Anda di halaman 1dari 11

SHIGHAT TA’AJJUB

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas kelompok
Mata Kuliah : Qowaidul I’lal
Dosen Pengampu : Enjang Burhanudin Yusuf S.S., M.Pd.

Oleh : kelompok 4
1. Hana Hairina Muhafidah (2017403020)
2. Bintiatul Fiqriyah (2017403033)
3. Ana Septianingsih (2017403036)
4. Ridwan Syauqi (2017403037)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2021

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Solawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad saw yang telah
memberikan syafaat kepada umat manusia didunia.
Makalah ini yang berjudul “ shighat ta’ajjub” disusun rangkaian untuk memenuhi
tugas mata kuliah qowaid I’lal. Selain untuk memenuhi tugas, kami juga berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang qowaid I’al. namun, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik dan saran sebagai koreksi bagi kami sehingga kedepannya
bisa memberikan hasil yang lebih baik.
Purwokerto, 05 April 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….…i
KATA PENGANTAR………………………………………………...…………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………...............................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………..............................……………1
B. Rumusan Masalah…………………………................................………1
C.Tujuan Penulisan……………………………………..............................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Shighot Ta’ajub………………………...............…………...2

B.Macam-macam Shighot Ta’ajub ………………………………..............3

C. Syarat Membentuk Shighot Ta’ajub…………………………………….4

D.Hukum-hukum Shighot Ta’ajub ………………………….....………….5


BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan………………………………………………………….......7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...................8

0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa Arab ialah bahasa Al-Qur’an dan hadis. Umat islam tidak
sanggup menggali, memahami dan mempelajari pedoman agama Islam
yang terdapat pada al-Quran dan hadis tanpa mempunyai kemampuan
menggali, memahami dan menguasai bahasa Arab dengan baik. Dalam
upaya membuatkan wawasan berbahasa Arab, amat diharapkan adanya
sebuah kajian kebahasaan. Kemampuan menguasai bahasa Arab ialah kunci
dan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang hendak
mengkaji pedoman Islam secara luas dan mendalam.
Ilmu sharaf ialah salah satu dari beberapa ilmu yang digunakan
dalam mempelajari bahasa arab, dalam ilmu sharaf terdapat banyak
pertolongan bab, salah satunya bab ‫ التعجب‬:dan kami mencoba menguraikan
sedikit apa saja yang terkandung di dalamnya, menyerupai Shighot dan
Syarat Ta’ajub.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian shighat ta’ajub?


2. Apa saja macam-macam shighat ta'ajub?
3. Apa saja syarat membentuk shighat fiil ta'ajub?
4. Apa saja hukum-hukum shighat ta'ajub?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui shighat ta’ajub


2. Untuk mengetahui macam-macam shighat ta'ajub
3. Untuk mengetahui syarat membentuk shighat fiil ta'ajub
4. Untuk mengetahui hukum-hukum shighat ta'ajub

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shighat Ta’ajjub
Kata ta’ajjub dilihat dari segi lughowi adalah berasal dari kata yang
berarti : heran, takjub, atau kagum. Dan jika ditinjau dari segi istilahi
menurut Shohib khoironi dalam kitabnya yang berjudul ‘Adlohul Manaahij
juz 1” mendefinisikan :
Ta’ajjub adalah memperbesar sifat sesuatu dengan menggunakan
salah satu shigot ta’ajjub. Dalam kitab “mulkhos qowaid al-arabiyah” juga
didefinisikan seperti berikut,
Bentuk ta’ajjub adalah bentuk yang digunakan untuk
menggambarkan kekaguman atau menggap besar sesuatu itu. Dan dalam
kitab yang sering kita buat rujukan yaitu, “jami’ al durus al-arabiyah”
menjelaskan :
Ta’ajjub adalah menganggap besar pekerjaan pelaku yang tampak
kelebihannya. Hasan hamdun juga mendefinisikan seperti berikut :
Ta’ajjub adalah perasaan yang mendalam yang menjadikan hati
gembira dari segi negative dan positif tentang seseorang, hewan dan
sesuatu.
Jadi, shighot ta'ajub adalah shighot atau bentuk yang digunakan untuk
mengungkapkan perasaan kagum atau takjub terhadap sifat seseorang atau
orang.

