Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Konsep al-Ukhuwah (Pertemanan) Pada Budaya Arab


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tsaqafah Arabiyah
Dosen Pengampu:

Idrus Muchsin bin Agil, M.Pd.I

Oleh:
Ikhlasul Amal (18150001)
Lulu Arifah Rahmah (18150012)
Nilna Liana Nada R.K (18150019)
Didi Mufrodi (18150021)
Amaliyah Herawati P.N (18150041)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2021
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT,


karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah, makalah ini dapat selesai tepat
waktu. Makalah yang berjudul Konsep al-Ukhuwah (Pertemanan) Pada Budaya
Arab mata kuliah Tsaqofah Arabiyah yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Kelas A. Keberhasilan dalam
penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan pada teman-teman. Untuk
itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikut menyumbangkan segenap pikiran, tenaga, dan waktunya demi
terselesaikannya makalah ini.
Meskipun telah dikerjakan dengan maksimal, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan demi hasil karya tulis yang lebih baik lagi.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat membawa
pengetahuan dan manfaat bagi semua pembaca, serta pembaca dapat mengetahui
Konsep al-Ukhuwah (Pertemanan) Pada Budaya Arab.

Malang, 9 Maret 2021


Hormat kami,

Penyusun Makalah

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ..........................................................................................................1


BAB I..........................................................................................................................3
Pendahuluan..............................................................................................................3
1. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II.........................................................................................................................5
Pembahasan ..............................................................................................................5
A. Pengertian al Ukhuwah (Pertemanan) .................................................................... 5
B. Jenis-jenis al Ukhuwah (Pertemanan) .................................................................... 6
C. Konsep Pertemanan Budaya Arab Pada Masa Dahulu ........................................... 7
D. Konsep Ukhuwah Bangsa Arab dan Bangsa lain.................................................... 8
1. Bangsa Arab ........................................................................................................ 8
2. Bangsa Indonesia .............................................................................................. 10
a) Ukhuwah Islamiyah .......................................................................................... 10
b) Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah) ..................................................................... 10
c) Ukhuwah Wathoniyah....................................................................................... 11
BAB III...................................................................................................................... 12
Kesimpulan .............................................................................................................. 12
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 13

2
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pertemanan atau dalam Bahasa Arab kita sebut dengan istilah Ukhuwah
merupakan bentuk muamalah yang dilakukan agar bisa berkomunikasi dengan
baik pada suatu kaum. Ukhuwah yang baik akan berdampak posistif akan
berlangsungnya kehidupan bersosial di masyarakat. Karena kita sebagai
manusia hidup sebagai maj=khluk sosial yang tidak nisa hidup tanpa bantuan
orang lain disekitar kita.

Pentingnya ukhuwah yang kita bangun dengan baik di lingkungan


masyarakat menjadi bentuk usaha kita dalam membentuk rasa saling
memahami dan toleransi kepada seluruh masyarakat. Tanpa adanya ukhuwah
yang baik, tujuan kita tidak akan tercapai sesuai harapan.

Pertemanan (Ukhuwah) setiap negara, suku, bangsa dan agama berbeda-


beda. Terdapat bentuk budaya pertemanan yang baik menurut satu bangsa,
namun tidak baik jika diterapkan di bangsa dan negara lain. Perbedaan ini
membuat kita menjadi lebih indah dan memotivasi kita untuk semangat
mempelajari perbedaan tersebut.

Dengan perbedaan budaya yang kita temukan, kita harus mampu saling
menghargai perbedaan yang ada di dunia. Perbedaan yang biasa kita temukan
seperti budaya bahasa, budaya pergaulan pertemanan, budaya berpakaian dan
budaya beragama.

Dengan konsep perbedaan budaya tersebut maka pembahasan makalah ini


membahas konsep budaya pertemanan (Ukhuwah) pada bangsa arab dan
perbandingannya dengan bangsa lain.

3
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa pengertian dari al-Ukhuwah dan macam-macamnya?
2.2 Bagaimana konsep Ukhuwah budaya Arab pada masa dulu sampai
seksrang?
2.3 Bagaimana perbedaan budaya ukhuwah (pertemanan) nagara Arab
dengan negara lainnya?

3. Tujuan Penulisan
3.1 Untuk mengetahui pengertian dari al-Ukhuwah dan macam-
macamnya
3.2 Mengetahui konsep Ukhuwah budaya Arab pada masa dulu sampai
seksrang
3.3 Mengetahui perbedaan budaya ukhuwah (pertemanan) nagara Arab
dengan negara lainnya

4
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian al Ukhuwah (Pertemanan)

Menurut para ahli secara umum, yakni Aristoteles menyatakan pertemanan


adalah hubungan khusus yang dapat saling membantu satu sama lain, tidak pernah
memikirkan kewajiban, dan saling menguntungkan.

Kant berpendapat pertemanan adalah berbagi perasaan, membagi


informasi dan saling percaya. Dan menurut Santrock terdapat 6 fungsi pertemanan
yakni, kebersamaan, stimulasi, dukungan fisik, dukungan ego, keakraban, dan
perbandingan social. Sedangkan menurut Hays, pertemanan adalah saling
ketergantungan sukarela antara dua orang dari waktu ke waktu, bervariasi,
keakraban, kasih sayang dan saling membantu.

