Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Madzhab-Madzhab Fiqih dan Ushul Fiqih

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Fiqih Ushul Fiqih

Dosen Pengampu: Hasbiyallah, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 2:

Ina Agustina 2285110073

Munif 2285110061

Haniefan Moesliman 2285110064

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Madzhab-
Madzhab Fiqih/ Ushul Fiqih tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari Bapak Hasbiyallah pada mata kuliah Fiqih/Ushul Fiqih di
Fakultas Ushuluddin dan Adab. Selain itu, penulis juga berharap semoga makalah ini
dapat menambah wawasan, pengetahuan, serta dapat merealisasikan dalan kehidupan
sehari-hari bagi para pembaca makalah.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak


Hasbiyallah selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan pekerjaan penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu serta
mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu
besar harapan penulis adanya kritik dan saran yang akan membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cirebon, 17 September 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................ ii

PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Madzhab ........................................................................................... 3

B. Sebab-sebab terjadinya perbedaan madzhab ...................................................... 5

1. Periwayatan Hadist ........................................................................................ 6

2. Narasi hadits daif. .......................................................................................... 7

3. Persyaratan Penerimaan Hadist ..................................................................... 8

C. Biografi-biografi Madzhab ................................................................................... 9

1. Biografi Madzhab Imam Syafi'i..................................................................... 9

2. Biografi Madzhab Hanafi ............................................................................ 11

3. Biografi Madzhab Imam Maliki .................................................................. 13

4. Biografi Madzhab Hambali ......................................................................... 14

BAB III.................................................................... Error! Bookmark not defined.16

KESIMPULAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.16

DAFTAR PUSTAKA ............................................. Error! Bookmark not defined.17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan perintah agama, umat Islam harus berpedoman pada aturan-
aturan dalam Al-Qur'an dan Hadist. Banyak sekali dan tata cara yang melahirkan ilmu
fiqih, yaitu ilmu hukum dan tata cara melaksanakan ibadah yang bersumber dari Al-
Qur'an dan Hadist.1 Hukum yang mengatur halal dan haram, sunnah dan makruh, tata
cara shalat, cara bersuci dan sebagainya.2

Dalam Islam, khususnya dalam hal fiqih, terdapat mazhab-mazhab pemikiran.3


Madzhab adalah sesuatu pendapat imam atau ahli agama tentang hukum suatu
perkara baik dalam masalah agama, masalah ibadah atau masalah lainnya. 4

Perkembangan suatu mazhab yang telah mendapat penerimaan dan memiliki pengikut
yang mengembangkan dan memeliharanya, tetapi ada juga mazhab yang dipengaruhi
oleh mazhab lain yang datang kemudian, sehingga pengikutnya menurun.

Ada empat mazhab yang bertahan dan terus berkembang hingga saat ini, yaitu

Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Syafi'i. 4 mazhab ini yang

sering kita dengar ), adalah Ahlussunah wal Jama'ah.5

1 Ahmad
Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya, Pustaka Progresif, 1997), hlm. 654.
2
M. Hasbi As-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
hlm. 20.
3
Manna’ Khalil al-Qhattan, At-Tasyri’ wa al-Fiqh fi al-Islam: Tarikhan wa
Manhajan, (ttt: Maktabah Wahabah, 1976), hlm 9.
4Abdilah
Nanang, Madzhab dan Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan, Fikroh:
Jurnal Pemikiran dan Pemikiran Islam Vol, 8 No, 1. (2014). 20-38.
5Muhammad
Ajib, Masalah Khilafiyah 4 Madzhab Terpopuler, (Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing, 2018), hlm 8.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan madzhab?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan mazhab?

3. Bagaimanna biografi madzhab Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Maliki,

dan Imam Hambali?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian madzhab.

2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan madzhab.

