Anda di halaman 1dari 16

MAZHAB FIQH

Oleh :

Nasywa Adila (202124003)

Cut Safira Chalisa (202124001)

Dosen Pembimbing : Khairul Azmi, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MALIKUSSALEH


LHOKSEUMAWE

TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji kita panjatkan atas kehadirat
Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Mazhab Fiqh”.

Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas


penyusunan makalah ini, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh,
Bapak Khairul Azmi, M.Pd yang telah memberikan dukungan, dan
kepercayaan yang begitu besar. Semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca.
Lhokseumawe,

21 Maret 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI….......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................6

A. Pengertian Fiqh dan Mazhab......................................................................6

B. Latar Belakang Munculnya Mazhab...........................................................7

C. Sejarah Perkembangan Mazhab..................................................................7

BAB III PENUTUP… .........................................................................................15

A. Kesimpulan ...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA… ......................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 

Perkembangan hukum Islam setelah Rasulullah SAW wafat berkambang begitu pesat.
Hal itu dikarenakan pola pikir umat Islam dalam berpendapat tentang hukum berbeda-beda.
Umat islam mengalami dilematis dalam menetapkan hukum setelah Rasulullah wafat, karena
begitu banyak masalah-masalah hukum baru yang muncul yang belum ada nashnya dalam
Alquran dan Hadis. Dengan demikian muncullah berbagai pendapat mengenai hukum tentang
suatu hal.

Dalam Islam hal seperti ini dibolehkan dengan syarat harus dimusyawarahkan dengan
ulama-ulama yang lain atau dengan kata lain berijtihad. Jika kita tidak mampu berijtihad
dikarenakan keterbatasan pengetahuan kita, makakita harus mengikuti ijtihad dari salah
seorang mujtahid yang ia percayai. Hali ini sejalan dengan firman Allah dalam surat An-Nahl
ayat 42, yang artinya “ bertanyalah dari ahli zikir/ ulama jika kamu tidak mengerti”. Dari
situlah muncul hukum-hukum islam dari hasil ijtihad para ulama, yang mana lahirlah yang
disebut mazhab.

Dalam melaksanakan perintah agama, umat Islam tentu harus berlandaskan pada aturan
dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ada begitu banyak ibadah, dan tata caranya, yang mendasari
lahirnya ilmu fiqih, yaitu ilmu tentang hukum dan tata cara melakukan ibadah yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Hukum mengatur halal dan haram, sunat dan makruh,
tata cara sholat, cara bersuci dan sebagainya.

Dalam agama Islam terutama dalam hal fiqih mengenal adanya Mazhab. Mazhab yaitu
sesuatu yang menjadi pendapat imam atau ahli agama tentang hukum suatu perkara baik
dalam urusan agama, masalah ibadah ataupun permasalahan lainnya. Ada banyak Mazhab
dalam perkembangannya, namun ada empat Mazhab yang paling masyhur, yaitu Mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Mayoritas umat Islam Indonesia menganut Mazhab
Syafi'i, hal tersebut tidak lepas dari peran penyebar Islam pertama kali ke Indonesia yang
juga menganut Mazhab Syafi'i. Mazhab Syafi’i memiliki pengaruh besar dalam tradisi hukum

4
Islam di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang disebut dengan mazhab fiqh?


b. Apa sajakah faktor yang melatarbelakangi lahirnya berbagai mazhab fiqh?
c. Ada berapakah pembagian mazhab fiqh?
d. Bagaimanakah sejarah pertumbuhan mazhab fiqh ?

5
BAB II 
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAZHAB FIQH

Menurut bahasa Arab, “mazhab”  (‫)مذهب‬berasal dari shighah masdar mimy (kata sifat)


dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil
madhy  “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi. Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya,
“tempat pergi”, yaitu jalan (ath-thariq). Sedangkan menurut istilah ada beberapa rumusan:
1. Menurut M. Husain Abdullah, mazhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa
hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah
(qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu
sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang hukum
suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah
istinbathnya.

     Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam
memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula
bahwa mazhab mencakup;(1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam
mujtahid; (2) ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

Sejatinya, mazhab atau aliran tersebut hanya berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat yang
tak jelas artinya. Sedangkan, dasar ajaran Islam pada setiap mazhab-mazhab itu tak berbeda.
Sehingga, perbedaan yang ada dalam setiap mazhab itu masih dapat diterima sebagai sesuatu
yang benar dan tak keluar dari Islam. Terkadang, perbedaan antara satu mazhab dengan
mazhab lainnya cukup besar dan bahkan bertentangan.

