Pemula
Disusun Oleh:
Fahmi Hasan Nugroho, Lc., M.A.
﷽
Mukaddimah
Alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang menguasai seluruh
alam. Shalawat serta salam semoga selalu dihaturkan kepada baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pemimpin kaum Arab dan Ajam.
Amma ba’du.
Buku ini membahas tentang sejumlah teori dasar dalam ilmu nahwu yang sering
dijumpai dalam tulisan bahasa Arab, ditujukan bagi pelajar bahasa Arab pemula yang
belum pernah mengenyam pelajaran tata bahasa Arab atau pelajar yang belum terbiasa
dalam menerapkan teori-teori nahwu dalam pembacaannya. Buku ini bertujuan sebagai
peletak dasar dan pembiasaan logika ber-nahwu sebelum pelajar masuk ke dalam
pelajaran nahwu melalui kitab Jurumiyah, agar saat mempelajari nahwu melalui kitab itu ia
telah memiliki bekal logika ber-nahwu yang sudah terbiasa ia terapkan.
Buku ini menggunakan metode bertahap dengan sejumlah latihan untuk
mempraktekkan teori yang telah dipelajari. Metode bertahap yang dimaksud adalah
bahwa pelajar dirangsang untuk melengkapi harakat seiring dengan berjalannya
pelajaran, karena kata atau teori yang telah diberi harakat pada pembahasan
sebelumnya akan didapati tak lagi berharakat pada pembahasan setelahnya. Dan
sejumlah latihan yang ada pada suatu bab bisa ditemukan kembali saat latihan pada
bab lain dengan tujuan agar pelajar mengingat kembali teori yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya.
Saat mempelajari buku ini, pelajar diharapkan aktif mengunakan kamus untuk
mencari makna dari kata-kata yang tertulis, karena hampir sebagian besar contoh kalimat
yang terdapat dalam buku ini tidak disertakan dengan arti katanya. Hal itu bertujuan agar
pelajar terbiasa mencari makna melalui kamus saat membaca, karena setinggi apapun
kemampuan bahasa Arab seseorang tetaplah ia perlu kembali merujuk kepada kamus.
Terakhir, guru-guru kami sering menyatakan bahwa al-thariqah ahammu min al-
maddah, bahwa metode mengajar itu lebih penting daripada materi. Maka, para pengajar
buku ini diharapkan dapat merangsang pelajar untuk memberikan harakat ataupun
i
memberikan contoh bagi teori-teori nahwu yang telah dipelajari, karena tak ada cara
terbaik dalam membiasakan penggunaan teori-teori nahwu selain dari dua cara itu.
Semoga Allah menerima penulisan buku ini sebagai sebuah amalan yang ikhlas
demi ridha-Nya, dan menjadikannya sebagai amal jariyah bagi penulisnya, guru-
gurunya, kedua orang tuanya, serta siapapun yang mengajarkannya dan mempelajarinya.
Bandung, 2 September 2018
i
DAFTAR ISI
Muqaddimah..........................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................iii
Pertemuan Pertama: Pengertian Nahwu dan Sharaf..............................................1
Pertemuan Kedua: Jenis Kata Bahasa Arab..........................................................4
Pertemuan Ketiga: Tanda Isim..............................................................................10
Pertemuan Keempat: Jenis Kalimat Bahasa Arab dan Komposisinya..................14
Pertemuan Kelima: Fi’il dan Ragam Jenisnya......................................................20
Pertemuan Keenam: Fi’il dan Ragam Perubahan Bentuknya...............................26
Pertemuan Ketujuh: Ragam Perubahan Kondisi Kata (I’rab dan Bina)...............33
Pertemuan Kedelapan: Ragam Kondisi Isim (I’rab Isim).....................................39
Pertemuan Kesembilan: Ragam Kondisi Fi’il Mudhari’.......................................47
Pertemuan Kesepuluh: Latihan Mendeskripsikan Kata (meng-i’rab)..................49
Pertemuan Kesebelas: I’rab Isim Mutsanna dan Jama’........................................51
Pertemuan Kedua Belas: Perubahan Kondisi Mubtada dan Khabar dengan Fi’il Nasikh
................................................................................................................................................ 57
Pertemuan Ketiga Belas: Perubahan Mubtada dan Khabar dengan Harf Nashab......61
Pertemuan Keempat Belas: Penggunaan Kata Sifat (Na’at dan Man’ut).............65
Pertemuan Kelima Belas: Idhafah.........................................................................71
Latihan...................................................................................................................74
i
i
Pertemuan Pertama
Pengertian Nahwu dan
Sharaf
Nahwu dan Sharaf adalah dua cabang ilmu yang paling penting
dalam kaidah bahasa Arab, keduanya seperti dua roda yang saling berjalan
beriringan dan saling membutuhkan satu sama lain. Namun meski begitu,
terdapat perbedaan mendasar yang membedakan fungsi dan fokus pembahasan
dari kedua cabang ilmu tersebut.
Para ahli bahasa Arab mendefinisikan ilmu nahwu sebagai:
1
qaf dari kata suq berharakat kasrah karena ada kata ila yang menyebabkan
harakatnya menjadi kasrah.
2
Dalam kalimat di atas, Ilmu Nahwu tidak membahas mengenai
harakat dzal dan ha dalam kata dzahaba karena itu adalah objek kajian Sharaf,
begitu juga huruf mim, ha dan mim dari kata Muhammad karena itu adalah objek
kajian ilmu Sharaf, ataupun juga harakat dari huruf sin dari kata suq. Singkatnya,
ilmu Nahwu hanya berkonsentrasi pada harakat huruf akhir dari sebuah kata dan
tidak terlalu banyak membahas huruf selain itu.
Untuk mencapai tujuan itu, ilmu Nahwu akan membahas mengenai
ragam kondisi sebuah kata seperti bina, i’rab, rafa’, nashab, jar, dan jazm, juga
membahas mengenai tanda-tanda dari kondisi tersebut seperti tanda harakat atau
tanda huruf, Nahwu juga membahas mengenai ragam posisi kata dalam sebuah
kalimat seperti mubtada, khabar, fa’il, maf’ul bih, na’at, idhafah dan sebagainya, dan
Nahwu juga membahas mengenai sebab-sebab terjadinya perubahan harakat
akhir tersebut seperti adanya huruf jar, huruf nashab, keterkaitan dengan kata
sebelumnya, dan sebagainya.
Berbeda dengan ilmu Sharaf. Para ahli bahasa Arab mendefinisikan ilmu
Sharaf sebagai:
ة ل. . „ „د إ ˚م˚ت´ل´ ¸ف. ل„ وا ¸ح. ¸م ن ˚ ˚ل ¸ت ال´ ع. ˚ع´ر ˚ف ˚´ت ¸وي.˚¸ع˚ل˚ م ي
´ ˚
„ ¸
ا ن. .´ة ´ م´ ع. „أ´ ˚ص ´ ¸ل أ ´مث¸ل
˚ ة. . ¸ ا ´رب¸ي. ¸ه ال ´كل´ ¸م. . ¸ب
´م˚ ق ˚ص˚ و´دة„ ´ل ˚´ت ˚ص ˚ل
إ¸ ل ¸ِ´ا
Ilmu untuk mengetahui kondisi perubahan kata dalam bahasa Arab dari satu akar
kata menjadi sejumlah kata yang beragam sesuai dengan makna yang dimaksud.
Ilmu Sharaf memfokuskan pembahasannya mengenai bangunan sebuah
kata, yaitu harakat dari huruf-huruf yang tersusun dalam bangunan tersebut
sesuai dengan maknanya.
Untuk memahaminya, perhatikan kalimat berikut:
4
kondisi huruf akhirnya saja, maka ilmu Sharaf membahas bangunan kata secara
keseluruhan. Setelah diperkirakan berbagai kemungkinan bentuk katanya, maka
kemudian diketahui bahwa kedua kata di atas memiliki bentuk kata yang berbeda
meski berasal dari akar kata yang sama, kata pertama adalah sebuah kata perintah
maka ia dibaca ahsin, sedangkan kata yang kedua merupakan kata kerja Fi’il Madhi
maka ia dibaca ahsana.
Untuk mencapai tujuan itu, ilmu Sharaf membahas tentang dasar
bangunan sebuah kata (wazan) seperti kata yang berasal dari tiga huruf (tsulatsi
mujarrad), tambahan dari tiga huruf (tsulatsi mazid), empat huruf (ruba’i mujarrad),
tambahan dari empat huruf (ruba’i mazid), Sharaf juga membahas ragam jenis kata
(shigah) yang berasal dari satu akar kata yang sama seperti fi’il madhi, fi’il mudhari’,
mashdar, fi’il amr, fi’il mudhari’ dengan lam nahy, isim alat dan sebagainya, Sharaf juga
membahas mengenai komposisi huruf dalam sebuah kata atau yang dikenal
dengan istilah bina seperti kata yang tak memiliki huruf ‘illah (shahih salim),
kata dengan huruf yang berulang (mudha’af), kata dengan huruf ‘illah di depan
(mitsal), kata dengan huruf ‘illah di tengah (ajwaf), kata dengan huruf hamzah
(mahmuz) dan sebagainya.
Dalam prakteknya, ilmu Nahwu dan Sharaf terus saling bekerjasama.
Peningkatan penguasaan terhadap dua ilmu ini sangatlah penting untuk
peningkatan kemampuan untuk membaca dan memahami tulisan bahasa Arab.
5
Pertemuan Kedua
Jenis Kata Bahasa Arab
.Isim 1 ()اإلسم
Secara definisi, para pakar bahasa Arab mendefinisikan Isim sebagai
berikut:
¸ل ¸م˚ي´ ذ¹ ˚´عل ˚ م ˚م´ م ˚د – ´عل ´ م ال˚ ˚ست´اذ˚ الت. ´ت.´ي
¸
˚– ال ص˚ ب˚ ضي´اء
Kata Muhammad dalam contoh di atas adalah Isim karena ia jelas
6
merupakan nama orang-nomina, kata al-ustadz dan al-tilmidz juga merupakan Isim
karena merupakan profesi-nomina, dan kata al-shabr juga merupakan Isim
karena
7
merupakan suatu hal yang abstrak yaitu kesabaran-nomina, dan dhiya juga
merupakan Isim karena menunjukkan cahaya-nomina.
