Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MACAM-MACAM MAZHAB TIDAK EKSIS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Studi Fikih

Dosen Pengampu : Yulian Masruroh, M.E.

Disusun oleh:

Rizki Wahyu Widodo (103220073)

Sthefani Ririn Sihvinani (103220082)

KELAS C

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SIYASAH SYAR’IYYAH

INSTITUS AGAMA ISLAM MEGERI (IAIN) PONOROGO

Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
“Studi Fikih”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW.
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di
dunia.

Seperti yang kita ketahui, dalam Islam terdapat banyak macam mazhab baik yang terkenal
maupun yang tidak terkenal. Pada makalah kali ini kami akan membahas macam-macam Mazhab
Tidak Terkenal, tujuannya agar semakin banyak orang-orang yang tahu tentang Mazhab-Mazhab yang
tidak terkenal tersebut selain itu untuk menambah wawasan bagi orang-orang yang beluk
mengetahuinya.

Walupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai manusia biasa
yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan bimbingan dan kritik dari
berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat menyempurnakan segala kesalahan dan kekurangan
dari makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempuraan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini mampu memberi manfaat serta menunjang ilmu pengetahuan
bagi penulis khususnya dan bagi para generasi yang akan datang. Serta senantiasa mendapat ridho-
Nya. Amin.

Ponorogo, 19 Agustus 2022

2
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................................................4
Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
MACAM-MACAM MAZHAB TIDAK EKSIS...........................................................................................5
ALASAN MENGAPA MAHZAB TERSEBUT TIDAK EKSIS......................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
KESIMPULAN...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut bahasa mazhab berarti jalan atau tempat yang dilalui. Sedangkan menurut
istilah para fikih mazhab mempunyai dua pengertian, yaitu pertama, pendapat salah seorang
imam mujtahid tentang hukum suatu masalah. Yang kedua, kaidah-kaidah istimbath yang
dirumuskan oleh seorang imam mujtahid. Kata perbandingan mazhab adalah terjemahan dari
kata Muqaranatul mazahib yang terdiri dari dua kata "mugaranah" dan "mazahib". Kata
"mugaranah" berasal dari kata kerja "qarana" yang dapat diartikan dengan "jam "un"
(himpunan) dan "muqabalah" (perbandingan)."

Sedang kata" mazahib" jamak dari kata mazhab yang berasal dari kata "dzahaba-
yadzhubu-dzahban-wa dzhuhuban-wa mazhaban yang kemudian berubah menjadi mazhab
yang berarti pendapat, jalan, metode atau sesuatu yang diikuti. Sedang kata mazhab diartikan
dengan "haluan" , atau ajaran lengkap mengenai hukum Islam. yang dianut golongan umat
Islam tertentu"."

Mahmud Yunus mengemukakan bahwa "mazhab" berasal dari shighat mashdar


mimy (kata sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan tempat) yang diambil dari fi'il
madhi "dzahaba" yang berarti "pergi" 10

Dalam kamus Besar Indonesia Mazhab diartikan sebagai " haluan atau aliran
mengenai hukum fiqh yang menjadi ikutan umat Islam". Sedangkan secara istilah mazhab
diartikan paham atau aliran pikiran yang merupakan hasil ijtihad seorang mujtahid tentang
hukum Islam yang digali dari ayat-ayat al-Quran atau Hadits yang dapat diijtihadkan. Pada
dasarnya dalam Islam terdapat banyak mazhab namun dalam perkembangannya mazhab-
mazhab tersebut ada yang masih eksis sampai sekarang dan ada juga yang tidak eksis, contoh
mazhab yang masih eksis hingga sekarang adalah mazhab Hanafi, Syafi’i, Hambali, dan
Maliki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam Mazhab tidak eksis?
2. Apa alasan mazhab-mazhab tersebut tidak esksis?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Fikih
2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca serta penulisnya

4
3. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai macam-macam dan penjelasan dari
Mazhab-Mazhab tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

