakannya baik di kala hidupnya maupun sesudah
wafatnya. Al-Syafi’i adalah imam yang mensyi’arkan mazhabnya
sendiri dengan cara melakukan perjalanan- perjalanan dan ia adalah
orang yang menulis sendiri kitab – kitabnya serta mendiktekan kepada
muridmuridnya. Hal ini tidak dikenal pada imamimam lainnya.

Diantara murid beliau di Mesir adalah Abu Ya’qub Yusuf bin


Yahya Al-Buthi, murid yang paling senior di Mesir. Ia biasa
menggantikan imam As-Syafi’i dalam mengajar dan memberi fatwa
ketika beliau berhalangan hadir. Selain beliau ada juga Isma’il bin
Yahya Al-Muzani. Ia termasuk murid yang paling cerdas dan dianggap
oleh pengikut mazhab sebagai seorang mujtahid mutlak. Hal itu
disebabkan karena beliau dapat melahirkan pendapat-pendapat brilian
yang berbeda dengan sang guru serta mempunyai beberapa kitab
antara lain : AlMuktashar Ash-Shaghir dan Al-Jami’ Al-Kabir. Selain
itu masih ada yang lain seperti ArRabi’ bin Sulaiman Al-Murtadi yang
meriwayatkan kitab Al-Umm dari Al-Syafi’i. Ia adalah seorang
mu’adzin di masjid Amr bin ‘Ash dan dialah oang yang pertama kali
mengajarkan hadist di Masjid Ibn Thulun. Imam Al-Syafi’i sebagai
ulama fiqh, ushul fiqh, dan hadist sangat diakui oleh ulama sezaman
nya. Ia adalah ulama yang mengumpulkan kaidah-kaidah fiqh secara
teratur kedalam bukunya yang bernama Arrisalah. Karena buku inilah
ia dikenal sebagai pencipta ilmu ushul fiqh. Selain itu ia juga terkenal
sebagai pembela sunnah (nashir al-sunnah). Ia berhujjah dengan zhahir
alqur’an dan sunnah ahad selagi perawinya adil, seklaigus dhabith dan
muttashil kepada Rasulullah saw. Ia tidak mensyaratkan masyhur,
sebagaimana penduduk Irak. Sumber hukum yang digunakan Al-

13
Syafi’i adalah Al-qur’an, sunnah, ijma’, pendapatpendapat sahabat,
qiyas. Ia menolak istihsan yang digunakan penduduk Irak dan istishlah
yang digunakan oleh imam Malik atau amaliah ahli Madinah. Akan
tetapi ia menerima istidlal. Buku fiqh mazhab Syafi’i adalah kitab Al-
Umm yang di diktekan oleh Al-Syafi’i kepada murid-muridnya di
Mesir. Kitab ini di cetak bersama kitab Al-Risalah, Jima’ Al- ‘Ilmi,
Ibthal Istihsan, Ikhtilaf Malik wa AlSyafi’i, dan Al-Radd ‘ala
Muhammad ibn Hasan. 6

4) Mazhab Hambali

Beliau adalah yang mulia Abu Abdillah Ahmad bin


Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah bin
Hayyan bin Abdillah bin Anas bin Auf bin Qasith bin Mazin bin
Syaiban bin Dzuhl bin Tsa’labah bin ‘Ukabah bin Sha’ab bin Ali bin
Bakr bin Wail bin Qasith bin Hinb bin Afsha bin Du’mi bin Jadilah
bin Asad bin Rabi’ah bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan dan terus keatas
hingga sampai Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim as. Imam Ahmad bin
Hanbal lahir di kota Bahdad, ibukota pemerintahan Bani Abbasiyyah
ketika itu, di bulan Rabiul Akhir pada tahun 164 H (780 M) yaitu di
zaman pemerintahan Khalifah Muhammad alMahdi. Dan di kota
Baghdad inilah Imam Ahmad lahir, tumbuh dan berkembang hingga
beliau wafat.20 Mulai dari kecil, imam Ahmad sudah dikenal sebagai
seseorang yang sangat mencintai ilmu. Beliau belajar ilmu-ilmu ke-
Islaman dengan ulma yang ada di Bagdad, seperti ilmu alQur’an,
bahasa Arab, al-Hadits, dan sebagainya. Kemauan untuk mencari ilmu
dan menghimpun hadits membuat beliau untuk mengembara mencari
ilmu ke pusat-pusat ilmu Islam seperti di Hijaz, Basrah, Makkah,

6
Mawardi,Perkembangan Empat Mazhab Dalam Hukum Islam,Vol.09,No.2,2022,107

14
Yaman, dan Kufah. Sampai-sampai beliau pergi ke Basrah dan Hijas
sebanyak lima kali. Beliau berjumpa dengan beberapa ulama besar
saat mengembara, seperti ‘Ali ibn Mujahid, ‘abd ar-Razzaq ibn
Humam, Jarir ibn ‘Abd al-Hamid, Abu Yusuf Ya’kub ibn Ibrahim al-
Ansari Sufyan ibn ‘Uyainah, Imam Syafi’i dan lain-lain. Saat bertemu
dengan imam Syafi’i beliau bisa mempelajari ushul fikih, fikih, nasikh
dan mansukh dan kesahihan hadist.

