Anda di halaman 1dari 13

BAHR-BAHR DALAM SYA’IR ARAB

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah


As-Syi’ri Al-‘Arobi
Dosen Pengampu: Irkham Shofwan Lc., M. A

Disusun Oleh:
Ristiya Mula Haniyah (2017403098)
Faridatul Khoiriyah (2017403140)
Arina Rosyada Affan (2017403123)
Raikhan Abdillah Setiadi (2017403115)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN
ZUHRI PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyesaikan tugas makalah dengan judul “Bahr-Bahr Dalam Sya’ir Arab”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah As-Syi’ri Al-‘Arobi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah As-Syi’ri


Al-‘Arobi, bapak Irkham Shofwan, Lc., M.A. yang telah memberikan arahan
kepada kami tentang bagaimana cara menulis makalah dengan baik. Kami juga
berterima kasih kepada para pihak yang mendukung penulisan makalah. Penulis
berharap agar makalah ini mampu memberikan sudut pandang baru bagi
pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan


dalam proses pembuatan makalah. Penulis berharap terbuka pada kritik dan saran
sebagai bagian dari revisi makalah ini.

Purwokerto, 25 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian Bahr ......................................................................................... 3
B. Macam-Macam Bahr ................................................................................. 3
BAB III ................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................. 9
Kesimpulan ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puisi atau yang disebut syair merupakan keindahan dalam karya
sastra, sebab bentuk gubahannya dihasilkan dari keluasan perasaan dan
keindahan daya khayal penyair. Oleh sebab itu, bangsa arab lebih
menyukai karya sastra berupa syair dibandingkan dengan hasil karya
lainnya.

Puisi adalah suatu karangan yang terikat oleh beberapa hal


berikut: (1) Banyak baris disetiap bait, (2) banyak kata dalam tiap baris,
(3) meiliki banyak suku kata di setiap baris, (4) rima, dan (5) irama.
Puisi atau yang biasa disebut syair dalam bahasa arab ialah yang bersifat
individu yang dinyanyikan oleh penyair dengan perasaannya dan dari
dalam dirinya ke dalam bentuk yang mudah dengan menggunakan ilmu
metode penyair.1

Kemampuan bangsa arab dalam bersyair merupakan salah satu


bakat bangsa arab sejak lama. Kemampuan tersebut menunjukkan
tingkat kemajuan peradaban bangsa arab. Bagi mereka, puisi adalah
media untuk mengungkapkan kemuliaan perangai, pujian, patriotisme,
cinta, dan seruan untuk berbuat kebaikan.

Bahasa arab merupakan bahasa yang memiliki banyak sinonim


dan kosakata. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab munculnya
banyak karya sastra dikalangan bangsa arab, termasuk yang terjadi pada
syair.

Syair merupakan ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau


bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) qafiyah (rima akhir atau

1
Mujadilah Nur (2019) “Syair-Syair Wasf dalam Syair Imru’ Al-Qais (Tinjauan Ilm’
Arudh)” Makassar, Jurnal Nady Al-Adab Vol. 1 No. 1.

1
kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang
harus dominan dibanding prosa.

Bahr merupakan ilmu yang yang mempelajari pola-pola bentuk


puisi Arab Klasik. Setiap bait puisi Arab Klasik terdiri dari 2 syatr
(bagian) yaitu syatr 1 dan syatr 2. Syatr 1 disebut Ash-Shadr dan Syatr
2 disebut Al-Ajz, dan setiap bait terdiri dari 6 sampai 8 Taf’illah.
Taf’illah adalah potongan-potongan dalam puisi Arab Klasik yang bisa
berupa gabungan antara kata dan sebagian kata atau gabungan sebagian
kata dan kata sesuai pola puisi Arab Klasik.

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Bahr dalam syair Arab?
2. Apa saja macam-macam Bahr dalam syair Arab?
B. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian Bahr dalam syair Arab.
2. Untuk mengetahui macam-macam Bahr dalam syair Arab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahr
Kumpulan dari wazan-wazan dalam syair akan membentuk satuan pola
yang lebih besar yaitu bahr. Bahr secara bahasa berarti laut, secara istilah
bahr adalah pengulangan bagian-bagian taf'ilah dalam rangka membentuk
syair. Bahr syair Arab seluruhnya berjumlah 16 macam. 15 Bahr ditemukan
oleh Imam Khlil bin Ahmad Al farahidi dan 1 bahr yaitu bahr mutadarik
ditemukan muridnya yaitu Imam al-Akhfasy. Bahr-bahr tersebut yaitu:
Thawil, madid, basit, wafir, kamil, hajaz, rajaz, romal, sari’, munsarih,
khafif, mudhari', muqtadhab, mujtats, mutaqarib, mutadarik.2