Widianti juga berpendapat pertemanan merupakan hubungan emosiaonal


antara dua manusia atau lebih sejenis maupun tidak sejenis. Dan hubungan
didasari dengan saling pengertian, saling menghargai, dan mempercayai satu sama
lain, dalam pertemanan juga dapat saling bertukar informasi tentang berbagai
pengalaman untuk satu tujuan tertentu yang telah disepakati Bersama. (SETIADI,
2017)

Ada pepatah dalam Bahasa Inggris berbunyi, “A friend in need is a friend


indeed”, yang mangandung makna bahwa seorang teman dekat atau sahabat akan
hadir di saat-saat yang di butuhkan untuk saling membantu dan berbagi satu sama
lain. Seorang sahabat juga akan memberikan pujian dan penghargaan atas
keberhasilan sahabatnya dan juga saling memberikan mengingatkan, memberikan
kritikan dan saran atas kesalahan sahabatnya, dan saling menguatkan serta saling
menyemangati di setiap kegagalan yang dihadapi sahabatnya. Seorang sahabat
senantiasa mencurahkan isi hati dan pemikirannya serta akan selalu setia berdiri di
pihak sahabatnya.

5
Menurut Weiss dalam Tilmann-Healy (2003), teman itu datang dan
berkumpul Bersama karena adanya kesenangan, rasa akan kebersamaan, dan
afiliasi emosiaonal. Sedangkan Santrock (2003) mengatakan bahwa persahabatan
merupakan hubungan antar individu yang ditandai dengan keakraban, saling
percaya, menerima satu dengan yang lain, mau berbagi perasaan, pemikiran, dan
pengalaman, serta kadang-kadang melakukan aktivitas Bersama. (Meliani, 2020)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


pertemanan/persahabatan adalah hubungan antara dua orang atau lebih yang
saling membantu, berbagi perasaan, informasi, waktu, saling mempercayai,
menghargai, serta saling mendukung baik itu fisik, ego maupun social agar
tercapai keakraban. Pertemanan atau persahabatan merupakan bentuk relationship
yang lebih menekankan pada keadaan saling mengerti, saling menghargai,, saling
menerima, serta saling memberi dukungan dan merupakan wujud dari kasih
sayang. Dalam prakteknya, relesionship yang berbentuk pertemanan dan
persahabatan akan mengalami banyak fenomena sosial yang mempengaruhi
masing-masing individu yang terlibat didalamnya. Misalnya, saat ini berteman
dengan siap saja. Dengan pertemanan bisa berbagi informasi, pengalaman, bahkan
sebagai curahan hati disaat kita mendapat kesulitan. Saat ini banyak sekali
dijumpai hubungan pertemanan yang berbeda etnis, agama, negara, dll. Hal ini
merupakan wujud pertemanan yang tidak mengenal perbedaan. Namun dalam
berlangsungnya hubungan pertemanan berbeda etis, agama, negara, dll ini, akan
memunculkan konflik yang tidak jarang akan berakibat pada renggangnya
1
pertemanan.(Arianto, 2015)

B. Jenis-jenis al Ukhuwah (Pertemanan)

Aristoteles mengemukakan pendapat mengeani pertemanan ada 3 jenis


pertemanan, yakni:

1. Pertemanan “ada perlunya”

1
Arianto. (2015). “Menuju Persahabatan” Melalui Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa Beda
Etnis. Kritis Jurnal Sosial Imu Politik Unhas, 1(2), 11.

6
Pertemanan seperti ini termasuk pertemanan yang menawarkan
keramahan seseorang. Pertemanan seperti ini terdapat tuntutan yang
harus dilakukan. Pertemanan ini didasarkan pada apa yang dapat
dilakukan dua orang satu sama lain. Pertemanan ini bisa berakhir
dengan cepat, secepat mungkin sebagaimana keperluannya terhadap
orang lain menghilang.
2. Pertemanan Kesenangan
Pertemanan ini didasarkan pada kesenangan, kenikmatan aktivitas
Bersama. Pertemanan seperti ini kebanyakan terjadi pada anak muda.
Dan pertemanan ini sering kali berakhir karena orang dapat mengubah
apa yang mereka sukai dan secara tiba-tiba tidak menghubungi teman
kesenangan mereka lalu menghilang dari peredaran.
3. Pertemanan Sebenarnya
Pertemanan dalam kebaikan atau persahabatan yang baik. Ini
adalah pertemanan yang mendorong seseorang untuk menjadi yang
lebih baik. Dengan saling mendukung, saling menguatkan, saling
mengingatkan. Motivasinya adalah seseorang peduli terhadap diri
sendiri dan orang lain dan karena itu hubungannya jauh lebih stabil
daripada 2 jenis pertemanan sebelumnya. Pertemanan seperti ini tidak
banyak ditemukan. Akan tetapi sebenarnya semua manusia memiliki
jiwa menjadi teman sejati, dan realitanya kembali intropeksi kepada
diri kita sendiri, dengan tidak membeda-bedakan satu sama lain baik
beda agama, suku, budaya, negara, aliran, hobby, dll. (Ikons.id, n.d.)2

C. Konsep Pertemanan Budaya Arab Pada Masa Dahulu

Salah satu alasan mengapa kaum Muslimin harus meneguhkan tali


persaudaraan adalah agar tidak terjadi fitnah dan kekacauan dalam masyarakat
yang mereka bangun. Jika melihat latar belakang historis masyarakat pada saat
itu, kaum musyrik Mekah sangat kejam terhadap kaum Muslimin, di sisi lain
sebagian yang memeluk Islam masih memiliki keluarga dekat yang menentang

