Anda di halaman 1dari 9

RESUME KAWAKIB AD-DURRIYAH

WAKAF
Dosen Pengampuh : Nangguru Ustazd Rusman Syam. S.Pd, M.H

Disusun oleh kelompok :


 Muh. Ihsan Mahmud
 Irfan Ibrahim
 Muh. Fauzi
 Moh. Alif Azimi

MA’HAD ALY AL-LATIFIYAH

FAKULTAS FIQH DAN USHUL FIQH


TAHUN AJARAN 2022/2023
A. TA’RIF WAKAF
Ta’rif waqof menurut kitab Kawakib Ad-Durrriyah adalah
menghentikan perkataan di akhir kata. Dan didalam Kitab ini juga
menjelaskan tentang beberapa pembagian Waqaf yang berbeda beda1.
Kategori penggunaan Wakaf ketika sukun huruf akhirnya terbagi
menjadi dua bagian, sebagai berikut:
 Shohih seperti contoh : ‫ و من‬,‫ و عن‬,‫ و لم يكتب‬,‫ اكتب‬dengan
menggunakan sukun yang shohih akhirnya
 Mu’tal seperti contoh : ,‫ وعلي‬,‫ و الفتى‬,‫ و يخشى‬,‫ و يدعو‬,‫ يمشى‬dengan
menggunakan sukun yang mu’tal akhirnya

Sedangkan kategori Wakaf dari segi berharakat adalah sebagai contoh

Berikut : ‫ وليت‬,‫و أين‬,‫ و الكتاب‬,‫ و كتب‬,‫ يكتب‬, di Wakafkan dengan cara


dijatuhkan huruf yang berharakat di akhir kata tersebut.2

B. KAEDAH WAKAF
Berikut beberapa kaedah Wakaf serta beberapa penjelasannya :
1. Jika isim yang bertanwin yang dirafa’ atau yang di jar di wakaf
kan, maka cara Wakaf untuk kalimat yang seperti ini dengan
dibuang harakatnya serta tanwinnya tanpa adanya mengganti
harakat dan tanwinya contoh : ‫ ومررت بزيد‬,‫ جاء زيد‬dengan
disukun huruf dal nya menurut Lugat Fusha.sedangkan ini
paling Arjahnya bahasa, akan tetapi menurut Lugot azad
mereka mengganti tempatnya dommah dengan menggunakan

1
Mutammimah Al-Jurumiyah Hal 260
2
Jami Ad-Durrus Hal 85
huruf waw dan juga mengganti tempat kasroh dengan
menggunakan huruf ya, contoh : 3 ‫ مررت بزيدى‬,‫جاء زيد و‬. Ketika
isim yang bertanwin itu berupa nasab, maka di Wakaf kan
dengan cara mengganti tanwin dengan huruf alif, contoh : ‫رأيت‬
‫زيدا‬.
2. Dan juga serupa dengan permasalahan diatas adalah ‫إذا‬, akan
tetapi jikalau lafaz ‫ إذا‬tersebut ditulis dengan alif beserta dengan
tanwin, maka tanwinya dibuang, kemudian di Wakaf kan
dengan menggunakan huruf alif, dan jikalau yang ditulis adalah
lafazd ‫ إذن‬dengan menggunakan Nun, maka Nun nya diganti
menjadi huruf Alif kemudia di Wakafkan dengan Huruf Alif
pula. Sebagian dari para ulama memilih pendapat yang
mewakafkan hal tersebut menggunakan Nun yang mutlak,hal
ini berbeda pendapat dengan Ahli Qiraat sab’ah.
3. Jikalau di Wakafkan dengan Nun taukid sakinah (khofifah),
maka diganti menggunakan huruf Alif serta di Wakafkan
dengan Alif pula, sama saja jikalau ditulis dengan
menggunakan Alif yang disertakan dengan tanwin seperti
contoh : ‫لنسفعا با لناصية‬, ataukah ditulis menggunakan Nun,
seperti contoh : ‫اجتهدن‬, maka keduanya di Wakafkan dengan
menggunakan Alif.
4. Ha dhamir mufrad muzakkar yang bersambung pada kandungan
kalam, dengan huruf panjang yang sejenisnya contohnya : ,‫رأيته‬
‫و سرت به‬, kecuali jikalau Ha tersebut bersambung dengan huruf
yang sukun setelahnyan contoh : ‫ و سررت بهي‬,‫رأيتهو‬, ketika ingin

