Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Al-Dakhil Dan Mu’arrab

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Fiqh Lughah

Dosen Pengampu : Dr. Ade Nandang S, M.Ag

Disusun :

1. Salmi (1182030119)
2. Ulfi Dwi damayanti (1182030137)
3. Tedi Hadiana (1182030135)

Kelompok V – Kelas D

Semester 5

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah swt, karena atas limpahan rahmat dan
karuniannya kita masih diberikan kenikmatan islam dan kenikmatan sehat wal ‘ afiyat
sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dapat tersusun hingga selesai.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas baginda Nabi
Muhammad saw, kepada keluarganya para sahabatnya dan kepada kita selaku umatnya
hingga akhir zaman Amiin yaa robbal ‘alamiin.

Tidak lupa juga kami ucapkan banyak terimaksih kepada berbagai pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini yang ber judul “Al-Dakhil Dan Mu’arrab dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dari
para pembaca

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas kelompok
mata kuliah Fiqh Lughah. Terlepas dari itu kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik susunan perkataan ataupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki atau
menyempurnakan makalah ini.

Bandung, 10 November 2020

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2

A. Pengertian Ad-akhil ................................................... 2

B. Pengertian ta’rib ......................................................... 3

C. Pro dan Kontra tentang Ta’rib ................................. 4

D. Macam-Macam Ta’rib ............................................... 5

E. Proses mu’arab dan cara mengetahuinya ................ 5

F. Mu’arrab dalam Al-Qur’an....................................... 9

BAB III PENUTUP………………… ............................................................. 14

KESIMPULAN ………………………. ................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ………………………. ................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah mencatat bahwa Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa utama dunia.
Bahasa Arab diakui sebagai bahasa internasional dan sebagai salah satu bahasa terbesar
didunia. Ia memiliki peran penting dalam perkembangan masyarakat Muslim
Arab.sebagaimana fungsi bahasa yang utama adalah alat komunikasi, maka demikian pula
yang terjadi dengan bahasa Arab. Bahasa ini dipergunakan oleh bangsa Arab dalam berbagai
interaksi.

Bahasa senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bahasa


mengalami perubahan sejalan dengan perubahan social yang terjadi di tengah masyarakat
penuturnya. Hal ini seiring dengan perkembngan zaman, kebudayaan, dan ilmu pengethuan.
Perkembangan tersebut terjadi lantaran bahasa memang memiliki karakteristikproduktif.
Artinya, bahasa akan selalu diciptakan manusia sesuai dengan kebutuhan komunikasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Al-Dakhil

2. Apa yang dimaksud dengan Al-Mu’arrab

3. Bagaimana proses Ta’bir dan xara mengetahuinya

4. Apa yang dimaksud dengan Mu’arrab dalam al-Quran

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Al-Dakhil

2. Mengetahui pengertian dari Al-Mu’arrab

3. Mengetahui proses Ta’bir dan cara mengetahuinya

4. Mengetahui Mu’arrab dalam al-quran

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Dakhil
Secara Etimologi Dakhil berasal dari kata kerja yang berarti masuk sehingga
Dakhil dapat berarti sisipan (Ali 1998:886). Dalam pengertian lebih luas Dakhil dapat
berarti masuk kepada suatu kaum berafiliasi dengan mereka , tetapi bukan bagian dari
mereka . Dan secara terminology linguistic Arab Dakhil dapat diartikan setiap kata yang
dimasukkan dalam pembicaraan (kalam)orang-orang Arab dan bukan bagian dari
(bahasa) mereka (Al’arobiyyah 2005:275)
Al-Dakhil adalah kata asing (non arab) yang masuk ke dalam bahasa Arab dan
digunakan oleh orang Arab baik oleh orang Arab Fushha di masa jahiliah, orang Arab di
masa islam maupun digunakan oleh orang yang dating setelahnya dari kalangan
mualladin .Para peneliti bahasa menetapkan bahwa bahasa Arab Fushha adalah bahasa
Arab baduy (kampung) dari jazirah Arab sampai abad ke-4 hijriah dan orang Arab kota
sampai akhir abad ke-2 hijriah periode ini disebut dengan periode ikhtijaj . SEdangkan al-
mualladin adalah orang-orang yang tidak termasuk kelompok orang baduy dan kelompok
Arab kota walaupun mereka keturunan bangsa Arab . Bagaian pertama yaitu non Arab
yang digunakan oleh kelompok fushha Arab disebut dengan Al-Dakhil al-ajnabi , dan
bagaian kedua yaitu kata yang digunakan oleh al-mualad disebut dengan al-‘ajami al-
mualad.
Faktor mendasar masuknya mufrodat-mufrodat asing ke dalam bahasa arab adalah
adanya proses pencampuran baik materi,budaya,dan politik dengan bangsa-bangsa lain
yang terjadi sebelum islam atau sesudahnya. Di samping percampuran dengan bangsa
lain, perkembangan peradaban Arab dengan lahirnya hal-hal baru di bidang ekonomi
pabrik,pertanian,perdagangan,ilmu pengetahuan,filsafat agama dan aspek-aspek lain
seperti politik dan kemasyarakatan itu juga bisa menjadi faktor penyebab proses Al-
Dakhil dalam bahasa Arab.
Sejak dulu bangsa Arab telah melakukan hubungan dengan tetangganya yaitu aromia
yaitu baik di bidang kematerian maupun politik seperti perdagangan,migrasi,perjalanan