2
Ikons.id. (n.d.). Tiga Jenis Pertemanan Menurut Aristoteles. Retrieved March 9, 2021

7
ajaran Islam. juga yang kendati berbeda agama tetapi masih terjalin antar-mereka
persahabatan yang kental. Itu semua dapat melahirkan bahaya terhadap akidah
kaum Muslimin, lebih-lebih mereka yang belum mantap imannya. Pergaulan
dapat mempengaruhi mereka, akhlak buruk kaum musyrik dapat juga mengotori
jiwa dan perilaku kaum Muslimin, belum lagi jika perasaan kasih sayang dan
persahabatan itu mengantar kepada kemusyrikan atau fkekufuran, atau
mengakibatkan bocornya rahasia kaum Muslimin. Sedangkan bagi yang tidak
menjalin persahabatan dengan kaum musyrik dapat melahirkan bahaya lain yaitu
ancaman dan penyiksaan akibat keberadaan di tangan musuh dan ini bagi yang
tidak kuat mentalnya dapat merupakan sebab kemurtadan. Karena itu, Allah SWT
Menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Anfal: 73 sebagai kecaman bagi mereka
yang tidak berhijrah apalagi kaum Muslimin yang telah berhijrah sangat
mendambakan dukungan saudara-saudara seiman menghadapi aneka tantangan
kaum musyrik serta orang-orang Yahudi dan munafik.

‫ض ُه ۡم اَ ۡولِيَآءُ بَ ۡعض‬ ۡ ‫ض وفساد كبِ ۡي رؕوالَّ ِذ ۡين كفر ۡوا ب‬


‫ع‬ ِ ‫ر‬ۡ ‫ؕ اَِّّل ت ۡفعلُ ۡوه ت ُك ۡن فِ ۡت نة ِف ۡاّل‬
ُ َ َُ َ َ َ َ َ ََ َ َ َُ َ َ
Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang
lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (saling
melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar,
(al-Anfal: 73)x

D. Konsep Ukhuwah Bangsa Arab dan Bangsa lain

Pada konsep dan budaya Ukhuwah pada bangsa Arab berbeda dengan
bangsa lainnya yang ada di dunia ini, perbedaan ukhuwah bangsa arab dengan
bangsa lain yaitu:

1. Bangsa Arab
Menurut Dalam konteks sosio-kultural Nabi Muhammad telah
berhasil membangun fondasi awal yang sangat kokoh. Terbukti hanya
dalam jangka waktu yang sebentar beliau telah berhasil membangun

8
persaudaraan yang begitu kuat, dan menghilangkan sikap-sikap
3
sekterianisme atau sikap kesukuan pada bangsa arab.
Islam, Yahudi maupun Nasrani, baik si kaya maupun si miskin.
Doktrin yang dibangun dalam tatanan ini ialah konsep ketakwaan yang
selalu menjadi dakwah utama Muhammad Saw. Hingga terbentuk pula
asas-asas masyarakat Islam yang telah di bangun oleh Nabi Muhammad
Saw.
Adapun beberapa asas yang telah berhasil diletakkan oleh Nabi
Muhammad Saw ialah antara lain, al-ikha, al-musawah, al-tasamuh, al-
tasyawur, al-ta’awun,dan al-adalah. Seperti yang dijelaskan dalam buku
Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, dari masa klasik hingga
modern, yaitu sebagai berikut:4
Al-Ikha (persaudaraan). Merupakan salah satu asas penting
masyarakat Islam yang diletakan oleh Rasul.Bangsa Arab yang dahulunya
lebih menonjolkan identitas kesukuan, setelah mereka memilih Islam
diganti dengan identitas baru yaitu Islam. Demikian pula loyalitas kabilah
atau sukuditukar dengan loyalitas Islam.
Al-musawah (persamaan). Rasulullah dengan tegas mengajarkan
bahwa seluruh manusia adalah keturunan Adam yang diciptakan Tuhan
dari tanah. Seorang Arab tidak lebih mulia dari seorang (bukan Arab),
demikian pulak sebaliknya, kecuali karena ketakwaannya. Berdasarkan
asas ini setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan dan
kebebasan atau al-hurriyah. Oleh karena itu, Rasulullah sangat memuji dan
menganjurkan para sahabatnya untuk memerdekakan hamba-hamba
sahaya yang dimiliki oleh bangsawan-bangsawan Quraisy.
Al-tasamuh (toleransi). Sebagai asas masyarakat Islam dibuktikan
antara lain dengan Piagam Madinah. Umat Islam siap berdampingan
secara baik dengan umat Yahudi.

3
M.Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat Islam Periode
Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01, 2019, Hal 8.
4
M.Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat Islam Periode
Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01, 2019, Hal 9-10.

