Makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Al-Lughoh Al Ijtima
Dosen:
Nurussholikhati Budi Abriyanti M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 11
Siti Munawaroh (2017403110)
Fernanda Anindiya P. (2017403124)
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. LatarBelakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
B. Sejarah Munculnya Bahasa Arab Fushah Dan Bahasa Arab ‘Amiyyah ...... 4
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
1
AchmadTohe. “Bahasa Arab Fusha dan Amiyah sertaProblematikanya”. Jurusan Sastra
Arab Fakultas Sastra Universitas Negri Malang, hlm. 201.
1
Seiring dengan semakin tersebar luasnya agama islam, masyarakat
yang bukan dari kabilah quraisy tidak selurunhnya memiliki kemampuan
dalam menggunakan Bahasa Arab dengan baik dan benar. Akibatnya,
terjadi sejumlah kesalahan dan fenomena penyimpangan Bahasa ketika
masyarakat menggunakan Bahasa Arab fusha, praktik kesalahan tersebut
dinamakan dengan istilah lahn. Istilah lahn ini dikenakan pada kesalahan
dan ketidaktaatan pada I’rab, yaitu perubahan bunyi akhir kedudukan kata,
sejak dilakukanya penaklukan keluar jazirah arab, seperti Romawi, Persia
dll permasalahan ini semakin tak terelakan.
Seiring dengan perkembangan jaman, di tengah masyarakat muncul
sebuah ragam bahasa Arab yang disebut bahasa Arab amiyah di samping
bahasa fusha yang telah mereka warisi sejak jaman pra-Islam.
Kemunculan bahasa amiyah ini telah melahirkan sejumlah problematika
yang mendasar di kalangan masyarakat Arab.Tulisan ini akan mengkaji
pengertian Bahasa Arab Fusha dan Ammiyah serta menjelaskan fenomena
atau kemunculan Bahasa Arab Fusha dan Ammiyah.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
2
3. Untuk mengetahui perbedaan antara bahasa fushah dan bahasa arab
‘amiyyah
4. Untuk mengetahui Apa saja problematika bahasa arab fushah dan
‘amiyyah
3
BAB II
PEMBAHASAN
2
AzizahFithriyyahni dan Mar’atusSholikah. “Bahasa Arab Fusha dan
AmmiyahsertaCakupanPenggunaanya”. Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negri
Malang, 2018, hlm. 156.
4
dan di warisan budaya arab. Bahasa fushah digunakan pada acara-acara
resmi dan untuk kepentingan kodifikasi karya-karya puisi, prosa, dan
penulisan pemikiran intelektual secara umum.
Masyarakat arab mengenal istilah stratifikasi kefasihan bahasa
pada zaman pra islam. Quraisy adalah kabilah yang diakui paling fasih
dibandingkan dengan kailah lain. Quraisy dikenal dengan surat al-Arab
atau yang disebut dengan pusatnya masyarakat arab.3 Kefasihannya
disebabkan karena letak geografis tempat tinggal mereka jauh dari negara-
negara non arab dari segala penjuru. Kefasihan itu terus dijaga hingga
meluasnya perluasan islam ke luar jazirah sehingga masyarakat arab mulai
berinteraksi dengan masyarakat bangsa lain. Proses interaksi tersebut
mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh masyarakat tersebut. Lama
kelamaan bahasa arab yang mereka gunakan mengalami percampuran
dengan beberapa kosa kata asing.
Tak jarang orang-orang non-arab melakukan kesalahan saat
menggunakan bahasa arab. Kejadian ini terus berlajut bahkan meluas
melalui interaksi sosial, seperti di pasar-pasar. Sehingga ragam bahasa
yang digunakan sehari-hari terutama di pasar disebut dengan bahasa
pasaran. Bahasa pasaran ini tidak terpaku pada aturan-aturan rumit yang
harus diwaspadai dan terjadilah fenomena lahn (penyimpangan bahasa)
yang menjadi penyebab lahirnya bahasa ‘amiyyah.4
Maka, dapat dikatakan juga bahwa bahasa ‘amiyyah adalah bahasa
yang menyalahi aturan asli dari bahasa fushah. Lambat laun, bahasa
‘amiyyah menyebar luas dan menjadi bahasa yang otonom dengan ciri dan
kaidah tersendiri. Penyimpangan bahasa atau yang disebut dengan lahn
pada awal penaklukkan negara-negara oleh islam masih lahn sederhana
3
AchmadTohe. “Bahasa Arab Fusha dan Amiyah sertaProblematikanya”. Jurusan Sastra Arab
Fakultas Sastra Universitas Negri Malang, hlm. 205
4
AchmadTohe. “Bahasa Arab Fusha dan Amiyah sertaProblematikanya”. Jurusan Sastra Arab
Fakultas Sastra Universitas Negri Malang, hlm. 206.