Kedua, Isim tidak menunjukkan waktu tertentu. Poin ini akan lebih dapat
dimengerti jika kita memahami pembagian satuan waktu dalam bahasa Arab
beserta jenis kata kerja yang digunakan untuk tiap satuan waktu itu, dan hal
ini akan dibahas dalam pembahasan mengenai kata kerja berikut.
2. Fi’il ()الفعل
Mudahnya, Fi’il adalah sebuah verba (kata kerja) atau kata perintah.
Namun, para pakar bahasa Arab menjelaskan definisi fi’il sebagai berikut:
8
Harf adalah kata yang hanya memiliki makna jika telah diketahui fungsinya
saat ia dihubungkan dengan kata lain. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan
harf sebagai berikut:
9
¸
˚¸´م ˚عن´اه˚ ´كا ًم ل إ¸ ل ¸إذ´ا اق´´ ˚ت´ ن ¸بغ ˚ك ل ´ما ´ل˚ ي´ظ´ ˚ه˚ر
¸س ل´ه م ع ن ¸ِ˚ ف ر¸ده ´يه¸ ´ول˚´ي
´˚ ً˚ ´˚ ´
Kata yang tidak nampak maknanya secara sempurna kecuali jika ia telah
disandingkan dengan kata lain dan ia sendiri tidak memiliki makna.
Harf memiliki jenis yang cukup banyak: 1) Dilihat dari bangunan katanya:
ada yang terdiri dari satu huruf seperti: (
´ف ´ ´و، ´ك،¸ب ), dua huruf
، س، ل،´أ
،
(˚ن ´ أ، إ¸ ˚ن،´ه ˚ل
ل،˚ ¸م ´ل، ´ل، ´ع ˚ن,) seperti: huruf tiga ( ، إ¸ ن، إ´ ¸ل،إ´ ¸ذا
:seperti
، ´ ˚ن، ¸ف،ن
˚
´س ˚و
´ ¸إ ´عل،)ل, empat huruf seperti: ( ع ´ح ل، إ¸ ما،إ¸ ل,) lima dan
´ف
، ´كأ ´ى،´´ ´ل ن ،ّت
huruf seperti: ( ¸إ ن. ´. ،ن ´أ ا. ´. ،)ن ك¸ ´ل ا. 2) Dilihat dari peruntukannya: Harf ada
yang
terkhusus untuk fi’il dan ada juga yang terkhusus untuk isim. 3) dilihat dari
fungsinya, Harf juga memiliki fungsi yang sangat banyak. Penjelasan lebih detail
tentang ini akan ada dalam bab harf.
Harf pada dasarnya tak memiliki makna, ia baru akan memiliki makna jika
telah disandingkan dengan kata lain dalam sebuah kalimat. Contohnya dapat
dilihat dalam sejumlah kalimat berikut:
- ر ب´ ¸ع˚ب ¸ده¸ ل˚´ًي ل. ´ب ´اا ´ن ال ¸ذأ أ´ ˚س. ˚ا´ ك اج ˚س. ر ب ب ¸ع ص. ¸ا¸ ˚ض
´ ´ ´ ˚
¸ ¸
- ˚ك ˚م. ˚اوا ب˚ رء˚˚و س. ُّ´ ´وا˚ م - ´ر´ر
1
- ¸ت´ا¸ ذ ˚ك ˚م الع¸ ˚ر ´ل¹ ˚ف ´ُّ ˚ك ˚م ¸ِب. ˚إ¸ن ˚ك ˚م ظ´ل´ ˚مت˚ ˚م أ´ن
ِ¸´و
.´ ˚غ¸ ف˚ر˚و´ ن. ˚ُّبل´ ˚س ´اا ¸ر ˚ه ˚م ي´ ت
Jika kita perhatikan, bagian yang digaris bawahi dalam setiap kalimat di
atas adalah harf, yaitu ba, namun antara satu ba dengan ba yang lain bisa
memiliki makna yang berbeda satu sama lain. Dalam kalimat pertama, ba di
sana bisa dimaknai sebagai “dengan” hingga artinya menjadi “pukullah batu itu
dengan tongkatmu”. Ba dalam kalimat kedua menunjukkan objek hingga artinya
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada malam hari”. Ba
dalam kalimat ketiga bisa berarti “sebagian” hingga artinya adalah “usaplah
sebagian kepalamu”. Ba dalam kalimat keempat berarti “karena” maka
artinya adalah
1
“sesungguhnya kalian telah menzalimi diri kalian karena kalian menjadikan sapi itu
(sebagai sesembahan)”. Dan ba pada kalimat kelima berarti “waktu” hingga arti
kalimat itu menjadi “dan di waktu sahur mereka beristighfar.” Dari penjelasan
inilah diketahui bahwa sejatinya harf itu tidak memiliki makna tersendiri, namun
maknanya ditentukan oleh posisi dia di dalam kalimatnya.
Cara membedakan isim, fi’il dan harf.
Cara paling mendasar untuk membedakan antara ketiganya adalah
dengan melihat kepada maknanya, jika ia merupakan verbia (kata kerja) atau kata
perintah maka ia adalah fi’il, namun jika ia adalah kata benda (baik nyata atau
abstrak), kata sifat, atau menunjukkan nama orang, jenis hewan atau kata lain
yang bukan kata kerja maka ia adalah isim, dan jika ia adalah kata sambung,
kata tanya, kata tambahan, atau ia bukanlah isim dan bukan fi’il maka ia
adalah harf.
Namun memang, membedakan ketiganya dengan melihat kepada makna
memiliki kekurangan. Di antaranya kekurangannya adalah kita perlu membuka
kamus untuk mengetahui makna dari kata tersebut, dan terkadang kita bisa juga
salah mengira jenis suatu kata, contohnya seperti kata-kata أمام ، وراء،فوق تت،
yang seolah berfungsi seperti huruf jarr karena memiliki makna “di”, namun
sebenarnya mereka adalah isim yang berfungsi sebagai zharf makan (kata yang
menunjukkan tempat).
Pada dasarnya setiap kata dari tiga jenis kata di atas memiliki tandanya
masing-masing, seperti alif lam dan tanwin untuk isim, atau huruf-huruf
mudhari’ untuk fi’il, namun penjelasan lebih lengkap tentang ini akan datang
pada bab masing-masing.
1
KAIDAH
Isim adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan tidak menunjukkan waktu terte
Fi’il adalah kata yang menunjukkan terjadinya suatu hal pada waktu tertentu.
Harf adalah kata yang tak nampak maknanya secara sempurna kecuali jika ia telah disandingkan de
LATIHAN
Bedakanlah antara isim, fi’il dan harf dari sejumlah contoh berikut
dengan mencari makna masing-masing menggunakan kamus:
1
( ´عل¸ ي – ال´ ف ˚ص ¸ل – ¸ف – ي´.ن´ا˚ م
– ´ ل)
(ي˚ ´.ق´رأ˚ – ال ¸كت´ا ´ب – الط ال¸ ˚ب – ال صب´ا ¸ح
– ¸ف)
(امل˚´.ي´ دا ¸ن – ال˚´و´ل ˚د – ˚ك´ر´ة ال´ ق´ د¸م – ي˚´.ل
´ عب˚ ˚.و´ ن – ¸ف)
1
Pertemuan Ketiga
Tanda Isim
Dari pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa isim adalah kata yang
digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan ia tidak menunjukkan waktu tertentu, atau
pengertian mudahnya isim adalah segala kata selain fi’il dan harf. Maka kali ini kita
akan membahas mengenai cara membedakan antara isim dengan fi’il dan harf.
Setidaknya ada dua cara dalam membedakan antara isim dengan selainnya.
Cara pertama adalah dengan melihat kepada makna dari kata tersebut dan
cara kedua adalah dengan melihat kepada bentuknya.
1. Membedakan Isim Melalui Makna
Menentukan isim dengan melihat kepada makna kata adalah cara yang
lebih mudah dilakukan ketimbang menentukan dengan melihat kepada
bentuk kata, karena penentuan dengan melihat kepada bentuk sering kali
mengecoh para pelajar bahasa Arab pemula yang sama sekali belum pernah
belajar bahasa Arab. Contohnya, Alif lam adalah tanda untuk isim, namun tidak
setiap kata yang berawal
alif lam adalah isim, karena ia bisa jadi adalah fi’il seperti dalam kata التقىatau juga harf
seperti kata ألyang digunakan untuk bertanya. Tanda lain dari isim adalah tanwin,
namun ternyata tidak setiap isim ditandai dengan tanwin karena ada juga
Dalam bahasa Indonesia, isim bisa berupa nomina seperti kata benda
yang nyata seperti مكتب yang berarti meja dan كتاب yang berarti buku, atau
kata
benda yang abstrak seperti عقلyang berarti akal dan حياءyang berarti rasa malu,
1
atau nama orang seperti ممدdan nama hewan seperti أس. دyang berarti singa.
Isim bisa juga berupa nomina abstrak (nomina yang berasal dari verba) atau
dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah mashdar seperti kata س.. . . . . . . . . ...ي
yang artinya
perjalanan dan ض . ربyang artinya pukulan. Isim bisa juga berupa adjektiva (kata
sifat) seperti مجيلyang berarti bagus atau indah dan كرميyang berarti mulia. Bisa
juga berupa pronomina (kata ganti) seperti أانyang berarti saya dan أنتyang
berarti kamu.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa isim bisa berupa kata
dalam beragam jenis, maka mengetahui makna dari kata bisa menjadi jalan
termudah bagi kita untuk membedakan antara isim dengan selainnya, karena
selama ia diketahui berupa nomina (kata benda), pronomina (kata ganti),
adjektiva (kata sifat) dan bukan verba (kata kerja) maka ia adalah isim.
˚´كث„˚¸ي ´ل ت ره
˚´ ˚ ˚ش ´خ˚ ي ق – ق´ل˚¸ي ˚ل ال ¸م
¸ ˚ك ¸م ˚ن ُّ˚ و¸ ´ن
˚ ه.ط˚ي˚ ق ¸د ˚أ¹ ؤ.˚ ´ت
1
´جً˚ ما ت
˚م´
ش
´´ ˚ م ˚د
¸ا
1
Kata Muhammad dan lahm dalam kalimat di atas adalah isim karena
keduanya diakhiri dengan tanwin. Begitu juga dengan kata qalil, khayr dan katsir
yang merupaka isim karena diakhiri dengan tanwin.