2
dll.Pengaruh dari adanya hubungan itu, maka banyak ditemukan bahasa aromia yang
masuk dan menjadi bahasa Arab khusunya mufrodat-mufrodat yang berkaitan dengan
fenomena kehidupan kebudayaan yang tidak terdapat pada lingkungan bahasa Arab,juga
mufrodat-mufrodat yang berkaitan dengan berfikir falsafi.
B. Pengertian Ta’rib (Arabisasi)
Secara etimologi, ta’rib merupakan bentuk masdhar dari kata ‘arraba (‫)عرب‬
ّ yang
bermakna pemindahan Bahasa asing kedalam Bahasa Arab atau menerjemahkan kedalam
Bahasa Arab ( Ma'luf, 2005: 495). Di tinjau dari segi terminology, para ahli Bahasa Arab
berbeda pendapat mengenai ta’rib diantaranya;
a. Syamsul Hadi (dalam Malik et a; 265.) terminologi dari Ta’rib penyerapan unsur-
unsur asing kedalam Bahasa Arab.
b. Syauqi Daif menyatakan bahwa ta‘rib adalah pembentukan kata dalam bahasa
Arab setelah dipindahkan dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab (Majma’ al-
Lughah al-‘Arabiyyah, 2005: 591).
c. Menurut Ahmad Bek Isa memberikan pengertian bahwa ta‘rib adalah cara lain
yang dilakukan dalam memindahkan kata (dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab)
manakala tidak ada dalam kosa kata bahasa Arab,baik dengan cara
menerjemahkan dari kosa kata bahasa asing, membentuk kata atau kata kerja,
membuat majāz, maupun menyingkat kata (dalam Malik et a; 265.)
d. Tawwab menjelaskan bahwa ta‘rib adalah masuknya kata asing ke dalam bahasa
Arab setelah mengalami perubahan pada lafalnya, dan wazannya mengikuti pola
atau kaidah dalam bahasa Arab (Tawwab, 1997: 358-359).
Berdasarkan bebrapa definisi di atas, bahwa yang disebut ta’rib adalah kata-kata
asing yang diucapkan oleh orang Arab atau pemindahan kata kata-kata asing ke dalam
Bahasa arab dengan melalui proses penambahan, pemindahan atau pengurangan huruf
yang disesuaikan dengan wazan-wazan dalam baasa Arab. Arabisasi kata-kata asing
dalam istilah Arab dikenal dengan al-ta‟rib, sedangkan kata serapan hasil proses ata‘rib
disebut al-mu‘arrab (Yuspa, n.d.).
Kata-kata dalam Bahasa arab apabila kita diperhatikan banyak menemukan kata-
kata mua’rrab tanpa disesuaikan dengan wazan-wazan Bahasa arab. Misal, kata ,‫خراسان‬

