Oleh:
Ikhlasul Amal (18150001)
Lulu Arifah Rahmah (18150012)
Nilna Liana Nada R.K (18150019)
Didi Mufrodi (18150021)
Amaliyah Herawati P.N (18150041)
Penyusun Makalah
1
Daftar Isi
2
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pertemanan atau dalam Bahasa Arab kita sebut dengan istilah Ukhuwah
merupakan bentuk muamalah yang dilakukan agar bisa berkomunikasi dengan
baik pada suatu kaum. Ukhuwah yang baik akan berdampak posistif akan
berlangsungnya kehidupan bersosial di masyarakat. Karena kita sebagai
manusia hidup sebagai maj=khluk sosial yang tidak nisa hidup tanpa bantuan
orang lain disekitar kita.
Dengan perbedaan budaya yang kita temukan, kita harus mampu saling
menghargai perbedaan yang ada di dunia. Perbedaan yang biasa kita temukan
seperti budaya bahasa, budaya pergaulan pertemanan, budaya berpakaian dan
budaya beragama.
3
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa pengertian dari al-Ukhuwah dan macam-macamnya?
2.2 Bagaimana konsep Ukhuwah budaya Arab pada masa dulu sampai
seksrang?
2.3 Bagaimana perbedaan budaya ukhuwah (pertemanan) nagara Arab
dengan negara lainnya?
3. Tujuan Penulisan
3.1 Untuk mengetahui pengertian dari al-Ukhuwah dan macam-
macamnya
3.2 Mengetahui konsep Ukhuwah budaya Arab pada masa dulu sampai
seksrang
3.3 Mengetahui perbedaan budaya ukhuwah (pertemanan) nagara Arab
dengan negara lainnya
4
BAB II
Pembahasan
5
Menurut Weiss dalam Tilmann-Healy (2003), teman itu datang dan
berkumpul Bersama karena adanya kesenangan, rasa akan kebersamaan, dan
afiliasi emosiaonal. Sedangkan Santrock (2003) mengatakan bahwa persahabatan
merupakan hubungan antar individu yang ditandai dengan keakraban, saling
percaya, menerima satu dengan yang lain, mau berbagi perasaan, pemikiran, dan
pengalaman, serta kadang-kadang melakukan aktivitas Bersama. (Meliani, 2020)
1
Arianto. (2015). “Menuju Persahabatan” Melalui Komunikasi Antarpribadi Mahasiswa Beda
Etnis. Kritis Jurnal Sosial Imu Politik Unhas, 1(2), 11.
6
Pertemanan seperti ini termasuk pertemanan yang menawarkan
keramahan seseorang. Pertemanan seperti ini terdapat tuntutan yang
harus dilakukan. Pertemanan ini didasarkan pada apa yang dapat
dilakukan dua orang satu sama lain. Pertemanan ini bisa berakhir
dengan cepat, secepat mungkin sebagaimana keperluannya terhadap
orang lain menghilang.
2. Pertemanan Kesenangan
Pertemanan ini didasarkan pada kesenangan, kenikmatan aktivitas
Bersama. Pertemanan seperti ini kebanyakan terjadi pada anak muda.
Dan pertemanan ini sering kali berakhir karena orang dapat mengubah
apa yang mereka sukai dan secara tiba-tiba tidak menghubungi teman
kesenangan mereka lalu menghilang dari peredaran.