B. Macam-Macam Bahr
1. Thawil
Bahr ini disebut thawil karena dianggap paling sempurna,
tidak memiliki bentuk majzu', masythur, ataupun manhuk, atau
paling panjang karena banyaknya huruf yang terkandung di
dalamnya mencapai 48 huruf. Selain itu disebutkan pula karena bahr
ini diawali oleh watad, watad lebih panjang dari sabab. Bahr ini
merupakan bahr yang paling banyak digunakan dalam syair maupun
nadzhom arab. Bahr thawil dibentuk oleh pengulangan wazan
fu'ulun dan mafa'ilun hingga taflahnya berjumlah 8 dalam satu bait.
Bentuk susunan wazannya sebagai berikut:
‫فعولن مفاعلن فعولن‬

2. Madid
Bahr ini disebut Madid karena terjadi membentangnya
wazan khumasiyah (taflah berhuruf lima). Bahr ini dibentuk dari dua
wazan fa'ilatun yang disisipi wazan fa'ilun pada setiap syathrnya
sehingga jumlah taf’ilahnya ada 6 pada setiap bait. Sebagian ulama

2
Watini “Analisis Ilmu Arudh Dalam Syair Ala Qadri Ahlil Azmi Tatil ‘Azaimu
(Analisis Ilmu Arudh”, Cirebon. Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati
Cirebon

3
arudh mengatakan bahwa bentuk asli bahr ini adalah pengulangan
wazan fa'latun dan fai'lun, dalam pendapat ini bahr madid tidak
digunakan kecuali dalam bentuk majzu' dengan demikian, bahr
madid selalu digunakan dengan 6 taf'ilah. Bentuk susunan wazannya
sebagai berikut:
‫فاعالتن فاعلن فاعالتن‬

3. Basith
Bahr ini disebut basith karena terbentangnya sabab-sabab
seluruh taf'ilah pada bab ini diawali oleh sabab dan pada wazan
subai'yah kedua sababnya mendahului watad secara berturut-turut.
Selain thawil, bahr ini juga tergolong panjang bait-baitnya dan
banyak digunakan dalam syair atau nadzom arab.
Bahr basit dibentuk oleh pengulangan wazan mustaf'ilun dan
fa’ilun hingga seluruh taf’ilahnya berjumlah 8 dalam satu bait, bahr
ini digunakan dalam bentuk bait tam dan majzu'. Bentuk susunan
wazannya adalah sebagai berikut:
‫ستَ ْف ِعلُنَ فا ِعلُ ْن‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُنَ فا ِعلُ ْن ُم‬
ْ ‫ ُم‬# ‫ستَ ْف ِعلُنَ فا ِعلُ ْن‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُنَ فا ِعلُ ْن ُم‬
ْ ‫ُم‬

4. Wafir
Bahr ini dinamakan wafir karena di dalamnya kaya akan
harakat, baik pada fashilah ataupun yang diulang sebanyak 6 kali
dalam satu bait tam atau 4 kali dalam satu bait majzu'. Bentuk
susunan wazannya adalah sebagai berikut:

‫علَت ُْن‬
َ ‫علَت ُْن ُمفَا‬
َ ‫علَت ُْن ُمفَا‬
َ ‫ ُمفَا‬# ‫علَت ُْن‬
َ ‫علَت ُْن ُمفَا‬
َ ‫علَت ُْن ُمفَا‬
َ ‫ُمفَا‬

5. Kamil
Bahr ini disebut Kamil karena di dalamnya terdapat 9 macam
variasi bentuk dharb, 'illah ziyadah maupun naqsh dapat mengenai
dharb bahr ini hal ini tidak terjadi pada bahr lain. Bahr kamil
dibentuk oleh wazan mutafa'ilun yang diulang sebanyak 6 kali

4
dalam satu bait tam atau 4 kali dalam bait majzu’. Bentuk susunan
wazannya adalah sebagai berikut:

‫ ُمتَفَ ِعلُ ْن ُمتَفَ ِعلُ ْن ُمتَفَ ِعلُ ْن‬# ‫ُمتَفَ ِعلُ ْن ُمتَفَ ِعلُ ْن ُمتَفَ ِعلُ ْن‬
6. Hajaz
Bahr ini disebut hazaj karena susunan taf'ilahnya
menghasilkan irama yang mengalun, cepat pada awal metrum dan
melambat pada akhir metrum. Bahr Hazaj dibentuk oleh wazan
mafa'ilun yang diulang sebanyak 6 kali demikian, bahr ini tidak
digunakan majzu". Bentuk susunan wazan-nya sebagai berikut:

‫ َمفَا ِع ْيلُ ْن َمفَا ِع ْيلُ ْن َمفَا ِع ْيلُ ْن‬# ‫َمفَا ِع ْيلُ ْن َمفَا ِع ْيلُ ْن َمفَا ِع ْيلُ ْن‬

7. Rajaz
Bahr ini disebut rajaz karena di dalamnya hampir tidak
ditemukan bentuk taf'ilah shahih atau selamat dari zihaf, taf'ilah-
taf'ilah pada bahr ini merupakan yang paling banyak mengalami
perubahan demikian pula bentuk baitnya mengalami banyak variasi
dari segi taf'ilah, bahr rajaz dibentuk oleh wazan mustaf'ilin yang
diulang sebanyak 6 kali dalam satu bait tam, 4 kali dalam bait
majzu', 3 kali dalam bait masyhur atau 2 kali dalam bait manhuk.
Bentuk wazannya sebagai berikut:

َ‫ستَ ْف ِعلُن‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُنَ ُم‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُنَ ُم‬
ْ ‫ ُم‬# َ‫ستَ ْف ِعلُن‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُنَ ُم‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُنَ ُم‬
ْ ‫ُم‬

8. Romal
Bahr ini dinamakan romal karena irama bergelombang (naik
pada setiap tengah metrum) yang dihasilkan oleh susunan
taf'ilahnya. Bahr romal dibentuk oleh wazan fa'ilatun yang diulang
sebanyak 6 kali dalam satu bait tam atau 4 kali dalam satu bait
majzu'. Bentuk susunan wazannya sebagai berikut:

‫ فَا ِعالَت ُْن فَا ِعالَت ُْن فَا ِعالَت ُْن‬# ‫فَا ِعالَت ُْن فَا ِعالَت ُْن فَا ِعالَت ُْن‬

5
9. Sari'
Bahr ini dinamakan sari' karena kesan cepat yang dihasilkan
oleh irama metrumnya sebagai efek ketukan watad di akhir setiap
syathr. Bahr sari' dibentuk oleh dua wazan mustaf'ilun yang diikuti
wazan maf'ulatu yang di bagian akhir syathr. Bahr ini tidak
digunakan kecuali dalam bentuk tam atau masythur. Dalam bait tam
tafilahnya berjumlah 6 pada setiap bait dandalam bait masythur
taf'ilahnya berjumlah 3 pada setiap bait. Bentuk susunan wazannya
adalah sebagai berikut:
ُ‫ستَ ْف ِعلُ ْن َم ْفعُ ْو ََلت‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُ ْن ُم‬
ْ ‫ ُم‬# ُ‫ستَ ْف ِعلُ ْن َم ْفعُ ْو ََلت‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُ ْن ُم‬
ْ ‫ُم‬

10. Munsarih
Bahr ini dinamakan munsarih karena iramanya dihasilkan
menyerupai irama penggembala ketika memanggil ternak-
ternaknya, bahr munsarih dibentuk oleh dua wazan mustaf'ilun yang
disisipi wazan maf'ulatu dibagian tengah. Bahr ini tidak digunakan
kecuali dalam bentuk tam atau manhuk. Dalam bentuk tam
taf'ilahnya berjumlah 6 pada setiap bait dan dalam bait manhuk
taf'ilahnya berjumlah dua pada setiap bait, bentuk susunan
wazannya sebagai berikut:
‫ستَ ْف ِعلُ ْن‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُ ْن َم ْفعُ ْو ََلتُ ُم‬
ْ ‫ ُم‬# ‫ستَ ْف ِعلُ ْن‬
ْ ‫ستَ ْف ِعلُ ْن َم ْفعُ ْو ََلتُ ُم‬
ْ ‫ُم‬

11. Khafif
Bahr ini dinamakan khafif karena setiap taf'ilahnya terdiri
dari dua sabab ditambah adanya watad mafruq ditengah syathr
menambah efek bunyi ringan sebagaimana irama yang dihasilkan
sabab. Bahr khafif dibentuk oleh dua wazan fa'ilatun yang
menggapit wazan mustaf'ilun pada setiap syathr, bahr ini digunakan
dalam bentuk tam dan majzu' dalam bait tam taf'ilahnya berjumlah
enam sedangkan dalam bait majzu berjumlah empat pada setiap
baitnya. Bentuk susunan wazannya sebagai berikut:

‫ستَ ْف ِع لُ ْن فَا ِعالت ُْن‬


ْ ‫ فَا ِعالت ُْن ُم‬# ‫ستَ ْف ِع لُ ْن فَا ِعالت ُْن‬
ْ ‫فَا ِعالت ُْن ُم‬

6
12. Mudhari'
Bahr ini dinamakan mudhari' karena susunan taf'ilahnya
memiliki kesamaan dengan bahr lain, yaitu bahr khafif. Bahr ini
tidak digunakan kecuali dalam bentuk majzu' dengan jumlah taf'ilah
4 pada setiap baitnya, bentuk wazannya sebagai berikut:

ِ َ‫ َمفَا ِع ْيلُ ْن ف‬# ‫اع ََلت ُْن َمفَا ِع ْيلُ ْن‬


‫اع ََلت ُْن َمفَا ِع ْيلُ ْن‬ ِ َ‫َمفَا ِع ْيلُ ْن ف‬
13. Muqtadhab
Bahr ini dinamakan muqtadhab karena taf'ilahnya
memotong bahr lain yaitu bahr munsarih, dengan mendahulukan
taf'ilah tengah munsarih menjadi di depan pada muqtadlab. Bahr ini
tidak digunakan kecuali dalam bentuk majzu' dengan jumlah taf'ilah
empat pada setiap baitnya, bentuk susunan wazannya sebagai
berikut:
‫ستَ ْف ِعلُ ْن‬
ْ ‫ َم ْفعُ ْو ََلتُ ُم‬# ‫ستَ ْف ِعلُ ْن‬
ْ ‫َم ْفعُ ْو ََلتُ ُم‬

14. Mujtast
Bahr ini disebut mujtats karena taf'ilahnya memotong bahr
lain yaitu bahr munsarih, dengan mendahulukan taf'ilah. Bahrini
tidak digunakan kecuali dalam bentuk majzu, dengan jum taf'ilah
empat pada setiap baitnya. Bentuk susunan wazannya sebagai
berikut:

‫ستَ ْف ِع لُ ْن فَا ِعالت ُْن‬


ْ ‫ ُم‬# ‫ستَ ْف ِع لُ ْن فَا ِعالت ُْن‬
ْ ‫ُم‬

15. Mutaqarib
Bahr ini dinamakan mutaqarib karena berdekatannya watad-
watad atau sabab-sabab di dalam bait. Bahr ini oleh wazan fu`ulun
yang diulang sebanyak delapan kali dalam satu bait tam dan enam
kali dalam satu bait majzu'. Bentuk susunan wazannya adalah
sebagai berikut:
‫ فعولن فعولن فعولن فعولن‬# ‫فعولن فعولن فعولن فعولن‬

7
16. Mutadarik
Bahr ini dinamakan muatdarik karena merupakan bahr yang
terakhir ditemukan oleh al-Akhfasyi melengkapi hasil atau temuan
sebelumnya oleh al-khalil. Bahr mutadarik disebut juga muhdats,
mukhtara' atau khabab. Bahr ini dibentuk oleh wazan fa'ilun yang
diulang sebanyak delapan kali dan enam kali dalam satu bait majzu.
Bentuk dan susunan wazannya adalah sebagai berikut:

‫ فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن‬# ‫فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن‬

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bahr secara bahasa berarti laut, secara istilah bahr adalah
pengulangan bagian-bagian taf'ilah dalam rangka membentuk syair. Bahr
syair Arab seluruhnya berjumlah 16 macam. 15 Bahr ditemukan oleh Imam
Khlil bin Ahmad Al farahidi dan 1 bahr yaitu bahr mutadarik ditemukan
muridnya yaitu Imam al-Akhfasy. Bahr-bahr tersebut yaitu: Thawil, madid,
basith, wafir, kamil, hajaz, rajaz, romal, sari’, munsarih, khafif, mudhari',
muqtadhab, mujtats, mutaqarib, mutadarik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Mas’an (1995) Ilmu ‘Arudl dan Qawafi (Cetakan Ke-1). Surabaya. Al-
Ikhlas
Ahmad Muzakki, Kesusastraan Arab; Pengantar Teori dan Terapan, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2006), h. 41
Mujadilah Nur (2019) “Syair-Syair Wasf dalam Syair Imru’ Al-Qais (Tinjauan Ilm’
Arudh)” Makassar, Jurnal Nady Al-Adab Vol. 1 No. 1.
Moch. Charis dkk, (2020) “Analisis Bahr Pada Kitab Maulid Syaraful Anam Karya
Syaikh Syihabuddin Ahmad Al-Hariri”, Malang: Prosiding
Semnasbama IV UM Jilid 1, Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam
Menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Kamil, Sukron, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009

10

Anda mungkin juga menyukai