5
dan masih labil disebebkan oleh masyarakat yang masih memiliki watak
bahasa arab yang genin. Sehingga bahasa arab ‘amiyyah-nya masih dekat
dengan bahasa arab fushah.
Awalnya, bahasa arab ‘amiyyah menyebar di negeri hijaz, basrah
dan kuffah. Selanjutnya menyebar lebih luas ke daerah syam, mesir, dan
sawad. Pada masa itu, bahasa arab fushah didaerah tersebut sudah
menerima kosakata serapan dari persia dan sebagainya dalam jumlah yang
cukup besar. Sehingga, masyarakat mulai mencampur adukkan bahasa asli
mereka dengan bahasa-bahasa serapan tanpa ada pemilihan kosakata.
C. Perbedaan Bahasa Arab Fushah Dan ‘Amiyyah
5
WidiAstuti. ”Diglosia Masyarakat Tutur Pada Penggunaan Bahasa Arab (Kajian Kebahasaan
Terhadap Bahasa Fusha Dan Bahasa ‘Amiyah Dilihat Dari Perspektif Sosiolinguistik”. Jurnal
Komunikasi Dan Pendidikan Islam, No. 2, Vol. 6, 2017, Hlm. 143.
6
Akan tetapi, ada persamaan karakteristik yang dimiliki oleh bahasa
‘amiyyah, yakni:6 (1)Akhir kalimatnya tidak berharakat; (2)digunakan
dalam percakapan sehari-hari; (3)memiliki kata-kata serapan sebagai
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan pada bahasa ‘amiyyah
modern. Sebagai contoh:
7
muslim tidak berbicara dan menulis menggunakan bahasa arab. Ketiga,
asumsi bahwa berpegang kepada bahasa ‘amiyyah lebih efisien dan
ekonomis dibanding belajar bahasa fushah.
2. Perlawanan terhadap penggunaan bahasa arab ‘amiyah
Seruan penggunaan bahasa arab ‘amiyah mendapatkan perlawanan
dari orang-orang yang ingin melestarikan bahasa fushah. Hal ini
dilakukan sebagai upaya memelihara al-qur’an dan hadis yang
menggunakan bahasa arab fushah. Kelompok ini menyatakan
bahwasanya penggunaan bahasa ‘amiyyah membawa bahaya yang besar
yakni:
Pertama, seruan itu akan menghancurkan khazanah intelektual
Arab dan tidak menghargai usaha yang dilakukan oleh ulama Arab
terdahulu. Jika bahasa amiyah diberlakukan maka lambat laun bahasa
fusha, termasuk di dalamnya Al-Qur'an dan Hadis, tidak akan dipahami
lagi. Kedua, jika bahasa amiyah digunakan maka masyarakat Arab harus
menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa itu. Jika penerjemahan itu
dilakukan maka akan sebagian besar nuansa Al-Qur'an yang berbahasa
Arab fusha itu akan hilang. Ketiga, bahasa amiyah tidak dapat dijadikan
pegangan karena di dalamnya terdapat banyak ragam dan perbedaan.
Masing-masing daerah memiliki bahasa amiyah sendiri. Hal tersebut
berpotensi menimbulkan kesulitan dalam memilih bahasa yang akan
dijadikan sebagai bahasa bersama.
Di era Paska kemerdekaan, negara-negara Arab bersepakat untuk
menjadikan bahasa fusha sebagai bahasa nasional. Atas dasar itu, maka
penggunaan dialek-dialek lokal (amiyah) dianggap sebagai bersemangat
regionalisme (iqlimiyah) yang menjadi penghalang persatuan dan
kesatuan. Sementara itu, di beberapa negara Arab, bahasa amiyah dinilai
8
sebagai salah satu unsur penting bagi penegasan identitas nasional
(wathaniyah).7
7
AchmadTohe. “Bahasa Arab Fusha dan Amiyah sertaProblematikanya”. Jurusan Sastra Arab
Fakultas Sastra Universitas Negri Malang, hlm. 213.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR ISI
Astuti, Widia. 2017. Diglosia Masyarakat Tutur Pada Penggunaan Bahasa Arab
(Kajian Kebahasaan Terhadap Bahasa Fusha Dan Bahasa ‘Amiyah Dilihat
Dari Perspektif Sosiolinguistik. Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam,
No. 2, Vol. 6.
Fithriyyahni, Azizah & Sholikah, Maratus. 2018. “Bahasa Arab Fusha dan
AmmiyahsertaCakupanPenggunaanya”. Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra
Universitas Negri Malang.
Kamil, Sukron. 2018. “Ensiklopedia Bahasa Dan Sastra Arab”. PT. Rahagrafindo
Persada.
Tohe, Achmad. “Bahasa Arab Fusha dan Amiyah sertaProblematikanya”. Jurusan
Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negri Malang.
11