3. Pertemanan Sebenarnya
Pertemanan dalam kebaikan atau persahabatan yang baik. Ini
adalah pertemanan yang mendorong seseorang untuk menjadi yang
lebih baik. Dengan saling mendukung, saling menguatkan, saling
mengingatkan. Motivasinya adalah seseorang peduli terhadap diri
sendiri dan orang lain dan karena itu hubungannya jauh lebih stabil
daripada 2 jenis pertemanan sebelumnya. Pertemanan seperti ini tidak
banyak ditemukan. Akan tetapi sebenarnya semua manusia memiliki
jiwa menjadi teman sejati, dan realitanya kembali intropeksi kepada
diri kita sendiri, dengan tidak membeda-bedakan satu sama lain baik
beda agama, suku, budaya, negara, aliran, hobby, dll. (Ikons.id, n.d.)2
2
Ikons.id. (n.d.). Tiga Jenis Pertemanan Menurut Aristoteles. Retrieved March 9, 2021
7
ajaran Islam. juga yang kendati berbeda agama tetapi masih terjalin antar-mereka
persahabatan yang kental. Itu semua dapat melahirkan bahaya terhadap akidah
kaum Muslimin, lebih-lebih mereka yang belum mantap imannya. Pergaulan
dapat mempengaruhi mereka, akhlak buruk kaum musyrik dapat juga mengotori
jiwa dan perilaku kaum Muslimin, belum lagi jika perasaan kasih sayang dan
persahabatan itu mengantar kepada kemusyrikan atau fkekufuran, atau
mengakibatkan bocornya rahasia kaum Muslimin. Sedangkan bagi yang tidak
menjalin persahabatan dengan kaum musyrik dapat melahirkan bahaya lain yaitu
ancaman dan penyiksaan akibat keberadaan di tangan musuh dan ini bagi yang
tidak kuat mentalnya dapat merupakan sebab kemurtadan. Karena itu, Allah SWT
Menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Anfal: 73 sebagai kecaman bagi mereka
yang tidak berhijrah apalagi kaum Muslimin yang telah berhijrah sangat
mendambakan dukungan saudara-saudara seiman menghadapi aneka tantangan
kaum musyrik serta orang-orang Yahudi dan munafik.
Pada konsep dan budaya Ukhuwah pada bangsa Arab berbeda dengan
bangsa lainnya yang ada di dunia ini, perbedaan ukhuwah bangsa arab dengan
bangsa lain yaitu:
1. Bangsa Arab
Menurut Dalam konteks sosio-kultural Nabi Muhammad telah
berhasil membangun fondasi awal yang sangat kokoh. Terbukti hanya
dalam jangka waktu yang sebentar beliau telah berhasil membangun
8
persaudaraan yang begitu kuat, dan menghilangkan sikap-sikap
3
sekterianisme atau sikap kesukuan pada bangsa arab.
Islam, Yahudi maupun Nasrani, baik si kaya maupun si miskin.
Doktrin yang dibangun dalam tatanan ini ialah konsep ketakwaan yang
selalu menjadi dakwah utama Muhammad Saw. Hingga terbentuk pula
asas-asas masyarakat Islam yang telah di bangun oleh Nabi Muhammad
Saw.
Adapun beberapa asas yang telah berhasil diletakkan oleh Nabi
Muhammad Saw ialah antara lain, al-ikha, al-musawah, al-tasamuh, al-
tasyawur, al-ta’awun,dan al-adalah. Seperti yang dijelaskan dalam buku
Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, dari masa klasik hingga
modern, yaitu sebagai berikut:4
Al-Ikha (persaudaraan). Merupakan salah satu asas penting
masyarakat Islam yang diletakan oleh Rasul.Bangsa Arab yang dahulunya
lebih menonjolkan identitas kesukuan, setelah mereka memilih Islam
diganti dengan identitas baru yaitu Islam. Demikian pula loyalitas kabilah
atau sukuditukar dengan loyalitas Islam.
Al-musawah (persamaan). Rasulullah dengan tegas mengajarkan
bahwa seluruh manusia adalah keturunan Adam yang diciptakan Tuhan
dari tanah. Seorang Arab tidak lebih mulia dari seorang (bukan Arab),
demikian pulak sebaliknya, kecuali karena ketakwaannya. Berdasarkan
asas ini setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan dan
kebebasan atau al-hurriyah. Oleh karena itu, Rasulullah sangat memuji dan
menganjurkan para sahabatnya untuk memerdekakan hamba-hamba
sahaya yang dimiliki oleh bangsawan-bangsawan Quraisy.
Al-tasamuh (toleransi). Sebagai asas masyarakat Islam dibuktikan
antara lain dengan Piagam Madinah. Umat Islam siap berdampingan
secara baik dengan umat Yahudi.
3
M.Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat Islam Periode
Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01, 2019, Hal 8.
4
M.Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat Islam Periode
Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01, 2019, Hal 9-10.
9
Al-tasyawur (musyawarah). Walaupun Rasulullah mempunyai
status yang tinggi dan terhormat dalam masyarakat, acapkali beliau
meminta pendapat para sahabat dalam menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan.5
Al-Ta’awun (tolongmenolong) dalam berbuat kebajikan
merupakan kewajiban setiap muslim.