Imam Ahmad adalah seseorang yang mahir diberbagai bidang


keilmuan, seperti ilmu tasawwuf, kalam (teologi), tafsir, fikih, dan
hadist. Dari keseluruhan keilmuan yang dipelajari beliau, ilmu fikih
dan hadits yang lebih menonjol dikuasainya, oleh karena itu beliau
mendapat julukan muhaddist atau ahli hadist dan sebagai seorang
fakih atau ahli fikih. Dalam bidang fikih yang bisa kita jadikan dasar
bermazhab imam Ahmad tidak menuliskan sebuah kitabnya. Karena
keseluruhan pendapatnya imam Ahmad ditulis oleh Abu Bakar al-
Khallal melalui murid-murid imam ahmad yang telah menerima
pendapat imam Ahmad secara langsung. Abu Bakar al-Khallal yang
dapat di lihat sebagai pengumpul fikih mazhab Hambali ini dari
penukilnya.7

7
Lu'luatul badriyyah,PERBEDAAN MAZHAB EMPAT IMAM BESAR (HANAFI, MALIKI, SYAFI’I, DAN
HAMBALI) DALAM PARADIGMA HUKUM FIKIH,vol.05,No.01,2020,70

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebab-sebab perbedaan pendapat tersebut adalah 1.Karena adanya
perbedaan pemahaman dan penafsiran kata dan istilah baik dalam Al-Quran
maupun Hadits 2.Karena perbedaan reaksi terhadap Hadis Ada hadis yang
sampai kepada sebagian ulama, namun tidak bagi sebagian ulama lainnya
3.Perbedaan menyikapi aturan ushul.4.Perbedaan konsepsi ta’arudl
(kontradiksi antar dalil) dan tarjih (memperkuat satu dalil dalam hubungannya
dengan dalil yang lain). 5.Berbeda pendapat dalam menetapkan dalil yang
bersifat ijtihadi.Perbedaan yang muncul dikalangan Ulama' hingga melahirkan
mazhab-mazhab, dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu: Perbedaan sumber
Hukum, Metode,dan lingkungan. Macam-macam mazhab yaitu mazhab
hanafi,mazhab maliki,mazhab syafi'i,dan mazhab hambali

B. Saran
Bagi pembaca, makalah ini diharapkan pembaca dapat memahaminya
dengan mudah dan mendapatkan wawasan baru. Dari pembahasan diatas
dapat dipahami keberagaman pendapat dan mazhab dalam fiqih. Menyadari
bahwa penulis banyak kekurangan, baik dari tulisan maupun bahasan yang
kami sajikan oleh karena itu mohon diberikan saran agar lebih baik
kedepannya dan semoga pembahasan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah,N. Mazhab dan faktor penyebab terjadinya perbedaan.Jurnal


Fikroh.8(1)21-38
Badriyyah,L.(2020).PERBEDAAN MAZHAB EMPAT IMAM BESAR
(HANAFI, MALIKI, SYAFI’I, DAN HAMBALI) DALAM PARADIGMA
HUKUM FIKIH.Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman.5(1)65-76
Djazuli.(2005).Ilmu Fiqih ;Penggalian,perkembangan,dan penerapan
Hukum Islam: Kencana
Fuad,M,F.(2012).Mazhab-mazhab dalam hukum islam;sejarah dan
eksistensinya.Jurnal As-salam.2(2)105-120
Halimah,N.(2023).MAZHAB FIQIH DI INDONESIA: PERBEDAAN
PENDAPAT KONSTRUKSI HUKUM ISLAM.Jurnal Islamic
Education.1(1)94-105
Maradingin.(2020).Pengantar Perbandingan Mazhab.Sukabumi:Farha
Pustaka.
Mawardi.(2022).Perkembangan empat mazhab dalam hukum islam.Jurnal
An-Nahl.9(2)103-109
Shiddiq S.(2020).Perbandingan Mazhab Dalam Fikih.Ciputat
Syaikhu & Norwili.(2019).Perbandingan Mazhab Fiqih;Penyesuaian
Taupik O.(2014).Fiqih 4 Mazhab Kajian Fiqih-Ushul Fiqih
Zahid A,R.(2015).SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN
MAZHAB.26(1)65-82

17

Anda mungkin juga menyukai