3. Mengetahui biografi madzhab Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Maliki dan

Imam Hambali.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Madzhab
Madzhab adalah gagasan atau dasar utama yang digunakan oleh Imam mujtahid
dalam memecahkan masalah atau mempertimbangkan hukum Islam.6 Kata madzhab
berasal dari kata bahasa Arab ‫َب ذ – َي ْذهَبَ – ذَهَابًا – ذه ْوبًا – َمذْ َهبًا‬
ََ ‫ ه‬, yang maknanya
berjalan (pergi) atau lewat. Sedangkan َ‫ال َم ْذهَب‬,ْ maknanya ialah i`tiqad, jalan dan ushul
(prinsip-prinsip) yang dijalankannya.7

Munculnya mazhab, sebagai bagian dari proses sejarah penetapan syariat Islam. 8
Yang tertata rapi dari generasi para sahabat, tabi'in, hingga mencapai masa keemasan
kekhalifahan Abbasiyah, akan tetapi harus diakui bahwa mazhab telah memberikan
kontribusi pemikiran yang berperan utama dalam penetapan hukum fiqh Islam.9

Penyebab perbedaan pendapat/mazhab karena perbedaan persepsi dalam ushul


fiqh dan fiqh serta perbedaan tafsir atau tafsir mujtahid.10 Berpegang pada pengertian
bermahzab,َ karenaَ faktorَ “ketidakmampuan”َ kitaَ untuk mendalami syariat secara
sendiri-sendiri langsung dari sumbernya (Al-Quran dan as-Sunnah).

6 Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970, hlm. 9.
7Poerwadarminta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
hlm. 974.
8Abdul
Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Kuwait: Daarul Qalam, tt), hlm. 21.
9
A. Djazuli, Ilmu Fiqih Penggalian, Perkembangan, Penerapan Hukum Islam, hlm.
110.
10 Bahri
Ghazali dan Djumadris, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992), hal. 49.

3
Bermadzhab secara benar dapat dicapai dengan pemahaman bahwa pemahaman
kita tentang perbedaan pendapat di antara kalangan adalah sesuatu yang sehat dan
wajar, bukan sesuatu yang aneh atau menyimpang dari Islam.11

Sedangkan menurut istilah ada beberapa rumusan:

1. Menurut M. Husain Abdullah, mazhab adalah kumpulan pendapat

mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil

syariatَyangَrinciَsertaَberbagaiَkaidahَ(qawa’id)َdanَlandasanَ(ushul)َ

yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain

sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.12

2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam

tentang hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau

tentang kaidah-kaidah istinbathnya.13

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan mazhab adalah gagasan atau dasar utama yang digunakan oleh Imam
mujtahid dalam memecahkan masalah; atau menerapkan hukum Islam. Di sini juga
dapat disimpulkan bahwa sekolah meliputi; (1) seperangkat hukum Islam yang digali
oleh seorang imam mujtahid; (2) ushul fiqh yaitu jalan (tariq) yang ditempuh oleh
para mujtahid untuk mendalami hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

11 M.
Yunan Nasution, Pegangan Hidup (3), (Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia, 1981), hlm. 30-31.
12M.Husain
Abdullah, Al-Wadhih fi Usul al-Fiqh, Ibid.
13
Muhammad Ali Hasan, Perbandingan mazhab, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1995), 86.

4
Dengan demikian, meskipun mazhab itu berwujud dalam bentuk hukum-hukum
syariah (fiqh), harus dipahami bahwa mazhab itu sebenarnya termasuk ushul fiqh
yang merupakan metode penggalian (tariqah al-istinbath) untuk melahirkan hukum-
hukum tersebut. Artinya, jika kita mengatakan mazhab Syafi'i, itu artinya, fiqh dan
ushul fiqh menurut Imam Syafi'i.14

B. Sebab-sebab terjadinya perbedaan madzhab


Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, berbagai mazhab itu terbentuk karena
adanya perbedaan (ikhtilaf) dalam hal ushul dan furu' sebagai akibat dari berbagai
diskusi (munazharat) di antara para ulama. Usulan terkait dengan penelitian (tariqah
al-istinbath), sedangkan furu' terkait dengan hukum syariah yang digali berdasarkan
metode istinbath.15

Menurut Abu Aminah Bilal Philips, alasan utama perbedaan ketentuan hukum di
kalangan imam sekolah antara lain;16

1. Interpretasi arti kata dan susunan tata Bahasa.

2. Riwayat hadist, (keberadaannya, keabsahannya, syarat penerimaannya,

dan penafsirannya terhadap nash-nash hadits yang berbeda).