9
Al-tasyawur (musyawarah). Walaupun Rasulullah mempunyai
status yang tinggi dan terhormat dalam masyarakat, acapkali beliau
meminta pendapat para sahabat dalam menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan.5
Al-Ta’awun (tolongmenolong) dalam berbuat kebajikan
merupakan kewajiban setiap muslim.
Al-adalah (keadilan). Berkaitan erat dengan hak dan kewajiban
setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan posisi
masing-masing. Di satu sisi seseorang hendaknya memperoleh haknya,
sementara pada sisi lain berkewajiban memberikan hak orang lain kepada
yang berhak menerimanya

2. Bangsa Indonesia
Di negara Indonesia tentunya memakai ketiga konsep utama
ukhuwah yakni : (Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyah, dan Ukhuwah
Watoniyah)
a) Ukhuwah Islamiyah
Pengertian ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan
spiritual yang dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya yang
beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang,
persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara
seakidah.6
b) Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah)
Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah merupakan bentuk
persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal
tanpa membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek kekhususan
lainnya.
Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya
kita sebagai manusia harus dapat memposisikan atau memandang

5
M.Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat Islam Periode
Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01, 2019, Hal 10-11.
6
Sumberpengertian.Id . Pengertian Ukhuwah (Jenis, Manfaat dan Dasar Hukumnya), diakses dari
https://www.sumberpengertian.id/pengertian-ukhuwah ,pada tanggal 08 Maret 2021, pukul 03:21.

10
orang lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat
kebaikannya bukan kejelekannya.
c) Ukhuwah Wathoniyah
Ukhuwah Wathoniyah merupakan bentuk persaudaraan yang
diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku,
warna kulit, adat istiadat dan budaya dan aspek-aspek yang
lainnya.
Mengapa demikian, karena Indonesia terkenal dengan negara
multicultural yang mengakui 5 agama di Negaranya dan saling
menghormati suku dan ras yang ada salah satu bukti dari
pengamalan konsep-konsep ukhuwah diatas.

11
BAB III
Kesimpulan

Konsep pertemanan pada budaya arab dapat kita temukan dengan melihat
kilas balik sejarah bagaiamana pada jaman nabi dan sahabat. Kisah dan cerita
bangsa arab pada jaman dulu sangat banyak kita temukan ke unikan budaya.
Budaya Arab sangat mengutamakan pertemanan terutama pada sesama kafilah
mereka sendiri. Namun mereka akan merasa berbeda dan membanggakan kafilah
mereka sendiri dibandingkan kafilah yang lain.

Setelah masa nabi diutukan untuk merubah akhlak dan kebiasaan orang
arab, mereka menjadi orang arab yang sangat santun kepada siapapun. Perbedaan
konsep pertemanan yang kita temukan di bangsa arab dengan konsep pertemanan
di negara Indonesia tidak begitu banyak perbedaan yang kita temukan. Sedikit
perbadaan itu dikarenakan budaya pertemanan ukhwah bangsa Indonesia juga
banyak berubah setelah datang islam ke Indonesia.

Dengan bahasan materi mengenai perbandingan konsep ukhuwah


pertemanan antar berbagai negara, dapat kita ambil pelajaran didalamnya. Pesan
moral yang kita ambil yaitu perbedaan budaya merupakan keindahan yang Allah
SWT tetapkan ada di bumi ini dalam bermasyarakat. Untuk itu kita saling
menghargai perbedaan budaya pertemanan yang ada disekitar kita.

12
Daftar Pustaka

Arianto. (2015). “Menuju Persahabatan” Melalui Komunikasi


Antarpribadi Mahasiswa Beda Etnis. Kritis Jurnal Sosial Imu Politik Unhas, 1(2),
11.

Ikons.id. (n.d.). Tiga Jenis Pertemanan Menurut Aristoteles. Retrieved


March 9, 2021

M. Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat


Islam Periode Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01, 2019,
Hal 8.

Sumberpengertian.Id . Pengertian Ukhuwah (Jenis, Manfaat dan Dasar


Hukumnya), diakses dari https://www.sumberpengertian.id/pengertian-ukhuwah
,pada tanggal 08 Maret 2021, pukul 03:21.

13
MAKALAH
Proses Adaptasi Budaya dan Konflik Perbedaan Budaya Pada
Bangsa Arab
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tsaqafah Arabiyah
Dosen Pengampu:

Idrus Muchsin bin Agil, M.Pd.I

Oleh:
Ikhlasul Amal (18150001)
Lulu Arifah Rahmah (18150012)
Nilna Liana Nada R.K (18150019)
Didi Mufrodi (18150021)
Amaliyah Herawati P.N (18150041)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2021
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah, makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah yang berjudul Proses Adaptasi Budaya dan Konflik Perbedaan Budaya
Pada Bangsa Arab mata kuliah Tsaqofah Arabiyah yang ada di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Kelas A. Keberhasilan
dalam penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan pada teman-teman.
Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut menyumbangkan segenap pikiran, tenaga, dan waktunya demi
terselesaikannya makalah ini.
Meskipun telah dikerjakan dengan maksimal, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan demi hasil karya tulis yang lebih baik lagi.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat membawa
pengetahuan dan manfaat bagi semua pembaca, serta pembaca dapat mengetahui
Proses Adaptasi Budaya dan Konflik Perbedaan Budaya Pada Bangsa Arab

Malang, 5 Mei 2021


Hormat kami,

Penyusun Makalah

1
Daftar Isi

MAKALAH .............................................................................................................. 1
Kata Pengantar .......................................................................................................... 1
BAB I.......................................................................................................................... 3
Pendahuluan.............................................................................................................. 3
1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II......................................................................................................................... 5
Pembahasan .............................................................................................................. 5
A. Pengertian Adaptasi Budaya .................................................................................... 5
B. Proses Sosial Adaptasi Budaya................................................................................ 5
C. Perubahan Sosial Adaptasi Budaya ......................................................................... 7
D. Semangat Ashabiyah Kabilah Jazirah Arab Sebelum Islam.................................. 10
E. Teknik Menghadapi Konflik Antar Budaya .......................................................... 11
BAB III...................................................................................................................... 14
Kesimpulan .............................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 15

2
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Proses adaptai budaya merupakan bentuk muamalah yang dilakukan agar
bisa berkomunikasi dengan baik pada suatu kaum. Adaptasi yang baik akan
berdampak positif akan berlangsungnya kehidupan bersosial di masyarakat.
Karena kita sebagai manusia hidup sebagai makhluk sosial yang tidak nisa
hidup tanpa bantuan orang lain disekitar kita.