Namun perlu dicatat bahwa tidak setiap isim diakhiri dengan tanwin,
seperti kata عثم.ان dan ف.اطمة. Dalam pembahasan nahwu tingkat lanjut
akan
dikenal sejumlah isim yang tidak boleh berharakat tanwin karena beberapa sebab.
Dan ada juga permasalahan baru dalam masalah tanwin, yaitu sering kali
tulisan bahasa Arab ditulis dengan tidak menggunakan harakat. Maka,
membedakan isim dari yang lainnya dengan melihat kepada tanwin akan susah
dilakukan terkhusus oleh para pelajar pemula karena mereka tak bisa
membedakan posisi yang tepat untuk setiap harakat yang ada. Maka, cara kedua
adalah dengan melihat kepada tanda yang lain yaitu alif dan lam.
Alif Lam
Sebagaimana tanwin, Alif lam hanya menjadi tanda untuk isim, maka setiap
ada kata yang diawali dengan alif lam maka kemungkinan besar ia adalah isim.
Contohnya dapat kita lihat dari kalimat berikut:
1
huruf alif dan lam namun ia adalah fi’il atau harf. Cara membedakannya adalah
bahwa alif lam dalam isim hanya sebagai huruf penambah kata dan bukan
bagian dari huruf
2
asli kata tersebut, sedangkan alif lam yang bukan merupakan tanda isim adalah
bagian dari huruf asli kata tersebut.
Dan perlu diingat juga bahwa alif lam dan tanwin sama sekali tidak akan
pernah bertemu dalam satu kata, maka kata الس. لمtak bisa dibaca al-Islamun
KAIDAH
Isim dapat dibedakan dari fi’il dan harf dengan dua cara:
Melihat kepada makna
Melihat kepada bentuk, isim ditandai dengan tanwin, alif lam, jar, isnad dan harf
LATIHAN
Bedakan isim dari fi’il dan harf dalam kalimat berikut dengan
melihat kepada makna tandanya!
˚ إ´ ¸ما˚ م:و´م ´ل ¸ظ ل إ¸ ل ¸ظل ه.´ ˚¸ه ي¹ ¸´عا´ ل ¸ف ¸ظل. ´عة˚ ي˚ ¸ظل ˚ ه ˚م لال˚ ت. ´´س ˚ب
أ´ ¸ف. . ا ˚ب ن´ ´ش. . ´و ´ش،´عا¸ د˚ ل
´و´ر ˚ج´ ل ¸ن ´ت´ا ِب ¸ف،ا ¸ج ¸د. .ُّ. ´ ´لب˚ه˚ ˚م´ عل ˚ق ¸ف امل. ˚ ´و´ر ˚ج ˚ل ق،¸¸عب´ا´ دة¸ لال
´ف رق´ا. ´¸لال ا ˚جت´ ´م´ عا ´عل˚´ي¸ ه ´وت
´
´قا´ ل إ. ´ ب ´و´ مج´ا ل ف. . . ´و´ر ˚ج ˚ل ´د ´ع˚ته˚ ا˚ م´رأ´ة˚ ´ذا ˚ت ´م˚ن ص،´عل˚´ي¸ ه
„ „ ¸
2
Pertemuan Keempat
Jenis Kalimat Bahasa Arab Dan Komposisinya
Terdapat dua jenis kalimat dalam Bahasa Arab, dan dua jenis kalimat itu
ditentukan oleh kata apa yang terletak di awal kalimat tersebut.
dari mubtada ( )املبتدأdan khabar ()اخلب. Mubtada adalah isim yang terletak di depan
2
Jika dalam kaidah bahasa Indonesia kita mengenal empat komposisi
kalimat: subjek, predikat, objek, dan keterangan, maka dalam kaidah bahasa
Arab hanya dikenal dua komposisi saja yaitu mubtada sebagai subjek dan khabar
sebagai penyempurna kalimat. Khabar bisa terdiri dari predikat saja, predikat
bersama objek, predikat bersama keterangan, atau juga predikat, objek dan
keterangan sekaligus). Contohnya bisa dilihat dalam tabel berikut:
Kata Benda
¸ ال ¸كت ا ب
(KB)+ Kata Sifat Buku itu bagus ˚ ´
Subjek (S) + (KS) ´مج˚ي ˚ل م
Predikat (P)
خ
KB + Kata Muhammad ˚م´ م ˚د
Kerja (fi’il) sedang berjalan َ́ي˚ ¸ش ˚ي
(KK)
م خ
S + P + Objek KB + KK + KB
Ahmad
ق´رأ˚ ال ¸كت.´ ˚أ´ ˚ح´ ˚د ي
(O) membaca buku
´ا ´ ب
خ م
S + P + Keterangan KB + KK + Utsman pergi ke ع˚ث´ ˚ما ˚ن ي´ ˚ذ´ ه ˚ب إ
´ ¸ل ال ُّ˚ و¸ ق
(K) Konjungsi + KB pasar
خ م
KB + KK + KB Aisyah
S+P+O+K + Konjungsi + mengajari murid ¸ل¹ ˚¸م الت¹ ˚عل.˚ ´´عائ¸ ´شة˚ ت
Keterangan di kelas ¸م˚ي´ ذ ¸ف ال´ ف ˚ص ¸ل
خ م
Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa khabar bisa terdiri dari satu
kata, dua kata, tiga kata, dan bahkan memang tidak ada batasan jumlah kata
2
untuk khabar. Khabar juga bisa berupa isim, atau fi’il, atau juga susunan isim, fi’il
dan harf.
2
.al-Fi’liyyah Al-Jumlah 2 (الفعلية )اجلملة
Al-Jumlah al-Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan sebuah fi’il, bisa
berupa verba (kata kerja) atau kata perintah, dan akan selalu terdiri dari fi’il dan
fa’il. Fa’il ( )فاعلadalah isim yang ada setelah sebuah kata kerja dan menandakan
bahwa ia adalah yang melakukan pekerjaan tersebut, dan ia selalu berada dalam
˚´ق´رأ˚ الت. ˚´عل ˚ م الط ال¸ ب ¸ف ل¸ – ´ذ´ ه ´عل¸ ي إ´ ¸ل ال ُّ˚ و¸ ق – ي. ´´ت.ي
¸ل ¸م˚ي ˚ذ ال د˚ ر ´س¹ ˚ ال´ ف ˚ص ´ب
ف فا ف فا ف فا
˚م م ˚د أ ˚ل¸ ص
´ ق˚ ˚م
´ي ´´ما´ م ال´ ف
ف
Keempat kalimat di atas merupakan al-jumlah al-fi’liyyah karena
keempatnya dimulai dengan sebuah fi’il, dan kata al-thalibu, ‘Aliyyun, al-tilmidzu
seluruhnya adalah fa’il dari kata kerja yang ada sebelumnya.
Sedangkan untuk kalimat keempat,fi’il yang berada di depan adalah fi’il
amar (kata perintah), maka komposisinya sedikit berbeda dengan ketiga contoh
sebelumnya. Fa’il dari kata kerja ق.. . ..م dalam kalimat keempat bukanlah
kata
Muhammad, namun kata ganti yang tak tertulis (dhamir mustatir) 2 yang
menunjukkan orang kedua (kamu). Hal serupa terjadi di setiap al-jumlah al-ismiyyah
yang dimulai dengan fi’il amar.
2
1 Penjelasan mengenai rafa’ akan dibahas dalam pembahasan bentuk perubahan kata
(i’rab).
2Dalam Nahwu kata ganti disebut dengan dhamir. Ada beragam jenis kata ganti, ada kata
ganti yang terpisah (dhamir munfashil), kata ganti yang tersambung (dhamir muttashil), kata ganti tak
tertulis (dhamir mustatir). Penjelasan tentang ini ada dalam pembahasan Nahwu tingkat lanjut.
2
Persamaan dan perbedaan
Sekilas memang terlihat tidak ada perbedaan al-jumlah al-ismiyyah dan al-
jumlah al-fi’liyyah di atas, keduanya bahkan bisa menunjukkan makna sama
meski mengunakan jenis kalimat yang berbeda. Contohnya:
2
–ر ف´ ´ل ´كا ¸ش ´ف ل´ه˚ إ¸ ل ˚هو¹„´وإ¸ ˚ن َ́ي˚ ´ُّ ُّ˚ ´ك لال˚ ب¸ ˚ض
الملة الفعلية
ح ف فا
KAIDAH
Terdapat dua jenis kalimat dalam bahasa Arab:
Al-Jumlah al-Ismiyyah adalah kalimat yang dimulai dengan isim, dan terdiri dari mubtada dan khaba
Mubtada adalah isim yang terletak di depan kalimat.
Khabar adalah bagian yang melengkapi kalimat hingga sebuah kalimat memiliki makna yang sempur
Al-Jumlah al-Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan sebuah fi’il, bisa berupa verba (kata kerja
Fa’il adalah isim yang ada setelah sebuah kata kerja dan menandakan bahwa ia adalah yang melaku
LATIHAN
Tentukan jenis kalimat dari sejumlah kalimat di bawah ini dengan
melihat kepada makna kata atau tanda dari kata yang paling
depan, lalu tentukan mana mubtada dan khabar atau fi’il dan fa’il
dari setiap
kalimatnya:
3
˚الع˚ل´ ´ماء˚ ´و´رث´ة
˚م´ م ˚د ط´ال¸ ˚ب ن´ ¸ش˚ي ˚ط
ال´ن˚ب¸ي´ا¸ ء
Susunlah kata-kata di bawah ini menjadi sebuah al-jumlah
ismiyyah dan sebuah al-jumlah al-fi’liyyah!
¸ ¸ ¸ ¸ ¸
˚)ُّ م ُّ˚ ك˚ ˚ي – ِب ل´ ˚غن ي´ا ءع ¸– ي´ي ت.(ال
˚ ˚´
´ ر. ˚م لُّ˚ ¸ ¸م´ ˚ ي – ´عل´ى – ف.(ال ز´كا´ ة – ال
˚)´ض – لال
˚ف – ال¹ ن´ ¸ظ.˚(ال´ ف ˚ص ´ل – ف´ا ¸ط´ مة˚ – ت
)صب´ا ¸ح – ¸ف
– و„م.´ ˚ر´ك ˚ب – ي.´˚(ال يُّ ا´ ر´ة – أ¸´ِب – ي
)˚ك ل
...... ˚ال يُّ ا´ رة ...... ˚د ...... م ُّ˚ ¸ر ˚د. ´ال
´ ح ˚ ´أ
...... ˚الغ˚˚رف´ة ...... ال ¸كت´ا ˚ب
3
د˚ ˚زي ´عل´ى ال ´ي ¸عل......
