Dosen pembimbing;
Zam zam Rasyidi, M.Pd
Disusun oleh;
M. Husien Amin
Rijal al-Hadi
M. Nor Syafi’E
A. Sayuti
Terima kasih juga kami ucapkan kepada Mu’allim Zam zam Rasyidi, M.Pd
selaku Dosen pembimbing Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an. Dalam menyusun
makalah ini yang berjudul “Na’at Man’ut” sebagai bahan pembelajaran.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian
demi kelancarannya diskusi kita.
Revisi Kelompok 9
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan Hukum Islam dengan Pengetahuan Bahasa Arab merupakan
sesuatu sangat yang sangat erat dan tak dapat dipisahkan. Alasannya sangat jelas,
karena sumber pokok dari hukum Islam itu adalah Al-Qur’an dan Hadits yang
memakai atau menggunakan bahasa Arab standar sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah Bahasa Al-Qur’an dan setiap Muslim harus terlebih
dahulu menggali atau faham dengan kaidah-kaidahnya, serta tiada jalan lain kecuali
harus mampu menggali dari sumber asalnya, yaitu al-Qur’an dan Hadist. Jadi untuk
memahami isi kandungan al-Qur’an maupun al-Hadist secara baik, sebagai umat
islam harus mampu pula memahami kandungan-kandungan yang terdapat dalam ayat
maupun hadist yang sedang dibacanya, baik struktur kalimatnya, bentuk kalimat,
kosa katanya dan lain-lain.
Sering kali kita temui kalimat bahasa Arab yang memiliki struktur kalimat
yang berbeda-beda, akan tetapi makna dan tujuannya sama, khususnya yang terdapat
di Al-Qur’an maupun Hadist, yang mana kalimat-kalimat tersebut sering diikutkan
atau dihubungkan dengan kalimat sebelumnya berdasarkan sifat dan lain lain..
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian Na’at Man’ut?
2. Apa pembagian Na’at Man’ut ?
3. Apa Fungsi Naat Man’au ?
4. Beberapa Kaidah Naat Man’ut ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Na’at Man’ut.
2. Untuk mengetahui pembagian Na’at Man’ut.
3. Untuk mengetahui fungsi Naat man’ut.
4. Untuk mengetahui Kaidah-kaidah Naat Man’ut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila Rofa’ :
قَ َام َزيْ ُد الْ َعاقِ ُل: Zaid yang berakal telah berdiri
Apabila Nashob :
ت َزيْ ًدا الْ َعاقِ َل
ُ ْ َو َرأَي: Aku telah melihat Zaid yang berakal
Apabila Khofadh :
ت بَِزيْ ٍد الْ َعا قِ ِل
ُ َو َمَر ْر: Aku telah berjumpa Zaid yang berakal
Maksudnya:
Tabi’ yang menyempurnakan makna lafadz yang diikutinya dengan menjelaskan
salah satu diantara sifat-sifatnya atau sifat yang berkaitan (ta’alluq) kepadanya.
Contoh: الْ َعاقِل ( قَ َام َزيْ ٌدZaid yang berakal telah berdiri), Berakal yaitu sifat Zaid.
ُ
1
Moch Anwar, Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya,Cet.48,( Bandung:Sinar Baru Algensindo,2018,), h.101
2
Na’at Haqiqy adalah :
ِ هو ما يبنِّي ِص َفةً ِمن ِص َف
ات َمْتُب ْو ِع ِه ْ ُ َُ َ َ ُ
Na’at yang menjelaskan salah satu sifat dari beberapa sifatnya matbu’/maushuf.
ب ِ ِ
Contoh: ُ ْ( َجاءَ َخال ٌد األَديtelah datang kholid yang bertatakrama )
“Yakni lafazh menjelaskan salah satu sifatnya kholid,yang mungkin
ganteng,dermawan,kaya,pandai Dll..
Cara mengetahui na’at haqiqi adalah dengan menentukan satu per satu dari 4 poin
berikut:
• Dalam segi I’rabnya (rafa, nashab, jarnya )
• Dalam segi ma’rifat nakirahnya
• Dalam segi mudzakar muannasnya
• Dalam segi mufrad , tasniyah atau jama’nya.
2
Abu An’im, Sang Pangeran Nahwu Al-Ajurumiyyah, (Kediri: Mu’jizat Group, 2009), h.216
3
Badar Online, Syarat-syarat Idhofah. (badaronline.com/dasar/bahasa-arab-dasar-118-syarat-syarat-
idhofah.html, diakses 30 Oktober 2019.)
3
Na’at ditinjau dari jenis kalimatnya.