3
Mutammimah Hal 260
di Wakafkan, maka harus membuang huruf yang bersambung
dengan Ha ]‫ أو الياء‬,‫[الواو‬, maka contoh ketika huruf bersambung
dibuang adalah seperti berikut : ‫ و مررت ب ْه‬,ْ‫رأيته‬, akan tetapi
dikecualikan lagi ketika darurat syi’ir, maka boleh di Wakafkan
dengan menggunakan harakat pada dhamir tersebut contoh : ‫كأن‬
‫لون أرضه سمائه‬, dan apabila hal tersebut berada pada kalimat
Prosa4, maka wajib untuk disukun Ha dhamirnya. Adapun Ha
]‫ [ها‬muannas maka di Wakafkan dengan Alif contoh : ‫رأيتها‬.
5. Jikalau isim manqus yang dinasab di Wakafkan, maka
ditetapkan Ya nya, sama halnya bertanwin ataupun tidak
contohnya : ‫ طلبت المعالي‬,‫سمعنا معاديا‬, akan tetapi didalam Kitab
Mutammimah dijelaskan bahwa, jikalau dinasabkan dengan
tanwin maka boleh mennganti tanwin dengan huruf Alif dan
jikalau yang dinasab tidak bertanwin, maka ditetapkan huruf Ya
nya, dan juga ditetapkan huruf Ya, meskipun ada yang
menjatuhkan tanwin seperti yang diikutkan dengan Alif Lam
seperti: ‫رأيت مراكب في البحر جواري‬, akan tetapi, ada perkataan
yang lain merasa bahwa ketika Ya nya dibuang maka akan lebih
Arjah dibandingkan dengan tetap adanya Ya.
6. Isim maqsur yang di Wakafkan jikalau tidak bertanwin, maka
diwakafkan sebagaimana jadinya isim maksur : ‫جاء الفتى‬, dan
jikalau isim maksur tersebut bertanwin, maka diwakafkan
dengan jatuh tanwinnya dan dikembalikan alifnya pada lafaz,
contoh : ‫ و مررت‬,‫جاء فتى‬, diwakafkan dengan tanpa
menggunakan tanwin.

4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata prosa adalah karangan bebas (tidak terikat
oleh kaidah yang terdapat dalam puisi).
7. Jika Ta ta’nis ingin di Wakafkan, maka diganti dengan Ha yang
sukun contoh : ‫ و فاطم ْه‬,ْ‫ و قائمه‬,‫ و شجر ْه‬,ْ‫ و طلحه‬,‫حمز ْه‬, ini menurut
lughat fushha yang beredar diperbincangan mereka. Dan jikalau
ta marbut ini bersambung maka ta marbut itu dikembalikan dan
, bukan lagi menjadi ha sukun, contoh : ‫هذا حمزة مقبال‬. Sebagian
orang arab ada yang memberlakukan hukum wakaf pada tempat
washal, mereka mewakafkan ta sakinah seperti ta mabsut,
ْ
contoh : ‫فاطمت‬ ْ
‫ و جاءت‬,‫شجرت‬ ْ
‫ و هذه‬,‫طلعت‬ ‫ذهب‬. Dan perkataan
mereka telah didengar, mereka berkata “‫”ياأهل سورة البقرت؟‬,
kemudian orang yang mendengarnya menjawab “ ‫وهللا ما أحفظ منها‬
ْ
‫”أيت‬.
8. Ta ta’nis sukun yang bersambung dengan fi’il madi bila ingin
diwakafkan, maka wakaf dengan ta yang sukun. Dan jika ta
ta’nis tersebut berharakat seperti : ‫ و لعلت‬,‫ و ثمت‬,‫ربمت‬, maka
diwakafkan dengan ta sukun saja, jikalau ta tersebut
bersambung dengan isim yang sebelumnya huruf sahih yang
sukun seperti :‫ و بنت‬,‫أخت‬, maka di wakafkan dengan ta sukun
pula, dan jikalau sebelumnya adalah huruf alif (pada jama’
muannas salim dan yang mulhak dengannya), boleh hukumnya
dengan ta atau ha yang keduanya sukun, contoh dengan ta :
‫جاءت الفاطمات‬, contoh dengan ha adalah : ‫جاءت الفاطماه‬, akan tetapi
diwakafkan dengan ta lebuh utama5.