Pentingnya memahami proses adaptasi budaya yang kita bangun dengan


baik di lingkungan masyarakat menjadi bentuk usaha kita dalam membentuk
rasa saling memahami dan toleransi kepada seluruh masyarakat. Sehingga
tidak terjadi konflik perbedaan budaya.

Proses dalam adaptasi budayasetiap negara, suku, bangsa dan agama


berbeda-beda. Terdapat bentuk adaptasi budaya yang baik menurut satu
bangsa, namun tidak baik jika diterapkan di bangsa dan negara lain. Perbedaan
ini tidak jarang menimbulkan konflik yang akan terjadi di lingkungan.

Dengan perbedaan budaya yang kita temukan, kita harus mampu saling
menghargai perbedaan yang ada di dunia. Perbedaan yang biasa kita temukan
seperti budaya bahasa, budaya pergaulan pertemanan, budaya berpakaian,
budaya beragama dan juga menghindari konflik perbedaan antar budaya

Dengan konsep perbedaan budaya tersebut maka pembahasan makalah ini


membahas Proses adaptasi budaya dan konflik antar budaya pada bangsa arab
dan perbandingannya dengan bangsa lain.

3
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa pengertian dari Adaptasi Budaya Bangsa Arab?
2.2 Bagaimana Proses adaptasi budaya pada bangsa Arab?
2.3 Bagaimana menhadapi konflik budaya yang terjadi pada bangsa
Arab?

3. Tujuan Penulisan
3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Adaptasi Budaya Bangsa Arab
3.2 Mengetahui Proses adaptasi budaya bangsa Arab
3.3 Mengetahui solusi dari konflik perbedaan budaya bangsa Arab

4
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Adaptasi Budaya


Membahas suatu konsep dalam sebuah penelitian perlu adanya
suatu kejelasan terlebih dahulu terhadap konsep tersebut sehingga dapat
diperoleh batasan dan koridor yang jelas akan definisi yang berlaku dalam
bidang akademis maupun publik. Sebenarnya apakah yang dimaksud
dengan adaptasi budaya? ada beberapa tokoh yang mendefinisikan tentang
adaptasi budaya, adaptasi budaya terdiri dari dua kata yang masing-masing
mempunyai makna yakni kata adaptasi dan budaya, adaptasi adalah
kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik, adaptasi
juga bisa diartikan sebagai cara-cara yang dipakai oleh perantau untuk
mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi dan untuk memperoleh
keseimbangan-keseimbangan positif dengan kondisi latar belakang
perantau. (UMMAH, 2014)
Menurut E.B. Tylor (1871) pernah mencoba memberikan definisi
mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

B. Proses Sosial Adaptasi Budaya


Di dalam kajian sosiologi, proses sosial secara garis besar dibagi
dalam dua bentuk yaitu:
a) proses sosial asosiatif dan
b) proses sosial disosiatif.
Dari kedua bagian tersebut masih terdapat pembagian lagi, yang
berguna untuk lebih menspesifikasikan karakter dari keduanya, antara lain:
1. Proses sosial Asosiatif

5
Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang didalam
realitas sosial anggota-anggota masyarakatnya dalam yang
mengarah pada pola-pola kerja sama. Harmoni sosial ini
menciptakan kondisi sosial yang teratur atau disebut social
order. Di dalam realitas sosial terdapat tata aturan yang
mengatur prilaku para anggotanya. Diantaranya :
a. Kerjasama
Charles H Cooley memberikan gambaran tentang
kerja sama dalam kehidupan sosial. Kerja sama timbul
jika orang menyadari mereka mempunyai kepentingan
yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan ini melalui kerja sama.
b. Akomodasi
Akomodasi merupakan upaya untuk mencapai
penyelesaian dari suatu pertikaian atau konflik oleh
pihakpihak yang bertikai yang mengarah pada kondisi
atau keadaan selesainya suatu konflik atau pertikaian
tersebut.
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai
oleh adanya upaya-upaya mengarungi perbedaan-
perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau
antar kelompok sosial yang diikuti pula usaha-usaha
untuk mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-
proses mental dengan memperhatikan kepentingan
bersama.
2. Proses sosial Disosiatif
a) Persaingan
Persaingan merupakan proses sosial dimana orang
perorang atau kelompok manusia yang terlibat dalam
proses tersebut saling berebut untuk mencari keuntungan

6
melalui bidang-bidang kehidupan, tanpa menggunakan
ancaman atau kekerasan.
b) Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang berada
diantara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian
yang ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidak pastian
tentang diri seseorang atau rencana dan perasaan tidak suka
yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap
pribadi seseorang.
c) Pertentangan atau pertikaian Konflik
Merupakan proses sosial dimana masingmasing
pihak yang berinteraksi berupaya untuk saling
menghancurkan, menyigkirkan serta mengalahkan karena
berbagai alasan seperti rasa benci atau rasa permusuhan.
(setyo utami, 2015)

C. Perubahan Sosial Adaptasi Budaya


Jazirah Arab yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya
Islam, dahulunya merupakan suatu wilayah yang terdiri banyak kabilah
yang gemar berperang. Keadaan ini dapat dijelaskan berdasar keadaan
geografi yang membentuk karakter masyarakat kabilah di Arabia. Syalabi
membagi bangsa Arab ke dalam dua bagian penting, pertama penduduk
gurun pasir, kedua penduduk negeri.