3. Mengakui penggunaan prinsip-prinsip tertentu (ijma', tradisi, istihsan,

dan pendapat para sahabat) dan,

4. Metode Qiyas.

14 Ahmad Nahrawi, Al-Imam asy-Syafi’i fi Mazhabayhi al-Qadim wa al-Jadid,


(Kairo: Darul Kutub, 1994), 208.
15
Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syahhsiyah al-Islamiyah Juz I, (Beirut: Darul
Ummah, 1994), 386.
16Abu
Ameenah Bilal Philips, Asal-usul dan Perhembangan Fiqh: Analisis Historis
atas Mazhab, Doktrin dan Kontribusi, terj. M. Fauzi Arifin, (Bandung, Nusamedia, 2005),
125.

5
Sedangkan menurut Abdul Wahab Khalaf, perbedaan penetapan hukum itu
bermula dari tiga persoalan; Perbedaan dalam penentuan beberapa sumber hukum
(sikap dan cara mengikuti sunnah, standar) riwayat, fatwa teman, dan qiyas);
Perbedaan mengenai penetapan hukum tasyri' (penggunaan hadits dan ra'yu) dan;
perbedaan prinsip kebahasaan dalam memahami nash syari'ah (bahasa ushlub).17

Adapun Muhammad Zuhri, membagi menjadi tiga hal penyebab terjadinya


mazhab ikhtilaf;18

1. Tentang sumber hukum.

2. Tentang metode ijtihad (teori tahsin wa taqbih, tema kebahasaan) dan,

3. Adat-istiadat.

Berikut ini adalah penjelasan penyebab perbedaan metode penetapan penggalian


hukum (tariqah al-istinbath) di kalangan Imam mujtahid, sebagai kesimpulan dari
berbagai macam pembagian menurut pendapat para tokoh di atas.19

Dimana dapat disimpulkan secara luas meliputi; perbedaan sumber hukum


(mashdar al-ahkam); perbedaan cara memahami teks dan; perbedaan dalam beberapa
aturan linguistik untuk memahami teks. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Mengenai perbedaan sumber hukum, hal itu terjadi karena para ulama berbeda
pendapat dalam 4 (empat) kasus berikut, yaitu:

1. Periwayatan Hadist
Hal yang menyebabkan perbedaan hukum yang berkembang di kalangan ahli
fiqh dalam hal periwayatan dan penerapan hadits antara lain;

17Abdul
Wahab Khallaf, Sejarah pembentuhan dan perhembangan huhum Islam,
terj. Wajidi Sayadi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2002), 92.
18Muhammad
Zuhri, Hukum Islam dalam lintasan sejarah, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 1996), 73.
19Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan, 47-48.

6
a. Keberadaan Hadist

Tak terhitung banyaknya kasus dimana riwayat hadis tertentu tidak sampai oleh
sebagian ulama karena fakta bahwa domisili para sahabat meriwayatkan hadits yang
berbeda, serta aliran pemikiran utama tumbuh dan berkembang di berbagai daerah.20

1) Imam Abu Hanifah menetapkan bahwa shalat istisqa tidak termasuk shalat

sunnah berjamaah. Pendapatnya didasarkan pada hadits yang diriwayatkan

oleh Anas bin Malik tempat Nabi saw. pada suatu kesempatan, berdoa secara

spontan meminta hujan tanpa berdoa.21

2) Sementara murid-muridnya, Abu Yusuf dan Muhammad serta para imam

lainnya semua sepakat bahwa shalat istisqa adalah sah. Pendapat mereka

didasarkan pada riwayat Abbad ibn Tamim dan lain-lain, yang menyatakan

bahwa Nabi pergi ke tempat shalat, berdoa untuk hujan dengan menghadap

kiblat, memperbaiki jubahnya dan memimpin orang-orang Muslim

melakukan shalat dua rakaat.22

2. Narasi hadits daif.


Dalam beberapa kasus dimana sebagian ahli hukum mendasarkan penetapannya
pada hadits yang notabene daif (lemah dan tidak) terpercaya).23 Hal ini disebabkan

20 Achmad
Musyahid Idrus, Pengantar Memahami Madzhab, (Sulawesi Selatan:
Pusaka Almaida, 2017), Cet. I, hal. 73-77.
21Kasysyaf
Al-Qinna', jilid 1 hal. 114.
22Abd.Rahman
Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 96.
23Lahmuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam Dalam Mazhab Syafi’i, h. 95.