3
‫ إبراهيم‬kata-kata ini tidak sesuai dengan wazan-wazan yang ada dalam Bahasa arab
dikarenakan wazan wazan seperti; ,ّ‫إفعاليل‬,‫فعاالن‬.
Berdasarkan perubahan-perubahan tersebut, imam sybawaih berpendapat bahwa
yang disebut ta’rib adalah berbicaranya orang arab dengan menggunakan kata asing atau
non arabsecara mutlak yakni tanpa persyaratan adanya perubahan yang disesuaikan
dengan salah satu wazan dari wazan-wazan bahasa Arab. Namun apabila dianalisis
fenomena ta’rib yang tidak sesuai dengan wazan-wazan dalam Bahasa arab jumlahnya
sediki sekali. Bahkan, orang arab sekalipun jarang sekali melakukan ta’rib kecuali ta’rib
itu di sesuaikan dengan azan-wazan dalam Bahasa Arab ( Ade Nandang; 156).
C. Pro Dan Kontra Tentang Ta‘rib
Kemunculan ta’rib dalam Bahasa Arab bukan dengan mudah diterima oleh
Sebagian kalangan ahli Bahasa arab. Fenomena ta’rib dalam Bahasa arab memunculkan
beragam padangan para ahli Bahasa diantaranya ada yang menerima dan tak sedikit pula
yang menolak.
Aliran yang menolak ta’rib mengungkapkan bahwa metode ta’rib dapat masuknya
kata-kata asing yang dapat merusak keorsinalitasan Bahasa Arab. Senada dengan
pernyataan tersebut, Ibrahim Ibrahim menyatakan bahwa ta‘rib bagaikan senjata yan
gmemiliki dua sisi tajam, yaitu dapat memberikan manfaat dan memperkaya khazanah
bahasa (Arab) itu sendiri dengan syarat adanya batasan dalam mengambil atau
mengadopsi bahasa asing, namun di sisi lain dapat menghilangkan identitas, karakteristik
dan sifat asli bahasa yang meminjam (Arab) secara bertahap.
Adapun aliran yang mendukung arabisasi menggunakan metode ini untuk
menjamin keutuhan arti yang dimaksud oleh suatu kata atau ungkapan. Mereka lebih
cenderung menggunakan istilah-istilah asing secara bebas dalam bentuk aslinya.
Kalaupun ada perubahan, itu hanyalah sebatas transliterasi ke dalam aksara bahasa Arab.
Bahkan di antara aliran ini ada yang cenderung mewajibkan arabisasi tanpa syarat.
(Ibrahim, 2001: 128).
Di antara dua aliran ekstrim yang saling berseberangan tersebut terdapat Ada
aliran ketiga yang merpendapat lebih moderat. Aliran ini berpendapat boleh saja
mengambil kata-kata asing sebagai upaya terakhir, setelah terlebih dahulu mencari
padanannya dalam bahasa Arab, baik dengan merujuk kepada ungkapan lama maupun

4
dengan pembentukan istilah baru. Aliran ini terdapat di Kairo, Damaskus, dan Bagdad
(Malik et al., n.d.).
D. Macam-Macam Ta'rib

Ta'rib dapat dibagi menjadi dua macam: ta'rib makna dan ta'rib isti'mal.

a. Ta'rib makna: membuat isim Arabi sebagai pengganti isim a'jami. Ini ta'rib yang
masyhur dan mudah dipahami, dan dilakukan oleh kamus-kamus dan lembaga-
lembaga bahasa. Ini pula yang terlintas dalam pikiran orang banyak kala mendengar
kata ta'rib. Misalnya, Windows diarabkan menjadi ‫ النوافذ‬dan Microsoft menjadi ‫اللطيف‬
‫ الدقيق‬.

b. Ta'rib isti'mal: penggunaan isim 'ajam dalam pola arab. Yakni memprosesnya
menurut cara bahasa Arab, membentuknya dan memperlakukannya menurut wazan,
binyah, dan kaidah-kaidahnya… dst. hingga bercorak dan bertabiat Arab yang fasih,
sekalipun berasal dari 'ajam. Ta'rib seperti ini banyak dalam bahasa Arab misalnya
lafal-falaf dalam al-Qur`an yang mempunyai asal-usulnya sendiri dalam bahasa
'ajamnya seperti istabraq, dll. untuk contoh-contoh klasik. Dan lafallafal seperti
istilah-istilah ‫ وب;الحاس‬dan ‫ ت;نترن‬baik berupa isim 'alam seperti nama-nama situs,
program, dan bahasa pemrograman; maupun isim jins atau makna seperti nama
komputer, hausabah, tahmil, tahlil, tanzil, dll.

Pembicaraan kali ini dibatasi pada ta'rib isti'mal yang di antara kaidahnya
adalah: Pertama, apabila dalam kata terdapat huruf yang tidak ada dalam bahasa Arab
lalu kata itu diarabkan dan di dalamnya tidak huruf Arab yang sepadan, maka orang
Arab bertindak dan menggantinya dengan huruf yang paling serupa atau paling dekat.
Kedua, apabila semua huruf dari kata itu ada dalam bahasa Arab, akan tetapi di
dalamnya terkumpul huruf-huruf yang tidak terkumpul dalam kata bahasa Arab.

E. Proses Ta’rib dan Cara Mengetahuinya

a. Proses terjadnya ta’rib (arabisasi)

Pada masa Jahiliyah, orang-orang Arab mengadakan kontak dengan bangsa-


bangsa yang berdekatan dengan mereka, seperti orang-orang Persia, Habsyi, Romawi,