A. MACAM-MACAM MAZHAB TIDAK EKSIS

1. Abulaiman, Dawud bin ali al-asfhihani az-zahiri

Dia Dilahirkan di Kufah pada tahun 202 H dan meninggal di Baghdad pada tahun 270
H Dia adalah pencetus Madzhab az-Zahiri. Dia merupakan pemimpin golongan ahli
Zahir. Dia meletakkan asas madzhab ini, dan kemudian dikembangkan oleh Abu Muham
mad Ali bin Sa'id bin Hazm al-Andalusi (384 406 H) yang telah mengarang beberapa
buah kitab, yang utama falah al-Muhalla di bidang fiqih dan al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam
di bidang Usul Fiqih.

Imam Dawud adalah di antara hufazh ha dits (golongan yang sampai kepada
martabat al-Hafizh dalam hadits), ahli fiqih yang mu jtahid, dan mempunyai madzhab
yang tersen diri setelah dia mengikut Madzhab Syafi'i di Baghdad.

Asas Madzhab Zahiri ialah beramal de ngan zahir Al-Qur'an dan As-Sunnah
selama tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa yang dikehendaki darinya ialah bukan
makna yang zahir. Jika tidak ada nash, maka berpin dah kepada ijma dengan syarat
hendaklah ia merupakan ijma seluruh ulama. Mereka juga menerima ijma sahabat. Jika
tidak didapati nash atau ijma, mereka menggunakan istish hab, yaitu al-ibahah al-
hasliyyah (kemubahan yang natural/asal).

Qiyas, ro'yu dan istihsan, dzaral' dan men cari illat nash-nash hukum dengan
meng gunakan ijtihad adalah ditolak. Cara-cara itu tidak dianggap sebagai dalil dalam
hukum. sebagaimana mereka juga menolak taqlid.

Di antara contoh masalah fiqih menurut pendapat mereka lalah pengharaman


meng gunakan bejana dari emas dan perak hanya lah khusus untuk minum. Pengharaman
riba hanyalah pada enam jenis yang disebutkan dalam hadits, shalat Jumat dilaksanakan
di masjid kampung Pendapat mereka ini adalah

sama dengan pendapat Abu Tsaur, salah seorang pengasas madzhab fiqih yang
telah papas Istri yang kaya bertanggung jawab menanggung perbelanjaan nafkah

5
suaminya yang susah dan juga nafkah dirinya.Madzhab ini telah tersebar luas di Andalus.
Pada abad ke-5 H, ia mulai merosot dan akhirnya pupus pada kurun ke-8 H.

2. Zaid bin ali zaenal abidin ibnul husain (wafat 122 m)

Dia adalah imam golongan Syiah Zaidiyyah yang dianggap sebagai madzhab ke-
5 selain madzhab yang empat. Dia adalah imam pada zamannya dan merupakan ahli ilmu
dalam berbagai bidang. Karena ketinggian ilmunya di bidang Ulumul Qur'an qira'at, dan
fiqih, maka dia digelari sebagai helif Al-Qur'an. Dia telah menulis kitab fiqh berjudul al-
Majmu" yang merupakan ki tab fiqih yang tertua dicetak di Itali. Kitab ini telah disyarahi
oleh al-'Allamah Syarafuddin al-Hussain ibnul Haimi al-Yamani ash-Shan'ani (meninggal
1221 H), dalam kitab yang ber judal ar-Rawdhun Nadhir Syarh Majmu al Figh al-Kabir
dalam empat jilid.

Abu Khalid al-Wasith! merupakan rawi hadits-hadits Majmu dan pengumpul


fiqih madzhab Zaid. Dikatakan bahwa jumlah hasil karyanya mencapai 15 naskah kitab.
Di anta ranya adalah kitab al-Majmu' di bidang hadits. namun penisbatan kitab ini kepada
imam Zaid diragui.

Golongan Zaidiyyah ialah mereka yang menjadikan imam Zaid (anak Ali Zainal
Abidin) sebagai imam dan pencetus madzhab ini. Imam Zaid telah menerima balah di
Kufah pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik Yusuf bin Umar memeranginya
hingga Imam Zaid meninggal.

