Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BAHASA ARAB DAN KERAGAMAN LAHJAH DALAM AL-QUR’AN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Lughah al-Qur’an

Dosen Pengampu: Istiqomah S.Th.I., M.A

Oleh:

Kelompok 5

Nahdha Ibtisam 18211025


Normala 18211032
Nur Azizah Trijayanti 18211036

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019 M / 1441 H
DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang............................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................................ 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
A. Bahasa Arab dengan Keberagaman Lahjahnya ............................................................. 4
B. Lahjah Quraisy sebagai lahjah yang dominan dalam al-Qur’an ................................... 7
C. Lahjah-lahjah selain lahjah Quraisy dalam al-Qur’an .................................................. 9
D. Contoh-Contoh Ragam Lahjah dalam Bahasa Arab ................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................... 17
Kesimpulan.............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 18
DAFTAR LITERATUR RUJUKAN MAKALAH ................................................................. 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran utama dalam berkomunikasi dan selalu
memunculkan berbagai fenomena yang menarik untuk dikaji dan
dikembangkan. Diantara fenomena kebahasaan adalah munculnya dialek
(Lahjah). Dialek bahasa telah memberikan gambaran yang jelas akan hubungan
bahasa dengan berbagai disiplin ilmu tersendiri. Kajian dialek merupakan
upaya menentukan langkah dan strategi yang lebih baik dalam berkomunikasi.
Berawal dari turunnya risalah agama Islam kepada Nabi Muhammad saw
di tanah suci Mekah, menjadi kewajiban bagi Nabi Muhammad saw untuk
menyampaikannya kepada keluarga dekat dan para sahabatnya. Kemudian
bersama-sama menyebarluaskan risalah tersebut kepada seluruh penduduk
Mekah bahkan penduduk di seluruh jazirah Arab. Mereka melakukan
perjalanan dakwah ke berbagai daerah, suku dan bahkan negara yang berbeda
bahasa.
Bahasa Arab telah tersebar di penjuru dunia dan digunakan oleh berbagai
bangsa, sebab bahasa Arab merupakan bahasa agama, kitab suci, juga bahasa-
bahasa hadis Nabi yang digunakan dalam pelaksanaan ibadah. Al-Qur’an itu
sendiri mempunyai konstribusi besar terhadap pengembangan dan penyebaran
bahasa Arab. Al-Qur’an juga merupakan pemersatu lahjah-lahjah Arab dalam
lahjah Quraisy. Bahasa dan sastra Al-Qur’an telah membumi dan
memasyarakat diseluruh kabilah Arab terutama pada daerah-daerah yang
dimasuki Islam.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Bahasa Arab dengan keragaman lahjah-nya, dan faktor
penyebabnya?
b. Mengapa lahjah Quraisy sebagai lahjah yang dominan dalam al-Qur`an?
c. Apa saja lahjah selain lahjah Quraisy dalam al-Qur`an?
d. Bagaimana contoh-contoh ragam lahjah dalam bahasa Arab?

2
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Bahasa Arab dengan keragaman lahjah-nya, dan faktor
penyebabnya.
b. Untuk mengetahui bahwa lahjah Quraisy sebagai lahjah yang dominan
dalam al-Qur`an.
c. Untuk mengetahui berbagai lahjah selain lahjah Quraisy dalam al-Qur`an.
d. Untuk mengetahui contoh-contoh ragam lahjah dalam bahasa Arab.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahasa Arab dengan Keberagaman Lahjahnya
1. Sekilas tentang Bahasa Arab
Perkembangan bahasa Arab merupakan rumpun bahasa Semit dan
sudah berlangsung lama. Budaya Arab telah lahir lebih dari 2000 tahun
yang lalu, bahkan Muhibbudin al Khatib berpendapat bahwa bahasa Arab
sudah ada sekitar 3600 SM. Lebih dari dua ratus juta orang berbicara
dengan menggunakan dialek Arab. Negara-negara yang
menggunakannya meliputi bagian utara benua Afrika, dari Mauritania
hingga Mesir, Levante, Jazirah Arab, dan Irak. Pada dasarnya bahasa
Arab mengacu kepada penggunaan dialek Quraisy sebagai standar
penggunaan bahasa pada waktu itu, tetapi lambat laun mulai mengalami
perbedaan-perbedaan kebiasaan dalam berbahasa dalam ranah tertentu.
Bahasa Arab setelah datangnya Islam dijadikan sebagai bahasa al-Qur`an
sehingga antara bahasa Arab dan Islam memiliki kaitan yang sangat erat
karena dengan kehadiran Islam bahasa Arab semakin menyebar ke
berbagai wilayah.1
Bahasa Arab dikenal sebagai bahasa paling komprehensif dan
detail di antara bahasa-bahasa yang ada di dunia. Tidak satu pun bahasa di
dunia yang mempunyai kelebihan selengkap bahasa Arab. Keunggulan
bahasa Arab meliputi segala aspek linguistik fonologi, morfologi, sintaksis
dan retorik serta aspek konsistensi dan orisinalitasnya dalam masa yang
sangat panjang. Aspek keistimewaan linguistik yang sangat menonjol
adalah wus’atul mufradat (keluasan kosa kata). Kosa kata bahasa Arab
disebabkan beberapa hal yaitu fenomena isytiqaq atau pecahan kata dari
satu kata dasar, dan taraduf (sinonim) yang mencapai ribuan sinonim
untuk satu semantik. Di samping itu juga ada fenomena tadhad (antonim)
dan ta’rib (arabisasi). Fenomena-fenomena bahasa Arab ini