Al-adalah (keadilan). Berkaitan erat dengan hak dan kewajiban
setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan posisi
masing-masing. Di satu sisi seseorang hendaknya memperoleh haknya,
sementara pada sisi lain berkewajiban memberikan hak orang lain kepada
yang berhak menerimanya
2. Bangsa Indonesia
Di negara Indonesia tentunya memakai ketiga konsep utama
ukhuwah yakni : (Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyah, dan Ukhuwah
Watoniyah)
a) Ukhuwah Islamiyah
Pengertian ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan
spiritual yang dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya yang
beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang,
persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara
seakidah.6
b) Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah)
Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah merupakan bentuk
persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal
tanpa membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek kekhususan
lainnya.
Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya
kita sebagai manusia harus dapat memposisikan atau memandang
5
M.Yakub, “Islam Dan Solidaritas Sosial: Perkembangan Masyarakat Islam Periode
Madinah”,Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol.07 N0.01, 2019, Hal 10-11.
6
Sumberpengertian.Id . Pengertian Ukhuwah (Jenis, Manfaat dan Dasar Hukumnya), diakses dari
https://www.sumberpengertian.id/pengertian-ukhuwah ,pada tanggal 08 Maret 2021, pukul 03:21.
10
orang lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat
kebaikannya bukan kejelekannya.
c) Ukhuwah Wathoniyah
Ukhuwah Wathoniyah merupakan bentuk persaudaraan yang
diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku,
warna kulit, adat istiadat dan budaya dan aspek-aspek yang
lainnya.
Mengapa demikian, karena Indonesia terkenal dengan negara
multicultural yang mengakui 5 agama di Negaranya dan saling
menghormati suku dan ras yang ada salah satu bukti dari
pengamalan konsep-konsep ukhuwah diatas.
11
BAB III
Kesimpulan
Konsep pertemanan pada budaya arab dapat kita temukan dengan melihat
kilas balik sejarah bagaiamana pada jaman nabi dan sahabat. Kisah dan cerita
bangsa arab pada jaman dulu sangat banyak kita temukan ke unikan budaya.
Budaya Arab sangat mengutamakan pertemanan terutama pada sesama kafilah
mereka sendiri. Namun mereka akan merasa berbeda dan membanggakan kafilah
mereka sendiri dibandingkan kafilah yang lain.
Setelah masa nabi diutukan untuk merubah akhlak dan kebiasaan orang
arab, mereka menjadi orang arab yang sangat santun kepada siapapun. Perbedaan
konsep pertemanan yang kita temukan di bangsa arab dengan konsep pertemanan
di negara Indonesia tidak begitu banyak perbedaan yang kita temukan. Sedikit
perbadaan itu dikarenakan budaya pertemanan ukhwah bangsa Indonesia juga
banyak berubah setelah datang islam ke Indonesia.
12
Daftar Pustaka
13
MAKALAH
Proses Adaptasi Budaya dan Konflik Perbedaan Budaya Pada
Bangsa Arab
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tsaqafah Arabiyah
Dosen Pengampu:
Oleh:
Ikhlasul Amal (18150001)
Lulu Arifah Rahmah (18150012)
Nilna Liana Nada R.K (18150019)
Didi Mufrodi (18150021)
Amaliyah Herawati P.N (18150041)
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah, makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah yang berjudul Proses Adaptasi Budaya dan Konflik Perbedaan Budaya
Pada Bangsa Arab mata kuliah Tsaqofah Arabiyah yang ada di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Kelas A. Keberhasilan
dalam penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan pada teman-teman.
Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut menyumbangkan segenap pikiran, tenaga, dan waktunya demi
terselesaikannya makalah ini.
Meskipun telah dikerjakan dengan maksimal, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan demi hasil karya tulis yang lebih baik lagi.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat membawa
pengetahuan dan manfaat bagi semua pembaca, serta pembaca dapat mengetahui
Proses Adaptasi Budaya dan Konflik Perbedaan Budaya Pada Bangsa Arab
Penyusun Makalah
1
Daftar Isi
MAKALAH .............................................................................................................. 1
Kata Pengantar .......................................................................................................... 1
BAB I.......................................................................................................................... 3
Pendahuluan.............................................................................................................. 3
1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II......................................................................................................................... 5
Pembahasan .............................................................................................................. 5
A. Pengertian Adaptasi Budaya .................................................................................... 5
B. Proses Sosial Adaptasi Budaya................................................................................ 5
C. Perubahan Sosial Adaptasi Budaya ......................................................................... 7
D. Semangat Ashabiyah Kabilah Jazirah Arab Sebelum Islam.................................. 10
E. Teknik Menghadapi Konflik Antar Budaya .......................................................... 11
BAB III...................................................................................................................... 14
Kesimpulan .............................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 15
2
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Proses adaptai budaya merupakan bentuk muamalah yang dilakukan agar
bisa berkomunikasi dengan baik pada suatu kaum. Adaptasi yang baik akan
berdampak positif akan berlangsungnya kehidupan bersosial di masyarakat.