5
Suryani, Nabti, dan lainlain. Secara tidak langsung, bahasa Arab juga bersinggungan
dengan bahasa yang digunakan. Hal ini terjadi secara alami, karena mustahil suatu
bahasa terlindungi dari bahasa lain ketika terjadi persinggungan (ihtikāk),
sebagaimana perkembangan pesat dari suatu bahasa, yang jauh dari pengaruh luar dan
dianggap ideal, hampir tidak pernah terjadi pada bahasa apapun. Bahkan sebaliknya,
pengaruh suatu bahasa pada bahasa lain yang berdekatan memiliki peran yang besar
dalam perkembangan bahasa, karena persinggungan atau persentuhan bahasa
merupakan sebuah keniscayaan sejarah dan menyebabkan interferensi (tadākhul)
suatu bahasa pada bahasa lain (Tawwab: 1997: 358). Di antara kata-kata yang berasal
dari bahasa Persia adalah ‫بستان‬, ‫سجيل‬, ‫ٕاستبرق‬, ‫ ابريق‬,dan lain-lain, yang semuanya
tercantum dalam al-Qur’an (Khalil, 1985: 132-133). Bukti ini menunjukkan adanya
peminjaman kata (loanwords) yang terjadi pada bahasabahasa yang saling
bersinggungan, sekaligus adanya saling pengaruh-mempengaruhi antarbahasa
tersebut. Inilah yang terjadi pada bahasa Arab yang bersinggungan dengan
bahasabahasa yang berdekatan. Pengaruh yang dapat dirasakan dari persinggungan ini
adalah adanya penggantian antar bahasa dan pengambilan atau adopsi bahasa lain.
Yang paling tampak adalah pada aspek kata. Bahasa Arab mengambil kata bahasa
lain yang berdekatan dengannya, yang disebut dengan al-kalimāt al-mu’arrabah
(katakata yang diarabkan), sedangkan proses pengambilan ini disebut dengan ta‘ri>b
(arabisasi), yaitu kata-kata yang digunakan dalam bahasa Arab tidak sama dengan
bentuk aslinya, akan tetapi bangsa Arab membentuknya sesuai dengan kaidah bahasa
mereka dalam aspek suara (al-ashwāt) dan susunannya (al-binyah) (Khalil, 1985:
358-359). Hal inilah, yang kemudian menjadi embrio pembentukan ta‘ri>b dalam
ranah linguistik Arab. Bahasa yang dirasakan memiliki pengaruh besar terhadap
bahasa Arab adalah bahasa Latin dan bahasa Yunani pada masa Daulah Umayyah dan
Abbasiyah, di samping bahasa-bahasa dunia, semisal bahasa Rusia, Spanyol dan
tentunya bahasa Inggris yang paling dominan untuk saat ini (Hadi, 2005: 2). Contoh
katakata yang berasal dari bahasa Latin adalah magister (‫ ماجستير‬,( nama-nama bulan
Januarius (‫ يناير‬,(Februarius (‫ فبراير‬,(dan seterusnya. Adapun dari bahasa Yunani
adalah democratia (‫ ديموقراطية‬,(orthodox (‫ ارثودوكس‬,(ٔdan sebagainya. Seiring
perkembangan zaman, bangsa Arab mengadakan kontak dengan bangsa-bangsa lain

6
di dunia, termasuk bangsa Barat. Perkembangan yang terjadi di Barat secara tidak
langsung mempengaruhi perkembangan pola pikir, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
informasi yang membawa dampak pada perkembangan bahasa di dunia, tak terkecuali
bahasa Arab. Salah satu penyebab terbesar berkembangnya bahasa Arab adalah
perkembangan yang terjadi di Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut. Hal ini terjadi karena orangorang Arab mengadakan kontak dengan Barat,
baik di negeri Arab maupun di negeri yang bukan Arab. Akibat pengaruh tersebut,
baik dalam aspek budaya dan pemikiran, bangsa Arab dapat menyerap gagasan baru
yang berhubungan dengan budaya dan pemikiran mereka (Chejne, 1996: 185). Yang
terjadi, kemudian, adalah bahasa Arab harus menyesuaikan diri dengan bahasa yang
dibawa Barat melalui perkembangan iptek-nya dengan cara memunculkan beberapa
istilah baru. Akibatnya, sejumlah lembaga bahasa Arab harus melakukan
penerjemahan, membentuk istilah baru (dengan berdasarkan isytiqāq), membuat
singkatan (sesuai dengan nah}t), menyerap dan membentuk kata baru, dan
menyesuaikannya dengan kaidah-kaidah bahasa Arab sehingga lahirlah istilah ta‘ri>b
atau arabisasi (Ya'qub, tt: 220).

b. Cara Mengetahuinya

Kaedah Untuk Mengetahui Kata-Kata Serapan Bahasa Asing Sedang kaedah


umum yang biasa dipake ulama dalam penelitian kata-kata asing dalam bahasa Arab
adalah adanya tiga bentuk kaedah dasar yang meliputi perubahan fonemik dan
morfologis huruf bahasa Arab dan keserasian morfologis bahasa Arab serta pola-pola
dasar fonetik bahasa Arab. ketiga konsep dasar tersebut merupakan kaedah utama
yang dijadikan dasar para pemikir bahasa Arab modern dalam proses Arabisasi
bahasa asing.

a. Huruf-huruf Arab dalam kaitannya dengan perpindahan hurufhuruf vokal memiliki


tiga tingkatan sebagaimana disebutkan di atas. metode perpindahan huruf yang
memiliki tingkat kebenara yang lebih tinggi adalah pemindahan huruf asing ke dalam
huru Arab yang lebih dekat dengan memperhatikan tatacara pelafadzan modern dari
bahasa aslinya.

