Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Fiqih Ushul Fiqih
Munif 2285110061
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Madzhab-
Madzhab Fiqih/ Ushul Fiqih tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari Bapak Hasbiyallah pada mata kuliah Fiqih/Ushul Fiqih di
Fakultas Ushuluddin dan Adab. Selain itu, penulis juga berharap semoga makalah ini
dapat menambah wawasan, pengetahuan, serta dapat merealisasikan dalan kehidupan
sehari-hari bagi para pembaca makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu
besar harapan penulis adanya kritik dan saran yang akan membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................................ ii
PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan perintah agama, umat Islam harus berpedoman pada aturan-
aturan dalam Al-Qur'an dan Hadist. Banyak sekali dan tata cara yang melahirkan ilmu
fiqih, yaitu ilmu hukum dan tata cara melaksanakan ibadah yang bersumber dari Al-
Qur'an dan Hadist.1 Hukum yang mengatur halal dan haram, sunnah dan makruh, tata
cara shalat, cara bersuci dan sebagainya.2
Perkembangan suatu mazhab yang telah mendapat penerimaan dan memiliki pengikut
yang mengembangkan dan memeliharanya, tetapi ada juga mazhab yang dipengaruhi
oleh mazhab lain yang datang kemudian, sehingga pengikutnya menurun.
Ada empat mazhab yang bertahan dan terus berkembang hingga saat ini, yaitu
Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Syafi'i. 4 mazhab ini yang
1 Ahmad
Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya, Pustaka Progresif, 1997), hlm. 654.
2
M. Hasbi As-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
hlm. 20.
3
Manna’ Khalil al-Qhattan, At-Tasyri’ wa al-Fiqh fi al-Islam: Tarikhan wa
Manhajan, (ttt: Maktabah Wahabah, 1976), hlm 9.
4Abdilah
Nanang, Madzhab dan Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan, Fikroh:
Jurnal Pemikiran dan Pemikiran Islam Vol, 8 No, 1. (2014). 20-38.
5Muhammad
Ajib, Masalah Khilafiyah 4 Madzhab Terpopuler, (Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing, 2018), hlm 8.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan madzhab?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian madzhab.
3. Mengetahui biografi madzhab Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Maliki dan
Imam Hambali.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Madzhab
Madzhab adalah gagasan atau dasar utama yang digunakan oleh Imam mujtahid
dalam memecahkan masalah atau mempertimbangkan hukum Islam.6 Kata madzhab
berasal dari kata bahasa Arab َب ذ – َي ْذهَبَ – ذَهَابًا – ذه ْوبًا – َمذْ َهبًا
ََ ه, yang maknanya
berjalan (pergi) atau lewat. Sedangkan َال َم ْذهَب,ْ maknanya ialah i`tiqad, jalan dan ushul
(prinsip-prinsip) yang dijalankannya.7
Munculnya mazhab, sebagai bagian dari proses sejarah penetapan syariat Islam. 8
Yang tertata rapi dari generasi para sahabat, tabi'in, hingga mencapai masa keemasan
kekhalifahan Abbasiyah, akan tetapi harus diakui bahwa mazhab telah memberikan
kontribusi pemikiran yang berperan utama dalam penetapan hukum fiqh Islam.9
6 Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970, hlm. 9.
7Poerwadarminta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
hlm. 974.
8Abdul
Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Kuwait: Daarul Qalam, tt), hlm. 21.
9
A. Djazuli, Ilmu Fiqih Penggalian, Perkembangan, Penerapan Hukum Islam, hlm.
110.
10 Bahri
Ghazali dan Djumadris, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992), hal. 49.
3
Bermadzhab secara benar dapat dicapai dengan pemahaman bahwa pemahaman
kita tentang perbedaan pendapat di antara kalangan adalah sesuatu yang sehat dan
wajar, bukan sesuatu yang aneh atau menyimpang dari Islam.11
syariatَyangَrinciَsertaَberbagaiَkaidahَ(qawa’id)َdanَlandasanَ(ushul)َ
yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain
tentang hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau
11 M.
Yunan Nasution, Pegangan Hidup (3), (Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia, 1981), hlm. 30-31.