B. Macam-macam Shighat Ta'ajub


Ta’ajjub dalam hal ini terbagi dua macam :
1. Tanpa kaidah , hanya dapat diketahui melalui qarinah atau sesuatu yang
menunjukan maksud ta’ajjub. Contoh dalam ayat al-qur’an :
‫اَّلل َو ُك ْنت ُ ْم أ َ ْم َواتًا فَأ َ ْحيَا ُك ْم‬
ِ ‫ْف تَ ْكفُ ُرونَ بِ ه‬
َ ‫َكي‬
(KAIFA TAKFURUNA BILLAHI WAKUNTUM AMWATA FA
AHYAAKUM)
Mengapa kamu kafir kepada allah, padahal kamu tadinya mati, lalu allah
menghiduopkan kamu. (QS.Al-Baqarah:28)
Lafadz KAIFA = isim istifham mabni fathah menempati posisi nashab
sebagai hal. Dan disini ia berfaidah ta’ajjub. Contoh dalam hadits, dari
abi Hurairah nabi bersabda :

2
‫س‬ُ ‫س ْب َحانَ هللاِ إِ هن ْال ُمؤْ مِ نَ ََل يَ ْن ُج‬
ُ
)SUBHANALLAH, INNA ALMU'MINA LAA YANJUSU)
Subhanallah! Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis.
Lafadz subhanalah = isim mashdar yang dinashoabkan oleh fi’’il yang
terbuang, sebagai ungkapan takjub dari sebab perkataan abu Hurairah
sebelumnya bahwa sesorang menjadi najis sebab junub. Dan contoh
perkataan orang arab :
ً ‫هلل دره فارسا‬
(LiLLAHI DAROHU FAARISAN)
Alangkah hebat! Kemahirannya menunggang kuda
Lafadz FAARISAN nashab sebagai tamyiz yang dikehendaki ta’ajjub.

2. Ta’ajjub qiasi, mempergunakan dua bentuk shigot secara qias yaitu


“MAA AF’ALA” dan “AF’IL BIIH”

a. Shighot ta’ajjub “MAA AF’ALA”


contoh :
!‫ما أوسع الحديقة‬
(MAA AWSA’AL-HADIIQAH!)
Alangkah luas kebun ini.
Lafadz MAA = Maa ta’ajujub iaim nakirahntamm, mabni sukun
mahal rafa’ menjadi mubtada’. Disebut isim nakirah karena
mempunyai arti syai’un/sesuatu. Dan disebut tamm karena tidak
butuh pada qayyid lain kecuai khabar.. disusun sebagai permuaan
kalimat menjadi mubtada’ yang mengandung makna ta’ajjub.
Lafadz AWSA’A = fiil madhi mabni fathah, bukti bahwa ia kalimat
fiil ketika bersambung dengan ya’ mutakallim dipastikannya
memasang nun wiqayah seperti contoh :
‫أفقرني إلى عفو هللا‬
(MAA AFQARANIY ILAA ‘AFWILLAAHI)
Alangkah fakirnya aku akan pengampunan allah.
Lafadz AL-HADIQAH = maf’ul bih dinashabkan oleh AWSHA’A.
jumlah fiil, fail dan maful bih adalah khabar jumlah dari mubtada’
MAA.

b. Shigot ta’ajjub “AF’IL BIHI”,

contoh :
!‫أقبح بالبخل‬
(AQBIH BIL-BUKHLI)

3
Alangkah jeleknya kikir itu.
Lafadz AQBIH = fiil madhi dalam shighat fiil amar, mabni fathah
muqaddar karena berbentuk seperti fiil amar. Asalnya AF’ALA
yakni sighat fiil madhi dengan tambahan hamzah yang berfaidah
SHAIRURAH/menjadi, sebagaiamana
contoh :
‫أقبح البخل‬
(AQBAHA AL-BUKHLU)
kebakhilan menjadi bersifat jelek.

