Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN CIREBON DENGAN MATARAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah

Cirebonologi
Dosen Pengampu : Ibu Juhaeriyah M.Hum

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Akbar Rizky M F (2285110089)
2. Lisma Amelia (2285110074)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
TAHUN 1444 H / 2022 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hubungan
Cirebon dengan Mataram”. Adapun tujuan dari penelitian makalah ini yaitu untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Cirebonologi.

Penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen


pengampu Ibu Juhaeriyah, M.Hum. yang telah membimbing kami dan senantiasa
memberikan masukan. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dari


makalah ini, saran juga kritik terbuka lebar kami terima agar kedepannya bisa menjadi
perbaikan untuk bisa lebih baik lagi. Semoga makalah yang penulis ini buat bisa
bermanfaat dan menambah wawasan juga pengetahuan bagi para pembacanya. Akhir kata
penulis ucapakan terimakasih.

Cirebon, 08 Oktober 2022

Penulis, Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.....................................................................................................................
ii
Daftar isi .............................................................................................................................
iii
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................
1
A. Latar Belakang...........................................................................................................
1
B.Rumusan Masalah.......................................................................................................
2
C.Tujuan Masalah...........................................................................................................

Bab II : Pembahasan............................................................................................................
A. kondisi Kerajaan Cirebon dan Mataram pada abad ke XVII
B. Dapaentuk-bentuk hubungan yang terjalin antara Cirebon dan Mataram
C. Sebab berakhirnya hubungan Kerajaan Cirebon dan Mataram

Bab III : Penutup..................................................................................................................

A.kesimpulan..............................................................................................................

Bab IV : Daftar Pustaka.......................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hubungan antara Kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Mataram tidak


terlepas dari perkataan yang disampaikan oleh Sunan Giri sekitar tahun
1503 M pada abad ke-16. Saat itu, Sultan Pajang beserta pasukannya
berkunjung ke Giri untuk menghadiri pertemuan, tak tertinggal Ki
Pamanahan juga ikut serta dalam pertemuan tersebut. Setelah selesai
makan bersama, Sunan Giri tertarik penglihatannya kepada Ki
Pamanahan yang tepat berada di belakang Sultan Pajang. Sunan Giri
dikenal sebagai sosok yang tajam penglihatan batinnya terhadap sesuatu
yang akan terjadi di masa depan.

Sunan Giri bertanya kepada Sultan Pajang tentang siapa sosok yang
berada di belakangnya itu, Sultan Pajang memberi tahu bahwasanya ia
adalah Ki Ageng Mataram atau Ki Pamanahan penguasa Mataram.
Sunan Giri lantas berkata kepada seluruh adipati dan semua orang yang
hadir disana, “Anak-Anakku para adipati semua, ketahuilah bahwasanya
keturunan Ki Ageng Mataram suatu saat nanti akan menjadi penguasa
seluruh tanah Jawa.”1

Dari perkataan Sunan Giri itulah kemudian Ki Pamanahan senantiasa


berwasiat untuk anak-anaknya, salah satunya berpesan untuk memilih
seorang bupati sebaiknya dari keturunan kerabat kerajaannya sendiri
bukan dari orang luar. Karena mereka lebih paham tentang kondisi
kerajaan dan telah ikut andil sama-sama membangun Mataram.

Hingga puncaknya pada abad ke-17 pada tahun 1613 M Raden Mas
Rangsang yang diberi gelar Panembahan Hanyakrakusuma dikenal juga
dengan sebutan Sultan Agung Senapati Ing Ngalaga Abdurrahman
menjadi raja keempat yang memberi pengaruh besar bagi Kerajaan

1
W.L. Olthof, Babad Tanah Jawi, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Narasi, 2001), hlm. 85.
Mataram. Bahkan di sebutkan sebagai masa kejayaan Mataram. 2 Pada
masa ini, Mataram telah menduduki sebagian besar dari wilayah yang ada
di tanah Jawa. Ketika itu, Kerajaan Cirebon belum masuk sebagai salah
satu wilayah yang ditaklukannya.

Sebagai salah satu cara untuk bisa menguasai Cirebon, penguasa


Mataram yaitu Sultan Agung melakukan politik pernikahan agar bisa
menaklukan Cirebon dengan cara yang lebih halus, ia menikahi putri
Panembahan Ratu I bernama Ratu Ayu Sakih. Dari pernikahan inilah,
hubungan Cirebon dan Mataram menjadi semakin erat.

