Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FI’IL MU’TAL DAN FI’IL SHOHIH

Untuk Memenuhi TugasMata Kuliah Metode


Bahasa Arab

Dosen Pengampu
Zainuddin M.Pd

DISUSUN OLEH

Akhmad Shofwan Annas (2021122580)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

DARUL ULUM KANDANGAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 2022 M/1443

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Arab memegang peranan penting dalam peradaban dan
perkembangan Islam karena merupakan bahasa Al-Qur’an dan mengingat
banyaknya ilmuwan Islam yang menulis karyanya dengan bahasa Arab. Hal
tersebut secara tidak langsung menuntut kita untuk mempelajari dan mendalami
bahasa Arab, ditambah lagi dengan sangat berkembangnya bahasa Arab saat ini
yang menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa Internasional. Bahkan
sudah banyak sekolah-sekolah yang menjadikan bahasa Arab sebagai pelajaran
wajib dalam kurikulumnya.
Dalam bahasa Arab, tidak bisa dielakkan lagi bahwa qawaid memegang
peranan sangat penting didalamnya. Terutama nahu dan sharaf. Karena qawaid
menentukan bagaimana cara kita memahami bahasa tersebut dan membuat orang
lain paham dengan apa yang kita ucapkan.

1
FI’IL MU’TAL DAN FI’IL SHOHIH

A. Pengertian Fi’il Mu’tal

‫االص ول يشء من حر وف العلة‬

“Fi’il mu’tal adalah fiil yang huruf aslinya termasuk huruf ilat.”
Kata kerja yang salah satu huruf aslinya berupa huruf illah ( ،‫ ي‬،‫ و‬atau ‫)ا‬,
contoh:
1. ‫ وع َذ‬yaitu fa’ fi’ilnya berupa huruf illah ialah‫و‬
2. ً‫ سً ًَي‬yaitu lam fi’ilnya berupa huruf illah ialah‫ي‬
3. ‫ اع‬yaitu 'ain fi'ilnya berupa huruf illah ialah ‫ا‬

B. Pembagian Fi’il Mu’tal


Fi’il mu’tal terbagi menjadi1 :
1. Mitsal

ً‫ىوما كانت فا ؤه حرف علج‬

Yaitu fi’il yang fa fi’ilnya adalah huruf ilat.


Contoh : ‫وعذ‬, ً‫وسث‬
Hukum Mitsal :
a. Fi’il Madhi
Hukum fi’il madhi yang mitsal sama dengan hukum fi’il salim.
b. Fi’il Mudhari’ dan Amar
1) Hukum fi’il mitsal ya seperti fi’il salim.
2) Hukum fi’il mitsal waw adalah wajib menghazafkan waw dengan
dua syarat:
a) Madhinya itu tsulasi mujarrad
b) ‘Ain fi’il pada mudhari’nya kasrah.