Na’at jika ditinjau dari jenis kalimatnya (baca: kata ) maka terbagi 2:
1. Na’at Musytaq
2. Na’at Muawwal
Na’at Musytaq adalah :
• Isim shifat musyabbahat (menyerupai isim fa’il, namun diambil dari fiil lazim),
4
Na’at muawwal bil musytaq ada 6, diantaranya :
• Isim Isyarah (kata tunjuk) , contoh : ت بَِزيْ ٍد َه َذا
ُ ( َمَر ْرSaya berjumpa Zaid yang ini)
ِ احل
bentuk isim musytaqnya : اض ُرَ
ِ ٍ
َ َت بَِزيْد الَّذ ْي ق
• Isim Maushul (kata sambung), contoh : ام ُ ( َمَر ْرSaya telah berjumpa
Zaid yang berdiri), bentuk isim musytaqnya : ال َقائِ ُم
ّ ,
• Isim Nasab (nisbat / hubungan / bangsa ) atau yang berakhiran huruf ي
ِ
َ ت بَِر ُج ٍل د َم
contoh : ش ْق ِّي ُ ( َمَر ْرAku telah berjumpa laki-laki bangsa Damaskus)
bentuk musytaqnya : ش ِق ِّي
ْ ب ِد َم
ِ اَلْمْنسو
ُْ َ
• Jumlah , tapi naat yang terbuat dari jumlah mempunyai kriteria tertentu :
ِ ( َو َّات ُقوا يوما ُترجعو َن فِي ِه اِىِلDan takutlah pada hari kiamat yang mana kamu
Contoh :اهلل ْ ُْ َ ْ ً َْ ْ
ِر
semua dikembalikan kepada Allah), bentuk musytaqnya : اجعُ ْو َن َ
• Masdar , kriteria nya harus mufrad mudzakar muthlaq. Meski man’utnya bukan
5
– Hanya mencela ( )مجرّد الذ ّم. Contoh : ان ال َّر ِجي ِْم ِ َاَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيط
– Prihatin () ترحم. Contoh : َك ْال ِم ْس ِك ْين
َ اَللَّهُ َّم ارْ َح ْم َع ْب َد
َ تِ ْل5
– Menegaskan (b) للتوكيد. Contoh : ٌك َع َش َرةٌ كاملة
5
Abu Ahmad ‘Abdullah, Sa’id, bin Tsabit Al-Wushabi,____. Ilmu Nahwu: Terjemahan At-
Tuhfatul Wushabiyyah Fi Tashil Matn Al-Aajrumiyyah, ( ____: Maktabah Ismail ‘Isa, 2018), h.142
6
D. Kaidah-kaidah Naat dan Man’ut6
Beberapa Kaidah-kaidah yang mengedepankan materi ini, yang diikutkan
maupun yang mengikut padanya dari beberapa segi, diantaranya:
Jika ada sifat / na’at lebih dari satu dan berbeda man’utnya , maka na’at
tersebut harus dipisahkan dengan huruf ‘Athaf.
Contoh : الزيْ َديْ ِن الْ َك ِرمْيِ َوالْبَ ِخْي ِل
َّ ِت ب
ُ َمَر ْر (Aku telah bertemu 2 orang Zaid yang
mulia dan yang kikir).
Jika ada na’at dari 2 ma’mul (objek) yang sama predikatnya (secara ma’na)
maka I’rabnya mengikuti man’ut baik itu rafa’, nasab atau khofadh (jar).
Contoh : ب َزيْ ٌد َوانْطَلَ َق َع ْم ُرو الْ َعاقِاَل ِن
َ ذَ َه
Tapi jika berbeda predikatnya (berlawanan) , maka I’rabnya mesti Qatha’ dan
dilarang itba’. Contoh :
o Qata’ ke nashob (menjadi maf’ul dari fiil fail yang disimpan)
6
http://www.google.com/amp/s/wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/19/nahwu-sharraf-7-
%25E2%2580%258Bisim-isim-yang-irobnya-diikutkan-tabi-naat-athaf-taukid-badal/amp/
(Diakses pada tanggal. 03 Desember 2019, Pukul 21:28). “Bab Naat”
7
na’at yang ditentukan tersebut I’rabnya mesti itba’, dan na’at pelengkap
I’rabnya boleh qatha’ boleh itba’.
Contoh : الكريم
َ ت بَِزيْ ٍد الْ َك ِرمْيَ أي أعني
ُ َمَر ْر
o Bisa diqatha ke Rafa’, dengan menyimpan mubtada, maka na’at
kedudukannya menjadi khabar.
Contoh : الكريم
ُ ت بَِزيْ ٍد الْ َك ِرمْيُ أي هما
ُ َمَر ْر
Catatan : Jika na’at I’rabnya sudah diqatha’ (rofa / nashob) dan faidah
naatnya memuji, mencela, dan mengasihani, maka hukum menyimpan fiil
atau mubtada adalah wajib. Tapi jika faidahnya mengkhususkan maka
menyimpan mubtada atau fiil-fail hukumnya tidak wajib.
a) Man’ut bisa dibuang dan hanya menetapkan na’at, jika ada dalil yang
menunjukan adanya man’ut.
Contoh : دروعا سابغات ٍ َ إِ َّن أَعمل سابِغ: َقولُه َتعاىَل
ً ات أي َ ُ َْ َ ُْ
b) Begitu juga na’at bisa dibuang dan hanya menetapkan man’ut, jika ada dalil
yang menunjukan adanya na’at. Tetapi itu hanya minoritas.
Contoh : ت بِاحْلَ ِّق أي البين ِ
َ قَالُْوا األن جْئ: َق ْولُهُ َت َعاىَل
8
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Contoh: الْ َعاقِل ( قَ َام َزيْ ُدZaid yang berakal telah berdiri), Berakal yaitu sifat Zaid.
ُ
Naat dikategorikan menjadi dua, yaitu: Ditinjau dari segi amalnya dan dari jenis
kalimat yang posisinya menjadi na’at.
Na’at jika ditinjau dari jenis kalimatnya maka terbagi dua, yaitu :
a) Na’at Musytaq (bisa di-tashrif)
b) Na’at Muawwal tidak bisa di-tashrif)
a) Jika na’at nya berulang-ulang (banyak) karena man’ut tidak bisa dijelaskan
kecuali dengan menggunakan na’at yang banyak, maka semua I’rab na’at
tersebut diikutkan ke man’ut.
b) Man’ut bisa dibuang dan hanya menetapkan na’at, jika ada dalil yang
menunjukan adanya man’ut.
9
DAFTAR PUSTAKA
10