Hubungan antara Kerajaan Mataram dan Cirebon ini tidak hanya sampai
pada ikatan pernikahan saja, namun ada faktor hubungan lain yang
membuat kedua kerajaan ini semakin erat hubungannya. Tidak hanya itu,
pasang surut pun terjadi pada kedua kerajaan ini. Oleh karena itu,
pemakalah perlu untuk memaparkan lebih jelas tentang hubungan
Kerajaan Cirebon dan Mataram dan bagaimana akhir dari ikatan yang
terjalin antara keduanya.

B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Kerajaan Cirebon dan Mataram pada abad ke
XVII?
2. Bagaimana bentuk-bentuk hubungan yang terjalin antara Kerajaan
Cirebon dan Mataram?
3. Apa yang menjadi sebab berakhirnya hubungan Kerajaan Cirebon
dan Mataram?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui kondisi Kerajaan Cirebon dan Mataram pada
abad ke XVII
2. Dapat mengetahui bentuk-bentuk hubungan yang terjalin antara
Cirebon dan Mataram

2
Mardian Suryani. 2021. Perkembangan dan Kebijakan Perekonomian Kerajaan Mataram Pada
Masa Pemerintahan Sultan Agung. Vol.XIV : hlm.207

4
3. Dapat mengetahui sebab berakhirnya hubungan Kerajaan Cirebon
dan Mataram
D. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya cakupan materi yang diuraikan dalam
rumusan masalah, karenanya penulis membatasi hal-hal yang tidak
dibahas dalam urain materi yang ada dalam makalah ini.

E. Metode Penulisan
Metode yang dilakukan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu
menggunakan metode telaah hasil pencarian dari berbagai buku yang
berkaitan dengan materi yang disampaikan, ada juga beberapa informasi
yang didapat melalui jurnal dari internet. Dari kedua sumber tersebut
kemudian penulis merangkainya menjadi satu kesatuan informasi yang
utuh sehingga bisa dipahami oleh para pembaca.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Kerajaan Cirebon Dan Mataram Pada Abad ke XVII

Pada tahun 1570-1649 M Kerajaan Cirebon berada dibawah


kekuasaan Pangeran Emas yang bergelar Panembahan Ratu I.Beliau
adalah cicit dari Sunan Gunung Jati.3Pada masa kekuasaan Panembahan
Ratu I kerajaan Cirebon tidak lagi memperluas wilayahnya seperti yang
dilakukan oleh Raja-raja sebelumnya.Karena pada saat itu kondsisi
Cirebon tidak memungkinkan untuk memperluas wilayah karena
terhimpit oleh dua kekuasaan besar yaitu Banten dan juga Mataram.

Kerajaan Cirebon bisa saja diambil kekuasaannya oleh Kerajaan


Banten dan Mataram.Tetapi hal ini tidak terjadi,karena kedua kerajaan
besar ini menghormati Cirebon sebagai leluhurnya yaitu Sunan Gunung
Jati.Pada masa ini,kerajaan Cirebon lebih erat hubungannya dengan
Mataram dibandingkan dengan Banten.Hal ini terjadi karena kaka
perempuan dari Panembahan Ratu I menikah dengan Sultan Agung
Mataram.

Adapun kondisi Kerajaan Mataram pada Abad ke 17 saat itu


dibawah kepemimpinan Den Mas Rangsang atau dikenal dengan Sultan
Agung Senopati ing Alaga Ngabdur Rahman (1613-1646 M). Kerajaan
Mataram pada saat itu berada di puncak kejayaan dibawah kekuasaan
Sultan Agung, kepiawaian dan kecerdikannya dalam hal memimpin
mengalahkan para pendahulu nya. Wilayah kekuasaan Mataram
mencakup seluruh wilayah yang ada di Pulau Jawa kecuali Batavia dan
Banten serta berbagai daerah di luar pulau jawa seperti Palembang di
Sumatra dan Sukadana di Kalimantan. Sultan Agung juga bercita-cita
3
Heru Erwantoro.2012. Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon.Vol.4:Hal 177

6
menginginkan agar seluruh kekuasaan di tanah Jawa berada di bawah
Mataram.4

Disamping itu kerajaan mataram juga mengalami penurunan di


bidang perdagangan,5 ini dikarenakan Belanda pada saat itu sudah mulai
masuk menguasai perdagangan di Jawa. Hal ini membuat Sultan Agung
harus memutar pikiran agar bisa menyelesaikan permasalahan yang
sedang terjadi di kerajaan.

Dari ambisi Sultan Agung yang menginginkan kekuasaan penuh


atas Jawa dan juga problematika yang sedang dihadapi, kerajaan Mataram
perlu kekuatan besar untuk bisa mendukung hal itu. Oleh karena itu,
banyak hubungan yang di jalin oleh Mataram baik dengan jalan yang
halus berupa politik pernikahan atau juga dengan peperangan.