´ ...... ˚ك˚ر¸س
¹
¸ي
3
Pertemuan Kelima
Fi’il dan Ragam Jenisnya
Sesuai dengan pembagian waktu ini, maka kita mengetahui ada tiga jenis
fi’il: 1) fi’il madhi (الفعل املاض.. . .)ي, 2) fi’il mudhari’ ( املض الفعل.. . . )ارعdan 3) fi’il amar (ال
)مر فعل, dua fi’il berupa verba (kata kerja) yaitu madhi dan mudhari’, dan satu fi’il
berupa kata perintah yaitu amar.
– ¸ل ¸م˚ي ˚ذ¹ ˚مط˚´ر – ´ان´ م الت. ´´ز´ل ال.´´جاء´ ال˚ ˚ست´اذ˚ – ن
´جل´ ´س الط ال¸ ˚ب
ف فا ف فا ف فا ف فا
3
Kata-kata yang digarisbawahi dari kalimat di atas adalah fi’il madhi, dan
kata yang tak digarisbawahi adalah isim yang menjadi fa’il untuk fi’il madhi yang ada
sebelumnya.
Empat fi’il di atas adalah fi’il madhi maka keempatnya menunjukkan dua
hal yaitu: 1) suatu pekerjaan, dan 2) waktu pekerjaan tersebut yang
merupakan masa lampau, atau dalam arti lain bahwa pekerjaan itu benar
telah terjadi. Kata ج......... اءartinya adalah datang, dan karena ia adalah fi’il
madhi maka ia juga
diartikan dengan “ustadz sudah datang.” Begitu juga dengan kata نزل dalam
kalimat kedua
yang artinya turun, karena ia adalah fi’il madhi maka ia juga mengandung makna
bahwa ia telah terjadi, maka kalimat itu bisa diartikan dengan “hujan sudah
turun.” Hal serupa bisa diterapkan untuk dua contoh lainnya.
– ¸ل ¸م˚ي ˚ذ¹ ˚ن´ا˚ م الت.´ط˚´ر – ي.م. ´ن¸ ز˚ل ال.´˚¸´َي ˚يء˚ ال˚ ˚ست´اذ˚ – ي
˚ َ́يل¸ ˚س الط ال¸ ˚ب
فا ف ف فا ف فا فا ف
Empat kata kerja di atas adalah kata kerja yang sama dengan yang
3
ada dalam fi’il madhi di atas, hanya saja bentuk keduanya berbeda. Kata جاءdalam
fi’il
madhi berubah menjadi kata َ ييءdalam fi’il mudhari’, begitu juga kata نزلberubah
3
menjadi ي.ن.زل, kata انمberubah menjadi ي.ن. . ...ام, dan kata ج.ل. سmenjadi ي.َل..س.
Makna dari setiap kata tersebut tetaplah sama, hanya saja penggunaan waktunya
yang berbeda. Jika bentuk fi’il di atas menunjukkan bahwa ia telah terjadi maka
bentuk fi’il yang di bawah menunjukkan bahwa ia sedang atau akan terjadi.
Fi’il madhi dan fi’il mudhari’ terkadang bisa dibedakan dengan melihat
keterangan waktu yang mengiringinya. Contohnya adalah sebagai berikut:
˚مب´ا´ را¸ ة أ˚´م ¸س – ´سأ˚ ´ساف˚¸ر ´غ ًدا.ف´ا´ ز ف¸ ´ري˚ ˚ق ال˚ ´هل¸ي ¸ف ال
´ف´ ع ˚ل اآل ´ن؟. ˚¸ِب¸ ˚ذ ¸ن لال¸ – ´ما´ ذا ت
Dalam tiga kalimat di atas terdapat kata yang menunjukkan suatu waktu
tertentu. Dalam kalimat pertama kata yang menunjukkan waktu adalah أمسyang
artinya kemarin maka dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il madhi.
Dalam kalimat kedua kata yang menunjukkan waktu adalah kata غداyang berarti
besok, maka dapat dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il mudhari’.
Begitu juga dengan keterangan dalam kalimat ketiga yaitu اآلنyang artinya
sekarang, maka dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il mudhari’.
3
perintah. Karena fi’il amar merupakan perintah, maka ia akan selalu ditujukan
kepada orang kedua (baik tunggal ataupun jamak), oleh karena itu fa’il dari fi’il
amar selalu kata ganti orang kedua (dhamir mukhatab). 2) Waktu yang ditunjuk oleh
fi’il amar adalah masa depan, karena perbuatan yang diminta akan dilakukan
setelah kata perintah itu dilontarkan, bukan ketika berbicara ataupun sebelumnya.
Berikut beberapa contoh dari fi’il amar dalam sebuah kalimat:
¹ ´ رب ´و ´سا ´م ˚غ¸ ف – ´ا˚ ˚سل˚ ˚ك ب´˚ ن ´من´ا ¸ه ´ج ال ¸ت ´و´´تل ´ ق ن ¸ِب
¸ ˚ك ¸رع˚وا إ ´رة„ ¸م ˚ش´ر ¸ف ال´ عا´ دا ¸ت ُّا´ دا
˚م ´ ¸ل
˚ن
– ˚خ ˚ذ ال´ ع˚ ف´ و ´وأ˚ ˚م˚ر
¸
بلع˚˚ر ¸ف ´وأ´ ˚ع¸ ر ˚ض ´ع ¸ن ال´ا ¸هل´ ˚ ¸ي
Sejumlah kata yang digarisbawahi di atas adalah fi’il amar dan seluruhnya
menunjukkan perintah. Berbeda dengan dua fi’il sebelumnya, fa’il untuk fi’il amar
tidak berbentuk isim yang terlihat namun fa’ilnya adalah kata ganti yang tak tertulis
(dhamir mustatir) yang menunjukkan orang kedua (baik tunggal atau jamak).
3
yaitu أ، ن،ت أ، meski tidak setiap kata kerja yang diawali dengan huruf itu
adalah fi’il mudhari. Fi’il amar sering kali diakhiri dengan harakat sukun meski
tidak selamanya begitu, begitu juga fi’il madhi yang sering kali diakhiri dengan
harakat fathah atau fi’il mudhari’ yang sering kali diakhiri dengan harakat
4
dhammah. Perbedaan bentuk ini akan kita pelajari pada pertemuan selanjutnya
ketika membahas tentang ragam perubahan bentuk fi’il.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa fi’il memiliki tiga bentuk,
ia bisa berbentuk madhi, mudhari’ dan amar tergantung maksud dari penggunaan
kata tersebut. Di bawah ini ada beberapa contoh fi’il dengan tiga bentuknya:
KAIDAH
Terdapat tiga jenis fi’il dalam bahasa Arab:
Fi’il Madhi adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan masa lampau.
Fi’il Mudhari’ adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan dua waktu, yaitu hadhir (seka
Fi’il Amar adalah kata yang menunjukkan permintaan untuk suatu pekerjaan di masa depan.
4
LATIHAN
Tentukan jenis fi’il dari sejumlah kalimat berikut serta sebutkan
!fa’ilnya
! Ubahlah beberapa kata di bawah ini menjadi fi’il mudhari’ dan fi’il amar
رفع – تكلم - كتب – جلس – نظر – دخ..ل – علم – قرأ – فتح – أقف..ل –
تعلم
4
Pertemuan Keenam
Fi’il dan Ragam Perubahan Bentuknya
( اتء س.. . . )اكنة, Ta mutaharrikah ()متاركة اتء, Alif al-Itsnain ()الثني ألف, Wawu al-
Jama’ah (واو )الماعة, Nun Niswah ( اُّلن نون. . .)وة, dan “Na” lil-Mutakallimin ( ")ان" للمتكلمي.
Berikut penjelasan lebih detailnya:
4
Bentuk Perubahan Kata Kerja Kata Ganti
- ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر´م - ل´ ع´ ´.ف ´كت´ Orang ketigaهو
)tunggal (LK
´د ´ب
Orang ketiga
ألف الثني ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر .. . . .ا مها ل´ ع´ ´.ف ´كت´.ب´ا )dua (LK
´ دا ´ما
Orang ketiga
. . . . . .وا واو الماعة هم ف´ ´.عل˚وا ´كت´.ب˚وا ´ش ¸ه أ´ ˚ك )jamak (LK
˚دوا ´ر˚موا
هي ف´ ´.عل´ ´كت´.ب´ ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر ˚ . . .ت اتء ااُّل كنة Orang ketiga
)tunggal (PR
´ د ˚ت م ˚ت . . . ˚ت ˚ت
´
Orang ketiga
اتء مها ف´ ´.عل´ت´ا ´كت´.ب´.ت´ا ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر . . . . .ا´ت
)dua (PR
م..ت .ارك ... . .ة ´ د´ ات ´مت´ا
وألف الثني
هن ف´ ´.ع˚ل ´ب´ ˚ ´كت ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر˚م ´ . . . . . .ن نون الُّنوة Orang ketiga
)jamak (PR
˚د ´ن ´ن ´ن
Orang kedua
أن ف´ ´.ع˚ل ´كت˚´.ب ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر˚م ´ت اتء متاركة
)tunggal (LK
. . . .. ˚د ´ت ´ت ´ت ´ت ´ت
Orang kedua
اتء متاركة ما ´ش ¸ه أ´ ˚ك ´كت˚. أنتما ف´ ´.ع˚لت )dua (LK
˚ ´. . . . .ت
˚د˚ت´ا ´ر˚مت ´ب.ت˚ما ´ ˚ما
´ ˚ما
Orang kedua
´ش ¸ه أ´ ˚ك . . . . .م˚ ˚ت اتء متاركة أنتم ف´ ´.ع˚لت˚ ˚م ´كت˚.