1
Mufrodi, Fonologi dan Morfologi Bahasa Arab ‘Amiyah, (Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah, 2015) hlm.3-4

4
dilatarbelakangi oleh beragamnya kabilah Arab yang berkomunikasi
dengan lahjah (logat ) khusus.
Adapun faktor penyebab keberagaman bahasa, antara lain:
a. Lingkungan
b. Jauhnya tempat tinggal
c. Sarana-sarana kehidupan
d. Perbedaan dunia yang dilihat
e. Perbedaan cara memahaminya dan berbicara.
2. Pengertian Lahjah dan Sebab Keragamannya
Secara Etimologi, ‘lahjah’ dalam Lisanu al-’arab bermakna
gemar dengan sesuatu, menyanyikan (mengucapkan), dan
membiasakannya. Dalam kamus Al-Munjid berarti bahasa manusia yang
menjadi karakter dan dibiasakan olehnya.
Secara Terminologi, ‘lahjah’ adalah ‘dialek’ atau variasi dari
sebuah bahasa yang dipergunakan di suatu daerah dengan variasi yang
berbeda-beda dalam bahasa, sejumlah kata dan gramatikanya.
Adapun Daud mengartikan bahwa lahjah dalam ‘dialek’ yaitu cara
pemakaian bahasa yang berbeda dari cara-cara lainnya dalam suatu bahasa
karena masing-masing memiliki ciri-ciri kebahasaan yang khusus. Dalam
hal ini tiap cara ini bersekutu dalam membentuk ciri-ciri kebahasaan yang
bersifat umum (Daud, 2001: 63).2
Bahasa Arab terbagi berbagai macam dialek (lahjah), secara umum
terbagi menjadi bahasa Arab Fushha dan ‘Amiyah. Bahasa Arab Fushha
yaitu bahasa Arab formal yang mengikuti kaidah-kaidah gramatikal bahasa
Arab. Sedangkan bahasa Arab ‘Amiyah yaitu bahasa Arab non formal.

Contoh kalimatnya ‫ تصبخ على خير‬dalam bahasa Fushha dibaca tusbihu


‘ala khayr, sedangkan dalam bahasa ‘Amiyah dibaca tisbah ‘ala kheir.
Adanya fenomena kemunduran penggunaan bahasa Arab Fushha
menjadi kesempatan bagi suatu golongan untuk menghancurkan agama

2
http://digilib.uin-suka.ac.id/22563/1/suaidi-%20dialek-dialek%20BAHASA%20
Muhammad Daud, Al-‘arobiyyah wa ilm al-lughah al-hadis, (Kairo: Darun Garib, 2001)

5
Islam. Pada awal abad 20, terdapat seruan untuk menggantikan bahasa
Arab Fushha dengan ‘Amiyah yang bergaung di Mesir dengan awal
pencitraan bahwa bahasa Arab sangat sulit dipelajari. Tujuan tersebut
untuk menjauhkan muslim dari al-Qur’an dan sunnah sehingga tak jarang
muncul perdebatan pro dan kontra dengan adanya bahasa Arab ‘Amiyah.
Dengan hal ini dijadikan alasan bagi orang orang yang tidak setuju dengan
adanya bahasa ‘Amiyah. Jika dicermati, argumentasi orang-orang yang
tidak setuju adanya ‘Amiyah adalah bersifat teologis, yaitu dikarenakan
akan kekhawatiran mereka dengan kurangnya pemahaman orang-orang
Islam terhadap sumber ajarannya yaitu al-Qur’an dan sunnah.3
Sedangkan ragam lahjah dalam bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor geografis, dan asimilasi budaya yang melazimkan adanya
perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh asas kebutuhan antar
bangsa Arab dan bangsa lain di dunia. Karena seiring dengan
meluasnya agama Islam ke seluruh dunia, merupakan sebuah
konsekuensi logis bahasa Arab sebagai bahasa sumber agama juga
meluas ke seluruh dunia.
b. Faktor ekonomi yang melazimkan pengunaan bahasa Arab sebagai
bahasa komunikasi perekonomian bangsa Arab dengan bangsa lain
yang kemudian menyebabkan perkembangan bahasa Arab dalam
aspek serapan bahasa asing.
c. Faktor sosial masyarakat, seperti imigrasi, ketenagakerjaan, dan tujuan
keagamaan seperti ibadah haji dan umrah. Sedangkan dalam aspek
pendidikan, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
institusi pendidikan di Timur Tengah. Hal ini menjadi faktor
keterpakaian bahasa Arab bagi penutur asing yang mengenyam
pendidikan di wilayah tersebut.