7
b. Penggunaan cara al-îqâ’u al-‘Arabiyyi dikarenakan bahasa asing atai kata-kata asing
tidak memiliki pola sebagaimana dalam bahasa Arab yang memiliki mizan a’sh-sharf
sebagai panduan dasar. sebagaimana dikatakan oleh al-khafâjî (kata-kata asing tidak
memiliki pola yang memberikan deskripsi tersendiri tentang keberadaan huruf asli
dan huruf tambahan, oleh karena itu para ulama bahasa sepakat bahwasannya huruf-
huruf dalam kata asing semuanya asli).

c. Pola fonetik bahasa Arab dengan segala unsurnya yang disebut kaedah fonetik bahasa
Arab merupakan kaedah dasar yang digunakan oleh para ulama bahasa modern dalam
proses Arabisasi. dalam proses ini ditemukan berbagai perubahan yang terjadi pada
lafadz-lafadz asing ketika di Arabkan seperti ibdâl, idghâm, chadzfu, a’z-ziyâdah, al-
qalbu al-makâni, dan lain sebagainya sebagaiman telah disebutkan di atas. semua
bentuk perubahan tersebut merupakan bentuk perubahan suara sehingga kata-kata
yang diArabkan menjadi mudah dilafadzkan dan sesuai dengan bahasa Arab karena
kedekatan suara dan keteraturan susunan hurufnya. pola ini menjadi sarana untuk
mendekatkan dua bahasa yang berbeda yaitu bahasa Arab dan bahasa asing. kata-kata
asing yang memiliki kedekata pola dengan pola bahasa Arab disebut dengan kata-kata
mu’arrab, sedangkan kata-kata asing yang tidak memiliki kedekatan ini dimasukkan
dalam kaedah fonemik bahasa Arab yang oleh para ulama disebut dengan ‫(منهاج العرب‬
)‫في الكالم‬

Selain itu kata ‘ajami (non arab) dapat diketahui dengan beberapa cara,
diantaranya:

1. Sebuah kata keluar dari wazan-wazan bahasa Arab, contoh seperti kata ّ ‫ّإبراهيم‬,ّ ‫أمين‬
.dua kata ini tidak ditemukan dalam wazan-wazan bahasa Arab.

2. Berkumpulnya dua huruf yang kedua huruf tersebut tidak mungkin berkumpul
dalam satu kata bahasa Arab, contoh kata ّ . ‫ّمنجنيك‬,‫مهندز‬, ‫ ّالطاجن‬,‫ صولجان‬pada kata
yang pertama berkumpul huruf ‫ ط‬dan ‫ ج‬,kata yang kedua berkumpul huruf ‫ص‬
dan ‫ ج‬,kata yang ketiga berkumpul huruf ّ ‫ ق‬dan ‫ ج‬,dan kata yang keempat huruf ‫ز‬
yang didahului dengan huruf ‫ د‬,semua kata-kata ini tidak ditemukan dalam kata-
kata bahasa Arab.

8
3. Luputnya suatu kata baik yang terdiri dari empat huruf atau lima huruf dari huruf-
huruf ( ‫ ن‬-‫ ّم‬-‫ ل‬-‫ ف‬-‫ ر‬- ّ‫ ) ب‬dzalaqoh.

4. Ahli bahasa menetapkan bahwa suatu lapazhbukan dari bahasa Arab.

F. Mua’rrab dalam Al-qur’an

Fenomena ta’rib dalam Bahasa Arab bukanlah hal yang baru. Karena kata-kata
mu’arrab telah masuk sejak dulu, hal tersebut terbukti dengan ditemukannya lafad-lafad
mu’arrab dalam syair-syair Jahili ( Pra-Islam). Bahkan para peneliti Bahasa Arab sejak
dari zaman ulama salaf telah menemukan lafad mu’arrab dalam Al-Qur’an . Hanya saja
keberadaan kosakata serapan dalam al-Quran yang merupakan Kalamullah masih
menjadi perdebatan yang panjang di kalangan kaum intelektual. Sebagian dari mereka
ada yang menolak seperti abu Ubaidah dan ada pula yang berpendapat bahwa kata
serapan ada di dalam al-Qur’an sebagaimana yang dipahami oleh Imam Suyuthi
(Andhini, 2017).