B. Bentuk-bentuk Hubungan Yang Terjalin Antara Kerajaan Cirebon


Dan Mataram
Hubungan antara Cirebon dengan Mataram telah terjalin bahkan
sebelum abad ke-17, hal ini di lihat dari kekerabatan yang sudah terjalin
semasa kekuasaan Panembahan Ratu I dan Panembahan Senopati, tak
hanya itu ikatan pernikahan juga menjadikan hubungan keduanya menjadi
semakin kuat. Selain dari kedua faktor tersebut, Tradisi Magang juga
menjadi salah satu hal yang melatar belakangi hubungan Cirebon dan
Mataram. Berikut penjelasan nya :

4
Agus Susilo dan Yeni Asmara.2020.Sultan Agung Hanyakrakusuma dan Eksistensi Kesultanan
Mataram.Vol.20:Hal 122-123
5
Ibid.Hlm.123

7
1. Hubungan Kekerabatan Antara Panembahan Ratu I Dan Panembahan
Senopati

Hubungan Kerajaan Cirebon dan juga Mataram telah terjalin pada


masa Panembahan Ratu I. Dimana pada saat itu kerajaan Mataram
dibawah kekuasaan Panembahan Senopati ikut membantu dalam
pembangunan tembok keraton di Cirebon. Panembahan Senopati
mengirimkan pasukannya ke Pakungwati (Cirebon).6 Pembangunan ini
terjadi sekitar tahun 1590 M.7

2. Hubungan Pernikahan

Hubungan Cirebon dengan Mataram diperkuat dengan adanya


pernikahan Sultan Agung Mataram dengan kakak dari Panembahan
Ratu I yaitu Ratu Ayu Sakluh. Pasangan ini kemudian melahirkan
seorang putra bernama Raden Mas Sayyidin atau dikenal dengan
Susuhunan Amangkurat I. Dimana ikatan pernikahan Mataram dan
Cirebon ini akan kembali terjalin antara putri Susuhunan Amangkurat I
yang bersuamikan Panembahan Girilaya dari Cirebon. 8

3. Tradisi Magang Tahun 1625-1677


Tradisi magang di Mataram ini dilakukan untuk mengumpulkan
putra dari penguasa daerah.Tradisi ini bertujuan untuk mendidik para
calon penguasa daerah agar bisa memimpin daerahnya pada periode
yang akan datang.Pada saat itu yang menjadi wakil Cirebon adalah

6
H.J de Graaf dan TH Pigcaud.Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Tinjauan Sejarah Politik Abad XV-
XVI,terj;.-,(Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,2003).Hlm.184-185
7
Heru Erwantoro.2012. Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon.Vol.4:Hal 178

8
Ibid.hlm.177-178

8
Panembahan Girilaya(Panembahan Ratu II) dan kedua anaknya yang
Bernama Martawijaya dan Kertawijaya.9

C. Sebab Berakhirnya Kerajaan Cirebon Dan Mataram


Dari hubungan yang terjalin antara Cirebon dan Mataram tentunya ada
pasang surut yang terjadi, sehingga menimbulkan kesenjangan diantara
keduanya, berikut adalah penyebab renggangnya hubungan antara
Cirebon dan Mataram.
1. Perebutan Tahta di Istana Mataram

Perebutan tahta di kerajaan Mataram ini bermula dari ikatan


pernikahan yang terjalin antara Sultan Agung dan Ratu Ayu Sakih
(Ratu Cirebon) yang melahirkan Pangeran Shahwawrat serta
pernikahan Sultan Agung dengan Ratu Batang (Ratu Wetan) yang
melahirkan Pangeran Sayyidin. Konflik ini terjadi ketika Pangeran
Sayyidin yang kemudian diangkat menjadi raja selanjutnya ketika
Sultan Agung wafat dan dituduh melakukan serong terhadap salah
satu selir dari panglima militer Mataram, yaitu Tumenggung
Wiraguna. Di balik itu juga dimungkinkan Tumenggung Wiraguna
lebih condong kepada naik tahtanya Pangeran Shahwawrat.10

2. Gangguan Banten

Penyerangan yang dilakukan oleh Cirebon atas nama


Mataram untuk menundukan Banten agar mengakui Mataram
sebagai penguasa wilayah Jawa gagal dilakukan pada tahun 1650
M. Hal ini membuat banten merasa selalu diawasi oleh Mataram
dan merasa terganggu. Banten yang merupakan bagian dari
keluarga Cirebon yang masih memiliki garis keturunan dari Sunan
Gunung Jati merasa prihatin atas keputusan yang telah diambil