12M.Husain
Abdullah, Al-Wadhih fi Usul al-Fiqh, Ibid.
13
Muhammad Ali Hasan, Perbandingan mazhab, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1995), 86.
4
Dengan demikian, meskipun mazhab itu berwujud dalam bentuk hukum-hukum
syariah (fiqh), harus dipahami bahwa mazhab itu sebenarnya termasuk ushul fiqh
yang merupakan metode penggalian (tariqah al-istinbath) untuk melahirkan hukum-
hukum tersebut. Artinya, jika kita mengatakan mazhab Syafi'i, itu artinya, fiqh dan
ushul fiqh menurut Imam Syafi'i.14
Menurut Abu Aminah Bilal Philips, alasan utama perbedaan ketentuan hukum di
kalangan imam sekolah antara lain;16
4. Metode Qiyas.
5
Sedangkan menurut Abdul Wahab Khalaf, perbedaan penetapan hukum itu
bermula dari tiga persoalan; Perbedaan dalam penentuan beberapa sumber hukum
(sikap dan cara mengikuti sunnah, standar) riwayat, fatwa teman, dan qiyas);
Perbedaan mengenai penetapan hukum tasyri' (penggunaan hadits dan ra'yu) dan;
perbedaan prinsip kebahasaan dalam memahami nash syari'ah (bahasa ushlub).17
3. Adat-istiadat.
Mengenai perbedaan sumber hukum, hal itu terjadi karena para ulama berbeda
pendapat dalam 4 (empat) kasus berikut, yaitu:
1. Periwayatan Hadist
Hal yang menyebabkan perbedaan hukum yang berkembang di kalangan ahli
fiqh dalam hal periwayatan dan penerapan hadits antara lain;
17Abdul
Wahab Khallaf, Sejarah pembentuhan dan perhembangan huhum Islam,
terj. Wajidi Sayadi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada 2002), 92.
18Muhammad
Zuhri, Hukum Islam dalam lintasan sejarah, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 1996), 73.
19Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan, 47-48.
6
a. Keberadaan Hadist
Tak terhitung banyaknya kasus dimana riwayat hadis tertentu tidak sampai oleh
sebagian ulama karena fakta bahwa domisili para sahabat meriwayatkan hadits yang
berbeda, serta aliran pemikiran utama tumbuh dan berkembang di berbagai daerah.20
1) Imam Abu Hanifah menetapkan bahwa shalat istisqa tidak termasuk shalat
oleh Anas bin Malik tempat Nabi saw. pada suatu kesempatan, berdoa secara
lainnya semua sepakat bahwa shalat istisqa adalah sah. Pendapat mereka
didasarkan pada riwayat Abbad ibn Tamim dan lain-lain, yang menyatakan
bahwa Nabi pergi ke tempat shalat, berdoa untuk hujan dengan menghadap
20 Achmad
Musyahid Idrus, Pengantar Memahami Madzhab, (Sulawesi Selatan:
Pusaka Almaida, 2017), Cet. I, hal. 73-77.
21Kasysyaf
Al-Qinna', jilid 1 hal. 114.
22Abd.Rahman
Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 96.
23Lahmuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam Dalam Mazhab Syafi’i, h. 95.
7
oleh pendapat bahwa hadis daif digunakan untuk melakukan qiyas (pengurangan
analogi). Contoh:
kemudianَlanjutkanَrakaatَyangَtersisa”.24
b) Imam Syafi'i, Imam Malik berpendapat karena dua alasan bahwa qay
sah dan kedua, qay (muntah) tidak disebutkan secara spesifik dalam sumber
24Dihimpun
oleh Ibnu Majah dari Aisyah dan dianggap daif oleh Nasiruddin al-alBani
dalam Daif Jami' as-Shagiir, (Beirut, al-Maktab al-Islam, 1979), 167.