Imam Zaid mengutamakan Ali bin Abi Thalib daripada sahabat Rasulullah saw.
yang lain. Dia berpendapat imam yang zalim tidak boleh ditaati. Walaupun dia
mengutamakan Sayyidina Ali, tetapi dia juga menerima pe lantikan Abu Bakar dan Umar,
dan menolak kritikan terhadap mereka yang dilakukan oleh pengikutnya yang telah
membalatnya. Sebab itulah, pengikutnya pecah dan ada yang memisahkan diri Imam Zaid
berkata kepada orang yang memisahkan diri darinya, "Kau telah menolakku." Dengan
kata-kata itu. golongan ini pun terkenal dengan gelaran ar Rafidhah (kelompok yang
menolak). Setelah dia wafat, anaknya-Yahya-meneruskan per juangannya. Dia telah
terbunuh pada zaman pemerintahan al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik.

Di antara kitab terpenting dalam madzhab ini yang telah dicetak ialah Kitab al-
Bahr al-Zakhkhar al-Jami' li Madzahib Uama' al Am sar oleh al-Imam Yahya ibnul
Murtadha (me ninggal 840 H). Dalam empat jilid, ia membahas pendapat-pendapat dan
perselisihan ulama fiqih.

6
Mereka juga berbeda pendapat dengan golongan Syiah Imamiyyah dalam
persoalan bolehnya kawin Mutah. Mereka berpendapat kawin Mut'ah tidak boleh. Dalam
adzan, me ‫ ) عي على سير العمل‬reka menambah ungkapan yang artinya, "Marilah melakukan
perbuatan yang baik dan mereka bertakbir sebanyak lima kali dalam shalat jenazah.
Madzhab yang dipraktikkan di Yaman adalah madzhab al-Ha- dawiyyah, yaitu pengikut
al-Hadi ila al-Haq Yahya ibnul Husain. Madzhab ini merupakan madzhab yang dipakai
oleh pemerintahan Yaman hingga sekarang, sejak 288 H. Mereka adalah golongan Syiah
yang paling dekat de ngan Ahli Sunnah. Dalam aqidah, mereka mengikuti paham
Muktazilah. Dalam menge luar a;lakan hukum, mereka bersandar kepada Al Qur'an,
hadits, ijtihad dengan menggunakan pikiran, qiyas, istihsan, masalih mursalah, dan
istishab

Kesimpulannya, golongan Zaidiyyah ada lah dinisbahkan kepada Zaid, karena dia
ada lah iman mereka. Berbeda dengan golongan Hanafi dan Syafi': umpamanya,
sekiranya pengikut madzhab Zaldiyah tidak menemu kan hukum pada cabang persoalan
fiqih dalam madzhab mereka, maka mereka akan berpe gang kepada pendapat imam
mereka.

3. Aliman abu Abdullah ja far ash shadiq bin Muhammad al- baqir bin ali zainal
abidin ibnul husain (80-148H/699-765M) pencetus madzab Imammiyah

Adapun Abu Ja'far Muhammad ibnul Hasan ibnul Farrukh ash-Shaffar al-A'raj al
Qummi (meninggal 290 H) adalah orang yang menyebarkan madzhab Syi'ah Imamiyyah
dalam bidang fikih.

Ibnu Farrukh ialah tokoh yang menyebarkan fiqih Syi'ah Imamiyyah di Persia
dalam kitabnya Basya'ir ad-Darajat fi 'Ulum Aal Muhammad, wa Ma Khashshahumullah
bi Kitab ini telah dicetak pada tahun 1285 H.

Sebelum itu, kitab pertama kali dalam figh Imamiyyah ialah risalah al-Halal wal-
Haram yang dikarang oleh Ibrahim bin Muhammad Abu Yahya al-Madani al-Aslami
yang dia riwa yatkan dari Imam Ja'far ash-Shadiq.Kemudian anaknya. Ali ar-Ridha
menulis kitab Fiqh ar-Ridha, dicetak pada tahun 1274 H di Teheran.