)jamak (LK
˚د ˚ ت ´ر˚مت˚ ˚م ´ب.ت˚م
˚
´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر˚م ¸ . . . .ت اتء متاركة أن ¸ت ف´ ´.ع˚ل ´كت˚´.ب Orang kedua
)tunggal (PR
4
.. ¸ت ˚د ¸ت ¸ت ¸ت
Orang kedua
أ´ ˚ك ما اتء متاركة ´ش ¸ ه ´كت˚. أنتما ف´ ´.ع˚لت
)dua (PR
ر˚مت ˚ ´. . . .ت ˚د˚ت´ا ´ب.ت˚ما ´ ˚ما
´
´ ˚ما
Orang kedua
أ´ ˚ك ˚ . . . . .نت اتء متاركة ´ش ¸ ه ´كت˚´.ب˚ أننت ف´ ´.ع˚ل˚ )jamak (PR
´ر˚م˚ نت ˚دت˚ ن نت نت
Orang
أ´ ˚ك´ر˚م ˚ . . .ت اتء متاركة ´ش ¸ ه ´كت˚´.ب أان ف´ ´.ع˚ل
pertama
. .. ˚ت ˚د ˚ت ˚ت ˚ت tunggal
Orang
حنن ف´ ´.ع˚لن´ا ´كت˚´.ب.ن´ا ´ش ¸ه أ´ ˚ك . . . .ا´ن نون الم...اع ..ة ال
pertama
.دال......ة على ˚د´ ان ´ر˚من´ا jamak
املتكلمي
4
2. Perubahan Fi’il Mudhari’
Tidak seperti fi’il madhi, perubahan dalam fi’il mudhari’ terletak di
bagian awal dan akhir dari kata. Perubahan di bagian awal terjadi karena
masuknya huruf-huruf mudhari’ yang empat yaitu: أ، ن،ت أ،, sedangkan
perubahan di
bagian akhir terjadi karena masuknya dhamir fa’il dari fi’il tersebut. Berikut
penjelasan lebih detailnya:
Perubahan Perubahan Kata Kerja Kata Ganti
di akhir di depan
Orang
- ي´ ˚كت˚ ي´ ˚ش´ ه ي˚ ˚ك¸ ر˚م الياء ´ف´ ع. ˚هو ي
ketiga
˚د ˚ب ˚ل tunggal
(LK)
Orang
ألف الثني ˚ب´ا ي´ ˚ش´ ه ي˚ ˚ك¸ ر الياء.´ف´ ع ي´ ˚كت. ˚مها ي
ketiga dua
Orang
واو الماعة الياء ˚ي´ ˚ش´ ه ي ´ي ´ف. ˚هم ي
ketiga
˚و ˚د˚ و´ ن ˚ك¸ ر˚م˚ و. ˚˚ب.´ عل˚ون ˚كت jamak
(LK)
´ن ´ن
Orang
- ´ف´ ع ت´ ˚كت˚ ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر˚م التاء. ˚هي ت
ketiga
˚د ˚ب ˚ل tunggal
(PR)
Orang
ألف الثني ˚ب´ا ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر التاء.´ف´ ع ت´ ˚كت. ˚مها ت
ketiga dua
´ دا ¸ن ´ما ¸ن ´ ل ¸ن ¸ن (PR)
نون الُّنوة ´ف´ ع˚ل ي´ ˚كت ي´ ˚ش´ ه ي˚ ˚ك¸ ر˚م الياء. ˚هن ي Orang
ketiga
´ ˚ ˚ب ˚د ´ن ´ن ´ن jamak
(PR)
4
Orang
- ت´ ˚كت˚ ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر˚م التاء ت˚ ´.ف´ ع أن kedua
˚د ˚ب ˚ل ´ت
4
tunggal
(LK)
Orang
ألف الثني ˚ب´ا ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر التاء.ت´ ˚كت ´ف´ ع. ˚أنتما ت
kedua dua
´ دا ¸ن ´ما ¸ن ¸ن ´ ل ¸ن (LK)
Orang
واو الماعة التاء ˚ت´ ˚ش´ ه ت ´ت ´ف. ˚ت أنتم
kedua
˚و ˚د˚ و´ ن ˚ك¸ ر˚م˚ و. ˚˚ب.˚كت ´ عل˚ ˚و´ ن jamak
(LK)
´ن ´ن
يء املخاطبة ت´ ˚كت˚ب ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر¸م التاء ´ف´ عل. ˚أن ¸ت ت Orang
kedua
´ ˚ ¸ ي ¸ دي ن ´ ˚ ي ´ ˚ ¸ي tunggal
´˚ (PR)
Orang
ألف الثني ˚ب´ا ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر التاء.ت´ ˚كت ´ف´ ع. ˚أنتما ت
kedua dua
´ دا ¸ن ´ما ¸ن ¸ن ´ ل ¸ن (PR)
نون الُّنوة ت´ ˚كت ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر˚م التاء ´ف´ ع˚ل. ˚أننت ت Orang
kedua
´ ˚ ˚ب ˚د ´ن ´ن ´ن jamak
(PR)
Orang
- أ´ ˚كت˚ أ´ ˚ش´ ه أ˚ ˚ك¸ ر˚م المزة ˚ع. ´أ´ف أان
pertama
˚د ˚ب ˚ل tunggal
Orang
- ن´ ˚كت˚ ن´ ˚ش´ ه ن˚ ˚ك¸ ر˚م النون ´ف´ ع. ˚حنن ن
pertama
˚د ˚ب ˚ل jamak
4
tunggal
(LK)
Orang
ألف الثني ا. . . . . . ا¸ ˚ش ه أ´ ˚ك¸ ر ˚ب´ا.ا˚ ˚كت ˚ع. ´أنتما ا¸ف
´ kedua dua
´ما (LK)
´ دا ´ل
´ا¸ ش ه أ Orang
واو الماعة وا. . . . . .
´ ˚
˚ب˚وا.ا˚ ˚كت أنتم ا¸ف kedua
˚ك¸ ر˚م ˚عل˚وا. ´ jamak
˚دوا (LK)
وا
Orang
يء املخاطبة ي............ ´ا¸ ˚ش ه أ ا˚ ˚كت¸˚ب ا¸ف أن
´ ¸ت
kedua
˚ك¸ ر¸م ˚عل¸ي. ´ tunggal
¸ دأ (PR)
ي
Orang
ألف الثني ا. . . . . . ا¸ ˚ش ه أ´ ˚ك¸ ر ˚ب´ا.ا˚ ˚كت ˚ع. ´أنتما ا¸ف
´ kedua dua
´ما (PR)
´ دا ´ل
نون الُّنوة ´ن. . . . . . ´ا¸ ش ه أ ˚ع˚ل ا˚ ˚كت. أننت ا¸ف Orang
¸ ´ ˚ ´ kedua
˚ك ر˚م ´ ˚ ˚ب jamak (PR)
˚د ´ن ´ن
´ن
KAIDAH
Tiga jenis fi’il dalam bahasa Arab memiliki bentuk dan tanda khas masing- masing agar dapat dibe
Fi’il Madhi dapat dibedakan dengan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir
fi’il.
Fi’il Mudhari’ dapat dibedakan dengan masuknya huruf-huruf mudhari’ di
bagian awal fi’il dan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir fi’il.
Fi’il Amar dapat dibedakan dengan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir
fi’il namun ia hanya terkhusus untuk orang kedua saja.
Ketiga fi’il juga dapat dibedakan dengan membedakan makna dan penggunaan masing-masingnya.
5
LATIHAN
!Isilah titik-titik di bawah ini dengan hal yang dimintakan
هن...... :
الفعل املضارع ...... :فعل المر...... : أننت...... : -أنتم...... :
م...ه : ......ي...ه:
أنتم...... : ت¸...... : -دخ ´ل :أان...... :
أن
فاطمة وعائشة ...... :علي وممد...... : ......حنن...... :
5
Isilah titik-titik di bawah ini dengan fi’il yang sesuai dengan konteks
kalimatnya!
5
......مم ˚د ال¸¹ر ي فاطمة ...... ،على الكرسي!
´ سال´ة´
ف امليدان الولد
أحد وإُّحان ......ف الفصل
5
Pertemuan Ketujuh
Ragam Perubahan Kondisi Kata (I’rab dan Bina)
.I’rab 1 ()اإلعراب
Para pakar bahasa Arab mendefinisikan i’rab sebagai berikut:
´غ´ي˚¸ي˚ أ´´وا ¸خ¸ ر ال ´كل´ ¸ما ¸ت ال´ ع´رب¸ي ¸ ة ¸ل ˚خت´ ¸ل ¸ف ال´ ع.ت
ها. ´´ وا¸ م ¸ل ال دا ¸خل¸ ´ة ´عل˚´ي
Perubahan kondisi akhir kata bahasa Arab karena perbedaan penyebabnya
Ada satu kata kunci yang perlu diperhatikan dari definisi di atas,
yaitu bahwa perubahan kondisi huruf akhir ini terjadi karena adanya suatu
hal yang menjadi penyebab perubahan tersebut. Perubahan tersebut bisa
karena dua hal:
1) perubahan posisi kata dalam kalimat, seperti menjadi mubtada’, fa’il, maf’ul bih
atau 2) karena masuknya harf semisal huruf nashab atau huruf jazm. Maka,
untuk mempermudah dalam memahami masalah i’rab ini kita bisa menerapkan
5
hukum sebab-akibat.