25Dede
Rosyada, Ushul Fiqih, (Jakarta: Dirjen Binbaga Agama Islam, 2002), hlm.
470.
26Al-Bayanuni,
M. Abul Fath, Al-Bayuni, Studi Tentang Sebab-Sebab Perbedaan
Mazhab terj. Zaid Husein Al-Hamid, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1994), 90.
8
perawi yang adil dan tsiqah tanpa melihat apakah mereka dari ahli fiqh atau tidak dan
apakah itu sesuai dengan amalan para ahli Madinah atau sebaliknya.27
C. Biografi-biografi Madzhab
Kelahiran Syafi'i, beliau lahir pada tahun 150 H, bertepatan dengan tahun
wafatnya Imam Abu Hanifah. Ia lahir di Ghazzah, Askalan. Ketika dia umumnya
berusia dua tahun, ibunya memindahkannya ke Hijaz yang sebagian besar
penduduknya berasal dari Yaman, ibunya dari Azdiyah. Keduanya tinggal di sana.
Namun, ketika umumnya berusia sepuluh tahun, ibunya memindahkannya ke Mekah
karena takut melupakan garis keturunannya.
Imam Syafi'i sejak kecil hidup dalam kemiskinan. Saat diserahkan ke bangku
pendidikan, tenaga pendidiknya tidak dibayar dan hanya sebatas mengajar. Namun
setiap kali seorang guru mengajarkan sesuatu kepada muridnya, seorang syafi'i kecil
terlihat dengan sudut pandang yang menangkap semua pemandangan dan penjelasan
kepada gurunya. Setiap kali gurunya bangun untuk berangkat, Syafi'i mengajarkan
kembali apa yang telah didengar dan dicapai anak-anak lain, sehingga atas apa yang
27Huzaemah
Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan, 47-48.
28Abdul
Wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan, 93.
29Bihār al-Anwār, jld.36, hlm. 194.
9
didapatnya, Syafi'i mendapat pahala. Pada usia tujuh tahun, Syafi'i telah menghafal
seluruh Al-Qur'an dengan baik.30
Hakim mengeluarkan sebuah hadits dari riwayat Bahr bin Nasr, dia berkata,
"Ketika kami ingin menangis, kami berkata kepada tetangga kami, 'Pergilah ke Syafi'i
muda!' Ketika kami sampai padanya, dia mulai membuka dan membaca Al-Qur'an
sehingga banyak orang disekelilingnya berjatuhan di hadapannya karena tangisnya
yang nyaring. Kami terkesima dengan merdunya suara yang begitu agung, sehingga
ia memahami Al-Qur'an berkesan bagi para pendengarnya."32
1. Muslim bin Khalid Az-Zanji, Mufti Makkah pada tahun 180 H yang bertepatan
dengan tahun 796 M, beliau adalah maula (budak) Bani Makhzum.
2. Sufyan bin Uyainah Al Hilali yang berada di Mekkah, beliau adalah salah
30Mohammad
Yasir Abdul Muthalib, Ringkasan Kitab Al Umm, h. 4.
31 A.
Djalil, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penetapan Hukum Islam,
(Jakarta: Prenado Media, 2005), h.129.
32A.
Djalil, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penetapan Hukum Islam, h.
130.
33Jaih
Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qaul Qadim dan Qaul jadid,
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), h. 2.
10
3. Ibrahim bin Yahya, salah seorang ulama Madinah.
7. Abdul Wahhab bin Abdul Majid Al Bashri Istri Imam Syafi'i Ia menikah
dengan Hamidah binti Nafi' bin Unaisah bin Amru bin Utsman bin Affan.34
Namanya Abu Hanifah adalah Nu'man bin Tsabit bin Zauta bin Mah. Ayahnya
adalah keturunan Persia (Kabul-Afghanistan), tetapi sebelum ia lahir, ayahnya telah
pindah ke Kufah. Oleh karena itu, dia bukan keturunan Arab asli, tetapi dari orang
Ajam (bangsa selain Arab) dan dia lahir di tengah-tengah keluarga Persia.