6
B. LATAR BELAKANG MUNCULNYA MAZHAB
Lahirnya berbagai aliran atau mazhab dalam ilmu fiqh disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain sebagai berikut :
1. Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang Lafadz Nash
2. Perbedaan Dalam Masalah Hadits
3. Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash
4. Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan ( ta’rudl al-adillah)
5. Perbedaan Tentang Qiyas
6. Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum
7. Perbedaan dalam Pemahaman Illat Hukum
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh

C. SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB

1. PERIODE PERTUMBUHAN (Abad ke 0-1 H)


1). Mazhab Pada Masa Rasulullah
          Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqh itu sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW,
Mazhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad (pendapat) para sahabat dalam
memahami agama, karena pada zaman itu sumber hukum islam adalah hanya al-Quran dan
Hadits, sehingga ketika para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-masing; maka
mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada Rosulullah.

Pertama  :
َ ‫ت الصالةُ فتي َّمما‬
،‫صعيدًا طيِّبًا‬ ِ ‫ فحضر‬،‫ وليس معهما ما ٌء‬،‫ خرج رجال ِن في سفر‬:‫عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه قال‬
‫ ثم أتيا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫ ولم ي ُِعد اآلخر‬،‫ فأعاد أحدُهما الصالة والوضوء‬،‫ ثم وجدا الماء في الوقت‬،‫فصلَّيا‬
‫ ((لك األج ُر مرَّتي ِن))؛ رواه أبو داود‬:‫ وقال لآلخر‬،))‫ وأجزَأ ْتك صالتك‬،‫“ ((أصبت السُّنة‬:‫ فقال للذي لم يُ ِعد‬،‫فذكرا ذلك له‬
‫والنسائي‬
Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: “Ada 2 Sahabat dalam perjalanan, ketika waktu sholat
tiba dan tidak menemukan air, maka beliau berdua melakukan Tayammum. Keduanya pun
shalat. Setelah itu mereka menemukan air saat waktu shalat belum habis.” “Satu dari
mereka mengulang shalat dengan berwudhu’. Sahabat yang lain tidak mengulang shalatnya
(cukup dengan Tayammum tadi)” Setelah mereka datang kepada Rasulullah shalallahu

7
alaihi wasallam dan bercerita kejadian itu maka Nabi bersabda kepada Sahabat yang shalat
1 kali saja: “Kamu sudah sesuai Sunnah. Cukup shalatmu itu”. Dan kepada Sahabat yang
shalat 2x (dengan Tayammum dan Wudhu’) Nabi bersabda: “Kamu dapat 2 pahala”.

Kedua  : Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


) ‫صلِّيَ َّن َأ َح ٌد ْال َعصْ َر ِإاَّل فِي بَنِي قُ َر ْيظَةَ ( رواه البخاري‬
َ ُ‫ال ي‬
“Janganlah ada satupun yang shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah” 

Ketika mereka mendapati waktu shalat yang disebutkan oleh Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam tersebut di tengah jalan, sebagian dari mereka mengatakan, “Kita tidak
shalat sampai kita tiba di perkampungan Bani Quraizhah.” Sementara yang lain bersikukuh
tetap melakukan shalat ‘Ashar pada waktunya, karena mereka memandang bahwa Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bermaksud menyuruh para shahabat Radhiyallahu anhum
menunda shalat ‘Ashar sampai lewat waktunya. Kemudian dua sikap yang berbeda dalam
menyikapi sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dilaporkan kepada beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencela salah
salah satunya.

Pada periode ini, Mazhab hanyalah sebuah pendapat atau Ijtihad para sahabat dalam
memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan kepada Rosul akan kasus tersebut,
sehingga Rosulullah SAW langsung memutuskan kasus tersebut apakah salah satu yang
benar atau keduanya benar. Mazhab secara sistematis belum terbentuk, hanya berbentuk
pendapat-pendapat para sahabat dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian disampaikan kepada
Rosulullah

2). Mazhab Pada Masa Shahabat


Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring dengan meninggalnya
Rosulullah SAW; karena ketika di zaman Rosulullah para Sahabat menemukan sebuah
masalah, akan tetapi setelah wafatnya Rosulullah, Para sahabat masing-masing memiliki
pendapatnya. Misalnya pendapat Aisyah ra, pendapat Ibn Mas’ud ra, pendapat Ibn Umar.
Masing-masing memiliki kaidah tersendiri dalam memahami nash Al-Qur’an Al-Karim dan
sunnah, sehinga terkadang pendapat Ibn Umar tidak selalu sejalan dengan pendapat Ibn
Mas’ud atau Ibn Abbas. Tapi semua itu tetap tidak bisa disalahkan karena masing-masing
sudah melakukan ijtihad.