7
oleh pendapat bahwa hadis daif digunakan untuk melakukan qiyas (pengurangan
analogi). Contoh:

a) Imam Abu Hanifah, rekan-rekannya dan Ahmad bin Hanbal berpendapat

tentang batalnya wudhu karena muntah berdasarkan ketentuan hadits yang

diriwayatkan oleh Aisyah yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. pernah

berkata:َ“Barangsiapaَmengalamiَmuntah,َmimisanَatau muntah karena

mual, dia harus membatalkan sholatnya. Biarkan dia berwudhu' dan

kemudianَlanjutkanَrakaatَyangَtersisa”.24

b) Imam Syafi'i, Imam Malik berpendapat karena dua alasan bahwa qay

(muntah) tidak membatalkan wudhu. Pertama, hadits tersebut di atas tidak

sah dan kedua, qay (muntah) tidak disebutkan secara spesifik dalam sumber

hukum Islam selain sebagai tindakan yang membatalkan wudhu.25

3. Persyaratan Penerimaan Hadist


Perbedaan lain di antara para ahli fiqh di bidang sunnah muncul dari berbagai
syarat yang mereka tetapkan untuk menerima hadits. Para mujtahidin Irak (Abu
Hanifah dan para sahabatnya), misalnya, berargumentasi dengan sunnah mutawatirah
dan sunnah terkenal para ahli fiqh; sedangkan para mujtahidin Madinah (Malik dan
para sahabatnya) berdebat dengan sunnah yang diamalkan oleh penduduk Madinah. 26
Adapun para imam mujtahid lainnya, dengan hadits yang diriwayatkan oleh para

24Dihimpun
oleh Ibnu Majah dari Aisyah dan dianggap daif oleh Nasiruddin al-alBani
dalam Daif Jami' as-Shagiir, (Beirut, al-Maktab al-Islam, 1979), 167.
25Dede
Rosyada, Ushul Fiqih, (Jakarta: Dirjen Binbaga Agama Islam, 2002), hlm.
470.
26Al-Bayanuni,
M. Abul Fath, Al-Bayuni, Studi Tentang Sebab-Sebab Perbedaan
Mazhab terj. Zaid Husein Al-Hamid, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1994), 90.

8
perawi yang adil dan tsiqah tanpa melihat apakah mereka dari ahli fiqh atau tidak dan
apakah itu sesuai dengan amalan para ahli Madinah atau sebaliknya.27

C. Biografi-biografi Madzhab

1. Biografi Madzhab Imam Syafi'i


Garis keturunan dari sisi Ayahnya adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin
Utsman bin Syafi' bin Sa'ib bin Abid bin Abdu Yazid bin Hisyam bin Muthalib bin
Abdu Manaf bin Qusha bin Kilab bin Murrah, garis keturunannya dengan Nabi
bertemu dengan Abdu Manaf bin Qushai. 28 Silsilah dari Sisi Ibu Ibunya adalah
Fatimah binti Abdullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Orang-orang
mengatakan bahwa mereka tidak tahu bahwa Hasyimiyah melahirkan anak kecuali
Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam Syafi'i.29

Kelahiran Syafi'i, beliau lahir pada tahun 150 H, bertepatan dengan tahun
wafatnya Imam Abu Hanifah. Ia lahir di Ghazzah, Askalan. Ketika dia umumnya
berusia dua tahun, ibunya memindahkannya ke Hijaz yang sebagian besar
penduduknya berasal dari Yaman, ibunya dari Azdiyah. Keduanya tinggal di sana.
Namun, ketika umumnya berusia sepuluh tahun, ibunya memindahkannya ke Mekah
karena takut melupakan garis keturunannya.