3
Mufrodi, Fonologi dan Morfologi Bahasa Arab ‘Amiyah, (Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah, 2015) hlm.5

6
Semua faktor tersebut memiliki sumbangsih kepada perkembangan
bahasa Arab, baik positif maupun negatif. Adapun efek positif adalah
bertambahnya angka penutur bahasa Arab yang mengokohkan eksistensi
bahasa Arab sebagai bahasa kelima terbanyak dipakai di dunia. Adapun di
antara efek negatifnya adalah berkurangnya orisinalitas bahasa Arab
Fushhah (bahasa Arab baku yang sesuai dengan bahasa Al-Qur’an).
Terutama orisinalitas bahasa Arab dalam aspek penyebaran kosa kata
serapan asing yang tidak terkontrol dan meluasnya lahjah baru yang
terpengaruh dari gaya bahasa dan ciri khas bahasa penutur non Arab.4

B. Lahjah Quraisy sebagai lahjah yang dominan dalam al-Qur’an


Lahjah Quraisy menjadi lahjah terbesar di jazirah Arab, hal ini
berdasarkan sejarah bangsa Arab terdahulu yang berbeda-beda suku.
Sehingga menimbulkan pergulatan dan pencampur bauran antara lahjah
(dialek) yang satu dengan yang lainnya. Kemenangan lahjah Quraisy-lah
yang menyatukan dan menghubungkan antara dialek-dialek yang lain. Faktor-
faktor yang mempengaruhi dialek ini dari dialek-dialek lain:
1. Faktor keagamaan, dimana pada saat itu kaum Quraisy sering
mengunjungi Baitullah dalam melaksanakan peribadatannya. Pandangan
mayoritas suku bangsa Arab dimasa jahiliyah, Baitullah merupakan
tempat yang disucikan dimana banyak orang yang berkunjung kesana
untuk melaksanakan haji adapula yang datang untuk menyembah patung-
patung dengan membawa sesajian. Bagi kaum Quraisy hal itu merupakan
pengaruh keagamaan yang melekat pada suku bangsa Arab.
2. Kekuasaan ekonomi, yaitu digenggaman orang-orang Quraisy terdapat
sejumlah pandangan yang besar, yaitu bagi mereka yang sering
berpindah-pindah tempat berdagang diberbagai wilayah jazirah Arab,
dari Syam bagian utara menuju Yaman Selatan. Dengan rangkaian
kegaiatan pandangan tersebut, maka kendali kekayaan di negara ini

4
Hayati, Rita Febrianta, “Lahjah Dosen IAIN Bukittinggi dalam Komunikasi Berbahasa Arab”

7
dipegang oleh kaum Quraisy. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-
Qur`an surah al-Quraisy.
3. Pengaruh politik, yaitu bagi orang-orang Quraisy pengaruh agama dan
ekonomi, juga keutamaan kedudukan negaranya merupakan suatu
kenyataan yang menjadi keutamaan bagi pengaruh polotik yang cukup
kuat diantara Negara-negara Arab lainnya pada masa jahiliyah.
4. Dialek Quraisy merupakan dialek Arab terluas yang menjadi suatu
kekayaan, dan dialek Arab tertinggi dari segi uslub, serta menjadi dialek
yang paling mampu untuk mengutarakan seni kata yang berbeda hal itu
disebabkan oleh keutamaan yang telah ditentukan bagi para penuturnya,
baik segi sarana kebudayaan maupun kesempatan yang banyak untuk
memperoleh kesan khusus dengan dialek Arab yang berbeda-beda.
Al-Qur’an menggunakan dialek Quraisy, maka tidaklah
mengherankan jika dialek Quraisy dipahami oleh semua suku, tidak
mengherankan pula, datangnya pengaruh zaman jahiliyah yang merupakan
catatan, puisi, khutbah, aturan, disusun dengan bahasa Quraisy.5
Persoalan tentang bahasa Quraisy menjadi bahasa dalam Al-Qur’an
berpangkal pada perkataan Utsman bin ‘Affan dihadapan 3 penulis dari
Quraisy dan seorang dari Anshar: “Jika kalian berbeda pendapat mengenai
Al-Qur’an, maka tulislah dalam bahasa Quraisy karna ia diturunkan dengan
bahasa mereka”.
Menurut Abu Syamah Al-Maqdisi perkataan Utsman mengandung
pengertian bahwa kebanyakan dalam bahasa mereka. Jadi, jika terdapat
perbedaan mengenai satu kata, maka diambil atas dasar kesepakatan bahwa
bahasa Quraisy lebih dikenal dibanding yang lainnya.
Ja’far Dikki berpendapat bahwa perkataan Ustman tidak lebih dari
nasihat yang bersifat administratif bagi anggota penulis Al-Qur`an, agar
merujuk pada tata penulisan lughoh Quraisy, karna Al-Qur’an turun dalam
bahasa mereka.