Karena kita sebagai manusia hidup sebagai makhluk sosial yang tidak nisa
hidup tanpa bantuan orang lain disekitar kita.
Dengan perbedaan budaya yang kita temukan, kita harus mampu saling
menghargai perbedaan yang ada di dunia. Perbedaan yang biasa kita temukan
seperti budaya bahasa, budaya pergaulan pertemanan, budaya berpakaian,
budaya beragama dan juga menghindari konflik perbedaan antar budaya
3
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa pengertian dari Adaptasi Budaya Bangsa Arab?
2.2 Bagaimana Proses adaptasi budaya pada bangsa Arab?
2.3 Bagaimana menhadapi konflik budaya yang terjadi pada bangsa
Arab?
3. Tujuan Penulisan
3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Adaptasi Budaya Bangsa Arab
3.2 Mengetahui Proses adaptasi budaya bangsa Arab
3.3 Mengetahui solusi dari konflik perbedaan budaya bangsa Arab
4
BAB II
Pembahasan
5
Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang didalam
realitas sosial anggota-anggota masyarakatnya dalam yang
mengarah pada pola-pola kerja sama. Harmoni sosial ini
menciptakan kondisi sosial yang teratur atau disebut social
order. Di dalam realitas sosial terdapat tata aturan yang
mengatur prilaku para anggotanya. Diantaranya :
a. Kerjasama
Charles H Cooley memberikan gambaran tentang
kerja sama dalam kehidupan sosial. Kerja sama timbul
jika orang menyadari mereka mempunyai kepentingan
yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan ini melalui kerja sama.
b. Akomodasi
Akomodasi merupakan upaya untuk mencapai
penyelesaian dari suatu pertikaian atau konflik oleh
pihakpihak yang bertikai yang mengarah pada kondisi
atau keadaan selesainya suatu konflik atau pertikaian
tersebut.
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai
oleh adanya upaya-upaya mengarungi perbedaan-
perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau
antar kelompok sosial yang diikuti pula usaha-usaha
untuk mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-
proses mental dengan memperhatikan kepentingan
bersama.
2. Proses sosial Disosiatif
a) Persaingan
Persaingan merupakan proses sosial dimana orang
perorang atau kelompok manusia yang terlibat dalam
proses tersebut saling berebut untuk mencari keuntungan
6
melalui bidang-bidang kehidupan, tanpa menggunakan
ancaman atau kekerasan.
b) Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang berada
diantara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian
yang ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidak pastian
tentang diri seseorang atau rencana dan perasaan tidak suka
yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap
pribadi seseorang.
c) Pertentangan atau pertikaian Konflik
Merupakan proses sosial dimana masingmasing
pihak yang berinteraksi berupaya untuk saling
menghancurkan, menyigkirkan serta mengalahkan karena
berbagai alasan seperti rasa benci atau rasa permusuhan.
(setyo utami, 2015)
7
Kaum Badui hidup secara sederhana dan membatasi kebutuhannya
hanya pada hal makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebiasaan. Kaum
Badui sebagai penduduk gurun pasir yang tandus, menjadikan mereka
orang-orang yang kuat dan pemberani. Mereka ini mempunyai keteguhan
jiwa sebagai sifatnya dan keberanian menjadi tabiatnya. Selain itu, mereka
juga mempunyai prinsip kebebasan yang besar dan sangat setia dengan
kabilahnya. Dengan keadaan geografi ekstrim dan tandus, tidak cukup
mendukung Kaum Badui untuk menciptakan peradaban yang stabil.
Karenanya orang-orang Badui biasa dikenal musuhnya sebagai kaum yang
keras dan kejam.