Sebagai ulama yang paling fokus dalam persoalan al-mu’arrab, Jalaluddin as-
Suyuthi dalam al-itqan fi ulumil qur’an dan fii maa waqa’a fil qur’an minal mu’arrab
mengklasifikasikan kata mu’arrab berdasarkan negeri asal kata-kata tersebut, yaitu kata
mu’arrab yang diambil dari bahasa Ethiopia, Persia, Yunani, India, Syiria, Ibrani,
Nabatian dan lain-lain (Suyuthi, 209; 203).

Mengenai lafad-lafad mu’arrab di alam Al-Qur’an diantaranya ada yang menolak


dan juga da yang menerimanya. Dalam hal ini terbagi kepada tiga kelompok.

1. Golongan pertama

Kelompok yang menolak adanya kata-kata yang diarabkan (al kalimaat


almu`arrobah) di dalam Al Qur`an, mereka adalah mayoritas ulama besar diantaranya
adalah Imam As Syafi`i, Abu Ubaidah, Al Qodhi Abu Bakar, dan Ibnu Faris. (Suyuthi,
2017; 166). Dan pendapat mereka berdasarkan firman Allah swt.

َ‫ِإ َّنا أ َ ْنزَ ْلنَاهُ قُ ْرآ َ ًنا عربيّا لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْع ِقلُون‬

9
Artinya: “sesungguhnya kami menurukanya sebagai Qu’an berbahasa Arab agar
kamu mengerti” (Qs. Yusuf 12;2.(.

Abu Ubaidah berkata: Sesungguhnya Al Quran diturunkan dengan bahasa Arab,


barangsiapa mengatakan bahwa di dalam Al Quran ada selain bahasa Arab maka ia telah
membesar-besarkan perkataannya, dan barangsiapa mengatakan “ً ‫” ِكذّابا‬adalah bahasa
Nabtiyah, maka ia telah membesar-besarkan perkataannya. Imam Syafi`i mengatakan
dalam kitabnya “‫ ”الرسالة‬tidak ada yang mengetahui bahasa selain nabi.

Dan Abul Ma`ali `Azizi bin Abdul Malik berkata: Sesungguhnya kata-kata asing
itu ada dalam bahasa Arab, karena ia adalah bahasa yang paling luas, paling banyak
perbendaharaan kata, maka boleh jadi ia dulu mencakup kata-kata asing tersebut.

2. Golongan kedua

Mereka adalah golongan yang beranggapan bahwa ada kata-kata asing dalam Al
Qur’an, dan mereka adalah salafus shalih dari kalangan sahabat dan para tabi`in,
diriwayatdari Ibnu Abbas, Mujahid dan Ikrimah bahwa di dalam Al Quran terdapat kata-
kata asingyang diarabkan (arabisasi), seperti:

.ّ‫ّواستربق‬،‫ّوأابريق‬،‫ّوالطور‬،‫ّواليم‬،‫ّواملشكاة‬،‫سجّيل‬.

Beberapa kata muarrab dalam al-Qur’an (yang jumlahnya sedikit) tidak


menjadikannya keluar dari ke-Araban-nya, sebagaimana syair/lagu Persia yang yang
memungkinkan di dalamnya terdapat lafaz Arab, namun hal itu tidak menjadikannya
keluar dari ke-Persia-annya.24 Kemudian mereka juga menjawab alasan kontra tentang

firman-Nya ) ‫أأعجميّ وعريب‬,) mereka menafsirkan ayat ini: “Apakah perkataan yang

disampaikan dengan bahasa ‘ajam (asing) sedangkan pembicaranya adalah orang Arab?”.
Mereka juga mengatakan bahwa, para ahli nahwu telah bermufakat bahwa kata

“‫”إبرهيم‬hukumnya tidak berubah (mamnu’ minas sharf) karena keasingannya.

10
Selanjutnya, sebagaimana diketahui bahwa Nabi saw diutus bukan hanya untuk
bangsa Arab, namun untuk seluruh umat, dan dikarenakan Nabi saw diutus untuk seluruh
umat, maka tidak menutup kemungkinan bahwa di dalam al-Quran terdapat bahasa selain
bahasa Arab meskipun pada dasarnya Al-Quran diturunkan dengan bahasa kaumnya
(Arab). Hal ini berdasarkanayat al-Quran:

ً
‫وماأرسلناك إال رحمة للعاملين‬

Artinya: “dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam”. (Qs. al-Anbiya’: 107).