Imam Syafi'i sejak kecil hidup dalam kemiskinan. Saat diserahkan ke bangku
pendidikan, tenaga pendidiknya tidak dibayar dan hanya sebatas mengajar. Namun
setiap kali seorang guru mengajarkan sesuatu kepada muridnya, seorang syafi'i kecil
terlihat dengan sudut pandang yang menangkap semua pemandangan dan penjelasan
kepada gurunya. Setiap kali gurunya bangun untuk berangkat, Syafi'i mengajarkan
kembali apa yang telah didengar dan dicapai anak-anak lain, sehingga atas apa yang

27Huzaemah
Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan, 47-48.
28Abdul
Wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan, 93.
29Bihār al-Anwār, jld.36, hlm. 194.

9
didapatnya, Syafi'i mendapat pahala. Pada usia tujuh tahun, Syafi'i telah menghafal
seluruh Al-Qur'an dengan baik.30

Syafi'i menceritakan, bahwa ketika beliau selesai membaca Al-Qur'an dan


masuk masjid, syafi'i sedang duduk di majelis ulama. Dan menghafal hadits dan hal-
hal fikih. Saat itu, rumah kami di Mekah. Beliau sangat miskin, untuk membeli kertas
saja tidak mampu, tetapi syafi'i mengambil tulang untuk dapat menulis. Beliau
memiliki suara yang manis.31

Hakim mengeluarkan sebuah hadits dari riwayat Bahr bin Nasr, dia berkata,
"Ketika kami ingin menangis, kami berkata kepada tetangga kami, 'Pergilah ke Syafi'i
muda!' Ketika kami sampai padanya, dia mulai membuka dan membaca Al-Qur'an
sehingga banyak orang disekelilingnya berjatuhan di hadapannya karena tangisnya
yang nyaring. Kami terkesima dengan merdunya suara yang begitu agung, sehingga
ia memahami Al-Qur'an berkesan bagi para pendengarnya."32

Guru Imam Syafi'i antara lain;33

1. Muslim bin Khalid Az-Zanji, Mufti Makkah pada tahun 180 H yang bertepatan
dengan tahun 796 M, beliau adalah maula (budak) Bani Makhzum.

2. Sufyan bin Uyainah Al Hilali yang berada di Mekkah, beliau adalah salah

seorang yang terkenal tsiqah (jujur dan adil).

30Mohammad
Yasir Abdul Muthalib, Ringkasan Kitab Al Umm, h. 4.
31 A.
Djalil, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penetapan Hukum Islam,
(Jakarta: Prenado Media, 2005), h.129.
32A.
Djalil, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penetapan Hukum Islam, h.
130.
33Jaih
Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qaul Qadim dan Qaul jadid,
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), h. 2.

10
3. Ibrahim bin Yahya, salah seorang ulama Madinah.

4. Malik bin Anas. Syafi'i pernah membacakan kitab Al Muwaththa' kepada

Imam Malik setelah ia hafal, kemudian ia menetap di Madinah hingga Imam

Malik wafat pada tahun 179 H, bertepatan dengan tahun 795 M.

5. Waki' bin Jarrah bin Malih Al Kufi.

6. Hammad bin Osama Al Hasyimi Al Kufi.

7. Abdul Wahhab bin Abdul Majid Al Bashri Istri Imam Syafi'i Ia menikah

dengan Hamidah binti Nafi' bin Unaisah bin Amru bin Utsman bin Affan.34

2. Biografi Madzhab Hanafi


Mazhab Hanafi adalah salah satu dari 4 mazhab besar Ahlusunnah wal Jama'ah.
Abu Hanifah adalah pendiri dari madzhab Hanafi ini. Abu Hanifah lahir pada tahun
80 Hijriah (699 M) dan meninggal di Kufah pada tahun 150 Hijriah (769 M). Abu
Hanifah hidup selama 52 tahun pada periode Amawiyah dan 18 tahun pada periode
Abbasiyah.35

Namanya Abu Hanifah adalah Nu'man bin Tsabit bin Zauta bin Mah. Ayahnya
adalah keturunan Persia (Kabul-Afghanistan), tetapi sebelum ia lahir, ayahnya telah
pindah ke Kufah. Oleh karena itu, dia bukan keturunan Arab asli, tetapi dari orang
Ajam (bangsa selain Arab) dan dia lahir di tengah-tengah keluarga Persia.

