Anda di halaman 1dari 39

PROGRAM BELAJAR BAHASA ARAB UNTUK PEMULA

‫ﺗﻌﻠﻴﻢ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻟﻠﻤﺒﺘﺪﺋﻴﻦ‬

MODUL

LEVEL 1
Penyusun:

ABU FURQAN AL-BANJARY

Cetakan Ke-1
Rabi’ul Awwal 1435 H

Lembaga Pendidikan Ilmu Keislaman dan


Bahasa Arab (eLPIKA) Al-Mubarak

TIDAK DIPERJUALBELIKAN
BAGAIMANA CARA MEMBACA DAN MEMAHAMI
KITAB ARAB GUNDUL?
Kitab Arab gundul secara luas bisa kita definisikan seluruh buku teks yang ditulis dengan huruf dan
bahasa Arab, seringnya tanpa baris. Jika kita persempit, maka tema kitab Arab gundul adalah tema-
tema keislaman, berupa tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqih, ulumul hadits, ulumul qur’an, bahasa,
sejarah Islam, dan yang semisalnya.
Secara ringkas, ada 4 langkah yang harus kita tempuh untuk bisa membaca dan memahami kitab
Arab gundul secara baik dan benar, yaitu:
1. Menguasai ilmu sharaf
2. Menguasai ilmu nahwu
3. Menghafal kosakata bahasa Arab sebanyak mungkin
4. Memahami dasar-dasar keilmuan yang dibahas oleh kitab Arab gundul tersebut
Sebagai contoh, silakan perhatikan contoh teks Arab gundul berikut ini:

‫ﺗﻄﻮﻳﻞ اﻟﻘﺮاءة ﻓﻲ اﻟﺮﻛﻌﺔ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻋﻠﻰ اﻷوﻟﻰ‬


Cara membacanya: Tathwiilul qiraa-ati fir rak’atits tsaaniyati ‘alal uulaa.
Artinya: “Memanjangkan bacaan di rakaat kedua lebih dari rakaat pertama.”
Teks di atas merupakan bagian pembahasan hal-hal yang dimakruhkan saat shalat, yang saya kutip
dari kitab ‫ اﻟﻣﻌﺎﺻرة واﻟﻘﺿﺎﯾﺎ اﻹﺳﻼﻣﻲ اﻟﻔﻘﮫ ﻣوﺳوﻋﺔ‬Juz 1 hal 798 karya Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-
Zuhaili.
Untuk bisa membaca kata ‫ ﺗطوﯾل‬dengan benar, huruf ‫ ت‬barisnya fathah, kasrah, dhammah, atau
sukun, demikian juga huruf ‫ و‬,‫ط‬, dan ‫ي‬, kita perlu ilmu sharaf. Sedangkan untuk mengetahui baris
dari huruf ‫ ل‬di kata ‫ ﺗطوﯾل‬ini, kita perlu ilmu nahwu. Kita juga perlu ilmu nahwu untuk mengetahui
posisi kata ‫ ﺗطوﯾل‬ini dalam kalimat di atas, sekaligus konsekuensi dari posisi tersebut.
Berikutnya, jelas kita harus tahu dulu, apa terjemah Indonesianya kata ‫ ﺗطوﯾل‬di atas dan kata-kata
lain yang menyusun kalimat di atas. Sampai di titik ini, kita sebenarnya sudah bisa membaca dan
menerjemahkan teks di atas dengan baik.
Namun, ada satu hal lagi yang kita perlu kuasai, yaitu dasar-dasar ilmu fiqih, agar teks di atas yang
sudah bisa kita terjemahkan benar-benar kita pahami maknanya. Misal, apa yang dimaksud dengan
kata ‫( اﻟﻘراءة‬al-qiraah) di atas, terjemah bahasa Indonesianya adalah ‘bacaan’, namun apa yang
dimaksud dengan bacaan tersebut. Nah, dengan memahami fiqih shalat, kita akan mengerti maksud
‘bacaan’ di atas adalah bacaan surah setelah surah al-Fatihah.

PROGRAM BELAJAR BAHASA ARAB UNTUK PEMULA | LEVEL 1 1


APA ITU ILMU SHARAF
DAN APA ITU ILMU NAHWU?
Untuk bisa membaca dan memahami kitab Arab gundul, kita perlu menguasai kaidah-kaidah bahasa
Arab yang disusun dalam dua cabang ilmu khusus, yaitu ilmu sharaf ( ‫ )اﻟﺻرف‬dan ilmu nahwu (‫)اﻟﻧﺣو‬.
Di berbagai lembaga pendidikan bahasa Arab, biasanya dua cabang ilmu ini dipelajari dalam satu
paket, walaupun ada juga yang hanya fokus di ilmu nahwu.
Lalu, apa itu ilmu sharaf dan apa itu ilmu nahwu?
Ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk-bentuk kata mengikuti pola-pola yang
ada. Pembahasan dalam ilmu sharaf adalah tentang bentuk kata, dan tidak ada hubungannya
dengan kalimat.
Yang dibahas dalam ilmu sharaf misalnya adalah perubahan kata ‫( ﻛﺗب‬kataba), menjadi ‫ﻛﺗﺎب‬
(kitaabun), atau ‫( ﻛﺎﺗب‬kaatibun), atau ‫( ﯾﻛﺗب‬yaktubu), atau ‫( ﻛﺗب‬kutiba), dan lain-lain. Perubahan
bentuk kata menyebabkan perubahan makna. Namun perubahan maknanya tidak terlalu jauh,
karena setiap perubahan kata tadi masih berasal dari satu akar kata yang sama. Misal, kata ‫ﻛﺗب‬
(kataba) artinya ‘dia (1 org lk2) telah menulis’ berubah menjadi ‫( ﯾﻛﺗب‬yaktubu) yang artinya ‘dia (1
org lk2) sedang menulis’, atau berubah menjadi ‫( ﻛﺗﺎب‬kitaabun) yang artinya ‘1 buku (tulisan)’, dan
seterusnya.
Jadi, dalam ilmu sharaf kita akan belajar tentang asal (akar) suatu kata, kemudian perubahan akar
kata tersebut menjadi ratusan bentuk yang berbeda, maknanya pun juga ikut berubah, tapi tetap
berhubungan. Dalam ilmu sharaf ini kita wajib menghafal ratusan pola perubahan kata.
Sedangkan ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari perubahan harakat (baris) akhir suatu
kata, dan posisi kata tersebut dalam sebuah kalimat sekaligus konsekuensi dari posisi tersebut.
Misalnya, sebuah kalimat:

‫ﻗﺮأ أﺣﻤﺪ اﻟﻘﺮآن‬


Cara membacanya: Qara-a Ahmadul Qur’aana.
Artinya: “Ahmad telah membaca al-Qur’an.”
Dari kalimat di atas, yang dipelajari dalam ilmu nahwu adalah apa posisi kata ‫ ﻗرأ‬dalam kalimat dan
apa konsekuensinya, apa posisi kata ‫ أﺣﻣد‬dalam kalimat dan apa konsekuensinya, dan apa posisi kata
‫ اﻟﻘرآن‬dalam kalimat dan apa konsekuensinya. Salah satu konsekuensi dari perbedaan posisi kata
dalam kalimat adalah perubahan baris akhir dari kata tersebut. Misal huruf ‫– ن‬sebagai huruf
terakhir– dari kata ‫اﻟﻘرآن‬, apakah ia fathah, kasrah, dhammah, atau sukun, sangat tergantung dari
posisi kata ‫ اﻟﻘرآن‬dalam kalimat di atas. Inilah yang dipelajari dalam ilmu nahwu.
Berikut beberapa contoh kalimat lagi untuk menunjukkan perbedaan kajian ilmu nahwu dan sharaf:

‫اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻟﻐﺔ ﺳﻬﻠﺔ‬


Cara membacanya: al-‘Arabiyyatu lughatun sahlatun.
Artinya: “Bahasa Arab adalah bahasa yang mudah.”
Keterangan: Misal dalam kata ‫ﺳﮭﻠﺔ‬, ilmu sharaf mempelajari harakat (baris) seluruh huruf selain
huruf terakhir, sedangkan ilmu nahwu mempelajari baris huruf terakhir. Selain itu ilmu nahwu juga
mempelajari tentang posisi kata ‫ ﺳﮭﻠﺔ‬tersebut dalam kalimat, serta konsekuensi dari posisi tersebut.
‫اﻟﻌﻠﻢ ﻧﺎﻓﻊ‬
Cara membacanya: al-‘Ilmu naafi’un.
Artinya: “Ilmu itu bermanfaat.”
Keterangan: Misal dalam kata ‫اﻟﻌﻠم‬, ilmu sharaf mempelajari harakat (baris) seluruh huruf selain
huruf terakhir, yaitu ‫ ع‬dan ‫ل‬, sedangkan ilmu nahwu mempelajari baris huruf terakhir dan
tambahan ‫ ال‬di depan. Selain itu ilmu nahwu juga mempelajari tentang posisi kata ‫ اﻟﻌﻠم‬tersebut
dalam kalimat, serta konsekuensi dari posisi tersebut.

‫أﻧﺖ ﻃﺎﻟﺐ ﻣﺠﺘﻬﺪ‬


Cara membacanya: Anta Thaalibun mujtahidun.
Artinya: “Anda adalah seorang pelajar yang bersungguh-sungguh.”
Keterangan: Misal dalam kata ‫ﻣﺟﺗﮭد‬, ilmu sharaf mempelajari harakat (baris) seluruh huruf selain
huruf terakhir, sedangkan ilmu nahwu mempelajari baris huruf terakhir. Selain itu ilmu nahwu juga
mempelajari tentang posisi kata ‫ ﻣﺟﺗﮭد‬tersebut dalam kalimat, serta konsekuensi dari posisi
tersebut.
DHAMIR (KATA GANTI)
Dhamir (‫ )اﻟﺿﻣﯾر‬artinya kata ganti, semisal dia, anda, kalian, mereka, saya, dan kami. Sebagaimana
dalam bahasa Indonesia, dhamir berfungsi menggantikan nama orang atau hal-hal yang lain.
Misal dalam bahasa Indonesia:
Muhammad pergi ke sekolah jam 07.00 pagi. Dia tiba di sekolah jam 07.15.
Keterangan: Kata ‘Dia’ yang dicetak tebal merupakan kata ganti dari kata Muhammad.
Misal dalam bahasa Arab.

. ‫ ﻫﻮ ﻃﺎﻟﺐ ﻣﺠﺘﻬﺪ‬. ‫ﻣﺤﻤﺪ ﻃﺎﻟﺐ ﺟﺪﻳﺪ ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ اﻟﻤﺘﻮﺳﻄﺔ‬


Cara membacanya: Muhammadun thaalibun jadiidun fil madrasatil mutawassithati. Huwa
thaalibun mujtahidun.
Artinya: “Muhammad adalah siswa baru di SMP. Dia adalah seorang siswa yang bersungguh-sungguh
(rajin belajar).”
Keterangan: Kata ‫ ھو‬yang bergaris bawah merupakan kata ganti (dhamir) dari kata ‫ﻣﺣﻣد‬.
***
Macam-macam Dhamir
Ditinjau dari posisinya, dhamir ada beberapa macam, yaitu:
1. Dhamir raf’in munfashil (‫)ﻣﻧﻔﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬
2. Dhamir nashbin munfashil ( ‫)ﻣﻧﻔﺻل ﻧﺻب ﺿﻣﯾر‬
3. Dhamir raf’in muttashil bil-madhi ( ‫)ﺑﺎﻟﻣﺎﺿﻲ ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬
4. Dhamir raf’in muttashil bil-mudhaari’ ( ‫)ﺑﺎﻟﻣﺿﺎرع ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬
5. Dhamir raf’in muttashil bil-amr (‫)ﺑﺎﻷﻣر ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬
6. Dhamir raf’in muttashil bin-nahyi ( ‫)ﺑﺎﻟﻧﮭﻲ ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬
7. Dhamir nashbin muttashil bil-fi’li ( ‫)ﺑﺎﻟﻔﻌل ﻣﺗﺻل ﻧﺻب ﺿﻣﯾر‬
8. Dhamir khafdhin bil-idhafah ( ‫)ﺑﺎﻹﺿﺎﻓﺔ ﺧﻔض ﺿﻣﯾر‬
9. Dhamir khafdhin bil-harf (‫)ﺑﺎﻟﺣرف ﺧﻔض ﺿﻣﯾر‬
Berikut rinciannya:

1. Dhamir Raf’in Munfashil (‫)ﻣﻧﻔﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬


Dinamakan munfashil (terpisah) karena dhamir ini tidak menjadi bagian dari kata yang lain, ia berdiri
sendiri. Lawannya adalah muttashil (bersambung), dhamir jenis ini menjadi bagian atau bersambung
secara langsung dengan kata yang lain.
Contoh munfashil: ‫ ھو‬, kata huwa ini artinya dia (untuk 1 orang laki-laki). Sedangkan contoh
muttashil: ‫ﻧﺻر‬, kata nashara artinya ‘telah menolong’, dan di dalam kata nashara tersebut terdapat
dhamir yang tidak kelihatan, yang artinya ‘dia (untuk 1 orang laki-laki)’, jadi kata nashara secara
lengkapnya berarti ‘dia (1 orang laki-laki) telah menolong’.
Dhamir ini dinamakan raf’in atau rafa’ karena nantinya dalam kalimat ia berposisi sebagai subjek.
Penjelasan tentang rafa’ secara lebih rinci akan disampaikan saat pembahasan ilmu nahwu.
Contoh penggunaan dhamir raf’in munfashil dalam kalimat:

‫أﻧﺎ ﻣﺮﻳﺾ‬
Cara membacanya: Ana mariidhun.
Artinya: “Saya sedang sakit.”
Keterangan: kata ana merupakan dhamir raf’in munfashil, dan dalam kalimat di atas ia berposisi
sebagai subjek.
Dhamir raf’in munfashil ada 14, yaitu:

ُ ‫ُﻫ‬ ‫َُﻫﻮ‬
‫ﻫ‬ ‫َﻤﺎ ُﻫ‬ ‫ِﻫ ﻲ‬
َ
‫ْﻢ‬ ‫َﻤﺎ‬
‫ُﻫ‬
‫ﱠﻦ‬
‫َأﻧُْـﺘْﻢ‬ ‫َأْﻧُـﺘ َﻤﺎ‬ ‫َأْﻧ َﺖ‬
‫َأﻧْـﺘُﱠﻦ‬ ‫َأْﻧُـﺘ َﻤﺎ‬
‫َأْﻧ ِﺖ‬
‫َﻧ ْﺤ‬
‫َأﻧﺎ‬
‫ُﻦ‬
Keterangan: membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2, begitu seterusnya.
Arti masing-masing dhamir:
‫ھو‬ = dia (untuk 1 orang laki-laki)
‫ھﻣﺎ‬ = mereka (untuk 2 orang laki-laki)
‫ھم‬ = mereka (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
‫ھﻲ‬ = dia (untuk 1 orang perempuan) Orang ke-3
‫ھﻣﺎ‬ = mereka (untuk 2 orang perempuan)
‫ھن‬ = mereka (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫أﻧت‬ = anda (untuk 1 orang laki-laki)
‫أﻧﺗﻣﺎ‬ = kalian (untuk 2 orang laki-laki)
‫أﻧﺗم‬ = kalian (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
Orang ke-2
‫أﻧت‬ = anda (untuk 1 orang perempuan)
‫أﻧﺗﻣﺎ‬ = kalian (untuk 2 orang perempuan)
‫أﻧﺗن‬ = kalian (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫أﻧﺎ‬ = saya (untuk 1 orang laki-laki atau perempuan)
‫ﻧﺣن‬ = kami (untuk 2 atau lebih orang laki-laki atau perempuan) Orang pertama

Dari makna dhamir-dhamir di atas, kita bisa pahami ada kekhasan dalam bahasa Arab, di antaranya
yaitu:
a) Ada perbedaan penyebutan kata ganti untuk laki-laki dan perempuan
b) Ada perbedaan penyebutan untuk orang ke-2 dan orang ke-3 yang berjumlah 2 orang

2. Dhamir Nashbin Munfashil (‫)ﻣﻧﻔﺻل ﻧﺻب ﺿﻣﯾر‬


Definisi munfashil sudah dijelaskan sebelumnya.
Dhamir ini dinamakan nashbin atau nashab karena nantinya dalam kalimat ia berposisi sebagai
objek. Penjelasan tentang nashab secara lebih rinci akan disampaikan saat pembahasan ilmu nahwu.
Contoh penggunaan dhamir nashbin munfashil dalam kalimat:
‫إﻳﺎك ﻧﻌﺒﺪ‬
Cara membacanya: Iyaaka na’budu.
Artinya: “Hanya kepada Engkau kami menyembah.”
Keterangan: kata iyaaka merupakan dhamir nashbin munfashil, dan dalam kalimat di atas ia
berposisi sebagai objek.
Dhamir nashbin munfashil ada 14, yaitu:

‫إِﱠﻳﺎ ُﻫ‬ ‫إِﱠﻳﺎ ُﻫ‬ ‫إِﱠﻳُﺎﻩ‬


‫ْﻢ إِﱠﻳﺎ‬ ‫َﻤﺎ إِﱠﻳﺎ‬ ‫إِﱠﻳﺎ‬
‫ُﻫ ﱠﻦ‬ ‫ُﻫ َﻤﺎ‬ ‫َﻫﺎ‬
‫إِﱠﻳﺎ ُﻛ‬ ‫إِﱠﻳﺎ ُﻛ‬ ‫إِﱠﻳﺎ‬
‫ْﻢ‬ ‫َﻤﺎ‬ ‫َك‬
‫إِﱠﻳﻦﺎ ُﻛ‬ ‫إِﱠﻳﻤﺎﺎ ُﻛ‬ ‫إِﱠﻳﺎ ِك‬
‫ﱠ‬ َ
‫إِﱠﻳَﺎﻧﺎ‬ ‫إِﱠﻳﺎ َي‬
Keterangan: membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2, begitu
seterusnya. Arti masing-masing dhamir:
‫إﯾﺎه‬ = dia (untuk 1 orang laki-laki)
‫إﯾﺎھﻣﺎ‬ = mereka (untuk 2 orang laki-laki)
‫إﯾﺎھم‬ = mereka (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
‫إﯾﺎھﺎ‬ = dia (untuk 1 orang perempuan) Orang ke-3
‫إﯾﺎھﻣﺎ‬ = mereka (untuk 2 orang perempuan)
‫إﯾﺎھن‬ = mereka (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫إﯾﺎك‬ = anda (untuk 1 orang laki-laki)
‫إﯾﺎﻛﻣﺎ‬ = kalian (untuk 2 orang laki-laki)
‫إﯾﺎﻛم‬ = kalian (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
‫إﯾﺎك‬ = anda (untuk 1 orang perempuan) Orang ke-2

‫إﯾﺎﻛﻣﺎ‬ = kalian (untuk 2 orang perempuan)


‫إﯾﺎﻛن‬ = kalian (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫إﯾﺎي‬ = saya (untuk 1 orang laki-laki atau perempuan)
‫إﯾﺎﻧﺎ‬ = kami (untuk 2 atau lebih orang laki-laki atau perempuan) Orang pertama

3. Dhamir Raf’in Muttashil bil-Madhi (‫)ﺑﺎﻟﻣﺎﺿﻲ ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬


Definisi raf’in atau rafa’ sudah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan muttashil maknanya adalah
bersambung atau menjadi bagian dari kata yang lain.
Sederhananya, setiap kata kerja (‫ )اﻟﻔﻌل‬dalam bahasa Arab selalu memiliki dhamir (kata ganti) dalam
kata itu sendiri. Misal, kata ‫( ﻛﺗب‬kataba), yang artinya ‘telah menulis’, di dalam kata tersebut
mengandung kata ganti ‘dia 1 orang laki-laki’. Misal lain, kata ‫( ﻗرأت‬qara’tu), yang artinya ‘telah
membaca’, di dalam kata tersebut mengandung kata ganti ‘saya’. Demikian juga contoh-contoh yang
lain.
Jadi, dhamir di bagian ini tidak terpisah atau menyendiri, seperti dhamir munfashil yang telah kita
pelajari sebelumnya, melainkan include dengan kata yang lain, dalam hal ini kata kerja.
Sedangkan madhi di sini maksudnya adalah fi’il madhi (‫)اﻟﻣﺎﺿﻲ اﻟﻔﻌل‬, yaitu kata kerja bentuk lampau,
yang berarti pekerjaan tersebut telah dilaksanakan. Misalnya, kata ‫ ﺟﻠس‬artinya ‘telah duduk’, ‫ﺳﻣﻊ‬
artinya ‘telah mendengar’, dan seterusnya. Jadi, dhamir raf’in muttashil bil-madhi maksudnya adalah
kata ganti yang terdapat/include di dalam kata kerja bentuk lampau.
Dhamir raf’in muttashil bil-madhi ada 14, yaitu:

‫َﻓـ‬ ‫َﻓـ‬
‫َُْﻌﻠﻮا َﻓـ‬ ‫َﻓـ َﻌ ﻞ‬
‫َﻌَﻼ ﻓَـ‬ َ
‫َ ْﻌ ﻠ َﻦ‬ ‫َﻓـ َﻌﻠَ ْﺖ‬
‫ََﻌﻠَﺘﺎ َﻓـ‬
‫َﻓـ َ ْﻌ ﻠ َﺖ‬
‫َﻓـَْﻌُﻠﺘْﻢ‬ ‫َْﻌُﻠﺘَﻤﺎ َﻓـ‬
‫َﻓـ َ ْﻌ ﻠُﺘ‬ ‫َﻓـ َ ْﻌ ﻠ ِﺖ‬
‫َْﻌُﻠﺘَﻤﺎ ﻓَـ‬
‫ﱠﻦ‬ ‫َﻓـ َ ْﻌ ﻠ ُﺖ‬
‫َْﻌَﻠﻨﺎ‬
Keterangan: membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2, begitu seterusnya.
Arti masing-masing dhamir:
‫ﻓﻌل‬ = dia (1 orang laki-laki) telah berbuat
‫ﻓﻌﻼ‬ = mereka (2 orang laki-laki) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠوا‬ = mereka (3 atau lebih orang laki-laki) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠت‬ = dia (1 orang perempuan) telah berbuat Orang ke-3
‫ﻓﻌﻠﺗﺎ‬ = mereka (2 orang perempuan) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠن‬ = mereka (3 atau lebih orang perempuan) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠت‬ = anda (1 orang laki-laki) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠﺗﻣﺎ‬ = kalian (2 orang laki-laki) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠﺗم‬ = kalian (3 atau lebih orang laki-laki) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠت‬ = anda (1 orang perempuan) telah berbuat Orang ke-2

‫ﻓﻌﻠﺗﻣﺎ‬ = kalian (2 orang perempuan) telah berbuat


‫ﻓﻌﻠﺗن‬ = kalian (3 atau lebih orang perempuan) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠت‬ = saya (1 orang laki-laki atau perempuan) telah berbuat
‫ﻓﻌﻠﻧﺎ‬ = kami (2 atau lebih orang laki-laki atau perempuan) telah berbuat Orang pertama

Kata ‫ ﻓﻌل‬bisa diganti menjadi ‫ ﻗﻌد‬,‫ ﻧﺻر‬,‫ﺟﻠس‬, dan yang lainnya. Misal, kata ‫ ﻓﻌل‬kita ganti menjadi ‫ﺟﻠس‬,
maka bentuknya seperti ini:
‫ُﺴْ ﻮا‬ ‫َ َﺴﺎ‬ ‫َﺟَﻠ‬
َ
‫ﺟ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺲ‬
َ
‫َﻠ‬ َ‫ﻠ‬

َْ ‫ﺟَﻠ‬
‫ﺟﺴ‬ َ َ َ َ
‫ﺟ ﺴَﺘﺎ‬ ‫ﺟَﻠ ﺴ‬
‫َﻠ َﻦ‬
‫ﻠَ ْﺴُﺘ‬ ‫َ ْﺖ‬
‫ﺟَﻠ‬
‫ْﺴُﺘ‬
‫َ َﻤﺎ‬ ‫َ ْﺴ‬
َ
‫ﺟ ْﻢ‬
‫ْﺴُﺘ‬
‫ﺟ‬ ‫َﺟَﻠ َﺖ‬
‫ﻠ‬ َ‫ﻠ‬
‫َ ْﺴُﺘ‬ ‫ْﺴ‬
‫َﻤﺎ‬
‫َ ﱠﻦ‬ ‫ﺟ ْﺴَﻨﺎ‬
َ ‫ِﺖ‬
‫ﺟ‬ ‫ْﺴ‬
‫َﻠ‬ َ‫ﻠ‬
‫ُﺖ‬
َ
‫ﺟ‬
َ‫ﻠ‬
Keterangan tambahan: Penjelasan lebih rinci tentang fi’il madhi akan disampaikan kemudian, saat ini
fokus membahas dhamir (kata ganti) yang terdapat dalam fi’il madhi dulu, tidak meluas ke
pembahasan terperinci tentang fi’il madhi.