5
https://herasukses.wordpress.com, Keunggulan_Dialek_Quraisy, 9 Maret 2018, 09.00
WIB

8
C. Lahjah-lahjah selain lahjah Quraisy dalam al-Qur’an
Dialek-dialek suku yang masuk dalam lisan Arab, menurut catatan
Samih ‘Atif al-Zain, antara lain dialek suku Qais, Tamim, dan Asad, dan
kepada mereka pula disandarkan keberadaan garib, i’rab, dan tasrif.
Selebihnya adalah suku Huzail, sebagian Kinanah, dan La’iyyin.
Jawwad Ali membagi bahasa-bahasa Arab (al-‘Arabiyyat) atas tiga
kelompok bahasa Arab berdasarkan ketakrifan yaitu:
1. Kelompok al digunakan oleh bahasa-bahasa Arab Utara untuk ketakrifan
didepan nama.
2. Kelompok nūn atau alif-nūn digunakan oleh bahasa Arab Selatan untuk
ketakrifan dibelakang nama.
3. Kelompok ha` dan ha`-alif dipakai oleh bahasa Lihyaniyah, Samudiyah,
dan Safawiyah untuk ketakrifan di depan nama. 6
Yang bukan merupakan bahasa hijaz:7
a. Abu Ubaid meriwayatkan dari jalur Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang

firman Allah : ( َ‫امد ُْون‬


ِ ‫س‬َ ‫) َوأ َ ْنت ُ ْم‬ (sedang kamu melengahkannya), dia

berkata: “itu adalah Bahasa Yaman”. Dia meriwayatkan dari Adi

Dhahhak tentang firman Allah : (‫) َولَ ْو أ َ ْل َقى َم َعا ِذي َْره‬ (meskipun dia

mengemukakan alasan-alasannya) dia berkata: “Tabir-tabirnya, menurut


Bahasa Yaman”.

b. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Al-Dhahhak tentang firman Allah ( َ‫ل‬
‫)وزَ َر‬
َ (tidak ada tempat berlindung) dia berkata: “Gunung, menurut

Bahasa Yaman”. ( ‫) َكذَ ِل َك َوزَ َّو ْجنَا ُه ْم ِب ُح ْور ِعي ِْن‬ (Demikianlah dan

Kami berikan kepada mereka bidadari) dia berkata: “Itu adalah Bahasa
Yaman. Karena penduduk Yaman berkata: “Kamu menikahkan si fulan
dengan si fulanah” Ar Raghib berkata didalam kitab mufradatnya

6
Ahmad Mukhtar Umar, Lahjat Al-Arab Fii Al-Qur’an Al-Karim (Lebanon: Dar Al-
qotob Al-Ilmiyah) hlm.101-165
7
Ismail bin Umar al-Mugri, kitab al-Lugot fi al-qur’an, (Kota al-Qohiro: Haqohu wa
nasyrohu, Sholahuddin Al-Munjid, 1365-1946) hlm. 4-9

9
didalam al-Qur`an tidak ada kalimat (‫)زوجنلهم حورا‬sebagaimana
dikatakan ‫زوجنه امرأة‬ (aku menikahkannya dengan seorang

perempuan), untuk menjelaskan kepada mereka bahwa pernikahan yang


dimaksud adalah tidak sama dengan pernikahan yang dikenal oleh
mereka selama ini.” Dia meriwayatkan dari Hasan tentang firman Allah:

(‫)لو أردنا أن نتخذلهوا‬ (sekiranya kami hendak membuat sesuatu

pemainan). Dia berkata : “kata menurut bahasa Yaman maknanya adalah


seorang perempuan.” Dia meriwayatkan dari Muhammad bin Ali tentang

firman Allah ( ‫( ) ونادى نوح ابنه‬dan Nuh memanggil kepada anaknya),


dia berkata “menurut bahasa suku Thay maknanya adalah laki-laki dari
istrinya.” Dia meriwayatkan dari Al-Dhahak tentang firman Allah ( ‫أعصر‬