5
Jami’ Ad-Durrus
C. HUKUM WAKAF DENGAN YANG BERHARAKAT
Yang berharakat bisa diwakafkan dengan 5 macam sebagai berikut :
1. Wakaf dengan sukun, wakaf dengan sukun adalah tanda wakaf
yang asli.
2. Wakaf dengan raum, artinya seseorang mendatangkan dengan
suara yang lemah dengan harakatnya dan dia tidak
menyempurnakannya, baik harakatnya itu dhammah , fathah ,
ataupun kasroh.
3. Wakaf dengan isymam, itupun diboleh kan dengan isymam
ketika harakatnya berupa dommah, yang dimaksud isymam
disini ialah isyarat dua bibir dengan dommah, setelah
diwakafkan dengan dhammah secara bersentuhan, dan tanpa
teriakan , dengan gambaran engkau mengumpulkan ke2
bibirmu setelah kamu mensukun huruf tersebut .
4. Wakaf dengan melemahkan huruf yang diwakafkan, maka
adalah huruf tersebut huruf yang berat, contohnya : ‫وقرأت‬,‫هذا خالد‬
‫ المصحف‬kecuali adanya pada akhir kaalimatnya terdapat
hamzah, atau huruf illat ,atau terdapat sukun sebelum akhirnya.
Maka tidak boleh diwakafkan dengan melemahkannya
5. Wakaf dengan memindahkan harakatnya ke huruf yang
sebelumnya, contohnya ‫ يجدر بك الصبُر‬maka dibaca ‫ الص ِبر‬,
disyaratkan pada wakaf ini, adanya huruf sebelum akhir kalimat
itu berupa sukun dan tidak adanya harakat yang dipindah itu
berupa fatha, maka tidak boleh memindah dengan wakaf ini
pada contoh ‫ جعفر‬karna huruf sebelum akhir kata tersebut
berharakat dan tidak boleh juga wakaf ini, ketika harakat huruf
akhirnya berupa fatha contohnya : ‫تعود الصبْر‬
ّ akan tetapi ulama
akhsyafah dan ulama kufha membolehkan wakaf dengan
memindah, ketika akhirnya berupa harakat fatha. mereka
berkata : ‫تعود الصب ْر‬
ّ .dan dari wakaf dengan memindah ini
engkau katakan pada lafazd , ُ‫ وأعل ْمهُ ولم يعل ْمه‬, ‫ أكت ُ ْبهُ ولم يكتُبْه‬dengan
‫ ولم يعل ُم ْه‬, ‫ وأعل ُمه‬, ‫ ولم يكتبُ ْه‬, ‫أكتبُ ْه‬