1
Akroni Fahmi, Ilmu Nahwu dan Aharaf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.
9.

2
3

Contoh : ‫وثقًًَثًق‬,ً‫وعذًًَعذ‬

2. Ajwaf

‫ىو ما كانت عينو حرف علة‬

Fi’il yang ‘ain fi’ilnya adalah huruf ilat


Contoh : ًَ‫ ًكا‬, ً‫تاع‬
Hukum ajwaf :
a. Wajib menghazafkan ‘ain fi’ilnya fi’il madhinya dimasuki oleh dhamir
rafa’ yang berharkat karena bertemu dua yang sakin.
ً ‫ فًَ ًًَع‬bila dimasuki
b. Wajib kasrah fa fi’ilnya jika sewazan dengan ‫ًَم‬
oleh
dhamir rafa’ yang berharkat. Contohnya : ً‫خًفًت‬, ً‫هث ت‬
c. Wajib dhammah fa fi’ilnya yang huruf waw jika sewazan dengan‫ًَم‬
ًَ‫فًَ ًع‬, contoh : ‫صت‬, ً‫طثت‬
d. Wajib mengkasrahkan fa fi’ilnya yang huruf ya jika sewazan
dengan ‫ف ًَعًم‬, contoh : ‫تعًت‬, ‫طثت‬
e. Wajib mendhammahkan fa fi’ilnya jika sewazan dengan ‫ف ًعًَم‬,
contoh
: ً‫طهت‬
f. Wajib menukar huruf ilat dari fi’il jika sewazan dengan ‫افعمً و‬
ً‫ افتعم‬menjadi alif karena harkatnya dan fathah huruf sebelumnya.
Contoh : ً‫اًَقادًًًََقاد‬,ًً‫اخًتاًسًًًَخًتاًس‬
g. Wajib memindahkan harkat huruf ilat ke huruf sebelumnya pada fi’il
mudhari’ tsulasi seperti ً‫َصش‬, ‫ضًشًب‬, contoh ًً‫ًًَىل‬ menjadi‫َقًًًًل‬,ًًdan‫ْب ْي ع‬
‫ًًَق‬ ‫ًًَى‬
: menjadi ‫َث ًع‬
h. Wajib memindahkan harkat huruf ilat ke huruf sebelumnya menjadi
alif pada fi’il mudhari’ yang tsulasi seperti ‫عهى َعهى‬dan mudhari’
yang
wawi seperti ‫افًعمًواًعتًفعً ًم‬,ًcontoh :‫ًًًًًًَخًًَى ًف‬menjadi ً‫ًَخىف‬.
i. Dihazafkan ain fi’il mudhari’nya jika dimasuki dhamir yang berharkat,
ini termasuk yang wajib I’lal. Contoh : ً‫َقهً و َشع‬.
4

3. Naqish

ً‫وىو ما كانت ا لم فعل و حرف علج‬

Fi’il yang lam fi’ilnya adalah huruf ilat.


Dikatakan fiil yang naqish karena kurangnya lam fiilnya dari huruf
shahih atau dari harkat2.
Hukum fiil naqish :
a. Huruf waw atau ya ditukar menjadi alif apabila berharkat dan
difathahkan huruf sebelumnya. Contohnya : ً‫غضا وً سي‬yang asalnya
adalah ً‫غضوً و سي‬
b. Pada fi’il madhi tsulatsi mazid, lam fi’ilnya diganti menjadi waw
atau ya menjadi alif, contohnya : ً‫أعط‬asalnya adalah ‫أعطى‬, huruf
waw diganti menjadi ya, lalu ya diganti menjadi alif karena
harkatnya dan difathahkan huruf sebelumnya.
c. Jika fi’il naqis itu adalah fi’il madhi yang tsulasi mujarrad dan ain
fi’ilnya di dommahkan serta lam fi’ilnya adalah waw maka tetap
keadannya, contoh:‫ًًَعًًَشًًَو‬
d. Apabila fi’il naqis itu adalah fi’il madhi yang tsulasi mujarrad dan
ain fi’ilnya di dommahkan serta lam fi’ilnya itu adalah ya, maka
huruf ya itu ditukar menjadi waw, karena terletak setelah dommah
contohnya :‫ًََ ًًَهًًَى‬
ً
e. Apabila fi’il naqis itu adalah fi’il madhi yang tsulatsi mujarrad dan
ain fi’ilnya di kasrohkan dan lam fi’ilnya huruf ya,maka tetap
keadaanya contohnya : ً‫ًَق‬
f. Apabila fi’il naqis itu adalah fi’il madhi yang tsulatsi mujarrad dan
ain fi’ilnya dikasrohkan dan lam fi’ilnya adalah huruf waw,ditukar
menjadi ya karena terletak setelah harkat kasroh contohnya : ً‫سض‬
g. Apabila fi’il naqis itu adalah fi’il madhi yang tsulatsi mujarrad dan
ain fi’ilnya itu difathahkan, maka ditukar lam fi’ilnya menjadi alif