5
Perubahan kondisi akhir kata hanya terjadi pada isim dan fi’il mudhari’,
sedangkan fi’il madhi dan fi’il amar tidak mengalami perubahan. Untuk lebih
jelasnya maka kita lihat pada contoh berikut:
العراب السم
الرفع م ˚د´ ر. ´´ر´ ج ´ع ˚م´ م ˚د ¸م ´ن ال
´ س¸ ة
النصب ل¸´ق˚ي ˚ت ˚م´ م ًدا ¸ف الط ¸ري¸ ˚ق
الر ´صل ى لال˚ ´عل´ى ˚م´ م „د
Ini adalah contoh perubahan pada isim. Jika kita perhatikan, harakat kata
Muhammad mengalami tiga kali perubahan: 1) ia menjadi dhammah, penyebabnya
adalah karena kata Muhammad di sana berposisi sebagai fa’il dari kata رجع. Ini
biasa disebut dengan kondisi rafa’ dan ditandai dengan dhammah. 2) ia menjadi
fathah, penyebabnya adalah karena ia berposisi sebagai maf’ul bih (objek). Ini biasa
disebut dengan kondisi nashab dan ditandai dengan fathah. 3) ia menjadi kasrah,
penyebabnya adalah karena ada kata ع.. . ل..... ىyang merupakan harf jar. Ini
biasa
5
Jika kita perhatikan, kata يتعلمdalam contoh di atas mengalami tiga kali
perubahan: 1) harakatnya menjadi dhammah, penyebabnya karena ia tidak
didahului oleh harf jazm ataupun harf nashab. Ini biasa disebut dengan kondisi rafa’
dan ditandai dengan dhammah. 2) ia menjadi fathah karena ia didahului oleh kata
أنyang merupakan harf nashab. Kondisi ini disebut dengan nashab dan ditandai
dengan fathah. 3) ia menjadi sukun, penyebabnya adalah karena didahului oleh kata
لyang merupakan harf jazm. Kondisi ini biasa disebut dengan jazm, dan ditandai
dengan sukun.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kondisi
perubahan akhir kata dalam bahasa Arab (i’rab), yaitu rafa’, nashab, jarr dan
jazm, dari empat kondisi ini ada yang terjadi pada isim dan fi’il mudhari’ sekaligus
yaitu rafa’ dan nashab, ada juga yang terkhusus untuk isim yaitu jarr dan ada yang
terkhusus untuk fi’il mudhari’ yaitu jazm. Penjelasan lebih lanjut bisa dilihat
pada tabel berikut:
.Bina 2 ()البناء
Bina adalah kondisi di mana sebuah kata tidak mengalami perubahan
harakat atau bentuk. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan bina sebagai berikut:
5
Dari definisi di atas diketahui bahwa kata yang mengalami kondisi bina
tak akan berubah kondisinya meski kata tersebut mengalami perubahan
posisi dalam kalimat atau didahului oleh salah satu harf yang berakibat pada
perubahan i’rab. Maka, dalam kondisi apapun, kata yang termasuk ke dalam
kondisi ini akan selalu tetap berada pada satu kondisi saja, jika ia berakhiran
fathah maka ia akan terus berakhiran fathah, begitu juga jika ia berakhiran
kasrah, dhammah ataupun sukun.
Di antara kata yang kondisinya tetap adalah isim istifham atau isim yang
bermakna “siapa” dalam contoh berikut:
dalam kalimat ketiga yang seharusnya berharakat kasrah karena ada kata إلyang
merupakan harf jar, namun karena “man” tidak akan berubah kondisinya maka
ia tetap dalam kondisi sukun. Inilah yang dimaksud dengan bina.
Kata yang kondisinya tetap ada yang berupa isim seperti isim istifham, isim
maushul, dhamir, ada juga yang berupa fi’il seperti fi’il madhi, fi’il amar, dan fi’il
mudhari’ yang terhubung dengan nun niswah, dan ada juga berupa harf (seluruh harf
6
adalah mabni)
6
KAIDAH
- I’rab adalah perubahan kondisi akhir kata bahasa Arab karena
perbedaan penyebabnya.
- Kata yang mengalami perubahan kondisi i’rab adalah isim dan fi’il
mudhari’.
o Terdapat empat perubahan kondisi kata: rafa’, nashab, jarr dan
jazm.
o Isim mengalami tiga jenis perubahan kondisi: rafa’, nashab dan
jarr.
o Fi’il Mudhari’ mengalami tiga jenis perubahan kondisi: rafa’,
nashab dan jazm.
- Bina adalah tetapnya akhir kata dalam satu kondisi saja di berbagai
bentuk kalimat.
- Di antara kata yang kondisinya tak berubah adalah: Isim: isim
istifham, isim maushul, dhamir, fi’il: fi’il madhi, fi’il amar dan fi’il
mudhari’ yang tersambung dengan nun niswah, dan seluruh harf.
- Kata yang mengalami perubahan bentuk disebut dengan mu’rab dan
kata yang tidak mengalami perubahan disebut dengan mabni.
LATIHAN
Lengkapi harakat dari setiap kata di bawah ini, jelaskan jenis dari
setiap katanya, lalu jelaskan kondisinya apakah ia mabni atau mu’rab!
Contoh:
¸ ¸
˚ الت ˚اذ´ست¹ ˚ذ´ ي˚م ل
´م´ عل: fi’il madhi, mabni. ˚اذ´ست˚ ˚ال: isim, ¸م. . ي. . . ´˚ال م عل ذ
˚ ´ ´
mu’rab.
mu’rab. ال. . ¸ت¹ . . ˚ل. . : isim,
6
قد أفلح املؤمنون
ي´ ˚دع˚و ال ¸¹دي˚ن إ¸ل ال´ ف ¸ض˚ي.ل´ة
´صال كال´ ف
خلق لال ا ¸لن˚ ´ُّان ¸م ل˚ ˚م´ مد ب´ ˚ ¸ِبج´ ¹ق ق˚ ´.ي ¸ض
خار ن ص ي
´ي الناس
´
6
Pertemuan Kedelapan
Ragam Kondisi Isim (I’rab
Isim)
6
ب ˚خل¸ ´ص ´ر´ ح ˚م.˚زق عل ي ال¸ قرط–ا ي¹م
´
˚ م.ا ل ¸لال الط ال فا
˚
فا
ل ي ُّ¸ ر ق الُّا ¸ر ق ح ´ي ُّي¸ ر ˚ق وهو مؤم ˚ن
˚ ˚ ˚´
فا
Kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat dhammah karena mereka
berposisi sebagai fa’il.
Naib Fa’il
Naib Fa’il adalah pengganti fa’il ketika kata kerjanya berbentuk kata
kerja pasif, seperti “memakan” berubah menjadi “dimakan”. Naib fa’il
didefinisikan sebagai berikut:
˚ي´ ˚كت ´كت´ ´ب ن. ˚ي ن´ ´ص´ر ي´ ˚ض¸ ر ´ض ر (+) املعلوم
˚ب ˚ ´ص˚ر ˚ب ´ ´ب
´ي˚ ˚كت ˚كت¸ ´ب ن. ˚ي ن˚ ¸ص´ر ي˚ ˚ض´ر ˚ض¸ ر (-) اجملهول
˚ب ´ ˚ص˚ر ˚ب ´ب
Naib fa’il berperan nyaris sama dengan fa’il, baik dari segi peletakannya
hingga cara kerjanya. Perbedaan antara keduanya hanyalah terletak pada bentuk
fi’ilnya yang berbeda. Berikut contoh naib fa’il dalam kalimat:
6
و خلق اُّلنا ن ضعي فا – ف إذا ق رئ القرآ ن فا ست ¸معوا له و ¸صتوا
´ ´ ˚ ˚ ˚ ´ ً ˚ ˚ ´
أ
˚´ن
ن فا ن فا
¸ل صبا „ح¹ ف˚تح البا ˚ب ف ك
ن فا
Kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat dhammah karena mereka
berposisi sebagai naib fa’il.
2. Nashab
Isim berada dalam kondisi nashab karena beberapa hal, di antaranya adalah
karena ia berposisi menjadi maf’ul bih dan karena ada huruf nashab sebelumnya.
Berikut penjelasannya:
Maf’ul Bih
Mudahnya, Maf’ul bih adalah objek. Para pakar bahasa Arab
menjelaskan definisi maf’ul bih sebagai berikut:
م الستاذ التلمي´ ذ – خلق لال النُّا ´ن¹ قرأ علي القرآ ´ن – عل
مب مب مب
Kata-kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat fathah karena mereka
berposisi sebagai maf’ul bih (objek).
Diawali oleh Huruf Nashab
Salah satu yang bisa merubah kondisi isim menjadi nashab adalah hadirnya
harf nashab sebelum isim. Huruf nashab itu di antaranya adalah: ن ¸إdan ن ´أyang
6
merupakan harf taukid atau harf yang digunakan untuk menegaskan sesuatu, bisa
juga diartikan dalam bahasa Indonesia dengan “sesungguhnya.” Contohnya:
¸ن ا ¸لن ُّ˚ا ´ن ل¹ حي ˚د – إ ن لال´ على ك ل شي„ ء ق´دي˚ر – ´وا ˚عل´موا أ ن¹ إ
´ ¹
´في ُّخ„ ر ¸ ن لال
¹
´ غ
´
Kata-kata yang digarisbawahi berharakat fathah karena mereka didahului
oleh huruf nashab yaitu إنdan أن.
Harf إ¹ نdan أ¹ نmemiliki makna yang sama dan fungsi yang sama,
hanya
penempatannya yang berbeda. إنbiasa diletakkan di awal kalimat sedangkan أن
akan selalu berada di tengah kalimat.
Di antara harf nashab yang lain adalah: كÁ ل¹ نyang merupakan harf
istidrak atau harf yang digunakan untuk menyangkal pernyataan pada kalimat
sebelumnya, atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan dengan “namun”
atau “tetapi.”
Contohnya:
ك ل¹ إن
´
¸
˚ ˚ه دأ ´م ˚ن ي´شاء.´´ب ´ت ´ولك ن لال´ ي.˚تدأ ´من أ ˚حب
Kata Allah dalam kalimat ini berharakat fathah karena ia didahului oleh
huruf nashab yaitu لكن.
3. Jarr
Isim berada dalam kondisi jarr karena beberapa sebab, di antaranya
adalah karena didahului dengan harf jarr. Berikut penjelasannya:
Setelah Huruf Jarr
6
Isim bisa berada dalam kondisi jarr jika didahului oleh huruf jarr. Huruf
ّ ، عن،¸. . ل
adalah: antaranya di jarr واو القُّم،حت ، ´ك،¸. . . . . ب، ف، على، إل،من. ¸
Berikut penjelasan tentang masing-masingnya:
أخذ زيد الكتاب ¸من املكتب¸ ة – ¸من الد ¸ب ´ت¸ ˚ف˚ي ˚ض ال صو ¸ت أما´ م
الستا¸ ذ
7
إلberfungsi untuk menunjukkan tujuan (ke-) atau akhir dari tujuan
(sampai/hingga). Contohnya:
ر ¸د. . ر ¸د اجرا¸م إل اُّمل. . وله ل´ًي ل من اُّمل. . .ر لال برس.. . ة – أس. . ¸ذهب علي إل املدرس
القصى
علىmemiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menunjukkan makna
“di atas” atau “ke atas.” Contohnya:
– ختم لال على قلو¸ِم وعلى مسع¸هم وعلى ¸ب. اذ ال´ قل´ ´م على املكت. ت. . . . . وض ع الس
أبصا ¸رهم غشاوة
فjuga memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menunjukkan tempat
(di-), atau menyatakan sebab (karena). Contohnya:
„ف الفص¸ ل طلب كثية – دخلت امرأة˚ النا ر ف ¸ه رة
´
. . . .¸ بmemiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menyatakan tempat (di-),
menyatakan sebab (karena), menunjukkan kondisi atau alat yang digunakan
(dengan). Contohnya:
˚´ا عليهم „ت أ. ذين ´ح ر˚من. ¸من ال ة – ف. ¸دين. ا ِبمل. ´عل¸ي ا ˚ن. ل¸´ق ي عثم
´
„ ´بظ˚˚ل„ م
. ´ا ¸حل. ¸ب¹ ط´ي ادوا. ه
˚ت
ا˚˚د ˚خل˚وا املُّرد ِدوء – فتا ˚ت فاطمة الباب ِبملفتا ¸ح-لم
. . ´ك memiliki fungsi untuk menunjukan persamaan (seperti). Contohnya:
¸ ظ„ ر
ما¸ ء ´رف˚¸ي ˚ع. ´ ˚ه´ و ¸ت ال.ف
´
7
´ص´ ف ´اا
7
ّحتmemiliki fungsi menunjukkan akhir dari tujuan (sampai). Contohnya:
ف „س ف ´حيايت.´ ´أ˚دافع عن ¸دين ّحت آخ¸ ر ن
وmemiliki banyak fungsi, seperti menjadi kata sambung (dan), kata
permulaan, dan kata sumpah (demi), namun yang bisa menjadikan isim berubah
menjadi jar hanya yang berfungsi sebagai kata sumpah, atau yang biasa disebut
dengan waw qasam. Contohnya:
KAIDAH
Terdapat tiga kondisi i’rab untuk isim, yaitu:
Rafa’ jika ia menjadi mubtada, fa’il dan naib fa’il.