Salah satu riwayat mengatakan bahwa ia mendapat gelar Abu Hanifah karena
persahabatannya yang dekat dengan "tinta". Menurut lughot Irak, berarti "dawat atau
tinta". Artinya, ia selalu membawa daawat kemana-mana untuk menulis atau

34Mohammad
Yasir Abdul Muthalib,Ringkasan Kitab Al Umm, h. 4-5.
35Moenawir
Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i,
Hambali, (Jakarta: Bulan Bintang, 1955), Cet. ke-9, h. 19.

11
mencatat ilmu yang diperoleh gurunya atau orang lain. Dengan demikian ia mendapat
gelar yaitu Abu Hanifah.36

Imam Hanafi tumbuh menjadi ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Mulai dari
logika, ushuluddin, hadits dan fiqh. Kecepatan hafalan, ketajaman berpikir dan
kekuatan logika membawanya menjadi ulama terkemuka pada masanya. Pada
akhirnya, ilmu fiqihlah yang menjadi fokus kajian Imam Hanafi.37

Ia mempelajari keahliannya dalam berbagai disiplin ilmu agama dari sejumlah


ulama besar saat itu. Seperti Atho' bin Abi Rabbah, Asy-Sya'bi, Adi bin Tsabit,
Abdurrahman bin Hurmuj al-A'raj, Amru bin Dinar, dan Talhah bin Nafi'. Abu
Hanifah juga berguru kepada ulama yang lain, seperti Nafi' Maula Ibnu Umar,
Qotadah bin Di'amah, Qois bin Muslim, Abdullah bin Dinar, Hamad bin Abi
Sulaiman sebagai guru fiqhnya, Abu Ja'far Al-Baqir, Ibnu Shihab Az -Zuhri, serta
Muhammad bin Munkandar.

Pola pikir yang digunakan para ulama dari empat mazhab ini menekankan pada
kedewasaan sikap dan toleransi dalam menghadapi berbagai persoalan. Kajian
mereka tentang hukum Islam selalu berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Faktor sosiologis dan budaya dapat berdampak pada bagaimana keputusan dibuat
tentang hukum Islam. Imam Hanafi berbicara dengan sumber-sumber dari Al-Qur'an,
As-Sunnah, Al-Ijma, Al-Qiyas, Al-Istishlaah, Al-Istihsan, Al-'Urf.38

Abu Hanifah adalah salah satu tokoh yang memberikan kontribusi berharga bagi
perkembangan hukum Islam. Pemikiran hukumnya mengedepankan aspek

36Ahmad Asy-Syurbasi, al-Aimatul Arba’ah, Penerjemah Sabil Huda dan Ahmadil,


Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), Cet. ke-3, h. 15.
37Syaikh
Ahmad Farid, Min A’lam as-Salaf, Penerjemah Masturi Ilham dan Asmu’i
Taman, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka al- Kausar, 2007), Cet. ke-2, h. 170.
38Hendri
Andi Bastoni, 101 Kisah Tabi’in, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2006), Cet.
ke-1, h. 46.

12
rasionalitas yang dipengaruhi oleh lingkungan geografis dan demografis Irak. 39
Banyak pemikirannya yang progresif dan berbeda dengan ulama lain, baik dalam
aspek metodologis maupun hasil ijtihad. Al-Fiqh al-Akbar (fiqh besar) adalah satu-
satunya monografi karya Imam Abu Hanifah yang berjasa dalam mengembangkan
madzhab fiqh yang dibangunnya.40

3. Biografi Madzhab Imam Maliki


Silsilah namanya adalah Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Anas bin
Al Harits bin Ghaiman bin Khutsail bin Amr bin Al Harith Al Ashbahiy Al Humairiy.
Garisnya berakhir dengan Ya'rib bin Yashjub bin Qaththan. Kakeknya yang juga
bernama Malik bin Anas adalah seorang tabi'in yang agung dan salah satu orang yang
membawa Khalifah Utsman ke kuburnya.41

Kakeknya, Anas, adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti Nabi SAW
dalam segala peperangan kecuali perang Badar. Nama ibunya adalah Al Aliyah binti
Syarik Al Asadiyah. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa ibunya adalah
Thulaihah, mantan budak Ubaidullah bin Ma'mar.42

Madinah Al Munawaroh adalah tempat kelahiran Imam Maliki pada tahun 95 H.


