PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Ilmu Bahasa, telah kita ketahui bahwa suatu “kalimat” tersusun dari
sejumlah “kata”. Dan setiap “kata” yang tersusun menjadi sebuah kalimat itu
mempunyai jabatan tertentu dalam struktur kalimat, Sehingga “kata” yang telah
tersusun menjadi sebuah “kalimat” dapat memberikan pemahaman secara
sempurna kepada sipembaca. Struktur kalimat dalam tata bahasa Arab biasanya
terdiridarifi‟il, fa‟il, dan maf‟ul. Kadang sebuah kalimat menyebutkan fa‟ilnya
(mabnima‟lum) dan kadang kita juga menemukan kalimat yang fa‟ilnya tidak
disebutkan (mabnimajhul). Oleh karena itu, masalah tersebut akan kami bahas
dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Dari uraian permasalahan di atas, adapun tujuan penulisan makalah yang kami
buat antara lain :
1
BAB II
PEMBAHASAN
Mabni ma‟lum adalah fi‟il yang fa‟ilnya disebutkan dalam kalam, baik fa‟il itu
berupa dhomir atau dzohir.
Contoh: َ َق َط َع َحُم َ َّمم ٌ ْلل َحُم ْل )Muhammad telah memotong dahan kayu)
Maka apabila tersambung dengan Fi‟il madli tsulasi mujarrad mabni ma‟lum yang
huruf sebelum akhirnya berupa alif bertemu dhomir rafa‟ mutaharrik. Jika
mengikuti wazan َ ْل َحُم َحُم- َ َ َ maka huruf awalnya dibaca dhommah. Contoh: َق َا
menjadi َحُمق ْل َحُم, Sedangkan apabila mengikuti wazan َ ْل ِع َحُم- َ َ َ atau َ ْل َ َحُم- َ ِعmaka
ِع ل ِع ْل َحُم ْلَد ْلج َحُمه ْل ِعا َ َا ْل َحُم ْلذكَر َ ِعا َحُمل َحُم ِع ْلل َكالَم ِع َ ْل َك َا َ ْل َحُمذو ً ل ِع َ ْلر ِع ِع ْل ْل ْل
الغ َر
Fi‟il majhul ialah kata kerja yang tidak disebutkan fa‟ilnya dalam kalam, tetapi
fa‟il tersebut dibuang karena ada tujuan tertentu dan setelah fa‟il dibuang,
maf‟ulbih menggantikan kedudukan fa‟il (dalam menyandarkan fi‟il pada
maf‟ul).”
34-33 .ص,)ا ر ل كر: رو, (لبن ا, ج ع ل روس ل ر وة,ط ى ل وال وني لشوخ .1
34 .ص,)ا ر ل كر: رو, (لبن ا, ج ع ل روس ل ر وة,ط ى ل وال وني لشوخ .
2
2
Contoh : َحُم ِع َ ْلَد َحُما
Asalnya َ ْل ٌ ْلَد َا َ َ َ fa‟il yang berupa lafadz ٌ َ ْلdibuang karena ada alasan
tertentu, kemudian maf‟ul yang berupa lafadz ْلَد َاmenggantikan kedudukan fa‟il
kemudian fi‟il dirubah bentuk menjadi mabni maf‟ul untuk membedakan antara
fa‟il yang asli dan fa‟il pengganti (naibul fai'l)
semua )
Contoh: سرت رت مح صبت (Orang yang bagus hatinya maka terpuji
perbuatannya )
Fa‟ilnya yang berupa lafadz Allah dibuang, karena sudah maklum yang
menjadikan makhluk itu adalah Allah.
3
Contoh : د ا (Harta dicuri )
Yaitu menjaga namanya fa‟il dari lisan mutakallin atau dijaga dari disebutkan
bersamaan fa‟il
A. Fiil madhi
4
2. Fi‟il madli diawali dengan ta‟ tambahan
Maka dibaca dlommah huruf awal dan yang kedua,dan membaca kasroh pada
huruf sebelum akhir.
Dibaca dlommah huruf yang awal dan huruf yang ketiga dan dibaca kasroh huruf
sebelum akhir.
B. Fiil mudhori‟
Maka huruf awal harus dibaca dhummah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah
Dibaca dlommah huruf awaalnya dan dibaca fathah huruf sebelum akhir.