‫( ) خمرا‬aku memeras khamar), dia berkata: “anggur, menurut Bahasa


Omman. Mereka menamai anggur itu sebagai khamar.” Dia

meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman allah: (‫) أتدعون بعل‬
(patutkah kamu menyembah ba’al). Dia berkata ‘’tuhan, menurut Bahasa
Yaman’’. Dan dia meriwayatkan dari Qatadah bahwa dia telah berkata,
“kata maknanya adalah tuhan,menurut Bahasa Azad Syanuah.”
c. Abu Bakar Al Anbari meriwayatkan di dalam kitb “al waqfu wa ibtida’”

dari Ibnu Abbas bahwa dia telah berkata :’’kata ‫ وزر‬maknanya adalah
anak laki-laki dari anak laki-laki, menurut bahasa Hudzail. Dan
didalamnya dia meriwayatkan dari Ibnul Kalbi bahwa dia telah berkata:

“kata ‫المرجان‬ maknanya adalah mutiara yang kecil, menurut Bahasa

Yaman’’. Dan dia meriwatkan di dalam kitab Arraddu ‘Ala Man Khalafa
Musshafa Utsman sebuah riwayat dari Mujahid bahwa dia telah :’’ kata

‫ الصواع‬maknanya adalah bandul timbangan, menurut Bahasa Himyar’’.


Didalamnya dia juga meriwatkan dari Abu Shalih tentang firman Allah:

‫أفلم ييْس الذين ئمنوا‬ (maka tidakkah orang-orang yang beriman itu

mengetahui). Dia berkata: “Tidakkah mereka mengetahui, menurut

10
Bahasa Hawazin’’. Al farra’ berkata: “al kalbi berkata:’’ menurut Bahasa
An Nakha.
d. Dan pada pertanyaan-pertanyaan Nafi’ al Azraq kepada Ibnu Abbas juga

disebutkan : ( ‫) أن يفتنكم‬ (diserang). Maksudnya adalah disesatan

menurut bahasa Hawazin.

- (‫( ) بورا‬binasa). hancur binasa, menurut Bahasa Oman.


- ( ‫( ) فنقبوا‬mereka menjelajah). mereka lari, menurut Bahasa Yaman.
- ( ‫( ) أليلتكم‬tidak mengurangi dari kamu). tidak mengurangi sedikit
pun darimu, menurut Bahasa Banni Abbas.

- (‫) مراغما‬ (tempat yang luas), keluasan menurut Bahasa suku

Hudzail.
e. Said bin Manshur meriwayatkan di dalam sunannya dari Amru bin

Surahbil tentang firman Allah ( ‫) سيل العرم‬ (banjir yang besar). Dia

berkata: banjir bandang, menurut Bahasa Yaman’’.


f. Juwaibir berkata di dalam tafsirnya dari ibnu abbas tentang firman allah:

(‫) في الكتاب مسطورا‬ (yang demikian itu telah tertulis di dalam al-

kitab). Dia berkata: “tertulis, itu adalah Bahasa Himyar. Mereka

menamai kitab itu sebagai ‘‫أسطور‬ ’


g. Abu Qasim berkata pada sebuah kitab yang disusun tentang masalah ini,
di dalam Al qur’an itu ada beberapa kata dari Bahasa Suku
Kinanah,yaitu:

- (‫( )السفهاء‬was sufahaa).ia berkata:(al juhaal)orang-orang yang

bodoh. ( ‫( ) خاسءين‬khaasi’ina). Ia berkata: (shaaghiriina) yang


hina.

- (‫( )شطره‬syathrahu). ia berkata (tilqa’ahu) tepat kearahnya.


- (‫( )أل خألق‬laa khalaqaa).ia berkata: (laa nashibb) tidak ada bagian
bagi mereka. ( ‫( ) وجعلكم ملوكا‬waja’alakum mulukan).ia berkata:

11
(ahraaran) orang-orang yang merdeka. ( ‫) قبيأل‬ (qabilaan). ia

berkata: (‘ayaanan) berhadap-hadapan muka dengan kami.

- ( ‫) بمعجزي‬ (bimu’jizina). ia berkata: (saabiqina) orang-orang

terdahulu.

- (‫( ) يعزب‬ya’zubu). ia berkata: (yaghibu), lenyap.


- ( ‫) ا وأل تركنو‬ (walaa tarkanuu). ia berkata: (wa laa tamiluu)

jangan kamu condong.

- ( ‫( ) في فجوة‬fii fajwatin). ia berkata: (nahiyyatin) tepi negeri.


- ( ‫( ) موءيأل‬mauilan). ia berkata: (maljaan) tempat berlindung.
- ( ‫( ) مبلسون‬mublisuuna) .ia berkata: (aaisuna) merasa bosan.
- ( ‫( ) دحورا‬duhuuran). ia berkata: (thardan) mengusir.
- ( ‫) الحراصون‬ (alharrashuna). ia berkata: (al kadzaabuuna) para

pendusta.