Selain dari pandangan negatif yang sering dialamatkan kepada
kaum Badui, penduduk gurun pasir mempunyai beberapa keistimewaan,
pertama, tentang kemurnian nasabnya. Hal ini dikarenakan tidak adanya
orang asing yang masuk ke daerah tandus itu, maka keturunan mereka
sangat terjaga dengan baik. Kedua, Bahasa Arab yang mereka miliki masih
murni, tidak tercampur dengan bahasa-bahasa orang asing. Ketiga, kaum
Badui lebih condong kepada memelihara dan menjaga kepentingan dan
kemurnian kabilahnya. Keempat, penduduk gurun pasir mempunyai sisi
pergaulan sosial yang baik. Menurut Ibn Khaldun, orang Badui lebih
mudah menjadi baik daripada penduduk negeri (menetap), Kelima, orang-
orang Badui dikenal mempunyai sikap ramah-tamah (diyāfah), ketabahan
(hamāsah), kewibawaan laki-laki (murū’ah) yang dipandang sebagai nilai
kekabilahan yang tinggi. Keenam, mereka juga dikenal setia kepada
kawan, mampu menepati janji, dan mempunyai tabiat yang jujur dan
lugas. Menurut orang-orang Badui perbuatan dusta adalah perbuatan yang
hina bagi mereka. Ketujuh, mereka mempunyai nurani kolektif yang kuat.
Artinya, masyarakat primitif seperti kaum Badui mempunyai tipe
solidaritas mekanik yang biasanya mempunyai nurani kolektif kuat karena
kehidupan mereka bersifat generalis di mana mereka mempunyai beban
dan tanggungjawab yang mirip dan dilakukan secara bersama.
Kehidupan Kaum Badui dipenuhi dengan tantangan, keprihatinan,
dan jauh dari kemewahan. Hal ini membuat mereka lebih dapat
8
mengontrol nafsu syahwatnya terhadap dunia. Selain itu, mereka juga
penduduk yang tidak bisa menyia-nyiakan tamunya, karena mereka masih
berpegang teguh pada rasa kehormatan sosial yang tinggi.
2. Penduduk Negeri
Penduduk negeri mempunyai ciri yang berbeda dengan penduduk
gurun pasir. Penduduk negeri adalah mereka yang tinggal di daerah subur,
yaitu di Jazirah Arab pinggiran atau di beberapa bagian selatan. Daerah-
daerah ini terdapat di beberapa kota, yaitu Bahrain, Oman, Mahrah,
Hadramaut, Yaman, dan Hijaz. Penduduk negeri sudah berkehidupan
secara menetap dan membentuk kota-kota. Mereka juga sudah membentuk
satu institusi kerajaan dan membuat kebudayaan. Ikatan ashabiyah mereka
tidak terlalu kuat karena tidak sepenuhnya didasari atas asas kekeluargaan.
Penduduk negeri sering melakukan interaksi sosial, politik,
ekonomi, dan budaya dengan bangsa luar untuk memperluas jaringan dan
kerja sama bilateral. Jaringan dan kerja sama yang telah dibangun,
berakibat pada ramainya pelabuhan-pelabuhan yang mereka miliki sebagai
kota rujukan persinggahan dan jual-beli para pedagang dari luar. Akibat
daripada itu, kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya penduduk
negeri lebih stabil dan makmur. Kehidupan yang stabil dan mapan,
membuat mereka sering terjerumus ke dalam nafsu syahwat keduniawian.
Karena kehidupannya yang stabil dan banyak kenikmatan, mereka mudah
dikotori oleh kejahatan dan perbuatan tercela. Akibatnya penduduk negeri
banyak yang kehilangan kontrol diri terhadap hawa nafsu mereka. Selain
itu, keadaan geografi yangm emberikan mereka banyak kemudahan,
membuat penduduk negeri tidak terbiasa hidup keras dalam mendapatkan
dan menikmati kehidupan. Akibatnya, penduduk negeri menjadi kaum
yang tidak lebih berani dari kaum Badui.
Kerja sama penduduk negeri dengan orang luar ternyata telah
memberikan dampak budaya bagi masyarakatnya. Interaksi sosial yang
telah terjadi, membuat adanya percampuran budaya bersifat akulturatif
ataupun asimilatif. Percampuran budaya ini berakibat pada perubahan
bahasa, budaya, perilaku sosial, dan keturunan penduduk negeri. Semua
9
hal itu sudah tidak murni lagi, akibat percampuran budaya dan perkawinan
yang terjadi. Dibalik keadaan itu semua, penduduk negeri adalah golongan
masyarakat yang telah melewati taraf nomaden menuju tahap
pengembangan peradaban yang lebih maju. Sistem sosial dalam kehidupan
mereka pun sudah teratur dengan bentuk struktural organik, di mana
pembagian kerja atau spesialisasi sudah terjadi yang mencakup individu,
kelompok, struktur, atau lembaga.