Dibaca dlommah huruf awalnya dan dibaca fathah huruf sebelum akhir.
5
Fi‟il Madhi Bina‟ Mu‟tal „Ain Yang dimabni Maf‟ulkan
Fi‟il bina‟ mu‟tal „ain baik berupa wawu atau ya‟, ketika dimabnikanmaf‟ul,
fa‟ilnya boleh dibaca tiga wazan :
Seperti lafadz yang َ ِعق ْلوasalnya َحُمق ِع َاharokat wawu berupa kasroh dipindahkan
pada huruf sebelumnya, maka menjadi ِعق ْل َاkemudian wawu diganti ya‟ karena
wawu disukunkan dan huruf sebelumnya kasroh, maka menjadi . َ ِعق ْلو
Seperti lafadz yang ِع ْلو َعasalnya َحُم ِعو َعharokat ya‟ berupa kasroh dipindah pada huruf
ini merupakan lughot yang lemah. Menurut bahasa bani dubair dan bani fuq‟as
yang merupakan paling fasyihnya bani „asad, dan termasuk lughot yang paling
lemah karena beratnya dlomah berkumpul dan wawu,
3. Dibaca isymam,
yaitu mengucapkan fa‟ fi‟il dengan harokat antara dlomah dan kasroh, ini
merupakan bahasa yang fashih karena bahasanya ringan, tetapi bukan yang paling
fashih (afshoh) karena masih ada isymamnya.
6
Yaitu mengucapkan fa‟ fi‟il dengan harokat antara dlommah dan kasroh
Sedangkan pengucapan harokat antara dlomah dan kasroh tidak bisa tampak
dalam tulisan, tetapi bisa wujud dalam ucapan.Menurut Imam Al Alawi caranya
adalah mengucapkan juz dari harokat kasroh yang banyak dan suaranya murni
4. Menghindari Keserupaan
Fi‟il tsulasi yang mu‟tal „ain setelah dimabnikan maf‟ul dan disandarkan pada
dlomir mukhotob, mutakallim, atau ghoif jika terjadi keserupaan dengan fi‟il yang
mabni fa‟il maka menurut imam ibnu malik, harokat yang menimbulkan
keserupaan harus dihindari,sedang periciannya sebagai berikut :
Contoh : lafadz س مdari masdar س مdiucapkan سم, سمت, سمتlafadz ini fa‟
fi‟ilnya tidak boleh dibaca dlommah, diucapkan سم, سمت, سمتkarena serupa
Maka fa‟ fi‟ilnya hanya boleh dibaca dlommah dan isymam ,tidak boleh dibaca
kasroh .
Contoh : lafadz ا dan masdar وعdiucapkan , ت, ت tidak boleh
Hukum yang dimiliki fa‟ fi‟ilnya lafadz yang mu‟tal „ain boleh dibaca kasroh,
isymam dan dlommah ketika di mabnikan maf‟ul.
7
a. Dibaca kasroh حب
c. Dibaca isymam
Fi‟il bina‟ mu‟tal „ain yang mengikuti wazan تdan ىketika di mabnikan
maf‟ul itu huruf sebelumnya „ain fi‟il itu juga diperbolehkan dibaca tiga jalan:
1. Dibaca kasroh
2. Dibaca dlommah
3. Dibaca isymam
Contoh : ىقو,ختر
Menurut imam Asy-Asyatibi, fi‟il bina‟ mudlo‟af yang ikut kedua wazan tersebut
ketika dimabnikanmaf‟ul itu huruf sebelumnya „ain fi‟il juga dibaca tiga wajah
yaitu:
8
2. Dibaca dlommah seperti lafadz َحُمش َحُمت
3. Dibaca isymam , pada huruf sebelum „ain fi‟il dan pada hamzah washol.
Naibulfa‟il adalah isim yang dibaca rofa‟ yang tidak disebutkan fa‟ilnya.
b. Dzorof
c. Masdar
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Na‟ibulFa‟il adalah isim yang dibaca rofa‟ yang tidak disebutkan fa‟ilnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
)ا ر ل كر: رو, (لبن ا, ج ع ل روس ل ر وة,ط ى ل وال وني لشوخ
11