9
Moh.Rahmad Hidayat-FTH.2017.Cirebon dibawah kekuasaan Mataram Tahun 1613-1705:Kajian
historis mengenai hubungan politik,social,dan agama.hlm 37-38
10
Ibid.hlm. 55-56

9
Cirebon karena mendukung tahta Mataram pada pemerintahan
Sultan Agung dan Sunan Amangkurat I.

Keprihatinan Banten atas Cirebon, ikut menyeret Banten


dalam konspirasi dan dukungan terhadap segala konflik yang
terjadi di Mataram. Salah satunya adalah ikut mensponsori
pemberontakan Trunojoyo, yang bertujuan untuk menggulirkan
dan menghancurkan VOC yang berusaha mempengaruhi Banten
agar tunduk pada Mataram. Serta ditujukan untuk menyelamatkan
anggota keluarganya dari Cirebon agar jauh dari pengaruh dari
yang dilakukan oleh Mataram.

Misi ini dilakukan oleh Sultan Agung Tirtayasa dan


akhirnya berhasil teracapai untuk mengeluarkan Cirebon dari
tangan kekuasaan pengaruh Mataram dan kembali menjadi
penguasa Cirebon yang semi mandiri.11

3. Pengaruh dari VOC


Lepasnya Cirebon dengan Mataram juga dilatar belakangi
oleh campur tangan dari VOC. Dimana VOC menginginkan agar
Cirebon berada di bawah proteksinya. Sehingga nantinya ketika
muncul konflik yang lebih besar, VOC dapat memanfaatkan
Cirebon dalam politik adu dombanya. Cirebon dilepaskan dengan
Mataram dikarenakan oleh dua hal, pertama karena posisi Cirebon
yang strategis dan kedua karena Cirebon merupakan daerah terkuat
milik Mataram yang ada di sebelah Barat setelah Karawang jatuh
ketangan VOC sejak tahun 1677.12

11
Ibid.hlm.58-59
12
Ibid. hlm. 61.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari yang penulis sampaikan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan


bahwa hubungan antara kerajaan Cirebon dan Mataram ini terjalin pada abad
ke-17 yang dilandasi oleh hubungan kekerabatan, ikatan pernikahan, dan juga
tradisi magang yang terjadi pada tahun 1625-1677. Tujuan dari hubungan
Cirebon dan Matara mini juga tidak terlepas dari keinginan Mataram yang
ingin menguasai seluruh tanah Jawa salah satunya adalah kekuasaan Cirebon.

Hubungan Cirebon dan Mataram juga terjadi pasang surut yang


mengakibatkan keduanya akhirnya tidak lagi erat hubungannya, ini disebabkan
karena beberapa hal diantaranya perebutan tahta Putra Mahkota antara

11
Pangeran Sayyidin dan Pangeran Shahwawrat, Gangguan Banten dan juga
pengaruh VOC yang berusaha berkuasa penuh atas Cirebon untuk dijadikan
sebagai pemanfaatan konflik adu dombanya.

B. Saran

Dari hasil makalah yang telah dibuat,penulis menyadari bahwa masih


banyak kesalahan dan juga kekurangan yang harus diperbaiki.Oleh karena itu
penulis berharap ada masukan dan juga kritikan yang membangun agar
kedepannya penulis dapat meningkatkan kemampuan pengggunaan Bahasa
serta pengetahuan yang mumpuni guna menyempurnakan hasil tulisan yang
lebih baik lagi.

Semoga dengan adanya pembahasan mengenai “Hubungan Cirebon


Dengan Mataram” dapat bermanfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi
pembacanya.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Erwantoro,Heru.2012. Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon.Vol.4:Hal 177

Graaf,H.J de danPigcaud,TH.Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Tinjauan Sejarah Politik Abad XV-
XVI,terj;.-,(Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,2003).Hlm.184-185

12
Hidayat-Fth,Moh.Rahmad.2017.Cirebon dibawah kekuasaan Mataram Tahun 1613-1705:Kajian
historis mengenai hubungan politik,social,dan agama.hlm 37-38

Olthof,W.L Babad Tanah Jawi, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Narasi, 2001), hlm. 85.

Suryani,Mardian. 2021. Perkembangan dan Kebijakan Perekonomian Kerajaan Mataram Pada


Masa Pemerintahan Sultan Agung. Vol.XIV : hlm.207

Susilo,Agus dan Yeni Asmara.2020.Sultan Agung Hanyakrakusuma dan Eksistensi Kesultanan


Mataram.Vol.20:Hal 122-123

13

Anda mungkin juga menyukai