8
Para sahabat melihat Rasulullah SAW mengerjakan suatu tindakan, sebagian sahabat
menafsirkannya sebagai tindakan qurbah (ibadah), sedangkan sebagian yang lain
menyimpulkannya sebagai tindakan mubah (biasa). Contohnya, para sahabat melihat Nabi
SAW melakukan lari-lari kecil saat thawaf. Oleh karena itu, mayoritas mereka berpendapat
hal tersebut adalah sunnah dalam tawaf. Sedangkan Ibnu Abbas, mengintepretasikan tindakan
beliau sebagai kebetulan karena ada motivasi yang muncul.
Rasulullah SAW mengerjakan ibadah haji dan orang-orang menyaksikannya. Sebagian
sahabat berpendapat bahwa beliau mengerjakan ibadah haji secara tamattu’, sementara
sebagian sahabat yang lain menganggapnya mengerjakan ibadah haji secara qiran. Sebagian
sahabat lain menyangka beliau mengerjakan ibadah haji secara ifrad.

3). Madzhab Pada Masa Tabiin


Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh orang yaitu;
Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad, Kharijah ibn Zaid, Ibn
Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula Abdullah ibn
Umar. Di kota Kufah kita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i guru al-
Imam Abu Hanifah. Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri dan Imam Sufyan as
sauri.

Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal; Ikrimah Maula Ibn Abbas
dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad ibn Yazid,
Masruq ibn al-A’raj, Alqamah an Nakha’i, Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul ad
Dimasyqy, Abu Idris al-Khaulani.

2. PERIODE PEMBENTUKAN (Abad ke 2-3 H)


a). Mazhab Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi, mempunyai nama
lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha Al-Kufi. lahir di Irak pada tahun 80
Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan.
Beliau digelari dengan nama Abu Hanifah yang berarti suci dan lurus, karena sejak kecil
beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak mulia, serta menjauhi
perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihnya dinamakan Mazhab Hanafi.

9
Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah : (Hammad bin Abu Sulaiman Al-
Asy’ari (W. : [120 H/ 738]) faqih kota “Kufah”, ‘Atha’ bin Abi Rabah (W. : (114 H/ 732 M)
faqih kota “Makkah”, ‘Ikrimah’ (W104 H/ 723 M) maula serta pewaris ilmu Abdullah bin
Abbas, Nafi’ (W. : [117 H/ 735 M]) maula dan pewaris ilmu Abdullah bin Umar serta yang
lain-lain. Beliau juga pernah belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait” seperti missal : Zaid bin Ali
Zainal ‘Abidin (79-122 H/698-740 M), Muhammad Al-Baqir ([57-114 H/ 676-732 M]),
Ja’far bin Muhammad Al-Shadiq (80-148 H/ 699-765 M) serta Abdullah bin Al-Hasan.

Beliau juga pernah berjumpa dengan beberapa sahabat seperti missal : Anas bin Malik (10
SH-93 H/ 612-712 M), Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/ 704 M]) di kota Kufah, Sahal bin
Sa’ad Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697 M) di kota Madinah serta bertemu dengan Abu Al-
Thufail Amir bin Watsilah (W 110 H/729 M) di kota Makkah. Salah satu muridnya yang
terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan
tangan para muridnya itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-
negeri Islam, bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas umat Islam.
 

b). Madzhab Imam Malik   


Malik bin Anas bin Malik, Imam maliki di lahirkan di Madinah al Munawwaroh.
sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam
kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada 94 H. ibn
Khalikan dan yang lain berpendapat bahawa imam Malik dilahirkan pada 95 H. sedangkan.
imam al-Dzahabi meriwayatkan imam malik dilahirkan 90 H. Ia menyusun kitab Al
Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu,
ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.

Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600
dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin
Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath
Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang lebih tua
darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti al Auza’i, Ats Tsauri,

10
Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang
belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.

Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul Majmar, Az
Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain.
Di antara murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu
Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al
Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan
bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Aubairi, dan lain-lain.

c). Mazhab Imam Syafii

Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-syafi’i. Ia wafat
pada 767 masehi 158 H.  Selamahidup Beliau pernah tinggal di Baghdad, Madinah, dan
terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah konvergensi atau pertemuan antara rasionalis
dan tradisionalis. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang
pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid

Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji
sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia
merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang
mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini
belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji
yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian dia juga belajar dari Dawud
bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali
bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.

Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin
Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin
menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah
ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas. Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh
kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan
menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah,

11
Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun Murid beliau
yang paling terkenal antara lain adalah Imam ahmad bin hanbal.
 

d). Mazhab Imam Ahmad


Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-Syaibani.
Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, Irak, pada tahun
164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi pusat peradaban dunia dimana para ahli dalam
bidangnya masing-masing berkumpul untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu.

Dengan lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar, lalu tinggal di
lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam Ahmad memiliki lingkungan
yang sangat kondusif dan kesempatan yang besar untuk menjadi seorang yang besar pula.

Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-
Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami,
Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta
Ibrahim bin Ma’qil. Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal Abdullah
bin Imam Ahmad bin Hambal  Keponakannya, Hambal bin Ishaq.
 

e). Mazhab lainnya


           Ada beberapa mazhab lain yang terkenal yang muncul pada abad 2 sampai dengan 3
hijriyyah antara lain Madzhab Atho, Madzhab Ibnu sirin, Madzhab Zhohiriyyah yang di
pelopori Imam Daud az zhohiri, Madzhab As ya’bi, Mazhab Imam an-Nakho’i; akan tetapi
madzhab-madzhab tersebut tidak begitu berkembang seiring berjalannya zaman dari masa ke
masa.

Contoh   :
1. Para ulama berbeda pendapat tentang wanita hamil atau wanita menyusui apakah wajib
puasa atau tidak ? Jika tidak wajib, apakah mengqodho puasanya atau membayar fidyah.
a). Imam Syafii berpendapat bahwa Wanita Hamil dan Menyusui boleh tidak berpuasa akan
tetapi keduanya wajib membayar qodho dan membayar fidyah
b).Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Wanita hamil dan Menyusui boleh tidak berpuasa,
akan tetapi keduanya hanya wajib membayar qodho saja

12
c). Imam Malik berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh tdak berpuasa, akan
tetapi keduanya hanya membayar fidyah
d). Imam Ahmad berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh tidak berpuasa, akan
tetapi wanita hamil wajib mengqodho puasa sedangkan wanita menyusui wajib membayar
Fidyah
e). Sebagian ulama lain seperti Imam Daud dari kalangan mazhab zhohiriyyah berpendapat
bahwa wanita hamil dan menyusui wajib berpuasa.

              Para ulama berbeda pendapat karena tidak ada Nash yang shorih yang menjelaskan
hal tersebut, sehingga mereka mengqiyaskan dengan orang yang sakit atau orang yang tidak
mampu sama sekali berpuasa.
 

3. PERIODE KEEMASAN (ABAD KE 3-9 H )


              Pada  periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri ke madzhab
tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An Nawawi, Imam a-Muzani,
Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan lain-lain. Dari Kalangan Hanafiyyah
seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani, Imam al Maruzi dan lain lain. Dari kalangan
Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah, Ibnu Rojab dan lain lain. Dari
kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam Syahnun, Imam Ibnu Rusyd dan lain
lain.

        Mengenai perbedaan pendapat di kalangan ulama abad ke 3 -9 telah banyak kitab yang
membahasnya, masing masing menguatkan prndapat Imam mazhabnya, walau tak jarang ada
sebagian ulama yang berbeda dengan imam mazhabnya.
 

4. PERIODE KEMUNDURAN ( ABAD KE 10 – 13 H )


       Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena faktor penjajahan di dunia
islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada saat itu di bawah kepemimpinan daulah
usmaniyyah pada periode akhir.
 

13
5. PERIODE KEBANGKITAN ( ABAD KE 14 – SEKARANG )
       Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan kembali, di mulai dengan munculnya
para ulama dengan kitab-kitabnya yang terkenal seperti Syekh Wahbah Zuhaili, Syekh
Muhammad bin Sholeh al Usaimin, Syekh Yusuf al Qordhowi, Syekh Ali Jum’ah dan lain
lain, ada yang masih mengukuti dan selaras dengan metodologi para Imam madzhab yang
empat, adapula yang mulai berusaha keluar dari metodologi para ulama terdahulu karena
pertimbangan zaman.
 

14
BAB III 
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang
digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan
(ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh.
2. Latar belakang timbulnya madzhab karena Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang
Lafadz Nash, Perbedaan Dalam Masalah Hadits serta Perbedaan dalam Pemahaman dan
Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash dan lain-lain
3. Periode perkembangan Madzhab :
a. Periode Pertumbuhan ( abad ke 0 – 1 H )
b. Periode Pembentukan ( abad ke 1-2 H )
c. Periode Keemasan ( abad ke 3-9 H
d. Periode Kemunduran ( abad ke 10-13 H )
e. Periode kebangkitan ( abad ke 14 – sekarang )

15
DAFTAR PUSTAKA

https://republika.co.id/berita/qc2tlk430/mengenal-empat-mazhab-fiqih-utama-dalam-islam-1

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/dustur/article/view/3256

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/2987/7/UNIKOM_Diky%20Surya
%20Priatna_11.%20BAB%20I%20Pendahuluan.pdf

https://stisalmanar.ac.id/2020/05/14/mazhab-dan-sejarah-perkembangannya/

http://deskripsimakalah.blogspot.com/2017/01/mazhab-mazhab-fiqih.html

16

Anda mungkin juga menyukai