- (‫( )أسفارا‬asfaaran).ia berkata: (kitaban) kitab.


- (‫( )أقتت‬uqqitat).ia berkata : (jumi’at) dihimpun.
- (‫)كنود‬ (kanuudun).ia berkata: (kufuurun linni’ami) kufur terhadap

nikmat-nikmat yang telah diberikan padanya.

D. Contoh-Contoh Ragam Lahjah dalam Bahasa Arab


1. Ragam dialek bangsa Arab diantaranya:
a) Lahjah Kisykisyah, yakni bentuk perubahan kaf khitob muannas
dalam waqof menjadi syin, misalnya kata “biki” dibaca “bikasyi”,
dan kata ‘alaiki’ dibaca ‘alaikasy’. Lahjah ini hanya digunakan pada
saat waqof ada juga yang digunakan pada saat washol dengan cara
tidak menyebutkan kaf khithab dan mengkasrahkannya ketika wahol
dan mensukunkannya pada saat waqof. Misalnya, ‘alaiki’ dibaca
‘alaisyi’ ketika washol, dan dibaca ‘alaisy’ ketika waqof.

12
Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada kabilah Rabi’ah dan
kabilah Mudhor.8
b) Lahjah al-Kaskasah, adalah perubahan kaf khithab mudzakar
menjadi sin. Misalnya, kata ‘alaika’ dibaca ‘alaikas’; kata ‘minka’
dibaca ‘minkas’. Istilah al-kaskasah merupakan wujud perubahan
bacaan kaf khithab menjadi sin. Penggunaan lahjah ini hanya
ditemukan pada kabilah Rabi’ah dan Mudhor.
c) Lahjah ‘Aj‘ajah, adalah perubahan ya musyaddadah (bertasydid
yang terletak diakhir kata menjadi jim. Misalnya kata ‘tamimi’
(doble huruf ya) yang berarti orang yang berasal dari suku Tamim,
berubah menjadi ‘Tamimij’ dengan makna yang sama. Contoh lain
adalah ‘Makassary’ yang berarti orang berasal dari dan bersuku
Makassar, berubah menjadi ‘Makassarij’ dengan makna yang sama.
Penggunaan lahjah ini, menurut As-Suyuti hanya ditemukan pada
Qodh’ah yaitu berasal dari kabilah Himyar.
d) Lahjah al-Wakm, adalah perubahan harokat kaf menjadi kasroh
apabila didahului huruf ya atau harokat kasroh. Misalnya, kata
‘’alaikum’ berubah menjadi ‘’alaikim’ dengan makna yang sama.
Penggunaan lahjah ini hanya ditemukan pada bahasa Robi’ah dan
bahasa Qolb.
2. Kesamaan Bahasa Arab dengan Bahasa Suku Huzail
 {‫( }ورجز‬war rujza). Ia berkata:(al ‘adzab), bermakna siksa.
 {‫( }شرعوا‬syara’uu). Ia berkata: (baa’uu), bermakna mereka menjual.
 {‫‘( }عزم الطالق‬azamut thalaaqa). Ia berkata: (khafa’uu), bermakna
mereka bertatap hati untuk talak.
 {‫( }صلدا‬shaldan). Ia berkata: (naqiyyan), bermakna bersih (tidak
belepotan tanah).
 {‫( }اناء الليل‬aanaal laili). Ia berkata: (saa’aatuhu), bermakna pada
waktu-waktu malam.