Salah satu riwayat mengatakan bahwa ia mendapat gelar Abu Hanifah karena
persahabatannya yang dekat dengan "tinta". Menurut lughot Irak, berarti "dawat atau
tinta". Artinya, ia selalu membawa daawat kemana-mana untuk menulis atau
34Mohammad
Yasir Abdul Muthalib,Ringkasan Kitab Al Umm, h. 4-5.
35Moenawir
Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i,
Hambali, (Jakarta: Bulan Bintang, 1955), Cet. ke-9, h. 19.
11
mencatat ilmu yang diperoleh gurunya atau orang lain. Dengan demikian ia mendapat
gelar yaitu Abu Hanifah.36
Imam Hanafi tumbuh menjadi ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Mulai dari
logika, ushuluddin, hadits dan fiqh. Kecepatan hafalan, ketajaman berpikir dan
kekuatan logika membawanya menjadi ulama terkemuka pada masanya. Pada
akhirnya, ilmu fiqihlah yang menjadi fokus kajian Imam Hanafi.37
Pola pikir yang digunakan para ulama dari empat mazhab ini menekankan pada
kedewasaan sikap dan toleransi dalam menghadapi berbagai persoalan. Kajian
mereka tentang hukum Islam selalu berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Faktor sosiologis dan budaya dapat berdampak pada bagaimana keputusan dibuat
tentang hukum Islam. Imam Hanafi berbicara dengan sumber-sumber dari Al-Qur'an,
As-Sunnah, Al-Ijma, Al-Qiyas, Al-Istishlaah, Al-Istihsan, Al-'Urf.38
Abu Hanifah adalah salah satu tokoh yang memberikan kontribusi berharga bagi
perkembangan hukum Islam. Pemikiran hukumnya mengedepankan aspek
12
rasionalitas yang dipengaruhi oleh lingkungan geografis dan demografis Irak. 39
Banyak pemikirannya yang progresif dan berbeda dengan ulama lain, baik dalam
aspek metodologis maupun hasil ijtihad. Al-Fiqh al-Akbar (fiqh besar) adalah satu-
satunya monografi karya Imam Abu Hanifah yang berjasa dalam mengembangkan
madzhab fiqh yang dibangunnya.40
Kakeknya, Anas, adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti Nabi SAW
dalam segala peperangan kecuali perang Badar. Nama ibunya adalah Al Aliyah binti
Syarik Al Asadiyah. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa ibunya adalah
Thulaihah, mantan budak Ubaidullah bin Ma'mar.42
39Syaikh
Muhammad al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, (Jakarta: Pustaka al-Kausar,
2005), h. 4.
40A.
Rahman Doi, Penerjemah Zaimudin dan Rusydi Sulaiman, Penjelasan Lengkap
Hukum-hukum Allah (Syari’ah The Islamic Law), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002,
Cet. ke-2, h. 122.
41Ahmad
Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1993), cet, II, h. 71.
42Jaih
Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Rosdakaarya,
2000), cet. II, h. 79.
13
Qasim, Ayyub As Sakhtiyani, Yahya bin Sa'id Al Ansari, Aisyah binti Sa'ad bin Abi
Waqqash, Zaid bin Aslam, Humaid Ath Thawiel, dan Hisyam bin Urwah.43
Malik juga duduk menuntut ilmu di Masjid Nabawi berguru kepada Muhammad
Yahya al-Ansari, Abu Hazim Salmah al-Dinar, Yahya bin Sa'ad dan Hisyam bin
'Urwah. Ini semua adalah murid para sahabat Nabi. Malik bin Anas kemudian
menjadi tokoh agama di Masjid Nabawi. Ajarannya menarik banyak orang dari
berbagai wilayah dunia Islam. Dia juga bertindak sebagai mufti Madinah saat itu.