Setelah Ibnu Farrukh al-A'ra), muncul Muhammad bin Ya'qub bin Ishaq al-
Kulaini ar-Razi yang merupakan syaikh golongan Syi'ah yang mati pada tahun 328 H.
Dia te lah menulis buku al-Kafi fi 'Ilm ad-Din. Di dalamnya terdapat 16.099 hadits yang
di riwayatkan melalui Ahlul Bait. Bilangan ini lebih banyak daripada bilangan hadits
yang terdapat dalam kitab hadits yang enam (yaitu al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-
Tirmidzi, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah).

7
Empat kitab yang menjadi pegangan Madz hab Syi'ah Imamiyyah adalah al-Kafi:
Man Lu Yahdhuruhu al-Faqih karya ash-Shaduq al Qummi: Tahdzib al-Ahkam karya ath-
Thusi dan al-Istibshar karya ath-Thusi. Sama seperti golongan Zaidiyyah, setelah Al-
Qur'an, mereka tidak berpegang kecuali kepada hadits yang diriwayatkan oleh para imam
mereka dari Ahlul Bait untuk menetapkan masalah fiqih. Mereka juga berpendapat bahwa
pintu ijtihad terbuka. Mereka menolak qiyas dan mereka mengingkari ijma, kecuali jika
salah satu imamnya termasuk yang ikut lima. Rujukan hukum-hukum syara' bagi mereka
ialah para Imam dan bukan orang lain.

Fiqih Imamiyyah dekat dengan madzhab Syafi', dan ia tidak berbeda dalam
perkara perkara yang masyhur yang terdapat dalam fiqih Ahli Sunnah kecuali dalam lebih
kurang 17 masalah. Di antara yang utama ialah ten tang bolehnya nikah Mut'ah.
Perbedaan pen dapat mereka lebih kurang sama saja dengan perbedaan pendapat di
kalangan madzhab madzhab fiqih seperti Hanafi dan Syafi'i um pamanya. Madzhab
Syi'ah Imamiyyah ini ter sebar hingga sekarang di Iran dan Iraq. Pada hakikatnya,
perbedaan antara mereka dengan Ahli Sunnah tidaklah berasaskan kepada aqi dah atau
fiqih, tetapi berasaskan kepada soal pemerintahan dan imam. Di antara agenda utama
Revolusi Iran tahun 1979 yang dide ngungkan adalah menghapuskan pertikaian dengan
Ahli Sunnah dan menganggap bahwa umat Islam seluruhnya adalah satu umat saja.

Di antara masalah-masalah fiqih penting yang berbeda dengan Ahli Sunnah ialah
bo lehnya nikah dalam jangka waktu tertentu (nikah Mut'ah), diwajibkannya
mendatangkan saksi ketika perceraian, mengharamkan sem belihan Ahli Kitab dan kawin
dengan wanita Nasrani dan Yahudi (sama dengan pendapat Zaidiyah). Dalam masalah
harta warisan, mereka mengutamakan anak paman seibu seayah atas paman seayah.
Mereka juga mengatakan bahwa tidak boleh menyapu khuf, cukup menyapu kedua belah
kaki dalam wudhu. Dan dalam adzan mereka menambahi (‫ )أشهد أن علت ولى هللا‬beberapa
kalimat yaltu yang artinya, "Aku bersaksi bahwa All adalah wall Allah SWT: () yang
artinya, "Marilah melakukan perbuatan yang baik," (‫ ) ال إله إال‬dan mengulang kalimat.