Vidio lahjah al-‘arabi qodiim


8

13
 {‫( }من فورهم‬min faurihim). Ia berkata: (wajhhim), bermakna seketika
dari arah mereka.
 {‫( }مدرارا‬midraaran). Ia berkata: (mutataabi’an), bermakna dengan
curah hujan sangat lebat (terus-menerus).
 {‫( }الفرقان‬al furqan). Ia berkata: (mahrajan), bermakna jalan keluar
(solusi).
 {‫( }حرض‬harridh). Ia berkata: (hadh dhi), bermakna kobarkanlah
semangat.
 {‫‘( }عيلة‬ailatan). Ia berkata: (faaqqatun), bermakna menjdi miskin.
 {‫( } وليجة‬waliijatan). Ia berkata: (bithaanatan), bermakna orang yang
setia.
 {‫( }انفروا‬infiruu). Ia berkata: (ughzuu), bermakna perangilah.
 {‫( }السائحون‬as saaihuuna). Ia berkata: (as shaaimuna), bermakna
orang-orang yang berpuasa.
 {‫( }العنت‬al’anata). Ia berkata: ( al-itsmu), bermakna perbuatan dosa.
 {‫( }ببدنك‬bibadanika). Ia berkata: (bidir’ika), bermakna dengan baju
besimu.
 {‫ ( }غمة‬ghummahtan). Ia berkata: (syubhatan), bermakna keraguan-
raguan.
 {‫( }لدلوك الشمش‬liduluukis syamsi). Ia berkata: (zawaaluha), bermakna
saat matahari tergelincir.
 {‫( }شاكلته‬syaakilatihi). Ia berkata: (naahiyatihi), bermakna menurut
keadaan dan tabi’at alam sekitarnya.
 {‫( }رجما‬rajman). Ia berkata: (zhannan), bermakna perangkaan.
 {‫( }ملتحدا‬multahadan). Ia berkata: (maljaan), bermakna tempat
berlindung
 {‫( }ورجز‬war rujza). Ia berkata:(al ‘adzab), bermakna siksa.
 {‫( }شرعوا‬syara’uu). Ia berkata: (baa’uu), bermakna mereka menjual.
 {‫‘( }عزم الطالق‬azamut thalaaqa). Ia berkata: (khafa’uu), bermakna
mereka bertatap hati untuk talak.

14
 {‫( }صلدا‬shaldan). Ia berkata: (naqiyyan), bermakna bersih (tidak
belepotan tanah).
 {‫( }اناء الليل‬aanaal laili). Ia berkata: (saa’aatuhu), bermakna pada
waktu-waktu malam.
 {‫( }من فورهم‬min faurihim). Ia berkata: (wajhhim), bermakna seketika
dari arah mereka.
 {‫( }مدرارا‬midraaran). Ia berkata: (mutataabi’an), bermakna dengan
curah hujan sangat lebat (terus-menerus).
 {‫( }الفرقان‬al furqan). Ia berkata: (mahrajan), bermakna jalan keluar
(solusi).
 {‫( }حرض‬harridh). Ia berkata: (hadh dhi), bermakna kobarkanlah
semangat.
 {‫‘( }عيلة‬ailatan). Ia berkata: (faaqqatun), bermakna menjdi miskin.
 {‫( }ورجز‬war rujza). Ia berkata:(al ‘adzab), bermakna siksa.
 {‫( }شرعوا‬syara’uu). Ia berkata: (baa’uu), bermakna mereka menjual.
 {‫‘( }عزم الطالق‬azamut thalaaqa). Ia berkata: (khafa’uu), bermakna
mereka bertatap hati untuk talak.
 {‫( }صلدا‬shaldan). Ia berkata: (naqiyyan), bermakna bersih (tidak
belepotan tanah).
 {‫( }اناء الليل‬aanaal laili). Ia berkata: (saa’aatuhu), bermakna pada
waktu-waktu malam.
 {‫( }من فورهم‬min faurihim). Ia berkata: (wajhhim), bermakna seketika
dari arah mereka.
 {‫( }مدرارا‬midraaran). Ia berkata: (mutataabi’an), bermakna dengan
curah hujan sangat lebat (terus-menerus).
 {‫( }الفرقان‬al furqan). Ia berkata: (mahrajan), bermakna jalan keluar
(solusi).
 {‫( }حرض‬harridh). Ia berkata: (hadh dhi), bermakna kobarkanlah
semangat.
 {‫‘( }عيلة‬ailatan). Ia berkata: (faaqqatun), bermakna menjdi miskin.

15
3. Kesamaan Bahasa Arab dengan Bahasa Suku Himyar
 {‫( }تفشال‬tafsyalaa). Ia berkata: (la tajbanaa), bermakna janganlah
kalian menjadi penakut.
 {‫‘( }عثر‬utsira). Ia berkata: (uthuli’a), bermakna diketahui.
 {‫( }في سفاهة‬fii safaahatin). Ia berkata: (junuunun), bermakna dalam
kegilaan.
 {‫( }فزيلنا‬fazayyalnaa). Ia berkata: (famayyazna), bermakna maka
kami pisahkan meraka.
 {‫ ( }مرجوا‬marjuwan). Ia berkata: (haqiiran), bermakna orang yang
hina.
 {‫( }السقاية‬as siqayata). Ia berkata: (al ina’), bermakna bejana.
 {‫( }مسنون‬masnuunin). Ia berkata: (muntinun), bermakna berbau
busuk.
 {‫( }لبإمام‬labi imaamin). Ia berkata: (kitaabun), bermakna kitab.
 {‫}فيسنغضون‬ (fayasunghidhuuna). Ia berkata: (yuharrikuuna),
bermakna mereka akan menggerak-gerakkan.
 {‫( }حسبانا‬husbaanan). Ia berkata: (baradan), bermakna udara dingin.
 {‫( }من الكبر عتيا‬minal kibari ‘itiyyan). Ia berkata: (nahuulan),
bermakna lanjut usia.
 {‫( }مآرب‬maa aaribu). Ia berkata: (haajaatun), bermakna keperluan.
 {‫( }خرجا‬kharjan). Ia berkata: (ju’lan), bermakna upah.
 {‫( }غراما‬gharaaman). Ia berkata: (balaun), bermakna kebinasaan.
 {‫( }صرح‬sharhun). Ia berkata: (ju’lan), bermakna upah.
 {‫( }انكر األصوات‬ankaral ashwaati). Ia berkata: (aqbahaha), bermakna
sejelek-jelek.
 {‫}يتركم‬ (yatirakum). Ia berkata: (yanqushukum), bermakna
mengurangi pahala-pahalamu.
 {‫}مدينين‬ (madiniina). Ia berkata: (muhaasibiina), bermakna
diperhitungkan amal-amalnya.