Malik juga merupakan salah satu tokoh paling awal dalam mengumpulkan dan
mencatat hadits Nabi.45
43Abdur
Rahman Asy-Syarqawi, Riwayat 9 Imam Fiqih, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2000), cet. I, h. 278
44
Abdullah Musthofa al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah,
(Yokyakarta: LPPPSM, 2000), cet. I, h. 79
45Prof.
Dr. Wahba Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani,
2010), Cet. 1. h, 41
14
M), ketika pemerintahan Islam dipegang oleh Khalifah Muhammad al Mahdi dari
Dinasti Abbasiyah Ketiga.46
Dia adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad
bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin 'Auf bin Qasith bin
Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah adz-Dzuhli ash-Syaibaniy. Garis
keturunannya bertemu dengan garis keturunan Nabi di Nizar bin Ma'd bin 'Adnan.
Yang berarti pertemuan silsilah juga dengan nabi Ibrahim. Ketika ia masih dalam
kandungan, orang tuanya pindah dari kota Marwa, tempat tinggal ayahnya, ke kota
Bagdad.47
Di kota itu ia dilahirkan, tepatnya di bulan Rabi'ul Awwal -menurut pendapat paling
terkenal- pada tahun 164 H. Ayahnya, Muhammad, meninggal muda, 30 tahun, ketika
dia baru berusia tiga tahun.48 Kakeknya, Hanbal, pindah ke wilayah Kharasan dan
menjadi walikota Sarkhas pada masa pemerintahan Bani Umawiyyah, kemudian
bergabung dengan barisan pendukung Bani 'Abbasiyah dan karena itu berbagi siksaan
dengan Bani Umawiyyah. Dikatakan bahwa dia pernah menjadi komandan.49
46 Ahmad
asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, (Semarang:
Amzah, 1991), hlm. 190.
47 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Houve, 1996), hlm. 933.
48 Kamil
Muhammad ‘Uwaidah, Ahmad ibn Hanbal Imam Ahl as-Sunnah wa al-
Jama’ah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992), hlm. 3.
49Abu
Zahrah, Ibn Hanbal Hayatuhu wa Ashruhu Arauhu Wafiqhuhu, (Mesir: Dar
al- Fiqr, 1981), hlm.15.
15
BAB III
KESIMPULAN
Mazhab adalah suatu keharusan, bahkan suatu keharusan yang tidak dapat
dihindari. Barang siapa yang menyatakan bahwa dia tidak perlu menganut mazhab di
antara mazhab-mazhab yang terkenal dan berwibawa, maka fakta kondisinya
mengingkari, mengingkari, dan bertentangan dengan apa yang dikatakannya.
Madzhab adalah gagasan atau dasar utama yang digunakan oleh Imam Mujtahid
dalam memecahkan masalah atau memaksakan hukum Islam. Keberadaan mazhab
juga untuk menegakkan syariat Islam agar tertata rapi dari generasi sahabat, tabi'in,
hingga mencapai masa keemasan Dinasti Abbasiyah. Mazhab pemikiran juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap penetapan hukum fiqh.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahrah. Muhamad, Usul Fiqih. Terjemah. Saefullah Ma'sum dkk, Jakarta:
Rosdakarya, 2000.
Syukur, Syarmin. Sumber-sumber hukum Islam: ilmu ushul fiqih perbandingan.
Surabaya: Al Ikhlas. 1993.
Yahya, Mukhtar dan Fathurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Islami, Bandung: Al-Ma'arif, 1993.
Amin, as-SayidَMuhsin.َA'yānَasy-Syi'ah. Diedit oleh Hasan Amin. Beirut: Dar
at-Ta'aruf li al-Mathbu'at.
17