Nashab jika ia menjadi maf’ul bih dan didahului oleh harf nashab.
Jarr jika ia didahului oleh harf jarr
LATIHAN
Lengkapi harakat kata yang digaris bawahi lalu sebutkan penyebab
harakat akhirnya!
Contoh:
7
رسول لال
7
´عل. ´َ يتهد الطالب ف الت ق˚تل أصااب الخدود
م أرسل لال ال˚ر ˚سل إل الناس ل¹ الصب ي˚عي على ك
عمل
kondisi:
أحد :Jenis kata:
posisi:
kondisi:
tanda:
امللبس:Jenis kata: posisi:
tanda:
tanda:
7
Lengkapilah harakat untuk setiap kata dalam sejumlah kalimat di
bawah ini!
7
الطلب يت´و ضأون ويصلون ف ُّمرد املدرسة
فتات فاطمة النافذة فرأت ال´ .م˚نظ´ر المي ´ل وتب
ُّمت
ا¸ ˚عل´م أن الدب أ´ ´ه م من العلم!
الغلم يلعبون ˚ك´رة ال´ ق´ د¸م ف امليدان ف ا ُّ
ل.ماء
7
Pertemuan Kesembilan
Ragam Kondisi Fi’il Mudhari’ (I’rab Fi’il Mudhari’)
dari huruf nashab, yaitu ˚ أ،˚ ل ن،˚ ´إذ ن،كي ن. Dan ia akan ditandai dengan harakat
fathah. Contoh:
7
Kata yang digarisbawahi di atas berharakat sukun karena ia didahului
oleh huruf jazm.
KAIDAH
Terdapat tiga kondisi i’rab untuk fi’il mudhari’, yaitu:
Rafa’ jika ia tidak didahului oleh huruf nashab ataupun jazm.
Nashab jika ia didahului oleh huruf nashab.
Jazm jika ia didahului oleh huruf jazm
LATIHAN
Lengkapi harakat huruf yang bergarisbawah lalu jelaskan penyebab
dari harakat akhirnya!
Mendeskripsikan Isim
Mendeskripsikan isim dapat dilakukan dengan mengikuti urutan sebagai
berikut:
1. Posisi isim dalam kalimat
2. Kondisi isim (dengan penyebabnya)
3. Tanda kondisinya.
Contohnya:
8
الكتاب :مفعول به منصوب وعلمة نصبه فتاة
8
Maf’ul bih dalam kondisi nashab, dan tanda nashab-nya adalah fathah
Terkadang juga dilakukan dengan menyebut jenis kata tanpa
menyebutkan posisinya dalam kalimat, seperti dalam kata الفصلdi bawah ini:
ن الستاذ ف الفصل¹ إ
إسم إن منصوب وعلمة نصبه فتاة:الستاذ
Isim inna dalam kondisi nashab dan tanda nashab-nya adalah fathah
ف" وعلمة جره ُّكرة." إسم جمرور ب:الفصل
Isim dalam kondisi jarr karena “fi” dan tanda jarr-nya adalah kasrah
Mendeskripsikan fi’il
Mendeskripsikan fi’il dapat dilakukan dengan mengikuti urutan sebagai
berikut:
1. Jenis fi’il
2. Kondisi fi’il (dengan penyebabnya)
3. Tanda kondisinya.
Contohnya:
Mendeskripsikan harf
Mendeskripsikan harf dapat dilakukan dengan mengikuti urutan berikut:
1. Jenis harf
2. Kondisi harf
8
3. Tanda kondisi tersebut
Contoh:
KAIDAH
I’rab secara bahasa artinya adalah menjelaskan.
I’rab yang dimaksud di sini adalah menjelaskan status sebuah kata dalam suatu susunan kalimat secara terperinci.
Empat hal yang biasa dijelaskan dalam mendeskripsikan kata: 1) jenis kata,
2) posisi kata, 3) kondisi kata (dan penyebabnya), 4) tanda kondisi tersebut.
LATIHAN
Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan
setiap kata di dalamnya!
ل مكتب وعلى.. . . . . . .ف الفص ي´عيش الُّمك ف الب´ ˚ار ت´كن˚س فاطمة الغرفة ف اماُّل ء
املكتب كتاب
ِبل˚ ˚هد
8
والتعب
8
Pertemuan Kesebelas
I’rab Isim Mutsanna dan Jama’
.Mufrad 1 )(املفرد
Mufrad adalah isim yang berjumlah satu. Seperti kata عل ممد،كتاب ي،
¹
yang merupakan isim mudzakkar atau seperti كراس.. . . . . . . .،س ة.. ... . . . . .،ف بورة..اطم.. ةyang
merupakan isim muannats. Dalam i’rabnya, Isim mufrad biasa ditandai dengan
harakat, yaitu dhammah untuk kondisi rafa’, fathah untuk kondisi nashab, dan
dhammah untuk kondisi jarr. Contohnya:
انتهي ˚ت من قراء¸ ة هذا الكتا الكتا ˚ب على الكرسي قرأ علي الكتا ´ب
¸ب
˚ت على كتب ُّما ˚ت الُّبور´ة و´رة˚ أما´ م الفص ¸ل. ˚ ُّال ب
¸الُّبورة
2. Mutsanna )(املثىن
Mutsanna adalah isim yang berjumlah dua, ia biasa ditandai dengan alif dan
nun di belakangnya, seperti ممدان، كراس كتاِبن.،س تان.. . . بورتان،. I’rab bagi isim
mutsanna ditandai dengan huruf, yaitu alif untuk kondisi rafa’ dan ya untuk kondisi
8
nashab dan jarr. Contohnya:
8
´و ´ض ˚ع ˚ت الغل اشتي ˚ت كتابي من الدكان ف ال د˚ رج كتاِبن
´ف للكتابي
مررت بُّيارتي ف الطريق رأيت سيارتي ف الطريق ف الطريق سيارتان
3. Jama’ )(اجلمع
Jama’ adalah isim yang menunjukkan bilangan di atas dua, yaitu tiga dan
seterusnya. Terdapat dua jenis kata jama’ yaitu jama’ salim dan jama’ taksir, dan
masing-masingnya memiliki aturan i’rab masing-masing sesuai dengan
pembagiannya. Berikut penjelasannya:
salim Jama’ )(اجلمع السامل
Jama’ salim adalah isim yang menunjukkan bilangan tiga dan selebihnya
yang perubahannya adalah dengan menambahkan dua huruf di belakang isim
sesuai dengan jenisnya. Ia memiliki dua macam, yaitu:
8
juga terkadang digunakan untuk mashdar yang hurufnya lebih dari tiga, isim
yang diakhiri dengan alif mamdudah seperti زهراء, isim yang diakhiri dengan alif
maqshurah
seperti ذكر, ataupun isim yang berupa kata serapan dari bahasa lain.
Tanda i’rab untuk jama’ muannats salim adalah harakat dhammah untuk
kondisi rafa’, harakat kasrah untuk kondisi jarr, dan kasrah pengganti fathah untuk
kondisi nashab. Contoh:
9
أ˚ ˚س ˚د أ´ ´س أ´ ´س ˚د ˚كت˚ ˚ب كتِابن كتاب
¸
´ دا ن ´د˚ ر´ سا ¸ن ˚د˚ ر˚و ˚س ´د ˚ ر ˚ س
˚جي˚ ˚.و ˚ب ´ج˚ي.ب´ا ´ ج˚ ي
¸ ˚ب ق´.ل´ ´ما ¸ن أ´ق´ ˚ل˚ م م˚ ´ل´.ق
ن
غ˚˚رف´.ت´ا ¸ن غ´˚ر ˚ف غ˚˚رف´ة˚
أ´ ˚ش ´را˚ر ´ش ر ر ´ش ´ ر
´ را ¸ ن ´ ˚ ˚´َب´را ¸ن ¸َب´ا˚ر ˚´َب˚ر
9
ع˚ ما˚ ل ´عا¸ م´ ل ¸ن ´عا¸ م ˚ل ط˚ ل ˚ ب ط´ال¸ب´ا ط´ال¸ ˚ب
˚أ´ ˚ش¸ رب´ة ´ت´ا ¸ن.˚ش˚رب ˚˚ش˚رب´ة ¸ن
˚أ´ل˚ ¸نُّ ´ة ل¸ ُّ´ا´ان ل¸ ´ُّا ˚ن
˚ي´ة.ف˚¸ت ´ي´ا ¸ن.´ت.ف ف´ ´ّت
¸ن
Tanda i’rab untuk jama’ taksir ini sama dengan isim mufrad, yaitu dhammah
untuk kondisi rafa’, fathah untuk kondisi nashab, dan kasrah untuk kondisi jarr.
Contoh:
9
LATIHAN
!’Ubahlah isim mufrad di bawah ini menjadi mutsanna dan jama
ُّملم – ُمّلمة – راحم – سيارة – كتاب – جهاز -اجتهاد
Lengkapilah harakat untuk kalimat di bawah ini
ير الظاملون النار بعيدا
ف املدرسة تعلمنا الدروس ال˚ .مت´.ن¸´¹و´ عة´
إن املفاز لمتقي
الطلب َيلُّون على الكرسي
الرحن يرحم الراحي
دخل الطلب إل فصولم
Berilah harakat untuk kalimat di bawah ini dan deskripsikan setiap
katanya! Contoh:
9
Pertemuan Kedua Belas
Perubahan Kondisi Mubtada dan Khabar dengan Fi’il Nasikh
ِبت،ظل.
Sejumlah fi’il di atas jika masuk ke dalam susunan mubtada dan khabar
maka akan merubah susunan tersebut, ia akan menjadikan mubtada tetap pada
kondisi rafa’ dan merubah kondisi khabar yang tadinya rafa’ menjadi nashab.
Sebutan untuk dua kata itu pun kemudian berubah, tak lagi mubtada dan khabar
tapi kata pertama disebut isim untuk kata tersebut seperti isim kana, isim
ashbaha, isim shara, dsb. dan kata kedua disebut sebagai khabar untuk kata
tersebut seperti khabar kana, khabar ashbaha, khabar shara, dsb.
Contoh:
9
tadinya mubtada kemudian berubah menjadi isim kana dan kata ghazir yang tadinya
khabar berubah menjadi khabar kana dan kondisinya pun berubah menjadi
nashab.
Contoh lain dapat kita lihat pada kalimat berikut:
9
فعل
مثال املبتدأ واخلب معن
انسخ
أصبح التلميذ نشيطا التلميذ نشيط التوقيت ِبلصبح أصبح
أضاى الو معتدل الو معتدل التوقيت ِبلضاى أضاى
أُّم ى العامل متعبا العامل متعب التوقيت ِبماُّل ء أُّم ى
ظل الغبار اثئرا الغبار اثئر التوقيت ِبلنهار ظل
¸ما¹ ِ بت املريض ˚متأل ¹ املريض ˚متأ التوقيت ِبلليل ِ بت
¸ل
KAIDAH
- Al-Af’al al-Nasikhah bisa masuk ke dalam al-jumlah al-ismiyyah lalu merubah kondisi dari mubtad
اى..... أض،بح..... أص، ليس،ار. ص،كان، adalah: al-Nasikhah al-Af’al antara Di -
ِبت، ظل،أُّم ى
LATIHAN
Masukkanlah salah satu fi’il nasakh ke dalam al-jumlah al-ismiyyah di
9
bawah ini!
9
ال˚ مر ´س ˚هل ¸إذا ˚و¸ س الغلمان يتيمان ا لطريق ˚م˚ز´د ¸حم
´ د إ´ ¸ل أ˚ ´هله
ام ُّلمون صابرون على البلء الطلب انشطون الصب ضاحك
ممد ˚˚جمت¸ ´هد ف التعلم
)Berilah harakat untuk kalimat di bawah ini lalu deskripsikan (i’rab
setiap kata di dalamnya! Contoh:
:فعل ماض انسخ مبن على الفتح :إسم أصبح امالء ثلرا
أصبح أصبح مرفوع وعلمة رفعه ضمة :خب
امالء أصبح منصوب وعلمة نصبه فتاة
ثلرا
أُّمى الطلب ˚م˚تع¸بي ِ بت الُّماء ˚ُم˚ كان ممد طالبا ف املدرسة
¸طرا
ظل العمال ُمّتحي أصبح التلميذ جمتهدا ِ بت اليوش ساهرين
Buatlah dua buah al-jumlah al-ismiyyah lalu masukkanlah fi’il nasakh ke
!dalamnya
9
Pertemuan Ketiga Belas
Perubahan Mubtada dan Khabar dengan Harf Nashab
Di antara harf nashab yang merubah kondisi mubtada dan khabar adalah إ¹، أ ن¹،ن
berbalikan dengan كانdan sebagainya yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu.
1
Contoh lainnya:
1
KAIDAH
- Harf nashab yang masuk ke dalam sebuah al-jumlah al-ismiyyah akan menjadikan mubtada-nya d
adalah isim untuk nashab huruf antara Di -إ ¹ن ،أ ¹ن ،كأ ¹ن ،لك ¹ن ،ليت ،لعل
LATIHAN
Masukkanlah harf nashab ke dalam kalimat di bawah ini lalu
!jelaskan perubahannya
1
Masukkanlah al-af’al al-nasikhah ke dalam kalimat di bawah ini lalu
masukkan harf nashab untuk menggantikannya!
1
Pertemuan Keempat Belas
Penggunaan Kata Sifat (Na’at dan Man’ut)
Kata sifat dalam bahasa Arab disebut dengan na’at atau sifat, sedangkan
kata yang disifati oleh kata sifat itu disebut dengan man’ut atau mausuf.
Dalam kaidah bahasa Arab, terdapat dua jenis kata sifat, yaitu na’at haqiqi
dan na’at sababi. Berikut penjelasanya:
haqiqi Na’at )(النعت احلقيقي
Na’at haqiqi adalah isim yang menjelaskan sifat bagi kata yang datang
sebelumnya. Aturannya, kata sifat harus mengikuti kata yang disifati dalam
empat hal: 1) i’rabnya (rafa’, nashab, jarr), 2) jenisnya (mudzakkar atau muannats),
3) jumlahnya (mufrad, mutsanna, jama’), dan 4) kejelasannya (nakirah atau
ma’rifah). Contoh:
1
Contoh lainnya:
ا¸ ست¸ ´فد من ¸ب النشي ˚ت ´ب النشي ´أ جاء الطال˚ب النشي
˚
الطال ¸ط ن الطال ´ط ن ˚ج ˚ط ن
˚ ´ زي
Terdapat satu pengecualian dari aturan di atas, yaitu jika isim yang
disifatinya adalah jama’ taksir dari yang tidak berakal maka na’atnya boleh
menggunakan isim mufrad muannats. Contoh:
1
jika diartikan, kalimat di atas berarti “Inilah Muhammad yang baik akhlaknya”.
Contoh lain:
1
.ف الفصل عائشة ن´ظيفة غ˚˚رف
´ت˚ها ن
Kata nadzifah adalah kata sifat, namun ia tidak menunjukkan sifat untuk
kata Aisyah, tapi untuk kata ghurfatuha. Maka, kalimat di atas diartikan dengan “di
kelas ada Aisyah yang bersih kamarnya”.
Aturan penggunaan na’at sababi: 1) na’at sababi akan selalu mengikuti kata
sebelumnya dalam dua hal: i’rab (rafa’, nashab atau jarr) dan kejelasannya (ma’rifah
atau nakirah). Contohnya:
ن
4) Jika man’ut yang datang setelah na’at adalah isim jama’ taksir dari yang
tak berakal maka na’atnya boleh dalam bentuk mufrad muannats. Contoh:
1
قرأت كتاِب كث ًية إندونُّييا بلد كثية جباله ن
فوائ˚ ¸دها ن
1
Perhatian
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa na’at akan selalu menyatu dengan
man’utnya dalam suatu penggalan kalimat, maka kita perlu memperhatikan
posisi na’at dan man’ut ini agar jangan sampai keduanya terpisah. Contoh:
1
KAIDAH
Kata sifat di dalam kaidah bahasa Arab disebut dengan na’at, sedangkan kata yang disifati disebu
Na’at adalah isim yang menunjukkan sifat pada man’utnya.
Ada dua jenis na’at, yaitu na’at haqiqi dan na’at sababi.
Na’at Haqiqi adalah isim yang menunjukkan sifat untuk kata sebelumnya. Ia harus mengikuti kata
Na’at Sababi adalah isim yang menunjukkan sifat untuk kata yang datang setelahnya. Ia harus men
LATIHAN
- Ubahlah rangkaian mubtada dan khabar di bawah ini menjadi rangkaian
na’at dan man’ut dengan merubah kalimatnya!
1
:نعت منصوب وعلمة نصبه فتاة : الميل
خب إن مرفوع وعلمة رفعه ضمة واسع
1
ل تقل قول قبياا إن الولد الصاحل مبوب
مسعت صوات مجيل يقرأ القرآن إن عليا ُّحن وجهه
ل¸´قيت بدكان كبي ف املدينة كان زيد رجل ˚مؤ دِب
1
Pertemuan Kelima Belas
Idhafah
Idhafah adalah menyematkan suatu kata pada kata lainnya untuk tujuan
tertentu, seperti menyatakan kepemilikan, pengkhususan, tempat, waktu, jumlah,
asal, dan sebagainya. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan idhafah sebagai
berikut:
كتبت ف كتا ¸ب ´ب قرأ ˚ت على املكتب كتا ˚ب
مم „د كتا مم „د مم „د
Jika mudhaf adalah isim mutsanna atau jama’ mudzakkar salim, maka harus
dihilangkan nun nya. Contoh:
menyebabkan perubahannya menjadi jarr, dan harf jarr tersebut bisa منatau ل
1
بي ت زي „د ˚ت لزي „د قل ˚م عل „ي /قل˚ م كتا ب مم „د ˚ب
˚ ¹ ˚
/بي لعل „ي /كتا حملم „د
¹
1
صلة˚ ف املغر/ صلة˚ املغر ¸ب خات˚ من/ خا´ ت˚ ف¸ ض„ ة
¸ب
فض„ ة
Fungsi idhafah
Idhafah memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah:
KAIDAH
kepada kata lainnya karena suatu tujuan.
an i’rabnya mengikuti posisi di dalam kalimat, namun ia harus terbebas dari tanwin, alif lam dan nun jika ia adalah isi
LATIHAN
- Masukkanlah setiap rangkaian kata di bawah ini ke dalam sebuah
kalimat!
1
ال ˚ك´رة +ال´ ق´ دم ال˚ ¸ب´كة +ال البيت +الستاذ
´ُّ´ مك
الُّي ¹ارة +السعاف النومة +ال املُّرد +ال´ ق˚ري´ة
˚ص˚بح
1
الغرفة +الطلب النائب +الفاعل الرئيس +المهورية
- Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan
setiap kata di dalamnya! Contoh:
1
LATIHAN
1
- Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan
!setiap kata di dalamnya
َب الرعية المام إذا كان المام عادل العدل مفتاح َناح البلد لال ل
ن لال َب الر العادل والزوجة الصاجة والولد البا¹ر ُّييل يلد ول يولد
هلل رب العاملي
.
1