D. WAKAF DENGAN HA SUKUN

Pada asalnya setiap kalimat yang berharakat di wakafkan atas sukun


sebagaimana yang diketahui, akan tetapi boleh mewakafkan sebagian
kalimat yang berharakat dengan ha’ sukun,dan di namai pula dengan
ha’ sukut.
1. Jika diwakafkan atas fi’il mudari yang mu’tal akhirnya yang
tidak bersambung dengan akhirnya sesuatu yang lain, maka
diwakafkan akhirnya dengan ditetapkan dengan sukun pada
keadaan rofa’dan nasab, dan jika dijazm ada 2 kemungkinan
didalamnya, yaitu boleh di jazm semestinya contoh : ‫ و لم‬,‫تمش‬
ْ ‫لم‬
‫تخش‬
ْ ‫ و لم‬,‫تدع‬, dan boleh di wakafkan dengan ha saktah agar
supaya mempermudah dan dengan metode ini lebih baik dari
yang pertama tadi, contoh : ‫ و لم تخش ْه‬,ْ‫ و لم تدعه‬,ْ‫لم تمشه‬, begitu juga
fi’il mudari’ mu’tal akhirnya yang dimabni atas dijatuhkan
akhirnya, sebagaimana contoh : ‫اخش‬
ْ ‫ و‬,‫ و ادع‬,‫امش‬,
ْ maka dalam
contoh ini boleh diwakafkan dengan menggunakan ha saktah
contoh : ‫ و اخش ْه‬,‫ و ادعه‬,ْ‫امشه‬, akan tetapi dikecualikan atas fi’il
amar yang hurufnya hanya tersisa 1 satu contoh : ‫ و ق‬,‫ و ع‬,‫ف‬,
maka pada saat itu juga wajib diwakaf dengan menggunakan ha
saktah contoh : ‫ و ق ْه‬,‫ و عه‬,‫فه‬.
2. Jikalau Ma istifham bertempat pada tempat yang di jar, maka
wajib dijatuhkan alifnya, contoh : ‫ حتام تسكت؟ االم تميل‬: ‫على م عولت‬,
jikalau dijar dengan kedudukan menjadi idhafah, maka wajib
diwakaf dengan ha sakta, contoh :‫مجيء مهْ؟ و ثمر م ْه‬, dan jika di
jar dengan huruf jar, maka yang paling bagusnya adalah di
wakafkan dengan ha sakta, contoh : ‫ وحتم ْه‬,ْ‫ و فيمه‬,‫عمه‬, dan boleh
juga diwakafkan dengan mim sukun, contoh : ‫ حتا ْم‬,‫ عال ْم‬,‫ في ْم‬,‫ع ْم؟‬.
3. Jikalau hrurf mabni yang berharakat diwakafkan, maka
diwakafkan dengan menggunakan ha sukun contoh : ‫رب ْه‬, begitu
juga dengan nun taukid yang bertasydid, karena bisa
menggunakan sukun bisa juga menggunakan ha sakta, dan
menggunakan ha sakta itu lebih baik, dan begitu juga beberapa
nun yang ikut kepada muannnas, jama’ muzakkarsalim dan fi’il
lima, sebagaimana diwakafkan dengan menggunakan sukun,
maka begitu pula diwakafkan dengan meggunakan ha sukta.
4. Isim mabni, apabila isim tersebut di mabni berupa yang datang
karena sebab yang hilang dikarenakan hilangnya, seperti : ‫قبل‬
‫و بعد‬, atau isim nya LA yang menafikan jenis, maka tidak boleh
diwakafkan dengan ha’ sukun, dan apabila isim mabni tersebut
di mabni karna tetap baginya mabni seperti : isim dhamir, isim
isyarah, isim istifham, dll. Maka boleh dimabni dengan sukun
dan boleh juga di mabni dengan ha’ sukun. Adapun dhamir ‫أنا‬
yang wahid mutakallim, sebagian ulama mengatakan bahwa alif
yang ada pada dhamir ‫ أنا‬yang terakhir itu berupa tambahan
dengan alasan mereka yang mengatakan bahwa alif yang
terakhir pada lafadz ‫ أنا‬berupa untuk menjelaskan harakat nun
tersebut ketika wakaf, maka boleh di wakafkan dengan tetapnya
alif tersebut, dan boleh juga menjatuhkannya dan di ganti
dengan ha’ sukun contohnya : ‫ أن ْه‬. dan ulama ulama yang
mengatakan bahwa alifnya itu asli maka di wakafkan dengan
alif tersebut.

Anda mungkin juga menyukai