Anda di halaman 1dari 128

Bagi Pelajar Bahasa Arab

Pemula

Fahmi Hasan Nugroho, Lc., M.A


UTAMAKAN
Dengan Membuka Kamus

Teori Dasar Nahwu


Bagi Pelajar Bahasa Arab Pemula

Disusun Oleh:
Fahmi Hasan Nugroho, Lc., M.A.

Mukaddimah

Alhamdulillah segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang menguasai seluruh
alam. Shalawat serta salam semoga selalu dihaturkan kepada baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pemimpin kaum Arab dan Ajam.
Amma ba’du.
Buku ini membahas tentang sejumlah teori dasar dalam ilmu nahwu yang sering
dijumpai dalam tulisan bahasa Arab, ditujukan bagi pelajar bahasa Arab pemula yang
belum pernah mengenyam pelajaran tata bahasa Arab atau pelajar yang belum terbiasa
dalam menerapkan teori-teori nahwu dalam pembacaannya. Buku ini bertujuan sebagai
peletak dasar dan pembiasaan logika ber-nahwu sebelum pelajar masuk ke dalam
pelajaran nahwu melalui kitab Jurumiyah, agar saat mempelajari nahwu melalui kitab itu ia
telah memiliki bekal logika ber-nahwu yang sudah terbiasa ia terapkan.
Buku ini menggunakan metode bertahap dengan sejumlah latihan untuk
mempraktekkan teori yang telah dipelajari. Metode bertahap yang dimaksud adalah
bahwa pelajar dirangsang untuk melengkapi harakat seiring dengan berjalannya
pelajaran, karena kata atau teori yang telah diberi harakat pada pembahasan
sebelumnya akan didapati tak lagi berharakat pada pembahasan setelahnya. Dan
sejumlah latihan yang ada pada suatu bab bisa ditemukan kembali saat latihan pada
bab lain dengan tujuan agar pelajar mengingat kembali teori yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya.
Saat mempelajari buku ini, pelajar diharapkan aktif mengunakan kamus untuk
mencari makna dari kata-kata yang tertulis, karena hampir sebagian besar contoh kalimat
yang terdapat dalam buku ini tidak disertakan dengan arti katanya. Hal itu bertujuan agar
pelajar terbiasa mencari makna melalui kamus saat membaca, karena setinggi apapun
kemampuan bahasa Arab seseorang tetaplah ia perlu kembali merujuk kepada kamus.
Terakhir, guru-guru kami sering menyatakan bahwa al-thariqah ahammu min al-
maddah, bahwa metode mengajar itu lebih penting daripada materi. Maka, para pengajar
buku ini diharapkan dapat merangsang pelajar untuk memberikan harakat ataupun
i
memberikan contoh bagi teori-teori nahwu yang telah dipelajari, karena tak ada cara
terbaik dalam membiasakan penggunaan teori-teori nahwu selain dari dua cara itu.
Semoga Allah menerima penulisan buku ini sebagai sebuah amalan yang ikhlas
demi ridha-Nya, dan menjadikannya sebagai amal jariyah bagi penulisnya, guru-
gurunya, kedua orang tuanya, serta siapapun yang mengajarkannya dan mempelajarinya.
Bandung, 2 September 2018

Fahmi Hasan Nugroho, Lc., M.A

i
DAFTAR ISI

Muqaddimah..........................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................iii
Pertemuan Pertama: Pengertian Nahwu dan Sharaf..............................................1
Pertemuan Kedua: Jenis Kata Bahasa Arab..........................................................4
Pertemuan Ketiga: Tanda Isim..............................................................................10
Pertemuan Keempat: Jenis Kalimat Bahasa Arab dan Komposisinya..................14
Pertemuan Kelima: Fi’il dan Ragam Jenisnya......................................................20
Pertemuan Keenam: Fi’il dan Ragam Perubahan Bentuknya...............................26
Pertemuan Ketujuh: Ragam Perubahan Kondisi Kata (I’rab dan Bina)...............33
Pertemuan Kedelapan: Ragam Kondisi Isim (I’rab Isim).....................................39
Pertemuan Kesembilan: Ragam Kondisi Fi’il Mudhari’.......................................47
Pertemuan Kesepuluh: Latihan Mendeskripsikan Kata (meng-i’rab)..................49
Pertemuan Kesebelas: I’rab Isim Mutsanna dan Jama’........................................51
Pertemuan Kedua Belas: Perubahan Kondisi Mubtada dan Khabar dengan Fi’il Nasikh
................................................................................................................................................ 57
Pertemuan Ketiga Belas: Perubahan Mubtada dan Khabar dengan Harf Nashab......61
Pertemuan Keempat Belas: Penggunaan Kata Sifat (Na’at dan Man’ut).............65
Pertemuan Kelima Belas: Idhafah.........................................................................71
Latihan...................................................................................................................74

i
i
Pertemuan Pertama
Pengertian Nahwu dan
Sharaf

Nahwu dan Sharaf adalah dua cabang ilmu yang paling penting
dalam kaidah bahasa Arab, keduanya seperti dua roda yang saling berjalan
beriringan dan saling membutuhkan satu sama lain. Namun meski begitu,
terdapat perbedaan mendasar yang membedakan fungsi dan fokus pembahasan
dari kedua cabang ilmu tersebut.
Para ahli bahasa Arab mendefinisikan ilmu nahwu sebagai:

‫ ˚ث ا ¸ل‬. ‫ ن˚ ي‬. ‫´ة ت‬. ¸‫ال‬. ‫¸ه أ´ ح وا ˚ل أ ¸ت ال ع ح‬. ¸‫ف ب‬ ‫ ˚ع´ر‬.˚‫¸ع˚ل˚ م ي‬


˚ ˚ ´ ´ ´ ˚ ˚
‫¸م ح ˚ع´را ˚ب‬ ¸
‫ا‬. ‫ة ¸ف ´رك˚¸يب´ ¸ه‬. ¸ ‫ا ´رب¸ي‬. ‫´´وا ¸خ¸ ر ال ´كل´ ¸م‬ ˚‫´والب ن´اء‬
´
Sebuah cabang ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi huruf akhir dari setiap kata
dalam bahasa Arab saat kata tersebut berada dalam sebuah susunan kalimat, dari sisi i’rab
dan bina’.
Ilmu nahwu hanya berfokus pada perubahan kondisi huruf akhir dari
sebuah kata. Perubahan tersebut bisa dipengaruhi oleh kedudukan kata dalam
sebuah kalimat ataupun ada sebuah kata yang mengakibatkan perubahan
tersebut.
Contohnya, saat berhadapan dengan kalimat:

‫´ذ´ هب ˚م´ مد إ´ ¸ل ال ُّ˚ وق‬


Dalam membahas kalimat tersebut, Ilmu Nahwu hanya memfokuskan
pembahasan pada kondisi huruf ba dari kata dzahaba, huruf dal dari kata
Muhammad, dan huruf qaf dari kata suq. Huruf ba dari kata dzahaba berharakat
fathah karena ia merupakan Fi’il Madhi, sedangkan huruf dal dari kata Muhammad
berharakat dhammah karena ia merupakan fa’il untuk kata dzahaba, dan huruf

1
qaf dari kata suq berharakat kasrah karena ada kata ila yang menyebabkan
harakatnya menjadi kasrah.

2
Dalam kalimat di atas, Ilmu Nahwu tidak membahas mengenai
harakat dzal dan ha dalam kata dzahaba karena itu adalah objek kajian Sharaf,
begitu juga huruf mim, ha dan mim dari kata Muhammad karena itu adalah objek
kajian ilmu Sharaf, ataupun juga harakat dari huruf sin dari kata suq. Singkatnya,
ilmu Nahwu hanya berkonsentrasi pada harakat huruf akhir dari sebuah kata dan
tidak terlalu banyak membahas huruf selain itu.
Untuk mencapai tujuan itu, ilmu Nahwu akan membahas mengenai
ragam kondisi sebuah kata seperti bina, i’rab, rafa’, nashab, jar, dan jazm, juga
membahas mengenai tanda-tanda dari kondisi tersebut seperti tanda harakat atau
tanda huruf, Nahwu juga membahas mengenai ragam posisi kata dalam sebuah
kalimat seperti mubtada, khabar, fa’il, maf’ul bih, na’at, idhafah dan sebagainya, dan
Nahwu juga membahas mengenai sebab-sebab terjadinya perubahan harakat
akhir tersebut seperti adanya huruf jar, huruf nashab, keterkaitan dengan kata
sebelumnya, dan sebagainya.
Berbeda dengan ilmu Sharaf. Para ahli bahasa Arab mendefinisikan ilmu
Sharaf sebagai:

‫ة ل‬. . „‫ „د إ ˚م˚ت´ل´ ¸ف‬. ‫ ل„ وا ¸ح‬. ‫¸م ن‬ ‫˚ ˚ل ¸ت ال´ ع‬. ‫ ˚ع´ر ˚ف ˚´ت ¸وي‬.˚‫¸ع˚ل˚ م ي‬
´ ˚
„ ¸
‫ا ن‬. .‫´ة ´ م´ ع‬. „‫أ´ ˚ص ´ ¸ل أ ´مث¸ل‬
˚ ‫ة‬. . ¸ ‫ا ´رب¸ي‬. ‫¸ه ال ´كل´ ¸م‬. . ¸‫ب‬
‫´م˚ ق ˚ص˚ و´دة„ ´ل ˚´ت ˚ص ˚ل‬
‫إ¸ ل ¸ِ´ا‬
Ilmu untuk mengetahui kondisi perubahan kata dalam bahasa Arab dari satu akar
kata menjadi sejumlah kata yang beragam sesuai dengan makna yang dimaksud.
Ilmu Sharaf memfokuskan pembahasannya mengenai bangunan sebuah
kata, yaitu harakat dari huruf-huruf yang tersusun dalam bangunan tersebut
sesuai dengan maknanya.
Untuk memahaminya, perhatikan kalimat berikut:

‫أحّن ´ك´ ما أ ُحّن لال˚ إ¸ل˚´ي ´ك‬


ُ
Dalam kalimat di atas terdapat dua kata yang terdiri dari susunan huruf
3
yang sama, hamzah, ha, sin dan nun, namun sejatinya harakat keduanya berbeda
satu sama lain. Di sinilah ilmu Sharaf berperan. Jika ilmu Nahwu membahas

4
kondisi huruf akhirnya saja, maka ilmu Sharaf membahas bangunan kata secara
keseluruhan. Setelah diperkirakan berbagai kemungkinan bentuk katanya, maka
kemudian diketahui bahwa kedua kata di atas memiliki bentuk kata yang berbeda
meski berasal dari akar kata yang sama, kata pertama adalah sebuah kata perintah
maka ia dibaca ahsin, sedangkan kata yang kedua merupakan kata kerja Fi’il Madhi
maka ia dibaca ahsana.
Untuk mencapai tujuan itu, ilmu Sharaf membahas tentang dasar
bangunan sebuah kata (wazan) seperti kata yang berasal dari tiga huruf (tsulatsi
mujarrad), tambahan dari tiga huruf (tsulatsi mazid), empat huruf (ruba’i mujarrad),
tambahan dari empat huruf (ruba’i mazid), Sharaf juga membahas ragam jenis kata
(shigah) yang berasal dari satu akar kata yang sama seperti fi’il madhi, fi’il mudhari’,
mashdar, fi’il amr, fi’il mudhari’ dengan lam nahy, isim alat dan sebagainya, Sharaf juga
membahas mengenai komposisi huruf dalam sebuah kata atau yang dikenal
dengan istilah bina seperti kata yang tak memiliki huruf ‘illah (shahih salim),
kata dengan huruf yang berulang (mudha’af), kata dengan huruf ‘illah di depan
(mitsal), kata dengan huruf ‘illah di tengah (ajwaf), kata dengan huruf hamzah
(mahmuz) dan sebagainya.
Dalam prakteknya, ilmu Nahwu dan Sharaf terus saling bekerjasama.
Peningkatan penguasaan terhadap dua ilmu ini sangatlah penting untuk
peningkatan kemampuan untuk membaca dan memahami tulisan bahasa Arab.

5
Pertemuan Kedua
Jenis Kata Bahasa Arab

Pelajaran Grammar akan selalu dimulai dengan part of speech, maka


pelajaran Nahwu pun juga akan selalu dimulai dengan hal yang serupa, yang dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah:

‫أ´ ˚ج´˚زاء ال˚ ˚مل¸ ´ة‬


Terdapat tiga jenis kata dalam bahasa Arab, yaitu Isim yang merupakan
segala kata selain fi’il dan harf, sedangkan Fi’il merupakan kata kerja, dan Harf
adalah kata yang baru memiliki arti jika ia dihubungkan dengan selainnya. Berikut
penjelasan masing-masing secara detail:

.Isim 1 (‫)اإلسم‬
Secara definisi, para pakar bahasa Arab mendefinisikan Isim sebagai
berikut:

‫´ق¸´ ت‬. ˚‫´ما ´د ل ´عل´ى ˚م ´ُّ مى ´و´ل˚ ي‬


‫˚ن ب´¸ز´ما „ن‬
Kata yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan tidak menunjukkan waktu
tertentu.
Setidaknya ada dua kata kunci dalam definisi di atas: Pertama, Isim
menunjukkan kepada sesuatu, ia bisa berupa nomina (nama orang, binatang,
tempat, benda, aktivitas, sifat, gagasan), pronomina (kata ganti), adjektiva (kata
sifat), adverbia (kata keterangan), dan sejumlah kata lain. Mudahnya, Isim
menunjukkan segala kata selain fi’il dan harf. Contohnya:

‫¸ل ¸م˚ي´ ذ‬¹ ˚‫´عل ˚ م ˚م´ م ˚د – ´عل ´ م ال˚ ˚ست´اذ˚ الت‬. ´‫ت‬.´‫ي‬
¸
˚‫– ال ص˚ ب˚ ضي´اء‬
Kata Muhammad dalam contoh di atas adalah Isim karena ia jelas

6
merupakan nama orang-nomina, kata al-ustadz dan al-tilmidz juga merupakan Isim
karena merupakan profesi-nomina, dan kata al-shabr juga merupakan Isim
karena

7
merupakan suatu hal yang abstrak yaitu kesabaran-nomina, dan dhiya juga
merupakan Isim karena menunjukkan cahaya-nomina.
Kedua, Isim tidak menunjukkan waktu tertentu. Poin ini akan lebih dapat
dimengerti jika kita memahami pembagian satuan waktu dalam bahasa Arab
beserta jenis kata kerja yang digunakan untuk tiap satuan waktu itu, dan hal
ini akan dibahas dalam pembahasan mengenai kata kerja berikut.

2. Fi’il (‫)الفعل‬
Mudahnya, Fi’il adalah sebuah verba (kata kerja) atau kata perintah.
Namun, para pakar bahasa Arab menjelaskan definisi fi’il sebagai berikut:

‫´ما ´د ل ´عل´ى ˚ح ˚د˚ و ¸ث ´ش ˚ي„ ء‬


‫˚م˚ ق¸´ ت„ ن ب´¸ز´ما „ن‬
Kata yang menunjukkan terjadinya suatu hal yang beriringan dengan waktu tertentu.
Ada dua kata kunci mengenai fi’il ini, yaitu: 1) menunjukkan suatu
kejadian, dan 2) menunjukkan waktu kejadian tersebut. Bahasa Arab memiliki
aturan tersendiri mengenai hubungan antara kata kerja dan waktu. Sebuah
kata kerja bisa menunjukkan dua hal sekaligus yaitu pekerjaan dan waktu
dari pekerjaan itu meski tidak ada keterangan yang menjelaskan waktunya.
Terdapat tiga satuan waktu dalam bahasa Arab, yaitu waktu sebelum berbicara
(madhi), waktu ketika berbicara (hadhir) dan waktu setelah berbicara (mustaqbal).
Penjelasan lebih detail tentang hubungan kata kerja dan waktu akan dibahas
dalam bab khusus tentang kata kerja.
Contoh dari fi’il dapat dilihat dari kalimat berikut:

.´‫´عل ˚ م ال د˚ ر ´س – ق‬. ´‫ت‬.´‫ال´ة´ – ي ˚كت˚ ب ˚م´ م ي‬. . ‫´كت´ ب ´عل¸ ي ال¸ ر س‬


˚ ´ ´ ´
‫ة‬ ‫م‬ ‫ط‬ ¸
˚ ´ ´ ˚ ´‫ا‬ ‫ف‬ ‫ت‬ ´‫أ‬ ‫ر‬ ¸
‫ال´ة´ – أ´ ˚ح´ ˚د‬. . ‫ر´ س‬¹ ‫˚د ال‬
‫ال˚ ق رآ ´ن – ي َ˚´ ˚خ ˚ذ ال‬
´ ˚
.Harf 3 (‫)احلرف‬ ‫´ي ¸كت´ا ´ب‬

8
Harf adalah kata yang hanya memiliki makna jika telah diketahui fungsinya
saat ia dihubungkan dengan kata lain. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan
harf sebagai berikut:

9
¸
˚¸‫´م ˚عن´اه˚ ´كا ًم ل إ¸ ل ¸إذ´ا اق´´ ˚ت´ ن ¸بغ‬ ‫˚ك ل ´ما ´ل˚ ي´ظ´ ˚ه˚ر‬
¸‫س ل´ه م ع ن ¸ِ˚ ف ر¸ده‬ ‫´يه¸ ´ول˚´ي‬
´˚ ً˚ ´˚ ´
Kata yang tidak nampak maknanya secara sempurna kecuali jika ia telah
disandingkan dengan kata lain dan ia sendiri tidak memiliki makna.
Harf memiliki jenis yang cukup banyak: 1) Dilihat dari bangunan katanya:
ada yang terdiri dari satu huruf seperti: (
‫´ف‬ ‫ ´ ´و‬،‫ ´ك‬،‫¸ب‬ ), dua huruf

، ‫ س‬،‫ ل‬،´‫أ‬
،
(‫˚ن‬ ´‫ أ‬،‫ إ¸ ˚ن‬،‫´ه ˚ل‬
‫ ل‬،˚‫ ¸م ´ل‬،‫ ´ل‬،‫ ´ع ˚ن‬,) seperti: huruf tiga ( ،‫ إ¸ ن‬،‫ إ´ ¸ل‬،‫إ´ ¸ذا‬
:seperti
،‫ ´ ˚ن‬،‫ ¸ف‬،‫ن‬
˚
‫´س ˚و‬
‫´ ¸إ ´عل‬،‫)ل‬, empat huruf seperti: ( ‫ع‬ ‫ ´ح ل‬،‫ إ¸ ما‬،‫إ¸ ل‬,) lima dan
‫´ف‬
،‫ ´كأ ´ى‬،‫´´ ´ل ن‬ ،‫ّت‬

huruf seperti: ( ‫¸إ‬ ‫ن‬. ´. ،‫ن ´أ ا‬. ´. ،‫)ن ك¸ ´ل ا‬. 2) Dilihat dari peruntukannya: Harf ada
yang

terkhusus untuk fi’il dan ada juga yang terkhusus untuk isim. 3) dilihat dari
fungsinya, Harf juga memiliki fungsi yang sangat banyak. Penjelasan lebih detail
tentang ini akan ada dalam bab harf.
Harf pada dasarnya tak memiliki makna, ia baru akan memiliki makna jika
telah disandingkan dengan kata lain dalam sebuah kalimat. Contohnya dapat
dilihat dalam sejumlah kalimat berikut:

- ‫ر ب´ ¸ع˚ب ¸ده¸ ل˚´ًي ل‬. ´‫ب ´اا ´ن ال ¸ذأ أ´ ˚س‬. ˚‫ا´ ك اج ˚س‬. ‫ر ب ب ¸ع ص‬. ¸‫ا¸ ˚ض‬
´ ´ ´ ˚
¸ ¸
- ‫ ˚ك ˚م‬. ‫ ˚اوا ب˚ رء˚˚و س‬. ُّ´ ‫´وا˚ م‬ - ‫´ر´ر‬
1
- ‫¸ت´ا¸ ذ ˚ك ˚م الع¸ ˚ر ´ل‬¹ ‫˚ف ´ُّ ˚ك ˚م ¸ِب‬. ˚‫إ¸ن ˚ك ˚م ظ´ل´ ˚مت˚ ˚م أ´ن‬
ِ¸‫´و‬
.‫´ ˚غ¸ ف˚ر˚و´ ن‬. ˚ُّ‫بل´ ˚س ´اا ¸ر ˚ه ˚م ي´ ت‬
Jika kita perhatikan, bagian yang digaris bawahi dalam setiap kalimat di
atas adalah harf, yaitu ba, namun antara satu ba dengan ba yang lain bisa
memiliki makna yang berbeda satu sama lain. Dalam kalimat pertama, ba di
sana bisa dimaknai sebagai “dengan” hingga artinya menjadi “pukullah batu itu
dengan tongkatmu”. Ba dalam kalimat kedua menunjukkan objek hingga artinya
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada malam hari”. Ba
dalam kalimat ketiga bisa berarti “sebagian” hingga artinya adalah “usaplah
sebagian kepalamu”. Ba dalam kalimat keempat berarti “karena” maka
artinya adalah

1
“sesungguhnya kalian telah menzalimi diri kalian karena kalian menjadikan sapi itu
(sebagai sesembahan)”. Dan ba pada kalimat kelima berarti “waktu” hingga arti
kalimat itu menjadi “dan di waktu sahur mereka beristighfar.” Dari penjelasan
inilah diketahui bahwa sejatinya harf itu tidak memiliki makna tersendiri, namun
maknanya ditentukan oleh posisi dia di dalam kalimatnya.
Cara membedakan isim, fi’il dan harf.
Cara paling mendasar untuk membedakan antara ketiganya adalah
dengan melihat kepada maknanya, jika ia merupakan verbia (kata kerja) atau kata
perintah maka ia adalah fi’il, namun jika ia adalah kata benda (baik nyata atau
abstrak), kata sifat, atau menunjukkan nama orang, jenis hewan atau kata lain
yang bukan kata kerja maka ia adalah isim, dan jika ia adalah kata sambung,
kata tanya, kata tambahan, atau ia bukanlah isim dan bukan fi’il maka ia
adalah harf.
Namun memang, membedakan ketiganya dengan melihat kepada makna
memiliki kekurangan. Di antaranya kekurangannya adalah kita perlu membuka
kamus untuk mengetahui makna dari kata tersebut, dan terkadang kita bisa juga

salah mengira jenis suatu kata, contohnya seperti kata-kata ‫أمام‬ ،‫ وراء‬،‫فوق تت‬،
yang seolah berfungsi seperti huruf jarr karena memiliki makna “di”, namun
sebenarnya mereka adalah isim yang berfungsi sebagai zharf makan (kata yang
menunjukkan tempat).
Pada dasarnya setiap kata dari tiga jenis kata di atas memiliki tandanya
masing-masing, seperti alif lam dan tanwin untuk isim, atau huruf-huruf
mudhari’ untuk fi’il, namun penjelasan lebih lengkap tentang ini akan datang
pada bab masing-masing.

1
KAIDAH
Isim adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan tidak menunjukkan waktu terte
Fi’il adalah kata yang menunjukkan terjadinya suatu hal pada waktu tertentu.
Harf adalah kata yang tak nampak maknanya secara sempurna kecuali jika ia telah disandingkan de

LATIHAN
 Bedakanlah antara isim, fi’il dan harf dari sejumlah contoh berikut
dengan mencari makna masing-masing menggunakan kamus:

– ‫ي ˚كن˚ س – ك¸ن´ا سة˚ – ب – ˚كت˚ ب – ´كات¸ ب – ك¸ت´اب ة˚ – ´عل ´ م‬


´ ˚ ˚ ´ ´ ˚ ´
¸
‫¸ف – أ˚ ست´اذ˚ – ع˚ل˚ م‬
˚ ´‫´كت‬
– ‫´ ˚غ¸ ف˚ر – ¸ق – ¸س˚ر – ´صب´ا ˚ح‬. ˚ُّ‫– ´عل´ى – أ´ ´ك ل أ´ ˚ك ل ´ه ˚ل – ي´ ت‬
˚ ´
– ‫´س ˚ و ´ ف – ´ ك ا ´ ن‬ –
‫˚ي´ا‬.‫ر س و˚ل لال¸ خا´ ت الن ب¸ي – أ ´و حى لال ل¸ن ب¸ي¸ ¸ه ال˚ ق رآ ´ن – – ال دن‬
˚ ¹ ´ ˚ ´ ˚ ¹ ˚ ´ ˚ ˚ ´
‫ع‬
˚ ´ ´‫ا‬ ‫ت‬‫م‬ ¸
‫ول´ ˚د‬.˚ ˚‫´ل˚ ي´ل ˚د ´و´ل˚ ي‬ ‫¸ ´ي‬
‫و ّف ال‬.˚ ´‫صا ¸ج´ة˚ – إ¸ ن´ا ي‬
˚‫˚ي´ا امل‬.‫´و´ خ˚ ي˚ ´مت´ا¸ ع ال دن‬
.‫صاب˚¸ر˚و´ ن أ˚ ˚ج˚ و´ر˚ه ˚م‬ ‫رأ´ة˚ ال‬.´
¸ ‫ص‬. ´‫وإ¸ق لة‬ ¸ ¸ ¸ ¸
´ ‫ها´ دة أ´ ˚ن ´ل إ ل´ه´ إ ل لال˚ ´وأ´ لا‬. ´‫ل˚ م ´عل´ى ´ش‬. ´‫ب´ ¸˚ن ا ل ˚س‬
‫و˚ل ¸ ´ا¸م ال‬. ˚‫ن ˚م´ م ًدا ´ر ˚س‬ ‫´ خ ˚ „س‬
‫¸ج ´و ´ص˚ و¸م‬¹ ´‫˚ت´ا¸ ء ال ز´كا¸ ة ´واج‬.‫´وإ¸ي‬
.‫´ر´م ´ضا ´ن‬
¸‫ ه إ´ ¸ل لال‬. ‫ت ¸ه ر رت‬
˚˚ ´ ˚ ˚ ‫´و´ر‬ ‫¸ه‬. ¸‫ول‬. . . . . ˚‫˚س‬
1
‫´م ‪.‬ا ن´ ´‪.‬و ف´ ´م ˚ن ´ك ‪.‬ان‪´.‬‬ ‫إ¸ ن´‪.‬ا ال´ ˚ع´ م ‪.‬ا‬ ‫˚ل ِب¸لن¸ ‪¹‬ي‪. .‬ا ¸ت ´وإ¸ ن´ ‪.‬ا ل¸ ˚ك ‪¸¹ .‬ل ا˚ م¸ ر„ء‬
‫¸ه ر رت ه ل¸ دن‪ .‬ي ا ي ¸ص ‪. . .‬ي‪.‬ب ا ها ف¸‬ ‫ه¸ ´ف ˚ر لا ´و´ر ˚س ˚ول¸¸ه ´و‬
‫˚ ´ ˚ ˚ ˚ ˚´ ˚ ˚ ˚ ´‬
‫´ه ˚ر‬ ‫´ ‪˚.‬ها أ¸ ´و ا˚ م´رأ´ة„ ي˚´‪.‬ن ¸ك‬ ‫´رت˚ه˚ إ ¸ ´م ˚ن ´كان´ ˚ت‬
‫´رت˚ه˚‬ ‫´ ¸ل‬
‫ل´¸إ ´ ´ها ´ج´ر إ¸ل˚´ي¸ ه‪.‬‬
‫ما‬
‫‪‬‬ ‫‪Rangkailah sejumlah kata ini menjadi sebuah kalimat lalu terjemahkan‬‬

‫(أ´ ˚ح´ ˚د – ال ُّ˚ و¸ ق – إ´ ¸ل – ي´ ˚ذ´ ه‬


‫˚ب)‬
‫(ف´ا ¸ط´ مة˚ – ا لغ´ة´ ال´ ع´رب¸ي ة´ – ت‪´.‬ت´ ‪´.‬عل ˚ م – ال˚ ˚ست‬
‫´ا¸ ذ – ¸م ˚ن)‬

‫‪1‬‬
‫( ´عل¸ ي – ال´ ف ˚ص ¸ل – ¸ف – ي‪´.‬ن´ا˚ م‬
‫– ´ ل)‬
‫(ي˚ ´‪.‬ق´رأ˚ – ال ¸كت´ا ´ب – الط ال¸ ˚ب – ال صب´ا ¸ح‬
‫– ¸ف)‬
‫(امل˚´‪.‬ي´ دا ¸ن – ال˚´و´ل ˚د – ˚ك´ر´ة ال´ ق´ د¸م – ي˚‪´.‬ل‬
‫´ عب˚ ‪˚.‬و´ ن – ¸ف)‬

‫‪1‬‬
Pertemuan Ketiga
Tanda Isim

Dari pembahasan sebelumnya telah diketahui bahwa isim adalah kata yang
digunakan untuk menunjukkan sesuatu dan ia tidak menunjukkan waktu tertentu, atau
pengertian mudahnya isim adalah segala kata selain fi’il dan harf. Maka kali ini kita
akan membahas mengenai cara membedakan antara isim dengan fi’il dan harf.
Setidaknya ada dua cara dalam membedakan antara isim dengan selainnya.
Cara pertama adalah dengan melihat kepada makna dari kata tersebut dan
cara kedua adalah dengan melihat kepada bentuknya.
1. Membedakan Isim Melalui Makna
Menentukan isim dengan melihat kepada makna kata adalah cara yang
lebih mudah dilakukan ketimbang menentukan dengan melihat kepada
bentuk kata, karena penentuan dengan melihat kepada bentuk sering kali
mengecoh para pelajar bahasa Arab pemula yang sama sekali belum pernah
belajar bahasa Arab. Contohnya, Alif lam adalah tanda untuk isim, namun tidak
setiap kata yang berawal

alif lam adalah isim, karena ia bisa jadi adalah fi’il seperti dalam kata ‫ التقى‬atau juga harf

seperti kata ‫ أل‬yang digunakan untuk bertanya. Tanda lain dari isim adalah tanwin,
namun ternyata tidak setiap isim ditandai dengan tanwin karena ada juga

isim yang tidak bertanwin seperti kata ‫ أحد‬dan ‫عثمان‬.

Dalam bahasa Indonesia, isim bisa berupa nomina seperti kata benda

yang nyata seperti ‫مكتب‬ yang berarti meja dan ‫كتاب‬ yang berarti buku, atau
kata

benda yang abstrak seperti ‫ عقل‬yang berarti akal dan ‫ حياء‬yang berarti rasa malu,
1
atau nama orang seperti ‫ ممد‬dan nama hewan seperti ‫ أس‬.‫ د‬yang berarti singa.
Isim bisa juga berupa nomina abstrak (nomina yang berasal dari verba) atau

dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah mashdar seperti kata ‫س‬.. . . . . . . . . ...‫ي‬
yang artinya

perjalanan dan ‫ض‬ .‫ رب‬yang artinya pukulan. Isim bisa juga berupa adjektiva (kata

sifat) seperti ‫ مجيل‬yang berarti bagus atau indah dan ‫ كرمي‬yang berarti mulia. Bisa

juga berupa pronomina (kata ganti) seperti ‫ أان‬yang berarti saya dan ‫ أنت‬yang
berarti kamu.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa isim bisa berupa kata
dalam beragam jenis, maka mengetahui makna dari kata bisa menjadi jalan
termudah bagi kita untuk membedakan antara isim dengan selainnya, karena
selama ia diketahui berupa nomina (kata benda), pronomina (kata ganti),
adjektiva (kata sifat) dan bukan verba (kata kerja) maka ia adalah isim.

2. Membedakan Isim Melalui Bentuk


Terdapat beberapa tanda yang menunjukkan sebuah isim, di antaranya:
 Tanwin
Tanwin adalah nun mati yang berada pada huruf akhir sebuah kata, biasa
ditandai dengan harakat dhammatain, fathatain dan kasratain. Setiap kata yang
diakhiri dengan tanwin maka sudah dapat dipastikan ia adalah isim. Contohnya
dapat dilihat pada kalimat:

˚‫´كث„˚¸ي ´ل ت‬ ‫ره‬
˚‫´ ˚ ˚ش ´خ˚ ي‬ ‫ق – ق´ل˚¸ي ˚ل ال ¸م‬
¸ ‫˚ك ¸م ˚ن‬ ‫ُّ˚ و¸ ´ن‬
˚‫ ه‬.‫ط˚ي˚ ق‬ ‫¸د ˚أ‬¹ ‫ؤ‬.˚ ´‫ت‬
1
‫´جً˚ ما‬ ‫ت‬
‫˚م´‬
‫ش‬
‫´´ ˚ م ˚د‬
‫¸ا‬

‫‪1‬‬
Kata Muhammad dan lahm dalam kalimat di atas adalah isim karena
keduanya diakhiri dengan tanwin. Begitu juga dengan kata qalil, khayr dan katsir
yang merupaka isim karena diakhiri dengan tanwin.
Namun perlu dicatat bahwa tidak setiap isim diakhiri dengan tanwin,

seperti kata ‫عثم‬.‫ان‬ dan ‫ف‬.‫اطمة‬. Dalam pembahasan nahwu tingkat lanjut
akan

dikenal sejumlah isim yang tidak boleh berharakat tanwin karena beberapa sebab.
Dan ada juga permasalahan baru dalam masalah tanwin, yaitu sering kali
tulisan bahasa Arab ditulis dengan tidak menggunakan harakat. Maka,
membedakan isim dari yang lainnya dengan melihat kepada tanwin akan susah
dilakukan terkhusus oleh para pelajar pemula karena mereka tak bisa
membedakan posisi yang tepat untuk setiap harakat yang ada. Maka, cara kedua
adalah dengan melihat kepada tanda yang lain yaitu alif dan lam.
 Alif Lam
Sebagaimana tanwin, Alif lam hanya menjadi tanda untuk isim, maka setiap
ada kata yang diawali dengan alif lam maka kemungkinan besar ia adalah isim.
Contohnya dapat kita lihat dari kalimat berikut:

‫¸ – عل م ال˚ ست اذ صب ا ´و´م ´ًُّاء‬


´ ´ ˚ ´ ˚ ´ ´ ‫´ق´رأ˚ ال كت‬. ˚‫´عل¸ ي ي‬
‫الط˚ ل ب ًحا‬ ‫ا ´ب‬
´ ´
Kata ‘Aliyyun adalah isim karena ia diakhiri dengan tanwin dan kata al-
kitaba juga merupakan isim karena diawali dengan alif lam. Begitu juga dengan kata
al-ustadzu dan al-thullaba yang merupakan sebuah isim karena diawali dengan alif
lam dan kata shabahan dan masaan yang merupakan isim karena diakhiri dengan
tanwin.
Namun perlu kita perhatikan bahwa tidak setiap huruf alif lam di
depan sebuah kata adalah tanda bagi isim, bisa jadi sebuah kata diawali dengan

1
huruf alif dan lam namun ia adalah fi’il atau harf. Cara membedakannya adalah
bahwa alif lam dalam isim hanya sebagai huruf penambah kata dan bukan
bagian dari huruf

2
asli kata tersebut, sedangkan alif lam yang bukan merupakan tanda isim adalah
bagian dari huruf asli kata tersebut.
Dan perlu diingat juga bahwa alif lam dan tanwin sama sekali tidak akan

pernah bertemu dalam satu kata, maka kata ‫ الس‬.‫ لم‬tak bisa dibaca al-Islamun

dan ‫ الستاذ‬tidak bisa dibaca al-ustadzun.


Selain dua tanda di atas sebenarnya masih ada tanda lain seperti kondisi
jar, isnad, dan masuknya harf nida atau huruf yang menyatakan panggilan,
namun hal-hal itu akan dipelajari pada perkembangan materi nahwu yang
selanjutnya.

KAIDAH
Isim dapat dibedakan dari fi’il dan harf dengan dua cara:
Melihat kepada makna
Melihat kepada bentuk, isim ditandai dengan tanwin, alif lam, jar, isnad dan harf

LATIHAN
 Bedakan isim dari fi’il dan harf dalam kalimat berikut dengan
melihat kepada makna tandanya!
‫˚ إ´ ¸ما˚ م‬:‫و´م ´ل ¸ظ ل إ¸ ل ¸ظل ه‬.´ ˚‫¸ه ي‬¹ ¸‫´عا´ ل ¸ف ¸ظل‬. ´‫عة˚ ي˚ ¸ظل ˚ ه ˚م لال˚ ت‬. ´‫´س ˚ب‬
‫أ´ ¸ف‬. . ‫ا ˚ب ن´ ´ش‬. . ‫ ´و ´ش‬،‫´عا¸ د˚ ل‬
‫ ´و´ر ˚ج´ ل ¸ن ´ت´ا ِب ¸ف‬،‫ا ¸ج ¸د‬. .ُّ. ´ ‫´لب˚ه˚ ˚م´ عل ˚ق ¸ف امل‬. ˚‫ ´و´ر ˚ج ˚ل ق‬،¸‫¸عب´ا´ دة¸ لال‬
‫´ف رق´ا‬. ´‫¸لال ا ˚جت´ ´م´ عا ´عل˚´ي¸ ه ´وت‬
´
‫´قا´ ل إ‬. ´‫ ب ´و´ مج´ا ل ف‬. . .‫ ´و´ر ˚ج ˚ل ´د ´ع˚ته˚ ا˚ م´رأ´ة˚ ´ذا ˚ت ´م˚ن ص‬،‫´عل˚´ي¸ ه‬
„ „ ¸

‫ د ´ق‬. . .‫¸¸ن أ´ ´خا ˚ف لال¸ ´و´ر ˚ج ˚ل ت´ ´ص‬¹


‫ ´و´ر ˚ج‬،˚‫ن˚ه‬.‫ن¸ ف ˚ق َ́ي˚¸ي‬.˚˚‫´ ˚عل˚ ´م ¸ِش´ال˚ه˚ ´ما ت‬.‫دق„´ة ف´أ´ ˚خ´ فا´ ها ´ح ّت ´ل ت‬. . ´‫ب¸ ´ص‬
2
‫˚ل ذ´ ´ك´ر لال´ ´خال¸ًيا ف´ ‪´.‬فا ´ض ‪˚ . .‬ت‬
‫¸ „ ¸„‬
‫¸ ¸‬ ‫´ع˚ي‪.‬ن´اه˚‬
‫حامي ًة ت˚ ُّ´ ‪. .‬قى م ن م˚˚ل‬
‫´‬ ‫˚‬ ‫´ ´ ˚‬ ‫˚و ˚ج˚ وه˚ ي˚ ‪´.‬و´ ¸مئ „ذ ´خاش ´عة˚ ´عامل´ة˚ ˚ص ´ا ًن‬
‫س‬ ‫´ع˚ ي آني´ة ل˚´ي ´‬ ‫´ناص ‪. .‬ب´ة˚ ت´ ل´ى را‬
‫ط ´عا م إ¸ ل ¸م ن ´ض¸ ري„ ˚ع (الغاشية )‪2-6‬‬
‫˚‬ ‫´ ˚‬

‫‪2‬‬
Pertemuan Keempat
Jenis Kalimat Bahasa Arab Dan Komposisinya

Terdapat dua jenis kalimat dalam Bahasa Arab, dan dua jenis kalimat itu
ditentukan oleh kata apa yang terletak di awal kalimat tersebut.

.al-Ismiyyah Al-Jumlah 1 (‫اإلمسية‬ ‫)اجلملة‬


Al-Jumlah al-Ismiyyah adalah kalimat yang dimulai dengan isim, dan terdiri

dari mubtada (‫ )املبتدأ‬dan khabar (‫)اخلب‬. Mubtada adalah isim yang terletak di depan

kalimat, sedangkan khabar adalah bagian yang melengkapi kalimat hingga


sebuah kalimat memiliki makna yang sempurna. Contohnya seperti dalam
kalimat berikut:

‫¸ص ˚د ˚ق‬¹ ‫ق´رأ˚ ال د˚ ر ´س – ال‬.´ ˚‫ال ¸كت´ا ˚ب ¸´مج˚ي ˚ل – الت˚¸ل ¸م˚ي ˚ذ ي‬


˚‫˚م˚ن ´راة˚ – ال د ´عاء˚ ˚ه´ و الع¸ب´ا´ دة‬
‫خ‬ ‫م‬ ‫خ‬ ‫م‬ ‫خ‬ ‫م‬ ‫خ‬ ‫م‬
Kata al-kitabu dalam kalimat pertama adalah mubtada, ia adalah isim dan ia
terletak di depan kalimat, sedangkan jamilun adalah khabar, ia memberikan
keterangan tentang kata al-kitabu hingga susunan dua kata di atas bisa menjadi
sebuah kalimat yang memiliki makna yang sempurna yaitu “buku itu bagus.”
Kata al-tilmidzu dalam kalimat kedua adalah mubtada karena ia adalah isim yang
terletak di depan kalimat, sedangkan kalimat yaqrau al-darsa adalah khabar yang
memberikan keterangan tentang kata al-tilmidzu hingga susunan ketiga kata itu
menjadi sebuah kalimat yang memiliki makna yang sempurna yaitu “murid
sedang membaca buku.” Hal yang sama juga bisa kita lihat pada contoh
kalimat yang ketiga dan keempat.

2
Jika dalam kaidah bahasa Indonesia kita mengenal empat komposisi
kalimat: subjek, predikat, objek, dan keterangan, maka dalam kaidah bahasa
Arab hanya dikenal dua komposisi saja yaitu mubtada sebagai subjek dan khabar
sebagai penyempurna kalimat. Khabar bisa terdiri dari predikat saja, predikat
bersama objek, predikat bersama keterangan, atau juga predikat, objek dan
keterangan sekaligus). Contohnya bisa dilihat dalam tabel berikut:

Kata Benda
¸ ‫ال ¸كت ا ب‬
(KB)+ Kata Sifat Buku itu bagus ˚ ´
Subjek (S) + (KS) ‫´مج˚ي ˚ل م‬
Predikat (P)
‫خ‬
KB + Kata Muhammad ‫˚م´ م ˚د‬
Kerja (fi’il) sedang berjalan ‫َ́ي˚ ¸ش ˚ي‬
(KK)
‫م خ‬
S + P + Objek KB + KK + KB
Ahmad
‫ق´رأ˚ ال ¸كت‬.´ ˚‫أ´ ˚ح´ ˚د ي‬
(O) membaca buku
‫´ا ´ ب‬
‫خ‬ ‫م‬
S + P + Keterangan KB + KK + Utsman pergi ke ‫ع˚ث´ ˚ما ˚ن ي´ ˚ذ´ ه ˚ب إ‬
‫´ ¸ل ال ُّ˚ و¸ ق‬
(K) Konjungsi + KB pasar

‫خ‬ ‫م‬
KB + KK + KB Aisyah
S+P+O+K + Konjungsi + mengajari murid ‫¸ل‬¹ ˚‫¸م الت‬¹ ˚‫عل‬.˚ ´‫´عائ¸ ´شة˚ ت‬
Keterangan di kelas ‫¸م˚ي´ ذ ¸ف ال´ ف ˚ص ¸ل‬
‫خ‬ ‫م‬
Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa khabar bisa terdiri dari satu
kata, dua kata, tiga kata, dan bahkan memang tidak ada batasan jumlah kata
2
untuk khabar. Khabar juga bisa berupa isim, atau fi’il, atau juga susunan isim, fi’il
dan harf.

2
.al-Fi’liyyah Al-Jumlah 2 (‫الفعلية‬ ‫)اجلملة‬
Al-Jumlah al-Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan sebuah fi’il, bisa
berupa verba (kata kerja) atau kata perintah, dan akan selalu terdiri dari fi’il dan

fa’il. Fa’il (‫ )فاعل‬adalah isim yang ada setelah sebuah kata kerja dan menandakan

bahwa ia adalah yang melakukan pekerjaan tersebut, dan ia selalu berada dalam

kondisi rafa’1. Contohnya:

˚‫´ق´رأ˚ الت‬. ˚‫´عل ˚ م الط ال¸ ب ¸ف ل¸ – ´ذ´ ه ´عل¸ ي إ´ ¸ل ال ُّ˚ و¸ ق – ي‬. ´‫´ت‬.‫ي‬
‫¸ل ¸م˚ي ˚ذ ال د˚ ر ´س‬¹ ‫˚ ال´ ف ˚ص ´ب‬
‫ف فا‬ ‫ف فا‬ ‫ف فا‬
‫˚م م ˚د أ ˚ل¸ ص‬
´ ‫ق˚ ˚م‬
‫´ي ´´ما´ م ال´ ف‬
‫ف‬
Keempat kalimat di atas merupakan al-jumlah al-fi’liyyah karena
keempatnya dimulai dengan sebuah fi’il, dan kata al-thalibu, ‘Aliyyun, al-tilmidzu
seluruhnya adalah fa’il dari kata kerja yang ada sebelumnya.
Sedangkan untuk kalimat keempat,fi’il yang berada di depan adalah fi’il
amar (kata perintah), maka komposisinya sedikit berbeda dengan ketiga contoh

sebelumnya. Fa’il dari kata kerja ‫ق‬.. . ..‫م‬ dalam kalimat keempat bukanlah
kata

Muhammad, namun kata ganti yang tak tertulis (dhamir mustatir) 2 yang

menunjukkan orang kedua (kamu). Hal serupa terjadi di setiap al-jumlah al-ismiyyah
yang dimulai dengan fi’il amar.

2
1 Penjelasan mengenai rafa’ akan dibahas dalam pembahasan bentuk perubahan kata
(i’rab).
2Dalam Nahwu kata ganti disebut dengan dhamir. Ada beragam jenis kata ganti, ada kata
ganti yang terpisah (dhamir munfashil), kata ganti yang tersambung (dhamir muttashil), kata ganti tak
tertulis (dhamir mustatir). Penjelasan tentang ini ada dalam pembahasan Nahwu tingkat lanjut.

2
Persamaan dan perbedaan
Sekilas memang terlihat tidak ada perbedaan al-jumlah al-ismiyyah dan al-
jumlah al-fi’liyyah di atas, keduanya bahkan bisa menunjukkan makna sama
meski mengunakan jenis kalimat yang berbeda. Contohnya:

‫ي´ ˚ذ´ ه ˚ب ´عل¸ ي إ´ ¸ل ال ُّ˚ و¸ ق – ´عل¸ ي ي˚ ´ذ´ ه‬


‫˚ب إ´ ¸ل ال ُّ˚ و¸ ق‬
‫خ‬ ‫م‬ ‫ف فا‬
Kedua kalimat di atas memiliki makna yang sama, yaitu “Ali pergi ke
pasar”. Meski kata Ali pada kalimat pertama berada setelah kata kerja dzahaba
namun secara arti tidak ada perbedaan antara keduanya, dan dalam bahasa
Indonesia memang tidak dikenal istilah pergantian posisi subjek dengan predikat
seperti “pergi Ali ke pasar.” Inilah titik kesamaan antara keduanya.
Namun sejatinya ada satu perbedaan mendasar antara kedua jenis kalimat
itu, yaitu perbedaan posisi i’rab setiap kata. Kata Ali dalam kalimat pertama
berposisi sebagai fa’il dari kata dzahaba sedangkan dalam kalimat kedua
berposisi sebagai mubtada, dan karena dalam bahasa Arab ada kaidah bahwa setiap
fi’il pasti memiliki fa’il maka fa’il untuk kata yadzhabu pada contoh kedua adalah
sebuah kata ganti yang tak tertulis (dhamir mustatir) yang menunjukkan kepada
orang ketiga tunggal (huwa). Penjelasan ini akan datang pada penjelasan nahwu
tingkat lanjut. Sedangkan untuk kalimat yang diawali oleh sebuah harf, maka
ia tidak disebut sebagai al-jumlah al-harfiyyah, namun jenis kalimatnya ditentukan
oleh kata yang datang setelah harf itu, jika setelah harf adalah sebuah isim maka ia
adalah al- jumlah al-ismiyyah, namun jika setelah harf adalah fi’il maka ia adalah al-
jumlah al-
fi’liyyah. Contohnya:

‫´عل´ى ال´ عال¸ ´م´ ˚ ي – الملة‬ ‫لمسي‬ ‫ة‬


2
‫¸ع ˚م´را ´ن‬ ‫إ ن لال ا صط´´فى آ ون ‪ .‬إ¸ب´‪˚.‬را ¸ه˚ي´ م ´وآ‬
‫وآ´ ل ´ ل‬ ‫´ ˚˚‬ ‫´ ˚‬
‫´ د´ م و ًحا‬
‫ح إ‬

‫‪2‬‬
–‫ر ف´ ´ل ´كا ¸ش ´ف ل´ه˚ إ¸ ل ˚هو‬¹„‫´وإ¸ ˚ن َ́ي˚ ´ُّ ُّ˚ ´ك لال˚ ب¸ ˚ض‬
‫الملة الفعلية‬
‫ح ف فا‬

KAIDAH
Terdapat dua jenis kalimat dalam bahasa Arab:
Al-Jumlah al-Ismiyyah adalah kalimat yang dimulai dengan isim, dan terdiri dari mubtada dan khaba
Mubtada adalah isim yang terletak di depan kalimat.
Khabar adalah bagian yang melengkapi kalimat hingga sebuah kalimat memiliki makna yang sempur
Al-Jumlah al-Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan sebuah fi’il, bisa berupa verba (kata kerja
Fa’il adalah isim yang ada setelah sebuah kata kerja dan menandakan bahwa ia adalah yang melaku

LATIHAN
 Tentukan jenis kalimat dari sejumlah kalimat di bawah ini dengan
melihat kepada makna kata atau tanda dari kata yang paling
depan, lalu tentukan mana mubtada dan khabar atau fi’il dan fa’il
dari setiap
kalimatnya:

‫ال˚˚م˚ و˚ر ¸ِ´´قا‬ ‫ ˚ه ¸دأ ´م ˚ن ي´ ´شاء˚ إ ¸ص´را „ط‬.´‫´ولال˚ ي‬


‫¸ص ¸د´ ها‬ ‫´ ¸ل ˚م تُّ˚ ¸ ´ق˚ي„ م‬
‫´ وًا ِب ´ر¸ح˚ي ًما‬.‫´ ˚غ¸ ف˚روا ´رب ˚ك ˚م إ¸ن ه˚ ´كا ´ن ت‬.‫ا¸ ˚ست‬
3
‫اج´ي´اء˚ ¸م ´ن ا ¸لَ̊ي´ا ¸ن‬
‫ي˚ ‪´.‬ق˚ و˚ل ال˚ ˚ست´اذ˚ ت´ ‪´.‬عل‬ ‫أ˚ ´ل´ا ˚ك ˚م الت ´كاث˚˚‪.‬ر‬
‫˚م ˚ و ا‬
‫ا¸ ˚ظ ل¸ ´ُّان´ ´ك‬ ‫ق˚ ˚ل أ´ع˚ ˚وذ˚ ب´¸ر ‪¸¹‬ب الن‬
‫˚ح‬ ‫ا ¸س‬
‫´ف‬

‫‪3‬‬
˚‫الع˚ل´ ´ماء˚ ´و´رث´ة‬
‫˚م´ م ˚د ط´ال¸ ˚ب ن´ ¸ش˚ي ˚ط‬
‫ال´ن˚ب¸ي´ا¸ ء‬
 Susunlah kata-kata di bawah ini menjadi sebuah al-jumlah
ismiyyah dan sebuah al-jumlah al-fi’liyyah!
¸ ¸ ¸ ¸ ¸
˚)ُّ‫ م ُّ˚ ك˚ ˚ي – ِب ل´ ˚غن ي´ا ءع ¸– ي´ي ت‬.‫(ال‬
˚ ˚´
‫´ ر‬.‫ ˚م لُّ˚ ¸ ¸م´ ˚ ي – ´عل´ى – ف‬.‫(ال ز´كا´ ة – ال‬
˚)‫´ض – لال‬
‫ ˚ف – ال‬¹ ‫ن´ ¸ظ‬.˚‫(ال´ ف ˚ص ´ل – ف´ا ¸ط´ مة˚ – ت‬
)‫صب´ا ¸ح – ¸ف‬
– ‫و„م‬.´ ˚‫ر´ك ˚ب – ي‬.´˚‫(ال يُّ ا´ ر´ة – أ¸´ِب – ي‬
)‫˚ك ل‬

 Masukkanlah kata sifat untuk melengkapi kalimat berikut menjadi al-


jumlah al-ismiyyah!

...... ˚‫ال يُّ ا´ رة‬ ...... ˚‫د‬ ...... ‫م ُّ˚ ¸ر ˚د‬. ´‫ال‬
‫´ ح ˚ ´أ‬
...... ˚‫الغ˚˚رف´ة‬ ...... ‫ال ¸كت´ا ˚ب‬

 Masukkanlah kata kerja untuk melengkapi kalimat berikut!

‫ع ث ما ن صب´ا ¸ح‬...... ‫ ˚م´ م ˚د أ´´ما´ م ال´ ف‬......


˚ ˚´ ˚
‫¸ ف ال‬ ‫˚ص ¸ل‬

3
‫د˚ ˚زي‬ ‫´عل´ى ال‬ ‫ ´ي ¸عل‬......
´ ...... ‫˚ك˚ر¸س‬
¹
‫¸ي‬

 Rangkailah sebuah al-jumlah al-fi’liyyah lalu ubahlah ia menjadi al-jumlah


al-ismiyyah.

3
Pertemuan Kelima
Fi’il dan Ragam Jenisnya

Sebagaimana dijelaskan pada pertemuan sebelumnya, Fi’il adalah kata


yang menunjukkan suatu kejadian yang berkaitan dengan suatu waktu tertentu,
maka di dalam suatu fi’il terkandung dua makna sekaligus: 1) suatu kerjaan dan
2) waktu terjadinya. Maka kini kita akan membahas mengenai jenis fi’il
berdasarkan atas pembagian waktu tersebut.
Satuan waktu dalam tata bahasa Arab terbagi menjadi tiga, yaitu madhi
yang menunjukkan masa sesaat setelah waktu berbicara hingga tak terhingga,
hadhir yang menunjukkan saat ini atau saat sedang berbicara, dan mustaqbal
yang menunjukkan masa sesaat sebelum berbicara hingga tak terhingga.
Hadhir
(sekarang)
Madhi Mustaqbal
(masa lampau) (masa depan)

Sesuai dengan pembagian waktu ini, maka kita mengetahui ada tiga jenis

fi’il: 1) fi’il madhi (‫الفعل‬ ‫املاض‬.. . .‫)ي‬, 2) fi’il mudhari’ (‫ املض الفعل‬.. . . ‫ )ارع‬dan 3) fi’il amar (‫ال‬

‫)مر فعل‬, dua fi’il berupa verba (kata kerja) yaitu madhi dan mudhari’, dan satu fi’il
berupa kata perintah yaitu amar.

.Madhi Fi’il 1 (‫املاضي‬ ‫)الفعل‬


Fi’il Madhi adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan masa
lampau, batasan waktunya dimulai sesaat setelah percakapan terjadi sampai tak
terbatas. Contohnya:

– ‫¸ل ¸م˚ي ˚ذ‬¹ ˚‫مط˚´ر – ´ان´ م الت‬. ´‫´ز´ل ال‬.´‫´جاء´ ال˚ ˚ست´اذ˚ – ن‬
‫´جل´ ´س الط ال¸ ˚ب‬
‫ف فا‬ ‫ف فا‬ ‫ف فا‬ ‫ف فا‬
3
Kata-kata yang digarisbawahi dari kalimat di atas adalah fi’il madhi, dan
kata yang tak digarisbawahi adalah isim yang menjadi fa’il untuk fi’il madhi yang ada
sebelumnya.
Empat fi’il di atas adalah fi’il madhi maka keempatnya menunjukkan dua
hal yaitu: 1) suatu pekerjaan, dan 2) waktu pekerjaan tersebut yang
merupakan masa lampau, atau dalam arti lain bahwa pekerjaan itu benar

telah terjadi. Kata ‫ج‬.........‫ اء‬artinya adalah datang, dan karena ia adalah fi’il
madhi maka ia juga

mengandung makna bahwa ia telah terjadi, maka kalimat di atas bisa

diartikan dengan “ustadz sudah datang.” Begitu juga dengan kata ‫نزل‬ dalam
kalimat kedua

yang artinya turun, karena ia adalah fi’il madhi maka ia juga mengandung makna
bahwa ia telah terjadi, maka kalimat itu bisa diartikan dengan “hujan sudah
turun.” Hal serupa bisa diterapkan untuk dua contoh lainnya.

.Mudhari’ Fi’il 2 (‫املضارع‬ ‫)الفعل‬


Lain halnya dengan fi’il mudhari’. Fi’il Mudhari’ adalah kata kerja yang
digunakan untuk menunjukkan dua waktu, yaitu hadhir (sekarang) dan
mustaqbal (masa depan). Jika dalam fi’il madhi tersirat kata “sudah” dalam
setiap katanya, maka dalam fi’il mudhari’ bisa tersirat kata “sedang” atau “akan.”
Contohnya dapat
dilihat dari kalimat berikut:

– ‫¸ل ¸م˚ي ˚ذ‬¹ ˚‫ن´ا˚ م الت‬.´‫ط˚´ر – ي‬.‫م‬. ´‫ن¸ ز˚ل ال‬.´˚‫¸´َي ˚يء˚ ال˚ ˚ست´اذ˚ – ي‬
‫˚ َ́يل¸ ˚س الط ال¸ ˚ب‬
‫فا‬ ‫ف‬ ‫ف فا‬ ‫ف فا‬ ‫فا‬ ‫ف‬
Empat kata kerja di atas adalah kata kerja yang sama dengan yang

3
ada dalam fi’il madhi di atas, hanya saja bentuk keduanya berbeda. Kata ‫ جاء‬dalam
fi’il

madhi berubah menjadi kata َ‫ ييء‬dalam fi’il mudhari’, begitu juga kata ‫ نزل‬berubah

3
menjadi ‫ي‬.‫ن‬.‫زل‬, kata ‫ انم‬berubah menjadi ‫ي‬.‫ن‬. . ...‫ام‬, dan kata ‫ج‬.‫ل‬.‫ س‬menjadi ‫ي‬.َ‫ل‬..‫س‬.
Makna dari setiap kata tersebut tetaplah sama, hanya saja penggunaan waktunya
yang berbeda. Jika bentuk fi’il di atas menunjukkan bahwa ia telah terjadi maka
bentuk fi’il yang di bawah menunjukkan bahwa ia sedang atau akan terjadi.
Fi’il madhi dan fi’il mudhari’ terkadang bisa dibedakan dengan melihat
keterangan waktu yang mengiringinya. Contohnya adalah sebagai berikut:

‫ ˚مب´ا´ را¸ ة أ˚´م ¸س – ´سأ˚ ´ساف˚¸ر ´غ ًدا‬.‫ف´ا´ ز ف¸ ´ري˚ ˚ق ال˚ ´هل¸ي ¸ف ال‬
‫´ف´ ع ˚ل اآل ´ن؟‬. ˚‫¸ِب¸ ˚ذ ¸ن لال¸ – ´ما´ ذا ت‬
Dalam tiga kalimat di atas terdapat kata yang menunjukkan suatu waktu

tertentu. Dalam kalimat pertama kata yang menunjukkan waktu adalah ‫ أمس‬yang

artinya kemarin maka dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il madhi.

Dalam kalimat kedua kata yang menunjukkan waktu adalah kata ‫ غدا‬yang berarti
besok, maka dapat dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il mudhari’.

Begitu juga dengan keterangan dalam kalimat ketiga yaitu ‫ اآلن‬yang artinya
sekarang, maka dipahami bahwa kata kerja yang digunakan adalah fi’il mudhari’.

.Amar Fi’il 3 (‫األمر‬ ‫)فعل‬


Jenis fi’il yang ketiga adalah fi’il amar. Fi’il amar adalah kata yang
menunjukkan perintah, atau dalam definisi para pakar bahasa Arab diistilahkan
dengan:

‫´ما ´د ل ´عل´ى ´طل´ ¸ب ف˚ ¸ع „ل ¸ف ´ز´م‬


‫´قب„ ´ل‬. ˚ ˚ُّ‫„ن ˚م ت‬
Kata yang menunjukkan permintaan untuk suatu pekerjaan di masa yang akan
datang
3
Terdapat dua kata kunci yang perlu diperhatikan dalam fi’il amar ini: 1) fi’il
amar adalah permintaan untuk suatu pekerjaan, atau bisa juga disebut dengan

3
perintah. Karena fi’il amar merupakan perintah, maka ia akan selalu ditujukan
kepada orang kedua (baik tunggal ataupun jamak), oleh karena itu fa’il dari fi’il
amar selalu kata ganti orang kedua (dhamir mukhatab). 2) Waktu yang ditunjuk oleh
fi’il amar adalah masa depan, karena perbuatan yang diminta akan dilakukan
setelah kata perintah itu dilontarkan, bukan ketika berbicara ataupun sebelumnya.
Berikut beberapa contoh dari fi’il amar dalam sebuah kalimat:

¹ ‫´ رب‬ ‫´و ´سا ´م ˚غ¸ ف‬ – ´‫ا˚ ˚سل˚ ˚ك ب´˚ ن ´من´ا ¸ه ´ج ال ¸ت ´و´´تل ´ ق ن ¸ِب‬
‫¸ ˚ك‬ ‫¸رع˚وا إ ´رة„ ¸م‬ ‫˚ش´ر ¸ف ال´ عا´ دا ¸ت‬ ‫ُّا´ دا‬
‫˚م‬ ‫´ ¸ل‬
‫˚ن‬
‫– ˚خ ˚ذ ال´ ع˚ ف´ و ´وأ˚ ˚م˚ر‬
¸
‫بلع˚˚ر ¸ف ´وأ´ ˚ع¸ ر ˚ض ´ع ¸ن ال´ا ¸هل´ ˚ ¸ي‬
Sejumlah kata yang digarisbawahi di atas adalah fi’il amar dan seluruhnya
menunjukkan perintah. Berbeda dengan dua fi’il sebelumnya, fa’il untuk fi’il amar
tidak berbentuk isim yang terlihat namun fa’ilnya adalah kata ganti yang tak tertulis
(dhamir mustatir) yang menunjukkan orang kedua (baik tunggal atau jamak).

Cara Membedakan fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan fi’il amar


Ada sejumlah cara yang dapat digunakan dalam membedakan antara
ketiga jenis fi’il ini:
Pertama adalah dengan melihat kepada makna, jika kata tersebut
bermakna perintah maka ia adalah fi’il amar, namun jika kata tersebut hanya
bermakna suatu kata kerja saja dan bukan sebuah perintah maka ia bisa jadi fi’il
madhi ataupun fi’il mudhari’.
Kedua adalah dengan melihat kepada bentuk dari kata tersebut.
Perbedaan fi’il mudhari’ dengan yang lain dapat dilihat dari huruf pertama dari
kata, karena fi’il mudhari’ pasti akan selalu diawali dengan huruf-huruf mudhari’

3
yaitu ‫ أ‬،‫ ن‬،‫ت أ‬، meski tidak setiap kata kerja yang diawali dengan huruf itu
adalah fi’il mudhari. Fi’il amar sering kali diakhiri dengan harakat sukun meski
tidak selamanya begitu, begitu juga fi’il madhi yang sering kali diakhiri dengan
harakat fathah atau fi’il mudhari’ yang sering kali diakhiri dengan harakat

4
dhammah. Perbedaan bentuk ini akan kita pelajari pada pertemuan selanjutnya
ketika membahas tentang ragam perubahan bentuk fi’il.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa fi’il memiliki tiga bentuk,
ia bisa berbentuk madhi, mudhari’ dan amar tergantung maksud dari penggunaan
kata tersebut. Di bawah ini ada beberapa contoh fi’il dengan tiga bentuknya:

‫املعن‬ ‫فعل المر‬ ‫الفعل املضارع‬ ‫الفعل امالضي‬


Melihat ‫ا˚ن˚ظ˚˚ر‬ ‫´نظ˚˚ر‬.˚‫ي‬ ‫ن´ظ´´ر‬
Mendengar ‫ا¸ ˚مس´ ˚ع‬ ‫ي´ ُّ˚´ م ˚ع‬ ‫¸´مس ´ع‬
Berbicara ‫´ت´ د‬ ‫´ت´ ´ا د‬.‫ي‬ ‫´ت´ د ´ث‬
‫˚ث‬ ‫˚ث‬
Membuka ‫˚ت´ ˚ح‬.‫ا¸ف‬ ‫´فت´ ˚ح‬. ˚‫ي‬ ‫´ف‬.‫ح´ ´ت‬
Menutup ‫أ´ق¸ ˚ف ˚ل‬ ‫ق¸ ف ˚ل‬.˚ ˚‫ي‬ ‫˚ف ´ل‬. ´‫أ´ق‬
Menghapus ‫ا˚¸م ´ُّ ˚ح‬ ‫َ́ي˚ ´ُّ ˚ح‬ ‫´م ´ُّ ´ح‬
Membersihkan ¸‫ظ‬¹ ‫ف‬ ‫ ˚ف‬¹ ‫ن´ ¸ظ‬.˚‫ي‬ ‫ن´ظ ´ف‬
˚
‫´ن‬
Masuk ‫ا˚˚د ˚خ‬ ‫ي˚ ´د ˚خ ˚ل‬ ‫´د ´ خ ´ ل‬
‫˚ل‬
Keluar ˚‫ا‬ ‫´َي˚˚ر˚ ج‬ ‫´خ´ر´ ج‬
‫˚خ˚ر˚ ج‬

KAIDAH
Terdapat tiga jenis fi’il dalam bahasa Arab:
Fi’il Madhi adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan masa lampau.
Fi’il Mudhari’ adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan dua waktu, yaitu hadhir (seka
Fi’il Amar adalah kata yang menunjukkan permintaan untuk suatu pekerjaan di masa depan.

4
‫‪LATIHAN‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Tentukan jenis fi’il dari sejumlah kalimat berikut serta sebutkan‬‬
‫!‪fa’ilnya‬‬

‫ت‪´.‬ب ُّ ´عل¸ ي أ´´ما‬ ‫ق´ ˚د أ´ف‪˚.‬ل´ ´ح ال‪.‬‬


‫´م م ال‪¸ .‬م رآة¸‬ ‫˚م˚ ؤ¸من˚ ‪˚.‬و´ ن‬
‫˚‬ ‫´ ´‬
‫وت ‪ .‬و ك ل عل´ى لال¸‬ ‫ت´ تُّ˚ ´ ˚اي¸ ˚ي ف´ا ¸ط´ مة˚ ¸م ˚ن‬
‫´ ´´ ˚ ´‬
‫اج´ ¸ي ال´ قي ˚ ‪.‬و¸م‬ ‫´ع ‪¸¹‬م´ ها‬
‫‪¹‬‬
‫د خ ل ال˚ ست اذ˚ ال´ ف ص ´صب´ا ًحا‬
‫˚‬ ‫˚ ´‬ ‫´ ´ ´‬ ‫لال˚ ي‪˚ ´.‬غ¸ ف˚ر ال ذن˚ ˚‪.‬و ¸´مج˚ي´ ‪.‬عا‬
‫¸‬
‫´ل ¸ف ال ُّاب´ ¸ع ة‬ ‫´ب‬
‫الط ال¸ ˚ب ي˚´‪.‬ن‪.‬ت´ ¸ظ˚ر ال˚ ˚ست´ا‬ ‫ي أ´ ˚ح د ا¸ جل¸ س مكان¸‬
‫´˚ ˚ ˚ ´‬ ‫´‬
‫´ ذ ¸ف ال´ ف ˚ص ¸ل‬ ‫ف ´ك‬

‫!‪ Ubahlah beberapa kata di bawah ini menjadi fi’il mudhari’ dan fi’il amar‬‬

‫رفع – تكلم ‪-‬‬ ‫كتب – جلس – نظر – دخ‪..‬ل – علم – قرأ – فتح – أقف‪..‬ل –‬

‫تعلم‬

‫‪4‬‬
Pertemuan Keenam
Fi’il dan Ragam Perubahan Bentuknya

Pada pertemuan sebelumnya diketahui bahwa terdapat tiga jenis fi’il


yaitu fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan fi’il amar. Dan pada pembahasan kali ini kita
akan membahas perubahan setiap fi’il agar kita dapat mengetahui perbedaan dan
dapat membedakan antara tiga jenis fi’il tersebut.
Seperti bahasa Inggris yang terdapat perubahan kata kerja tergantung
pada siapa yang mengerjakan, maka bahasa Arab juga memiliki aturan yang serupa
meski sedikit lebih rumit. Dalam bahasa Inggris perubahan kata kerja hanya
tinggal menambahi huruf s jika dilakukan oleh orang ketiga tunggal (he, she, it)
seperti “I go – he goes, I eat – she eats” dsb. Sedangkan dalam bahasa Arab
perubahan kata kerja akan tergantung pada jenis fi’ilnya karena perubahan antara
satu fi’il dengan yang lain berbeda.

1. Perubahan Fi’il Madhi


Perubahan dalam fi’il madhi terjadi di bagian akhir dari kata, dengan
masuknya sejumlah huruf yang disebut dengan dhamir fa’il sesuai dengan pihak
yang mengerjakan fi’il tersebut. Sejumlah dhamir fa’il tersebut adalah: Ta sukun

( ‫اتء‬ ‫س‬.. . . ‫)اكنة‬, Ta mutaharrikah (‫)متاركة اتء‬, Alif al-Itsnain (‫)الثني ألف‬, Wawu al-

Jama’ah (‫واو‬ ‫)الماعة‬, Nun Niswah ( ‫اُّلن نون‬. . .‫)وة‬, dan “Na” lil-Mutakallimin ( "‫)ان" للمتكلمي‬.
Berikut penjelasan lebih detailnya:

4
‫‪Bentuk Perubahan‬‬ ‫‪Kata Kerja‬‬ ‫‪Kata Ganti‬‬
‫‪-‬‬ ‫´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر´م ‪-‬‬ ‫ل´ ع´ ‪´.‬ف ´كت´‬ ‫‪ Orang ketiga‬هو‬
‫)‪tunggal (LK‬‬
‫´د‬ ‫´ب‬
‫‪Orang ketiga‬‬
‫ألف الثني‬ ‫´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر ‪.. . . .‬ا‬ ‫مها ل´ ع´ ‪´.‬ف ´كت‪´.‬ب´ا‬ ‫)‪dua (LK‬‬
‫´ دا ´ما‬
‫‪Orang ketiga‬‬
‫‪. . . . . .‬وا واو الماعة‬ ‫هم ف´ ‪´.‬عل˚وا ´كت‪´.‬ب˚وا ´ش ¸ه أ´ ˚ك‬ ‫)‪jamak (LK‬‬
‫˚دوا ´ر˚موا‬
‫هي ف´ ‪´.‬عل´ ´كت‪´.‬ب´ ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر ‪˚ . . .‬ت اتء ااُّل كنة‬ ‫‪Orang ketiga‬‬
‫)‪tunggal (PR‬‬
‫´ د ˚ت م ˚ت ‪. . .‬‬ ‫˚ت‬ ‫˚ت‬
‫´‬
‫‪Orang ketiga‬‬
‫اتء‬ ‫مها ف´ ‪´.‬عل´ت´ا ´كت‪´.‬ب‪´.‬ت´ا ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر ‪. . . . .‬ا´ت‬
‫)‪dua (PR‬‬
‫م‪..‬ت ‪.‬ارك ‪ ... . .‬ة‬ ‫´ د´ ات ´مت´ا‬
‫وألف الثني‬
‫هن ف´ ‪´.‬ع˚ل ´ب´ ˚ ´كت ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر˚م ‪´ . . . . . .‬ن نون الُّنوة‬ ‫‪Orang ketiga‬‬
‫)‪jamak (PR‬‬
‫˚د ´ن ´ن‬ ‫´ن‬
‫‪Orang kedua‬‬
‫أن ف´ ‪´.‬ع˚ل ´كت˚‪´.‬ب ´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر˚م ´ت اتء متاركة‬
‫)‪tunggal (LK‬‬
‫‪. . . ..‬‬ ‫˚د ´ت ´ت‬ ‫´ت‬ ‫´ت ´ت‬
‫‪Orang kedua‬‬
‫اتء متاركة‬ ‫ما‬ ‫´ش ¸ه أ´ ˚ك‬ ‫´كت˚‪.‬‬ ‫أنتما ف´ ‪´.‬ع˚لت‬ ‫)‪dua (LK‬‬
‫‪˚ ´. . . . .‬ت‬
‫˚د˚ت´ا ´ر˚مت‬ ‫´ب‪.‬ت˚ما‬ ‫´ ˚ما‬
‫´ ˚ما‬
‫‪Orang kedua‬‬
‫´ش ¸ه أ´ ˚ك ‪. . . . .‬م˚ ˚ت اتء متاركة‬ ‫أنتم ف´ ‪´.‬ع˚لت˚ ˚م ´كت˚‪.‬‬
‫)‪jamak (LK‬‬
‫˚د ˚ ت ´ر˚مت˚ ˚م‬ ‫´ب‪.‬ت˚م‬
‫˚‬
‫´ش ¸ه أ´ ˚ك´ر˚م ‪¸ . . . .‬ت اتء متاركة‬ ‫أن ¸ت ف´ ‪´.‬ع˚ل ´كت˚‪´.‬ب‬ ‫‪Orang kedua‬‬
‫)‪tunggal (PR‬‬
‫‪4‬‬
‫‪..‬‬ ‫¸ت‬ ‫˚د ¸ت‬ ‫¸ت‬ ‫¸ت‬
‫‪Orang kedua‬‬
‫أ´ ˚ك ما اتء متاركة‬ ‫´ش ¸ ه‬ ‫´كت˚‪.‬‬ ‫أنتما ف´ ‪´.‬ع˚لت‬
‫)‪dua (PR‬‬
‫ر˚مت ‪˚ ´. . . .‬ت‬ ‫˚د˚ت´ا‬ ‫´ب‪.‬ت˚ما‬ ‫´ ˚ما‬
‫´‬
‫´ ˚ما‬
‫‪Orang kedua‬‬
‫أ´ ˚ك ‪ ˚ . . . . .‬نت اتء متاركة‬ ‫´ش ¸ ه‬ ‫´كت˚‪´.‬ب˚‬ ‫أننت ف´ ‪´.‬ع˚ل˚‬ ‫)‪jamak (PR‬‬
‫´ر˚م˚ نت‬ ‫˚دت˚ ن‬ ‫نت‬ ‫نت‬
‫‪Orang‬‬
‫أ´ ˚ك´ر˚م ‪˚ . . .‬ت اتء متاركة‬ ‫´ش ¸ ه‬ ‫´كت˚‪´.‬ب‬ ‫أان ف´ ‪´.‬ع˚ل‬
‫‪pertama‬‬
‫‪. ..‬‬ ‫˚ت‬ ‫˚د ˚ت‬ ‫˚ت‬ ‫˚ت‬ ‫‪tunggal‬‬

‫‪Orang‬‬
‫حنن ف´ ‪´.‬ع˚لن´ا ´كت˚‪´.‬ب‪.‬ن´ا ´ش ¸ه أ´ ˚ك ‪. . . .‬ا´ن نون الم‪...‬اع ‪..‬ة ال‬
‫‪pertama‬‬
‫‪.‬دال‪......‬ة على‬ ‫˚د´ ان ´ر˚من´ا‬ ‫‪jamak‬‬

‫املتكلمي‬

‫‪4‬‬
2. Perubahan Fi’il Mudhari’
Tidak seperti fi’il madhi, perubahan dalam fi’il mudhari’ terletak di
bagian awal dan akhir dari kata. Perubahan di bagian awal terjadi karena

masuknya huruf-huruf mudhari’ yang empat yaitu: ‫ أ‬،‫ ن‬،‫ت أ‬،, sedangkan
perubahan di

bagian akhir terjadi karena masuknya dhamir fa’il dari fi’il tersebut. Berikut
penjelasan lebih detailnya:
Perubahan Perubahan Kata Kerja Kata Ganti
di akhir di depan
Orang
- ‫ي´ ˚كت˚ ي´ ˚ش´ ه ي˚ ˚ك¸ ر˚م الياء‬ ‫´ف´ ع‬. ˚‫هو ي‬
ketiga
‫˚د‬ ‫˚ب‬ ‫˚ل‬ tunggal
(LK)
Orang
‫ألف الثني‬ ‫˚ب´ا ي´ ˚ش´ ه ي˚ ˚ك¸ ر الياء‬.‫´ف´ ع ي´ ˚كت‬. ˚‫مها ي‬
ketiga dua

‫´ دا ¸ن ´ما ¸ن‬ ‫´ ل ¸ن ¸ن‬ (LK)

Orang
‫واو الماعة‬ ‫الياء‬ ˚‫ي´ ˚ش´ ه ي‬ ´‫ي‬ ‫´ف‬. ˚‫هم ي‬
ketiga
‫˚و ˚د˚ و´ ن ˚ك¸ ر˚م˚ و‬. ˚‫˚ب‬.‫´ عل˚ون ˚كت‬ jamak
(LK)
‫´ن‬ ‫´ن‬
Orang
- ‫´ف´ ع ت´ ˚كت˚ ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر˚م التاء‬. ˚‫هي ت‬
ketiga
‫˚د‬ ‫˚ب‬ ‫˚ل‬ tunggal
(PR)
Orang
‫ألف الثني‬ ‫˚ب´ا ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر التاء‬.‫´ف´ ع ت´ ˚كت‬. ˚‫مها ت‬
ketiga dua
‫´ دا ¸ن ´ما ¸ن‬ ‫´ ل ¸ن ¸ن‬ (PR)

‫نون الُّنوة‬ ‫´ف´ ع˚ل ي´ ˚كت ي´ ˚ش´ ه ي˚ ˚ك¸ ر˚م الياء‬. ˚‫هن ي‬ Orang
ketiga
‫´ ˚ ˚ب ˚د ´ن ´ن‬ ‫´ن‬ jamak
(PR)

4
‫‪Orang‬‬
‫‪-‬‬ ‫ت´ ˚كت˚ ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر˚م التاء‬ ‫ت˚ ‪´.‬ف´ ع‬ ‫أن‬ ‫‪kedua‬‬
‫˚د‬ ‫˚ب‬ ‫˚ل‬ ‫´ت‬

‫‪4‬‬
tunggal
(LK)
Orang
‫ألف الثني‬ ‫˚ب´ا ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر التاء‬.‫ت´ ˚كت‬ ‫´ف´ ع‬. ˚‫أنتما ت‬
kedua dua
‫´ دا ¸ن ´ما ¸ن‬ ‫¸ن‬ ‫´ ل ¸ن‬ (LK)

Orang
‫واو الماعة‬ ‫التاء‬ ˚‫ت´ ˚ش´ ه ت‬ ´‫ت‬ ‫´ف‬. ˚‫ت‬ ‫أنتم‬
kedua
‫˚و ˚د˚ و´ ن ˚ك¸ ر˚م˚ و‬. ˚‫˚ب‬.‫˚كت‬ ‫´ عل˚ ˚و´ ن‬ jamak
(LK)
‫´ن‬ ‫´ن‬
‫يء املخاطبة‬ ‫ت´ ˚كت˚ب ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر¸م التاء‬ ‫´ف´ عل‬. ˚‫أن ¸ت ت‬ Orang
kedua
‫´ ˚ ¸ ي ¸ دي ن ´ ˚ ي‬ ‫´ ˚ ¸ي‬ tunggal
´˚ (PR)
Orang
‫ألف الثني‬ ‫˚ب´ا ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر التاء‬.‫ت´ ˚كت‬ ‫´ف´ ع‬. ˚‫أنتما ت‬
kedua dua
‫´ دا ¸ن ´ما ¸ن‬ ‫¸ن‬ ‫´ ل ¸ن‬ (PR)

‫نون الُّنوة‬ ‫ت´ ˚كت ت´ ˚ش´ ه ت˚ ˚ك¸ ر˚م التاء‬ ‫´ف´ ع˚ل‬. ˚‫أننت ت‬ Orang
kedua
‫´ ˚ ˚ب ˚د ´ن ´ن‬ ‫´ن‬ jamak
(PR)
Orang
- ‫أ´ ˚كت˚ أ´ ˚ش´ ه أ˚ ˚ك¸ ر˚م المزة‬ ‫˚ع‬. ´‫أ´ف‬ ‫أان‬
pertama
‫˚د‬ ‫˚ب‬ ‫˚ل‬ tunggal

Orang
- ‫ن´ ˚كت˚ ن´ ˚ش´ ه ن˚ ˚ك¸ ر˚م النون‬ ‫´ف´ ع‬. ˚‫حنن ن‬
pertama
‫˚د‬ ‫˚ب‬ ‫˚ل‬ jamak

3. Perubahan Fi’il Amar


Perubahan dalam fi’il amar hanya terjadi di bagian akhir dari kata
sebagaimana fi’il madhi, namun perubahannya hanya terjadi pada kata kerja
untuk kata ganti orang kedua. Berikut penjelasan detailnya:
Bentuk Perubahan Kata Perintah Kata Ganti
4
‫‪Orang‬‬
‫‪-‬‬ ‫‪-‬‬ ‫أ´‬ ‫ا¸ ˚ش‬ ‫ا˚ ˚كت˚‬ ‫أن ا¸ف´ ‪˚.‬ع‬ ‫‪kedua‬‬
‫˚ك¸ ر˚‬ ‫´ ه ˚د‬ ‫˚ب‬ ‫´ت‬
‫˚ل‬
‫م‬

‫‪4‬‬
tunggal
(LK)
Orang
‫ألف الثني‬ ‫ا‬. . . . . . ‫ا¸ ˚ش ه أ´ ˚ك¸ ر‬ ‫˚ب´ا‬.‫ا˚ ˚كت‬ ‫˚ع‬. ´‫أنتما ا¸ف‬
´ kedua dua
‫´ما‬ (LK)
‫´ دا‬ ‫´ل‬
´‫ا¸ ش ه أ‬ Orang
‫واو الماعة‬ ‫وا‬. . . . . .
´ ˚
‫˚ب˚وا‬.‫ا˚ ˚كت‬ ‫أنتم ا¸ف‬ kedua
‫˚ك¸ ر˚م‬ ‫˚عل˚وا‬. ´ jamak
‫˚دوا‬ (LK)
‫وا‬
Orang
‫يء املخاطبة‬ ‫ي‬............ ´‫ا¸ ˚ش ه أ‬ ‫ا˚ ˚كت¸˚ب‬ ‫ا¸ف‬ ‫أن‬
´ ‫¸ت‬
kedua
‫˚ك¸ ر¸م‬ ‫˚عل¸ي‬. ´ tunggal
‫¸ دأ‬ (PR)
‫ي‬
Orang
‫ألف الثني‬ ‫ا‬. . . . . . ‫ا¸ ˚ش ه أ´ ˚ك¸ ر‬ ‫˚ب´ا‬.‫ا˚ ˚كت‬ ‫˚ع‬. ´‫أنتما ا¸ف‬
´ kedua dua
‫´ما‬ (PR)
‫´ دا‬ ‫´ل‬
‫نون الُّنوة‬ ‫ ´ن‬. . . . . . ´‫ا¸ ش ه أ‬ ‫˚ع˚ل ا˚ ˚كت‬. ‫أننت ا¸ف‬ Orang

¸ ´ ˚ ´ kedua
‫˚ك ر˚م‬ ‫´ ˚ ˚ب‬ jamak (PR)
‫˚د ´ن‬ ‫´ن‬
‫´ن‬

KAIDAH
Tiga jenis fi’il dalam bahasa Arab memiliki bentuk dan tanda khas masing- masing agar dapat dibe
Fi’il Madhi dapat dibedakan dengan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir
fi’il.
Fi’il Mudhari’ dapat dibedakan dengan masuknya huruf-huruf mudhari’ di
bagian awal fi’il dan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir fi’il.
Fi’il Amar dapat dibedakan dengan masuknya dhamir fa’il di bagian akhir
fi’il namun ia hanya terkhusus untuk orang kedua saja.
Ketiga fi’il juga dapat dibedakan dengan membedakan makna dan penggunaan masing-masingnya.

5
‫‪LATIHAN‬‬
‫‪‬‬ ‫!‪Isilah titik-titik di bawah ini dengan hal yang dimintakan‬‬

‫‪......‬‬ ‫‪ ...... :‬أن‪....‬نت‪:.‬‬ ‫حنن‪...... :‬‬ ‫‪ -‬يكتب‪ :‬أن ‪...... :‬‬


‫هي‬ ‫´ت‬

‫هن‪...... :‬‬

‫الفعل املاضي‪ ...... :‬فعل المر‪...... :‬‬ ‫‪ -‬علي وأحد‪...... :‬‬

‫‪......‬‬ ‫‪ ...... :‬أن‪....‬نت‪:.‬‬ ‫حنن‪...... :‬‬ ‫‪ -‬تعل ‪¹‬م‪ :‬ت´‪...... :‬‬


‫هي‬ ‫أن‬
‫هن‪...... :‬‬

‫الفعل املضارع‪ ...... :‬فعل المر‪...... :‬‬ ‫أننت‪...... :‬‬ ‫‪ -‬أنتم‪...... :‬‬

‫الفع ‪.‬ل امل ‪. .‬اض‪ .. ... . . . . .‬ي‪:‬‬


‫ت¸‪ ...... :‬أنتما‪...... :‬‬ ‫‪ -‬اض¸ ر ˚ب‪ :‬أنتم‪...... :‬‬
‫أن‬
‫‪ ......‬الفعل املضارع‪...... :‬‬

‫م‪...‬ه ‪: ......‬ي‪...‬ه‪:‬‬
‫أنتم‪...... :‬‬ ‫ت¸‪...... :‬‬ ‫‪ -‬دخ ´ل‪ :‬أان‪...... :‬‬
‫أن‬
‫فاطمة وعائشة‪ ...... :‬علي وممد‪...... :‬‬ ‫‪ ......‬حنن‪...... :‬‬

‫‪5‬‬
 Isilah titik-titik di bawah ini dengan fi’il yang sesuai dengan konteks
kalimatnya!

‫م‬. ´‫ عل ي إ¸ل ال‬...... ! ‫ الكتا ´ب‬...... ،‫ي أحد‬


‫˚د´ ر´ س¸ ة‬

‫أ ´ما م ˚ل¸ ص‬ ‫أحد‬ ‫ال´ ف ˚ل´ ص‬ ‫فاطمة‬


´ ´
‫ال´ ف‬

5
‫‪ ......‬مم ˚د ال¸‪¹‬ر‬ ‫ي فاطمة‪ ...... ،‬على الكرسي!‬
‫´ سال´ة´‬
‫ف امليدان‬ ‫الولد‬
‫أحد وإُّحان ‪ ......‬ف الفصل‬

‫الكتا ´ب‬ ‫سفيان‬

‫‪5‬‬
Pertemuan Ketujuh
Ragam Perubahan Kondisi Kata (I’rab dan Bina)

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya kita telah mempelajari tentang


jenis kata serta tanda dari masing-masingnya, dan pada pertemuan pertama kita
juga telah membahas bahwa ilmu Nahwu memfokuskan pembahasan mengenai
perubahan kondisi huruf akhir kata. Maka, pada pertemuan ini kita akan
mulai memasuki inti dari ilmu Nahwu yaitu tentang perubahan kondisi huruf
akhir kata.
Dalam bahasa Arab ada kata yang bisa mengalami perubahan kondisi dan
ada yang selalu tetap dalam satu kondisi saja. Perubahan kondisi dari kata
disebut dengan i’rab, dan kata yang mengalami perubahan disebut dengan
mu’rab. Sedangkan kondisi di mana suatu kata tetap dalam satu kondisi dan
tidak mengalami perubahan disebut dengan bina, dan kata yang mengalami
kondisi tersebut disebut dengan mabni. Berikut penjelasan lebih detailnya.

.I’rab 1 (‫)اإلعراب‬
Para pakar bahasa Arab mendefinisikan i’rab sebagai berikut:

‫´غ´ي˚¸ي˚ أ´´وا ¸خ¸ ر ال ´كل´ ¸ما ¸ت ال´ ع´رب¸ي ¸ ة ¸ل ˚خت´ ¸ل ¸ف ال´ ع‬.‫ت‬
‫ها‬. ´‫´ وا¸ م ¸ل ال دا ¸خل¸ ´ة ´عل˚´ي‬
Perubahan kondisi akhir kata bahasa Arab karena perbedaan penyebabnya
Ada satu kata kunci yang perlu diperhatikan dari definisi di atas,
yaitu bahwa perubahan kondisi huruf akhir ini terjadi karena adanya suatu
hal yang menjadi penyebab perubahan tersebut. Perubahan tersebut bisa
karena dua hal:
1) perubahan posisi kata dalam kalimat, seperti menjadi mubtada’, fa’il, maf’ul bih
atau 2) karena masuknya harf semisal huruf nashab atau huruf jazm. Maka,
untuk mempermudah dalam memahami masalah i’rab ini kita bisa menerapkan

5
hukum sebab-akibat.

5
Perubahan kondisi akhir kata hanya terjadi pada isim dan fi’il mudhari’,
sedangkan fi’il madhi dan fi’il amar tidak mengalami perubahan. Untuk lebih
jelasnya maka kita lihat pada contoh berikut:

‫العراب‬ ‫السم‬
‫الرفع‬ ‫م ˚د´ ر‬. ´‫´ر´ ج ´ع ˚م´ م ˚د ¸م ´ن ال‬
‫´ س¸ ة‬
‫النصب‬ ‫ل¸´ق˚ي ˚ت ˚م´ م ًدا ¸ف الط ¸ري¸ ˚ق‬
‫الر‬ ‫´صل ى لال˚ ´عل´ى ˚م´ م „د‬

Ini adalah contoh perubahan pada isim. Jika kita perhatikan, harakat kata
Muhammad mengalami tiga kali perubahan: 1) ia menjadi dhammah, penyebabnya

adalah karena kata Muhammad di sana berposisi sebagai fa’il dari kata ‫رجع‬. Ini

biasa disebut dengan kondisi rafa’ dan ditandai dengan dhammah. 2) ia menjadi
fathah, penyebabnya adalah karena ia berposisi sebagai maf’ul bih (objek). Ini biasa
disebut dengan kondisi nashab dan ditandai dengan fathah. 3) ia menjadi kasrah,

penyebabnya adalah karena ada kata ‫ع‬.. . ‫ل‬.....‫ ى‬yang merupakan harf jar. Ini
biasa

disebut dengan kondisi jar dan ditandai dengan kasrah.


Contoh lain kita lihat dalam fi’il mudhari’:

‫العراب‬ ‫الفعل املضارع‬


‫الرفع‬ ‫´عل ˚ م أ´ ˚ح´ ˚د ال د˚ ر ´س ¸ف ال‬. ´‫´ت‬.‫ي‬
‫´ ف ˚ص ¸ل‬
‫النصب‬ ´‫ب´غ¸ي ´عل´ى ط´ال¸ ¸ب الع˚¸ل¸ م أ‬.‫ن‬.´˚‫ي‬
‫´عل ´ م‬. ´‫´ت‬.‫˚ن ي‬
5
‫¸ِ‬
‫بل¸‪¸¹‬د‬
‫الزم‬ ‫´ل ´َن´ا ´ح ل´ ¸م ˚ن ´ل˚ ي´‪.‬ت´ ‪´.‬عل ˚ م‬

‫‪5‬‬
Jika kita perhatikan, kata ‫ يتعلم‬dalam contoh di atas mengalami tiga kali
perubahan: 1) harakatnya menjadi dhammah, penyebabnya karena ia tidak
didahului oleh harf jazm ataupun harf nashab. Ini biasa disebut dengan kondisi rafa’
dan ditandai dengan dhammah. 2) ia menjadi fathah karena ia didahului oleh kata

‫ أن‬yang merupakan harf nashab. Kondisi ini disebut dengan nashab dan ditandai
dengan fathah. 3) ia menjadi sukun, penyebabnya adalah karena didahului oleh kata

‫ ل‬yang merupakan harf jazm. Kondisi ini biasa disebut dengan jazm, dan ditandai
dengan sukun.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kondisi
perubahan akhir kata dalam bahasa Arab (i’rab), yaitu rafa’, nashab, jarr dan
jazm, dari empat kondisi ini ada yang terjadi pada isim dan fi’il mudhari’ sekaligus
yaitu rafa’ dan nashab, ada juga yang terkhusus untuk isim yaitu jarr dan ada yang
terkhusus untuk fi’il mudhari’ yaitu jazm. Penjelasan lebih lanjut bisa dilihat
pada tabel berikut:

‫الزم‬ ‫الر‬ ‫النصب‬ ‫الرفع‬


– √ √ √ ‫السم‬
√ – √ √ ‫الفعل املضارع‬

.Bina 2 (‫)البناء‬
Bina adalah kondisi di mana sebuah kata tidak mengalami perubahan
harakat atau bentuk. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan bina sebagai berikut:

‫ل ˚ز و م آ ¸خ¸ ر ال ´كل ¸ما حا وا ¸ح ¸´مج˚ي ¸ع ال ´تاك˚¸ي ¸ب‬


´ ´ ´ ˚˚ ˚
‫¸ت ل´ًة ´ دً ة ¸ف‬
5
Tetapnya akhir kata dalam satu kondisi saja di berbagai bentuk kalimat

5
Dari definisi di atas diketahui bahwa kata yang mengalami kondisi bina
tak akan berubah kondisinya meski kata tersebut mengalami perubahan
posisi dalam kalimat atau didahului oleh salah satu harf yang berakibat pada
perubahan i’rab. Maka, dalam kondisi apapun, kata yang termasuk ke dalam
kondisi ini akan selalu tetap berada pada satu kondisi saja, jika ia berakhiran
fathah maka ia akan terus berakhiran fathah, begitu juga jika ia berakhiran
kasrah, dhammah ataupun sukun.
Di antara kata yang kondisinya tetap adalah isim istifham atau isim yang
bermakna “siapa” dalam contoh berikut:

‫´ ˚ه´ و ´ر د‬.‫ع ¸م ل ´س ´عل˚´ي¸ ه أ˚´م˚ر´ان ف‬


‫´ن˚م ´ ´ع´ ًم ل´ ل˚´ي‬
‫ر´ ح˚ ˚ك‬.´˚‫ا ¸ر´ ح ˚وا ´م ˚ن ¸ف ال˚´ر ¸ض ي‬
˚ ˚
¸
‫˚م ´م ˚ن ¸ف ال ُّ´ ما ء‬
‫´نظ˚˚ر˚و´ ن إ´ ¸ل ´م ˚ن ي´ ˚ش´ ف ˚ع ل´ ˚ك‬.˚‫أ´´ل ت‬
‫¸ ˚ك ˚م؟‬¹ ‫˚م إ´ ¸ل ´رب‬
Kata “man” memiliki makna “siapa”, dalam kalimat pertama menempati
posisi mubtada’, tapi ia tetap dalam kondisi sukun dan tidak berubah menjadi
dhammah meski ia berposisi sebagai mubtada’. Kata “man” dalam kalimat kedua
menempati posisi sebagai maf’ul bih (objek), seharusnya maf’ul bih berharakat fathah
tapi kata “man” di atas ia tidak berubah menjadi fathah. Begitu juga kata “man”

dalam kalimat ketiga yang seharusnya berharakat kasrah karena ada kata ‫ إل‬yang
merupakan harf jar, namun karena “man” tidak akan berubah kondisinya maka
ia tetap dalam kondisi sukun. Inilah yang dimaksud dengan bina.
Kata yang kondisinya tetap ada yang berupa isim seperti isim istifham, isim
maushul, dhamir, ada juga yang berupa fi’il seperti fi’il madhi, fi’il amar, dan fi’il
mudhari’ yang terhubung dengan nun niswah, dan ada juga berupa harf (seluruh harf
6
adalah mabni)

6
KAIDAH
- I’rab adalah perubahan kondisi akhir kata bahasa Arab karena
perbedaan penyebabnya.
- Kata yang mengalami perubahan kondisi i’rab adalah isim dan fi’il
mudhari’.
o Terdapat empat perubahan kondisi kata: rafa’, nashab, jarr dan
jazm.
o Isim mengalami tiga jenis perubahan kondisi: rafa’, nashab dan
jarr.
o Fi’il Mudhari’ mengalami tiga jenis perubahan kondisi: rafa’,
nashab dan jazm.
- Bina adalah tetapnya akhir kata dalam satu kondisi saja di berbagai
bentuk kalimat.
- Di antara kata yang kondisinya tak berubah adalah: Isim: isim
istifham, isim maushul, dhamir, fi’il: fi’il madhi, fi’il amar dan fi’il
mudhari’ yang tersambung dengan nun niswah, dan seluruh harf.
- Kata yang mengalami perubahan bentuk disebut dengan mu’rab dan
kata yang tidak mengalami perubahan disebut dengan mabni.

LATIHAN
 Lengkapi harakat dari setiap kata di bawah ini, jelaskan jenis dari
setiap katanya, lalu jelaskan kondisinya apakah ia mabni atau mu’rab!
Contoh:
¸ ¸
˚‫ الت ˚اذ´ست‬¹ ˚‫ذ´ ي˚م ل‬
‫ ´م´ عل‬: fi’il madhi, mabni. ˚‫اذ´ست˚ ˚ال‬: isim, ¸‫م‬. . ‫ي‬. . . ´‫˚ال م عل ذ‬
˚ ´ ´
mu’rab.
mu’rab. ‫ال‬. . ‫¸ت‬¹ . . ˚‫ل‬. . : isim,

6
‫قد أفلح املؤمنون‬
‫ي´ ˚دع˚و ال ¸‪¹‬دي˚ن إ¸ل ال´ ف ¸ض˚ي‪.‬ل´ة‬

‫و ح ´ع´ مله˚‬ ‫ي˚‪´.‬ل´ عب الغ˚¸ل´ مان ¸ف ال´ ‪.‬م˚ي‬


‫´´‬ ‫´خ˚ ي الن ا ´من ط´ال ع˚‬
‫˚ُّ ´ن‬ ‫˚مره˚‬ ‫¸س‬ ‫´ دان‬

‫´صال كال´ ف‬
‫خلق لال ا ¸لن˚ ´ُّان ¸م ل˚‬ ‫˚م´ مد ب´ ˚ ¸ِبج´ ‪¹‬ق‬ ‫ق˚ ‪´.‬ي ¸ض‬
‫خار‬ ‫ن ص‬ ‫ي‬
‫´ي الناس‬
‫´‬

‫‪6‬‬
Pertemuan Kedelapan
Ragam Kondisi Isim (I’rab
Isim)

Pada pertemuan sebelumnya kita telah mengetahui bahwa isim


mengalami tiga perubahan, yaitu rafa’, nashab dan jarr, dan pada pertemuan ini
kita akan membahas bentuk perubahan itu dengan lebih rinci.
1. Rafa’
Isim yang mengalami kondisi rafa’ biasa ditandai dengan dhammah. Ada
beberapa hal yang menjadikan isim berada dalam kondisi rafa’, di antaranya adalah
ketika ia menjadi mubtada, fa’il, dan naib fa’il.
 Mubtada
Sebagaimana dijelaskan dalam pertemuan sebelumnya bahwa mubtada
adalah isim yang terletak pada awal kalimat, dan ia selalu berada dalam kondisi
rafa’. Contoh:

‫ت ´ت أ´ق´ ˚دا¸م ال˚ م´ ها ¸ت‬ ‫ال´ن‬


˚´ ˚‫ة‬
‫م‬
Kata yang digarisbawahi di atas berakhiran harakat dhammah karena ia
berposisi sebagai mubtada’.
 Fa’il
Sebagaimana dijelaskan dalam pertemuan sebelumnya, fa’il adalah isim
yang ada setelah kata kerja dan menandakan bahwa ia adalah yang melakukan
pekerjaan tersebut, dan ia selalu berada dalam kondisi rafa’. Para pakar bahasa
Arab mendefinisikan fa’il sebagai berikut:

‫إس˚ م مرفوع˚ تق د´ مه˚ فعل ود ل على ال ¸ذأ ف´ عل‬


´
6
‫ال¸ فعل‬
Isim marfu’ (dalam kondisi rafa’) yang didahului oleh fi’il dan menunjukkan bahwa
ialah yang menjalankan fi’il tersebut
Contohnya:

6
‫ب ˚خل¸ ´ص‬ ‫´ر´ ح ˚م‬.˚‫زق عل ي ال¸ قرط–ا ي‬¹‫م‬
´
‫ ˚ م‬.‫ا ل‬ ¸‫لال الط ال‬ ‫فا‬
˚
‫فا‬
‫ل ي ُّ¸ ر ق الُّا ¸ر ق ح ´ي ُّي¸ ر ˚ق وهو مؤم ˚ن‬
˚ ˚ ˚´
‫فا‬
Kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat dhammah karena mereka
berposisi sebagai fa’il.
 Naib Fa’il
Naib Fa’il adalah pengganti fa’il ketika kata kerjanya berbentuk kata
kerja pasif, seperti “memakan” berubah menjadi “dimakan”. Naib fa’il
didefinisikan sebagai berikut:

‫إس˚ م مرفوع˚ تق د´ مه فع ˚ل مب ن لل´ مرهو¸ل ل¸ي´ ˚ا ل ´م‬


‫´كا ´ن الفاع ¸ل‬
Isim marfu’ (dalam kondisi rafa’) yang didahului oleh fi’il yang pasif dan berfungsi
sebagai pengganti fa’il
Perubahan kata kerja bahasa Arab dari aktif menjadi pasif dilakukan
dengan merubah harakat kata kerjanya, pada fi’il madhi maka rumusnya adalah
dhammah di awal dan kasrah sebelum akhir, dan pada fi’il mudhari’ rumusnya
adalah dhammah di awal dan fathah sebelum akhir. Contohnya sebagai berikut:

˚‫ي´ ˚كت‬ ‫´كت´ ´ب‬ ‫ ن‬. ˚‫ي‬ ‫ن´ ´ص´ر‬ ‫ي´ ˚ض¸ ر‬ ‫´ض ر‬ (+) ‫املعلوم‬
‫˚ب‬ ‫˚ ´ص˚ر‬ ‫˚ب‬ ‫´ ´ب‬
´‫ي˚ ˚كت‬ ‫˚كت¸ ´ب‬ ‫ن‬. ˚‫ي‬ ‫ن˚ ¸ص´ر‬ ‫ي˚ ˚ض´ر‬ ‫˚ض¸ ر‬ (-) ‫اجملهول‬
‫˚ب‬ ‫´ ˚ص˚ر‬ ‫˚ب‬ ‫´ب‬

¹ ‫زي‬.˚´‫ي‬ ‫´زي‬ ‫ي´ تُّ˚ ´ ˚خ‬ ¸


´‫ا ˚ست‬ ‫ر¸س‬.˚˚‫ي‬ ‫أ˚´ر‬ (+) ‫املعلوم‬
‫˚ل‬
6
‫¸ ˚ن‬ ‫´ن‬ ‫¸ د˚ م‬ ‫˚خ´ د´ م‬ ‫´س‬
‫´ل‬
¸‫أ ˚ر‬ (-) ‫اجملهول‬
‫زي‬.˚´‫ي‬
‫˚ن‬ ¹ ´¸‫ن‬ ‫ي˚ تُّ˚ ´ ˚خ‬ ˚‫ا˚ ˚ست‬ ‫ر´ س‬.˚˚‫ي‬
‫˚ل‬ ‫س˚ ´ل‬
‫˚ زي‬ ‫´ د˚ م‬ ‫˚خ ¸د´ م‬

Naib fa’il berperan nyaris sama dengan fa’il, baik dari segi peletakannya
hingga cara kerjanya. Perbedaan antara keduanya hanyalah terletak pada bentuk
fi’ilnya yang berbeda. Berikut contoh naib fa’il dalam kalimat:

6
‫و خلق اُّلنا ن ضعي فا – ف إذا ق رئ القرآ ن فا ست ¸معوا له و ¸صتوا‬
´ ´ ˚ ˚ ˚ ´ ً ˚ ˚ ´
‫أ‬
˚‫´ن‬
‫ن فا‬ ‫ن فا‬
‫¸ل صبا „ح‬¹ ‫ف˚تح البا ˚ب ف ك‬
‫ن فا‬
Kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat dhammah karena mereka
berposisi sebagai naib fa’il.

2. Nashab
Isim berada dalam kondisi nashab karena beberapa hal, di antaranya adalah
karena ia berposisi menjadi maf’ul bih dan karena ada huruf nashab sebelumnya.
Berikut penjelasannya:
 Maf’ul Bih
Mudahnya, Maf’ul bih adalah objek. Para pakar bahasa Arab
menjelaskan definisi maf’ul bih sebagai berikut:

‫إس˚ م منصو ˚ب وقع علي¸ ه فعل الفاع ¸ل‬


˚
Isim manshub (dalam kondisi nashab) yang terkenai pekerjaan dari fa’il
Contoh:

‫م الستاذ التلمي´ ذ – خلق لال النُّا ´ن‬¹ ‫قرأ علي القرآ ´ن – عل‬
‫مب‬ ‫مب‬ ‫مب‬
Kata-kata yang digarisbawahi seluruhnya berharakat fathah karena mereka
berposisi sebagai maf’ul bih (objek).
 Diawali oleh Huruf Nashab
Salah satu yang bisa merubah kondisi isim menjadi nashab adalah hadirnya

harf nashab sebelum isim. Huruf nashab itu di antaranya adalah: ‫ ن ¸إ‬dan ‫ ن ´أ‬yang
6
merupakan harf taukid atau harf yang digunakan untuk menegaskan sesuatu, bisa
juga diartikan dalam bahasa Indonesia dengan “sesungguhnya.” Contohnya:
¸‫ن ا ¸لن ُّ˚ا ´ن ل‬¹ ‫حي ˚د – إ‬ ‫ن لال´ على ك ل شي„ ء ق´دي˚ر – ´وا ˚عل´موا أ ن‬¹ ‫إ‬
´ ¹
‫´في ُّخ„ ر‬ ¸ ‫ن لال‬
¹
‫´ غ‬
´
Kata-kata yang digarisbawahi berharakat fathah karena mereka didahului
oleh huruf nashab yaitu ‫ إن‬dan ‫أن‬.

Harf ‫ إ‬¹ ‫ ن‬dan ‫ أ‬¹ ‫ ن‬memiliki makna yang sama dan fungsi yang sama,
hanya
penempatannya yang berbeda. ‫ إن‬biasa diletakkan di awal kalimat sedangkan ‫أن‬
akan selalu berada di tengah kalimat.
Di antara harf nashab yang lain adalah: ‫ك‬Á ‫ ل‬¹‫ ن‬yang merupakan harf

istidrak atau harf yang digunakan untuk menyangkal pernyataan pada kalimat
sebelumnya, atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan dengan “namun”
atau “tetapi.”
Contohnya:
‫ك ل‬¹ ‫إن‬
´
¸
˚‫ ˚ه دأ ´م ˚ن ي´شاء‬.´‫´ب ´ت ´ولك ن لال´ ي‬.˚‫تدأ ´من أ ˚حب‬
Kata Allah dalam kalimat ini berharakat fathah karena ia didahului oleh
huruf nashab yaitu ‫لكن‬.

3. Jarr
Isim berada dalam kondisi jarr karena beberapa sebab, di antaranya
adalah karena didahului dengan harf jarr. Berikut penjelasannya:
 Setelah Huruf Jarr

6
Isim bisa berada dalam kondisi jarr jika didahului oleh huruf jarr. Huruf

ّ ،‫ عن‬،¸. . ‫ل‬
adalah: antaranya di jarr ‫ واو القُّم‬،‫حت‬ ، ‫ ´ك‬،¸. . . . .‫ ب‬،‫ ف‬،‫ على‬،‫ إل‬،‫من‬. ¸
Berikut penjelasan tentang masing-masingnya:

‫ ¸من‬memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menyatakan asal (dari)


atau menyatakan bagian (di antara). Contohnya:

‫أخذ زيد الكتاب ¸من املكتب¸ ة – ¸من الد ¸ب ´ت¸ ˚ف˚ي ˚ض ال صو ¸ت أما´ م‬
‫الستا¸ ذ‬

7
‫ إل‬berfungsi untuk menunjukkan tujuan (ke-) atau akhir dari tujuan
(sampai/hingga). Contohnya:
‫ر ¸د‬. . ‫ر ¸د اجرا¸م إل اُّمل‬. . ‫وله ل´ًي ل من اُّمل‬. . .‫ر لال برس‬.. . ‫ة – أس‬. . ¸‫ذهب علي إل املدرس‬
‫القصى‬
‫ على‬memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menunjukkan makna
“di atas” atau “ke atas.” Contohnya:
‫– ختم لال على قلو¸ِم وعلى مسع¸هم وعلى‬ ‫ ¸ب‬. ‫اذ ال´ قل´ ´م على املكت‬. ‫ت‬. . . . . ‫وض ع الس‬
‫أبصا ¸رهم غشاوة‬
‫ ف‬juga memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menunjukkan tempat
(di-), atau menyatakan sebab (karena). Contohnya:
„‫ف الفص¸ ل طلب كثية – دخلت امرأة˚ النا ر ف ¸ه رة‬
´
. . . .¸‫ ب‬memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menyatakan tempat (di-),
menyatakan sebab (karena), menunjukkan kondisi atau alat yang digunakan
(dengan). Contohnya:

˚‫´ا عليهم „ت أ‬. ‫ذين ´ح ر˚من‬. ‫¸من ال‬ ‫ة – ف‬. ¸‫دين‬. ‫ا ِبمل‬. ‫´عل¸ي‬ ‫ا ˚ن‬. ‫ل¸´ق ي عثم‬
´
‫„ ´بظ˚˚ل„ م‬
. ‫´ا ¸حل‬. ‫¸ب‬¹ ‫ط´ي‬ ‫ادوا‬. ‫ه‬
‫˚ت‬
‫ ا˚˚د ˚خل˚وا املُّرد ِدوء – فتا ˚ت فاطمة الباب ِبملفتا ¸ح‬-‫لم‬
. . ‫´ك‬ memiliki fungsi untuk menunjukan persamaan (seperti). Contohnya:

‫ك – ´ض ع ت´ ˚ك ن ح ل¸ن ´عل´ى‬ ‫ي ¸ف‬. . . . . ˚ُّ ‫ال‬.‫˚ت ك‬.‫ال´ وق‬


´ ˚ ˚ ´ ˚‫´قط‬. ˚‫´ل˚ ت‬
‫´ا‬ ‫كالن ˚ر¸ م ´ل‬ ‫´وا‬. ´‫ت‬ .‫ه˚ ق´ط´ ´ع‬.‫إ ˚ن ´ع‬

‫¸ ظ„ ر‬
‫ما¸ ء ´رف˚¸ي ˚ع‬. ‫´ ˚ه´ و ¸ت ال‬.‫ف‬
´
7
‫´ص´ ف ´اا‬

‫‪ memiliki fungsi yang banyak, di antaranya adalah menunjukkan‬ل¸‪. . . . . . . . . . . . . . . . . .‬‬


‫‪kepemilikan (punya), atau tujuan (kepada/untuk). Contohnya:‬‬
‫هذا الكتاب حملم „د – أ´ ˚عط˚´ي ˚ت الكتاب ل´ ¸عل¸ „ي – إنا الص‪. . . .‬دقات ل¸لفقراء واُّمل‪. . . . .‬اكي‬
‫‪¹‬‬
‫والعاملي عليها واملؤلفة قِلوم وف الرقاب والغارمي وف سبيل لال وابن الُّبيل‬

‫‪7‬‬
‫ ّحت‬memiliki fungsi menunjukkan akhir dari tujuan (sampai). Contohnya:
‫ف „س ف ´حيايت‬.´ ´‫أ˚دافع عن ¸دين ّحت آخ¸ ر ن‬
‫ و‬memiliki banyak fungsi, seperti menjadi kata sambung (dan), kata
permulaan, dan kata sumpah (demi), namun yang bisa menjadikan isim berubah
menjadi jar hanya yang berfungsi sebagai kata sumpah, atau yang biasa disebut
dengan waw qasam. Contohnya:

‫ و ¸لال‬- ‫ن النُّان فل ي ˚ُّخر – وال ُّما¸ ء والط ار¸ق‬¹ ‫وال´ عص¸ ر إ‬

KAIDAH
Terdapat tiga kondisi i’rab untuk isim, yaitu:
Rafa’ jika ia menjadi mubtada, fa’il dan naib fa’il.
Nashab jika ia menjadi maf’ul bih dan didahului oleh harf nashab.
Jarr jika ia didahului oleh harf jarr

LATIHAN
 Lengkapi harakat kata yang digaris bawahi lalu sebutkan penyebab
harakat akhirnya!
Contoh:

‫ق ¸ش على اج´ ´رر‬. ˚ ‫¸صغ´ر كالن‬¹ ‫التعلم ف ال‬


‫ كالن‬. ˚‫ ´ش¸ ق‬: berharakat kasrah karena ia didahului oleh huruf jarr yaitu ‫´ك‬

‫جلُّت عائشة على الكرس ي‬


¹
‫أكل عل ي اج˚˚بز‬ ‫ي´ تُّ˚ ´ ˚اي¸ي الط ال¸ب من‬
¹ ‫ن ممدا‬¹ ‫الستاذ أشهد أ‬

7
‫رسول لال‬

‫‪7‬‬
‫´عل‬. ´‫َ يتهد الطالب ف الت‬ ‫ق˚تل أصااب الخدود‬
‫م أرسل لال ال˚ر ˚سل إل الناس‬ ‫ل‬¹ ‫الصب ي˚عي على ك‬
‫عمل‬

 Isilah titik-titik di bawah


ini! Contoh:

‫´رك¸ ´ب ´عل¸ ي ال‬


‫ركب‬: Jenis Kata: Fi’il Madhi, Kondisi: Mabni, Tanda: Fathah ‫يُّ ا´ ر´ة‬
‫علي‬: Jenis Kata: Isim, Posisi: fa’il, Kondisi: rafa’, Tanda: dhammah
‫اُّليارة‬: Jenis Kata: Isim, Posisi: maf’ul bih, Kondisi: nashab, Tanda: fathah

‫م´ لب¸ ´س ¸ف‬. ´‫´غ ´ُّ ´ل أ´ ˚ح´ ˚د ال‬


‫اج´ ما¸م‬
‫ُّغ ل‬ :Jenis kata: kondisi: tanda:

kondisi:
‫أحد‬ :Jenis kata:
posisi:
kondisi:
tanda:
‫ امللبس‬:Jenis kata: posisi:
tanda:

tanda: kondisi: kondisi:


‫ف‬ :Jenis kata:

‫اجمام‬ :Jenis kata:


posisi:

tanda:

7
 Lengkapilah harakat untuk setiap kata dalam sejumlah kalimat di
bawah ini!

‫´َيرأ املاء من الب´ل إل الُّا ¸حل‬


‫´ف¸ رح الناس‬. ´‫نزل املطر من الُّماء ف‬
‫به‬

7
‫الطلب يت´و ضأون ويصلون ف ُّمرد املدرسة‬
‫فتات فاطمة النافذة فرأت ال´ ‪.‬م˚نظ´ر المي ´ل وتب‬

‫ُّمت‬
‫ا¸ ˚عل´م أن الدب أ´ ´ه م من العلم!‬
‫الغلم يلعبون ˚ك´رة ال´ ق´ د¸م ف امليدان ف ا ُّ‬
‫ل‪.‬ماء‬

‫‪7‬‬
Pertemuan Kesembilan
Ragam Kondisi Fi’il Mudhari’ (I’rab Fi’il Mudhari’)

Pada pertemuan sebelumnya kita mengetahui bahwa fi’il mudhari’


mengalami tiga perubahan kondisi (ir’ab) yaitu rafa’, nashab dan jazm. Pada
pertemuan kali ini kita akan membahas ketiga kondisi tersebut lebih detail.
1. Rafa’
Fi’il mudhari’ berada dalam kondisi rafa’ jika tidak didahului oleh huruf
nashab dan huruf jazm. Dan biasanya ia akan ditandai dengan harakat dhammah.
Contoh:

‫يتعلم ممد بع´ د صل¸ ة العشاء‬


˚
Kata yang digarisbawahi di atas berharakat dhammah karena tidak
didahului oleh huruf nashab ataupun huruf jazm. Kondisi ini disebut dengan
kondisi rafa’ bagi fi’il mudhari’.
2. Nashab
Fi’il mudhari’ berada dalam kondisi nashab jika didahului oleh salah satu

dari huruf nashab, yaitu ‫˚ أ‬،‫˚ ل ن‬،‫˚ ´إذ ن‬،‫كي ن‬. Dan ia akan ditandai dengan harakat
fathah. Contoh:

‫´ن´ا´ ل ال ˚ج´ر إل ِبلخلص‬.‫´ف ´ف ع˚نكم – لن ت‬¹¸‫ي˚ريد لال أ ˚ن ˚َي‬


Kata yang digarisbawahi di atas berharakat fathah karena ia didahului oleh
huruf nashab.
3. Jazm
Fi’il mudhari’ berada dalam kondisi jam jika didahului oleh salah satu
dari huruf jazm, yaitu ‫ل‬"‫ "ل‬،‫ "إن" الناهية‬،‫المر لم لشرط‬،. Contoh:
‫´ن ´ر ˚ح ف‬.˚‫ع˚¸ر خ دك لناس – إ ˚ن تعل ˚م ت‬. . . ¹‫ن لال ير – ول ت˚ ´ص‬¹ ‫أل يعل ˚م ِب‬
‫المتاان‬

7
‫ل¸ي˚‪˚.‬ن¸ ف ˚ق ذو ´س´ ع„ ة ¸من ´س´ عت¸ ¸ه‬

‫‪7‬‬
Kata yang digarisbawahi di atas berharakat sukun karena ia didahului
oleh huruf jazm.

KAIDAH
Terdapat tiga kondisi i’rab untuk fi’il mudhari’, yaitu:
Rafa’ jika ia tidak didahului oleh huruf nashab ataupun jazm.
Nashab jika ia didahului oleh huruf nashab.
Jazm jika ia didahului oleh huruf jazm

LATIHAN
 Lengkapi harakat huruf yang bergarisbawah lalu jelaskan penyebab
dari harakat akhirnya!

‫´´ لم ´ير˚فث ول ي´ف ˚ُّق ´ر´ ج ´ع كيو¸م ول‬.‫من ح ج هلل ف‬


‫´ ´دت˚ه أ˚ مه‬
‫والذأ أط´ مع أن يغفر يل خطيئيت يوم الدين‬
¸‫ما ن ¸دم عبد على طاعة لال‬
´
‫ع¸ م‬. ´ ‫لن يهدأ لال بك ´ر ˚جل خي˚ لك من ˚ح¸˚ر الن‬
‫ل ˚ن أييت النراح ِبلنوم والُّك ل‬
‫إن لال يغفر الذنو ´ب مجيعا‬

 Jelaskan 1) jenis kata, 2) posisi kata, 3) kondisi kata, 4) penyebab


kondisi tersebut, dan 5) tanda kondisi dari kata yang digarisbawahi
dari kalimat berikut!

¸ ‫فعك عمل˚ك إن ل ˚تلص نيت´ك هلل‬. ´‫ ن‬.˚‫لن ي‬


´
‫ل ت˚صاحب إل مؤمنا ول أيكل طعامك إل ت´ق ي‬
8
Pertemuan Kesepuluh
Latihan Mendeskripsikan Kata (Meng-I’rab)

Mendeskripsikan kata (meng-i’rab) adalah menjelaskan status sebuah


kata dalam suatu susunan kalimat secara terperinci, bertujuan untuk
mengetahui komposisi sebuah kalimat dengan detail dan memastikan kebenaran
penerapan teori-teori nahwu dalam kalimat tersebut hingga kalimat itu dapat
dipahami dengan baik. Ini diperlukan agar kita tidak salah dalam memaknai
kalimat karena kesalahan dalam menentukan posisi kata dan salah
memberikan harakat.
Setidaknya ada empat hal yang dijelaskan saat mendeskripsikan kata
dalam suatu susunan kalimat. Beberapa hal itu adalah:
 Jenis Kata
 Posisi Kata dalam Kalimat
 Kondisi Kata
 Tanda Kondisi Kata

Mendeskripsikan Isim
Mendeskripsikan isim dapat dilakukan dengan mengikuti urutan sebagai
berikut:
1. Posisi isim dalam kalimat
2. Kondisi isim (dengan penyebabnya)
3. Tanda kondisinya.
Contohnya:

‫قرأ مم ˚د الكتا ´ب‬


‫ فاعل مرفوع وعلمة رفعه ضمة‬:‫ممد‬
Fa’il dalam kondisi rafa’, dan tanda rafa’-nya adalah dhammah

8
‫الكتاب‪ :‬مفعول به منصوب وعلمة نصبه فتاة‬

‫‪8‬‬
Maf’ul bih dalam kondisi nashab, dan tanda nashab-nya adalah fathah
Terkadang juga dilakukan dengan menyebut jenis kata tanpa
menyebutkan posisinya dalam kalimat, seperti dalam kata ‫ الفصل‬di bawah ini:
‫ن الستاذ ف الفصل‬¹ ‫إ‬
‫ إسم إن منصوب وعلمة نصبه فتاة‬:‫الستاذ‬
Isim inna dalam kondisi nashab dan tanda nashab-nya adalah fathah
‫ف" وعلمة جره ُّكرة‬."‫ إسم جمرور ب‬:‫الفصل‬
Isim dalam kondisi jarr karena “fi” dan tanda jarr-nya adalah kasrah

Mendeskripsikan fi’il
Mendeskripsikan fi’il dapat dilakukan dengan mengikuti urutan sebagai
berikut:
1. Jenis fi’il
2. Kondisi fi’il (dengan penyebabnya)
3. Tanda kondisinya.
Contohnya:

:‫لن ت´نال العلم إل ِبلتعلم تنال‬


‫لن" وعلمة نصبه فتاة‬."‫فعل مضارع منصوب ب‬
Fi’il mudhari’ dalam kondisi nashab karena “lan” dan tanda nashab-nya
adalah fathah

‫م عل ي أما´ م‬¹ ´‫تكل‬


¹
‫ فعل ماض مبن على الفتح‬:‫الفصل تكلم‬
Fi’il madhi dengan kondisi mabni dengan fathah.

Mendeskripsikan harf
Mendeskripsikan harf dapat dilakukan dengan mengikuti urutan berikut:
1. Jenis harf
2. Kondisi harf

8
3. Tanda kondisi tersebut
Contoh:

:‫كتبت على القرطاس ِب قل لم على‬


‫حرف جر مبن على اُّلكون‬
Harf jarr dengan kondisi mabni dengan sukun.
‫ حرف جر مبن على الُّك ر‬: .‫ب‬
Harf jarr dengan kondisi mabni dengan kasrah.

KAIDAH
I’rab secara bahasa artinya adalah menjelaskan.
I’rab yang dimaksud di sini adalah menjelaskan status sebuah kata dalam suatu susunan kalimat secara terperinci.
Empat hal yang biasa dijelaskan dalam mendeskripsikan kata: 1) jenis kata,
2) posisi kata, 3) kondisi kata (dan penyebabnya), 4) tanda kondisi tersebut.

LATIHAN
 Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan
setiap kata di dalamnya!

‫ل مكتب وعلى‬.. . . . . . .‫ف الفص‬ ‫ي´عيش الُّمك ف الب´ ˚ار ت´كن˚س فاطمة الغرفة ف اماُّل ء‬

‫املكتب كتاب‬

‫ك إل‬.‫ايت‬.‫لن تبلغ غ‬ ‫أريد أن أَنح ف المتاان‬ ‫ل تكاس ˚ل ف التعلم‬

‫ِبل˚ ˚هد‬
8
‫والتعب‬

‫‪8‬‬
Pertemuan Kesebelas
I’rab Isim Mutsanna dan Jama’

Bahasa Arab memiliki aturan tersendiri dalam menjelaskan kata yang


berjumlah. Jika noun dalam bahasa Inggris terbagi menjadi dua, yaitu singular dan
plural yang perbedaan antara keduanya terdapat pada huruf “s” di belakang kata
plural, maka isim dalam bahasa Arab terbagi menjad tiga, yaitu mufrad untuk
satu, mutsanna untuk dua dan jama’ untuk tiga dan seterusnya. Dan setiap jenis
isim itu memiliki aturan i’rab yang berbeda. Berikut penjelasannya:

.Mufrad 1 )‫(املفرد‬

Mufrad adalah isim yang berjumlah satu. Seperti kata ‫ عل ممد‬،‫كتاب ي‬،
¹
yang merupakan isim mudzakkar atau seperti ‫ كراس‬.. . . . . . . .،‫س ة‬.. ... . . . . .،‫ف بورة‬..‫اطم‬..‫ ة‬yang
merupakan isim muannats. Dalam i’rabnya, Isim mufrad biasa ditandai dengan
harakat, yaitu dhammah untuk kondisi rafa’, fathah untuk kondisi nashab, dan
dhammah untuk kondisi jarr. Contohnya:

‫انتهي ˚ت من قراء¸ ة هذا الكتا‬ ‫الكتا ˚ب على الكرسي قرأ علي الكتا ´ب‬
‫¸ب‬
‫˚ت على‬ ‫كتب‬ ‫ُّما ˚ت الُّبور´ة‬ ‫و´رة˚ أما´ م الفص ¸ل‬. ˚ ُّ‫ال ب‬
¸‫الُّبورة‬

2. Mutsanna )‫(املثىن‬
Mutsanna adalah isim yang berjumlah dua, ia biasa ditandai dengan alif dan

nun di belakangnya, seperti ‫ ممدان‬،‫ كراس كتاِبن‬.،‫س تان‬.. . . ‫بورتان‬،. I’rab bagi isim
mutsanna ditandai dengan huruf, yaitu alif untuk kondisi rafa’ dan ya untuk kondisi

8
nashab dan jarr. Contohnya:

8
‫´و ´ض ˚ع ˚ت الغل‬ ‫اشتي ˚ت كتابي من الدكان‬ ‫ف ال د˚ رج كتاِبن‬
‫´ف للكتابي‬
‫مررت بُّيارتي ف الطريق‬ ‫رأيت سيارتي ف الطريق‬ ‫ف الطريق سيارتان‬
3. Jama’ )‫(اجلمع‬
Jama’ adalah isim yang menunjukkan bilangan di atas dua, yaitu tiga dan
seterusnya. Terdapat dua jenis kata jama’ yaitu jama’ salim dan jama’ taksir, dan
masing-masingnya memiliki aturan i’rab masing-masing sesuai dengan
pembagiannya. Berikut penjelasannya:
salim Jama’  )‫(اجلمع السامل‬
Jama’ salim adalah isim yang menunjukkan bilangan tiga dan selebihnya
yang perubahannya adalah dengan menambahkan dua huruf di belakang isim
sesuai dengan jenisnya. Ia memiliki dua macam, yaitu:

salim mudzakkar Jama’ o )‫ا ُلّال‬ ‫(مجع املذكر‬


Jama’ mudzakkar salim adalah jama’ yang diperuntukkan untuk makhluk
yang berakal dan berkelamin laki-laki, seperti manusia, jin dan malaikat.
Tambahan untuk jama’ mudzakkar salim adalah huruf waw dan nun di akhir
kata,

seperti ‫ مؤ¸من‬menjadi dirubah ‫مؤمنون‬, dan ‫ملم‬


ُّ menjadi dirubah ‫ ُّملمون‬.
Tanda i’rab untuk jama’ mudzakkar salim adalah huruf waw untuk kondisi
rafa, dan huruf ya untuk kondisi nashab dan jarr. Contoh:

‫ام ُّلمون ي˚ ´صل ون ف املُّرد‬ ‫قد أفلح املؤمنون‬


‫رحم لال الؤمني‬ ‫ا لهم ارح ˚م‬
‫كتب لال على املؤمني الصيا´ م‬ ‫املؤمني اللهم اغفر‬
‫لمؤمني‬
salim muannats Jama’ o )‫ا ُلّال‬ ‫(مجع املؤنث‬
8
Berbeda dengan jama’ mudzakkar salim, Jama’ muannats salim tidak hanya
diperuntukkan untuk makhluk yang berakal dan berkelamin perempuan, namun

8
juga terkadang digunakan untuk mashdar yang hurufnya lebih dari tiga, isim

yang diakhiri dengan alif mamdudah seperti ‫زهراء‬, isim yang diakhiri dengan alif
maqshurah

seperti ‫ذكر‬, ataupun isim yang berupa kata serapan dari bahasa lain.
Tanda i’rab untuk jama’ muannats salim adalah harakat dhammah untuk
kondisi rafa’, harakat kasrah untuk kondisi jarr, dan kasrah pengganti fathah untuk
kondisi nashab. Contoh:

˚‫لإلسم علما ˚ت ثلثة‬ ‫ف املدرسة طالبا ˚ت‬


‫´ع´ د ˚د ˚ت علما‬ ‫دعا الستاذ الطالبا ¸ت‬
‫„ت إللسم‬
‫لإلسم ثلثة˚ علما „ت‬ ‫مررت بطالبا „ت‬

taksir Jama’  )‫(مجع التكسري‬


Mudahnya, Jama’ taksir adalah jama’ yang tidak ditambahi waw dan nun
atau alif dan ta sebagaimana yang kita lihat dalam jama’ salim. Jika dilihat dari
namanya, jama’ taksir berarti memecah atau merusak, karena perubahan katanya
dilakukan dengan cara “merusak” kata mufradnya, baik dalam bentuk
tambahan, pengurangan ataupun perubahan harakat. Jama’ jenis ini cukup
banyak dan cukup menyulitkan, karena mengetahuinya harus dengan menghafal,
tidak seperti jama’ salim yang tinggal mengikuti kaidah penambahan dua huruf
itu. Contohnya:

9
‫أ˚ ˚س ˚د‬ ‫أ´ ´س‬ ‫أ´ ´س ˚د‬ ‫˚كت˚ ˚ب‬ ‫كتِابن‬ ‫كتاب‬
‫¸‬
‫´ دا ن‬ ‫´د˚ ر´ سا ¸ن ˚د˚ ر˚و ˚س‬ ‫´د ˚ ر ˚ س‬
‫˚جي˚ ‪˚.‬و ˚ب‬ ‫´ج˚ي‪.‬ب´ا‬ ‫´ ج˚ ي‬
‫¸‬ ‫˚ب‬ ‫ق‪´.‬ل´ ´ما ¸ن أ´ق´ ˚ل˚ م‬ ‫م˚ ´ل‪´.‬ق‬
‫ن‬
‫غ˚˚رف‪´.‬ت´ا ¸ن غ´˚ر ˚ف‬ ‫غ˚˚رف´ة˚‬
‫أ´ ˚ش ´را˚ر‬ ‫´ش ر ر ´ش ´ ر‬
‫´ را ¸ ن‬ ‫´ ˚‬ ‫˚´َب´را ¸ن ¸َب´ا˚ر‬ ‫˚´َب˚ر‬

‫‪9‬‬
‫ع˚ ما˚ ل‬ ‫´عا¸ م´ ل ¸ن‬ ‫´عا¸ م ˚ل‬ ‫ط˚ ل ˚ ب‬ ‫ط´ال¸ب´ا‬ ‫ط´ال¸ ˚ب‬
˚‫أ´ ˚ش¸ رب´ة‬ ‫´ت´ا ¸ن‬.‫˚ش˚رب‬ ˚‫˚ش˚رب´ة‬ ‫¸ن‬
˚‫أ´ل˚ ¸نُّ ´ة‬ ‫ل¸ ُّ´ا´ان‬ ‫ل¸ ´ُّا ˚ن‬
˚‫ي´ة‬.‫ف˚¸ت‬ ‫´ي´ا ¸ن‬.‫´ت‬.‫ف‬ ‫ف´ ´ّت‬
‫¸ن‬
Tanda i’rab untuk jama’ taksir ini sama dengan isim mufrad, yaitu dhammah
untuk kondisi rafa’, fathah untuk kondisi nashab, dan kasrah untuk kondisi jarr.
Contoh:

‫ف اليب أقل˚ م‬ ‫على املكتب ˚كت˚ ˚ب‬


‫و ´ض ˚عت القل´ م على‬ ‫اش´´ تي˚ ˚ت من ال د‬
‫املكتب‬ ‫˚ًبا‬.‫كان ˚كت‬
¸‫´ن‬.‫لألقل¸م ألوا ˚ن ˚مت‬ ‫˚ت إل املكتبة لشرا¸ ء ال‬ ‫ذ هب‬
˚‫´و´ عة‬¹ ‫˚كت˚ ¸ب‬
KAIDAH
- Berdasarkan jumlahnya, isim terdiri dari tiga macam: mufrad untuk satu,
mutsanna untuk dua, dan jama’ untuk tiga dan selanjutnya.
- Isim mufrad menggunakan harakat dhammah untuk tanda rafa’, fathah untuk
nashab, dan kasrah untuk jarr.
- Isim mutsanna menggunakan huruf alif untuk tanda rafa’, huruf ya untuk
nashab dan jarr.
- Isim jama’ memiliki dua jenis, yaitu jama’ salim dan jama’ taksir. Jama’ salim
memiliki dua jenis:. Jama’ mudzakkar salim menggunakan huruf waw
dan nun untuk tanda rafa’ dan ya dan nun untuk nashab dan jarr. Jama’
muannats salim menggunakan harakat dhammah untuk tanda rafa’, kasrah
untuk jarr, dan kasrah pengganti fathah untuk kondisi nashab. Sedangkan
jama’ taksir menggunakan dhammah untuk rafa’, fathah untuk nashab, dan
kasrah untuk jarr.

9
‫‪LATIHAN‬‬
‫‪‬‬ ‫!’‪Ubahlah isim mufrad di bawah ini menjadi mutsanna dan jama‬‬
‫ُّملم – ُمّلمة – راحم – سيارة – كتاب – جهاز ‪ -‬اجتهاد‬
‫‪‬‬ ‫‪Lengkapilah harakat untuk kalimat di bawah ini‬‬
‫ير الظاملون النار بعيدا‬
‫ف املدرسة تعلمنا الدروس ال‪˚ .‬مت‪´.‬ن¸‪´¹‬و´ عة´‬
‫إن املفاز لمتقي‬
‫الطلب َيلُّون على الكرسي‬
‫الرحن يرحم الراحي‬
‫دخل الطلب إل فصولم‬
‫‪‬‬ ‫‪Berilah harakat untuk kalimat di bawah ini dan deskripsikan setiap‬‬
‫‪katanya! Contoh:‬‬

‫ال‪˚ .‬م لُّ˚ ¸ ˚م˚ و´ ن ي˚ ´صل ˚ و´ ن ¸ف ال´ ‪.‬م‬


‫ُّ˚ ¸ر ¸د‬
‫ام ُّلمون‪ :‬مبتدأ مرفوع وعلمة رفعه واو لنه من مجع املذكر ااُّل ل‬
‫يصلونفعل مضارع مرفوع وعلمة رفعه واو‬
‫‪ :‬حرف جر مبن على اُّلكون‬ ‫ف‬
‫ام ُلّرد ‪ :‬إسم جمرور ب"‪.....‬ف" وعلمة جره ُكّرة‬
‫أل لستاذ قلمان‬
‫اشت ممد كتبا وقلمي من الدكان‬
‫الطلب انشطون ف التعلم‬

‫‪9‬‬
Pertemuan Kedua Belas
Perubahan Kondisi Mubtada dan Khabar dengan Fi’il Nasikh

Sebagaimana yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya bahwa


al- Jumlah al-ismiyyah terdiri dari mubtada dan khabar. Mubtada adalah isim yang
berada di awal kalimat dan khabar adalah bagian pelengkap dari sebuah kalimat,
dan keduanya akan selalu berada dalam kondisi rafa’. Namun ternyata kondisi
ini bisa berubah dalam beberapa kasus, di antaranya adalah ketika mubtada dan
khabar

didahului oleh sejumlah fi’il


berikut:
،‫ى‬..‫ ُّأم‬،‫اى‬.‫ أض‬،‫ بح‬.. ‫ أص‬،‫ ليس‬،‫ار‬.‫ ص‬،‫كان‬

‫ ِبت‬،‫ظل‬.
Sejumlah fi’il di atas jika masuk ke dalam susunan mubtada dan khabar
maka akan merubah susunan tersebut, ia akan menjadikan mubtada tetap pada
kondisi rafa’ dan merubah kondisi khabar yang tadinya rafa’ menjadi nashab.
Sebutan untuk dua kata itu pun kemudian berubah, tak lagi mubtada dan khabar
tapi kata pertama disebut isim untuk kata tersebut seperti isim kana, isim
ashbaha, isim shara, dsb. dan kata kedua disebut sebagai khabar untuk kata
tersebut seperti khabar kana, khabar ashbaha, khabar shara, dsb.
Contoh:

‫مط˚´ر‬. ´‫´كا ´ن ال‬ ‫ ´مطر ´غ¸ ز˚ير‬. ´‫ال‬


‫ً˚را‬.‫´غ¸ زي‬
‫إ كان خ كان‬ ‫خ‬ ‫م‬
‫ كان‬menunjukkan waktu lampau namun tidak spesifik, ia menandakan
bahwa kejadian itu benar telah terjadi. Kata al-mathar pada kalimat pertama adalah
9
mubtada dan kata ghazir adalah khabar, namun ketika kata “kana” masuk ke
dalamnya maka susunannya pun kemudian jadi berubah, kata al-mathar yang

9
tadinya mubtada kemudian berubah menjadi isim kana dan kata ghazir yang tadinya
khabar berubah menjadi khabar kana dan kondisinya pun berubah menjadi
nashab.
Contoh lain dapat kita lihat pada kalimat berikut:

‫صار ال و مج ًي ل‬ ‫´و ¸´مج˚يل‬¹‫ال‬


‫إ صار خ صار‬ ‫م خ‬
‫ صار‬menunjukkan sebuah proses perubahan, masuknya kata itu ke dalam
mubtada dan khabar menunjukkan bahwa proses perubahan telah terjadi. Kata
al- jaww pada kalimat pertama adalah mubtada’ namun di kalimat yang kedua ia
berubah menjadi isim shara meski masih dalam kondisi rafa’, sedangkan kata jamil
pada kalimat pertama adalah khabar yang berada dalam kondisi rafa’ namun
pada kalimat kedua ia berubah menjadi khabar shara dengan kondisi nashab.
Contoh lain:
¸ ‫الط ا¸لب ˚مت´ ´كا ¸سل‬
´‫ل˚´ي ´س الط ال ˚ب ˚مت‬
‫´كا ¸ًس ل‬
‫إ ليس خ ليس‬ ‫خ‬ ‫م‬
‫ ليس‬digunakan untuk pengingkaran, kurang lebih artinya adalah “bukan”
atau “tidak”. Kata al-thalib dalam kalimat pertama adalah mubtada, dan di kalimat
kedua ia menjadi isim laisa meski kondisinya sama-sama rafa’, sedangkan kata
mutakasil di kalimat pertama adalah khabar yang rafa’ lalu berubah menjadi khabar
laisa dengan kondisi nashab.
Di antara fi’il lain yang memiliki fungsi yang sama seperti tiga fi’il di
atas dapat kita lihat dalam contoh berikut:

9
‫فعل‬
‫مثال‬ ‫املبتدأ واخلب‬ ‫معن‬
‫انسخ‬
‫أصبح التلميذ نشيطا‬ ‫التلميذ نشيط‬ ‫التوقيت ِبلصبح‬ ‫أصبح‬
‫أضاى الو معتدل‬ ‫الو معتدل‬ ‫التوقيت ِبلضاى‬ ‫أضاى‬
‫أُّم ى العامل متعبا‬ ‫العامل متعب‬ ‫التوقيت ِبماُّل ء‬ ‫أُّم ى‬
‫ظل الغبار اثئرا‬ ‫الغبار اثئر‬ ‫التوقيت ِبلنهار‬ ‫ظل‬
‫¸ما‬¹ ‫ِ بت املريض ˚متأل‬ ¹ ‫املريض ˚متأ‬ ‫التوقيت ِبلليل‬ ‫ِ بت‬
‫¸ل‬

Sejumlah fi’il tersebut sering disebut dengan al-Af’al al-Nasikhah ( . . . . . . .‫خ‬..‫ة‬


‫ع‬Á‫الف‬..‫الن ال‬..‫اس‬.)
yang artinya fi’il-fi’il yang menghapuskan, karena mereka
menghapus kondisi dari khabar yang asalnya dalam kondisi rafa’ menjadi
kondisi
nashab.

KAIDAH
- Al-Af’al al-Nasikhah bisa masuk ke dalam al-jumlah al-ismiyyah lalu merubah kondisi dari mubtad
‫اى‬.....‫ أض‬،‫بح‬.....‫ أص‬،‫ ليس‬،‫ار‬. ‫ ص‬،‫كان‬، adalah: al-Nasikhah al-Af’al antara Di -
‫ ِبت‬،‫ ظل‬،‫أُّم ى‬

LATIHAN
 Masukkanlah salah satu fi’il nasakh ke dalam al-jumlah al-ismiyyah di

9
bawah ini!

9
‫ال˚ مر ´س ˚هل ¸إذا ˚و¸ س‬ ‫الغلمان يتيمان‬ ‫ا لطريق ˚م˚ز´د ¸حم‬
‫´ د إ´ ¸ل أ˚ ´هله‬
‫ام ُّلمون صابرون على البلء‬ ‫الطلب انشطون‬ ‫الصب ضاحك‬
‫ممد ˚˚جمت¸ ´هد ف التعلم‬
‫‪‬‬ ‫)‪Berilah harakat untuk kalimat di bawah ini lalu deskripsikan (i’rab‬‬
‫‪setiap kata di dalamnya! Contoh:‬‬

‫‪ :‬فعل ماض انسخ مبن على الفتح ‪ :‬إسم‬ ‫أصبح امالء ثلرا‬
‫أصبح أصبح مرفوع وعلمة رفعه ضمة ‪ :‬خب‬
‫امالء أصبح منصوب وعلمة نصبه فتاة‬
‫ثلرا‬
‫أُّمى الطلب ˚م˚تع¸بي ِ بت الُّماء ˚ُم˚‬ ‫كان ممد طالبا ف املدرسة‬
‫¸طرا‬
‫ظل العمال ُمّتحي‬ ‫أصبح التلميذ جمتهدا‬ ‫ِ بت اليوش ساهرين‬
‫‪‬‬ ‫‪Buatlah dua buah al-jumlah al-ismiyyah lalu masukkanlah fi’il nasakh ke‬‬
‫!‪dalamnya‬‬

‫‪9‬‬
Pertemuan Ketiga Belas
Perubahan Mubtada dan Khabar dengan Harf Nashab

Pembahasan pada pertemuan kali ini hampir sama dengan


pembahasan pada pertemuan sebelumnya, yaitu tentang mubtada dan khabar
yang kondisinya berubah karena sesuatu hal. Jika pada pertemuan kemarin
penyebab perubahan itu adalah fi’il nasikh maka pada pertemuan kali ini
penyebabnya adalah harf nashab.

Di antara harf nashab yang merubah kondisi mubtada dan khabar adalah ‫ إ‬¹،‫ أ ن‬¹،‫ن‬

‫ لعل‬،‫ ليت‬،‫ن‬¹ ‫ لك‬،‫كأن‬.


Sejumlah harf di atas akan merubah mubtada menjadi nashab dan
menjadikannya sebagai isim dari harf tersebut, seperti isim inna, isim anna, isim
kaanna, dsb. Ia juga menjadikan khabar dalam kondisi rafa’ dan menjadikannya
sebagai khabar dari harf tersebut, seperti khabar inna, khabar anna, khabar kaanna,
dsb.
Contohnya:

‫إ ن لال´ رحي˚ م‬ ‫لال˚ ´رحي˚ م ب¸ع¸با¸ ده‬


‫بعباده‬ ‫م خ‬
‫ن خ إ‬¹ ‫إ إ‬
‫ن‬¹
‫ إ‬¹ ‫ ن‬adalah harf yang menunjukkan penegasan, kurang lebih ia bermakna
“sesungguhnya”. Ketika ia masuk ke dalam sebuah al-jumlah al-ismiyyah, ia
akan merubah mubtada menjadi nashab dan menjadikan khabar menjadi rafa’,

berbalikan dengan ‫ كان‬dan sebagainya yang kita pelajari pada pertemuan yang lalu.

1
Contoh lainnya:

¸ ‫وا عل´ موا أ´ ن لال‬


´ ˚ ˚ ‫لال˚ ¸´مس˚ي ˚ع ´عل˚¸ي˚ م‬
‫´مس˚ي ˚ع ´عل˚¸ي˚ م‬
‫ن‬¹ ‫ن خ أ‬¹ ‫إ أ‬ ‫م خ‬
‫ أ‬¹ ‫ ن‬memiliki makna yang sama dengan ‫ إ‬¹ ‫ ن‬hanya saja penggunaan
keduanya yang berbeda. ‫ إ‬¹ ‫ ن‬biasa digunakan di awal kalimat atau awal penggalan

kalimat, sedangkan ‫ أ‬¹ ‫ ن‬akan selalu digunakan di tengah kalimat.

Contoh lain adalah ‫لك‬


¹‫ ن‬yang berada di tengah kalimat:
‫أ´´ر˚د ˚ت أ´ن أ ˚ذ´ هب ¸إل ال´ا¸ معة ولك ن‬ ‫˚ر‬.˚‫مط˚´ر ´غ¸ زي‬. ´‫ال‬
‫˚ر‬.˚‫مط´´ر ´غ¸ زي‬. ´‫ال‬
‫ن‬¹ ‫ن خ لك‬¹ ‫إ لك‬ ‫خ‬ ‫م‬
‫ك‬Á Á Á‫ ل‬¹‫ ن‬merupakan harf istidrak atau harf yang digunakan untuk

menyangkal pernyataan pada kalimat sebelumnya, bisa juga diartikan dengan


“namun” atau “tetapi.”
Beberapa contoh lain dapat kita lihat dalam tabel berikut:

‫املثال‬ ‫املعن‬ ‫اجرف‬


‫كأن وج´ هه ِش ˚س‬ ‫تشبيه املبتدأ ِبخلب‬ ‫ن‬¹ ‫كأ‬
˚‫طالعة‬
‫ليت الشبا ´ب عائ ˚د يوما‬ ‫للتمن‬ ‫ليت‬
‫´و´ما ت´ ˚د ¸رأ ل´ ´ع ل‬ ‫لل تجي‬ ‫لعل‬
˚‫ال ُّا ´عة´ آت¸ي´ة‬

1
‫‪KAIDAH‬‬
‫‪- Harf nashab yang masuk ke dalam sebuah al-jumlah al-ismiyyah akan menjadikan mubtada-nya d‬‬
‫‪ adalah isim untuk nashab huruf antara Di -‬إ ‪¹‬ن‪ ،‬أ ‪¹‬ن‪ ،‬كأ ‪¹‬ن‪ ،‬لك ‪¹‬ن‪ ،‬ليت‪ ،‬لعل‬

‫‪LATIHAN‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Masukkanlah harf nashab ke dalam kalimat di bawah ini lalu‬‬
‫!‪jelaskan perubahannya‬‬

‫الشيطان لإلنُّان عد‪¹‬و مبي‬ ‫المر ُّبيط ام ُّلمون‬


‫النصياة سهلة واملشكلة قبولا‬ ‫راحون‬
‫التايات والصلوات لل رسول‬ ‫الشيوخ ˚˚م´´ تمون‬
‫‪‬‬ ‫‪Berilah harakat pada kalimat di bawah ini lalu deskripsikan setiap‬‬
‫‪kata di dalamnya! Contoh:‬‬

‫´وا‬ ‫إ¸ ن ال´ ‪.‬م‬


‫˚د´ ر´ سة´ ¸س´ عة˚ ‪ :‬حرف نصب مبن على الفتح‬
‫إن‬
‫املدرسة ‪ :‬إسم إن منصوب وعلمة نصبه فتاة‬
‫واسعة ‪ :‬خب إن مرفوع وعلمة رفعه ضمة‬
‫اجته ˚د ف التعلم كأن المتاان قريب‬ ‫إن لال مجيل َب المال‬
‫على ام ُلّلمي طاعة المام والعلماء‬ ‫الراحون يرحهم الرحن‬

‫‪1‬‬
 Masukkanlah al-af’al al-nasikhah ke dalam kalimat di bawah ini lalu
masukkan harf nashab untuk menggantikannya!

‫اجملتهدون يصيبون وَيطئون‬ ‫الُّماء ُمطر‬ ‫الطالب ذاهب إل الفصل‬


‫العمال ˚مت´كا‬ ‫الكتاب مجيل‬ ‫الولدان يتيمان‬
‫¸ سل و ن‬

1
Pertemuan Keempat Belas
Penggunaan Kata Sifat (Na’at dan Man’ut)

Kata sifat dalam bahasa Arab disebut dengan na’at atau sifat, sedangkan
kata yang disifati oleh kata sifat itu disebut dengan man’ut atau mausuf.
Dalam kaidah bahasa Arab, terdapat dua jenis kata sifat, yaitu na’at haqiqi
dan na’at sababi. Berikut penjelasanya:
haqiqi Na’at  )‫(النعت احلقيقي‬
Na’at haqiqi adalah isim yang menjelaskan sifat bagi kata yang datang
sebelumnya. Aturannya, kata sifat harus mengikuti kata yang disifati dalam
empat hal: 1) i’rabnya (rafa’, nashab, jarr), 2) jenisnya (mudzakkar atau muannats),
3) jumlahnya (mufrad, mutsanna, jama’), dan 4) kejelasannya (nakirah atau
ma’rifah). Contoh:

‫الكتا ˚ب الدي ˚د مجي ˚ل‬


‫ن‬
Kata al-kitab dalam contoh di atas adalah mubtada, dan kata al-jadid di sana
adalah sifat untuk kata al-kitab. Kita dapat melihat bahwa keduanya memiliki
kesamaan: sama-sama berharakat dhammah, sama-sama diawali dengan alif dan
lam, dan sama-sama mudzakkar.
Contoh lain terlihat pada kalimat berikut:

‫ مخل¸ ¸صي‬.‫يرحم لال ام ُّلمي ال‬


˚
‫ن‬
Kata al-muslimin dalam contoh di atas adalah maf’ul bih, karena ia
adalah kata jama’ mudzakkar salim maka tanda i’rabnya adalah ya. Maka kita lihat
kata al- mukhlishin juga memiliki kesamaan dengan kata al-muslimin, keduanya
sama-sama nashab, sama-sama jama’ mudzakkar salim dan ditandai dengan ya,
sama-sama dimulai dengan alif dan lam.

1
Contoh lainnya:

‫ا¸ ست¸ ´فد من ¸ب النشي‬ ‫˚ت ´ب النشي‬ ´‫أ‬ ‫جاء الطال˚ب النشي‬
˚
‫الطال ¸ط ن‬ ‫الطال ´ط ن‬ ‫˚ج‬ ‫˚ط ن‬
˚ ‫´ زي‬
Terdapat satu pengecualian dari aturan di atas, yaitu jika isim yang
disifatinya adalah jama’ taksir dari yang tidak berakal maka na’atnya boleh
menggunakan isim mufrad muannats. Contoh:

‫„ت‬ ‫جترأ املاء ف قنوا‬ ‫اشتيت مثرا „ت‬ ‫ف ال¸ب´كة أمساك‬


‫طويل„ ة‬ ‫كث ًية‬ ‫كثية ن‬
‫ن‬ ‫ن‬
Perlu dicatat bahwa na’at akan selalu menyatu dengan man’ut dalam
sebuah penggalan kalimat. Maka, jika man’ut adalah mubtada maka na’at pun akan
jadi bagian dari mubtada, begitu juga jika man’ut menjadi maf’ul bih maka na’at juga
akan menjadi maf’ul bih, demikian pula dengan ragam posisi kata lainnya seperti
isim majrur, isim inna, khabar inna, khabar kana, dan sebagainya.

sababi Na’at  )‫(التعت السبيب‬


Na’at sababi adalah isim yang menjelaskan sifat bagi kata yang datang
setelahnya dan masih memiliki hubungan dengan kata sebelumnya dengan
adanya dhamir yang menuju kepadanya. Contohnya:

‫هذا ممد ´ح ´ُّن أخلق˚ه‬


‫ن‬
Kata hasan dalam contoh di atas adalah kata sifat, namun ia tidak
menunjukkan sifat untuk kata Muhammad yang datang sebelumnya melainkan
menunjukkan sifat untuk kata akhlaq yang datang setelahnya, dan di akhir kata
akhlaq ada dhamir (kata ganti) yang kembali kepada kata muhammad. Maka,

1
jika diartikan, kalimat di atas berarti “Inilah Muhammad yang baik akhlaknya”.
Contoh lain:

1
.‫ف الفصل عائشة ن´ظيفة غ˚˚رف‬
‫´ت˚ها ن‬
Kata nadzifah adalah kata sifat, namun ia tidak menunjukkan sifat untuk
kata Aisyah, tapi untuk kata ghurfatuha. Maka, kalimat di atas diartikan dengan “di
kelas ada Aisyah yang bersih kamarnya”.
Aturan penggunaan na’at sababi: 1) na’at sababi akan selalu mengikuti kata
sebelumnya dalam dua hal: i’rab (rafa’, nashab atau jarr) dan kejelasannya (ma’rifah
atau nakirah). Contohnya:

‫ضاع الكتاب الميل غلف˚ه‬


‫قرأ ˚ت كتاِب مجيل غلفه‬
‫كتبت ف كتاب مجيل غلفه‬
2) Na’at sababi akan mengikuti kata setelahnya dalam hal jenisnya
(mudzakkar atau muannats), jika kata setelahnya adalah mudzakkar maka kata
sifatnya pun akan berbentuk mudzakkar, begitu juga jika ia adalah muannats.
Contoh:

‫َ ب الستاذ الطال ´ب الميلة´ سيته‬ ‫´خ˚رب´ت البلدة˚ الظال˚ أهل˚ها‬


‫ن‬ ‫ن‬
3) Na’at sababi selalu berbentuk mufrad, maka tidak ada na’at sababi yang
berbentuk mutsanna ataupun jama’. Contoh:

´‫´ب الطويلة‬ ˚‫´ب الستاذ‬ ‫عا ق‬ ‫َيشي الطالبان المي ˚ل أخلقهما‬


‫أظفا˚ رهم‬ ‫الطل‬ ´ ‫ن‬

‫ن‬
4) Jika man’ut yang datang setelah na’at adalah isim jama’ taksir dari yang
tak berakal maka na’atnya boleh dalam bentuk mufrad muannats. Contoh:

1
‫قرأت كتاِب كث ًية‬ ‫إندونُّييا بلد كثية جباله ن‬
‫فوائ˚ ¸دها ن‬

‫‪1‬‬
Perhatian
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa na’at akan selalu menyatu dengan
man’utnya dalam suatu penggalan kalimat, maka kita perlu memperhatikan
posisi na’at dan man’ut ini agar jangan sampai keduanya terpisah. Contoh:

‫الطال ˚ب نشي ˚ط‬


Kata nasyith di atas tidak menjadi na’at dari kata al-thalib, karena kata al-
thalib di atas berposisi sebagai mubtada dan nasyith berposisi sebagai khabar. Kita
bisa melihat jelas ada perbedaan alif lam dan harakat dari keduanya.
Contoh lain:

‫عل ي ´ح ´ُّ ˚ن ´و ˚ج ˚هه‬


Kata hasan di atas tidak menjadi na’at dari kata wajhuh, karena kata ‘Ali di
sana berposisi sebagai mubtada dan kata hasanun wajhuh berposisi sebagai khabar.
Untuk memudahkan, na’at dan man’ut itu diikat dengan kata “yang”.
Contohnya seperti kalimat “mobil yang bagus itu rusak”. Kata “yang”
menunjukkan bahwa kata “mobil” dan “bagus” itu masih satu penggalan kata
yaitu mubtada, dan kata “itu” menjadi pemisah antara kata sebelumnya dan kata
setelahnya hingga kata “rusak” di sana berposisi sebagai khabar.
Coba bedakan antara dua kalimat berikut: “Sekolah yang megah itu
mahal” dan “Sekolah itu megah”

1
KAIDAH
Kata sifat di dalam kaidah bahasa Arab disebut dengan na’at, sedangkan kata yang disifati disebu
Na’at adalah isim yang menunjukkan sifat pada man’utnya.
Ada dua jenis na’at, yaitu na’at haqiqi dan na’at sababi.
Na’at Haqiqi adalah isim yang menunjukkan sifat untuk kata sebelumnya. Ia harus mengikuti kata
Na’at Sababi adalah isim yang menunjukkan sifat untuk kata yang datang setelahnya. Ia harus men

LATIHAN
- Ubahlah rangkaian mubtada dan khabar di bawah ini menjadi rangkaian
na’at dan man’ut dengan merubah kalimatnya!

‫الُّبتان مجيل‬ ‫امليدان واسع‬ ‫ا لباس‬ ‫الكتاب جديد‬


‫´و¸ سخ‬
‫عائشة مجيلة‬ ‫الطعام لذيذ‬ ‫الطالب ماهر‬ ‫البيت كبي‬
- Lengkapi harakat untuk kalimat di bawah ini lalu deskripsikan setiap
kata di dalamnya! Contoh:

‫إ¸ ن الب˚ تُّ˚ ´ا ´ن ال¸ ´م˚ي ´ل ´وا ¸س ˚ع‬


‫ حرف نصب مبن على الفتح‬: ‫ن‬¹ ‫إ‬
‫ إسم إن منصوب وعلمة نصبه فتاة وهو منعوت‬: ‫الُّبتان‬

1
‫‪ :‬نعت منصوب وعلمة نصبه فتاة ‪:‬‬ ‫الميل‬
‫خب إن مرفوع وعلمة رفعه ضمة‬ ‫واسع‬

‫‪1‬‬
‫ل تقل قول قبياا‬ ‫إن الولد الصاحل مبوب‬
‫مسعت صوات مجيل يقرأ القرآن‬ ‫إن عليا ُّحن وجهه‬
‫ل¸´قيت بدكان كبي ف املدينة‬ ‫كان زيد رجل ˚مؤ دِب‬

‫‪1‬‬
Pertemuan Kelima Belas
Idhafah

Idhafah adalah menyematkan suatu kata pada kata lainnya untuk tujuan
tertentu, seperti menyatakan kepemilikan, pengkhususan, tempat, waktu, jumlah,
asal, dan sebagainya. Para pakar bahasa Arab mendefinisikan idhafah sebagai
berikut:

‫ ُّيمى الول مضافا والثان مضافا إليه‬،‫نُّبة اسم إل اسم آخر‬


Penyematan suatu kata kepada kata lainnya, kata yang pertama disebut dengan mudhaf dan
kata kedua disebut dengan mudhaf ilaih
Aturannya adalah dengan menjadikan: 1) mudhaf ilaih dalam kondisi
jarr dan 2) mudhaf tetap dalam kondisi i’rabnya dalam kalimat tersebut namun
terbebas dari alif lam ataupun tanwin.
Contoh:

‫كتبت ف كتا ¸ب‬ ‫´ب‬ ‫قرأ ˚ت‬ ‫على املكتب كتا ˚ب‬
‫مم „د‬ ‫كتا مم „د‬ ‫مم „د‬
Jika mudhaf adalah isim mutsanna atau jama’ mudzakkar salim, maka harus
dihilangkan nun nya. Contoh:

‫رسا‬¹¸‫˚م´ د‬ ‫ر´ سا‬¹¸‫˚م´ د‬ ‫ حضر الصلة´ ُّمل ˚مو البل ¸د‬:‫ُّملمو´ ن‬


‫الفص ¸ل‬
‫ حضر‬:‫¸ن‬
Mudhaf ilaih berkondisi jarr “seolah” di sana terletak sebuah harf jarr yang

menyebabkan perubahannya menjadi jarr, dan harf jarr tersebut bisa ‫ من‬atau ‫ل‬

atau ‫ ف‬tergantung maksud dari perubahannya menjadi idhafah. Contoh:

1
‫بي ت زي „د ˚ت لزي „د‬ ‫قل ˚م عل „ي ‪ /‬قل˚ م‬ ‫كتا ب مم „د ˚ب‬
‫˚‬ ‫‪¹‬‬ ‫˚‬
‫‪ /‬بي‬ ‫لعل „ي‬ ‫‪ /‬كتا حملم „د‬
‫‪¹‬‬

‫‪1‬‬
‫ صلة˚ ف املغر‬/ ‫صلة˚ املغر ¸ب‬ ‫ خات˚ من‬/ ‫خا´ ت˚ ف¸ ض„ ة‬
‫¸ب‬
‫فض„ ة‬
Fungsi idhafah
Idhafah memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah:

1) Menunjukkan kepemilikan )‫مم‬ „‫د‬


‫˚ب‬ ‫(كتا‬

asal Menunjukkan )‫البلد‬ ‫) (ُّمل˚ ¸م‬2


3) Menunjukkan waktu )‫(الليل صلة‬

)tempat Menunjukkan 4 )‫(صاحب املدرسة‬

penjelasan Sebagai )‫(روضة الطفال‬ )5

6) Menunjukkan pengkhususan )‫(الناو كتاب‬

7) Menunjukkan jumlah )‫(كتب ثلثة‬

8) Menunjukkan jenis )‫(فضة خات‬

KAIDAH
kepada kata lainnya karena suatu tujuan.
an i’rabnya mengikuti posisi di dalam kalimat, namun ia harus terbebas dari tanwin, alif lam dan nun jika ia adalah isi

LATIHAN
- Masukkanlah setiap rangkaian kata di bawah ini ke dalam sebuah
kalimat!

1
‫ال ˚ك´رة ‪ +‬ال´ ق´ دم‬ ‫ال˚ ¸ب´كة ‪ +‬ال‬ ‫البيت ‪ +‬الستاذ‬
‫´ُّ´ مك‬
‫الُّي ‪¹‬ارة ‪ +‬السعاف‬ ‫النومة ‪ +‬ال‬ ‫املُّرد ‪ +‬ال´ ق˚ري´ة‬
‫˚ص˚بح‬

‫‪1‬‬
‫الغرفة ‪ +‬الطلب‬ ‫النائب ‪ +‬الفاعل‬ ‫الرئيس ‪ +‬المهورية‬
‫‪-‬‬ ‫‪Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan‬‬
‫‪setiap kata di dalamnya! Contoh:‬‬

‫ن´ظ ´ف ´عل¸ ي ´ب ا ¸ل´ ما¸م‬


‫˚ ¸م´را‬
‫‪ :‬فعل ماض مبن على الفتح ‪:‬‬ ‫نظ‪ÁÁ‬ف‬
‫علي فاعل مرفوع وعلمة رفعه ضمة‬
‫م‪ÁÁÁ‬رانصوب وعلمة نصبه فتاة وهو مضاف ‪:‬‬
‫ب مضاف إليه جمرور وعلمة جره ُّكرة‬
‫المام‬

‫اختار الطلب رئيس الفصل ف‬ ‫صلى ممد صلة الصبح ف ام ُلّرد‬


‫املُّرد ساعة اجائط‬ ‫قرأ علي كتاب الناو تعلم‬
‫زيد ف معهد الوفاء السلمي‬

‫‪1‬‬
‫‪LATIHAN‬‬

‫‪-‬‬ ‫‪Berilah harakat untuk tulisan di bawah ini:‬‬

‫أان طالب ف املدرس ‪.‬ة الثانوية الس‪..‬لمية‪ ،‬ذهبت إل املدرس‪..‬ة فك ل ص‪..‬باح‪،‬‬


‫تعلمت ف املدرس‪. . . . . .‬ة الكتابة والقراءة‪ .‬يل ص‪.. . . . . .‬احبان حيمان ف املدرس‪. ... . . . .‬ة ومها زيد وعمرو‪،‬‬
‫مها طالبان نش‪....‬يطان ف التعلم‪ ،‬كان زيد رئيس الفص‪....‬ل لفص ‪ .. .‬لي وكان عمرو‬
‫انئبه‪.‬‬
‫كان أِب فلحا ف املزرعة‪ ،‬له مزرعة واس‪.. ....‬عة َيرأ ف وس‪. . . .‬طها ‪ø‬ر ص ‪.. . .‬غي‪،‬‬
‫يزرع فيها أِب الرز ف الشتاء ويزرع فيها اخلضروات ف الص ‪ÁÁ‬يف‪ .‬قال‬
‫يل أِب "اجتهدت ف املزرعة ف كل يوم لجل حياتك ومص‪..‬لاتك لن‬
‫أرجو أن تكون رجل عامال ف املُّ ‪.‬تقبل فامستع نص‪..‬يايت هذه واعمل ِا ف حياتك‪ .‬إن النراح‬
‫ص‪... . .‬عب والفش‪.......‬ل س‪.......‬ه‪ÁÁ‬ل‪ ،‬لف ترته‪ÁÁ‬د ف التعلم ولتت ‪Á‬ك ا لعب ولتاذر عن هاتف ‪Á‬ك لن في‪Á Á‬ه خي‪Á‬ا‬
‫ومُّف‪. . . . . .‬دة‪ ،‬واحتم أس ‪.. . . . .‬تاذك لنه أبوك ف العلم‪ ،‬وص ‪. . . . .‬احب‬
‫أص ااب´ك ِبملعروف‪ ،‬وكن ف كل أحوالك حليما‪ ،‬وإن جادلك أحد فل ت˚ ‪´.‬ر ده˚ ّحت‬
‫بدأك ِبلدال"‪" .‬ي‬
‫بن‪ ،‬لن تدرك الرب إل ِبلتعب‪ ،‬ولن تبلغ اجملد إل ِبلدب‪ِ .‬بلمتاان‬
‫يكرم املرأ أو يه‪..‬ان‪ .‬والوق‪..‬ت ك‪..‬الُّ‪. ... . . . . .‬يف إن ل تقطع‪..‬ه قطع‪..‬ك‪ .‬واعلم أن النُّ‪. . . . . . .‬ان‬
‫´يل المة‪ .‬عامل الناس ِا تب أن يعاملوك‬ ‫ِ بلقلب واللُّ‪. .‬ان فان ¸طق ِبجكمة وكن عا‬
‫به‪َ .‬أناك لال ورعاك"‪.‬‬

‫‪1‬‬
‫‪-‬‬ ‫‪Berilah harakat untuk setiap kalimat di bawah ini lalu deskripsikan‬‬
‫!‪setiap kata di dalamnya‬‬

‫إن الرض موروث لمؤمني‬ ‫أصبح الصب ِبكيا‬

‫َب الرعية المام إذا كان المام عادل‬ ‫العدل مفتاح َناح البلد لال ل‬

‫ن لال َب الر العادل والزوجة الصاجة والولد البا‪¹‬ر ُّييل‬ ‫يلد ول يولد‬

‫امالء من بطون البال إل شواطئ الباار‬ ‫ُّيت´ع¸ ‪¹‬د الطالب لتعلم‬

‫تت كتابة هذه الرسالة بعون لال يوم الحد‬

‫الواحد والعشرين من ذأ اجرة‬

‫سنة ألف وأربعمائة وتُّع وثلثي واجمد‬

‫هلل رب العاملي‬

‫‪.‬‬

‫‪1‬‬

Anda mungkin juga menyukai