Kebakhilan menjadi sifat jelek. Sebagaimana mereka mengatakan :


‫أبقلت األرض‬
(ABQALAT AL-ARDHU)
Bumi itu menjadi bertunas (tumbuh tunas)

‫أثمرت الشجرة‬
(ATSMARAT ASY-SYAJARA)
Pohon itu menjadi berbuah.
Dengan demikian pengguna fiil madhi dengan rupa fiil amar tersebut
tiada lain bhanya untuk tujuan ta’ajjub. Dan dikarenakan seperti
sighat fiil amar itulah maka tidak benar jika musnad langsung
kepada isim zhahir, oleh karena itu pada dfailnya ditambahi hur jar
ba’.
Lafadz AL-BUKHLI = menjadi fail rafa’ dengan dhommah
muqaddar , tercegah irab zhahirnya karena tempatnya sudah
didahuklui oleh huruf jar ba’.

C. Syarat membentuk Shighat Fiil Ta'ajub


Untuk membentuk kedua Shighat fiil ta'ajub diisyaratkan terpenuhinya
tujuh syarat berikut:
a. Hendaknya fi'il yang dimaksud berupa fi'il tsulatsi. Untuk itu tidak dapat
dibentuk fi'il yang lebih dari tiga huruf bentuk asalnya, seperti:
‫دَحْ َر َج‬
DAHROJA (menggelinding)

b. Hendaknya fi'il itu dapat ditashrif, dengan demikian maka fi'il ta'ajub
tidak dapat dibentuk dari fi'il yang tidak dapat ditashrif, seperti:
،‫سى‬
َ ‫ع‬
َ ،‫س‬ َ ‫لَي‬
َ ْٔ‫ بِى‬،‫نِ ْع َم‬dan ‫ْس‬
NI'MA, BI'SA, 'ASAA, dan LAISA

c. Hendaknya fi'il yang dimaksud bersifat tam. Untuk itu dikecualikan


daripada fiil-fiil yang bersifat naqish, seperti lafadz kaana dan saudara-

4
saudaranya. Karena itu tidak boleh mengatakan seperti berikut:( MAA
AKWANA ZAIDAN QOOIMAN) ‫ َماا َ ْك َونَ زَ ْيدًاقَاىِ ًما‬tetapi ulama nahwu
kufah memperbolehkannya.

d. Hendaknya tidak dinafikan, dikecualikan dari hal ini fiil yang sudah
lazim dinafikan, seperti : (MAA' 'AAJA FULAANU BIDDAWAAI)
‫عا َج فُ ََل ُن بِالد َهواء‬
َ ‫( َما‬si fulan belum pernah memanfaatkan obat) atau fiil yang
dimaksud kedudukan nafinya bersifat jawas (hanya boleh, tidak harus),
contoh : (MAA DHOROBTU ZAIDAN) ‫ض َربْتُ زَ ْيدًا‬ َ ‫( َما‬aku tidak pernah
memukul zaid).

e. Hendaknya washf dari fiil yang dimaksud bukan af’ala. Dikecualikan


dari hal ini yaitu fi'il yang menunjukkan arti warna,, contoh : (SAWIDA
FAHUWA ASWADU) ُ‫سد‬ َ َ ‫س ِودَ فَ ُه َو ا‬
َ
(ia telah hitam, maka ia hitam)
-fiil yang menunjukan makna penyakit (cacat), contoh :
‫ع َِو َرفَ ُه َواَع َْو ُر‬
'AWIYA FAHUWA A'WARU
(ia telah buta sebelah, maka ia orang yang buta sebelah).
-sehubungan dengan contoh-contoh diatas tidak boleh mengatakan
seperti :
ُ‫ َمااَع َْو َره‬،ُ‫َمااَس َْودَه‬
MA ASWADAHU, MA A'WAROHU

f. hendaknya fiil yang dimaksud tidak dimabni maf’ulkan, contoh :