2
Ibid., h. 11.
5

baik asalnya adalah waw atau ya dan itu karena harkat keduanya
dan fathah huruf sebelum keduanya, contoh : ً‫ًعًََا و سً ًَي‬
h. Apabila fi’il naqis itu adalah fi’il madhi yang bukan tsulatsi, maka
ditukar lam fi’ilnya menjadi alif karena asal harkat sebelumnya
‫ًًََا ًَد‬
‫ًي واًهًتًَ ًَذ‬
adalah fathah, contoh : ‫ًي‬
i. Apabila fi’il naqis itu adalah fi’il mudhari’ tsulatsi yang wawi dan
harkat sebelum akhirnya adalah dhammah, maka lam fiilnya
menjadi waw, contohnya : ً‫ًعى‬
‫ًغًًَشوً ًَذ‬
j. Apabila fi’il naqis itu adalah fi’il mudhari’ tsulatsi yang ya-i atau
ruba’I dan harkat sebelum akhirnya adalah kasrah, maka lam
fi’ilnya menjadi ya, contohnya :ًًَ
‫ًَع ًَط‬
ً ًًََ ‫ًََ ًًش ًَيًًَ و‬
ًَ
k. Apabila fi’il naqis itu adalah mudhari’ tsulasi dari bab alima dan
fataha atau fi’il mudhari’ yang khamis : ً‫ًَشضً و تً ًَض َك‬

4. Lafif

ًَ‫وىو ما كان في و حرفان من أحرف العلة أص ليّا‬

Yaitu fiil yang didalamnya terdapat dua huruf ilat yang termasuk huruf
aslinya.
Lafif juga terbagi 2, yaitu :
a. Lafif Maqrun : adalah ketika huruf illahnya tidak ada pemisah (fi’il
yang ‘ain dan lam fi’ilnya huruf ilat). Contohnya : ً‫سوي‬
b. Lafif Mafruq : adalah ketika ada pemisah diantara dua huruf illah
(fi’il yang fa dan lam fi’ilnya huruf ilat. Dikatakan lafif mafruq karena
berkumpul dua buah huruf ilat dengan adanya pembatas antara
keduanya) .Contohnya : ‫وقى‬
Mu’tal fa dan ‘ain, yaitu fi’il yang fa dan ‘ain fiilnya huruf ilat, seperti
ًًًَََ . Mu’tal fa,’ain dan lam.Yaitu fi’il yang fa, ‘ain dan lam fi’ilnya merupakan
huruf ilat. Juga dikatakan mu’tal majmu’.Contohnya : ‫واو‬, ‫َا ًء‬. Asalnya adalah
‫ووو‬, lalu ditukar ‘ain fi’ilnya menjadi alif karena tidak boleh berkumpul 2 buah
huruf ilat yang berharkat dalam satu kata. Begitu juga dengan ‫ ياء‬yang aslinya
6

adalah ًَََ, ‘ain fi’ilnya diganti menjadi alif dan huruf ya terakhir diganti menjadi
hamzah karena ringan membacanya.
Tidak ada fi’il yang diambil dari mashdar namun ada sebagian fi’il yang
diambil dari isim jamid. Contohnya ًَ‫ ًَاًَ ًًَو ًَيًه‬dari ً‫ًَ ًًَو ًًَيح‬
‫ ان ًًَََ ًا‬dan‫ًًَم‬
ً ََ‫ تًَ ًًَى‬jika
ًَ orang
berkata:” ًَ‫ ًًًًَو ًًًََه‬.

C. Pengertian Fi’il Shohih


‫ىوماكانت حروفو األصول صح ي حة و ليست حبروف علة و ىي األلف وال واو والياء‬

“Fi’il shahih adalah fi’il yang huruf aslinya shahih dan bukan huruf ilat (alif,
waw dan ya).”
Fi'il shahih adalah fi'il yang terbentuk dari huruf-huruf asli (tanpa ada
huruf tambahan) dan shohih (tidak terdapat huruf illah). sedangkan huruf illah
adalah huruf wawu (‫)و‬, huruf ya (‫)ي‬, dan alif (‫)ا‬. Karena fi'il ini bersih dari huruf
illat dan huruf-huruf tambahan, sehingga fi'il ini disebut juga dengan fi'il shohih,
artinya fi'il ini terhindar dari huruf penyakit (huruf illat) dan huruf tamabahan
yang kemudian menjadikan arti yang baru.3

