Dosen pengampu :
Disusun oleh:
1. Siti Umi Hanik ( NIM : 201920109107 )
2. Siti Umaroh ( NIM : 201920109106 )
3. Tsania Luthfiatur ( NIM : 201920109108 )
4. Tsaniya Ladunna IRM ( NIM : 201920109109 )
Segala puji bagi Allah SWT, dzat yang menegakkan langit, membentangkan bumi,
dan mengurusi seluruh makhluk.Dzat yang mengutus Rasulullah SAW, sebagai pembawa
petunjuk dan menjelaskan syari’at agama kepada setiap mukallaf secara jelas dan terang.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk. Beliau dimuliakan dengan Al-
Qur’an yang merupakan mukjizat serta sunnah yang menjadi pembimbing bagi umat
manusia. Rahmat dan keselamatan Allah semoga selalu dilimpahkan kepada seluruh nabi dan
rasul, kepada keluarga, dan para shalihin.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Luqman Hakim M.Pd, selaku
dosen mata kuliah Arudh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang saya tekuni. Pemakalah juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membagi sebagian pengetahuannya
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini.
Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah
ini, tentu masih banyak kekurangan. Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekhilafan, maka dengan hal itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga ke depan dapat menjadi koreksi
untuk kemajuan dan lebih baik demi perbaikan dan peningkatan penyusunan makalah dimasa
yang akan datang.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Bahar Mutaqarib...................................................................................3
B. Bahar Mutadarik...................................................................................6
BAB III...............................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................10
A. KESIMPULAN...................................................................................10
1. Bahar Mutaqorib..............................................................................10
2. Bahar Mutadarik..............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Arudh dan Qawafi merupakan dua ilmu kuno sastra Arab yang, saat ini kurang
diminati oleh kalangan pelajar, karena dipandang terlalu terikat dengan aturan yang baku dan
mengekang pengungkapan ekspresi dan emosi. Berbeda dengan syair modern yang banyak
diminati oleh kalangan pelajar, karena sama sekali tidak terikat dengan aturan syair
kuno,meskipun sebagian dari penyair modern masih menggunakan taf’ilah dan aturan
Qawafi.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kedua ilmu kuno ini telah menjadi
mutiara dalam sejarah peradaban Arab. Seharusnya kita sebagai pelajar sastra Arab perlu
memperhatikan keduailmu ini. Dari kedua ilmu ini pula, telah lahir dihadapan kita beberapa
qasidah yang populer seperti Burdah karya imam Al-Bushiri dan yang berupa nadzam seperti
Imrithi dan Alfiyah Ibnu Aqil.
Ilmu Arudh adalah salah satu cabang keilmuan bahasa yang membahas tentang
rumus-rumus syair. Rumus syair ini menjadi patokan dalam menyusun syair maupun
menganalisa syair. Syair dikatakan benar atau sahih apabila syair itu mengikuti aturan yang
ditetapkan dalam kaidah ilmu Arudh. Dan apabila tidak mengikuti aturan, maka syair itu
tergolong fasid (rusak). Dalam suatu bahar pasti terdapat wazan syair, wazan syair inilah
yang menjadi patokan untuk mengikuti irama dari syair kuno. Dalam bahar juga terdapat
zihaf dan ilah tertentu. Dalam ilmu Arudh terdapat pula variasi-variasi yang dapat dijadikan
opsi untuk membuat syair, variasi-variasi dalam potongan syair ini adalah zihaf dan ilah.
Zihaf dan ilah menjadikan potongan-potongan syair mejadi berubah dan tidak menyalahi
gramatika. Zihaf dan ilah ada banyak macamnya akan tetapi tidak semua zihaf dan ilah itu
dapat memasuki suatu bahar.
Dari segi rumus, syair tidak hanya dilihat dari ilmu Arudh saja, akan tetapi ujung
syair juga mempengaruhi aturan penyusunan syair. Cabang keilmuan yang membahas tentang
ujung syair ini disebut ilmu Qawafi. Dalam ilmu Qawafi terdapat peraturan-peraturan yang
kompleks mengenai bentuk qafiyah dan jenis qafiyah.
1
Syair al-i’tirof karya Abu Nawas ini, sudah dikenal di kalangan umat Islam
Indonesia. Beberapa banyak peneliti telah membahas tentang keindahan dari segi makna,
gaya bahasa dan keindahan yang terdapat dalam syair ini. Penelitian ini ingin menelaah syair
al-i’tirof ini dengan pandangan yang berbeda, dengan menggunakan ilmu Arudh dan Qawafi,
dilihat dari segi tatanan rumus syairnya
A. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Ketentuan dari bahar mutaqorib dan mutadarik ?
2. Bagaimana contoh dari bahar mutaqorib ?
3. Bagaimana contoh dari bahar mutadarik ?
B. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui lebih dalam kaidah-kaidah dari bahar mutaqorib dan bahar
mutadarik
2. Untuk mengetahui tata cara membuat syiir dengan bahar mutaqorib dan
mutadarik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahar Mutaqarib
Bahar Mutaqârib dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu
1
Dr.Muhammad bin Hasan bin Utsman, (2004). Mursyidul Wafi fii ‘Arudh Wal Qowafi, , Darul kutub ‘ilmiyah,
Lebanon, hal. 119.