4. Abusy sya’isa’ at-tabi’I, jabir bin zaid, pencetus madzab Ibadiyyah (w.157H)

Madzhab ini dinisbahkan kepada Abdullah bin Ibadh at-Tamimi (meninggal 80


H). Jabir bin Zaid adalah ulama tabi'in yang meng amalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Dia murid Ibnu Abbas ra. Usul fiqh Ibadiyyah sama se perti usul madzhab-madzhab lain
yang ber pegang kepada Al-Qur'an. As-Sunnah, ijma, qiyas, Istidial, atau istinboth
dengan semua cara termasuk al-istihsan, istishlah, mashalih mursalah, istishhab, qaul ash-
Shahabi, dan lain-lain. Pendapat yang muktamad menurut mereka ialah ilham yang
diperoleh oleh orang selain Nabi Muhammad saw, tidak dapat menjadi hujjah dalam

8
hukum syara' bagi orang selain yang mendapat ilham tersebut. Adapun seorang mujtahid
yang mendapat ilham, maka ilham itu tidak menjadi hujjah baginya kecuali dalam
persoalan yang tidak ada dalil muttafaq 'alaih (dipersetujui oleh semua) dalam penetapan
hukumnya, dan itu merupakan istihsan yang dikenal pada madz hab yang lain.1

5. Abdurrahman al-auza’I, pencetus madzhab Auza’i(W.157H)

Tokoh pemikirnya adalah Abdurrahman al-Auza’i (88-157 H.). Ia adalah seorang


ulama fiqh terkemuka di Syam (Suriah) yang hidup sezaman dengan Imam Abu Hanifah.
Ia dikenal sebagai salah seorang ulama besar Damascus yang menolak qiyas. Dalam salah
satu riwayat ia berkata: “Apabila engkau menemukan sunnah Rasulullah SAW maka
ambillah sunnah tersebut dan tinggalkanlah seluruh pendapat yang didasarkan kepada
yang lainnya (selain Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW).”

Madzhab al-Auza’i pernah dianut oleh masyarakat Suriah sampai Mazhab Syafi’i
menggantikannya. Mazhab ini juga dianut masyarakat Andalusia, Spanyol, sebelum
Mazhab Maliki berkembang di sana.

6. Sufyan ats-Tsauri pencetus madzhab ats-Tsauri (161H)

   Tokoh pemikirnya adalah Sufyan ats-Tsauri (w. 161 H./778 M.). Ia juga
sezaman dengan Imam Abu Hanifah dan termasuk salah seorang mujtahid ketika itu.
Akan tetapi, pengikut as-Sauri tidak banyak. Ia juga tidak meninggalkan karya ilmiah.
Mazhab ini pun tidak dianut masyarakat lagi sejak wafatnya penerus Mazhab as-Sauri,
yaitu Abu Bakar Abdul Gaffar bin Abdurrahman ad-Dinawari pada tahun 406 H. Ia
adalah seorang mufti dalam Mazhab as-Sauri di Masjid al-Mansur, Baghdad.

7. Al-Laits bin Sa’ad pencetus madzhab al-laits bin sa’ad (3H)

Tokoh pemikirnya adalah al-Lais bin Sa’ad. Menurut Ali Hasan Abdul Qadir,
mazhab ini telah punah dengan masuknya abad ke-3 H.

   Fatwa hukum yang dikemukakan al-Lais yang sampai sekarang tidak bisa
diterima oleh ulama mazhab adalah fatwanya tentang hukuman berpuasa berturut-turut
selama dua bulan terhadap seorang pejabat di Andalusia yang melakukan hubungan
suami istri di siang hari pada bulan Ramadlan.

Dalam fatwanya, al-Lais tidak menerapkan urutan hukuman yang ditetapkan


Rasulullah SAW, dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh mayoritas rawi hadits dari Abu
Hurairah. Dalam hadits itu dinyatakan bahwa hukuman orang yang melakukan hubungan

1
M. Noor Harisudin Pengantar Ilmu Fiqih Surabaya Penerbit Buku Pena Salsabila Putra Pratama 2013 hal 105-
109

9
suami istri di siang hari pada bulan Ramadlan adalah memerdekakan budak; kalau tidak
mampu memerdekakan budak, maka diwajibkan berpuasa selama dua bulan berturut-
turut; dan kalau tidak mampu juga berpuasa selama dua bulan berturut-turut, maka
memberi makan fakir miskin sebanyak 60 orang.