Akibat sari pembagian kerja ini, membuat masyarakat dengan tipe
solidaritas organik mempunyai nurani kolektif yang jauh berkurang
dibandingkan masyarakat dengan solidaritas mekanik. Namun masyarakat
organik masih mempunyai nurani kolektif meskipun dalam bentuk lebih
lemah, karena adanya perbedaan-perbedaan individu atau kelompok yang
banyak.
10
kehormatan saudara sedarahnya. Karenanya perselisihan perorangan
anggota kabilah dengan kabilah lain, (Hadi, 2016)
1. Preventif
Preventif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan guna mencegah terjadinya
penyimpangan dalam hubungan kerja yang diulangi lagi. Cara
preventif merupakan upaya pencegahan masalah saat berlangsungnya
atau sebelum terjadinya masalah. Hal ini dapat dikembangkan melalui
rasa toleransi, tepo seliro (tenggang rasa), saling bantu dan berbagai
macam hal positif lain yang membangun rasa kepercayaan dan
kesatuan.
Penyelesaian masalah yang muncul karena keberagaman
secara PREVENTIF dilaksanakan dengan cara mencegah terjadinya
tindakan yang merugikan. Salah satu contohnya adalah dengan
mengembangkan kerjasama antar golongan, menggiatkan perilaku
toleransi dan lain sebagainya. Adapun tujuan dari penyelesaian
masalah preventif adalah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan dan bertindak sesuai dengan ketentuan
yang ada.
2. Represif
Represif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadi
penyimpangan sosial yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan
sosial yang terganggu karena adanya penyimpangan sosial dengan cara
menjatuhkan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang telah
dilakukan. Ini adalah cara yang kedua dalam menghadapi konflik
antara budaya. Cara ini dilakukan setalah masalah terjadi. Tujuan dari
penyelesaian masalah ini adalah untuk memulihkan keadaan seperti
11
sebelum terjadinya masalah. Hal yang dilakukan seperti pembubaran
paksa dan penangkapan.
Penyelesaian masalah dengan cara REPRESIF adalah dengan
mengatasi atau menanggulangi masalah yang SUDAH muncul dengan
cara menangkap pelaku intoleran misalnya, membubarkan paksa
kelompok fanatisme dan lain sebagainya.
3. Kuratif
Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin. Dalam hal lain, kuratif disebut juga sebagai cara untuk
menanggulai masalah. Cara ketiga ini merupakan tindak lanjut dalam
masalah yang sedang berlangsung. Hal ini bertujuan untuk
menanggulangi dan mengatasi dampak yang disebabkan oleh masalah
tersebut. Contoh, mentoring korban kerusuhan, perdamaian dengan
akta integritas, arbitrasi dan lain-lain.
Adapun tindaka KURATIF adalah tindakan lanjutan dalam proses
penanggulangan masalah yang sudah muncul. Sebagai contoh
memberikan bantuan terapi kepada korban kerusuhan agama,
memberikan pendampingan selama menjalani pemeriksaan dan lain
sebagainya.(Pintar, n.d.)
Jadi, selain cara-cara yang telah disebutkan di atas, masyarakat juga perlu
mengembangkan sikap tepo seliro (tenggang rasa), saling menghormati, serta
saling menghargai antar masyarakat beda budaya. Ingat, rasa bangga terhadap
kelompok itu adalah hal yang wajar, selama tidak menimbulkan fanatisme yang
berlebihan dan akhirnya memandang rendah kelompok lainnya.
12
Saling menghargai kebudayaan satu dengan kebudayaan lain
Janganlah menomer satukan kebudayaan daerah sendiri
Cobalah untuk mempelajari kebudayaan lain
Janganlah mencela perbedaan antar kebudayaan
Menghargai pendapat antar warga masyarakat
Tidak melakukan deskrimininasi terhadap tetangga yang berbeda agama,
ras, suku, dan budaya
Tidak mementingkan kepentingan pribadi, utamakan kepentingan bersama
Tumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama
Hidup slaing berdampingan dan tolong menolong tanpa membeda-
bedakan status perbedaan
Tidak memaksakan kehendak sesorang (Purwoko, 2018)
13
BAB III
Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
15