Diantara ulama zaman sekarang yang berpendapat seperti ini adalah


dr. Ramadhan ‘Abd Tawwab dan Muhammad as-Sayyid Ali al-Balasi. Dia telah
menuliskan pendapatnya dalam kitab berjudul “fushul fi Fiqh al- ‘Arabiyah”. Salah satu
ungkapannya di dalamnya adalah “merupakan sebuah kesalahan mengingkari adanya
unsur serapan bahasa asing di bahasa Arab fusha dan di dalam al-Qur’an. Muhammad as-
Sayyid Ali al-Balasi dalam kritiknya atas kitab al-Muhazzab mengatakan bahwa para
ulama telah sepakat mengatakan adanya kalimat ‘ajam (non Arab) di dalam al-Qur’an,
yang telah diArabkan bangsa Arab sebelumnya. Sehingga dengan bagaimanapun tidak
ada perbedaan diantara para ulama itu untuk menggunakan kalimat yang di-Arabkan. Dan
dengan demikian juga tidak ada masalah bila kalimat yang asalnya bukan Arab terdapat
di dalam al-Qur’an.

3. Golongan Ketiga

Mereka ini bisa dikatakan sebagai penengah kubu pro dan kontra. Mereka
mengatakan bahwa kata-kata asing yang terdapat di dalam al-Quran pada dasarnya adalah
bahasa ‘ajam (sebagaimana pendapat fuqahâ’), namun pada akhirnya bangsa Arab
merubah bahasa tersebut menjadi padanan bahasa Arab, dan memakainya dalam
keseharian mereka, sehingga kata tersebut sudah menjadi bahasa fashih bagi kalangan
mereka, dan kemudian Al-Quran diturunkan dan di dalamnya terdapat kata-kata tersebut.
Di antara ulama yang berada di posisi tengah lainnya adalah Abu Ubaid al-Qasim bin

11
Salam, ia mencoba menjelaskan pendapat gurunya Abu Ubaidah yang kontra dengan
adanya kata-kata muarrab di dalam al-Qur’an. Menurutnya, semua kata-kata al-Qur’an
adalah Arab termasuk kata-kata mu’arrab, karena kata-kata asing itu telah mengalami
Arabisasi dan telah dipakai secara jamak oleh bangsa Arab sebelum turunnya al-Qur’an.
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, Suyuthi dalam pengantar al Muhadzab
mengatakan bahwa siapapun yang mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya berbahasa
Arab adalah benar, dan siapapun yang mengatakan bahwa di dalamnya juga ada bahasa
asing adalah juga benar.

Mengenai jumlah kata-kata mu’arrab di dalam Al-Quran, Ibnu Syubki


mengatakan bahwa jumlahnya adalah 27 kata, kemudian Ibnu Hajr menambahkan
24 kata lain, dan selanjutnya as-Suyuthi menambahkan kata-kata mu’arrab dalam
al-Qur’an lebih dari 60 buah, sehingga jumlah keseluruhannya sekitar 100 kata.
Contoh kata mu’arrab yang terdapat di dalam al-Quran:

a. Kata ‫ قرطاس‬dalam QS. Al-An’am ayat 7:

‫ْ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ ْ َ َ َ ا َ َ ۟ َٰ َ ٓ ا‬ ً ‫َو َل ْو َن ازْل َنا َع َل ْي َك ِك ََٰت‬


‫ين ك َف ُر ٓوا ِإ ْن َهذا ِإال ِس ْح ٌر ُّم ِب ٌين‬ ‫اس فلمسوه ِبأي ِد ِيهم لقال ٱل ِذ‬
ٍ ‫ط‬‫ر‬‫ق‬ِ ‫ى‬ ‫ف‬ِ ‫ا‬ ‫ب‬

"Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu


mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-
orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."
Menurut sebahagian ahli, kata (‫ )قرطاس‬bukan Arab asli, berasal dari kata “charta”
dalam bahasa Yunani, sedangkan dalam Bahasa Abyssinia adalah “kartas”.
Sementara itu, al-suyuthi hanya mengomentarinya dengan pernyataan ” ‫ان القرطاس‬
‫”غير عربي‬.
b. Kata (‫ )ابلعي‬dalam QS. Hud ayat: 44:
ُ ْ ََ ْ َ َ ْ َ َْ ُ َ َٓ ْ َ ْ َ ٓ َٰ ٓ َ ُ ْ َ ََٰٓ َ َ
ِ ‫يض ٱملا ُء وق ِض َى ٱْل ْم ُر وٱستوت على ٱلج‬
ۖ ‫ود ِى‬ ‫ض ْٱبل ِعى َما َء ِك َو َي َس َما ُء أق ِل ِعى َو ِغ‬ ‫و ِقيل يأر‬
َٰ‫ا‬ َْ
‫يل ُب ْع ًدا ِللق ْو ِم ٱلظ ِل ِم َين‬
َ ‫َو ِق‬