Contoh : ‫كتب‬, ‫قرأ‬, ‫فتح‬, ‫علم‬

D. Pembagian Fi’il Shohih


Fi’il shahih terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Salim ( ‫)عانى‬

‫و ىو ما مل يك ن أحد أحرفو األصلية أحرفا ص يح حة‬


Yaitu fi’il yang huruf aslinya bukan huruf shahih.
Atau Fi'il yang huruf-hurufnya asli dan tidak terdapat huruf illat (huruf
wawu "‫"و‬, huruf ya " ‫"ي‬, dan alif " ‫) "ا‬, tidak ada huruf hamzah ( ‫)أ‬, maupun

3
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), h. 10.
7

tidak terdapat huruf mudlo'af (salah satu hurufnya diulangi, atau ditulis dua
kali, misal ‫) ´مد‬.4
Contoh :
a. ‫ًَ ًة‬ : menulis

b. ‫ًه ًة‬
‫رًًً ًكت‬ : pergi

‫ًًَى‬ : selamat
‫ًًًًعًًَه‬c. ًَ : memukul
d. ًً‫ًش‬
‫ًض ًًَب‬
e. ‫ًًَشًًَكًًًَش‬ : bersyukur

f. ‫ًًحًَ ًًًََذ‬ : memuji

g. ‫عم‬
ًً ً : beramal
ً
َ
ًَ
h. ‫َى‬
ً ًًً‫ًًعًًَه‬ : berilmu/mengetahui
i. ‫ًًََ ًًَصًًَش‬ : menolong
j. ‫فًتً ًح‬ : membuka

k.‫ًهًج ًظ‬ : duduk


ًَ
Hukum fi’il salim:
a. Tidak dihazafkan apapun ketika menghubungi dhamir atau ta taknis.
b. Tidak dihazafkan apapun ketika mentasrifkannya ke musytaqnya.
c. Disukunkan huruf akhirnya apabila dihubungi oelh dhamir rafa’ yang
berharkat. Contohnya : ً‫كتثت‬
d. Difathahkan huruf akhirnya beserta alif mutsanna, didhammahkan
beserta waw jamak dan dikasrahkan beserta ya mukhatabah. Ini adalah
harkat yang munasabah. Contohnya : ً‫َصًشا‬, ً‫َصشوا‬, ًًًََ‫تصًش‬
2. Mahmuz

‫زة‬A ‫وىو ما كان احد حر وفو االص ول‬


4
Ibid., h. 11
8

Yaitu fiil yang salah satu huruf aslinya adalah huruf hamzah.

Contoh : ‫أخًز‬, ‫قًشًأ‬, ً‫عأل‬

4
Ibid., h. 11
9

Hukum mahmuz :
a. Hukum mahmuz ketika dihubungi dhamir sebagaimana hukum fiil
salim.
b. Dihazafkan hamzah pada fiil amarnya untuk meringankan,
contohnya : ‫خز‬, ً‫كم‬, ً‫عم‬
c. Dihazafkan hamzah ( ‫ )اًسًي‬yang terjadi pada ‘ain fiil yang asalnya
( ً‫ )اًسأي‬pada madhi, mudhari’ dan amarnya serta musytaqnya.
Menjadi : ‫اًسًي‬, ‫ًَشًي‬, ً‫أ س‬
3. Mudha’af