3
b. Dharab maqshûr فعول menjadiقصر فعولن
4
Bahar Mutaqârib dengan bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh,
Contoh-contoh :
1. Bahar Mutaqarib bait majzu’; ‘arudh mahdzufah, dharab mahdzuf فعل -فعل
2. Bahar Mutaqârib bait majzû, ‘arûdh mahdzûfah dan dharab abtar فعل- فع
ض يَأْتِْي َكا
َ فَ َما يُ ْق# س ِ
ْ َّف َوالَ َتْبتَئ
ْ َت َعف
1) Hadzf Fa’ulun (َفعُ ْولُ ْن حذفmenjadi َفعُ ْل/َفعُ ْو ) pada ‘arudh bait tam. Contoh :
ب
ْ ت األ ََد َ أَتَ ْد ِر ْي علَى َم ْن أ#
َ َْسا ِ يِت أَيَ َ ِ يِل
ْ احاس ًدا ْ َعلَى ن ْع َم
“ Wahai salah seorang yang dengki terhadap nikmatku, tahukan kamu kesopanan
orang yang engkau jahati? ”
ِ يِت ِ ِ
ب َ أ/ َعلَاْل َم ْن/ أَتَ ْد ِر ْي#
ْ أ ََد/ َساْتَ ْل ْ َم/ َعلَاْل ن ْع/ س َدنْل ْي/ْاحا
َ َأَي
5
//o// o/o// o/o// o/o// # o// o/o// o/o// o/o
َفعُ ْل/ َفعُ ْولُ ْن/ َفعُ ْولُ ْن/ َفعُ ْولُ ْن# َفعُ ْل/ َفعُ ْولُ ْن/ َفعُ ْولُ ْن/َفعُ ْولُ ْن
2) Qabdh Fa’ulun ( فعُ ْولُ ْن قبضmenjadi ) َفعُ ْو ُل. Zihaf ini dapat terjadi pada semua
taf’ilah atau sebagiannya. Contoh :
B. Bahar Mutadarik
فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن# ث َتْنتَ ِق ُل
ِ حر َكات املح َد
ْ ُ ُ ََ
2
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195307271980111-
MAMAT_ZAENUDDIN/Ilmu_%27Arudh.pdf diakses pada tanggal 24 Juli 2021 Jam 19.39 pm
6
فاَ ِعلُ ْن/ فاَ ِعلُ ْن/فاَ ِعلُ ْن # فاَ ِعلُ ْن/ فاَ ِعلُ ْن/فاَ ِعلُ ْن
Bahar Mutadârik dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu ‘arûdh
shahîhah ( ) فاعلنDharabnya pun hanya satu macam, yaitu dharab shahîh, sama
dengan taf’ilah ‘arûdh-nya () فاعلن
Contoh :
Bahar Mutadârik dengan bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu
Contoh-contoh :
7
4. Bahar Mutadârik; bait majzû, ‘arûdh shahîhah, dharab makhbûn muraffal
َر ُجلُ ْو/ َر ُجلُ ْن/ْ َق َف َها/ َفَتلَ ْق# بِ َ جِل يِت/ت
ْ طُِر َح/ُكَرتُ ْن
ْ َ /ْص َوا
o/// o/// o/// o/// # o/// o/// o/// o///
فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن# فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/فَعِلُ ْن
ِ ِ
2. Tasy’its fa’ilun ( لن
ْ فاع ُ ت ْشعِْيmenjadi ( فَاْلُ ْن ف ْعلُ ْن
ث pada hasywu, ‘arudh dan
dharab.
: Contoh
ِ ِ الس ِ
ُاعة َم ْوع ُده
َ َّ أَقيَ ُام# ُب مَىَت َغ َده
ُّ الص
َّ يَا لَْي ُل
3. Mengumpulkan taf’ilah-taf’ilah ( فَعِلُ ْنdan فِ ْعلُ ْن ) pada satu bait.
Contoh :
3
Dr.Muhammad bin Hasan bin Utsman, (2004). Mursyidul Wafi fii ‘Arudh Wal Qowafi, , Darul kutub ‘ilmiyah,
Lebanon, hal. 128.
8
ِ ِ ِ َّأَمل يِف نَ ْش ِئ وث
ُ ل ْل َم ْجد تَ َس َامى ُس ْؤ َد َده# اب َ ْ ٌَ
“ Cita-cita pada waktu kecil adalah meraih kehormatan bermegah-megahan
kekuasaan”
4
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195307271980111-
MAMAT_ZAENUDDIN/Ilmu_%27Arudh.pdf diakses pada tanggal 24 Juli 2021 Jam 19.02 pm
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bahar Mutaqorib
10
h. Dharab abtar فعولن حذف وقطع menjadi فع
2. Bahar Mutadarik
فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن/ فَعِلُ ْن# ث َتْنتَ ِق ُل
ِ حر َكات املح َد
ْ ُ ُ ََ
فاَ ِعلُ ْن/ فاَ ِعلُ ْن/فاَ ِعلُ ْن # فاَ ِعلُ ْن/ فاَ ِعلُ ْن/فاَ ِعلُ ْن
11
Bahar Mutadârik dengan bait tâm mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu
‘arûdh shahîhah ( ) فاعلنDharabnya pun hanya satu macam, yaitu dharab shahîh,
sama dengan taf’ilah ‘arûdh-nya () فاعلن
Bahar Mutadârik dengan bait majzû mempunyai satu macam ‘arûdh, yaitu
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Muhammad bin Hasan bin Utsman, (2004). Mursyidul Wafi fii ‘Arudh Wal Qowafi, Darul
kutub ‘ilmiyah, Lebanon.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195307271980111-
MAMAT_ZAENUDDIN/Ilmu_%27Arudh.pdf
14