Di sana ia menulis kitabnya Al-Muwaththo'. Imam Maliki mendapat ilmu lebih dari
100 guru. Dia hidup 84 tahun, meninggal tahun 179 H dan dimakamkan di Baqi. Dia
meriwayatkan hadits dari sejumlah besar Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in, termasuk: Nafi'
mantan budak Ibn Umar, Ibn Shihab Az Zuhri, Abu Az Zanad, Abdurrahman bin Al

39Syaikh
Muhammad al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, (Jakarta: Pustaka al-Kausar,
2005), h. 4.
40A.
Rahman Doi, Penerjemah Zaimudin dan Rusydi Sulaiman, Penjelasan Lengkap
Hukum-hukum Allah (Syari’ah The Islamic Law), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002,
Cet. ke-2, h. 122.
41Ahmad
Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1993), cet, II, h. 71.
42Jaih
Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Rosdakaarya,
2000), cet. II, h. 79.

13
Qasim, Ayyub As Sakhtiyani, Yahya bin Sa'id Al Ansari, Aisyah binti Sa'ad bin Abi
Waqqash, Zaid bin Aslam, Humaid Ath Thawiel, dan Hisyam bin Urwah.43

Di Madinah Al Munawaroh pada tahun 95 H Imam Maliki menulis kitabnya Al-


Muwaththo'. Al Muwwaththo' berisi 6000 musnad hadits (sanad terus ke atas).
kepada Nabi SAW/Marfu'), 222 hadits mursal (sanad hanya untuk sahabat), 613
hadits mauquf (sanad hanya untuk tabi'in), dan 285 hadits tabi'in. Imam Malik bin
Anas lahir di kota yang menjadi tempat berkembangnya Islam dan berkumpulnya
generasi yang dididik oleh para sahabat Nabi.44

Malik juga duduk menuntut ilmu di Masjid Nabawi berguru kepada Muhammad
Yahya al-Ansari, Abu Hazim Salmah al-Dinar, Yahya bin Sa'ad dan Hisyam bin
'Urwah. Ini semua adalah murid para sahabat Nabi. Malik bin Anas kemudian
menjadi tokoh agama di Masjid Nabawi. Ajarannya menarik banyak orang dari
berbagai wilayah dunia Islam. Dia juga bertindak sebagai mufti Madinah saat itu.
Malik juga merupakan salah satu tokoh paling awal dalam mengumpulkan dan
mencatat hadits Nabi.45

4. Biografi Madzhab Hambali


Nama Imam Ahmad adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal Asy
Syaibani. Dia adalah seorang ulama hadits terkemuka, baik di masanya maupun
sesudahnya. Beliau lahir di kota Bagdad pada bulan Rabi'ul Awwal tahun 164 H (780

43Abdur
Rahman Asy-Syarqawi, Riwayat 9 Imam Fiqih, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2000), cet. I, h. 278
44
Abdullah Musthofa al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah,
(Yokyakarta: LPPPSM, 2000), cet. I, h. 79
45Prof.
Dr. Wahba Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani,
2010), Cet. 1. h, 41

14
M), ketika pemerintahan Islam dipegang oleh Khalifah Muhammad al Mahdi dari
Dinasti Abbasiyah Ketiga.46

Dia adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad
bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin 'Auf bin Qasith bin
Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah adz-Dzuhli ash-Syaibaniy. Garis
keturunannya bertemu dengan garis keturunan Nabi di Nizar bin Ma'd bin 'Adnan.
Yang berarti pertemuan silsilah juga dengan nabi Ibrahim. Ketika ia masih dalam
kandungan, orang tuanya pindah dari kota Marwa, tempat tinggal ayahnya, ke kota
Bagdad.47