1. Penduduk Gurun Pasir.


Penduduk gurun pasir adalah kabilah-kabilah yang tinggal di
bagian tengah Jazirah Arab seperti di wilayah Najed. Mereka merupakan
kabilah-kabilah yang suka berperang. Kabilah – kabilah yang sering hidup
di gurun pasir adalah kaum Badui, yang hidup secara nomaden (sering
berpindah-pindah tempat tinggal) untuk mendapatkan tempat hidup yang
subur untuk memenuhi kebutuhannya dan berternak unta. Dengan
karakteristik kehidupan yang terisolir, hubungan ashabiyah mereka lebih
kuat karena didasari hubungan asahbiyah kekeluargaan dan Kekerabatan.

7
Kaum Badui hidup secara sederhana dan membatasi kebutuhannya
hanya pada hal makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebiasaan. Kaum
Badui sebagai penduduk gurun pasir yang tandus, menjadikan mereka
orang-orang yang kuat dan pemberani. Mereka ini mempunyai keteguhan
jiwa sebagai sifatnya dan keberanian menjadi tabiatnya. Selain itu, mereka
juga mempunyai prinsip kebebasan yang besar dan sangat setia dengan
kabilahnya. Dengan keadaan geografi ekstrim dan tandus, tidak cukup
mendukung Kaum Badui untuk menciptakan peradaban yang stabil.
Karenanya orang-orang Badui biasa dikenal musuhnya sebagai kaum yang
keras dan kejam.
Selain dari pandangan negatif yang sering dialamatkan kepada
kaum Badui, penduduk gurun pasir mempunyai beberapa keistimewaan,
pertama, tentang kemurnian nasabnya. Hal ini dikarenakan tidak adanya
orang asing yang masuk ke daerah tandus itu, maka keturunan mereka
sangat terjaga dengan baik. Kedua, Bahasa Arab yang mereka miliki masih
murni, tidak tercampur dengan bahasa-bahasa orang asing. Ketiga, kaum
Badui lebih condong kepada memelihara dan menjaga kepentingan dan
kemurnian kabilahnya. Keempat, penduduk gurun pasir mempunyai sisi
pergaulan sosial yang baik. Menurut Ibn Khaldun, orang Badui lebih
mudah menjadi baik daripada penduduk negeri (menetap), Kelima, orang-
orang Badui dikenal mempunyai sikap ramah-tamah (diyāfah), ketabahan
(hamāsah), kewibawaan laki-laki (murū’ah) yang dipandang sebagai nilai
kekabilahan yang tinggi. Keenam, mereka juga dikenal setia kepada
kawan, mampu menepati janji, dan mempunyai tabiat yang jujur dan
lugas. Menurut orang-orang Badui perbuatan dusta adalah perbuatan yang
hina bagi mereka. Ketujuh, mereka mempunyai nurani kolektif yang kuat.
Artinya, masyarakat primitif seperti kaum Badui mempunyai tipe
solidaritas mekanik yang biasanya mempunyai nurani kolektif kuat karena
kehidupan mereka bersifat generalis di mana mereka mempunyai beban
dan tanggungjawab yang mirip dan dilakukan secara bersama.
Kehidupan Kaum Badui dipenuhi dengan tantangan, keprihatinan,
dan jauh dari kemewahan. Hal ini membuat mereka lebih dapat

8
mengontrol nafsu syahwatnya terhadap dunia. Selain itu, mereka juga
penduduk yang tidak bisa menyia-nyiakan tamunya, karena mereka masih
berpegang teguh pada rasa kehormatan sosial yang tinggi.
2. Penduduk Negeri
Penduduk negeri mempunyai ciri yang berbeda dengan penduduk
gurun pasir. Penduduk negeri adalah mereka yang tinggal di daerah subur,
yaitu di Jazirah Arab pinggiran atau di beberapa bagian selatan. Daerah-
daerah ini terdapat di beberapa kota, yaitu Bahrain, Oman, Mahrah,
Hadramaut, Yaman, dan Hijaz. Penduduk negeri sudah berkehidupan
secara menetap dan membentuk kota-kota. Mereka juga sudah membentuk
satu institusi kerajaan dan membuat kebudayaan. Ikatan ashabiyah mereka
tidak terlalu kuat karena tidak sepenuhnya didasari atas asas kekeluargaan.
Penduduk negeri sering melakukan interaksi sosial, politik,
ekonomi, dan budaya dengan bangsa luar untuk memperluas jaringan dan
kerja sama bilateral. Jaringan dan kerja sama yang telah dibangun,
berakibat pada ramainya pelabuhan-pelabuhan yang mereka miliki sebagai
kota rujukan persinggahan dan jual-beli para pedagang dari luar. Akibat
daripada itu, kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya penduduk
negeri lebih stabil dan makmur. Kehidupan yang stabil dan mapan,
membuat mereka sering terjerumus ke dalam nafsu syahwat keduniawian.
Karena kehidupannya yang stabil dan banyak kenikmatan, mereka mudah
dikotori oleh kejahatan dan perbuatan tercela. Akibatnya penduduk negeri
banyak yang kehilangan kontrol diri terhadap hawa nafsu mereka. Selain
itu, keadaan geografi yangm emberikan mereka banyak kemudahan,
membuat penduduk negeri tidak terbiasa hidup keras dalam mendapatkan
dan menikmati kehidupan. Akibatnya, penduduk negeri menjadi kaum
yang tidak lebih berani dari kaum Badui.
Kerja sama penduduk negeri dengan orang luar ternyata telah
memberikan dampak budaya bagi masyarakatnya. Interaksi sosial yang
telah terjadi, membuat adanya percampuran budaya bersifat akulturatif
ataupun asimilatif. Percampuran budaya ini berakibat pada perubahan
bahasa, budaya, perilaku sosial, dan keturunan penduduk negeri. Semua