‫وىو يف الثالثي ما كانت عينو والمو من جنس واحد‬

Yaitu fiil yang pada tsulatsinya huruf ain dan lam fiilnya sejenis.
Mudhaa’af ada dua macam:
a. Mudhaa’af Tsulatsy : kata yang huruf ‘ain dan lam fi’il nya huruf sejenis
contohnya banyak sekali diantaranya: ًَ dan‫فًَ ًًًََش‬.
ًَ
ً‫ًذ‬
‫ًش‬
b. Mudhaa’af Ruba’iy : Kata yang huruf fa fi’il dan lam fi’il pertamanya
sejenis dan huruf ‘ain fi’il dan lam fi’il keduanya sejenis.
Contohnya ًً‫ ًًصًًَنً ًَذ‬, dan‫ى ًط‬
ًَ
ً ً‫ًو ًع‬.
ً‫ ًًَو‬,‫ًًًَضًًل‬
ًً‫ًًد‬
‫َي‬ ًً
Hukum mudha’af :

a. Fiil madhi
1) Wajib mengidghamkannya apabila dihubungi oleh dhamir rafa’
yang sukun
2) Wajib menguraikan idgham apabila dihubungi oleh dhamir rafa’
yang berharkat.
3) Jika ‘ain fi’ilnya kasrah dan bersandar kepada dhamir yang
berharkat, maka boleh dalam tiga bentuk, yaitu:
a) Menyesuaikan kaidah terdahulu, yaitu wajib menguraikan
idgham, contoh : ً‫ظههت‬
b) Menghazafkan ‘ain fiilnya dan fa fiilnya tetap kasrah, contoh
: ً‫ظهت‬
10

c) Menghazafkan ‘ain fiil dan memindahkan kasrahnya kepada fa


fiil, contoh : ً‫ًظت‬
ً‫ًَه‬
b. Fiil mudhari’
1) Wajib mengidghamkan apabila dimasuki oleh dhamir rafa’ yang
sakin, contoh : ً‫ًََذا‬, ً‫ًًََذو‬, ًََ‫تًَذ‬
2) Wajib menguraikan idgham apabila dimasuki oleh dhamir rafa’ yang
berharkat, contoh : ً‫ََذد‬
3) Boleh mengidghamkan dan menguraikan nya apabila fiil tersebut
dijazamkan dan dimasuki oleh isim zhahir atau dhamir mustatir.
Contoh : ً‫نىًًَش ذًًوًًنىًًَشذ د‬
c. Fiil amar
1) Wajib mengidghamkan apabila dimasuki oleh dhamir yang sakin.
Contoh : ‫يذا‬, ً‫يذوا‬, ً‫يذ‬
2) Wajib menguraikan idgham apabila dimasuki oleh dhamir yang
berharkat. Contoh : ً‫ايذد‬
3) Boleh mengidghamkan dan menguraikannya apabila dimasuki oleh
dhamir mustatir. Contoh : ‫يًذًايذد‬,ً‫خًفًاًخًفًف‬
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Ilmu sharaf merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan
ditengah kata dalam bahasa Arab. Dalam kata di bahasa Arab,terdapat huruf-huruf
yang menyusunnya sehingga menjadi sebuah kata yang bermakna. Huruf-huruf
tersebut ada yang dinamakan huruf shahih dan huruf ‘ilat.Huruf shahih merupakan
huruf yang tidak menyebabkan sulitnya atau beratnya dalam membaca kata
bahasa Arab, sedangkan huruf ‘ilat merupakan huruf yang dapat membuat kata
tersebut menjadi kurang sempurna dari segi tulisan maupun bacaan sehingga
dapat membuatnya berbeda dari kaidah asalnya.
Dalam hal ini, fi’il terbagi menjadi fi’il shahih dan mu’tal. Kedua fi’il
tersebut juga mempunyai pembagian tersendiri dilihat dari huruf-huruf yang
menyusunnya. Fi’il-fi’il tersebut memiliki kaidah-kaidah yang mempunyai
ketentuan masing-masing sesuai dengan pengucapan orang Arab.

B. SARAN
Akhirnya dengan bersyukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan sedikit ilmunya dan nikmatnya, sehingga bisa membantu menambah
khazanah keilmuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Ilmu Nahwu. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995.

Fahmi, Akroni. Ilmu Nahwu dan Aharaf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995.

11

Anda mungkin juga menyukai