Al-Lais tidak menerapkan hukuman pertama (memerdekakan budak). Alasannya,


seorang penguasa akan dengan mudah memerdekakan budak, sehingga fungsi hukuman
sebagai tindakan preventif tidak tercapai. Demikian juga dengan memberi makan 60
orang fakir miskin bukanlah suatu yang sulit bagi seorang penguasa. Oleh sebab itu, al-
Lais menetapkan hukuman berpuasa dua bulan berturut- turut bagi pejabat tersebut.
Menurutnya, hukuman tersebut lebih besar kemaslahatannya dan dapat mencapai tujuan
syara’. Jumhur ulama menganggap fatwa ini tidak sejalan dengan nash, karena nash
menentukan bahwa hukuman pertama yang harus dijatuhkan pada pejabat tersebut
semestinya adalah memerdekakan budak, bukan langsung kepada puasa dua bulan
berturut-turut. Oleh sebab itu, landasan kemaslahatan yang dikemukakan al-Lais, menurut
jumhur ulama adalah al-maslahah al-gharibah (kemaslahatan yang asing yang tidak
didukung oleh nash, baik oleh nash khusus maupun oleh makna sejumlah nash).

8. Abu ja’far Muhammad bin jarir ath-thabari pencetus madzhab Ath-


thabari(w.310H)

Tokoh pemikirnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari atau Ibnu
Jarir ath-Thabari (w. 310 H.). Menurut Ibnu Nadim (w. 385 H./995 M.; sejarawan), ath-
Thabari merupakan ulama besar dan faqih di zamannva. Di samping seorang faqih, ia
juga dikenal sebagai muhaddits dan mufassir. Kitabnya di bidang tafsir masih utuh
sampai sekarang dan dipandang sebagai buku induk di bidang tafsir, yang dikenal dengan
nama Jami’ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an. Di bidang fiqh ath-Thabari juga menulis Daud
sebuah buku dengan judul Ihtilaf al-Fuqaha.2

B. ALASAN MENGAPA MAHZAB TERSEBUT TIDAK EKSIS


Beberapa alasan madzhab-madzhab tersebut tidak eksis antara lain adalah karena
pengaruh perkembangan zaman sehingga mazhab-mazhab diatas kalah saing dengan 4
madzhab besart yaitu Hanafi, Hambali, Syafi’I, Maliki, Selain itu juga karena para pengikut
mazhab-mazhab tersebut tidak menyebarkan dan tidak membukukannya sehingga
mengakibatkan madzhab-madzhab tersebut punah. Jika kita menelusuri sejarah, maka
secara garis besar sama. Karena kurangnya penyebaran mazhab oleh generasi selanjutnya . 3
2
Wahbah Az Zahaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu. jilid 1, Jakarta: Gema Insani 2010, hal 48-51
3
Ziyan al Ghifari Dari Negeri Matahari Terbenam Sukabumi CV Jejak 2021 hal 69-70

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Madzhab-madzhab yang tidak eksis diantaranya yaitu : Az-zahiri, Azaidiyyah,


Imamiyyah, Ibadiyyah, Al-auza’I, Ats-tsauri, Al-lais bin sa’ad, Ath-thabari, Adz-Dzahiri
2. Secara garis besar keseluruhan madzhab tersebut punah selain karena tidak terkenal dan
kalah saing dari 4 madzhab besar. Dan juga generasi selanjutnya juga tidak
menyebarkannya

11
DAFTAR PUSTAKA

Harisudin, M. Noor (2013). Pengantar Ilmu Fiqih. Surabaya: Pena Salsabila Putra Pratama
Az Zahaili, Wahbah (2010). Fiqih Islam wa Adillatuhu. jilid 1, Jakarta: Gema Insani
Al Ghifari, Ziyan (2021). Dari Negeri Matahari Terbenam: Potret Islam dan Keilmuan di Maroko.
Sukabumi: CV Jejak, anggota IKAPI hal 69-70

12

Anda mungkin juga menyukai