Di kota itu ia dilahirkan, tepatnya di bulan Rabi'ul Awwal -menurut pendapat paling
terkenal- pada tahun 164 H. Ayahnya, Muhammad, meninggal muda, 30 tahun, ketika
dia baru berusia tiga tahun.48 Kakeknya, Hanbal, pindah ke wilayah Kharasan dan
menjadi walikota Sarkhas pada masa pemerintahan Bani Umawiyyah, kemudian
bergabung dengan barisan pendukung Bani 'Abbasiyah dan karena itu berbagi siksaan
dengan Bani Umawiyyah. Dikatakan bahwa dia pernah menjadi komandan.49

46 Ahmad
asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Semarang:
Amzah, 1991), hlm. 190.
47 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Houve, 1996), hlm. 933.
48 Kamil
Muhammad ‘Uwaidah, Ahmad ibn Hanbal Imam Ahl as-Sunnah wa al-
Jama’ah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992), hlm. 3.
49Abu
Zahrah, Ibn Hanbal Hayatuhu wa Ashruhu Arauhu Wafiqhuhu, (Mesir: Dar
al- Fiqr, 1981), hlm.15.

15
BAB III
KESIMPULAN

Mazhab adalah suatu keharusan, bahkan suatu keharusan yang tidak dapat
dihindari. Barang siapa yang menyatakan bahwa dia tidak perlu menganut mazhab di
antara mazhab-mazhab yang terkenal dan berwibawa, maka fakta kondisinya
mengingkari, mengingkari, dan bertentangan dengan apa yang dikatakannya.

Madzhab adalah gagasan atau dasar utama yang digunakan oleh Imam Mujtahid
dalam memecahkan masalah atau memaksakan hukum Islam. Keberadaan mazhab
juga untuk menegakkan syariat Islam agar tertata rapi dari generasi sahabat, tabi'in,
hingga mencapai masa keemasan Dinasti Abbasiyah. Mazhab pemikiran juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap penetapan hukum fiqh.

Penyebab terjadinya perbedaan pendapat/mazhab adalah karena perbedaan


persepsi dalam ushul fiqh dan fiqh serta perbedaan tafsir atau tafsir para mujtahid.
Kita harus menjadi madzhab. Karena ketidakmampuan kita untuk mendalami syariat
itu sendiri langsung dari sumbernya (Al-Qur'an dan as-Sunnah). Menjadi mazhab
dengan benar berarti mampu memahami perbedaan pendapat di antara mazhab lain.
Mengikuti mazhab adalah suatu keharusan bahkan kebutuhan yang tidak dapat
dihindari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah. Muhamad, Usul Fiqih. Terjemah. Saefullah Ma'sum dkk, Jakarta:

Pustaka Firdaus, Cetakan Ke-8, 2003.


As-Shidiqie, Teungku M.Hasbi Pokok-pokok pegangan Imam Madzhab,

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997.


Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqh, Semarang:

Pustaka Rizki Putra, Cetakan. II, 1997.


Djazuli Atjep dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh Metodologi Hukum Islam, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2000.


Imbabi, M. Musthofa, Tarikh Tasyri’ al-Islami, Kairo: al-Maktabah al.

tijariyyah al-kubro, Cet. IX, 1986.


Jumantoro, Totok, Kamus Ilmu Ushul Fikih, Jakrta: Amzah, 2005.
Khalaf, Abdul Wahab. Ilmu ushul fiqh. Bandung: Gema Risalah Press. 1996.
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000.
Syukur, Syarmin. Sumber-sumber hukum Islam: ilmu ushul fiqih perbandingan.
Surabaya: Al Ikhlas. 1993.
Yahya, Mukhtar dan Fathurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Islami, Bandung: Al-Ma'arif, 1993.
Amin, as-SayidَMuhsin.َA'yānَasy-Syi'ah. Diedit oleh Hasan Amin. Beirut: Dar
at-Ta'aruf li al-Mathbu'at.

Mufid, Muhammad bin Muhammad bin Nu'man. Al-IrsyādَfīَMa'rifati

Hujajillah 'ala al-'Ibād.َRisetَMuassisahَAlilَBaitَliَIhya`َat-Turats. Qom:a

-Mu'tamar al-'Alami li Alfiyyah Syeikh Mufid, 1372 HS (1993).

17

Anda mungkin juga menyukai