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya dengan keragamannya yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Adapun faktor penyebab keberagaman bahasa,
antara lain:
a. Lingkungan
b. Jauhnya tempat tinggal
c. Sarana-sarana kehidupan
d. Perbedaan dunia yang dilihat
e. Perbedaan cara memahaminya dan berbicara.
Adapun pengertian secara terminologi, ‘lahjah’ adalah ‘dialek’ atau variasi
dari sebuah bahasa yang dipergunakan di suatu daerah dengan variasi yang
berbeda-beda dalam bahasa, sejumlah kata dan gramatikanya.
Lahjah Quraisy menjadi lahjah yang dominan dalam al-Qur`an karena
Lahjah Quraisy menjadi lahjah terbesar di jazirah Arab, hal ini berdasarkan
sejarah bangsa Arab terdahulu yang berbeda-beda suku. Sehingga menimbulkan
pergulatan dan pencampur bauran antara lahjah (dialek) yang satu dengan yang
lainnya. Kemenangan lahjah Quraisylah yang menyatukan dan menghubungkan
antara dialek-dialek yang lain. dipengaruhi berbagai macam faktor, yaitu agama,
politik, ekonomi, dan memiliki uslub bahasa yang tinggi.

17
DAFTAR PUSTAKA

As-Suyuthi, Al-Itqan Fii ‘Ulum Al-Qur’an, Al-Mamlakul Arabia Su’udia: Markaz


liddirosat Al-Qur’aniyah.

http://digilib.uin-suka.ac.id/22563/1/suaidi-%20dialek-dialek%20BAHASA%20
Muhammad Daud, Al-‘arobiyyah wa ilm al-lughah al-hadis, (Kairo:
Darun Garib, 2001).

https://herasukses.wordpress.com, Keunggulan_Dialek_Quraisy, 9 Maret Tahun


2018.

Umar, Ahmad Mukhtar, Lahjat Al-Arab Fii Al-Qur’an Al-Karim, Lebanon: Dar
Al-qotob Al-Ilmiyah Vidio lahjah al-‘arabi qodiim.

Al-Mugri, Ismail bin Umar, kitab al-Lugot fi al-qur’an, 1365-1946, Kota al-
Qohiro: Haqohu wa nasyrohu, Sholahuddin Al-Munjid.

Mufrodi, Fonologi dan Morfologi Bahasa Arab ‘Amiyah, (Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah, 2015)

https://www.academia.edu/37295411/Jurnal_lahjah, Hayati, Febrianta, Rita, Lahjah


Dosen IAIN Bukittinggi dalam Komunikasi Berbahasa Arab

18
DAFTAR LITERATUR RUJUKAN MAKALAH

1. As-Suyuthi, al-Itqon fi Ulum al-Qur`an (h. 904-933 )


2. Az-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur`an (h. 199-200 )
3. Lahjah al arab fi al-Qur`an al-Karim (101-165)
4. Ahmad Mukhtat Umar, Lughah al-Qur`an: Dirasah Tautsiqiyah Faniyah
(h. 109-113)
5. Muhammad Rawwas Qalaji, Lughah al-Qur`an: Lughoh Arab al-
Mukhtarah (h. 35-65)
6. Shabur Syahin, 'Arabiyyah al-qur`an (h. 41-52)
7. Ismail bin Umar al-Muqri, Kitab al-Lughat fi al-Qur`an (h. 4-9 )
8. Muhammad Riyadh Karim, al-muqtadhib fi Lahjat al-Arab (h. 43-107)
9. Syakir Amiri, al-Lahjah al-Lati Nazala biha al-Qur`an al-Karim: Qira`ah
Jadidah (h. 41-68)
10. Muhammad Syafi`uddin, al-Lahjat al-'Arabiyyah wa 'Alaqatuha bi al-
Lughah al-'Arabiyah al-Fushah (h. 75-92)

19

Anda mungkin juga menyukai