12
Artinya: Dan difirmankan: “hai bumi telanlah airmu, dan langit (hujan)
berhentilah, “ dan air itu pun disurutkan, perintahpun sideledaikan dan bahtera
itupun berlabuh di atsa bukit Judi, dan dikatakan: “binasalah orang-orang yang
zalim”.
Ibnu Hatim dalam tafsirnya, sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi,
menyatakan bahwa kata ibla’i berasal dari bahasa Habsyi. Sementara
Ibn Hayyan mengatakan berasal dari bahasa Hindi.
c. Kata (‫ )استبرق‬pada QS. Al-Rahman: 54:
َ ْ َ ‫ين َع َل َٰى ُف ُر َ َ ُ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ا‬ َ ‫ُم ات ك ئ‬
ٍ ‫ش ب ط ا ِئ ن ه ا ِم ن ِإ س ت ب ر ٍق ۚ وج ن ى ال ج ن ت ي ِن د‬
‫ان‬ ٍ ِ ِ
Artinya: “Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari
sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat”.
Menurut Ibnu Hatim dan Abu Ubaid, sebagaimana dikutip oleh imam Suyuthi
berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Persi dengan makna ( ‫ديباج‬
‫= ئغليظ‬sutera tebal).(Zaky, 2020).

13
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Istilah ta’rib (arabisasi) dalam bahasa Arab dapat dikatakan sebagai bagian dari
bahasa kara serapan (Dakhil), dimana kata-kata yang diserap telah mengalami perubahan,
baik dari aspek fonologi dan morfologis, sesuai dengan kaidah dan ketentuan bahasa
Arab.
Ta’rib merupakan gejala umum yang dapat saja berlaku pada semua bahas di
dunia sebagai bahasa yang berkembang dan tidak mati sesuai dengan perkembangan
zaman.
Faktor mendasar masuknya mufrodat-mufrodat asing ke dalam bahasa arab adalah
adanya proses pencampuran baik materi,budaya,dan politik dengan bangsa-bangsa lain
yang terjadi sebelum islam atau sesudahnya.
Pada masa Jahiliyah, orang-orang Arab mengadakan kontak dengan bangsa-bangsa yang
berdekatan dengan mereka, seperti orang-orang Persia, Habsyi, Romawi, Suryani, Nabti,
dan lainlain. Secara tidak langsung, bahasa Arab juga bersinggungan dengan bahasa yang
digunakan.
Sejak dulu bangsa Arab telah melakukan hubungan dengan tetangganya yaitu
aromia yaitu baik di bidang kematerian maupun politik seperti
perdagangan,migrasi,perjalanan dll.Pengaruh dari adanya hubungan itu, maka banyak
ditemukan bahasa aromia yang masuk dan menjadi bahasa Arab khusunya mufrodat-
mufrodat yang berkaitan dengan fenomena kehidupan kebudayaan yang tidak terdapat
pada lingkungan bahasa Arab,juga mufrodat-mufrodat yang berkaitan dengan berfikir
falsafi.

14
DAFTAR PUSTAKA

• al-Suyuthi Jalaluddin, Al-Mahadzzab Fi Mâ Waqa’a Fî al-Qur’an Min alMu’arrab,


Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2008
• al-Suyuthi Jalaluddin, l-Itqân fi Ulûm al-Quran, Beirut: darul fikr,2017.
• Ibrahim, Rajab Abdul Jawwad. 2001. Dirāsāt fi al-Dalālah wa al Mu’jam. Cairo:
Dār al-Gharib.
• Ma'luf, Louis. 2005. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lām, Cet. ke-41. Beirut: Dār al-
Masyriq.
• Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah. Al-Mu’jam al-Wasit. IV. Kairo: Maktabah al-
Syuruq
al-Dauliyyah, 2005.
• Tawwab, Ramadhan Abdul. Fusul fi Fiqh al-‘Arabiyyah. V. Kairo: Maktabah al-
Khanji, 1997
Jurnal
• Andhini, N. F. (2017) ‘Nalisis Kata Serapan Bahasa Asing Dalam Al Quran Perspektif
Imam Suyuthi, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
• Malik, A., Uin, P., Kalijaga, S., & Yogyakarta, M. A. (n.d.). ARABISASI ( TA‘RI B )
DALAM BAHASA ARAB (Tinjauan Deskriptif-Historis).
• Malik, A., Uin, P., Kalijaga, S., & Yogyakarta, M. A. (n.d.). ARABISASI ( TA‘RI B )
DALAM BAHASA ARAB (Tinjauan Deskriptif-Historis).
• Ubaidilah Ismail, 2013. Kata Serapan Bahasa Asing Dalam Al-Qur’an Dalam
Pemikiran At-thobari. Vol. 8, No. 1, Juni 2013
• Yuspa, A. (n.d.). Mempertahankan Gramatika Dan Morfologi
• Zaky, A. (2020) ‘TA’RIB BAHASA ARAB DAN MU’ARRAB DALAM AL -QURAN Ahmad Zaky,
M.A.’, V(1), pp. 1–18.

15

Anda mungkin juga menyukai