9
hal itu sudah tidak murni lagi, akibat percampuran budaya dan perkawinan
yang terjadi. Dibalik keadaan itu semua, penduduk negeri adalah golongan
masyarakat yang telah melewati taraf nomaden menuju tahap
pengembangan peradaban yang lebih maju. Sistem sosial dalam kehidupan
mereka pun sudah teratur dengan bentuk struktural organik, di mana
pembagian kerja atau spesialisasi sudah terjadi yang mencakup individu,
kelompok, struktur, atau lembaga.
Akibat sari pembagian kerja ini, membuat masyarakat dengan tipe
solidaritas organik mempunyai nurani kolektif yang jauh berkurang
dibandingkan masyarakat dengan solidaritas mekanik. Namun masyarakat
organik masih mempunyai nurani kolektif meskipun dalam bentuk lebih
lemah, karena adanya perbedaan-perbedaan individu atau kelompok yang
banyak.

D. Semangat Ashabiyah Kabilah Jazirah Arab Sebelum Islam


Penduduk gurun dan penduduk negeri meskipun terlihat berbeda
dalam peradabannya, Tetapi sebenarnya sama-sama menerapkan semangat
solidaritas sosial (ashabiyah). Ashabiyah adalah rasa cinta seseorang
terhadap kabilah atau keluarga sedarahnya, yang kemudian menimbulkan
sifat alami yaitu saling tolong-menolong dalam suka maupun duka untuk
menjunjung tinggi kemuliaan. Selain itu, ashabiyah juga dapat dipahamai
sebagai rasa solidaritas sosial yang menekankan pada kesadaran dan
persatuan kelompok. 40 Dalam struktur kepemimpinan ashabiyah, setiap
kabilah dipimpin oleh seorang imam yang biasa disebut Syekh (syaikhul
qabilah). Pemimpin kabilah biasanya mempunyai beberapa kompetensi
unggulan, seperti pengetahuan, kekuatan, kecerdasan, dan orang yang
paling di tuakan dalam kabilah tersebut.
Kabilah-kabilah di Jazirah Arab meskipun mempunyai semangat
kekabilahan yang sama, tetapi mereka masih terkotak-kotak oleh garis
keturunan atau hubungan darah dalam kabilah masing-masing. Setiap
kabilah mempunyai ashabiyah dengan menerapkan sikap tegas membela
anggota kabilahnya atau melakukan proteksi penuh untuk menjaga

10
kehormatan saudara sedarahnya. Karenanya perselisihan perorangan
anggota kabilah dengan kabilah lain, (Hadi, 2016)

E. Teknik Menghadapi Konflik Antar Budaya


Berikut ini adalah beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk
mencegah atau menghadapi konflik antara perbedaan budaya, yaitu :

1. Preventif
Preventif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan guna mencegah terjadinya
penyimpangan dalam hubungan kerja yang diulangi lagi. Cara
preventif merupakan upaya pencegahan masalah saat berlangsungnya
atau sebelum terjadinya masalah. Hal ini dapat dikembangkan melalui
rasa toleransi, tepo seliro (tenggang rasa), saling bantu dan berbagai
macam hal positif lain yang membangun rasa kepercayaan dan
kesatuan.
Penyelesaian masalah yang muncul karena keberagaman
secara PREVENTIF dilaksanakan dengan cara mencegah terjadinya
tindakan yang merugikan. Salah satu contohnya adalah dengan
mengembangkan kerjasama antar golongan, menggiatkan perilaku
toleransi dan lain sebagainya. Adapun tujuan dari penyelesaian
masalah preventif adalah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan dan bertindak sesuai dengan ketentuan
yang ada.
2. Represif
Represif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadi
penyimpangan sosial yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan
sosial yang terganggu karena adanya penyimpangan sosial dengan cara
menjatuhkan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang telah
dilakukan. Ini adalah cara yang kedua dalam menghadapi konflik
antara budaya. Cara ini dilakukan setalah masalah terjadi. Tujuan dari
penyelesaian masalah ini adalah untuk memulihkan keadaan seperti

11
sebelum terjadinya masalah. Hal yang dilakukan seperti pembubaran
paksa dan penangkapan.
Penyelesaian masalah dengan cara REPRESIF adalah dengan
mengatasi atau menanggulangi masalah yang SUDAH muncul dengan
cara menangkap pelaku intoleran misalnya, membubarkan paksa
kelompok fanatisme dan lain sebagainya.
3. Kuratif
Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin. Dalam hal lain, kuratif disebut juga sebagai cara untuk
menanggulai masalah. Cara ketiga ini merupakan tindak lanjut dalam
masalah yang sedang berlangsung. Hal ini bertujuan untuk
menanggulangi dan mengatasi dampak yang disebabkan oleh masalah
tersebut. Contoh, mentoring korban kerusuhan, perdamaian dengan
akta integritas, arbitrasi dan lain-lain.
Adapun tindaka KURATIF adalah tindakan lanjutan dalam proses
penanggulangan masalah yang sudah muncul. Sebagai contoh
memberikan bantuan terapi kepada korban kerusuhan agama,
memberikan pendampingan selama menjalani pemeriksaan dan lain
sebagainya.(Pintar, n.d.)