‫ب زَ يْد‬
َ ‫ض ُِر‬
DHURIBA ZAIDUN
(zaid telah dipukul).
Untuk membuat Shighat ta'ajub dari fi'il yang tidak memenuhi
persyaratan dapat dipakai lafadz asydid dan yang sejenisnya, serta lafadz
asyadda dan yang sejenisnya. Lalu, mashdar dari fi'il yang tidak
memenuhi persyaratan itu, di nashobkan sesudah af'ala sebagai
maf'ulnya, dan di jerkan sesudah af'il oleh huruf ba. Untuk itu katakanlah
seperti pada lafadz-lafadz berikut:

D. Hukum-hukum Shighat Ta'ajub


Hukum-hukum yang bersangkutan dengan ta’ajjub :
1. tidak boleh didahului ma’mul shighot ta’ajjub

5
2. dibolehkannya sambung antara shighat ta’ajjub dengan ma’mulnya
dengan huruf jar atau dharaf
3. terkadang ta’ajjub terjadi dengan tidak menggunakan shighat ta’ajjub
4. ta’ajjub tidak boleh terbuat dari fiil jamid mutlak.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ta’ajjub adalah perasaan yang mendalam yang menjadikan hati
gembira dari segi negative dan positif tentang seseorang, hewan dan
sesuatu.
Jadi, shighot ta'ajub adalah shighot atau bentuk yang digunakan untuk
mengungkapkan perasaan kagum atau takjub terhadap sifat seseorang atau
orang.
Fiil ta'ajub terbagi dalam dua macam, yaitu tanpa kaidah , hanya
dapat diketahui melalui qarinah atau sesuatu yang menunjukan maksud
ta’ajjub dan ta’ajjub qiasi, mempergunakan dua bentuk shigot secara qias
yaitu “MAA AF’ALA” dan “AF’IL BIIH”
Syarat membentuk shighat ta'ajub yaitu Hendaknya fi'il yang
dimaksud berupa fi'il tsulatsi, hendaknya fi'il itu dapat ditashrif, hendaknya
fi'il yang dimaksud bersifat tam, hendaknya tidak dinafikan, hendaknya
washf dari fiil yang dimaksud bukan af’ala, hendaknya fiil yang dimaksud
tidak dimabni maf’ulkan.
Hukum-hukum yang bersangkutan dengan ta’ajjub yaitu tidak boleh
didahului ma’mul shighot ta’ajjub, dibolehkannya sambung antara shighat
ta’ajjub dengan ma’mulnya dengan huruf jar atau dharaf, terkadang ta’ajjub
terjadi dengan tidak menggunakan shighat ta’ajjub, ta’ajjub tidak boleh
terbuat dari fiil jamid mutlak.

7
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Aqil, Bahaud Din Abdullah. 2018. Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu
Aqil Jilid 2. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Fitriani, Nur.Shighot Ta'ajjub.


http://nurfitrianipba.blogspot.com/2015/05/shighot-taajjub-shighot-
taajjub-adalah.html?m=1.Diakses pada 6 April 2021, 15.35.

Wakidyusuf.Nahwu Sharraf (27) Ta'ajjub.


https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/03/21/nahwu-sharraf-
27taajjub/.Diakses pada 6 April 2021, 15.50.

http://nahwusharaf.wordpress.com/2012/01/27/pengertian-taajjub-dan-
tanda-irabnya-alfiyah-bait-474-475/.

https://www.google.co.id/books/edition/Ilmu_Nahwu_Bahasa_Arab/9
GP9DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=shigot+ta%27ajjub&pg=PA26
9&printsec=frontcover.

Anda mungkin juga menyukai