4. Dhamir Raf’in Muttashil bil-Mudhaari’ ( ‫)ﺑﺎﻟﻣﺿﺎرع ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬


Penjelasan tentang rafa’ dan muttashil sudah dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan mudhaari’ di sini maksudnya adalah fi’il mudhaari’ (‫)اﻟﻣﺿﺎرع اﻟﻔﻌل‬, yaitu kata kerja bentuk
sekarang atau akan datang, yang berarti pekerjaan tersebut sedang atau akan dilaksanakan. Kapan ia
menjadi ‘sedang’, dan kapan menjadi ‘akan’, pembahasannya nanti saat membahas ilmu nahwu.
Misalnya, kata ‫ ﯾﺟﻠس‬artinya ‘sedang duduk’, ‫ ﯾﺳﻣﻊ‬artinya ‘sedang mendengar’, dan seterusnya.
Jadi, dhamir raf’in muttashil bil-mudhaari’ maksudnya adalah kata ganti yang terdapat/include di
dalam kata kerja bentuk sekarang atau akan datang.
Dhamir raf’in muttashil bil-mudhaari’ ada 14, yaitu:

‫َﻳْـﻔ ُِْﻌﻠﻮ‬ ‫َﺗـْﻔ ُِْﻌﻠﻮ َن‬


‫َﻳـْﻔَِﻌﻼِن َﺗـْﻔ ِﻌَﻼ ِن‬ ‫َﻳـ‬ ‫ﻞ َﺗْـ ﻔ‬
‫ﻔ‬ ‫ُ ِﻌ ﻞ‬
‫َﺗـْﻔ ِﻌَﻼ ِن‬ ُ
‫ِﻌ‬
‫َﺗْـ ﻔ ِﻌ ﻞ‬
ُ
‫َﺗـْﻔِْﻌﻠ َﻦ‬ ‫َﺗـْﻔ ِﻌَﻼ ِن‬ ‫َﺗْـﻔِ ْﻌﻠِﻴَﻦ‬
‫َﻧـْﻔ‬ ‫َأْﻓِ ﻌ ﻞ‬
‫ﻞ‬ ُ
ُ
‫ِﻌ‬
Keterangan: membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2, begitu seterusnya.
Arti masing-masing dhamir:
‫ﯾﻔﻌل‬ = dia (1 orang laki-laki) sedang/akan berbuat
‫ﯾﻔﻌﻼن‬ = mereka (2 orang laki-laki) sedang/akan berbuat
‫ﯾﻔﻌﻠون‬ = mereka (3 atau lebih orang laki-laki) sedang/akan berbuat
‫ﺗﻔﻌل‬ = dia (1 orang perempuan) sedang/akan berbuat Orang ke-3
‫ﺗﻔﻌﻼن‬ = mereka (2 orang perempuan) sedang/akan berbuat
‫ﯾﻔﻌﻠن‬ = mereka (3 atau lebih orang perempuan) sedang/akan berbuat
‫ﺗﻔﻌل‬ = anda (1 orang laki-laki) sedang/akan berbuat
‫ﺗﻔﻌﻼن‬ = kalian (2 orang laki-laki) sedang/akan berbuat
Orang ke-2
‫ﺗﻔﻌﻠون‬ = kalian (3 atau lebih orang laki-laki) sedang/akan berbuat
‫ﺗﻔﻌﻠﯾن‬ = anda (1 orang perempuan) sedang/akan berbuat
‫ﺗﻔﻌﻼن‬ = kalian (2 orang perempuan) sedang/akan berbuat Orang ke-2
‫ﺗﻔﻌﻠن‬ = kalian (3 atau lebih orang perempuan) sedang/akan berbuat
‫أﻓﻌل‬ = saya (1 orang laki-laki atau perempuan) sedang/akan berbuat
‫ﻧﻔﻌل‬ = kami (2 atau lebih orang laki-laki atau perempuan) sedang/akan Orang pertama
berbuat
Kata ‫ ﯾﻔﻌل‬bisa diganti menjadi ‫ ﯾﻘﻌد‬,‫ ﯾﻧﺻر‬,‫ﯾﺟﻠس‬, dan yang lainnya. Misal, kata ‫ ﯾﻔﻌل‬kita ganti menjadi
‫ﯾﺟﻠس‬, maka bentuknya seperti ini:

‫ﻳ ﺠَﻠِﻦ‬ ‫ﺴ ﺎ ِن‬
ُ َْ ‫َﺴ‬
‫ﺴ‬ ِ
‫ﻳ ﻮﺠَﻠن‬ ‫َﺴﺎ ِن‬
َْ ‫ﺎ‬
‫ﻮ‬ ِ‫ﺗ ﺠﻠ‬
‫َن‬ َْ
‫ن‬
‫ْﺴ‬
َ
ِ‫ﻳ ﺠﻠ‬ ‫ﺠﻠَِﺗ‬ ِ‫ﻠ‬
َْ ْ ‫َﻳ‬ ‫َﺗ ْﺠﻠِ ﺲ‬
ِ‫ﺗ ﺠﻠ‬ ُِ
َْ ‫ﺠ‬ ‫َﺗ ْﺠﻠ ﺲ‬
‫ﺲ‬ ُ

‫ِﺗ ْﺴ َﻦ‬
َ‫ﺠﻠ‬ ‫َﺗ ْﺠﻠِ َِﺴﺎ‬ ‫َﺗ ْﺠﻠِ ِﺴْ ﻴ َﻦ‬
ْ ‫ن‬

‫َﻧ ْﺠﻠِ ﺲ‬ ‫َأ ْﺟﻠِ ﺲ‬


ُ ُ
Keterangan tambahan: Penjelasan lebih rinci tentang fi’il mudhaari’ akan disampaikan kemudian,
saat ini fokus membahas dhamir (kata ganti) yang terdapat dalam fi’il mudhaari’ dulu, tidak meluas
ke pembahasan terperinci tentang fi’il mudhaari’.

5. Dhamir Raf’in Muttashil bil-Amr ( ‫)ﺑﺎﻷﻣر ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬


Penjelasan tentang rafa’ dan muttashil sudah dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan amr di sini maksudnya adalah fi’il amr (‫)اﻷﻣر ﻓﻌل‬, yaitu kata kerja bentuk perintah.
Misalnya, kata ‫ اﺟﻠس‬artinya ‘duduklah’, ‫ اﻛﺗب‬artinya ‘tulislah’, dan seterusnya. Jadi, dhamir raf’in
muttashil bil-amr maksudnya adalah kata ganti yang terdapat/include di dalam kata kerja perintah.
Dhamir raf’in muttashil bil-amr ada 6, yaitu:
ِ ‫ِاْﻓِ ﻌ ْﻞ‬
ُْ ِ‫اْﻓ‬
‫ﻌﻠﻮا‬ ‫اِﻓَِْﻌ‬
‫ﻼ‬
‫اِْﻓِﻌْﻠَﻦ‬ ‫اِﻓَِْﻌﻼ‬ ‫اِﻓِْﻌﻠِ ﻲ‬
ْ
Keterangan:
1. Membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2.
2. Fi’il amr hanya ada 6, karena amr (perintah) hanya untuk orang ke-2. Artinya, perintah diberikan
oleh orang pertama kepada lawan bicaranya (orang ke-2) saja.
Arti masing-masing dhamir:
‫اﻓﻌل‬ = lakukanlah ! (untuk anda 1 orang laki-laki)
‫اﻓﻌﻼ‬ = lakukanlah ! (untuk kalian 2 orang laki-laki)
‫اﻓﻌﻠوا‬ = lakukanlah ! (untuk kalian 3 atau lebih orang laki-laki)
‫اﻓﻌﻠﻲ‬ = lakukanlah ! (untuk anda 1 orang perempuan)
‫اﻓﻌﻼ‬ = lakukanlah ! (untuk kalian 2 orang perempuan)
‫اﻓﻌﻠن‬ = lakukanlah ! (untuk kalian 3 atau lebih orang perempuan)
Kata ‫ اﻓﻌل‬bisa diganti menjadi ‫ اﺿرب‬,‫ اﻛﺗب‬,‫اﺟﻠس‬, dan yang lainnya. Misal, kata ‫ اﻓﻌل‬kita ganti menjadi
‫( اﺿرب‬pukullah), maka bentuknya seperti ini:

‫ِا ْﺿ ِﺮُﺑْـ ﻮا‬ ‫ِا ْﺿ‬ ‫ِا ْﺿ ِﺮ‬


‫ِﺮَﺑﺎ‬ ‫ْب‬
‫ِا ْﺿ ِﺮْﺑ َﻦ‬ ‫ِا ْﺿ‬ ِ‫ِا ْﺿ ِﺮﺑ‬
‫ِﺮَﺑﺎ‬ ‫ﻲ‬
ْ
Keterangan tambahan: Penjelasan lebih rinci tentang fi’il amr akan disampaikan kemudian, saat ini
fokus membahas dhamir (kata ganti) yang terdapat dalam fi’il amr dulu, tidak meluas ke
pembahasan terperinci tentang fi’il amr.
6. Dhamir Raf’in Muttashil bin-Nahyi (‫ ﻣﺗﺻل رﻓﻊ ﺿﻣﯾر‬6‫)ﺑﺎﻟﻧﮭﻲ‬
Penjelasan tentang rafa’ dan muttashil sudah dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan nahyi di sini maksudnya adalah fi’il nahyi (‫)اﻟﻧﮭﻲ ﻓﻌل‬, yaitu kata kerja bentuk larangan
(lawan dari perintah). Misalnya, kata ‫ ﺗﺟﻠس ﻻ‬artinya ‘jangan duduk!’, ‫ ﺗﻛﺗب ﻻ‬artinya ‘jangan tulis!’, dan
seterusnya. Jadi, dhamir raf’in muttashil bin-nahyi maksudnya adalah kata ganti yang
terdapat/include di dalam kata kerja larangan.
Dhamir raf’in muttashil bil-amr ada 6, yaitu:

ُْ ِ ‫َﻻ َﺗْـﻔ‬
‫ﻌﻠﻮا‬ ‫َﻻ ﺗَْـﻔ‬ ‫َﻻ َﺗْـ ﻔ ِﻞﻌ‬
ْ
‫َِﻌﻼ‬
‫َﻻ ﺗَْـﻔِْﻌﻠ‬ ‫َﻻ َﺗـْﻔ‬ ‫َﻻ ﺗَْـﻔِﻌﻠِ ﻲ‬
ْ
‫َﻦ‬ ‫ِﻌَﻼ‬
Keterangan:
1. Membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2.

2. Fi’il nahyi (sebagaimana fi’il amr) hanya ada 6, karena nahyi (larangan) hanya untuk orang ke-2.
Artinya, larangan diberikan oleh orang pertama kepada lawan bicaranya (orang ke-2) saja.
Arti masing-masing dhamir:
‫ﻻ ﺗﻔﻌل‬
= jangan lakukan ! (untuk anda 1 orang laki-laki)
‫ﻻ ﺗﻔﻌﻼ‬
= jangan lakukan ! (untuk kalian 2 orang laki-laki)
‫ﻻ ﺗﻔﻌﻠوا‬
= jangan lakukan ! (untuk kalian 3 atau lebih orang laki-laki)
‫ﻻ ﺗﻔﻌﻠﻲ‬
= jangan lakukan ! (untuk anda 1 orang perempuan)
‫ﻻ ﺗﻔﻌﻼ‬
= jangan lakukan ! (untuk kalian 2 orang perempuan)
‫ﻻ ﺗﻔﻌﻠن‬
= jangan lakukan ! (untuk kalian 3 atau lebih orang perempuan)
Kata ‫ ﺗﻔﻌل ﻻ‬bisa diganti menjadi ‫ ﺗﺿرب ﻻ‬,‫ ﺗﻛﺗب ﻻ‬,‫ﺗﺟﻠس ﻻ‬, dan yang lainnya. Misal, kata ‫ ﺗﻔﻌل ﻻ‬kita ganti
‫‪ (pukullah), maka bentuknya seperti ini:‬ﺗﺿرب ﻻ ‪menjadi‬‬

‫ْﻀ ِﺮُﺑْـ ﻮا‬ ‫ﻀ‬


‫ﻻََﺗ‬ ‫ﻻََﺗ ﻀْ‬ ‫َﻻ ﺗ ْ ِ ﺮ‬
‫ِﺮَﺑﺎ‬ ‫ْب‬

‫َ ْﻀ ِﺮْﺑ َﻦ‬ ‫َ ْ‬ ‫َﻻ ﺗ ْﻀ‬


‫ﻻ َﺗ‬ ‫ﻻ َﺗ ﻀ‬ ‫ِﺮِﺑ‬
‫ِﺮَﺑﺎ‬ ‫ﻲ‬
‫ْ‬
Keterangan tambahan: Penjelasan lebih rinci tentang fi’il nahyi akan disampaikan kemudian, saat ini
fokus membahas dhamir (kata ganti) yang terdapat dalam fi’il nahyi dulu, tidak meluas ke
pembahasan terperinci tentang fi’il nahyi.
7. Dhamir Nashbin Muttashil bil-Fi’li (‫)ﺑﺎﻟﻔﻌل ﻣﺗﺻل ﻧﺻب ﺿﻣﯾر‬
Dhamir ini berada setelah kata kerja (fi’il), sehingga ia dinamakan muttashil bil-fi’li. Sedangkan
nashbin atau nashab di sini menunjuk pada posisi dhamir tersebut dalam i’rab, yaitu ia menjadi
manshub. Definisi i’rab, nashab dan manshub secara lebih rinci akan dijelaskan kemudian.
Sederhananya, dhamir di sini berposisi sebagai objek dari fi’il yang berada sebelum dhamir tersebut.
Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat contoh berikut ini:

‫َﻧ َﺼَ َﺮ ك‬
Ungkapan ‘nasharaka’ di atas merupakan sebuah kalimat, yang terdiri dari dua kata, yaitu nashara
dan ka. Nashara artinya ‘dia 1 orang laki-laki telah menolong’ (lihat materi sebelumnya). Sedangkan
ka (Anda 1 orang laki-laki) merupakan dhamir nashbin muttashil bil-fi’li, ia berposisi sebagai objek
dari kata nashara. Jadi, kalimat ‘nasharaka’ artinya ‘dia 1 orang laki-laki telah menolongmu (1 orang
laki-laki)’.
Mari kita lihat contoh yang lain berikut ini:

‫َ َﻋ ﺮْﻓـُﺘـ َﻬﺎ‬
Ungkapan ‘araftuha di atas merupakan sebuah kalimat, yang terdiri dari dua kata, yaitu ‘araftu dan
ha. ‘Araftu artinya ‘saya (1 orang) telah mengenal’ (lihat materi sebelumnya). Sedangkan kata ha (dia
1 orang perempuan) merupakan dhamir nashbin muttashil bil-fi’li, ia berposisi sebagai objek dari
kata ‘araftu. Jadi, kalimat ‘araftuha artinya ‘saya (1 orang) telah mengenalnya (1 orang perempuan)’.
Dhamir nashbin muttashil bil-fi’li ada 14, yaitu:

‫َﻧ‬ ‫َﻧ َﺼَ ُﺮﻫ‬ ‫َﻧ‬


‫َﺼَ ُﺮﻫ‬ ‫َﻤﺎ َﻧ‬ ‫َﺼَ ُﺮﻩ‬
‫ْﻢ َﻧ‬ ‫ﺼ ُﺮﻫ‬ ‫َﻧ‬
َ َ
‫َﺼَ ُﺮﻫ‬ ‫َﻧ‬ ‫َﻤﺎ‬ ‫َﺼَ َﺮﻫﺎ‬
‫َﻧ‬ ‫ﱠﻦ‬ ‫َﺼ ُﺮﻛ‬ ‫َﻧ‬
َ ‫َﺼَ َﺮ ك‬
‫َﺼ ُﺮﻛ‬
Keterangan:
َ ‫َﻤﺎ َﻧ‬
‫ْﻢ َﻧ‬ ‫ﺼ ِﺮ ك‬
1. Membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2.
‫َﺼ ُﺮﻛ‬
َ َ َ ‫َﻧ‬
‫َﺼ ُﺮﻛ‬
َ ‫َﻤﺎ َﻧ‬ ‫ﺼ ﺮﻧِ ﻲ‬ ‫ﻧ‬
‫ﱠﻦ‬ ْ َ ََ
‫ﺼ ﺮَﻧﺎ‬
َ َ
2. Kata nashara ini sebagai salah satu contoh saja. Fokusnya pada dhamir setelahnya
Arti masing-masing dhamir:
‫ﻧﺻره‬ = dia (untuk 1 orang laki-laki)
‫ = ﻧﺻرھﻣﺎ‬mereka (untuk 2 orang laki-laki)
Orang ke-3
‫ = ﻧﺻرھم‬mereka (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
‫ﻧﺻرھﺎ‬ = dia (untuk 1 orang perempuan)
‫ = ﻧﺻرھﻣﺎ‬mereka (untuk 2 orang perempuan) Orang ke-3
‫ = ﻧﺻرھن‬mereka (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫ﻧﺻرك‬ = anda (untuk 1 orang laki-laki)
‫ = ﻧﺻرﻛﻣﺎ‬kalian (untuk 2 orang laki-laki)
‫ﻧﺻرﻛم‬ = kalian (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
‫ﻧﺻرك‬ = anda (untuk 1 orang perempuan) Orang ke-2

‫ = ﻧﺻرﻛﻣﺎ‬kalian (untuk 2 orang perempuan)


‫ = ﻧﺻرﻛن‬kalian (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫ = ﻧﺻرﻧﻲ‬saya (untuk 1 orang laki-laki atau perempuan)
Orang pertama
‫ﻧﺻرﻧﺎ‬ = kami (untuk 2 atau lebih orang laki-laki atau perempuan)
Kata ‫ ﻧﺻر‬bisa diganti menjadi ‫ ﻋرﻓت‬,‫ﺿرﺑوا‬, dan yang lainnya. Misal, kata ‫ ﻧﺻر‬kita ganti menjadi ‫ﻋرﻓت‬
(mengenal), maka bentuknya seperti ini:

‫َ َﻋ ﺮَﻓْـ ﺘ‬ ‫َ َﻋ ﺮَﻓْـﺘـ‬ ‫َ َﻋ ﺮ‬
‫ـ ُﻬ ْﻢ‬ ‫ُﻬ َﻤﺎ‬ ‫َﻓْـ ﺘُﻪ‬
‫َ َﻋ ﺮَﻓْـﺘـ‬ ‫َ َﻋ ﺮَﻓْـﺘـ ُﻬ‬ ‫َ َﻋ ﺮَﻓْـﺘـ‬
‫ُﻬ ﱠﻦ‬ ‫َﻤﺎ‬ ‫َ ﻬﺎ‬
‫َ َﻋ ﺮَﻓْـ ﺘ‬ ‫َ َﻋ ﺮَﻓْـﺘ‬ ‫َ َﻋ ﺮَﻓْـ ﺘ‬
‫َﻚ‬
‫ُﻜ ْﻢ‬ ‫ُﻜ َﻤﺎ‬
‫َ َﻋ ﺮَﻓْـﺘ‬ ‫َ َﻋ ﺮَﻓْـﺘ ُﻜ‬ ‫َ َﻋ ِﺮَﻓْـ ﺘ‬
‫ﻚ‬
‫ُﻜ ﱠﻦ‬ ‫َﻤﺎ‬
‫َ َﻋ ﺮَﻓـ‬ ‫َ َﻋ ﺮَﻓْـ ﺘِﻨ ﻲ‬
ْ
8. Dhamir Khafdhin bil-Idhafah (‫)ﺑﺎﻹﺿﺎﻓﺔ ﺧﻔض ﺿﻣﯾر‬
‫ﺘَـﻨﺎ‬
Idhafah dalam makna yang sederhana adalah kumpulan kata/frase (bukan kalimat) yang terdiri dari
dua isim atau lebih1. Jika idhafah terdiri dari dua kata, kata pertama dinamakan mudhaf dan kata
kedua disebut mudhaf ilaih.
Mari kita lihat contoh-contoh berikut ini:

‫ﻛﺘﺎب ﺣﺎﻣ‬
Cara membacanya: kitaabu haamidin ‫ﺪ‬
Artinya: Buku (milik) Hamid.

‫ﺣﻘﻴﺒﺔ اﻟﻤﺪرس‬
Cara membacanya: haqiibatul mudarrisi
Artinya: Tas (milik) guru (itu).

1
Pembahasan idhafah yang terdiri dari lebih dua kata akan dibahas saat pembahasan ilmu nahwu.
‫ﺑﻴﺘﻪ‬
Cara membacanya:
baytuhu Artinya: Rumah-
(milik)-nya. KETERANGAN:
1. Kata kitaab (‫)ﻛﺗﺎب‬, haqiibah (‫)ﺣﻘﯾﺑﺔ‬, dan bayt (‫ )ﺑﯾت‬disebut mudhaf, karena ia merupakan kata
pertama. Sedangkan kata haamid (‫)ﺣﺎﻣد‬, al-mudarris (‫)اﻟﻣدرس‬, dan hu (‫ )ـﮫ‬disebut mudhaf ilaih,
karena ia merupakan kata kedua.
2. Idhafah terkadang dimaknai sebagai kepemilikan (seperti contoh di atas), dan kadang dimaknai
sebagai asal atau dari, misal frase ‫( ﺣدﯾد ﺧﺎﺗم‬khaatamu hadiidin), yang artinya ‘cincin dari besi’,
dan juga bisa dimaknai di/di dalam, misal frase ‫‘( اﻟﻘﺑر ﻋذاب‬adzaabul qabri), yang artinya ‘azab di
dalam kubur’.
3. Ciri utama mudhaf ialah ia tak boleh ber-alif lam, dan juga tidak boleh bertanwin, jadi kita tidak
bisa katakan al-kitabu haamidin atau kitaabun haamidin. Sedangkan ciri utama mudhaf ilaih ialah ia
selalu berada pada posisi jar/khafadh dalam i’rab.
4. Keterangan lebih lanjut tentang idhafah, i’rab, serta jar/khafadh akan disampaikan saat
pembahasan ilmu nahwu.
Nah, dhamir ini dinamakan dhamir khafdhin (khafadh) bil-idhafah karena ia berposisi sebagai
mudhaf ilaih dalam idhafah, dan sudah dijelaskan di atas bahwa mudhaf ilaih posisi i’rabnya adalah
jar/khafadh. Contoh dhamir ini misalnya adalah kata hu dalam frase baytuhu pada contoh di atas.
Dhamir khafdhin bil-idhafah ada 14, yaitu:

‫َﺑـُْﻴﺘـُﻬ‬ ‫َﺑـُْﻴﺘـُﻬ‬ ‫َﺑْـﻴﺘُُﻪ‬


‫ْﻢ َﺑْـﻴﺘُـ‬ ‫َﻤﺎ َﺑـُْﻴﺘـ‬ ‫َﺑـُْﻴﺘـَﻬﺎ‬
‫ُﻬﱠﻦ‬ ‫ُﻬَﻤﺎ‬
‫َﺑْـﻴُﺘ ُﻜ‬ ‫َﺑْـ ﻴُﺘ ُﻜ‬ ‫َﺑْـ ﻴُﺘ َﻚ‬
‫ْﻢ َﺑْـﻴُﺘ‬ ‫َﻤﺎ َﺑْـﻴُﺘ‬ ‫َﺑْـ ﻴُﺘ ِﻚ‬
‫ُﻜ ﱠﻦ‬ ‫ُﻜ َﻤﺎ‬
‫َﺑْـُﻴﺘـﻨَﺎ‬ ‫َﺑـْﻴﺘِ ﻲ‬
ْ
Keterangan:
1. Membacanya dari kanan ke kiri, baru baris ke-2.
2. Kata baytu ini sebagai salah satu contoh saja. Fokusnya pada dhamir setelahnya
Arti masing-masing dhamir:
‫ﺑﯾﺗﮫ‬ = rumahnya (untuk 1 orang laki-laki)
‫ﺑﯾﺗﮭﻣﺎ‬ = rumah mereka (untuk 2 orang laki-laki)
‫ﺑﯾﺗﮭم‬ = rumah mereka (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
‫ﺑﯾﺗﮭﺎ‬ = rumahnya (untuk 1 orang perempuan) Orang ke-3
‫ﺑﯾﺗﮭﻣﺎ‬ = rumah mereka (untuk 2 orang perempuan)
‫ﺑﯾﺗﮭن‬ = rumah mereka (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫ﺑﯾﺗك‬ = rumah anda (untuk 1 orang laki-laki)
‫ﺑﯾﺗﻛﻣﺎ‬ = rumah kalian (untuk 2 orang laki-laki)
‫ﺑﯾﺗﻛم‬ = rumah kalian (untuk 3 atau lebih orang laki-laki)
Orang ke-2
‫ﺑﯾﺗك‬ = rumah anda (untuk 1 orang perempuan)
‫ﺑﯾﺗﻛﻣﺎ‬ = rumah kalian (untuk 2 orang perempuan)
‫ﺑﯾﺗﻛن‬ = rumah kalian (untuk 3 atau lebih orang perempuan)
‫ﺑﯾﺗﻲ‬ = rumah saya (untuk 1 orang laki-laki atau perempuan)
Orang pertama
‫ﺑﯾﺗﻧﺎ‬ = rumah kami (untuk 2 atau lebih orang laki-laki atau perempuan)
Kata ‫ ﺑﯾت‬bisa diganti menjadi ‫ ﻗﻠم‬,‫ﻛﺗﺎب‬, dan yang lainnya. Misal, kata ‫ ﺑﯾت‬kita ganti menjadi ‫( ﻛﺗﺎب‬buku),
maka bentuknya seperti ini:

‫ﻛَِﺘُﺎﺑـ ُﻬ ْﻢ‬ ‫ِﻛَﺘُﺎﺑـ ُﻬ‬ ِ


‫َﻤﺎ‬ ُ‫ﻛَﺘﺎُﺑﻪ‬
‫ﻛَِﺘُﺎﺑـ ُﻬ ﱠﻦ‬ ‫ِﻛَﺘُﺎﺑـ َﻬﺎ‬
ِ
‫ﻛَﺘُﺎﺑـَُﻬﻤﺎ‬

‫ﻛَِﺘﺎُﺑ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﻛَِﺘﺎُﺑ ُﻜ‬ ‫ﻛَِﺘﺎُﺑ َﻚ‬


‫َ ﻤﺎ‬
‫ﻛَِﺘﺎُﺑ ُﻜ ﱠﻦ‬ ‫ﻛَِﺘﺎُﺑ ِﻚ‬
ِ
‫ﻛَﺘﺎُﺑ َُﻤﻜﺎ‬

‫ﻛَِﺘُﺎﺑـﻨَﺎ‬ ‫ِﻛَﺘﺎﺑِ ﻲ‬
ْ
9. Dhamir Khafdhin bil-Harf (‫)ﺑﺎﻟﺣرف ﺧﻔض ﺿﻣﯾر‬
Dhamir khafdhin (khafadh) bil-harf ini mirip dengan dhamir khafdhin bil-idhafah, terutama dari sisi
posisi dhamir ini dalam i’rab, yaitu majrur. Bedanya, dalam dhamir khafdhin bil-idhafah, kata
sebelum dhamir merupakan isim, dan gabungan isim + dhamir tersebut dinamakan idhafah,
sedangkan dalam dhamir khafdhin bil-harf, kata sebelum dhamir merupakan harf jar, dan gabungan
harf jar + dhamir sering disebut jar majrur.
Harf jar merupakan salah satu jenis harf2 yang berfungsi me-majrur-kan isim setelahnya. Harf jar
yang dihubungkan dengan dhamir –sebagaimana disebutkan di Kitabut Tashrif- adalah:

‫ل‬،‫ب‬، ، ، ‫ ﻋن‬، ‫ إﻟﻰ‬، ‫ﻣن‬


‫ﻋﻠﻰ ﻓﻲ‬
Berikut makna masing-masing harf jar, beserta contohnya dalam kalimat, agar bisa dipahami
penggunaannya masing-masing:
‫ = ﻣن‬Dari. Contohnya dalam kalimat: ‫( اﻟﺳﻣﺎء ﻣن ﺻوﺗﺎ ﺳﻣﻌت‬Saya mendengar suara dari langit)
‫ = إﻟﻰ‬Ke/Kepada. Contohnya dalam kalimat: ‫( ﻓﻌﻠﻣوھم أھﻠﯾﻛم إﻟﻰ ارﺟﻌوا‬Kembalilah kepada keluarga
kalian, dan ajarilah mereka)
‫ = ﻋن‬Dari/Tentang. Contohnya dalam kalimat: ‫( اﻹﺳﻼم ﻋن أﺧﺑرﻧﻲ‬Beritahukanlah aku tentang Islam)
‫ = ﻋﻠﻰ‬Di atas/Atas. Contohnya dalam kalimat: ‫( ﺧﻣس ﻋﻠﻰ اﻹﺳﻼم ﺑﻧﻲ‬Islam dibangun atas 5 perkara)
‫ = ﻓﻲ‬Di/Di dalam. Contohnya dalam kalimat: ‫( اﻟﻧﺎر ﻓﻲ واﻟﻣﻘﺗول اﻟﻘﺎﺗل‬Yang membunuh dan yang
dibunuh sama-sama di neraka)

2
Harf (jamak/plural-nya ‘huruf’), merupakan salah satu dari jenis kata dalam bahasa Arab. Selain harf, ada juga
isim dan fi’il.
‫ = ب‬Dengan. Contohnya dalam kalimat: ‫ ﻣﻌرﻓﺔ اﻹﯾﻣﺎن‬،‫ وﻗول ﺑﺎﻟﻘﻠب‬،‫( ﺑﺎﻷرﻛﺎن وﻋﻣل ﺑﺎﻟﻠﺳﺎن‬Iman itu
mengenal dengan hati, dikatakan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan)
‫ = ل‬Bagi. Contohnya dalam kalimat: ‫( ﻟﻠﻧﺎس ﺷﻔﺎء ﻓﯾﮫ‬Di dalamnya terdapat obat bagi manusia)
Dhamir dalam dhamir khafdhin bil-harf jumlahnya ada 14, sebagaimana dhamir pada umumnya, jadi
di sini saya tidak perlu lagi menjelaskan maknanya secara rinci. Di sini saya hanya akan menyebutkan
bentuk-bentuk dhamir khafdhin bil-harf secara rinci, tanpa menjelaskan makna masing-masing lagi.

‫َ ْﻋﻨـ‬ ‫َ ْﻋﻨـ‬ َ ‫ِْﻣ ـﻨ‬ ‫ِْﻣ ـﻨ ُﻬ‬ ‫ِﻣُْﻨﻪ‬


‫ُﻬ ْﻢ‬ ‫َﻤﺎ‬
‫ُﻬ ْﻢ‬ ‫ُﻬ َﻤﺎ‬ ‫ْﻋ ﻨُﻪ‬ ‫ِﻣْ ـﻨ َﻬﺎ‬
‫َ ْﻋﻨـ ُﻬ‬ ‫َ ْﻋﻨـ ُﻬ‬ ‫َ ْﻋﻨـ‬ ‫ِْﻣﻦـﻨ‬ ‫ُﻬ ﱠ‬ ‫ِْﻣ ـﻨ ُﻤﺎﻬ‬
َ
‫ﱠﻦ‬ ‫َﻤﺎ‬ ‫َ ﻬﺎ‬
‫َ ْﻋﻨ‬ ‫َ ْﻋﻨ‬ ‫َ ْﻋ ﻨ‬ ‫ِ ْﻣ ﻨ‬ ‫ِ ْﻣ ﻨ‬ ‫ِ ْﻣ ﻨ َﻚ‬
‫َﻚ‬ ‫ُﻜ ْﻢ‬ ‫ُﻜ َﻤﺎ‬
‫ُﻜ ْﻢ‬ ‫ُﻜ َﻤﺎ‬ ‫ِ ْﻣ ﻨ ِﻚ‬
‫َ ْﻋ ﻨ‬ ‫ُﻜِ ْﻣﻦﻨ‬ ‫ِ ْﻣﻤﺎﻨ‬
‫َ ْﻋﻨ ُﻜ‬ ‫َ ْﻋﻨ ُﻜ‬ ‫ِﻚ‬ ‫ﱠ‬ َ ‫ُﻜ‬
‫ﱠﻦ‬ ‫َﻤﺎ‬
‫َ ﱠﻋﺎﻨ‬ ‫َ ﱢﻋﻨ‬ ‫ِﻣﱠﻨﺎ‬ ‫ِ ﱢﻣﻨ ﻲ‬
ْ
‫ﻲ‬ *
ْ
‫َﻋﻠَْﻴ‬ ‫َﻋﻠَْﻴ‬ ‫إَِْﻟﻴ ِﻬ‬ ‫إَِْﻟﻴ ِﻬ‬ ‫إَِْﻟﻴ ِﻪ‬
‫ِﻬ ْﻢ‬ ‫ِﻬَﻤﺎ‬ ‫ْﻢ‬ ‫َﻤﺎ‬
‫ﻋﻠ‬
َْ َ ‫إَِْﻟ ـﻴ َﻬﺎ‬
‫َِﻋﻠَْﻴ‬ ِ ِ ِ ِ
‫ﻬ ﱠﻦ‬ ‫َِﻬَﻋﻠَْﻴﻤﺎ‬ ‫ﻴ ِﻪ‬ ‫إَْﻟﻴ ﱠﻬﻦ‬ ‫إَْﻟﻴَ ﻬﻤﺎ‬
‫ﻋﻠ ـﻬﺎﻴ‬
َْ َ
َ

‫َﻋ َْﻠﻴ‬ ‫َﻋ َْﻠﻴ‬ ‫َ ﻤﺎ‬ ‫َﻋﻠَْﻴ‬


‫ُﻜ ْﻢ‬ ‫ُﻜ َﻤﺎ‬ ‫ﺑِﻤﺎﻬ‬ ‫َﻚ‬
‫ﻋﻠ‬
َْ َ َ
‫َﻋﻠَْﻴ ُﻜ‬ ‫ﺑِﻬ ْﻢ‬ ‫َﻋ َْﻠﻴ ُﻜ‬ ‫ﻴـﻨَﺎ‬ ‫َﻋﻠَْﻴ‬
‫ﱠﻦ‬ ‫ِﻚ‬
‫ِ‬
‫َﻋﻠَ‬ ‫إَِْﻟﻴ ُﻜ‬ ‫ِإَْﻟﻴ ُﻜ‬ ‫ﻓْﻴَِﻬﻤﺎ‬ ‫ِإَْﻟﻴ َﻚ‬
‫ﱠﻲ‬ ‫ْﻢ ِإَْﻟﻴ ُﻜ‬ ‫َﻤﺎ ِإَْﻟﻴ‬ ‫ِإَْﻟﻴ ِﻚ‬
‫ِ‬
‫ﱠﻦ‬ ‫ْﻓﻴِْﻬﻢ‬ ‫ُﻜ َﻤﺎ‬
‫إَِﻟ ﱠﻲ‬
‫ﺑِﻪ‬
‫إَِْﻟﻴـﻨَﺎ‬ ‫*‬
‫ﻓِﻴﻪِ‬
‫ْ‬
‫ﺑِﻬﱠﻦ‬ ‫ﺑِﻬَﻤﺎ‬ ‫َﺑِﻬﺎ‬ ‫ﻓِْﻴِﻬ‬ ‫ِ‬
‫ﻓَْﻴِﻬﻤﺎ‬ ‫ﻓِْﻴـ َﻬﺎ‬
‫ﱠﻦ‬
‫ِﺑ ُﻜ‬ ‫ِﺑ ُﻜ‬ ‫ﺑِ‬ ‫ْﻓِﻴ ُﻜ‬ ‫ْﻓِ ﻴ ُﻜ‬ ‫ْﻓِ ﻴ َﻚ‬
‫ْﻢ‬ ‫َﻤﺎ‬ ‫َﻚ‬ ‫ْﻢ‬ ‫َ ﻤﺎ‬
‫ْﻓِ ﻴ ِﻚ‬
‫ِ‬ ‫ﺑِ‬ ‫ِ‬
‫ﺑ ُﱠﻜﻦ‬ ‫ِﺑ َُﻤﻜﺎ‬ ‫ْﻓِ ﻴ ُﻦﻜ‬ ‫ْﻓ ﻴ َُﻤﻜﺎ‬
‫ﱠ‬
‫ِﻚ‬
‫ﺑَِﻨﺎ‬ ‫ﺑِ ﻲ‬ ‫ﻓِْﻴ َـﻨﺎ‬ ‫ﻓِ ﱠﻲ‬
‫ْ‬
‫*‬
‫َُﻟﻬ‬ ‫َُﻟﻬَﻤﺎ‬ ‫َﻟُﻪ‬
‫ْﻢ‬ ‫َُﻟﻬَﻤﺎ‬ ‫ََﻟﻬﺎ‬
‫َُﻟﻬ‬
‫ﱠﻦ‬
‫َﻟ ُﻜ ْﻢ‬ ‫َﻟ ُﻜ‬ ‫َﻟ َﻚ‬
‫َﻟ ُﻜ ﱠﻦ‬ ‫َﻤﺎ‬ ‫َﻟ ِﻚ‬
‫َﻟ َُﻤﻜﺎ‬
‫‪Ke‬‬ ‫‪Memb‬‬
‫‪ter‬‬ ‫‪acanya‬‬
‫‪an‬‬ ‫‪dari‬‬
‫‪ga‬‬ ‫‪kanan‬‬
‫‪n:‬‬ ‫‪ke kiri,‬‬
baru baris ke-2, dan seterusnya.
‫َﻟَﻨﺎ‬ ِ‫ﻟ‬
‫ﻲ‬
ْ
*
WAZAN DAN MAWZUN
Dalam bahasa Arab, ada pola-pola kata tertentu yang menjadi acuan kata lain. Pola-pola inilah yang
dipelajari dalam ilmu sharaf. Dengan menguasai pola-pola tersebut, dan mengetahui kata mana saja
yang mengikuti pola tersebut, maka mudah bagi kita untuk membaca teks kata dalam bahasa Arab,
sekaligus memahami maknanya. Di sinilah pembahasan wazan-mawzun (‫)واﻟﻣوزون اﻟوزن‬.
Wazan secara bahasa berarti timbangan. Di sini maksudnya adalah pola-pola standar yang dijadikan
acuan bagi kata-kata dalam bahasa Arab. Sedangkan mawzun adalah kata-kata dalam bahasa Arab
yang mengikuti timbangan atau pola-pola standar tersebut.
Contoh:
Wazan Mawzun Wazan Mawzun

‫ﻓَـﻌﻞ‬
‫َﻧ‬ ‫أَﻓْـﻌﻞ‬ ‫َْأ ر َﺳ ﻞ‬
‫َﺼَ ﺮ‬ َ

ََ ‫ﺿﺮ ب‬
َ ََ ‫َأَْﻧْأـََﺰﻛﺮمل‬
َ
‫َﺟَﻠ ﺲ‬
Perhatikan ini: َ
‫َﻓـ َﻌ ﻞ‬
َ Keterangan:
Huruf nun pada kata nashara (mawzun) mengikuti huruf fa’ pada kata fa’ala
(wazan).Huruf shad mengikuti huruf ‘ain, dan huruf ra’ mengikuti huruf lam. Karena
nun mengikuti huruf fa’, ia dikatakan fa’ fi’il, shad dikatakan ‘ain fi’il, dan ra’

‫َﻧ َﺼَ ﺮ‬ dikatakan lam fi’il.

Perhatikan ini:
Keterangan:
‫َ ْﻣ ﻔ‬ Coba bandingkan dengan perbandingan maf’ulun-manshurun di samping, dengan
perbandingan fa’ala-nashara sebelumnya. Di perbandingan maf’ulun-manshurun,
huruf nun tetap mengikuti huruf fa’, huruf shad tetap mengikuti huruf ‘ain, dan huruf
ra’ tetap mengikuti huruf lam. Hal ini karena tiga huruf di atas merupakan huruf asli
dalam wazan-mawzun, sedangkan huruf sisanya merupakan huruf tambahan (za-idah).

‫ُ ْﻌ ٌﻮ ل َ ْﻣﻨ‬ Pada contoh di samping, yang merupakan tambahan adalah huruf mim dan huruf
waw. Huruf mim dan huruf waw itu ada pada wazan sebagai za-idah, dan pada
mawzun juga ada tanpa diubah hurufnya.

‫ﺼ ﻮٌر‬
ْ ُ
Untuk lebih jelasnya, silakan perhatikan contoh-contoh berikut ini:

‫َﻓـ َ ْﻌ َﻠﻨﺎ‬ ‫َﻓـ ْﻌ‬ ‫َﻳْـ ﻔ ُﻌ ﻞ‬


ُ
‫ٌﻞ‬

‫ﺼ ﺮَﻧﺎ‬
ْ َ ‫َﻧ‬ ‫َﻧ‬ ‫ﺼﺮ‬
ُ ُ ‫َﻳـْﻨ‬
‫ﺼﺮ‬
ٌْ
Penjelasan Lanjutan
Dalam bahasa Arab, ada akar kata, dan ada kata yang merupakan turunan dari akar kata tersebut.
Akar kata dalam bahasa Arab adalah fi’il madhi untuk kata ganti orang ke-3 laki2 tunggal (ingat
pelajaran sebelumnya). Misalnya adalah nashara, dharaba, jalasa, dst.
Akar kata dalam bahasa Arab ada yang terdiri dari 3 huruf, dan ada yang terdiri dari 4 huruf. Yang 4
huruf ini jumlahnya sedikit.
Nah, hubungannya dengan wazan-mawzun, istilah fa’ fi’il mengacu pada huruf pertama dalam fi’il
madhi (orang ke-3 laki-laki tunggal), ‘ain fi’il mengacu pada huruf kedua dalam fi’il madhi, dan lam
fi’il mengacu pada huruf ketiga. Jika fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf, maka huruf ke-3 disebut lam
fi’il pertama, dan huruf ke-4 disebut lam fi’il kedua.
Jika ada tambahan huruf pada selain bentuk fi’il madhi (orang ke-3 laki-laki tunggal), maka huruf
tambahan itu dinamakan za-idah. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat kembali beberapa contoh di
atas.
BINA’
Kali ini kita akan membahas tentang bina’ (‫)اﻟﺑﻧﺎء‬. Bina’ di sini maksudnya adalah bangunan suatu
kata dalam bahasa Arab. Ditinjau dari huruf-huruf penyusunnya, kata-kata dalam bahasa Arab
terdiri dari beberapa bina’, yaitu:

1. Shahih (‫)ﺻﺤﻴﺢ‬
Bina’ shahih adalah jika suatu kata fa’ fi’il, ‘ain fi’il, dan lam fi’il-nya bukan huruf ‘illat. Huruf ‘illat
adalah huruf alif (‫)ا‬, waw (‫)و‬, dan ya (‫)ي‬. Bina’ shahih terdiri dari tiga macam, yaitu:

(a) Mudha’af (‫)ﻣﻀﺎﻋﻒ‬

Yaitu kata yang ‘ain fi’il dan lam fi’il-nya terdiri dari huruf yang sama, sehingga ‘ain fi’il-nya

dimasukkan ke lam fi’il, dan dibaca dengan tasydid. Misalnya adalah kata: ‫( َﻓﱠـﺮ‬lari), َ‫( ﱠرد‬membalas),
dan lain-lain. Mudha’af secara bahasa artinya kembar atau ganda.

(b) Mahmuz ( ‫)ﻣﻬﻤﻮز‬

Yaitu kata yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il, atau lam fi’il-nya terdapat huruf hamzah. Perlu diketahui bahwa
hamzah (‫ )ھﻣزة‬dengan alif (‫ )أﻟﯾف‬itu berbeda. Hamzah berharakat (dhammah, fathah, kasrah atau
sukun), sedangkan alif tidak berharakat dan biasanya berfungsi memanjangkan bacaan huruf

sebelumnya. Misal mahmuz pada fa’ fi’il: َ‫( ﺬ َﺧ َأ‬mengambil); pada ‘ain fi’il: (bertanya); pada lam
َ
‫ ﺳَﺄ ل‬fi’il: ‫( َﻗـﺮَأ‬membaca). Mahmuz secara bahasa artinya dihamzahkan.
َ
(c) Salim (‫)ﺳﺎﻟﻢ‬

Yaitu kata yang termasuk bina’ shahih yang di dalamnya tidak terdapat huruf kembar maupun

hamzah. Misalnya: َ‫َﺿَ ﺮ َب ( ﺼ‬ (memukul), dan


َ‫( ﺢ َﻓـَﺘ‬membuka). Salim secara bahasa
‫ ﺮ‬artinya yang
selamat. ‫ َﻧ‬,)menolong
2. Mitsal (‫)ﻣﺜﺎل‬

‫( ﻞ ﺻ و‬sampai),
ََ َ
Bina’ mitsal yaitu jika suatu kata fa’ fi’il-nya terdiri dari huruf ‘illat. Contohnya adalah:

ِ
َ‫( ﻊ َﺿ َو‬meletakkan), dan َ‫( ﺦ َو ﺳ‬kotor). Mitsal secara bahasa artinya serupa.
3. Ajwaf (‫)أﺟﻮف‬

Bina’ ajwaf yaitu jika suatu kata ‘ain fi’il-nya terdiri dari huruf ‘illat. Contohnya adalah: َ‫ﺑﺎ‬
َ ‫( ع‬menjual),
َ‫( ل َﻗﺎ‬berkata), dan َ‫ف َﻃﺎ‬ (mengelilingi). Ajwaf secara bahasa artinya kosong di tengah.

4. Naqish (‫)ﻧﺎﻗﺺ‬

Bina’ naqish yaitu jika suatu kata lam fi’il-nya terdiri dari huruf ‘illat. Contohnya adalah: ‫رﻣﻰ‬
َ َ
(melempar), َ‫( ﻋﺎ َد‬memanggil), dan ‫( َر ﻋﻰ‬memelihara). Naqish secara bahasa artinya yang kurang.
َ
5. Lafif (‫)ﻟﻔﻴﻒ‬
Bina’ lafif yaitu jika suatu kata ‘ain fi’il dan lam fi’il-nya terdiri dari huruf ‘illat. Contohnya adalah: ‫روى‬
َ َ
(meriwayatkan), ‫( َﻧـ ﻮى‬berniat), dan َ‫( ﻛ ﻮى‬menyetrika). Lafif secara bahasa artinya yang dilipat.
َ َ
Terkadang orang menamakan bina’ lafif ini dengan lafif maqrun (lafif yang bergandengan).
6. Multawi (‫)ﻣﻠﺘﻮي‬
Bina’ multawi yaitu jika suatu kata fa fi’il dan lam fi’il-nya terdiri dari huruf ‘illat. Contohnya adalah:

َ ‫( وَﻗﻰ‬memelihara), َ‫( ﺣﻰ َو‬mewahyukan), dan ‫( وﺷﻰ‬melukis). Multawi secara bahasa artinya


yang melilit. Terkadang orang menamakan bina’ multawi ini dengan lafif mafruq (lafif yang
terpisah).
HURUF DAN KATA
HURUF
Huruf dalam bahasa Arab disebut harf (‫)اﻟﺣرف‬. Dan sebagaimana kita ketahui, huruf atau harf
merupakan bagian dari kata, atau penyusun kata. Dengan ungkapan lain, kata adalah kumpulan
huruf-huruf.
Contoh huruf adalah:
‫ح–ف–ت–ي–ب‬
Huruf-huruf ini belum mempunyai arti khusus. Jumlah huruf dalam bahasa Arab ada 28, dan disebut
dengan huruf hijaiyyah.
Pembagian Huruf
Dalam ilmu nahwu, dikenal juga istilah huruf, tapi bukan huruf hijaiyyah seperti yang saya jelaskan di
atas. Jadi, dari sini bisa kita katakan, huruf dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Harf hijaiyy (‫)ھﺟﺎﺋﻲ ﺣرف‬
Harf hijaiyy ini adalah huruf hijaiyyah yang saya jelaskan di atas. Ia merupakan unsur penyusun suatu
kata. Harf hijaiyy ini disebut juga dengan harf mabani (‫)ﻣﺑﺎﻧﻲ ﺣرف‬.
2. Harf ma’ani (‫)ﻣﻌﺎﻧﻲ ﺣرف‬
Harf ma’ani adalah huruf-huruf yang telah memiliki makna, walaupun tidak juga bisa berdiri sendiri.
Harf ma’ani ini bukan penyusun kata, ia bahkan adalah salah satu jenis kata dalam bahasa Arab.
Contoh harf ma’ani:

(apabila) َِ‫ ذا إ‬- (dari) ْ‫( – ﻦ ِﻣ‬kemudian) ‫( – ﱠﻢ ُﺛ‬atau) ‫( – َْأو‬dan) َ‫و‬


Harf ma’ani ini adalah salah satu dari tiga jenis kata dalam bahasa Arab.
***
KATA
Kata dalam bahasa Arab disebut kalimah (‫)اﻟﻛﻠﻣﺔ‬. Dan jangan terkecoh atas kemiripannya dengan
kata ‘kalimat’ dalam bahasa Indonesia. ‘Kalimat’ dalam bahasa Indonesia itu terdiri atas beberapa
kata, sedangkan kalimah dalam bahasa Arab itu artinya adalah ‘kata’.
Contoh kalimah:

‫َاْﻟﺒَـْ ﻴ‬ ‫ُﺖ‬
; َِ‫إﻟﻰ‬
: rumah ;
ُ‫ﺐ ْﻜﺘُ َﻳ‬ : menulis : ke

ِ
َ‫ﺳﺔٌ ْ َﺪ ر َﻣ‬ : sekolah ; ‫ﻗَـ ﺮَأ‬
َ : membaca ;
ْ‫ﻦ ﻣ‬ : dari

Lafazh ِ‫ب‬ (dengan) dan ‫( و‬dan) dianggap kalimah, walaupun ia hanya terdiri dari satu huruf, karena
ia sudah memiliki makna.
َ
Pembagian Kalimah
Kalimah atau kata dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Isim (‫)اﻹﺳم‬
Isim adalah kata yang memiliki makna dengan sendirinya dan tidak terikat dengan waktu.
Maksud ‘memiliki makna dengan sendirinya’ adalah, walaupun isim itu tidak bersandar pada kata
lain, atau tidak berada dalam kalimat, kita tetap bisa memahami maknanya secara jelas. Dan maksud
‘tidak terikat dengan waktu’ adalah dalam isim tidak ada perbedaan penyebutan dan makna yang
dihubungkan dengan waktu tertentu, seperti waktu lampau, sekarang dan akan datang, hal ini
berbeda dengan fi’il.
Isim mencakup kata benda, tempat, sifat, nama orang, hewan, bilangan, dan lainnya.
Contoh isim:

‫ﻣﺤ‬
‫ُﻤٌَﺪ‬
‫ﱠ‬ : Muhammad
ِ ‫ﺬ ِﻤ ﻴ‬
; ٌ‫ﺗْﻠ‬ ْ : siswa ; ‫ُﺗْـﺮﻛَِﻴﺎ‬ : Turki

‫ﻣﺮﻳ‬ : Maryam ; ْ‫ﻓـَﺘـ ﺮ َد‬


ٌ : Buku tulis ; ٌ‫َأ‬ ‫ﺪ َﺳ‬ : singa
َ َْ
‫ﻢ‬
ُ
Di modul berikutnya, insyaAllah akan dijelaskan tanda-tanda isim secara lebih rinci.
2. Fi’il (‫)اﻟﻔﻌل‬
Fi’il adalah kata yang memiliki makna dengan sendirinya dan terikat dengan waktu.
Maksud ‘memiliki makna dengan sendirinya’ adalah, walaupun fi’il itu tidak berada dalam kalimat,
kita tetap bisa memahami maknanya secara jelas. Dan maksud ‘terikat dengan waktu’ adalah dalam
fi’il dibedakan penyebutan dan makna karena perbedaan waktu, seperti waktu lampau, sekarang
dan akan datang. Jadi fi’il memiliki bentuk tersendiri untuk yang waktu lampau, sekarang maupun
yang akan datang. Ini sebenarnya sudah disinggung saat membahas ilmu sharaf.
Fi’il dalam bahasa Indonesia disebut kata kerja, walaupun tetap ada perbedaan antara fi’il dalam
bahasa Arab dengan ‘kata kerja’ dalam bahasa Indonesia. Penjelasan rincinya insyaAllah akan
disampaikan pada waktunya.
Contoh fi’il:

ََ‫ ﺐ َﻛﺘ‬: telah menulis ; ‫ ﺐ ْﻜﺘُ ﻳ‬: sedang menulis


َُ ;
ْ‫ﺐ ُْا ﻛُﺘ‬ : tulislah!

‫َﻗـﺮَأ‬ ; ‫ﻳـْﻘﺮُأ‬
ِ
; ْ‫ـﻗﺮأْ ا‬
َ : telah membaca
َ َ : sedang membaca
َ : bacalah!

Di modul berikutnya, insyaAllah akan dijelaskan tanda-tanda fi’il secara lebih rinci.
3. Harf (‫)اﻟﺣرف‬
Harf (maksudnya harf ma’ani) adalah kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika
bersambung dengan kata yang lain.
Harf dalam bahasa Indonesia disebut kata sambung, kata bantu, atau yang semisalnya.
Contoh harf:
ِ
ْ‫ﻦ ﻣ‬ : dari ; ‫ ﱠﻢ ُﺛ‬: kemudian ;
َ‫و‬ : dan

َ‫ذا ِإ‬ : apabila ; ‫ َأو‬: atau


ْ ; ِْ‫ن إ‬ : jika
TANDA-TANDA ISIM, FI’IL DAN HARF
TANDA-TANDA ISIM
Dalam kitab al-Muyassar fi ‘Ilm an-Nahwi disebutkan beberapa tanda isim, yaitu sebagai berikut:
1. Berakhiran kasrah, seperti:
3. Diawali dengan alif lam (‫)ال‬, seperti:

‫ِ ِ ِ َر‬ ‫ َاﻟ ﱠﺴ َﻤ ُﻚ‬، ‫ َاَْﻟ ﻘ َﻤ ﺮ‬، ُ‫َاُْﻷ ْﺳَﺘﺎذ‬


، ‫َاﱠﻟ ﺮ ْﺣ ﻴ ﻢ‬ ُ
‫ﷲ ﱢب‬
‫ا‬
،
2. Berakhiran tanwin, seperti: 4. Didahului oleh huruf jar, seperti:

‫وَﻟ ﺪ ﺼ ر‬
َ ْ ٌَ ‫ ِﻣ َﻦ‬، ‫ َﻋَﻠﻰ ْاﻟ ُ ْﻜ ﺮِ ﺳ ﱢﻲ‬، ‫ِإَﻟﻰ اْﻟ ﻤ ﺴ ِﺠ ِﺪ‬
ْ َ
‫ ﺟ‬، ‫ َﻧ ﺮا‬، ‫ْا َْﻷ ر ِض‬
ُ
‫ٍﻞ‬
5. Menunjukkan nama orang, benda atau tempat, seperti:

، ‫ﺳﱡﺒـ ﻮرٌة‬ ِ
َ ْ َ ، ُ‫َﻓﺎ ﻃ َﻤﺔ‬
‫َﻏﺎَﻧﺎ‬
Huruf jar ada 9, yaitu:
ِ ِ ِ ِ ِ
ْ‫( ﻦ ﻣ‬dari), ‫ ﻣ ﻦ ْا ﻷَ ر ِض‬، ‫ ﻣ ﻦ اﱠﻟﻨﺎ ِس‬، ‫ﻣ ﻦ ا ﷲ‬
ْ َ
(1)
َ َ
contohnya:
ِ ِ ِ ِ
‫( إَِﻟﻰ‬ke), ‫ ِإَﻟﻰ اﻟ ﱡﺴ ﻮ ق‬، ‫ ِإَﻟﻰ اْﻟ ﻤ ْﺪ ر ﺳ ﺔ‬، ‫ِإَﻟﻰ اْﻟ ﻤ ﺴ ﺠ ﺪ‬
ْ َ َ َ
(2)
ْ َ
contohnya:

)3( ‫ َﻋ ْﻦ‬,contohnya: (dari) ‫ َﻋ ْﻦ َﻋﺎﺋِ َﺸَﺔ‬، ‫ َﻋ ْﻦ َﻋﻠِ ﱟﻲ‬، ‫َﻋ ِﻦ اﱠﻟﻨﺒِ ﱢﻲ‬
(4) َ‫ﻋﻠﻰ‬
َ (di atas), ‫ َﻋَﻠﻰ‬، ‫ ََﻋﻠﻰ ْا ﻷَ ر ِض‬، ‫ََ ﻋﻠﻰ اْﻟ ﻤ ْﻜَﺘ ِﺐ‬
ْ َ
contohnya: ‫اْﻟ ﺤ ﱢﻖ‬
َ
ِِ ِ ِ ِ
dalam), (di ‫ ﻓْ ﻴ ﻪ‬، ‫ ﻓﻲ اْﻟ ﻤ ﺴ ﺠ ﺪ‬، ‫ِﺖ‬ ِ
ِ
contohnya:
)5( ‫ﻓﻲ‬
ْ َ ‫ﻓﻲ اﻟْﺒـْﻴ‬
َ
(6) ‫( ﱠب ر‬banyak/sedikit), ‫رِ ٍﺟ ٍﻞ ر ﺟر َﻋ‬ ‫ر ﱠب‬
ُ ُ ، ‫ﻢ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺮ‬ُ ‫ﻛ‬ ُ
contohnya: َ
ٍِ ُ ‫ْ ﱠب‬ ََ
‫ٍﻞ ﺎﻟ ﻢ‬
‫( ﻛـَـ‬seperti), contohnya:
‫( ِﺑ ـ‬dengan), contohnya:
(8)
(7)
ِ ِ
‫ ﺑِ ﺴ ِﻢ‬، ‫ ﺑِﺎْﻟ ِﻤ ﺮ ﺳ ِﻢ‬، ‫ َﻛ ْﺎ َﻷْﻧـَ ﻌﺎم ِﺑﺎَْﻟ ﻘَﻠِ ﻢ‬، ‫ َﻛ ْﺎ َﻷ َﺳ ﺪ‬، ‫َﻛﺎَْﻟ ﻘ َﻤ ِﺮ‬
ْ َ ْ
ِ
(9) ‫( ﻟ ـ‬kepunyaan), contohnya: ‫ ﻟْ ﻠ ﻤ‬، ‫ت‬
ِ ِ ‫ ﻟِْﻠﺒـﻨﺎ‬، ‫ِﻟﻠﱠِﻪ‬
ََ
ُ
***
TANDA-TANDA FI’IL ‫َ ﱢﺪ ر ِس‬
Dalam kitab al-Muyassar fi ‘Ilm an-Nahwi disebutkan beberapa tanda fi’i, yaitu sebagai berikut:

Diawali lafazh َْ‫(ﺪ ﻗ‬sungguh), seperti: Diawali huruf َ‫ﺳ ﻮ‬


1. 3.
ْ َ ‫( ف‬saufa), seperti:
‫ﻗَْﺪ ﻗَﺎﻣ ِ ﱠﺼ‬ ‫َ ْﺳ ﻮ َف َﺗـ ْﻌَﻠ ُ ْﻤ ﻮ َن‬
َ
‫ﺖ ﻼُة‬
‫اﻟ‬
2. Diawali huruf ‫(س‬sin), seperti: 4. Berakhiran ta’ ta’nits sakinah (ْ ), seperti:
‫ت‬

‫ُ ﺳَﺄ ر‬ ‫ﺳﻴ‬ ‫ﻗَﺎﻟ ْ َﺟﺎ‬


ْ َ َ َ
‫َء‬ ‫ﺖ‬
‫ﺐ ﺟﻊ‬ ‫ْﺬ َﻫ‬
ُ ،
، ‫ْت‬
Keterangan:
1. ‫ س‬artinya ‘akan’ dalam waktu dekat.
2. َ‫ف َ ْﺳ ﻮ‬ artinya ‘akan’ dalam waktu jauh (masih lama).
3. Ta’ ta’nits sakinah itu maksudnya huruf ta’ di akhir suatu fi’il, yang menunjukkan pelaku
pekerjaan tersebut seorang wanita (muannats), dan sakinah maksudnya huruf ta’ tersebut di-
sukun.
4. Cara lain untuk mengetahui fi’il adalah dengan melihat makna kata tersebut. Jika menunjukkan
‘kata kerja’, maka ia kemungkinan adalah fi’il.
***
TANDA-TANDA HARF
Harf tidak memiliki tanda khusus. Untuk mengetahui harf, ada dua cara:
1. Semua harf dihafal tanpa kecuali. Ini adalah cara yang paling efektif. Kalau sudah hafal, sangat
kecil kemungkinan kita keliru identifikasi.
2. Dilihat apakah suatu kata memiliki tanda-tanda isim atau fi’il, jika tidak ada tanda keduanya,
kemungkinan itu adalah harf.
***
CARA LAIN UNTUK MENGIDENTIFIKASI ISIM DAN FI’IL
Ada cara lain untuk mengetahui apakah suatu kata termasuk isim atau fi’il, dan cara ini –menurut
saya– sangat efektif, yaitu dengan melihat timbangan (wazan) sharafnya.
Dari 12 tashriful ushul, timbangan fi’il madhi (ma’ruf dan majhul), fi’il mudhari’ (ma’ruf dan majhul),
fi’il amr dan fi’il nahyi berarti fi’il. Semua kata yang mengikuti timbangan ini bisa dipastikan adalah
fi’il.
Sedangkan timbangan mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim zaman, isim makan dan isim alat adalah
isim, dan semua kata yang mengikuti timbangan ini bisa dipastikan adalah isim.
ِ
Misalnya kata
َُ‫ب ِﺮ ْﻀ ﻳ‬, ia mengikuti wazan fi’il mudhari’ ma’ruf, yaitu ‫ َﻳـْ ﻔ ﻌُﻞ‬, maka bisa kita pastikan
ِ
kata yadhribu adalah fi’il. Misal lain kata ٌ‫ ﺪ ﺠ ﺴ ﻣ‬, ia mengikuti wazan isim makan, maka ia adalah
isim.
َ ْ
‫‪BAHASA ARAB AKTIF‬‬
‫ِ‬
‫َاﻟْ ﺤ ﻮا ر‬
‫َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﺴﻼ م‬ ‫‪ :‬اﻟ‬ ‫َﻋﺎﺋ َﺸُﺔ‬
‫َ ﱠَ ُ‬ ‫ﺴ ﻼ ُمُ َﻜﻋ َْﻠﻢﻴ‬
‫‪َ :‬اﻟ ﱠ َ‬ ‫َﺧﺎٌﻟ‬
‫ْ‬ ‫ﺪ‬
‫‪َ :‬و َﻋ َْﻠﻴ ُﻜ ﻢ اﻟ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ‬ ‫َﺧ ﺪْﻳ‬ ‫‪َ :‬و َﻋ َْﻠﻴ ُﻜ ﻢ اﻟ‬ ‫ﺣﺎ‬
‫ﺴ ﻼ ُم‬‫ﱠَ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ﺠُﺔ‬ ‫ﺴ ﻼ ُم‬‫ﱠَ‬ ‫ﻣٌﺪ‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﻋﺎِﺋ ﺸﺔُ ‪ ،‬ﻣﺎ ا ِﻚ ؟‬ ‫‪ :‬ا ْﺳ‬
‫ِ‬
‫َﻋﺎﺋ‬ ‫َﺧﺎٌِﻟ ﺪ ‪ ،‬ﻣﺎ ا َﻚ ؟‬ ‫‪ :‬ا ْﺳ‬ ‫َﺧﺎٌِﻟ‬
‫َْﺳ ﻤ َ َ‬ ‫ْﺳ ﻤ َ‬ ‫ِﻤﻲ‬
‫ُ‬ ‫ِﻤﻲ‬ ‫َﺸُﺔ‬ ‫ُ‬ ‫ﺪ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِ‬
‫َﺧ ﺪْﻳ َﺠﺔُ‬ ‫‪ :‬اِ ْﺳ‬ ‫َﺧ ِﺠﺪُﺔْﻳ‬ ‫ﺣﺎ ﻣٌﺪ‬ ‫‪ :‬اِ ْﺳ‬ ‫ﻣ ﺣﺪﺎ‬
‫ٌَ‬
‫ﻤﻲ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﻤﻲ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪ْ َ :‬ﻛ ﻴ َﻒ َﺣﺎُﻟ‬ ‫َﻋﺎﺋ‬ ‫َﺧﺎٌﻟ‬
‫‪ْ َ :‬ﻛ ﻴ َﻒ َ َﻚﺣﺎُﻟ؟‬
‫ِﻚ ؟‬ ‫َﺸُﺔ‬ ‫ﺪ‬
‫ﺨ ﻴ ٍﺮ ‪َ ،‬واْﻟ َﺤِ ْﱠِﻤ‬ ‫ِ‬
‫ُﺪ ﻟﻠ ﻪ‬ ‫‪ :‬ﺑَ ْ‬ ‫َﺧ ﺪْﻳ‬
‫ِ‬ ‫ﺨ ﻴ ٍﺮ ‪َ ،‬واْﻟ َﺤِ ْﱠِﻤ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫‪ :‬ﺑِ‬ ‫ِ‬
‫ﻣ ﺣﺪﺎ‬
‫ُﺪ ﻟﻠ ﻪ‬ ‫ٌَ‬
‫ََو ْﻛ ﻴ َﻒ َﺣﺎُﻟ ِﻚ‬ ‫َو ْﻛ ﻴ َﻒ ﺣﺎُﻟ َﻚ َأْﻧ َﺖ ؟‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫َأْﻧ ِﺖ ؟‬
‫ﺨ ﻴ ٍﺮ ‪َ ،‬واْﻟ َﺤ ْﻤ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺨ ﻴ ٍﺮ ‪ ،‬واْﻟ ﺤ ﻤ‬ ‫‪ :‬ﺑِ‬ ‫ﺧﺎﻟِ‬
‫‪ :‬ﺑَ ْ‬ ‫َﻋﺎﺋ‬ ‫ْ َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ٌ‬
‫*****‬
‫ُﺪ ﻟِﻠِﱠ ﻪ‬ ‫َﺸﺔُ‬ ‫ِِ‬ ‫ﺪ‬
‫ﻣﺎ ؟ﻫَﺬا‬ ‫ُﺪ ﻟﻠﱠ ﻪ‬
‫َ َ‬
‫ِ‬
‫ََأ ﻫ َﺬا ْﻣ ﻔَﺘﺎ ح ؟ َﻻ ‪َ ،‬ﻫ َﺬا‬ ‫َﻫ َﺬ ؟ َﻫ َﺬا َﻗ‬
‫ٌ‬ ‫َ‬
‫ﻣﺎ‬ ‫ﻣﺎ َﻫ َﺬا ؟ َﻫ َﺬا ﺑْـ ﻴ‬
‫ﺖ‬
‫ِ ْﻤ ﻴ ٌﺺ‬ ‫ٌَ‬ ‫َ‬

‫َﻣﺎ َﻫ َﺬا ﻧ؟ َﺠﻫ َﺬﻢا‬ ‫ََأﻫَﺬا ﺳ ِﺮْﻳـ ﺮ ؟ َﻻ ‪َِ،‬ﻫ َﺬا‬


‫َْ ٌ‬ ‫َﻴﻫ َﺬا‬ ‫‪،‬‬‫ٌﻌﺖﻢ؟‬ ‫َأﻫَﺬا ﺑـﻴ‬
‫َ ٌ ُﻛ ﺮ ﺳ ﱞ ﻲ‬
‫ْ‬
‫ﺖ‬ ‫َْ ٌ‬‫ـ‬‫ﺑ‬ ‫َ َْ َﻧَـ ْ‬
‫*****‬

‫ﻣ ﻦ ﻫ َﺬا ؟‬
‫َ ْ َ‬
‫َﻫ َﺬا َﺗﺎ‬ ‫ِ‬ ‫وٌَﻟ ﺪ ؟ َﻻ ‪،‬‬
‫ﺟﺮ‬ ‫ََأ ﻫ َﺬا َﺗﺎ ِ ٌﺟ ﺮ ؟ َﻧـ ﻌ ْﻢ ‪،‬‬ ‫َﺬﻫا‬ ‫ر‬
‫ٌ‬ ‫َ‬
‫ﺟﻞ‬ ‫َﺬا ؟‬
‫ُ ٌ‬ ‫ََأﻫَﺬا‬ ‫َﻫ َﻫ َﺬا َﻃ ْﺒِﻴ ﺐ‬ ‫ﻣﻦ‬
‫ٌ‬ ‫َْ‬
‫ﻫ َﺬا‬
‫َأ ﻫ َﺬا ِإ ﻣﺎ م ؟ َﻧـ ﻌ َ َِإ ﻣٌﺎ م‬ ‫َأﻫَﺬا ُﻣ َ ﱢﺪ ر ٌس ؟ َﻻ ‪َِ ،‬ﻫ َﺬا‬
‫َﻃﺎﻟ ٌﺐ‬
‫ﻣْﻦ ﻫ َﻫوَﻟَﺬﺪا‬
‫َ؟ َ ٌ‬ ‫َ‬
‫َ ٌ َﻢ ‪،‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َﺬا‬
‫ْ‬
‫*****‬

‫ِ‬
‫َﻚ ﻗ ﱞﻂ‬ ‫َ َﻚ‬
‫ِ‬
‫أَذﻟ َ ﺐ ؟ َ‬ ‫ﺼَﺎٌذِﻟن ذﻟِ ِﺣ َﻤٌﺎ ر‬
‫َﻫَِﺬا ََو‬ ‫ﻣﺎ َذﻟ َ َ َﺠﻚﻢَﻧ‬
‫ﻚ ٌ َﻻ ‪،‬‬ ‫ﻚ ِ ْ ٌ‬ ‫َ‬
‫ذِﻟ‬ ‫ﺣ‬ ‫ذﻟ‬
‫َ ْﻛ ﻠ‬ ‫َ‬ ‫؟‬
‫ﻚ‬
‫ِ َﺠ ﺮﺣ‬ ‫ِ‬ ‫ﻣ ﻦ َذﻟ َﻚ َِﻚ ﻣ‬
‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫ﻟ‬ ‫ذ‬‫َ‬ ‫؟‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺠ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻟ‬ ‫َأ َذ‬ ‫َرﻚ ُسﻣ‬ ‫ٌﺐِ‬ ‫َﻫَﺬا‬
‫ْ َﻚ‬‫‪،‬‬ ‫ﻢ‬ ‫ٌ‬
‫ﻌ‬ ‫ـ‬‫ﻧ‬
‫َ‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫َﻚ‬ ‫ﺪ‬
‫َ َو ذﻟ َ ﱢ ٌ‬ ‫َﻃ ْﺒِﻴ‬ ‫؟ َذِﻟ َﻬْ ﻨ ﺪ ُس‬ ‫َْ‬
‫ٌ‬
‫*****‬
‫ِ ِ ِ‬
‫َﻫ ﺬﻩ و ﺗْﻠ َﻚ‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َأﺗْﻠ َد َﺟﺎ َﺟﺔٌ ؟ َﻻ ََﺑﻄﱠﻚﺔٌ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﻦﻣ َﻫ ﺬﻩ َﻫﱢﺪ رﺬﻩ ُﺳٌﺔﻣ‬ ‫ِ ِ‬
‫َﻫ َﺬا َﻃﺎﻟ ﺐ وَ ﻫ ِﺬﻩ‬
‫‪َ ،‬ﺗـْ ﻠ‬ ‫َ َ‬ ‫َْ‬ ‫ٌ َ َﻃﺎﻟﺒٌﺔ‬
‫َﻚ‬ ‫؟‬ ‫َ‬
‫ِ َﺳﱠﻴَﺎ رٌة ؟ َﻧـ ﻌ ْﻢ ‪ ،‬ﺳﻴﱠ‬ ‫ِِ ﻫ‬ ‫َذﻟ َ َﺼﺎ َﻚ‬
‫َ‬ ‫َأﺗْﻠ‬ ‫َ َﻫ ﺬﻩ َ َ ﱠد را‬
‫َﺟٌﺔ‬
‫ﺗِْﻠ ﻚ ﺎ ٌرة‬ ‫َﻚ‬ ‫؟ ِِ‬
‫ﺬﻩ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻚ ٌن وِْﺗﻠ ﺑـَ ﻘ ﺮٌة‬
‫َ َ‬ ‫*****‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫ِ‬
‫ﺣ‬
MUFRADAT
sekolah : ‫ﻣ‬ masjid : ‫ِﻣ ﺴ‬ rumah : ‫ﺑْـ ﻴ ٌﺖ‬
َ ‫َﺠٌْﺪ‬ َ

guru/dosen : ِ ِ
‫ﻣ‬ pelajar/mahasiswa : ‫َﻃﺎﻟ‬ universitas :
ٌ‫َﺟﺎ ﻣَ ﻌﺔ‬
dokter (pr) : ‫ُر‬ ‫َ ﱢﺪ‬ ‫ﺐ‬
ٌ ِ
‫س‬
dokter : insinyur :
‫ُﻣ َﻬْ ﻨٌ ﺪس‬
ٌ ‫ﺐ‬‫َﻃ ْﺒِﻴ‬
ٌ
‫َﻃ ْﺒَِﻴﺒٌﺔ‬

‫ﻓَﱠﻼ‬
petani :

‫حﻣ‬
tukang adzan : ‫ﻣَ ﺆ‬ imam :
‫ِإ ﻣﺎ‬
ُ ‫مَ َﺗﺎ‬
ُ ٌ ‫ذﱢٌن‬
direktur :
perawat (pr) : pedagang :
ِ ِ
pegawai : ‫ﺪْﻳـ ﺮ‬ anak laki-laki : laki-laki : ‫ﺟﺮ‬
ٌ ‫ُﻣ َ ﱢﻤ ﺮ‬ ٌ
‫ﻣ ﻮﻇﱠ‬ ٌ‫َﺿﺔ‬
‫ُ ٌَﻒ‬ ‫َر ُﺟ ﻞ‬
ٌ
‫وٌَﻟ ﺪ‬
َ
sapi betina : ِ ِ
‫ﺮة‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺣ ﺼﺎ‬
ٌ ‫ﺑَـﻘ‬ keledai : kuda :
َ
ََ ‫ٌن‬
ayam betina : ِ
‫َد ﺟﺎ‬ kucing : ‫ﻗ‬ anjing : ‫َ ْﻛ ﻠ ﺐ‬
َ ٌ
‫ﱞﻂ‬
kelinci : ِ
‫َأ رَﻧ‬ gajah : ‫ﻓْﻞﻴ‬ itik :
buku tulis :
‫ﺐَْد‬ buku : ٌ pulpen : ٌ‫َﺑﻄﱠﺔ‬
ranjang : ٌ
‫ْﻓَـﺘـﺮ‬ meja :
‫ﻛَِﺘﺎ‬ kursi : َ‫َﻗـﻠ‬
ٌ ‫ﻢ‬
‫ٌب‬ ٌ
‫ِﺮَﻳـ ﺮﺳ‬
ٌْ ‫ﺐَﺘ‬
‫ﻣ ْﻜ‬ ‫ُ ْﻛ ﺮِ ﺳﱞﻲ‬
ٌَ
kertas :
‫و‬ ِ
‫ِﺪﻳ ﻣْﻞﻨ‬ ‫َﻗ ِ ْﻤ ﻴ ﺺ‬
ََ
sapu tangan : baju : ٌ
‫ر ٌق‬ ٌْ
jendela :
ِ ِ
‫ﺬة‬
ٌ َ‫َﻧﺎﻓ‬ ‫ْﻣ ﻔَﺘﺎ ح‬
pint ‫ﺑﺎ ٌب‬ kun ٌ
u: َ ci :

toilet : ِ
‫ﻣﺮ‬ kamar mandi : ‫ﱠﻤﺎ مﺣ‬ kamar : ‫ُﻏﺮﻓَﺔ‬
ْ ٌَ ْ

televisi : ِِ ِ
‫ﺗْﻠ ﻔ‬ ‫َﻫﺎﺗ‬
‫ٌَ ﱠﺟل‬
telepon : ponsel :
‫ﻮا‬
‫ِﺰﻳـ ﻮن‬ ‫ٌﻒ‬
ُْ
ِ ٌ َ‫إَِذا‬
kipas angin :
‫ﻣ ﺮو‬ komputer : ‫ﺣﺎ‬ radio : ‫ﻋﺔ‬
َْ َ

sapu : ِ ِ ِ
‫ﻣ ْﻜَﻨ‬ setrika : ‫ْﻜ ﻮا ٌﻣة‬ lampu : ‫ﻣ ْﺼﺒﺎ‬
َ ‫َح‬
ٌ
susu :
‫َﻟﺒ ﻦ‬ air :
‫ﻣﺎ‬ batu :
‫ﺣ ﺠﺮ‬
ٌَ ٌَ َ
bis : ِ
ٌ‫َﺣﺎﻓَﻠﺔ‬ sepeda : ‫َء‬ mobil :
ٌ ‫َﺳﻴﱠَﺎ رٌة‬
pesawat :
ِ kapal :
‫َدﱠﺟرﺔا‬ perpustakaan :
‫ﻣْﻜَﺘﺒٌﺔ‬
ٌ‫َﻃﺎﺋﺮة‬ ٌ َ َ َِ
‫َﺑْـ َﻨﻄَ ْﻠُﻮن‬
celana :
ikat pinggang : tas :
ٌ‫َﺣ ﻘْ ﻴَﺒﺔ‬
sendok : ِ
ِ piring : ‫ﺳ ﻔْ ﻴـ‬ sepatu : ِ
‫ْﻣﻠﻌٌَﻘﺔ‬ ‫َ ﻨٌَﺔ‬ ‫ﺣ َﺬاء‬
mesin cuci :
َ lemari es : gelas : ٌ
‫َﻏ‬ ‫ُ ْﻛ ﻮ ٌب‬
‫ﱠﺴﺎَﻟٌﺔ‬ ‫ِﺣ‬
‫ﺰٌا م‬

‫ﺻ‬
‫َﻦ‬ ‫ﺤ‬
ٌ ْ
‫ﻼ‬ ‫ﱠﺛ‬
ٌ‫َ َﺟﺔ‬
pasar : ‫ﺳ‬ dapur : ‫ﻣْﻄﺦﺒ‬ kelas : ‫َﻓ ْﺼ ﻞ‬
‫ُق‬ٌ‫ﻮ‬ َ ٌَ ٌ
jalan :
‫َﺷﺎ‬ toko : ‫ُد‬ jam : ‫َﺳﺎ‬
‫ع‬
ٌ ‫ِر‬ ‫ﻛﺎ‬ ‫َﻋٌﺔ‬
‫ٌن‬
MARAJI’
1. Al-Muyassar fi’ Ilmin Nahwi
2. Kitab at-Tashrif
3. Al-‘Arabiyyah Bayna Yadayk
4. Duruus al-Lughah al-‘Arabiyyah
5. Al-‘Arabiyyah lin Nasyi-in

TENTANG PENYUSUN
Penyusun modul ini merupakan pimpinan Lembaga Pendidikan Ilmu
Keislaman dan Bahasa Arab (eLPIKA) Al-Mubarak, pengajar ‘Ulumul Qur’an
dan ‘Ulumul Hadits di Ma’had Taqiyuddin an-Nabhani, pimpinan redaksi situs
Tsaqafah.Com, pengelola situs pribadi abufurqan.net, dan saat ini menempuh
kuliah jarak jauh di Jurusan Syariah Universitas Imam Muhammad ibn Su’ud
al- Islamiyyah, Saudi Arabia.

Anda mungkin juga menyukai