Jadi, selain cara-cara yang telah disebutkan di atas, masyarakat juga perlu
mengembangkan sikap tepo seliro (tenggang rasa), saling menghormati, serta
saling menghargai antar masyarakat beda budaya. Ingat, rasa bangga terhadap
kelompok itu adalah hal yang wajar, selama tidak menimbulkan fanatisme yang
berlebihan dan akhirnya memandang rendah kelompok lainnya.

Selain itu, dalam melakukan komunikasi dengan orang yang mempunyai


perbedaan baik dari segi suku, rasa tau budaya. Kita harus mengetahui tata cara
berkomunikasi yang sopan dan cara agar kita bisa menerima perbedaan budaya,
berikut ini adalah beberapa cara mengatasi atau menerima perbedaan budaya :

12
 Saling menghargai kebudayaan satu dengan kebudayaan lain
 Janganlah menomer satukan kebudayaan daerah sendiri
 Cobalah untuk mempelajari kebudayaan lain
 Janganlah mencela perbedaan antar kebudayaan
 Menghargai pendapat antar warga masyarakat
 Tidak melakukan deskrimininasi terhadap tetangga yang berbeda agama,
ras, suku, dan budaya
 Tidak mementingkan kepentingan pribadi, utamakan kepentingan bersama
 Tumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama
 Hidup slaing berdampingan dan tolong menolong tanpa membeda-
bedakan status perbedaan
 Tidak memaksakan kehendak sesorang (Purwoko, 2018)

13
BAB III
Kesimpulan

Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup


dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup
dengan baik, adaptasi juga bisa diartikan sebagai cara-cara yang dipakai
oleh perantau untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi
dan untuk memperoleh keseimbangan-keseimbangan positif dengan
kondisi latar belakang perantau. Kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Proses Sosial Adaptasi Budaya tervagi menjadi dua, yaitu, 1)
Proses sosial asisatif dan 2) proses sosial disosiatif. Sedangkan untuk
perubahan sosial adaptasi budaya dapat kita lihat dengan dua sisi, yaitu 1)
Sisi Penduduk Gurun Pasir, dan 2) Penduduk Negeri. Kemudian terdapat
aspek semangat kabilah di jazirah arab sebelum datangnya Islam.
Terdapat teknik dalam menghadapi konflik antar budaya, yaitu
dengan 1) teknik Preventif atau pencegahan, 2) teknik Represif atau
langkah sigap, dan yang ketiga adalah 3) Teknik Kuratif atau pengobatan
solusi apabila telah terjadi konflik.

14
Daftar Pustaka

• Arianto. (2015). “Menuju Persahabatan” Melalui Komunikasi


Antarpribadi Mahasiswa Beda Etnis. Kritis Jurnal Sosial Imu Politik
Unhas, 1(2), 11.
• M. Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat
Islam Periode Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01,
2019, Hal 8.
• Hadi, N. (2016). Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi di Masyarakat Arab
Sebelum Islam – Cerita kisah cinta penggugah jiwa.
Https://Kisahmuslim.Com/5437-Peristiwa-Peristiwa-Yang-Terjadi-Di-
Masyarakat-Arab-Sebelum-Islam.Html. https://kisahmuslim.com/5437-
peristiwa-peristiwa-yang-terjadi-di-masyarakat-arab-sebelum-islam.html
• Pintar, K. (n.d.). Mengenal 3 Cara Penyelesaian Konflik dalam
Keberagaman - Kelas Pintar. Retrieved May 8, 2021, from https://www-
kelaspintar-id.cdn.ampproject.org/v/s/www.kelaspintar.id/blog/tips-
pintar/mengenal-3-cara-penyelesaian-konflik-dalam-keberagaman-
8489/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA
%3D%3D#aoh=16201254653871&referrer=https%3A%2F%2Fwww.goo
gle
• Purwoko, farah naviarahmah. (2018). Mengatasi perbedaan budaya –
Farah Noviarahma Purwoko.
Https://Farnoviarahma.Wordpress.Com/2018/10/01/Mengatasi-Perbedaan-
Budaya/. https://farnoviarahma.wordpress.com/2018/10/01/mengatasi-
perbedaan-budaya/
• setyo utami, lusia savitri. (2015). Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya.
Https://Www.Neliti.Com/Publications/108215/Teori-Teori-Adaptasi-
Antar-Budaya#cite, 7(2), 180–197.
https://www.neliti.com/publications/108215/teori-teori-adaptasi-antar-
budaya#cite
• UMMAH, A. N. (2014). ADAPTASI BUDAYA DAN HARMONI
SOSIAL [UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA]. In http://digilib.uinsby.ac.id/96/5/Bab%202.pdf.
http://digilib.uinsby.ac.id/96/5/Bab 2.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai