Anda di halaman 1dari 106

cover

Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah


Pemateri : Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A., ‫حفظه اهلل تعاىل‬
Transkrip dan Layout : Tim Nadwa

Link Media Sosial Nadwa Abu Kunaiza:


Telegram : https://t.me/nadwaabukunaiza
Youtube : http://bit.ly/NadwaAbuKunaiza

Fanpage FB : http://facebook.com/NadwaAbuKunaiza
Instagram : https://instagram.com/nadwaabukunaiza
Blog : http://majalengka-riyadh.blogspot.com

Bagi yang berkenan membantu program-program


kami, bisa mengirimkan donasi ke rekening berikut:
💳 No Rekening : 700 504 6666
🏢 Bank Mandiri Syariah
📝 a.n. Rizki Gumilar

Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam


karya kami. Koreksi dan saran atas karya kami bisa
dilayangkan ke rizki@bahasa.iou.edu.gm.
Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Daftar Isi

Daftar Isi...........................................................................................i
Muqoddimah................................................................................. 2
Definisi Ilmu Tashrif ................................................................. 13
Tashrif Isim .................................................................................. 16
Tashrif Fi’il ................................................................................... 25
Fi’il Shohih ................................................................................... 30
Fi’il Mu’tal .................................................................................... 32
Fi’il Muta’addiy dan Lazim ..................................................... 38
Fi’il Mudhori’ ............................................................................... 39
Fi’il Amr ........................................................................................ 50
Mashdar........................................................................................ 55
Isim Marrah dan Haiah ........................................................... 61
Isim Alat ....................................................................................... 66
Isim Makan dan Isim Zaman................................................. 68
Isim Fa’il dan Isim Maf’ul ........................................................ 70
Syifah Musyabbahah ................................................................ 73
Huruf Ziyadah ............................................................................ 75
Hadzf (Menghilangkan Huruf) .............................................. 82
Ibdal (Menukar Huruf) ............................................................. 88
Idghom.......................................................................................... 96

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. i


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Muqoddimah


َ ‫ح ح ح ح‬ ‫ه َ ح حح‬
َ‫يز‬ َ‫َهلإَإلَهَ حَو َ ح‬
َ ‫الع َٰز‬ َ ‫نَل‬
َ ‫شه َد ََأ‬ َ ‫َأ‬،َ ‫اب‬َ ٰ ‫ك َتح‬َٰ ‫بد َهٰ َال‬
َٰ ‫ع‬ َ‫َع َ ح‬
َ‫نز َل َ ح ح‬
َ ‫يَأ‬ َ ‫اّل‬ َٰ َ ‫ّلِل‬ٰ ٰ َ ‫مد‬ َ ‫الح‬َ
‫ح ح َ ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ َ‫ح‬
َ‫ل‬
َ‫ص‬ َ ‫َ امهللَ ح‬،َ‫ال ََواب‬ ََ ََ‫ستحغ َٰف َر‬
َ ‫الم‬
َ ََ‫ول‬َ ‫س‬ َ ‫عبدَهَََ حَو حَر‬ َ‫م ََمدَاَ ح‬ َ ََ‫ن‬ َ ‫شه َدَََأ‬ َ ‫َ َوَأ‬،َ‫الو َهاب‬ َ
‫َ ح حح ح ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫حح‬
َ‫اب‬
َ ٰ ‫الع َذ‬
َ َ‫ن‬ َ ‫ل َم َة َ َٰم‬
َ ‫الس‬
َ َ َ‫سأل‬ َ‫اب ح‬
َ ‫َوَن‬، َ ٰ ‫صح‬َ‫ال ح‬ َ ‫َاآلل َ حَو‬
َٰ ‫َع‬ َ ‫ع َلي َٰه َ حَو ح‬َ َ‫ك‬ َ ‫ار‬ َ‫حَو ح‬
َٰ ‫سلَمَ َ حَو َبح‬
‫ح‬
َ .َ‫اَبحعد‬ َ ‫ََأ ََم‬،‫اب‬ َٰ ‫س‬ َ‫ل ح‬َٰ ‫سو َٰءَا‬ َ ‫حَو‬

‫ح حح ح‬
َ...‫لل‬ َ‫اتَ حَر ٰ ح‬
َٰ ‫حكَ َمَا‬ َ ٰ ‫خ حَو‬
َ ‫َوَأ‬
َ‫ت‬ َ ٰ ‫خو‬
َ ‫َٰإ‬

‫ح‬ ‫َ ح حح‬
‫للَ حَو َبح حَر َكتَ َه‬ َ‫مَو حَر ح‬
َٰ ‫حةََا‬ َ‫ع َليكَ ح‬
َ ََ‫لم‬
َ ‫الس‬
َ

Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan


kita kembali di majelis ilmu ini, dan semoga ini menjadi
tanda bahwa Allah menginginkan kebaikan untuk kita
semua. Aamin yaa Rabbal ‘Alamin.

Minggu lalu kita telah membahas mengenai


risalah nahwu dari kitab an-Nuqoyah karya al-Imam as-

2 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Suyuthi ‫رحهَاللَتعاىل‬, dan juga telah kita singgung sekilas

biografi beliau. Dan kali ini kita akan membahas risalah


yang lain dari kitab yang sama (kitab an-Nuqoyah) yaitu
risalah shorof atau at-Tashrif. Sehingga rasanya
mungkin tidak perlu kita mengulang biografi beliau.

Hanya saja saya ingin memulai muqoddimah ini


dengan pengertian shorof. Shorof dahulu dikenal
dengan istilah tashrif. Tashrif merupakan mashdar dari
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬
fi’il ‫صيف‬
ٰ ‫صفَ–ت‬
َ َ‫ف–ي‬ ََ . Di antara makna َ‫صف‬
َ ‫ص‬ ََ adalah
‫ح‬
َ‫ َبح َ ح‬yakni “menjelaskan”. Sebagaimana firman
َ ‫ّي–يَ َبح‬
َ‫ّي–تب ٰيّي‬
Allah Ta’ala yang berbunyi:

‫ح ح َ ح ح ح‬ ‫ح ح ح‬
﴾ َ ‫اتَل حعلهمَيفقه‬
َ ‫ون‬ ٰ ‫﴿انظرَكيفَنصفَاآلي‬

Perhatikanlah bagaimana Kami mentashrif, yakni


menjelaskan, ayat-ayat Kami agar mereka memahami.
(al-An'am: 65)

Maka ilmu tashrif, secara bahasa adalah ilmu yang


menjelaskan bentuk-bentuk kata dan perubahannya
sehingga menjadi jelas pula makna dari kata tersebut.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 3


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Karena shorof ini membahas tentang turunan dari


sebuah kata, maka tentu yang menjadi objek kajian
utama shorof adalah kata yang bisa berubah. Adapun
kata yang tidak bisa berubah atau perubahannya ini
terbatas maka tidak dibahas.

Apa saja kata yang bisa berubah dan bisa


diketahui asalnya darimana, bisa diketahui turunannya
apa saja? Itu hanya ada dua sebetulnya, fokusnya hanya
ada dua. Yang pertama adalah isim mutamakkin atau
yang kita kenal dengan isim mu’rob, kemudian yang
kedua adalah fi’il mutashorrif (fi’il yang bisa di tashrif).

Selain daripada dua jenis kata ini, maka tidak


masuk dalam ranah shorof. Apa saja? Yaitu: isim mabni,
tidak masuk dalam pembahasan shorof, misalnya: ‫ضمائٰر‬
‫ح ح‬
‫ح ح حح‬
(kata ganti) seperti ‫َأن َا‬،‫َأنت‬،‫ه حو‬, ini semua tidak dibahas di
‫ح‬ ‫ح ح‬
dalam shorof. Kemudian isim isyarah, misalnya َ،‫َه ٰذ ٰه‬،‫هذا‬
‫ح ح‬
َ‫ذلٰك‬, dst, ini juga tidak dibahas di dalam shorof.
Kemudian isim maushul, juga ada ismul fi’li, isim
istifham, isim syarath, dan semua isim yang mabni maka
tidak dimasukkan dalam pembahasan shorof. Begitu
juga dengan fi’il jamid yaitu fi’il yang tashrif atau

4 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ لحي حس ح‬dan
‫َع حَس ح‬،
perubahannya terbatas, seperti: ‫َ ٰنع حَم‬،‫َبئس‬،
ٰ
yang lainnya.

Dan begitu juga huruf. Huruf tidak masuk dalam


ranah shorof. Misalnya huruf jar, huruf istifham, huruf
syarath, dan lainnya, ini tidak dimasukkan dalam
pembahasan shorof.

Maka dari itu, kita sekarang mengetahui bahwa


objek kajian shorof itu sangat terbatas. Berbeda dengan
nahwu, di dalam nahwu huruf dibahas kemudian fi’il
yang mu’rob maupun mabni semuanya dibahas, begitu
juga dengan isim semuanya dibahas.

Maka dari shorof ini kita bisa mengetahui turunan


sebuah kata dan juga asalnya. Yang mana fokusnya tadi
sudah dikatakan bahwa ia ada dua; isim mu’rob
‫ح‬
misalnya َ‫كتاب‬
ٰ , kita bisa melihat perubahannya dan
mengetahui maknanya dari turunan-turunannya.
Seperti َ‫كتاب‬
‫ ح‬kemudian ‫ كتحابحة‬kemudian َ،‫َ حمكتحوب‬،‫حَكتب‬
ٰ ٰ ٰ
‫َمكتحبحة‬،
‫ حمكتحب ح‬, dan seterusnya.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 5


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Begitu juga dengan fi’il mutashorrif, seperti َ‫كتب‬


‫حح ح‬

َ‫ –ََيحكتبََ–ََاكتب‬kemudian belum lagi perubahannya


secara lughawi, yakni berdasarkan perubahan dhomir-
‫ححح‬ ‫حح‬ ‫ححح‬ ‫حح ح‬
nya, seperti َ‫كتبَ–َكتباَ–َكتبواَ–َكتبت‬, dan seterusnya. Ini

semua nanti akan dibahas di dalam shorof. َ

Berikutnya, kita perlu mengetahui bahwa setiap


cabang ilmu itu memiliki standar umum yang dijadikan
patokan-patokan atau barometer utama dari ilmu itu
sendiri. Misalnya, ‫ن‬
َٰ ‫( علومَ ادلي‬ilmu-ilmu agama) maka
yang dijadikan barometer itu adalah al-Qur’an dan
Sunnah. Ketika ada perdebatan, ada perselisihan, ada
khilaf, maka semuanya dikembalikan kepada al-Qur’an
dan Sunnah.

Di dalam nahwu, juga ada standar baku yang


disebut dengan i'rob. I’rob ini, yang kita ketahui ada
empat: rafa’, nashob, jar, dan jazm. Semua
permasalahan nahwu akan kembali kepada empat hal
ini.

Maka di dalam shorof, itu juga memiliki tolak ukur


yang disebut dengan ‫ف‬
َ
‫( الم ح‬mizan shorfi). Apa
َ ٰ ‫ْيانَ الص‬ ٰ

6 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ححح‬
mizan shorfi dalam ilmu shorof? Itu adalah wazan ‫ل‬
َ ‫فع‬,
yakni terdiri dari tiga huruf: ‫ع–ل‬
َ –‫ف‬
َ . Dari wazan ini kita
bisa mengetahui jumlah huruf setiap kata, kita juga bisa
mengetahui dari huruf-huruf tersebut mana yang asli
dan mana yang tambahan, kita juga bisa tahu urutan
huruf yang tepat, yang benar, harokatnya, sukunnya,
dan yang terpenting kita bisa mengetahui mana asal
kata dan mana turunannya yang disebut dengan
isytiqoq.َ Ini adalah hal utama di dalam shorof.

Kemudian muncul pertanyaan: “Mengapa yang


‫ححح‬
dijadikan standar atau tolak ukur ini adalah lafadz ‫ل‬
َ ‫?فع‬
‫ححح‬
Mengapa harus ‫ل‬
َ ‫ ”?فع‬maka ada beberapa alasan di sini.

Pertama kita sebutkan dulu mengapa yang dipilih


‫ححح‬ ‫حح‬
ini ‫ل‬
َ ‫ فع‬terdiri dari tiga huruf, kenapa tidak ‫ ف َع‬misalnya
‫ح‬
atau ‫ف‬
َ ? Kembali kepada objek kajian shorof tadi yaitu
dua jenis kata: isim mu'rob dan fi’il mutashorrif, yang

mana kalau kita lihat –isim mu’rob dan fi’il mutashorrif–


keduanya minimal terdiri dari tiga huruf. Kita perlu
mengetahui ini, bahwa isim itu asalnya dimulai dari tiga

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 7


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

huruf begitu juga dengan fi’il. Maka dari itu, mizan


shorfi, dicarilah lafadz yang terdiri dari tiga huruf.

Berbeda dengan misalnya isim mabni. Isim mabni


ada yang terdiri dari satu huruf dan ada yang terdiri dari
dua huruf. Karena ini bukan menjadi objek kajian shorof
maka tidak dimasukkan. Yang terdiri dari satu huruf
misalnya: dhomir muttashil kaf, kemudian ya’
mutakallim, ya’ mukhotobah dan yang lainnya. Huruf
juga demikian. Huruf ada yang satu huruf, ada yang dua
huruf. Huruf jar misalnya lam, kemudian wawu, fa’, dan
seterusnya. Ini tidak dijadikan objek kajian dalam shorof
maka juga tidak dijadikan mizan shorfi.

Kemudian alasan yang kedua mengapa yang


‫ححح‬
dipilih ini adalah َ‫ ?فعل‬Bahwasanya kedua jenis kata

tersebut –isim mu’rob dan fi’il mutashorrif– meskipun


ada yang terdiri dari empat huruf, ada yang terdiri dari
lima huruf, atau lebih, tapi yang paling banyak muncul
atau paling banyak digunakan itu adalah yang terdiri
dari tiga huruf. Maka dari itu mizan shorfi-nya itu juga
dipilihkan yang paling banyak mewakili fi’il yang paling
banyak yaitu adalah tiga huruf.

8 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kemudian yang ketiga alasannya, bahwasanya


isim mu’rob dan fi’il mutashorrif itu semua berasal dari
mashdar. Dan mashdar itu memiliki makna pekerjaan.
Maka dicarilah lafadz yang bermakna pekerjaan, yaitu
‫ح ح‬ ‫ح ح‬
َ‫( ف حعل‬mengerjakan atau melakukan). ‫ل‬
َ ‫ ف حع‬ini sudah
mencakup makna seluruh fi’il secara umum, bisa
menggantikan. Misal: kalau kita menggunakan mizan
shorfi-nya ‫ب‬
َ ‫َض‬ ‫ح ح‬
‫( ح‬misalnya) maka maknanya terbatas

sekali, ruang lingkupnya. Tidak bisa bermakna


membuka pintu misalnya, karena ‫ب‬ َ ‫َض ح‬
‫ ح ح‬artinya memukul.
‫ح ح‬
Tapi membuka pintu bisa menggunakan fi’il ‫ل‬ َ ‫ف حع‬.
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ ح ح‬bisa diganti
َ‫ف حعلتَ الفت ح‬, kemudian َ‫َضبت‬
Misalnya: ‫ح‬

dengan ‫ب‬
‫َ ح‬ ‫حح‬
َ ‫ فعلتَ الَّض‬dan seterusnya. Fi’il-fi’il yang lain
‫ححح‬ ‫ححح‬
juga bisa digantikan dengan ‫ل‬
َ ‫ فع‬karena ‫ل‬
َ ‫ فع‬ini secara
makna adalah melakukan. Setiap pekerjaan bisa
‫ححح‬
digantikan dengan fi’il ‫ل‬
َ ‫فع‬.

Dan yang terakhir, yang keempat, bahwasanya kita


‫ححح‬
memiliki fi’il lain selain ‫ل‬
َ ‫ فع‬yang maknanya melakukan
‫ح ح‬
atau mengerjakan seperti ‫ل‬
َ ‫ع ٰم‬
َ (melakukan). Mengapa

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 9


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح ح‬
tidak kita gunakan َ‫ ع ٰمل‬saja sebagai mizan shorfi?
‫ح ح‬ ‫ححح‬
Padahal hurufnya juga sama, ‫ل‬
َ ‫ ع ٰم‬dengan ‫ل‬
َ ‫ فع‬itu berasal
dari tiga huruf yang sama-sama mewakili makhroj huruf.

‫ححح‬
Antum perhatikan ‫ل‬
َ ‫ فع‬itu terdiri dari huruf fa’
berasal dari bibir, ‘ain berasal dari tenggorokan, lam
berasal dari lidah/lisan. Ini sudah mewakili masing-
masing dari makhorijul huruf.

‫ح‬
َ‫ حع ٰمل‬juga demikian, ‘ain berasal dari tenggorokan,
mim berasal dari bibir, dan lam berasal dari lidah. Tapi
‫ح ح‬ ‫ح ح‬
mengapa tidak َ‫ع َٰمل‬
َ yang digunakan? Karena َ‫ ع ٰمل‬itu
‫ح ح‬
adalah mengerjakan tapi maknanya khusus, yakni ‫ل‬
َ ‫ع ٰم‬
itu mengerjakan dengan membutuhkan niat atau
maksud.

‫ححح‬ ‫ححح‬
Berbeda dengan ‫ل‬
َ ‫ َف َع‬. ‫ل‬
َ ‫ َف َع‬itu adalah mengerjakan
sesuatu baik dia dengan tujuan atau tanpa tujuan, baik
dengan ilmu atau tanpa ilmu, baik dengan disengaja
atau tanpa disengaja, baik dilakukan oleh manusia
ataupun hewan atau bahkan dengan benda yang tidak
bernyawa sekalipun misalnya angin.

10 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح ح ح‬
‫حماذاَف حعلَالريح َ؟‬

Apa yang dilakukan angin?


‫ح َح‬
َ‫صف‬

Yakni dia berhembus,

atau sungai atau yang lainnya.

Dan itu juga sebabnya Allah Ta’ala berfirman yang


bunyinya:

‫ح‬ ‫ح‬ ‫َ ح ح ح ح ح‬ ‫ُّ ح‬


﴾ َ ‫َوه حوَأعلم َٰب حماَيف حعل‬
َ ‫ون‬ ‫﴿ حووفيحتَُكَنف ٍسَماَع ٰملت‬

Bahwasanya disempurnakan balasan bagi setiap


jiwa atas apa yang mereka lakukan (az-Zumar: 70)
‫ح‬ ‫ُّ ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬
َ‫ حووفيحتَ ُكَ نف ٍسَ َماَ حع ٰملت‬bukan َ‫ حماََف حعلت‬. َ‫حماَ حع ٰملت‬
artinya apa yang dilakukan dengan sengaja, dengan
niat, semua itu akan dihisab. Adapun yang tidak
disengaja, tidak dihisab.

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬
َ‫حوه حوَأعلم َٰب حماَيف حعلون‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 11


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

dan Allah mengetahui atas apa yang mereka


kerjakan.”

‫ح ح ح‬ ‫ح ح ح‬
Lafadz-nya tidak ‫ ٰبماَ يعملون‬tapi ‫ ٰبماَ يفعلون‬artinya

Allah mengetahui setiap perbuatan yang disengaja,


tanpa disengaja, yang dilakukan dengan ilmu atau
tanpa ilmu, bahkan daun jatuhpun dari pohonnya itu
Allah mengetahuinya.

‫ححح‬ ‫ح ح‬
Inilah perbedaan antara ‫ل‬
َ ‫ فع‬dengan ‫ل‬
َ ‫ع ٰم‬, sehingga
‫ح ح‬ ‫ح‬
َ‫ ف حعل‬ini mencakup seluruh pekerjaan, seluruh fi’il َ،‫حرأى‬
‫ححح ح ح ح ح ح ح ح ح‬
َ ‫َسك ح‬،
‫ت‬ ‫َذهب‬،‫ََضب‬،‫فتح‬, dan seterusnya. Ini diwakili oleh
‫ح ح‬
َ‫ف حعل‬.

Saya kira ini cukup muqoddimah kita. Kita lihat


kitab kita ini, kitab an-Nuqoyah.

12 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Definisi Ilmu Tashrif


َ
‫الشافِعَ حر ٰ ح‬
َ‫حهَ الل‬ ُّ َ‫الع َل حمةَ حج حللَ ادلين‬
َ‫السيو ِٰط‬ ‫قح حالَ اإل حمامَ الحافظَ ح‬
ٰٰ ٰ ٰ
‫ح ح‬
َ ‫ت حع‬
َ :‫اىل‬

‫ح‬ َ ‫َالَكم حَوأحح حوال حهاَص‬


َ ‫حة حَو ٰإعل‬
َ‫ل‬
‫ح ح َ ح‬ ‫ح‬ َ
ٰ ٰ ٰ ٰ ‫َ ٰعلمَيبحثَ ٰفي ٰهَعنَأبنٰي ٰة‬:‫صي ٰف‬
ٰ ‫ٰعلمَال‬

Nah ini barulah penulis memberikan definisi dari


ilmu tashrif yang sebenarnya, artinya secara istilah. Tadi
yang saya sampaikan semua adalah secara bahasa.
Adapun secara istilah menurut beliau,

Ilmu tashrif adalah ilmu yang dibahas di dalamnya


(dikaji di dalamnya) mengenai ‫َالَكم‬
‫ح‬ َ ‫ح‬
ٰ ‫أبنٰي ٰة‬.

Yang dimaksud ‫الَكم‬


‫ح‬ َ ‫ح‬
‫ح ح ح‬
ٰ َ‫ أب ٰني ٰة‬adalah ‫( أو َزانه َا‬wazan-
َ ‫ح‬
wazan dari setiap kata). Kalau dikatakan ia ‫( أب ٰني َٰة‬susunan

atau bangunan dari suatu kata) maka tentu yang


dibahas adalah awalannya kemudian tengahnya dan
akhirannya. Sehingga keliru jika ada yang mengatakan
bahwa shorof itu tidak mengkaji tentang akhiran kata
atau huruf terakhir dari sebuah kata. Kalau memang
yang dimaksud akhiran kata ini adalah harokat akhir dari

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 13


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

suatu kata maka betul itu bukanlah ranah di dalam


shorof, tapi itu adalah ranah nahwu. Itu pembahasan
nahwu.

Adapun hurufnya, ini masuk dalam pembahasan


‫ححح‬
shorof, karena tadi mizan shorfi-nya adalah ‫ل‬
َ ‫ فع‬maka
‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬
tentu َ‫ لمَ ال ٰفع ٰل‬atau ‫الَكمة‬
ٰ َ‫ لم‬dibahas di dalam shorof.
Kalau tidak dibahas berarti yang dibahas hanya ‫ ف َع‬saja.
‫حح‬

Yang dibahas adalah semuanya: awalan, tengah, dan


‫ح‬ َ ‫ح‬
akhiran. Itu yang dimaksud dengan ‫الَكم‬
ٰ َ‫ أب ٰني ٰة‬oleh
penulis.
‫َ ح ح‬ ‫ح ح ح‬
َ‫َو ٰإعلل‬ ٰ ‫حوأحوالٰه‬
‫اَصحة‬

dan kondisinya, apakah dia َ‫صحة‬


َ
ٰ artinya dia
hurufnya ini semua shohih (selain daripada huruf mad)
‫ح‬
atau َ‫ ٰإعلل‬, di sana ada huruf mad.

Baik salah satunya atau dua diantaranya adalah


huruf mad, itu namanya mu’tal. Contohnya ‫صح َة‬
َ
ٰ
(kondisi yang shohih) seperti ‫ح‬
‫ححح‬
َ ‫فت‬, semua hurufnya

14 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

shohih ‫ح‬
َ َ–َ‫فَ–َت‬. Kemudian ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ح‬ َ‫ حس ح‬dan
َ ‫ح ٰس‬, kemudian ‫ن‬ ‫ح‬

yang lainnya.
‫ح‬ ‫ح ح‬
َ‫ حو ٰإعلل‬seperti ‫ حو حع حَد‬kemudian ‫ال‬
َ ‫ ق‬atau ‫ حر حجَا‬. Kita lihat
َ‫ حو حع حد‬ada huruf wawuu, ini adalah huruf mad maka
‫ح ح‬
disebutnya dengan i’lal atau mu’tal. Kemudian ‫ال‬
َ ‫ ق‬kita
lihat di sana juga terdapat alif ditengah. Ini juga
menyebabkan kondisinya adalah i’lal.ََKemudian ‫رجَا‬
‫ح ح‬

diakhiri dengan alif. Ini juga yang menyebabkan ia


menjadi mu’tal. Insyaa Allah nanti kita bahas ini satu per
satu. Ini baru definisi.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 15


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Tashrif Isim
‫حَ ح ح‬ ‫ح ي حح ح‬
ََ‫َ حَو حَم َٰز َيدَه‬،‫اس‬ َ‫اعَ حَو ح‬
َ‫خ ٰ ي‬ َٰ ‫ثَالفا َٰءَمَ حَر ََب حَعَال حَع‬
َ‫َ حَو َر َبح ٰ ي‬،‫ّي‬ َ ‫لَ َفعَلََمَ َث َل‬َ ‫ثَو‬ َٰ‫ل‬ َ َ‫السمََث‬َٰ
َ‫س َبح ٰ ي‬
َ .‫اع‬ َ‫سَ حَد ٰ ي‬
َ ‫اسَ حَو‬

Isim itu ada yang tsulatsy, artinya ada isim yang


terdiri dari tiga huruf asli,

‫حح ح‬
َ‫لَ َفعَل‬
َ‫و‬
‫ح‬ ‫ح‬
dan ia memiliki wazan َ‫ َفعَل‬. Wazannya apa? َ‫ َفعَل‬.

‫حَ ح ح‬
َ‫ثَالفا َٰء‬
َ ‫مَ َث َل‬
‫حح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
ini artinya َ‫أن حواعَََفائٰ َٰهََثلثة‬. Fa’nya ini memiliki tiga

jenis, artinya tiga harokat: bisa difathahkan, bisa


dikasrohkan, bisa juga didhommahkan. Ini maksud dari
‫حَ ح ح‬
َ‫ثَالفا ٰء‬
َ ‫مَ َث َل‬. Tidak bisa disukunkan, karena tidak mungkin
ada suatu kata diawali dengan sukun. Maka dari itu dia
kemungkinannya hanya tiga: ‫مفتوحة‬, atau ‫مضمومة‬, atau
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬

‫ حمكسو حرة‬.

16 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

َ‫ّي‬ ‫حَح ح‬
ٰ ‫مَ َر َب َعَال َع‬

‫ح حح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


Artinya apa? َ‫أن حواعََ َعي ٰن َٰهَ َأربعة‬. Jadi ‘ainnya ini

kemungkinannya itu ada empat. Yaitu: Fathah, kasroh,


dhommah, atau sukun.

Pertanyaannya, totalnya jadi ada berapa wazan


isim tsulatsy?

Yang tepat itu 12. Karena 3x4 adalah 12. Shorof ini
butuh matematika juga. Dia butuh banyak ilmu untuk
ُّ
memahami shorof, karena dia ‫( أمَ العلوم‬ibunya ilmu).

Maka di dalam shorof juga matematikanya harus jalan.


Tiga fa’, kemudian empat ‘ain. Dikalikan saja. Jadi 12.
Kita lihat di sini contohnya.
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
➢ ‫ف‬
َ (‫)مفتوحَالفاء‬

Kalau fa’nya ini difathahkan, kemungkinannya ada


empat.

‫ح‬ ‫ح‬
1. َ‫فعل‬, contohnya َ‫( َكب‬anjing). Ini ‘ainnya disukunkan.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 17


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

2. Kalau ‘ainnya difathahkan, َ‫ فعل‬jadinya. Contohnya


‫حح‬
‫ح‬
َ‫( أ حسد‬singa).
‫ح‬ ‫ح‬
3. ‘ainnya dikasrohkan, َ‫ف ٰعل‬. Contohnya َ‫( ك ٰبد‬hati).
‫ح‬ ‫ح‬
4. Didhommahkan, َ‫فعَل‬. Seperti َ‫( رجل‬lelaki).

Ini selesai fa’ yang difathahkan. Sekarang,

➢ ‫ف‬
َ ٰ (Fa’ yang dikasrohkan)

Kemungkinannya juga empat.

1. َ‫ ٰفعل‬, seperti َ‫( ٰفيل‬gajah), atau َ‫( ٰديك‬ayam jantan).


‫ح‬
2. ‘ainnya difathahkan → َ‫فٰعل‬. Seperti َ‫عنب‬
‫( ح‬anggur).
ٰ
3. Dikasrohkan → َ‫فٰ ٰعل‬. Seperti َ‫( ٰإ ٰبل‬unta).

4. Yang terakhir didhommahkan → َ‫فَٰعل‬. Ini yang tidak


‫ح‬ ‫حح‬
َ ٰ ‫ لَكمَ الع حر‬kecuali ‫ ٰحبك‬. ‫ ٰحبك‬itu
didapati di dalam ‫ب‬
‫ح‬ ‫ح‬
jamak dari ‫ح ٰبيكة‬. Orbit, peredaran planet-planet,
‫ح‬ ‫ح‬
itu namanya ‫ح ٰبيكة‬. Dan ini dijadikan sebagai salah

satu qiroat di dalam Al-Quran.

18 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح َ ح ح‬
]َ ٧:‫ك﴾َ[اّلاريات‬
َ ٰ ‫لب‬
ٰ ‫اتَا‬
ٰ ‫﴿والسماءَٰذ‬

Ada yang membaca seperti itu. Meskipun kita


semua membacanya,

‫ح َ ح ح‬
]َ ٧:‫ك﴾َ[اّلاريات‬
َ ٰ ‫اتَالب‬
ٰ ‫﴿والسماءَٰذ‬

Hanya ini satu contohnya. Kenapa dibaca ‫حبك‬


ٰ ?
‫ح‬
Karena sebelumnya ada kasroh (‫ات‬
َ ٰ ‫)ذ‬. Maka ha’nya
‫ح‬
ini mengikuti harokat sebelumnya, yaitu kasroh: َ‫ات‬
ٰ ‫ذ‬
َ‫لب ٰك‬
ٰ ‫ا‬, untuk meringankan bacaan. Ini tidak ada
kecuali َ‫حبك‬
ٰ ini. Tidak ada kata lain.

Kemudian,

➢ َ‫( ف‬Fa’ yang didhommahkan)

1. Kalau ‘ainnya disukunkan → َ‫فعل‬, seperti ‫ت‬


َ ‫( حو‬ikan
paus).
2.
‫ح‬
Kalau ‘ainnya difathahkan → َ‫فعل‬, seperti َ‫عمر‬. Dan
‫ح‬

dia ghairu munsharif, makanya tidak diberi tanwin.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 19


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

3. Kemudian ‘ainnya dikasrohkan → ‫ل‬


َ ‫ف ٰع‬. Ini juga
jarang, tapi ada, seperti َ‫( دَ َئٰل‬serigala). Kenapa ini

jarang ‫ ?ف ٰعل‬Karena dia digunakan untuk wazan fi’il


‫ح‬
majhul (‫ل‬
َ ‫)ف ٰع‬.
4. Kemudian yang terakhir َ‫فعل‬, seperti َ‫( عنق‬leher).

Baik, selesai pembahasan kita mengenai isim


tsulatsy, yang semua total wazannya itu ada 12.

Kemudian kita lanjutkan, penulis mengatakan:

َ‫اعَ حَو ح‬
َ‫خ ٰ ي‬
َ،‫اس‬ َ‫حَورَ َبح ٰ ي‬

Dan isim mujarrod (isim yang semua hurufnya ini


asli), itu ada yang terdiri dari empat huruf, ruba’iy
namanya. Kalau tadi tiga huruf, ada yang empat huruf.

َ‫حَو ح‬
‫خ ٰ ي‬
َ‫اس‬

Dan ada yang lima huruf, semuanya asli.

20 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

ّ ٰ ‫رب‬
Yang ruba’iy, kalau semuanya asli disebutnya َ‫اع‬
‫ح‬
‫ح‬
‫ُم َر َد‬. Tidak ada huruf tambahan, semuanya asli. Itu ada
lima wazannya. Sehingga ini untuk memudahkan
menghafalkannya: Kalau dia terdiri dari empat huruf
asli, totalnya ada lima wazan. Kalau dia terdiri dari lima
huruf asli, totalnya ada empat wazan. Kebalikannya.
‫ح ح‬ ‫ح‬
1. َ‫فعلل‬, contohnya َ‫ حجعفر‬, ini nama orang.
2. َ‫فٰع ٰلل‬, contohnya َ‫( ٰزب ٰرج‬perhiasan).
3. َ‫فعلل‬, contohnya ‫ن‬
َ ‫( برث‬ceker; ceker ayam, ceker
burung).
‫ي‬
4. َ‫فٰ حعل‬, contohnya َ‫( قٰ حمطر‬tas ransel).
‫ح‬ ‫ح‬
5. َ‫فٰعلل‬, seperti َ‫ ٰدرهم‬.

Kelima wazan ini memang terdengar asing di


telinga. Karena memang jarang. Semakin banyak huruf
aslinya, maka semakin jarang digunakan. Karena yang
paling banyak itu adalah tsulatsy.

Kita lihat yang khumasiy. Ini sekedar pengetahuan


saja. Jadi, Antum tidak perlu menghafal semua wazan-
wazan ruba’iy, kemudian contohnya. Syukur-syukur

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 21


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

kalau hafal, lebih bagus. Tapi tidak hafal pun tidak apa-
apa.

Sekarang isim khumasiy, yang terdiri dari lima


huruf asli. Itu ada empat wazan.
َ ‫ح‬ ‫ح‬
1. َ‫ف حعلل‬, seperti َ‫( حسفر حجل‬buah pir).
َ
‫ح‬
2. َ‫فعلل‬, contohnya ‫ل‬ َ ‫ق حدع ٰم‬. َ‫ ق حدع ٰمل‬ini artinya ‫اجل ح حملَالضح َم‬
(unta yang besar).
‫حي‬ َ
3. َ‫فٰعلل‬, contohnya َ‫قٰر حطعب‬, artinya َ‫( الَّشء‬sesuatu).
‫ح ح‬
4. َ‫فعل ٰلل‬, lamnya ada tiga. Contohnya ‫ش‬ َ ‫( حجح حم ٰر‬wanita
yang sudah sepuh, sudah tua).

َ‫س َبح ٰ ي‬
َ .‫اع‬ َ‫س حَد ٰ ي‬
َ ‫اسَ حَو‬ َ ََ‫حَو حَم َٰزيَ َده‬

Kata beliau, adapun isim dengan tambahan itu ada


yang sudasiy, ada yang suba’iy. Artinya apa? Ada yang
ruba’iy (terdiri dari empat huruf), ada yang khumasiy
(ada yang lima huruf), ada yang sudasiy (ada yang enam
huruf), ada yang suba’iy (ada pula yang tujuh huruf). Ini

yang paling banyak, isim terdiri dari tujuh huruf. Kalau

22 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

kita temukan ada isim terdiri dari tujuh huruf, itu sudah
pasti ada tambahannya.

Dan Sibawaih mengatakan,

.َ‫ان‬‫ز‬‫َو حث حمانيَةَأحو ح‬
‫َثح حلث ٰمائح ٍة ح‬:‫َالسم‬ ‫َِف‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ‫أحو حزان ح‬
‫َالم‬
ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰٰ

Total wazan isim mazid itu ada 308 wazan.

Banyak sekali. Makanya tidak bisa saya sebutkan


semua. Dan jika disebutkan semua juga tidak ada
manfaatnya. Tidak mungkin Antum hafalkan. Cukup
tahu saja.

‫َواس ٰتغ حفارَ(سبح ٰ ي‬،)


)َ ‫اع‬ ‫اس ح‬ ‫َان ٰط حلقَ(س حد ٰ ي‬:‫ٰمثل‬

‫ح‬ ‫ح‬
Contohnya seperti َ‫( ان ٰطلق‬sudasiy), dan َ‫اس ٰتغفار‬

(suba’iy).
‫ح‬
َ‫ ان ٰطلق‬ini sudah terdiri dari enam huruf (–‫ا–ن–ط‬
‫)ل–ا–ق‬. Kalau sudasiy pasti ada tambahannya. Nanti kita
lihat apa saja tambahannya insyaa Allah kita bahas.
Sekarang belum bisa kita cari tahu yang huruf

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 23


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

tambahan mana, yang asli mana. Yang tujuh huruf


‫ح‬
contohnya َ‫اسَ ٰتغفار‬.

Jadi, kata Al-Imam Sibawaih bahwa wazan isim


mazid itu ada 308 wazan. Banyak sekali, lebih banyak
dari pada fi’il. Bahkan disebutkan oleh penulis kitab ini
sendiri (yaitu Al-Imam Suyuthi) di kitabnya yang lain, di
kitab Al-Muzhir. Kata beliau, “Seluruh wazan isim itu ada
1210 wazan.” Dan beliau itu hidup pada abad 9H.
Sehingga tidak menutup kemungkinan pada abad
sekarang ini, pada masa sekarang ini wazannya sudah
bertambah, beranak-pinak lebih dari 1210 wazan isim.
Karena semakin lama setiap bahasa itu sudah menjadi
sunatullah, pasti akan berkembang. Bahasa apapun itu.

24 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Tashrif Fi’il
Kemudian beliau melanjutkan,
‫ح‬
َ َ‫حوال ٰفعلََث‬
َ‫ل ٰ ي‬
َ‫ث‬

Sekarang beliau beralih kepada fi’il. Tadi


membahas tentang isim, sekarang membahas tentang
fi’il. Dan fi’il yang dimaksud oleh beliau di sini adalah fi’il
madhi. Jadi dibahas nanti satu persatu. Sekarang fi’il
madhi dulu, kemudian nanti mudhori’, kemudian amr.

‫ح ي حح ححح حَ ح‬
َٰ ‫ثَال حَع‬
‫ّي‬ َ ‫لَمَ َث َل‬
َ ‫لَ َف َع‬
َ ‫ثَو‬ َ َ‫حوال ٰفعلََث‬
َٰ‫ل‬

yakni fi’il madhi yang terdiri dari tiga huruf dan ia


‫ححح‬
memiliki wazan ‫ل‬
َ ‫ َف َع‬, dengan dijadikan tiga jenis ‘ainnya.

َ‫ّي‬ ‫ث َال ح‬
َ
‫ع‬ َ
‫حَ ح‬
َ
‫ل‬ َ
‫ث‬ ‫م‬
َ ‫ة‬
َ
‫حح ح‬
‫ث‬‫ل‬ ‫ث‬ َ َ
‫ه‬
ٰ َ
‫ن‬ ‫ي‬
‫ح‬
‫َع‬ ‫اع‬‫و‬‫( أحن ح‬harokat ‘ainnya ini
ٰ yakni ٰ
ada tiga). Yaitu apa? Fathah, kasroh, atau dhommah.
‫ححح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬
Artinya bisa ‫ل‬
َ ‫فع‬, bisa ‫ل‬
َ ‫ف ٰع‬, bisa juga ‫ل‬
َ ‫فع‬. Itu maksud dari
َ‫ّي‬ ‫مَ َثح َلَ ح َ ح‬.
ٰ ‫ثَال َع‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 25


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Jadi fi’il madhi wazannya ada tiga, yang tsulatsy,

yang dimaksud adalah tsulatsy mujarrod. Contohnya:

‫ح ح‬ ‫ح‬
1. َ ‫; حجل ح‬
َ‫ َف حَعل‬, seperti ‫س‬
‫ح ح‬
2. ‫ل‬َ ‫ َف َٰع‬, contohnya ‫; حع َٰل حَم‬
‫ح ح‬
3. ‫ل‬َ َ‫ َفع‬, contohnya ‫ن‬ َ‫ ححس ح‬.

Ini fi’il tsulatsy mujarrod. Fi’il madhinya terdiri dari


tiga wazan.

‫ح ح ي حح ح حح‬
َ‫لَ َفعَ َلل‬
َ ‫اعَو‬
َ ٰ ‫َورَ َب‬

Adapun fi’il ruba’iy, yang berbentuk madhi, itu


‫ح حح‬
hanya punya satu wazan saja, yaitu ‫ل‬
َ ‫ َفعَ َل‬.

َ‫س حَد ٰ ي‬
َ ‫اس‬ َ ‫اسَ حَو‬ َ‫حَو حَم َٰزيَ َدهََ ح‬
َ‫خ ٰ ي‬

Adapun fi’il tambahan, itu kemungkinannya hanya


dua: khumasiy atau sudasiy, tidak ada suba’iy.

Kalau tadi isim yang mujarrod yang semua


hurufnya ini huruf asli itu kemungkinan ada tiga yaitu
tsulatsy, ruba'i, atau khumasi. Tambahannya hanya

26 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

sudasi dan suba'i. Sedangkan fi’il yang asli hanya ada


dua kemungkinannya tsulatsy atau ruba'i. Yang dengan
tambahan (mazid) itu ada dua yaitu khumasi dan sudasi.
Jadi maksimal fi’il itu hanya terdiri dari enam huruf.
Kalau isim maksimal terdiri dari tujuh huruf. Yang
tambahan beliau semua sebutkan disini wazannya,

‫ح‬ ‫ح ح حح ح ح حح ح ح حَ حح ح ح ح ح َ ح ح ح ح ح ح ح ح ح ح حح ح‬
َ ‫لَ حَوافَ َتح حَع‬
َ‫ل‬ َ ‫لَ حو َت َف ََع‬
َ ‫اع‬
َ ‫لَ َو َت َف‬
َ ‫اع‬
َ ‫لَ َو َف‬
َ ‫لَو َف َع‬ َ َ‫لَ َوَأفع‬ َ ‫لَ َوَافَ َع َل‬َ ‫لَ َوَافَ َعنَ َل‬َ ‫َت َفعَ َل‬
َ َ ‫ح‬ ‫ح ح‬
َ .‫ال‬َ ‫لَ حَوَافَ حَع‬
َ ‫لَ حواف حَع‬ َ ‫لَ حَواسَ َتحفَ حَع‬
َ ‫حَوانَ َف حَع‬

Ini masih belum begitu beraturan urutannya. Nanti


kita lihat kalau sudah diatur. Kita lihat kita ambil dari
perkataan beliau kemudian kita bagi-bagi berdasarkan
jenisnya.

‫ح‬ ‫ح‬
ُّ ٰ ‫ال ٰفعلَاثلل‬ ‫ُّ ح‬
➢ ‫ف‬
َ ٍ ‫ثَالم ٰزيد َِٰبر‬

Fi’il tsulatsy dengan tiga huruf asli dengan


tambahan satu huruf. Wazannya adalah:

‫ح ح‬ ‫ح‬
1. َ‫ َأف حعل‬contohnya ‫أك حر حَم‬.
‫ح ح‬ ‫ح ح‬
2. ‫ل‬َ ‫ َف ََع‬contohnya ‫ن َز َل‬.
‫ح ح‬ ‫ح حح‬
3. ‫ل‬َ ‫ َف َا حع‬, contohnya ‫ل‬
َ ‫قات‬.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 27


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Ada tiga wazan fi’il tsulatsy mazid biharfin (fi’il


yang terdiri dari tiga huruf dengan tambahan satu
huruf). Yang huruf tambahannya yang ditandai merah.

Kemudian,

‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ُّ ح‬
ُّ ٰ ‫ال ٰفعلَاثلل‬
➢ ‫ّي‬
َٰ ‫ثَالم ٰزيد َِٰبرف‬

fi’il tsulatsy mazid dengan tambahan dua huruf.


Ada apa saja di sini? Ada:

‫ح ح‬
1. َ‫انَف حعل‬, tambahannya hamzah dan nun, contohnya
‫ح‬
َ‫انك ح ح‬.
‫س‬
‫ح‬
2. ‫ل‬َ ‫ افَتح حع‬contohnya ‫اجتح حم حَع‬, tambahannya hamzah dan
ta’.
َ
3. َ‫ اف حَعل‬contohnya ‫اح ََر‬
‫ ح‬, tambahannya hamzah dan

huruf lam satu.


‫حح ح‬ َ ‫ح‬
4. َ‫ َت َف ََعل‬contohnya ‫ت حعل حَم‬, tambahannya huruf ta’ dan
‘ain. Kemudian yang berikutnya,
‫حح ح‬ ‫ حتنح ح‬tambahan huruf ta’ dan alif.
5. َ‫ َت َف َا حعل‬contohnya ‫او حَم‬

Berikutnya,

28 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫حح ح ح‬ ‫ح‬ ‫ُّ ح‬


➢ ‫ف‬ ُّ ٰ ‫ال ٰفعلَاثلل‬
َ ٍ ‫ثَالم ٰزيد َٰبثلث ٰةَأحر‬

Sekarang tambahannya ada tiga huruf, tsulatsy


dengan tambahan tiga huruf.
‫ح‬ ‫ح‬
1. َ‫ اس َتحف حعل‬contohnya ‫ استحغف حَر‬tambahannya hamzah, sin,
dan ta’ diawalnya.
َ
2. َ‫ اف حَعال‬contohnya ‫ار‬ ‫ ح‬tambahannya hamzah, alif,
ََ َ‫اح‬
dan lam.

Selain daripada itu maka dia termasuk ruba'i. Ada


َ‫حح‬ ‫ح حح‬ ‫حح حح‬
tersisa tiga wazan lagi yaitu ‫ل‬
َ ‫َافعنللَ–َافعل‬-َ‫تفعلل‬.

Fi’il ruba'i mujarrod wazannya hanya satu tadi


‫ح حح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
yaitu ‫ل‬ َ ‫( دح حر‬menggelindingkan).
َ ‫ فعل‬contohnya ‫ج‬

Kemudian fi’il ruba'i mazid terbagi menjadi dua


‫حح حح‬
yakni dengan tambahan satu huruf (biharfin) yaitu ‫ل‬
َ ‫َتفعل‬
‫ح‬ ‫حح‬
contohnya َ‫تدح حرج‬. Dan ada yang tambahannya dua

huruf, punya dua wazan yaitu:


‫حح‬
1. َ‫ اف حَعنَ َلل‬seperti ‫ اح حرْنح حَم‬dan
َ‫ح‬ ‫ح‬
2. ‫ل‬َ ‫ اف حع َل‬contohnya ‫اقش حع ََر‬.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 29


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Fi’il Shohih
‫ح‬
َ‫َف َٰإنََ حس ٰل حمتَأصَوَل‬

Jika huruf-hurufnya yang asli selamat

‫ح ح ح ح‬
َ ‫الموَزون َةَ ٰبف حع‬
‫ل‬ َ

‫ححح‬ ‫ ح‬ini ‫ح ح‬
Yang setara dengan wazan ‫ل‬
َ ‫فع‬. Misalnya ‫ب‬
َ ‫َض‬
‫ح ح‬ ‫ح ح‬
semua hurufnya asli. Atau wazan َ‫ ف ٰعل‬atau ‫ل‬
َ ‫ فع‬yang
penting huruf-huruf aslinya,
َ
‫حس ٰل حمتَ ٰمنََ ححر ٰفَعل ٍَة‬

Selamat dari huruf-huruf ’illat.

Kalau semua hurufnya ini asli (shohih) terbebas


dari huruf ‘illat, apa itu huruf ‘illat?
‫ح‬
َ ‫هَال حواوََ حو‬
َ‫ال َٰلفََ حواْلحاء‬ َ‫حو ٰ ح‬

Kalau ketiga hurufnya ini tidak mengandung huruf


wawu, alif, atau ya’,

30 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬
َ َ‫ف حص ٰحي‬
‫ح‬

Maka dia namanya fi’il shohih.

‫ح حح‬ ‫حح ح‬
Misalnya ‫ل‬
َ ‫بَ َ–َ ََأ َك‬
َ ‫ َك َت‬. ‫ َ َك–ت–ب‬tidak satupun
‫ح حح‬
huruf ‘illat, ‫ل‬
َ ‫ َأ َك‬juga demikian, maka ini disebutnya
fi’il shohih.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 31


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Fi’il Mu’tal
‫ح َ ح ي‬
َ ‫َفمَعَ َتح‬
‫ل‬ َ ‫و ٰإل‬

Jika tidak, artinya kalau salah satu hurufnya ini


adalah huruf ’illat atau fi’il tersebut mengandung huruf
‘illat maka namanya fi’il mu’tal. Shohih lawannya mu’tal.

‫ح‬ ‫ح ح‬
َ،َ‫َف َٰبالَ َفا َٰءَ ٰمثال‬

Kalau huruf ‘illatnya itu terletak di huruf fa’ maka


namanya mitsal. Kenapa disebut mitsal? Karena dia
semisal dengan fi’il shohih ketika bersambung dengan
‫ح ح‬
dhomir mutaharrik. Misal َ‫هبَت‬
َ ‫ َذ‬kemudian contoh untuk
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬
َ ‫ حوع‬menjadi َ‫ حوعدت‬.َKata َ‫ َذ َهبَت‬dan
fi’il mitsal misalnya ‫د‬

َ‫ حو حعدت‬sama persis: hurufnya sama banyaknya kemudian


semua mabniyun ala sukun. Makanya disebut mitsal
artinya semisal dengan fi’il shohih.

‫ح ح‬ ‫ح ح‬
‫ّيََأجَ حَوفََ حوذوَاثلَلث َٰة‬
َٰ ‫حوال َع‬

Kalau huruf ‘illatnya ini terletak di huruf ‘ain maka


namanya mu’tal ajwaf. Ajwaf secara bahasa artinya

32 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

berlubang atau bolong. Karena ketika bersambung


dengan dhomir mutaharrik, misalnya ajwaf ketika dia
bersambung dengan dhomir mutaharrik:

ََ‫تَ–َصم َتم‬ َ ‫ٰبعتََ–َقَلَ ح‬


َ ٰ ‫تَ–َنٰم‬
dan seterusnya.

Kita lihat ada yang hilang hurufnya yaitu alif.


Karena hilangnya huruf tengah tersebut makanya dia
disebut ajwaf. Seakan-akan ini tengahnya bolong
seperti donat. Maka disebut seperti fi’il yang berlubang
atau bolong.

‫ح ح‬
‫حوذوَاثلَلث َٰة‬

Selain dia dinamakan dengan fi’il ajwaf dia juga


‫َح ح‬
dinamakan ‫ ذوَ اثللث َٰة‬yang memiliki tiga huruf. Antum

perhatikan َ‫ قَلَت‬berapa huruf? Ada tiga qof, lam, dan ta’.


‫َح ح‬
Sehingga dia disebut ‫ ذوَاثللث َٰة‬yang punya tiga huruf,

karena ketika fi’il ajwaf ini bersambung dengan dhomir


mutakallim tersisa tiga huruf: َ‫جئت‬
ٰ , َ‫ ٰبعت‬, danََ‫قَ َلت‬.
َ
َ ‫حواللمََٰ حمنق‬
َ َ‫وص‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 33


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kalau huruf ‘illatnya ini berada di huruf lam maka


dia disebut dengan manqush (berkurang). Kenapa
disebut berkurang? Karena ketika diubah menjadi fi’il
mudhori’ majzum maka hilang huruf akhirnya. Misalnya
‫ح‬
َ‫ َيحرَ ٰم‬menjadi َٰ‫ َلمَ َ َيحرَم‬hilang huruf ya’nya. Berkurang satu
‫ح‬ ‫ح ح‬
huruf akhirnya. Atau َ‫ َيدَعَو‬menjadi َ‫َلمَََ َيدَع‬, begitu juga

ketika diubah menjadi fi’il amr, hilang huruf akhirnya


makanya disebut manqush.
‫ح‬
‫حوذوَالربح حع َٰة‬

‫ح حح‬
Dia sebut juga ‫ حوذوَ الربع َٰة‬memiliki empat huruf.

Yakni ketika dia bersambung dengan dhomir


mutakallim. Contohnya ‫ت‬
َ َ‫عو‬ ‫ح ح‬
َ ‫ َد‬atau َ‫ج حَريَت‬ ‫ح‬
َ atau yang
semisal itu, َ‫سيَت‬
‫ح ح‬
َ ‫ َم‬yakni ketika dia bersambung dengan
dhomir mutakallim khususnya yang dhomirnya terdiri
dari satu huruf, sehingga totalnya menjadi empat huruf.
‫ح ح ح ح‬
‫ف‬
َ َ‫ّيَ َل َٰفي‬
َٰ ‫ِبرَ َف‬
َ ٰ ‫َو‬

34 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kalau huruf ‘illatnya ini ada dua di dalam satu fi’il


maka dia disebut lafif artinya terkumpul, karena di
dalam satu fi’il terkumpul dua huruf ‘illat.
‫ح ح‬
َ ‫حَمقَرَوَنَََٰإنََ َت حَو‬
‫اْلح َا‬

Kalau kedua huruf ‘illat ini bersampingan atau


‫ح ح‬
َ ‫َ َ) َت حَو‬maka dia
bergandengan atau berturut-turut (‫اْلح َا‬

disebut maqrun artinya terikat atau dekat (disebut lafif


‫ح‬ ‫ح‬
َ ‫ َر حَو‬, ‫ى‬
maqrun) seperti ‫ى‬ َ َ‫َأ حو‬, dan yang lainnya

‫َ ح‬
َ ‫حو ٰإلَف حمفرو‬
‫ق‬

Jika tidak bersampingan maka namanya mafruq


artinya terpisah (Lafif Mafruq).

Fi’il mu’tal itu terbagi menjadi empat:

1. Mitsal ketika huruf ‘illatnya ini berada di posisi huruf


fa’ contohnya ‫د‬
َ‫ع‬ ‫ح ح‬
َ ‫ حَو‬, lihat huruf fa’nya ini diganti
dengan huruf wawu.
‫َح ح‬
2. Ajwaf namanya atau ‫ ذوَاثللثة‬yakni huruf ‘illatnya ini
‫ح ح‬
berada di posisi ‘ain seperti ‫ال‬
َ ‫ َق‬.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 35


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

3. Manqush atau kita kenal juga dengan fi’il naqish,


manqush dan naqish adalah nama yang sama, atau
‫ح حح‬
kita sebut ‫ذو َالربعة‬, contohnya: ‫رج َا‬, ‫ع‬
‫ح ح‬
َ ‫د‬, ‫ش‬ ‫ح ح‬
َ ‫ج حر‬,
َ ‫م‬, ‫ى‬
‫ح ح‬ ‫ح‬

dan yang lainnya.


4. Kemudian yang terakhir adalah lafif. Lafif ini terbagi
dua: ① ada yang namanya maqrun, ketika dua huruf
‫ح ح‬ ‫ح‬
َ ‫)َٰإنَََ َت حَو‬, seperti: ‫ى‬
‘illatnya ini berdampingan (‫اْلح َا‬ َ ‫أ حو‬
artinya mengungsi,
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬

َ‫ف‬َ ٰ ‫﴿ ٰإذَأ حوىَال ٰفتيحةَ ٰإىلَالكه‬

Ketika Ashabul kahfi (para pemuda ini) mengungsi


ke dalam gua. (al-kahfi:10)

Kemudian ada juga namanya ② lafif mafruq, jika


‫ح‬
َ ‫ حو‬.
dua huruf ‘illatnya terpisah seperti ‫ل‬

‫َ ح‬
َ ‫حو ٰإلَف حمفرو‬
‫ق‬

‫حح‬ ‫َ ح ح‬
َ ‫ حو ٰإلََ َت حَو‬, jika tidak berdampingan
Artinya َ‫اْلح َاََفمفروق‬

maka namanya lafif mafruq.

36 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Selesai sudah pembahasan pembagian fi’il madhi


dari sisi shohih dan mu’talnya.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 37


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Fi’il Muta’addiy dan Lazim


Kemudian fi’il madhi ditinjau dari muta’addi dan
lazim (membutuhkan maf’ul bih atau tidak). Beliau
mengatakan:
‫ح‬ ‫حح ح‬
‫ولَ ٰب َٰهَمتح حع َد‬
َ ‫بَال حمفع‬ َ ‫اَن ح‬
َ‫ص ح‬ َ ‫وم‬

Dan fi’il yang menashobkan maf’ul bih namanya


muta’addi.
‫ح ح‬
‫حوغيََهَل َٰز َم‬

Adapun selain muta’addi, namanya fi’il lazim,


artinya dia tidak bisa menashobkan maf’ul bih. Contoh
yang muta’addi seperti: ‫ب‬ ‫ ح‬,‫ب‬
َ ‫َض‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح حح ح‬
َ ‫كت‬, ‫ق حرَأ‬, dan yang lainnya.
Contoh untuk lazim seperti: ‫ب‬
َ ‫ ذه‬, ‫س‬‫ح ح ح‬
َ ‫جل‬, ‫ت‬ ‫ح ح ح‬
َ ‫سك‬, dan yang ‫ح ح ح‬

lainnya, ini lazim. ‫ب‬


‫ح ح ح‬
َ ‫ ذه‬ini tidak butuh maf’ul bih, tidak
menashobkan maf’ul bih maka dia adalah lazim.

38 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Fi’il Mudhori’
Selesai pembahasan fi’il madhi, kemudian beliau
beralih kepada fi’il mudhori’. Ini adalah metode yang
baik dalam mengajarkan yaitu tadarruj (bertahap),
kadang kita mendapati ada ustadz yang sejak awal
pertemuan sudah mengatakan misalnya: –َ‫ب–يذهب‬
َ ‫ذه‬
‫ح ح‬ ‫ح ح ح‬
‫ح‬
َ‫اذهب‬, ini tidak memperhatikan tadarruj (bertahap).

Lihat al-Imam as-Suyuthi dari awal sampai akhir


ini, ada tadarruj, sampai detik ini baru dibahas mudhori’.
Sejak tadi panjang lebar masih fi’il madhi, sekarang baru
mudhori’.

‫ح‬
َ‫ار ح‬
َ‫ع ٰة‬ َ ‫فَالَمَ ح‬
َ‫ض ح‬ َ‫عَبٰ ٰزيحاد َةَٰ ح‬
َ ٰ ‫ح َر‬ َٰ ‫الم حض‬
َ ‫ار‬

Fi’il mudhori’ itu cirinya adalah dengan tambahan


huruf mudhoro’ah.

‫ح‬ ‫ح ح ح‬
َ‫اض‬ َ ‫تَ ح‬
ٰ ‫َعَال حم‬ َ ٰ َ‫هَ َنأ‬
َٰ‫و‬

Ini huruf mudhoro’ah beliau singkat ada empat,


‫ح‬
disingkat dengan ‫ت‬
َ ٰ َ‫( َنأ‬kami datang), yaitu: nun, hamzah,
ta’, dan huruf ya’, di awal fi’il madhi.
Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 39
Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Caranya dengan ditambahkan pada fi’il madhinya.


‫ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬
Misalnya: َ‫نذهب‬, َ‫أذهب‬, َ‫تذهب‬, dan َ‫يذهب‬. Ini tambahannya

ada nun, hamzah, ta’, dan ya’, di awalnya yang disingkat


‫ح‬
dengan ‫ت‬
َ ٰ َ‫ َنأ‬.

‫ح ح ح حَ حح ح ح‬
َ ‫َعَ َف حَع‬
‫ل‬ َ َ‫ف ٰإنَََكنَُم َر َدا‬

‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬
Maksudnya adalah ‫اض‬
َ ٰ ‫نَ َالم‬
َ ‫ف ٰإنََ ََك‬ (jika fi’il
‫ح ح‬ ‫ح‬
madhinya), ‫ن‬
َ ‫ َك‬ini dhomirnya kembali ke ‫اض‬
َ ٰ ‫ الم‬karena
yang paling dekat adalah lafadz ‫اض‬
َ ٰ ‫الم‬. ‫ح‬

Jika fi’il madhinya ini fi’il mujarrod (semuanya


‫ححح‬
hurufnya asli), wazan fi’il madhinya adalah ‫ل‬
َ ‫ َف َع‬.

‫ح ح‬
،َ‫عيَنَه‬
َ ََ‫ثَلَ َثت‬

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


Maksudnya adalah ‫ع‬
َٰ ‫ار‬
َٰ ‫عّيََالمض‬
َ ََ‫ثَلَ َثت‬, maka ‘ain fi’il
mudhori’nya ini ada tiga macam. Maksudnya tiga
macam adalah dikasrohkan, atau didhommahkan, atau
difathahkan.

40 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫حح ح ح ح َ ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


َ‫فَ ح‬
َ‫حلَ ٍق‬ َ ‫ح َر‬
َ ََ‫ح َله َاَكوَنَهاَأ َٰوَاللم‬
َٰ ‫طَالفت‬ َ ‫حو‬
َ ‫ش‬

Jadi jika fi’il mudhori’nya ini wazannya ‫ل‬


َ ‫يفع‬ ‫ح ح‬

(dengan difathahkan ‘ainnya), maka syaratnya adalah


‘ain fi’ilnya itu berasal dari huruf tenggorokan atau
lamnya berasal dari huruf tenggorokan. Kita lihat
contohnya supaya lebih jelas.

‫ح ح‬
Jika fi’il madhinya berwazan َ‫ف حعل‬, maka

kemungkinannya ada tiga:

1.
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
َ‫يفَ حَعل‬, contoh: َ‫َيحذهبَ( يحذهب‬-َ‫ب‬‫) حذ حه ح‬, atau
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬
2. َ‫يفَ َٰعل‬, contoh: َ‫ََي ٰلسَ( َي ٰلس‬-َ‫)جلس‬, atau
‫ح‬ ‫ح ح ح ح‬
3. َ‫يفَعَل‬, contohnya: َ‫َينص‬-‫ص‬ َ ‫ن‬.

Tapi ada syarat tambahan khusus untuk َ‫يفعل‬, yaitu


‫ح ح‬
‫ح‬ ‫ح‬
‫ كوَنَ حه َا‬yakni ‫ّي‬ َ‫ح َرفََ َ ح‬
َٰ ‫ كونَ ال حع‬itu adalah ‫ح َلق‬ َ‫( ح‬huruf
‫ح ح‬
tenggorokan). Contoh: َ‫يذهب‬, ‘ain fi’ilnya adalah huruf ‫ه‬ َ
yang merupakan huruf yang terletak di tenggorokan.
Jika ‘ainnya berasal dari huruf tenggorokan, maka

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 41


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
dibaca َ‫يذهب‬, bukan َ‫يذ ٰهب‬, bukan ‫ب‬
َ ‫يذه‬, pasti wazannya
‫ح‬
َ‫يف حعل‬.

Atau kalau tidak ‘ainnya, lamnya yang berasal dari


‫ح ح‬
huruf tenggorokan, contohnya: َ‫يمنع‬, kata َ‫ يمنع‬ini lamnya
‫ح ح‬

berasal dari tenggorokan, sehingga kita baca ‫يمن َع‬,


‫ح ح‬
‫ح‬ ‫ح‬
bukan َ‫يمنع‬, bukan ‫يم ٰن َع‬. Tujuannya semata-mata untuk

meringankan, karena memang huruf tenggorokan itu


‫ح‬
pasangannya dengan fathah. Kalau َ‫ يمنع‬itu berat dan
‫ح‬
َ‫ يم ٰنع‬juga berat.

Kemudian,

‫ح‬ ‫ح ح ح‬
َ‫حت‬
َ ‫لَفَ َٰت‬
َ ‫أوََ َف َٰع‬

‫ح ح‬
Jika fi’il madhinya itu berwazan َ‫ف ٰعل‬, maka ‘ain
‫ح‬
mudhori’nya ini َ‫فَ َٰتحَت‬, artinya ‫ع‬
َٰ ‫ار‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
ٰ ‫ف ٰتحتَ عّيَ المض‬
‫ح ح‬ ‫ح ح‬
(difathahkan). Kalau ‫ل‬
َ ‫ ف ٰع‬maka mudhori’nya َ‫ي َف َعل‬. Beliau
‫ح‬ ‫ح ح‬
tidak menyebutkan َ‫ف ٰعلََ–ََيف ٰعل‬, meskipun ada, tapi

42 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬ ‫ح ح ح‬
jarang, sehingga beliau membatasi َ‫حت‬
َ ‫لَفَ َٰت‬
َ ‫( أوََ َف َٰع‬jika fi’il
‫ح ح‬ ‫ح‬
madhinya َ‫ف ٰعل‬, maka mudhori’nya adalah ‫ل‬ َ ‫)يف حع‬.
‫ح‬ ‫ح ح ح‬
Misalnya: ‫ع ٰل حَم‬, maka kita menggunakan kaidah َ‫ل‬ َ ‫أوَََفَ َٰع‬
‫ح ح‬
َ‫فَ َٰت ح‬, sehingga fi’il mudhori’nya adalah َ‫يعلم‬.
َ‫حت‬

‫ح ح ح‬
َ‫لَضَ ََمت‬
َ َ‫أوََ َفع‬

‫ح ح‬
Kalau fi’il madhinya berwazan ‫ل‬
َ ‫فع‬, maka ‘ain
‫ح‬
َ‫ ححس ح‬,
mudhori’nya didhommahkan, َ‫يفَعَل‬. Contohnya: ‫ن‬
‫ح‬
sudah pasti fi’il mudhori’nya adalah َ‫َيسن‬, tidak mungkin
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ َ ‫ح ح ح‬
َ‫ َيسن‬atau َ‫َي ٰسن‬, karena kaidahnya adalah َ‫لَضَ َمت‬
َ ‫أوََ َف َع‬.

‫ح ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
‫آخ َٰرَٰه‬
ٰ َ‫ل‬
َ َ‫اَقب‬ َٰ ‫حوغيََهَ ٰبك‬
َ ‫سَم‬

‫ُّ ح‬ ‫ح‬
َ ٰ ‫ حوغيَ اثلل‬, selain dari wazan tsulatsy,
Artinya ‫ث‬

dengan cara dikasrohkan satu huruf sebelum huruf yang


terakhir.

Mengapa beliau tidak menyebutkan dikasrohkan


‘ainnya? Alasannya adalah karena belum tentu huruf
sebelum huruf terakhir itu adalah ‘ain fi’il, bisa jadi satu

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 43


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

huruf sebelum huruf terakhir itu adalah lam fi’il, jika


‫ح حح‬ ‫ح حح‬
wazannya misalnya ‫ل‬
َ ‫فعل‬. Wazan ‫ل‬
َ ‫ فعل‬ini satu huruf
sebelum huruf terakhir adalah lam, maka dari itu beliau
tidak memberikan pernyataan yang spesifik harus ‘ain,
karena tidak harus ‘ain, bisa juga lam.

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


َ ٰ ‫غيَ اثلُّل‬, maksudnya adalah selain
‫ حوغيَه‬artinya ‫ث‬
tsulatsy mujarrod, bisa tsulatsy mazid, bisa ruba’iy
mujarrod, bisa ruba’iy mazid, dan seterusnya. Pokoknya
selain tsulatsy mujarrod, rumusnya adalah dengan
dikasrohkan satu huruf sebelum huruf terakhir.

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬


َ ٰ ‫اَلمََ َيحكَنَََأ َولََ َم‬
َ‫اضيَ َٰهَتاءََزائٰد َة‬ َ َ ‫م‬

Yang mana syaratnya fi’il madhinya tidak diawali


‫حح حح حح حح حح َح‬
dengan ta’ zaidah, seperti: ‫ل‬
َ ‫تفع‬, ‫ل‬
َ ‫تفاع‬, ‫ل‬
َ ‫تفعل‬.

Jika dia diawali dengan ta’ zaidah:

ُّ ٰ ‫حفيَفَ َتححََ حقب حلَاآل ٰخرَ ٰل حغيََاثلُّ حل‬


‫ثَالم ح‬
‫ج َر َٰد‬ ٰ ٰ

Maka huruf sebelum huruf terakhirnya ini


difathahkan.

44 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kita lihat contohnya. Kita lihat harokat huruf


sebelum huruf terakhir pada fi’il mudhori’ selain tsulatsy
mujarrod. Bisa ‫َت‬‫( ك ٰ ح‬dikasrohkan), misalnya:
َ ‫َس‬
‫ح‬
‫▪ أك حر حمَ–َيكَ َٰر َم‬
‫ح‬
َ‫ أك حر حم‬ini tsulatsy mazid, maka fi’il mudhori’nya
َ‫يك ٰرم‬, dikasrohkan sebelum huruf terakhir.
َ َ‫َيحس‬
‫ن‬ َ َ–َ‫▪ حح َس حن‬
َ ‫ح‬
bukan َ‫َيسن‬, karena dia adalah tsulatsy mazid.
‫ح‬ ‫ح حح‬
‫ل‬
َ َ‫▪ قاتلَ–َيق َا ٰت‬

ini juga tsulatsy mazid biharfin wahid.


‫ح ح‬ ‫ح‬
‫ط َع‬َٰ ‫▪ انق حط حعَ–َين َق‬
‫ح‬
‫▪ اجتح حم حعَ–ََي َتح َٰم َع‬
dikasrohkan sebelum huruf terakhir.
‫ح‬
‫▪ استحغف حرَ–َيحستح َغ َٰف َر‬

Contoh untuk ruba’iy:


‫س‬ َ ‫▪ حوس حو حسَ–َي حو‬
َ ‫س َٰو‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 45


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

huruf wawuu dikasrohkan dan dia bukan ‘ainul fi’li,


dia adalah lamul fi’li.

Atau difathahkan, jika fi’il madhinya diawali oleh


ta’. Misalnya:
َ ‫حح َ ح حح ح‬
‫ث‬
َ ‫ح َد‬َ ‫▪ َتدثَ–َيت‬
‫حح ح‬
bukan َ‫يتحدث‬. Atau,
‫ححح‬
. َ‫اومَ–َيتن َا حَوم‬
‫حح ح‬
‫▪ تن ح‬

Atau yang ruba’iy mazid, misalnya:


‫حح‬ ‫ح‬
‫▪ ت حزل حزلَ–َي ح‬ ‫ح‬
. َ‫َتلَ حَزل‬

Ini adalah bentuk satu huruf sebelum huruf


terakhir pada fi’il mudhori’ selain daripada tsulatsy
mujarrod, ada dua: ada yang dikasrohkan dan ada yang
difathahkan.

Kemudian selanjutnya beliau mengatakan:

‫ح‬ ‫ح‬
‫اعَ حولوََ ٰب ٰزيحاد ٍَة‬ َ‫ار ح‬
َ ٰ ‫ع َٰةَ َٰمنََ َر َبح‬ َ ‫ح َرفََ َالمَ ح‬
َ‫ض ح‬ َ ‫حويَ ح‬
َ‫ض َُّمَ ح‬

Dengan didhommahkan huruf mudhoro’ah dari fi’il


ruba’iy,

46 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

fi’il ruba’iy di sini maksudnya adalah secara


bahasa, bukan ruba’iy secara istilah yaitu fi’il yang terdiri
dari empat huruf, baik hurufnya ini semuanya asli, atau
ada tambahannya.

Pokoknya jika fi’ilnya ini terdiri dari empat huruf


secara zhahir, kita tidak usah memikirkan apakah
hurufnya ini semua asli, atau ada tambahan di sana,
huruf mudhoro’ahnya pasti didhommahkan.

‫ح‬
‫يَٰه‬
َٰ ‫غ‬ َ ‫حَويَفَ َتححََ َٰم‬
َ َ‫ن‬

Selain dari itu, maka difathahkan huruf


mudhoro’ahnya, baik dia terdiri dari tiga huruf, lima
huruf, ataupun enam huruf, semuanya difathahkan.

ُّ َ‫ض َمتَ ِف‬. Kita lihat yang


ٰ ‫الربح‬
َ َ‫اع‬
Contoh: ٰ
didhommahkan dulu. Misalnya:
‫ح‬
▪ َ‫يَك ٰرم‬, dari fi’il ‫أك حر حَم‬
‫ح‬
‫ أك حر حَم‬ini terdiri empat huruf, satu huruf tambahan
yaitu hamzah, sisanya adalah huruf asli. Maka huruf

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 47


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

mudhoro’ahnya didhommahkan, ‫يك ٰر َم‬. Jangan kita


‫ح‬
ucapkan َ‫يك ٰرم‬.
‫ح‬ ‫ح ح‬
‫▪ ن َز َلَ–َيََن َل‬
‫ح‬ ‫ح حح‬
‫ل‬
َ ٰ‫لَ–َيَقات‬َ ‫▪ قات‬
Ini terdiri dari empat huruf juga. Atau,

َ ‫▪ حوس حو ح‬
َ ‫سَ–َيَ حوس ٰو‬
‫س‬
ini keempatnya adalah huruf asli.

Selain daripada itu (selain dari fi’il ruba’iy) maka


‫فت ح‬, difathahkan huruf mudhoro’ahnya. Misalnya:
َ‫حت‬ ٰ
‫ح‬ ‫ح ح‬
َ ‫▪ ذه ح‬
َ ‫َ َيحذه‬-َ‫ب‬
‫ب‬
terdiri dari tiga huruf.
َ ‫حح َ ح حح ح‬
‫ث‬
َ ‫حد‬ ‫ث – َيت‬
َ ‫▪ َتد‬
ini terdiri dari lima huruf. Atau,
‫ح ح‬ ‫ح‬
‫ ينَق ٰط َع‬- ‫▪ انق حط حَع‬

ini juga lima huruf.

48 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫حح َ ح‬
Bedanya, ‫ث‬
َ ‫ َتد‬ini didahului oleh ta’ sedangkan
‫ح ح‬
َ‫ ينق ٰطع‬tidak didahului oleh ta’. Kedua-duanya sama
diawali oleh fathah. Atau,
َ ‫▪ يحستحغ ٰف َر‬

ini terdiri dari enam huruf. Dan sama huruf


mudhoro’ahnya difathahkan.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 49


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Fi’il Amr
Selesai kita membahas fi’il mudhori’, kita beralih
pada fi’il amr. Kita bahas dulu huruf awalnya,
‫ح‬
‫المَرََ َمنََذيََ حَهمَ حزةََيَفَ َتح َتححََب َه َاح‬
ٰ ٍ ٰ ٰ

Fi’il amr berasal dari fi’il madhi yang diawali


dengan hamzah,

‫َالم َا ٰضَب ح‬
َ‫الهم حز ٰة‬ َ‫ ٰم حنَال ٰفع ٰل ح‬, fi’il amr yang berasal dari fi’il
ٰ
madhi yang didahului dengan hamzah, ‫يَفَ َت َتحََ َ ٰب َه َا‬,
‫ح‬ ‫حح‬
‫ح‬ ‫ح‬ ‫حح‬
maksudnya َٰ‫يَفَ َت َتحََ المرَ ٰبالهم حزة‬. Maka fi’il amrnya juga

harus didahului oleh hamzah kalau fi’il madhinya


didahului oleh hamzah.
‫ح‬
ََ‫ ٰاف ٰتتحاحَ فٰع ٰلَ الم ٰر‬,ََyang pertama dengan hamzah
kalau dia fi’il madhinya didahului oleh hamzah.
‫ح‬ ‫ح‬
Contohnya ‫ َأك حر َم‬, didahului oleh hamzah. Maka amrnya
‫ح‬
juga didahului oleh hamzah. ‫أك ٰر َم‬, hamzah ini namanya

hamzah qoth’i, ada simbol ro’sul ‘ain (kepala ‘ain) di atas.

50 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kalau fi’il madhinya didahului oleh hamzah washol


َ ‫ٰاستخ حر‬
maka fi’il amrnya juga demikian. Misalnya ‫ج‬
‫ح‬ ‫ح‬
‫ح‬
menjadi َ‫َٰاستخ ٰرج‬.

‫َحرفَالم حض ح‬ ‫ح‬
َ‫ار حع ٰة‬ ٰ
‫َغيهَبتحاِل ح‬ ‫ح‬
ٰ ٰ ٰ ٰ ‫و ٰمن‬

Selain daripada itu (yang didahului oleh hamzah),


maka fi’il amrnya ini didahului dengan (setelah) huruf
‫ح‬
mudhoro’ah, ‫اِل‬
َ ٰ ‫ ت‬artinya ba’da (setelah). Kita lihat setelah
huruf mudhoro’ah ini ada huruf apa, maka dengan itu
pula fi’il amrnya ini didahului.

‫ح‬
‫ََك حنَمتح ح‬
‫َك‬
َ ‫حر‬ ‫ٰإن‬

Kalau huruf tersebut berharokat,


َ‫ححح‬ َ‫حح‬
Kita lihat contohnya, َ‫تعل حَمََ–ََ َي َتعلم‬. Setelah huruf

mudhoro’ah (setelah huruf ya’) ada huruf ta’ yang


berharokat, maka fi’il amrnya juga didahului oleh huruf
َ‫حح‬
ta’, َ‫ َتعلم‬.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 51


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬
Atau َ‫يَ َقا ٰتل‬, setelah huruf mudhoro’ah ada huruf qof

dan berharokat maka fi’il amrnya juga didahului dengan


‫ح‬
huruf tersebut,َ‫ َقاتٰل‬.

Contoh lain,ََ‫فَ–َ َنظف‬


‫ح‬ ‫ح‬ ‫حح ح‬
َ ‫َيَ َنظ‬atau َ‫َ َتقارب‬-َ َ‫ب‬ ‫ححح ح‬
َ ‫َ َي َتقار‬. Kalau
setelah huruf mudhoro’ahnya adalah huruf yang
berharokat maka dengan huruf itu pula fi’il amr dimulai.

Kemudian kata beliau,

‫ح ح‬
‫ََك حن ح‬
‫َسا ٰكن َا‬ ‫ف ٰإن‬

Bagaimana kalau setelah huruf mudhoro’ah ini


ternyata hurufnya sukun? Tidak mungkin fi’il amr
didahului oleh huruf sukun. Bagaimana cara
membacanya? Tidak ada satu katapun dalam bahasa
Arab yang didahului oleh sukun.

‫ح‬
َ‫ف ٰبال حوص ٰل‬

Maka ditambahkan hamzah washol, supaya bisa


‫ح‬ ‫ح ح‬
َٰ ‫ ف ٰبال حوص‬artinya ‫ل‬
dibaca. ‫ل‬ ‫فبهم حزةَٰ ح‬, didahului dengan
َٰ ‫الوص‬ ٰ
‫ح ح‬
hamzah washol. Misalnya, َ‫ذهب‬
َ ‫ َي‬, setelah huruf ya’ ada

52 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

huruf dzal sukun. Tidak mungkin kita bisa membacanya.


Maka dari itu fi’il amrnya didahului oleh hamzah washol,
‫ح‬
َ‫َٰاذهب‬.

Permasalahannya sekarang,ََhamzah washol itu


tidak pernah berharokat.َBagaimana cara kita membaca
hamzah washol pada fi’il amr seperti ini?

Kata beliau, rahasianya adalah,

‫َ حمضموماَإنَتح حله ح‬
َ‫َض يم‬ ٰ

Cara baca hamzah washol ini didhommahkan, jika


setelah huruf sukun ini ada dhommah.

Contohnya: َ‫خرَج‬
َ َ‫ا‬. Kenapa dibaca َ‫ ?اخرج‬tidak
َ‫ََ? ٰاخرج‬Karena setelah kho’ sukun adalah dhommah.
Maka dari itu hamzahnya juga didhommahkan.

‫حوإ َل ح‬
‫َمكسورَا‬ ٰ

Kalau tidak ada dhommah setelah sukun tersebut,


maka dikasrohkan.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 53


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬
Contohnya seperti : َ‫ َٰاجَ َٰلس‬atau َ‫َٰافَ َتح‬. Setelah sukun

ada kasroh atau fathah maka hamzah washolnya ini


dikasrohkan.

‫ح ح‬ ‫ح ح ح ح ح‬
‫ع‬
َٰ ‫ار‬ ٰ ‫حوح حركةَماَقبل‬
ٰ ‫َآخ ٰر ٰهََكلمض‬

Dan harokat pada huruf sebelum huruf terakhir


pada fi’il amr sama persis seperti fi’il mudhori’.

Misalnya :
َ‫ج‬ َ ‫▪ يحستحخ ٰرجََ–َ ٰاستح‬
َ ‫خ َٰر‬
‫ح‬ ‫ح‬
َ‫ل‬
َ َٰ‫▪ يقاتٰلََ–َق َات‬
ََ‫▪ َيَ َٰلسََ–َ ٰاج ٰلس‬

Kita lihat satu huruf sebelum huruf terakhir itu


sama persis dengan fi’il mudhori’.

54 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Mashdar
‫ح ح ه ح ح‬ ُّ ‫َج حللَادلين‬
‫قح حالَاإل حمامَالحافظ ح‬
َ ‫حهَاّلِلَت حع‬
:َ‫اىل‬ ٰ ‫َالسيو ٰتَر‬ ٰ ٰ ٰ
‫ح ح ح حح حح ح حح ح ح‬
َ‫ّيَفعل‬
َٰ ‫المصدرَ ٰلفعلَوف ٰعلَمَ َت َعدَ َي‬

‫ححح‬ ‫ح ح‬
Kata beliau mashdar dari fi’il ‫ل‬
َ ‫ فع‬dan ‫ل‬
َ ‫ ف ٰع‬yang
mana keduanya adalah fi’il muta’addi, maka
‫ح‬
mashdarnya sama adalah َ‫فعل‬.

‫حح‬ ‫ح‬
َ‫َوف حعل‬ ‫حول ٰزماَفعول‬

‫ححح‬
Adapun ‫ل‬
َ ‫ فع‬yang lazim, maka mashdarnya adalah
‫ح ح‬ ‫ح‬
َ ‫ ف ٰع‬yang lazim mashdarnya َ‫ف حعل‬.
َ‫ فعول‬dan ‫ل‬

Perhatikan di sini kalau kedua mashdar ini berasal


‫ححح‬ ‫ح ح‬
dari wazan ‫ل‬
َ ‫ فع‬dan َ‫ ف ٰعل‬maka mashdarnya kalau
‫ح‬ ‫ححح‬
muta’addi sama-sama َ‫فعل‬, kalau lazim ‫ل‬
َ ‫ فع‬menjadi ‫فعو َل‬
‫ح ح‬ ‫حح‬
dan ‫ل‬
َ ‫ ف ٰع‬menjadi َ‫فعل‬.

‫ح ح ح‬ ‫ح ح‬
َ ‫لَفَعَ َو َلةََ حَو َف حَع َال َة‬
َ َ‫حَو َٰل َفع‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 55


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح ح‬ ‫ح‬
Sedangkan mashdar untuk ‫ل‬
َ ‫ فع‬ada dua ‫ فعول َة‬dan
‫ح ح‬
َ‫ف حعالة‬. Dan beliau tidak menyebutkan dia lazim atau
‫ح ح‬
muta’addi karena َ‫ فعل‬sudah pasti fi’il lazim tidak ada

yang muta’addi.

‫ححح‬
Contoh mashdar tsulatsy mujarrod ‫ل‬
َ ‫ فع‬kalau dia
‫ب→ ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ححح‬
muta’addi mashdarnya َ‫فعل‬: َ‫َضب‬ َ ‫َض‬. Kalau ‫ل‬
َ ‫ فع‬dia
lazim wazannya َ‫فعول‬. Contoh: َ‫خروجَ → خ حرج‬.
‫ح ح‬

‫ح ح‬ ‫ح‬
Kemudian ‫ل‬
َ ‫ ف ٰع‬kalau muta’addi wazannya َ‫فعل‬.
‫ح ح‬ ‫ح‬
Misalnya: َ‫سمعَ → س ٰمع‬. Kalau dia lazim, maka wazan
‫حح‬
mashdarnya َ‫فعل‬. Misalnya: ‫ح‬
‫ح ح‬
َ ‫ف حر‬.
َ ‫ح → ف ٰر‬
‫ح‬

‫ح ح‬
Adapun ‫ل‬
َ ‫ فع‬maka mashdarnya ada dua dan pasti
‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ححح‬
dia lazim: ① َ ‫فعولة‬, misalnya: ‫ل‬
َ ‫سهولةَ → سه‬, atau ②‫ة‬
َ ‫فعل‬:
‫ح‬ ‫ح‬
َ‫ك حر حمةَ → كر حم‬.

‫ح ح‬
َ‫حو ٰلف حعلَ ٰإف حعال‬

56 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kalau mashdar ini berasal dari fi’il yang berwazan


‫ح ح‬
َ ‫ أف حع‬maka mashdarnya َ‫ ٰإف حعال‬.
‫ل‬

‫حح ح حح حح ح حح حح حح ح ح ح حح‬ ‫ح ح ح‬
ََ‫اعلة‬ ‫َوفاعلََفٰعالَومف‬،َ‫َوفعللَفعللة‬،َ‫حوف َعلََتف ٰعيلَوتف ٰعلة‬

Ini semua wazan ruba'i baik mujarrod atau tsulatsy


mazid. Mashdar tsulatsy mazid biharfin (dengan
tambahan satu huruf), ada tiga wazan:

‫ح ح‬ ‫ح‬
1. َ‫ ٰاف حعالَ → أف حعل‬, contohَ‫َ ٰإك حرام‬-َ‫أك حر حم‬.
‫ح ح‬
َ ‫ف َع‬, Mashdarnya ada dua:
2. ‫ل‬
‫ح‬
a. َ‫تف ٰعيل‬, Contoh:
‫ح َح ح‬
َ‫َتس ٰبيح‬-َ‫ح‬
َ ‫▪ سب‬
‫حَح ح‬
‫ل‬
َ ‫َني‬
ٰ ‫َت‬-َ‫▪ نز َل‬
‫ح‬ ‫ح‬
b. َ‫تف ٰعلة‬, Untuk fi’il naqish atau manqush yang

diakhiri huruf ‘illat. Contoh:


‫حَ ح‬
َ‫َتز َٰك َيحة‬-َ‫ّك‬
َ ‫▪ ز‬
‫ح حح‬
3. َ‫اعل‬ ‫ف‬, Mashdarnya ada dua,
‫ح‬
a. َ‫فٰعال‬, contohnya:
‫ح‬
َ‫َ ٰج حهاد‬-َ‫▪ حجاه حَد‬
Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 57
Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح حح‬
b. َ‫مفاعلة‬, contohnya:
‫ح حح‬ ‫▪ حش ح‬
‫ارك َة‬ ‫َمش‬-َ‫ك‬ َ‫ار ح‬
َ‫اع حدة‬
‫َم حس ح‬-َ‫اع حَد‬‫▪ حس ح‬

Kalau mashdar ruba'i mujarrod wazannya hanya


‫ح حح‬ ‫ح حح‬
satu ‫ل‬
َ ‫ فعل‬mashdarnya َ‫فعللة‬. Contohnya:
‫ح‬ ‫ح‬
‫َ حزل حزل َة‬-َ‫▪ حزل حز َل‬

Selesai sampai di sini, insya Allah lebih mudah ini


dipahami, tidak banyak hal-hal yang butuh pemikiran
keras. Tinggal dihafalkan saja mashdarnya dari fi’il-fi’il
tsulatsy mazid biharfin atau ruba'i mujarrod.

Kemudian masih mengenai mashdar,

‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬


َ،‫آخ َٰرَٰه‬
ٰ َ‫ل‬ َ ٍ ‫اثل َٰهَ حوَأ َٰل‬
َ َ‫فَ َقب‬ َٰ ‫حو حماَأ ََولََ َهمَ حزةََ حوزَنَهََ ٰبك‬
َٰ ٰ ‫سَ َث‬

Adapun kalau mashdar ini berasal dari fi’il yang


diawali hamzah washol maka wazan mashdarnya
dengan cara dikasrohkan huruf ketiganya dan
ditambahkan alif sebelum huruf yang terakhir,

58 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬
َ‫ ٰانك ح ح‬. Huruf ketiganya adalah kaf, ‫ك‬
Misal: ‫س‬ َ ٰ َ‫ ٰان‬.
Kemudian ditambahkan huruf alif sebelum huruf
‫ح ح‬
terakhir → ‫س َا َر‬
َ ‫ك‬
َٰ َ‫ ٰان‬.

‫ححح‬ ‫ححح‬ ‫ح‬


Contoh lain: ‫ ٰاجتم َع‬, wazan ‫ل‬
َ ‫َٰاجَ َٰت َم َاعَ → ٰافتع‬. Jadi
dikasrohkan huruf ketiga kemudian ditambahkan alif
sebelum huruf terakhir.

‫ح‬
Contoh lainnya: ‫ ٰاحَـ َٰم حَرَا َر → اح ََر‬. Ra'nya terpisah

karena ada harus ditambahkan alif sebelum huruf


terakhir, jadi dipisahkan huruf ra’nya.

‫ح‬ ‫احَ َر َح‬. Contoh


Contoh yang ruba'iy: ‫ْن َامََ→ ٰاح حرْنَ حَم‬ ٰ ٰ
‫ح ح‬ ‫ح‬
yang enam huruf: َ ‫ ٰاسَ َٰتغ َف َارَ → ٰاستغف حَر‬. Dikasrohkan huruf

ketiga dan ditambahkan alif sebelum huruf akhir.

‫حح حَ ح‬
ََ‫وماَأ َولََتاء‬

Adapun kalau awalannya huruf ta’, maka cara


membuat mashdarnya,

َ‫حوزَنَهََ ٰب حضمََ حَر َٰاب َٰع ٰه‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 59


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Yakni َ‫ حوزَنََ َ حمص حد َٰرَٰهَ َ ٰب حضمََ َ حَر َٰاب َٰع ٰه‬, dengan cara

didhommahkan huruf yang keempatnya.

Contohnya:
ُّ ‫ح َ ح‬
َ‫َت حَع َلم‬-َ‫▪ ت حعل حَم‬
‫ححَ ح حح‬
َ‫َت َق َُّرب‬-َ‫ب‬
َ ‫▪ ت قر‬

Perhatikan huruf keempat adalah ra', kemudian


didhommahkan.
‫حح ح ح ح‬
َ ‫َت حدخَ َر‬-َ‫ج‬
‫ج‬ َ ‫▪ تدخر‬

Ini rumus singkat bagaimana caranya kita bisa


mengetahui mashdar dari sebuah fi’il.

60 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Isim Marrah dan Haiah


Selesai kita pada pembahasan mashdar, kemudian
kita beralih pada pembahasan,

‫ح‬
ٰ‫اسمَالم َر َة‬

Isim marrah ini sebetulnya bagian dari mashdar


juga, ada yang menyebutnya mashdar marrah, karena
memang lafadznya berasal dari mashdar.

Marrah itu adalah mashdar untuk menunjukkan


berapa kali pekerjaan itu dilakukan. Ini fungsi dari
marrah.
‫ح ح‬
َ‫ث َٰب َتحا ٍء‬
َ ٰ ‫يَثل‬ َ‫ح‬
ٰ ‫المرةَ ٰمنَغ‬

Cara membuat isim marrah dari fi’il ghairu


tsulatsy, selain dari fi’il tsulatsy, artinya bisa empat huruf
atau lebih, dengan ditambahkan huruf ta’ pada
mashdarnya.
‫ح‬ ‫ح حح‬
Contoh: ‫ان ٰطلق‬, ini lima huruf dari fi’il ‫ق‬
َ ‫انطل‬. Karena
lima huruf maka cara membuat isim marrahnya, adalah

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 61


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح ح‬
dengan ditambahkan ta’ marbuthoh di akhirnya: ‫ان ٰطل َقة‬,

cukup.

Dan ini berlaku untuk semua selain dari fi’il


‫ح‬ ‫ح‬
tsulatsy, misalkan: َ‫( ٰاس ٰتغف ح‬satu kali
َ‫ارةَ → ٰاس َٰتغ َف َار‬
‫ح‬ ‫ح ح‬
beristighfar. َ‫( ان ٰطلق‬pergi), َ‫( ان ٰطل َقة‬satu kali pergi). Ini

makna dari ta’ marbuthoh di sana.

َ‫حو ٰمنه‬

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


َّ ٰ ‫ حَو ٰم حنَاثلُّل‬, tadi ‫ث‬
Artinya ‫ث‬ َ ٰ ‫يَثل‬
ٰ ‫ ٰمنَغ‬. Artinya kalau
dia berasal dari fi’il tsulatsy (terdiri dari tiga huruf).
‫ح ح ح ح‬
َ‫يَبٰفعل ٍة‬
َ ‫إٰنَع ٰر‬

Kalau dia terbebas dari ta’ marbuthoh,

Artinya ada fi’il tsulatsy, kita lihat mashdarnya


apakah diakhiri dengan ta’ marbuthoh atau tidak. Kalau
ternyata mashdarnya ini tidak diakhiri ta’ marbuthoh,
‫ح ح‬
maka wazan isim marrahnya adalah َ‫فعلة‬. Kita lihat

contohnya.

62 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Misalnya:
ََ‫َضبتَ حَضبحة‬
‫ب َ← ح ح‬
َ ‫َض ح‬
‫▪ ح ح‬
‫ح ح‬
َ َ‫ حَضبحة‬wazannya َ‫فعلة‬. Kenapa? Karena dia adalah
fi’il tsulatsy dan mashdarnya tidak diakhiri dengan ta’
marbuthoh: ‫ت ََضب َا‬
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
‫ ح‬. ‫ َضب َا‬adalah mashdar dari ‫ب‬
َ ‫َضب‬ ‫َ ح‬
َ ‫َض‬.َ ‫ح ح‬

Kalau mau dibuat isim marrah “aku memukul satu kali


‫ح ح‬ ‫ح‬
‫ ح‬, ditambah ta’ marbuthoh, untuk
pukulan”, َ‫َضبتَََضبة‬

membedakan dari mashdarnya.

Bagaimana kalau mashdarnya sudah ada ta’


marbuthoh,

‫َ ح‬
َ ٰ ‫حو ٰإلَف ٰبال حَوص‬
َ‫ف‬

Artinya kalau dia tidak terbebas dari ta’ marbuthoh


(mashdarnya sudah ada ta’ marbuthohnya), misalnya
‫ حر ح‬. Ini fi’il tsulatsy, ketika diubah
َ‫ حر ٰح حم‬mashdarnya َ‫حة‬
menjadi mashdar ada ta’ marbuthohnya َ‫رحة‬. Maka
‫ح ح‬

ditambahkan sifat: ‫احد َة‬


‫ح‬ ‫ح ح‬
‫ر ٰح حَمَرحة ح‬. ‫ح‬
ٰ ‫َو‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 63


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬
ٰ ‫ ? حو‬Supaya tidak
Kenapa harus diberi sifat ‫احد َة‬

tertukar dengan mashdar, kalau َ‫ح حَمَرحة‬


‫ح ح‬ ‫ح‬
ٰ ‫ ر‬saja dikira “dia
betul betul menyayangi”, padahal maksudnya “dia
hanya menyayangi satu kali”. Maka diberi sifat supaya
tidak tertukar dengan mashdar: ‫احد َة‬
‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬
‫ ر ٰح حَمَرحة ح‬atau َ‫ر ٰح حَم‬ ‫ح‬
ٰ ‫َو‬
َ‫ّي‬ ‫ح حح‬
ٰ ‫رحت‬, Kalau dia dua kali.

Selesai isim marrah, kemudian beliau


menyampaikan tentang:

َ‫َالهيئح ٰة‬
‫اسم ح‬

Ismul haiah adalah mashdar yang menjelaskan/


menerangkan tentang kondisi atau keadaan atau jenis
dari pekerjaan itu sendiri,
‫ح‬
َ‫الهيَ َئحةََ َٰب َٰفعَ َل ٍة‬
َ‫حَو ح‬

‫ح‬
Dan isim haiah wazannya adalah َ‫ فَٰعلة‬hanya beda

satu harokat dengan wazan isim marrah. Isim marrah


‫ح ح‬
wazannya ‫ َفعلة‬.

64 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Contohnya:
‫ح ح‬ ‫ح‬
َ‫▪ حجلستََ ٰجل حس َةَال ٰمي‬
Aku duduk sebagaimana duduknya pak Presiden
‫ح‬
Kita lihat wazannya hanya satu yaitu ‫ َٰفعلة‬, karena

Ismul hai'ah itu hanya bisa dibuat dari fi’il tsulatsy saja.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 65


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Isim Alat
Berikutnya,
‫ح‬
‫ٰاسمَ اآلل َٰة‬

Isim yang menunjukkan alat atau perkakas atau


yang semisalnya (mesin atau yang lainnya).
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
َ‫ِف الش حه ٰر‬
َ ٰ َ‫اآللةَ ٰمف حعلَ حو ٰمف حعالَ حو ٰمف حعلة‬

Ismul alah mempunyai tiga wazan yang masyhur.


‫ح ح‬
Arti perkataan beliau ‫ِف َالشهر‬
َ ٰ ini yang paling masyhur.
Karena ada juga wazan lain tapi tidak masyhur. Yang
masyhur ada tiga yaitu,

1. َ‫ ٰمف حعل‬, Contohnya: ‫ْب َد‬


‫( ٰم ح‬peraut/rautan),
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
2. َ‫ ٰمفعال‬, Contohnya: ،‫َ ٰمفتاح‬،‫ ٰمصَباح‬،َ‫ ٰمنبار‬, dan yang

lainnya,
‫ح‬ ‫ح‬
3. َ‫ ٰمف حعلة‬, Contohnya: َ‫( ٰمكن حسة‬Sapu), َ‫( ٰمس حط حرة‬Penggaris),
dan masih banyak lagi

66 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Ini adalah wazan yang masyhur. Artinya ada juga


‫حَ ح‬
yang tidak masyhur. Misalnya wazan ‫ف َعالة‬. Kalau zaman
‫حَ ح‬
sekarang justru ‫ ف َعالة‬di negeri Arab khususnya, justru

lebih sering digunakan dari yang tiga ini. Maka dari itu
Majma' ulama ahlul lughoh di Mesir mengatakan bahwa
‫ح ح‬ َ‫ح‬
‫ ف ََعالة‬ini sekarang jadi masyhur. Seperti ‫ل حجة‬ َ ‫( ث‬kulkas),
‫ح َ ح‬ ‫ح َ ح‬ ‫( حسيَ ح‬mobil), Ini
‫سالة‬َ ‫( غ‬mesin cuci), ‫لقة‬َ ‫ح‬َ (alat cukur), ‫ارة‬
sudah masyhur.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 67


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Isim Makan dan Isim Zaman


‫ح ح‬
َٰ ‫الز حم‬
‫ان‬ ََ َ‫ن حَواسم‬
َٰ ‫المَك‬ َ‫اسم‬

Beliau tidak menyebutkan ismuz zaman karena


Ismul makan sudah mewakili ismuz zaman. Wazannya
sama persis, sehingga tidak perlu dibahas lagi. Kalau
sudah disebutkan ismul makan maka termasuk di
dalamnya ismuz zaman.

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


،‫َع حمف حع ٍل‬
َ‫ث ح‬
َ ٰ ‫ال حمَكنَ ٰمنَ ثل‬

Ismul makan kata beliau kalau dia berasal dari Fi’il


‫ح ح‬ ‫ح ح‬
tsulatsy maka wazannya َ‫ َمفعل‬. Misalnya َ‫ َمكتب‬, َ‫ َملعب‬, ini
‫ح ح‬
‫ح ح‬
ismul makan, َ‫( َمذهب‬tempat atau waktu pergi), dan yang

lainnya.

‫ح ح ح‬ ‫ح‬
،‫ن ٰمثال‬ َٰ ‫حوبٰالك‬
َ ‫س إٰنَ َك‬

Dan ‘ain kalimahnya dikasrohkan jika fi’ilnya fi’il


mitsal (fi’il yang ada huruf ‘illatnya di fa’ul kalimah).
Contohnya َ‫عد‬
‫ح‬ ‫ح ح‬
َٰ ‫مو‬. Tidak kita katakan َ‫ َموعد‬karena dia
berasal dari fi’il mitsal.

68 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

َ‫ول‬ ‫حومنَ حغيَه بلحف َ ح‬


ٰ ‫ظ المفع‬
ٰ ٰ ٰٰ ٰ
‫ح‬ ‫ح‬
Maksudnya adalah ‫ث‬ َٰ ‫ حو ٰمنَََغ‬, selain daripada
َ ٰ ‫يََثل‬
tsulatsy (artinya bisa ruba'iy, khumasiy, sudasiy) maka
cara membuat isim makan lafadznya sama seperti
lafadz maf’ulnya. Contohnya: َ‫( َمك حرم‬terdiri dari 4 huruf),

ini ismul makan atau ismul zaman dan wazannya sama


‫ح ح‬
dengan ismul maf’ul atau ‫ف‬
َ ‫( مَستش‬terdiri dari 6 huruf),
‫ح‬
َ‫( مَن حط َلق‬terdiri dari 5 huruf).

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 69


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Isim Fa’il dan Isim Maf’ul


Berikutnya,

‫ح‬ ‫ح‬
‫ل حوال حمفعو َٰل‬
َٰ ‫الصفاتَ لٰلفا ٰع‬

Sifat bagi pelaku dan yang dikenai pekerjaan


(objek), maksudnya isim fa’il dan isim maf’ul.
‫ح‬ ‫ح‬
َ‫ي اثلُّل ٰث‬
َٰ ‫ٰمنَ غ‬

Kalau dia berasal dari fi’il selain dari fi’il tsulatsy


(berasal dari di atas tiga huruf) cara membuat isim fa’il
dan isim maf’ulnya adalah,

‫ح‬ ‫ح‬
‫ع‬
َٰ ‫ار‬
ٰ ‫ٰب ٰزن َٰة المض‬

Yakni sesuai wazannya dengan Fi’il mudhori’,


disamakan bentuknya hanya perbedaannya,

‫ل ميم َا حمضم ح‬ َ ‫ح ح‬
‫وم َة‬ َٰ ‫حو ٰإبد‬
ٰ ٰ ٰ ‫ال أ‬
َ ‫و‬

Bedanya adalah huruf mudhara'ahnya yang tadi


‫ح‬
disingkat ََ‫ َنأ ٰت‬, diganti/ditukar dengan huruf mim dan

didhommahkan.
70 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.
Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Sekarang cara membedakan isim fa’il dan isim


maf’ul,

‫ح‬ ‫حويك ح َ ح‬
َ‫ِف الفا ٰع ٰل‬ ٰ ‫س متل َُّو‬
َ ٰ ‫اآلخ َٰر‬

Dengan cara dikasrohkan sebelum huruf terakhir


pada fa’il.

َ ٰ َ‫حويفتحح‬
‫ِف ال حمفعو َٰل‬

Kalau maf’ul difathahkan satu huruf sebelum huruf


yang terakhirnya.

Ini bedanya isim fa’il dan isim maf’ul. Depannya


sama semua. Bedanya hanya di satu huruf sebelum
huruf terakhir. Contoh ‫يَك ٰر َم‬. Cara membuat Isim

fa’ilnya, huruf ya’ diganti huruf mim kemudian


dikasrohkan sebelum huruf terakhir ‫مك ٰر َم‬. Kalau Isim

maf’ulnya difathahkan sebelum huruf terakhir menjadi


‫مك حر َم‬.

Contoh lain: ‫ج‬


‫ح ح‬
َ ‫َيستخ ٰر‬. Cara membuatnya menjadi
isim fa’il : huruf ya’ diganti dengan mim didhommahkan,
َ ‫مَستحخ ٰر‬. Cara membuat isim maf’ulnya difathahkan satu
‫ج‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 71


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

َ ‫مَستخ حر‬.
huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi ‫ج‬
‫ح‬

َ‫ مَستحخ ٰرج‬adalah isim fa’il artinya “orang yang


‫ح‬
mengeluarkan”. َ‫ مَستخ حرج‬adalah “yang dikeluarkan”. Itu

bedanya isim fa’il dan isim maf’ul.

َ‫حو ٰمنه‬

‫ُّ ح‬
َ ٰ ‫ حو ٰم حنَاثلل‬, jika berasal dari fi’il tsulatsy
Artinya ‫ث‬

‫ح ح‬
َ‫ل حو حمفعو ٍل‬
ٍَ ‫ٰزنةَ فا ٰع‬

Gampang cara membuat isim fa’il dan maf’ulnya


‫ح‬ ‫ح‬
tinggal ubah menjadi wazan ‫عل‬
ٰ ‫ فَا‬dan ‫ َمفعول‬. Contohnya:
‫ح‬ ‫ح‬
َ ‫ب – حمْشو‬
َ‫ب‬ َ ‫ار‬
ٰ ‫ب←ش‬ َ‫ش ح‬َٰ ▪
‫ح‬ ‫ح‬
َ ‫ب←َكتٰبََ–َ حمكتو‬
َ‫ب‬ َ ‫▪ َكتح ح‬

Ini untuk fi’il yang berasal dari fi’il tsulatsy.

72 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Syifah Musyabbahah
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬ ‫ح‬
،‫ل ف ٰعلَ حوأف حعلَ حوفعلن‬
َ ‫كنَ ٰلف ٰع‬
ٰ ‫ل‬

Akan tetapi, kata beliau kalau fi’ilnya itu berasal


‫ح ح‬
dari fi’il ‫ل‬
َ ‫ َف ٰع‬.

‫ح ح‬
Maksud َ‫ َف ٰعل‬adalah fi’il- fi’il yang bermakna sifat

dan sifatnya sifat sementara, misalnya sifat yang bukan


bawaan/bukan permanen seperti marah, sedih, ini sifat-
sifat yang sementara. Atau berasal dari warna. Maka dia
tidak memiliki bentuk isim fa’il. Karena ini adalah sifat.
Isim fa’il itu berasal dari pekerjaan, sesuatu yang bisa
dilakukan. Kalau sifat itu tidak dilakukan. Maka dari itu
namanya shifah musyabahah.

‫ح ح‬
Maka kata beliau akan tetapi untuk wazan َ‫َف ٰعل‬

yang bermakna sifat dia tidak punya isim fa’il maka


wazannya bernama shifah musyabbahah. Wazan shifah
musyabbahah itu ada tiga:
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
1. َ‫ َف ٰر ح‬sifatnya َ‫( َف ٰرح‬senang).
َ‫ َف ٰعل‬. Dari Fi’il ‫ح‬
‫ح ح‬
2. Atau warna َ‫ َأفعل‬. Dari Fi’il ‫ح حَر‬
‫ح‬
َٰ sifatnya َ‫حر‬ ‫( َأح ح‬merah).

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 73


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬
3. َ‫ َفعلن‬misalnya َ‫غضبحان‬ َ ‫غ ٰض ح‬
َ dari fi’il ‫ب‬ َ ; َ‫ َكسلن‬dari fi’il
‫ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬
َ ‫عطشانَ ; َك ٰس‬
‫ل‬ َ dari fi’il ‫ش‬
َ ‫ع ٰط‬
َ.

‫ح‬ ‫ح ح ح ح‬
َ‫ل فعلَ حوف ٰعيل‬
َ ‫و ٰلفع‬

‫ح ح‬
Begitu juga sifat yang berwazan ‫ل‬
َ ‫ َفع‬,
‫ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬
Bedanya َ‫ َف ٰعل‬dan َ‫ َفعل‬, ‫ل‬
َ ‫ َفع‬sifatnya permanen/
bawaan, misalnya tinggi, pendek, besar, kecil, ganteng,
jelek, ini bawaan, sifatnya permanen. Berbeda dengan
senang, kadang senang kadang susah, kadang marah,
kadang senyum, ini tidak permanen.

Maka wazannya:

‫ح‬
1. َ‫فعل‬. Misalnya َ‫ضحم‬ َ ‫ ح‬dari fi’il ‫ضح حَم‬َ ‫( ح‬Besar/gemuk).
‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح ح‬ ‫ح‬
2. َ‫ حوف ٰعيل‬. Misalnya ‫ل‬
َ ‫َجيلَ → َج‬ َٰ , ‫ح‬ َ ‫ َق ٰبيح → َقب‬ini adalah
sifat-sifat yang permanen.

Sehingga yang terakhir ini pembahasan beliau


adalah mengenai shifah musyabbahah bismil fa’il.

74 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Huruf Ziyadah
‫ح ح‬ ‫ّ ح‬
‫َحروفَ الزيحاد َٰة حسألمو ٰني حه َا‬: ‫الزيحاد َٰة‬ َ‫حروف‬

Huruf tambahan itu ada 10 yang disingkat dengan


‫ح‬
‫( حسألمو ٰني حه َا‬Kalian bertanya kepadaku mengenai dia).

Akan tetapi 10 huruf tambahan ini bukan berarti


setiap kali menemukan salah satu huruf ini sudah pasti
ia huruf tambahan. Tentu ada aturan/kaidahnya. Tidak
langsung kita katakan ada huruf sin misalnya pada fi’il
‫ح حح‬
َ‫سأل‬َ . Kita katakan sin ini tambahan. Tentu tidak. Karena
ada aturannya. Dikatakan di sini,
‫ح ح‬
َ‫فال ٰلفَ حوال حواوَ حواْلحاء‬

Yang pertama, kedua, ketiga adalah huruf mad.


Kapan huruf mad sebagai huruf tambahan?
‫ح ح‬ ‫حم حَع أحك ح ح‬
َ‫ّي‬
ٰ ‫ل‬‫ص‬ ‫أ‬ ‫ن‬
َ ‫م‬
ٰ َ
‫ث‬

Ketika salah satu dari huruf ini bersama-sama


dengan lebih dari dua huruf asli. Kalau ketiga huruf ini
bersama-sama dua huruf asli saja maka bukan huruf

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 75


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

tambahan, dia huruf asli. Misal ‫ك‬


‫ح‬
َ ٰ ‫مَال‬, bersama dengan
alif ada huruf ‫م‬-‫ل‬-‫ك‬. Huruf ‫م‬-‫ل‬-‫ ك‬adalah huruf asli dari
‫حح ح‬ ‫ح‬
fi’il ‫ك‬
َ ‫ َمل‬. Isim fa’ilnya َ‫ َمالٰك‬. Maka alif di situ adalah huruf
tambahan. Karena ia bersama-sama lebih dari dua huruf
asli (yaitu 3 huruf): ‫م‬-‫ل‬-‫ك‬.

‫ح‬
Contoh lainnya َ‫غفور‬
َ . Wawu bersama ‫غ‬-‫ف‬-‫ر‬. Ada
tiga huruf asli. Maka wawu di situ tambahan. Atau huruf
ya’ misal ‫ع ٰزي َز‬
‫ح‬
َ , ada huruf ‫ع‬-‫ز‬-‫ز‬, semua huruf asli maka
ya’ di situ tambahan.

Berbeda kalau dia bersama dua huruf asli saja.


‫ح‬
Misalnya َ‫ َبيت‬. Di sana ada huruf ya’ tapi bersama huruf

ya’ hanya ada dua huruf yaitu ba’ dan ta’. Maka ya’ di
‫ح ح‬
sana adalah asli bukan tambahan. Atau ‫ال‬
َ ‫ َق‬bersama
huruf alif ada qof dan lam berarti kurang dari tiga maka
alif di sana adalah huruf asli bukan tambahan.

Kemudian huruf tambahan berikutnya,

76 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

َ ‫َ ح‬
،‫الهم حزةَ م حصد حرةَ أوَ م حؤخ حرة‬
‫حو ح‬

Dan huruf hamzah, masih sama dengan aturan


sebelumnya, yakni huruf hamzah bersama dengan lebih
dari dua huruf asli berada di awal kata atau di akhir kata,
jika di tengah tidak. Kemungkinannya hanya ada di awal
atau di akhir, dan dengan catatan harus dengan lebih
dari dua huruf asli.

‫ح‬ ‫ح‬
‫ح‬
Contohnya ‫ َأكر َم‬, hamzahnya di depan dan

bersama hamzah ada tiga huruf asli maka hamzah


‫ح ح‬
adalah huruf tambahan. Kemudian yang kedua ‫سودا َء‬
َ
contohnya. Hamzahnya di akhir, sebelumnya ada tiga
huruf asli ‫س‬-‫و‬-‫د‬, maka hamzahnya tambahan. Kalau

misalnya ada hamzah di akhir tapi bersamanya hanya


ada dua huruf asli maka dia bukan tambahan. Misalnya
َ‫ حَماء‬maka hamzah di situ adalah hamzah asli.

َ
،‫حوال ٰميمَ م حصد حرة‬

Yaitu huruf mim ketika ia bersama lebih dari dua


huruf asli dan mim terletak di depan, bukan di tengah
dan belakang. Maka mim di sini adalah tambahan.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 77


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Misalnya ‫مَس ٰل َم‬. Mim di depan, setelahnya ada ‫س‬-‫ل‬-‫َم‬

yang ketiganya huruf asli, maka mim di situ adalah huruf


tambahan.

‫ف حَن َو حغ حضن حف َر حوف ح‬ ‫ف حزائ ح‬ ‫ح ح ح‬


،‫يم َا حم َر‬ ٰ ٍ ٰ َ ‫ح‬
‫و‬ َ
‫ة‬
ٰ ٍ ٰ‫د‬ َ ٍ ‫حوانلُّونَ بع َد أ‬
‫ل‬
ٰ

Jadi huruf nun ini dia tambahan ada di beberapa


tempat, ada banyak.

Yang pertama, ketika ia terletak setelah alif zaidah.


‫ح‬ ‫ح‬
Misalnya pada kata َ‫لن‬
َ ‫كس‬, sebelum nun ini ada alif
zaidah, maka nun ini adalah tambahan.

Atau pada kata ‫ض َنف َر‬


‫ح ح ح‬
َ ‫( غ‬nama lain dari َ‫)أسد‬. Kita ‫حح‬

perhatikan ada huruf nun yang diapit diantara empat


huruf, dua di depan, dan dua di belakang. Jangan berat
sebelah, misalnya dua di depan dan di belakang satu,
maka ini nunnya bukan zaidah, harus kanan kiri dua.

‫ح‬
Misalnya yang lain: ‫ ق حرَنَفل‬artinya cengkeh, atau
‫ح حح‬
pada fi’il berwazan ‫ل‬
َ ‫اف َع َنل‬. Nunnya diapit di antara dua
huruf di depan dan dua huruf di belakang, itu juga
‫ح ح‬
zaidah. Seperti fi’il ‫ اف حَرنَق َع‬artinya menyingkir. Ingat,

78 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

hamzah di awal itu hanya dhoruri ya, sifatnya hanya


sementara jadi tidak dihitung.

َ‫ حو ٰفَ حماَ حم َر‬, dan semua huruf nun yang berada di


wazan-wazan fi’il yang sudah dibahas di awal, yaitu,

‫ح ح‬ ‫ح‬
▪ wazan ‫ل‬ َ‫انَك ح ح‬, maka nunnya
َ ‫ انَف حع‬contohnya ‫س‬
tambahan.
‫ح حح‬ ‫حح‬
▪ wazan َ‫ اف َعنَلل‬contohnya ‫اف حَرنَق َع‬,
‫ح ح‬
▪ atau َ‫ َنذهب‬huruf mudhoro’ah, juga termasuk nun

zaidah.

‫َو حم ح‬ ‫ح‬
‫ََنوَمس ٰل حم ٍة ح‬
َ ‫اَم ََر‬ َ ‫ح‬
ٰ ‫والاء َِٰف‬

‫ح‬
Dan tambahan huruf ta’ pada kata َ‫ مس ٰلمة‬atau yang

sejenisnya, maka ta’ marbutoh ini adalah tambahan, dan


fi’il-fi’il yang sudah kita bahas sebelumnya, maka huruf
َ‫ححَ ح حح‬
ta’nya tersebut adalah zaidah. Misalnya: ‫ َتعل حَم‬, ‫ب‬
َ ‫ َتقر‬,
‫ح‬
َ‫اجَ َتح حم حع‬, ‫ل‬
َ ‫ افَ َتح حع‬huruf ta’nya adalah zaidah. Kemudian juga
‫ح ح‬
huruf mudhoro’ah, seperti pada kata َ‫تذهب‬, juga zaidah.

Huruf tambahan berikutnya adalah sin,


Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 79
Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

ٍَ ‫اَِفَاس ٰتف حع‬


َ ‫ال‬ ‫ح حح‬ ‫ح‬
ٰ ‫والسّيََمعه‬

‫ح حح‬ َ َ‫مع‬, karena


Maksud dari ‫ معه َا‬tersebut adalah َ‫الا ٰء‬
‫ح ح‬

sebelumnya membahas huruf ta’, yaitu huruf sin


‫ح‬
bersama huruf ta’ pada wazan َ‫ اس ٰتفعال‬atau turunannya,
‫ح حح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
seperti ; ‫ل‬
َ ‫اسَتفع‬, ‫ل‬
َ ‫َيسَتف ٰع‬, ‫ل‬
َ ‫اسَتف ٰع‬, َ‫اسَ ٰتفعال‬. Jadi sin pada
‫ح‬ ‫ح‬
wazan َ‫ اس ٰتفعال‬seperti ‫اَسَ ٰتغفارَا‬.

َ َ‫حوال حهاء َِٰفَال حوق ٰف‬

Huruf Ha ini juga huruf tambahan ketika waqof.


َ ‫ح‬
Namanya ‫ت‬
َ ٰ ‫ هاءَ السك‬yaitu huruf Ha yang fungsinya
‫ح حح‬
untuk mendiamkan, misalnya: َ‫ياَ أباه‬, atau di dalam al
‫ح ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
Qur’anَ seperti: َ‫( قطوفهاَدا ٰنيه‬QS: al Haqqoh: 23), َ‫لمَاوت‬
‫ح‬ ‫حح ح‬
‫ابيح َه‬ ‫ح ح‬ َ ‫( هلكَ حع‬QS: al
ٰ ‫ ٰكت‬: (QS: al Haqqoh: 25), ‫ّنََصلطا ٰني َه‬
Haqqoh:29) dan yang lainnya, maka Ha tersebut
َ ‫ح‬
namanya adalah ‫ت‬
َ ٰ ‫ هاءَالسك‬dan ia adalah tambahan.

80 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫حوَال َلمَِفَاإل حش ح‬
َ َ‫ار ٰة‬ ٰ ٰ

Huruf lam pada isim isyaroh yang disebut dengan


‫ح‬
َ‫ لمَ اْلع ٰد‬untuk menunjukkan makna jauh. Contohnya:
‫ح‬ ‫ح ح‬
َ‫ ذ ٰلكم‬atau ‫ك‬َ ٰ ‫ذل‬, maka perhatikan di situ lamnya adalah
zaidah/tambahan.

Selesai huruf-huruf tambahan yang tergabung


‫ح‬ ‫حح‬
dalam lafazh ‫ سالمو ٰنيه َا‬beserta aturan-aturannya. Dan

sekarang kita telah mengetahui bahwa huruf tambahan


itu ada aturannya, yang aturan ini tidak berlaku untuk
‫ح ح‬
َ ‫ن َز‬
fi’il mudho’af, yaitu fi’il yang digandakan, misalnya: ‫ل‬

huruf zainya double, yang satu adalah tambahan, maka


hal ini tidak berlaku bagi fi’il-fi’il yang ditasydidkan. Jika
diberlakukan maka semua adalah tambahan.

Maksud huruf tambahan ini adalah selain daripada


‫ح‬
َ‫ تض ٰعيف‬yaitu menggandakan huruf.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 81


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Hadzf (Menghilangkan Huruf)


‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ َ‫ح‬
َٰ ‫َو حمص حد ٍرَ ٰم حنَال ٰمث‬
َ ‫ال‬ ‫َوأمر ح‬
‫ح‬
ٍ ‫ار ٍع‬
‫ح‬ ‫ح‬
ٰ ‫الذفَيط ٰرد َِٰفَفاءَٰمض‬

Penghilangan huruf berlaku pada fa’ fi’il mudhori’,


fa’ fi’il amr, dan mashdar dari fi’il mitsal (fi’il yang huruf
‘illatnya berada pada fa’ kalimah).

‫ح ح‬
َ ‫ حوع‬fi’il mudhori’nya َ‫ي ٰعد‬, hadzf di sini
Misalnya: ‫د‬
‫ح‬

bukan َ‫عد‬
‫ح‬
ٰ ‫يو‬, jadi wawunya hilang Ketika diubah menjadi
‫ح‬ ‫ح ح‬
fi’il mudhori’ (َ‫ ) حوعدََ–ََي ٰعد‬karena untuk meringankan.

Amrnya juga demikian, َ‫عد‬


ٰ , bukan َ‫او ٰعد‬. Mashdarnya juga
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬
ٰ . Maka َ‫ حوعدَ–َي ٰعدَ–َ ٰعدَ–َ ٰعدة‬ketiga-tiganya
demikian َ‫عدة‬

dihilangkan huruf wawunya.

‫حح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬
َ َ‫ص َفيَ ٰه‬
َ ‫ع َٰهَ َو َو‬
َٰ ‫ار‬ َ ‫لَ ِٰفَمَ ح‬
َٰ ‫ض‬ َ ‫حَو َهمَ حَز َٰةََأفَ حَع‬

Begitu juga hadzf berlaku pada hamzah wazan


‫ح ح‬
َ ‫ اف حع‬ketika diubah menjadi fi’il mudhori’ dan dua
‫ل‬
sifatnya, yaitu isim fa’il dan isim maf’ul.

82 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


Misalnya: ‫أك حرمََ–ََيك ٰر َم‬, bukan ‫ يأك ٰر َم‬hamzahnya
‫ح‬
hilang. Kemudian isim fa’ilnya َ‫ مك ٰرم‬bukan َ‫ مأك ٰرم‬dan isim
‫ح‬
maf’ulnya menjadi َ‫ مك حرم‬bukan َ‫مأك حرم‬.

‫حَح حَح‬ ‫ح‬ ُّ ‫حح‬ ‫ح‬ َ ‫ح‬ ‫ح ح َ ح َ ح‬


‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
َ‫ّي‬
َٰ ‫اَأ َو َل َالو َل‬
َ َ‫سوَر‬
َ َ‫ون َ َمك‬
َٰ ‫َالسك‬
َ ‫اََع‬
َ َ‫سَمبنٰي‬
َ ‫ح‬َ ‫سَ َوَأ‬
َ ‫ل َوم‬
َ‫ظ‬
َ َ‫ل‬ َ ‫حَوَأ‬
َ َ‫ح َٰد َ َٰمث‬
َ َ‫حَو حَمفَتَو‬
َ ‫حَا‬

Yakni dihilangkan salah satu dari dua huruf yang


َ ‫ح‬ َ ‫ح‬
sama pada ‫ل‬
َ ‫ ظ‬atau yang semisal, َ‫ مس‬atau yang semisal,
َ ‫ح‬ ‫ح‬
dan ‫س‬
َ ‫ أح‬atau yang semisal, ketika ketiga jenis fi’il
tersebut mabni dengan sukun, yaitu ketika bersambung
ََ ‫ه‬
dengan dhomir mutaharrik, mulai dari dhomir ‫ن‬
‫ح‬
sampai dhomir َ‫َنن‬.

َ ‫ح‬ ‫ح ح‬
Misalnya: ‫ل‬ ََ ‫ ه‬menjadi ‫ن‬
َ ‫ظ‬, ketika pada dhomir ‫ن‬ َ‫ظلل ح‬
َ ‫ح‬
mabni dengan sukun. Asal ‫ل‬
َ ‫ ظ‬adalah mabniy dengan
fathah, ketika bersambung dengan nun niswah menjadi
‫ح ح‬ ‫حظلحل ح‬
َ‫ ظلل حن‬mabni ‘ala sukun, begitu pula dengan َ–ََ‫ت‬
‫ح ح‬ ‫ح ح َ ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح ح‬
‫تَ–َظللتَ–َظللنحا‬
َ ‫تَ–َظللت حماَ–َظلل‬
ٰ ‫ظللتماَ–َظللتمَ–َظلل‬

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 83


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kemudian kata beliau: dihilangkan salah satu


huruf yang sama dari ‫ل‬
َ ‫ظ‬, ‫س‬
َ ‫ح‬
َ ‫م‬, ‫س‬ َ ‫ح‬ َ ‫ح ح‬
َ ‫أح‬. Yang mana yang
dihilangkan? Ulama khilaf. Makanya beliau tidak
menyebutkan secara spesifik yang mana yang
dihilangkan. Pokoknya salah datu dari dua lam tersebut
dihilangkan.

Kemudian sin pada ‫س‬


َ ‫م‬, ‫س‬ َ ‫ح‬ َ ‫ح ح‬
َ ‫أح‬, yakni ketika ia
bersambung dengan dhomir mutaharrik yang telah
disebutkan sebelumnya. Maka boleh kita membaca
َ‫ت‬‫ حظلحل ح‬atau ‫ت‬ ‫ح‬
َ ‫ حم حسس ح‬atau ‫ت‬
َ ‫ظل ح‬. Boleh kita baca ‫ت‬ َ ‫ حمس ح‬,
‫ح‬
dihilangkan salah satu hurufnya. Boleh kita baca ‫ت‬ َ ‫أح حسس ح‬
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
atau ‫ت‬ َ ‫أحس‬, dihilangkan salah satu huruf sinnya.

‫ح ح ح ح‬
َ َ‫حَمكَسَوَر‬
َٰ ‫اَأ ََو َلَال َو َل‬
َ‫ّي‬

Selain itu juga boleh dikasrohkan huruf yang


pertama dari dua fi’il yang pertama (‫ل‬
َ ‫ ظ‬dan ‫س‬
َ ‫م‬, ‫س‬
َ ‫أح‬
َ ‫ح‬ َ ‫ح‬ َ ‫ح ح‬
‫ح‬
tidak boleh). Maksudnya boleh kita baca َ‫ ظلت‬atau َ‫ ٰظلت‬,

84 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬ ‫ح ح‬
boleh َ‫ مست‬atau َ‫ ٰمست‬. Jika َ‫ أحست‬tidak boleh menjadi
‫ح‬
َ‫أ ٰحست‬.

َ َ‫حَو حَمفَتَو‬
‫حَا‬

َ ‫ح‬ َ ‫ح‬
Dan boleh difathahkan semuanya (‫ل‬
َ ‫ظ‬, ‫س‬
َ ‫م‬, dan
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
َ‫)أ حح َس‬: َ‫ظلت‬, َ‫ حمست‬, dan َ‫أ ححست‬.

Kita lihat ringkasannya, supaya bisa lebih paham,

1. Jika dia mabniy ala sukun, dibacanya boleh dua


‫ححح‬
macam. Kalau dia meyakini bahwa wazannya ‫ل‬
َ ‫فع‬
‫ح ح‬
maka kita baca َ‫ظللت‬, kalau kita meyakini bahwa
‫ح ح‬ ‫ح‬ َ ‫ح‬
wazannya ‫ل‬
َ ‫ ف ٰع‬juga boleh, kita baca َ‫ظ ٰللت‬. ‫س‬
َ ‫ م‬juga
demikian, boleh kita baca dengan َ‫ مسست‬atau
‫ح ح‬
‫ح‬
َ‫ حم ٰسست‬. Sedangkan ‫س‬
َ َ ‫ أ حح‬hanya satu cara bacanya:
‫ح‬ ‫ح ح‬
‫ت‬َ ‫أح حسس‬. Karena wazannya hanya ‫ل‬ َ ‫أف حع‬. Ini cara
membaca yang pertama yaitu dengan cara
dipisahkan bukan diidghomkan.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 85


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

2. Dapat juga dibaca kasroh dengan cara dihilangkan


‫ح‬
salah satu hurufnya. َ‫ ٰظلت‬kalau dia dari َ‫ظ ٰللت‬

kemudian dihilangkan satu huruf lamnya,


kasrohnya dipindahkan kepada huruf dzho menjadi
َ ‫ حم ٰسس‬,
َ‫ ٰظلت‬. Atau َ‫ ٰمست‬kalau dia berasal dari ‫ت‬
dihilangkan satu sinnya, kemudian kasrohnya
dipindah ke huruf mim.
‫ح‬
3. Jika yang difathahkan semuanya bisa. seperti: َ‫ظلت‬.

Sebagaimana ucapan Nabi Musa ‘alaihissalam


kepada Samiri,

َ‫ح ح ح‬ ‫َعلحيه ح‬
‫ت ح‬ ‫ح‬
‫َظل ح‬ َ ‫ح‬ ‫ح‬
َ ]۹٧:‫حرقنهَ﴾َ[طه‬ ‫َع ٰكفاَنل‬ ٰ ٰ ‫ حوانظرَ ٰإىلَ ٰإلَ َٰهك‬...﴿
‫َاّلي‬

“Lihatlah kepada tuhanmu (berhala) yang kamu


masih menyembahnya, maka kami akan
membakarnya”.

Kata Nabi Musa ‘alaihissalam ‫ت‬


َ ‫ ظل‬bukan ‫ت‬
َ ‫ظلل‬, ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬

dengan cara dihilangkan salah satu huruf lamnya.

Boleh dibaca dengan: َ‫مست‬, ‫ت‬


َ ‫مس‬, atau ‫ت‬ ‫ح‬
َ ٰ ‫مس‬, ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬

sedangkan ‫س‬
َ ‫ح ح‬
َ ‫ أح‬dapat dibaca َ‫ أحسست‬atau َ‫أحست‬. ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬

86 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Kemudian hadzf juga ada pada,


‫حح ح ح ح ح ح‬
‫ع‬
ٍَ ‫ار‬ َ ‫نََأ ََو َلَمَ ح‬
َٰ ‫ض‬ َٰ ‫اء َي‬
َ ‫ح َٰدَ َت‬
َ ‫َوَأ‬

Dihilangkannya salah satu huruf ta’, jika bertemu


dua huruf ta’ pada fi’il mudhori’, maka boleh dihilangkan
salah satunya. Misalnya:

‫ح ح‬ َ ‫﴿تح ح‬
]۴:َ‫َنلَال حملئٰكةَ ﴾َ[القدر‬

‫ححح‬
َ ‫تت‬, dihilang satu huruf ta’nya. Atau:
Asalnya َ‫َنل‬
‫حح ح‬ ‫ح ح ح‬
َ‫ تظاهر‬asalnya َ‫تتحظاهر‬, sebagaimana di dalam al Qur’an:

‫حح ح ح حح‬
]َ ٨۵:َ‫اإلث َٰم ﴾ َ[اْلقرة‬
ٰ ٰ ٰ ‫﴿تظاهرونَعل‬
‫َب‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ي‬

‫ح‬ ‫ححح ح‬
Asalnya ‫ن‬
َ ‫ تتظاهرو‬dihilangkan satu huruf ta’nya.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 87


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Ibdal (Menukar Huruf)

َ ‫اإلب حد‬
‫ال‬ ٰ

Ibdal adalah menukar huruf, huruf dengan huruf.

‫ح‬ ‫اإلب حدالَأححرفه ح‬


َ ‫َط حويتَدائٰمَا‬ ٰ

Ibdal itu hurufnya ada delapan, dan disingkat


‫ح‬
menjadi ‫حط حويتَ دائٰمَا‬ (aku selalu menggulung).

Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

َ ]۱٠۴:‫ب﴾َ[النبياء‬ ‫َ ح ح ح‬ ‫ح ح ح‬
ٰ ‫﴿يومَنط ٰويَالسمآءَكطيَالسج ٰلَلٰلكت‬

“Pada hari dimana Kami menggulung langit


sebagaimana gulungan kertas pada kitab-kitab”

Yang pertama hamzah.


‫ح ح‬
‫ٍََنوَر حداء ح‬ ‫ح‬
َ ََ‫ٍَوبحائٰ ٍع‬ ٰ ‫فتب حدلَال حهم حزةَ ٰمنَياء‬

Bahwasanya hamzah menggantikan huruf ya’,


‫ح‬ ‫ح‬
seperti pada kata َ‫( ٰردا ٍء‬selendang), asalnya adalah ‫اي‬
ٍَ ‫ ٰرد‬,

88 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬ ‫ح‬
kemudian diubah menjadi hamzah, َ‫ ٰردا ٍء‬. Dan ‫بائٰ َع‬

(pedagang) asalnya adalah َ‫ايع‬


‫ح‬
ٰ ‫ب‬.
‫ح ح ح ححح ح‬ ‫حح ح‬
َ َ‫اصل‬
ٰ ‫اوََنوَ ٰكساءٍَوقائٰ ٍمَوأو‬
ٍ ‫وو‬

Dan hamzah juga menggantikan wawu, pada kata


‫ح‬ ‫ح‬
َ‫( ٰك حسا ٍء‬jubah), asalanya ‫او‬ٍَ ‫ ٰك حس‬, dan ‫ قائٰ ٍَم‬asalnya ٍَ‫اوم‬
ٰ ‫ق‬, dan
‫ح‬ ‫حح ح‬
‫اصل‬ ٰ ‫ أ حو‬asalnya adalah ‫ل‬
َ ‫اص‬ ٰ ‫( وو‬jamak dari ‫اصل‬ ٰ ‫ ) حو‬karena
berkumpul dua huruf wawu maka wawu yang pertama
‫ح‬
ٰ ‫أ حو‬.
diganti dengan hamzah ‫اصل‬

‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫حح ح حح ح حح‬


َ ‫ّيَاكتحنحف َاه‬
ٍ ‫ومدََج ٰعَمفا ٰعلَوث ٰاِنَحرفَ ٰل‬

Dan juga hamzah ini menggantikan huruf mad


‫ح‬ ‫حح‬
pada shighoh muntahal jumu’: ‫ل‬
َ ‫مفا ٰع‬, dan dia juga
menggantikan huruf yang kedua dari dua huruf layyin
yang mengelilinginya.

‫ح‬ ‫حح‬
Kita lihat contohnya. Dari wazan َ‫عل‬
ٰ ‫ م َفا‬misalnya:
َ‫ حعجوز‬jamaknya adalah َ‫جائٰز‬
‫ حع ح‬seharusnya َ‫جاوز‬
‫ح ح‬
ٰ ‫ ع‬karena
‫ح‬
dari kata َ‫عجوز‬, namun wawunya diganti dengan

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 89


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬ ‫ح‬
hamzah. Atau misalnya َ‫ م ٰدينة‬harusnya jamaknya adalah

‫ حم حد ٰاين‬namun ya’nya diganti dengan hamzah menjadi


َ‫ حم حدائٰن‬. Atau َ‫حابحة‬
‫ حص ح‬jamaknya َ‫حائب‬
‫ح ح‬ ‫ح ح‬
ٰ ‫ص‬, asalnya ‫صحااب‬,
alifnya ada dua, alif yang kedua diganti dengan
hamzah.

‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫حح‬
َ ‫ّيَاكتحنحف َاه‬
ٍ ‫وث ٰاِنَحرفَ ٰل‬

Kemudian dia juga menggantikan huruf kedua


‫ح‬
َ ‫أ َو‬
dari huruf layyin yang mengapitnya.ََContohnya ‫ل‬
‫ح‬ ‫ح‬
jamaknya َ‫أ حوا َئٰل‬, asalnya ‫اول‬ ‫ح‬
ٰ ‫أو‬, wawunya ada dua, wawu
‫ح‬
yang kedua diganti dengan hamzah. Kemudian َ‫نيف‬,
‫حح‬ ‫حح‬
jamaknya َ‫نيائٰف‬, asalnya ‫نيايٰف‬, diganti dengan hamzah
‫حح‬
menjadi َ‫نيائٰف‬.

‫َو ٰثيحاب ح‬
‫َو حر ٰ ح‬ ‫َصيحامٍ ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬
َ،‫ض‬ ٍ ٰ ‫و‬‫ََن‬ ‫او‬
ٍ ‫واْلاءَ ٰمنَو‬

Dan huruf ya’ menggantikan huruf wawu,


contohnya: ‫صيام‬
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
ٰ , awalnya ‫ ٰصوام‬, dari kata ‫صوم‬, wawunya
‫ح‬
diganti dengan huruf ya’. Atau ‫ ٰثياب‬, awalnya ‫ ٰث حواب‬, dari

90 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫ح‬
kata ‫ب‬
َ ‫ثو‬, diganti dengan huruf ya’, karena sebelumnya
َ‫ حر ٰ ح‬, awalnya ‫ حر ٰض حَو‬, karena asalnya dari
ada kasroh.َ Dan ‫ض‬

‫ ٰرض حوان‬, tetapi karena sebelumnya ada kasroh, maka


diganti huruf ya’ menjadi ‫ض‬َ‫ حر ٰ ح‬.

‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬


َ‫ح‬ ‫حوأ ٰل ٍفََنوَمصابيح ح‬
ٍَ ‫َومصي ٰبي‬ ٰ

Dan huruf ya’ menggantikan huruf alif, contohnya:


‫ابيح‬ ‫ح ح‬ َ ‫ ٰمصبح‬, ada alif di akhir, sebelum huruf
ٰ ‫مص‬, dari kata ‫اح‬
ha’. Alif sebelum ha’ ini diganti dengan huruf ya’,
‫ح ح‬ ‫ح‬
ٰ ‫مص‬. ‫ َمصي ٰبيح‬ini bentuk tashghirnya, sama juga.
‫ابيح‬

‫ح‬ ‫ح‬
َ‫حوال حواوَ ٰمنَأ ٰل ٍفَكبو ٰي حع‬

Dan huruf wawu menggantikan alif, contohnya:


‫ح‬ ‫ح‬
َ‫بو ٰي حع‬. Ini adalah bentuk majhul dari ‫بحاي حَع‬. ‫ بحاي حَع‬menjadi ‫بو َٰي حَع‬,
alifnya diganti dengan wawu .

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 91


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫حح‬ ‫ح‬
‫َونه حَو‬‫حويحاءٍَكمو ٰق ٍن‬

Dan wawu ini juga menggantikan huruf ya’,


contohnya: ‫موقٰن‬, dari kata ‫مي ٰقن‬. ‫ الموقٰن‬artinya orang
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
yang yakin. Dan ‫نه حَو‬, asalnya ‫ه‬
َ‫ن ح‬, َ‫نه‬. ‫ نه حَو‬ini artinya telah
sempurna akalnya.
‫ح حح حح ح حح ح‬ ‫ح‬
َ َ‫َوقال‬ ‫اوَكباع‬
ٍ ‫و‬‫ٍَو‬
‫ء‬ ‫ا‬ ‫َي‬ ‫ن‬ ‫م‬
ٰ َ ‫ف‬‫ل‬ٰ ‫ال‬‫حو‬

Dan huruf alif menggantikan huruf ya’ dan juga


wawu, contohnya: ‫اع‬
‫ح ح‬ ‫ح ح ححح‬
َ ‫ق‬, asalnya ‫ق حو َل‬.
َ ‫ب‬, asalnya ‫بي َع‬, ‫ال‬
‫ح ح‬

‫ح ح‬
َ َ.ٍ‫َسا ٰكنح ٍةَقبلَبحاء‬
‫حوالميمَمنَنون ح‬
ٍ ٰ ٰ

Dan mim menggantikan nun sakinah sebelum


huruf ba’. Dan ini dikenal di dalam ilmu tajwid dengan
hukum iqlab. Contohnya: ‫د‬
‫ح‬
َٰ ‫ ٰمن َمَ َبع‬, huruf mim
menggantikan huruf nun.

92 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

َ ‫ح‬ ‫ح‬
َ‫ال َْٰلناََكت ح ح‬
َ‫س‬ ‫ح‬ َ ‫ح‬
ٍ ‫والاءَ ٰمنَفاءَٰاف ٰتع‬

Dan ta’ ini bisa menggantikan huruf fa’ul kalimah


‫ح ح‬
pada wazan ‫ال‬
َ ‫ اف ٰتع‬kalau huruf fa’-nya adalah huruf
َ
َ‫ات ح ح‬, asalnya
layyin, yaitu ya’ dan wawu. Contohnya: ‫س‬
‫( ايتح ح ح‬wazan ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ح‬
َ‫س‬ َ ‫ ٰافتح حع‬- ‫س‬
َ‫)ايت ح ح‬, ini dari fi’il ‫س‬
َ‫ ي ح ح ح‬diganti ke
‫ح‬ ‫ح‬
wazan ‫ل‬ َ ‫ افتح حع‬menjadi ‫س‬ َ‫ايت ح ح‬, kemudian ya’-nya diganti
َ‫ات ح‬.
dengan huruf ta’, ‫س‬
‫َح‬

‫ح‬
َ‫الطاءَ ٰمنَتائٰ ٰهَتٰل حوَمطبح ٍق‬
َ ‫حو‬

Dan huruf tho’ bisa menggantikan huruf ta’ yang


‫ححح‬
ada pada wazan ‫ل‬
َ ‫افتع‬, kalau huruf ta’-nya ini terletak
setelah huruf ithbaq. Huruf ithbaq ada empat.

‫ح ح‬
1. Huruf shod, contohnya: َ‫طف‬ َ َ‫( اص‬terpilih) Ini
‫ححح‬ ‫حح‬
wazannya ‫ل‬
َ ‫افتع‬, asalnya: ‫ف‬
َ ‫اصَ َت‬. Setelah shod ada
huruf ta’, maka huruf ta’ ini diganti dengan huruf
‫ح ح‬
tho’, ‫ف‬
َ ‫اصط‬, karena sebelumnya huruf ithbaq.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 93


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Supaya meringankan bacaannya, diberikan juga


huruf ithbaq, karena makhrojnya dekat.
2. َ ‫ط حر‬
Huruf dhod, contohnya: ‫ب‬
‫ح‬ ‫ح‬
َ َ‫( اض‬terganggu)َasalnya
َ ‫اضَ َتحـ حر ح‬. Maka diganti ta’-nya dengan tho’.
‫ب‬
‫حح‬
3. Huruf tho’, contohnya: ‫ اطَ َته حَر‬setelah tho’ ada ta’,

maka ta’-nya diganti dengan tho’, kemudian


diidghomkan, ‫طه حَر‬
‫َ ح‬
َ ‫( ا‬bersuci, suci)
‫حح‬
4. Huruf dzho’,ََmisalnya: ‫اظَ َتل حَم‬, setelah dzho’ ada ta’,

maka ta’ ini diganti dengan dzho’. Maka bisa dibaca


‫ح ح‬ ‫َ ح‬
َ‫طل حم‬َ َ‫ اظ‬atau ‫ظل حَم‬َ ‫َا‬. Diidghomkan atau tanpa

diidghomkan sama saja, boleh dua-duanya.

َ‫اي‬ ‫َذالَأحو ح‬
‫َز‬
‫ح ح ح ح ح‬ َ ‫ح‬
ٍ ٍ ‫الَأو‬
ٍ ‫وادلالَ ٰمنهاَتٰلوَد‬

Dan huruf dal bisa menggantikan ta’ pada wazan


‫ح‬
َ ‫ افتح حع‬jika dia terletak setelah huruf dal, dzal, atau zai.
‫ال‬
Misalnya:

‫َ ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬
َ ‫افتح حع‬. Sebelum
َ‫ َا َدان‬-َ َ ‫( ادَتان‬berhutang) wazannya ‫ل‬
ta’ ini ada huruf dal, maka ta’ diganti dengan dal.

94 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫َ ح‬ ‫ح ح‬
َ‫َا َدك حر‬-َ ‫( اذَتك حر‬mengingat-ingat). Sebelum ta’ ada
huruf dzal, maka ta’ diganti dengan dal dan
diidghomkan.

‫ح ح‬ ‫ح ح‬
َ‫َازَ َداد‬-َ‫( ازَ َتاد‬bertambah-tambah). Sebelum ta’ ada
huruf zai, maka ta’ diganti dengan dal.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 95


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

Idghom
Idghom adalah memasukkan huruf sukun
kepada huruf yang berharokat. Kata beliau:

‫َساكنَِفَمثلهَمتح ح‬
َ،‫حر ٍك‬ ‫اإلد حَغمَإد حخال ح‬
‫َحرف ح‬
ٰٰ ٰ ٰ ٍ ٰ ٍ ٰ ٰ

Idghom adalah memasukkan huruf sukun


kepada huruf yang semisal dengan huruf sukun
tersebut, tetapi dia mutaharrik (berharokat).

‫َرفعَمتح ح‬
،َ‫حر ٍك‬ ‫ح‬ ‫ح‬ َ ‫ح ح‬ ‫ح ح‬
ٍ ‫َيبَماَلمَيت ٰصل َٰب ٰهَض ٰمي‬
ٰ ‫و‬

Idghom ini hukumnya terbagi menjadi tiga.

Wajib hukumnya, ketika dia tidak bersambung


dengan dhomir rofa’ mutaharrik. Dhomir rofa
ََ ‫ ه‬sampai ke
mutaharik sudah kita ulang-ulang dari ‫ن‬
‫ح‬
َ‫َنن‬. Maka ketika dia tidak bersambung dengan

dhomir mutaharik wajib idghom.

‫ح‬
‫فيحمتح ٰن َع‬

96 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

‫حح ح‬ َ
Maksudnya, ‫ حو ٰإلَ فيمت ٰن َع‬, kalau bersambung

dengan dhomir rofa’ mutaharrik, maka tidak boleh


diidghom.

‫ح‬ ‫ح‬
َ ‫أوََي حزمَفيحج‬
‫وز‬

Kalau dia dijazmkan, maka boleh diidghomkan


boleh tidak.

Kita lihat bahwa hukum idghom ada tiga:

Wajib (َ‫اجب‬ ‫ح‬


1. ٰ ‫)و‬, ketika dia tidak bersambung dengan
dhomir rofa mutaharik, contohnya:

َ‫ حم َر‬, tidak boleh kita ucapkan ‫حم حر حَر‬

‫ح‬ ‫ح‬
َ‫ف َر‬, tidak boleh kita ucapkan ‫ف حر حَر‬

َ‫ح‬ ‫ححح‬
َ‫دل‬, tidak boleh kita ucapkan ‫ل‬
َ ‫دل‬

َ ‫حح‬
َ‫ حضل‬, tidak boleh kita ucapkan ‫ل‬
َ ‫حضل‬

Semua wajib dibaca idghom.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 97


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

2.
‫ح‬
Terlarang (َ‫)ممت ٰنع‬, kalau dia bersambung dhomir rofa’

mutaharrik, misalnya:

َ ‫ حم حرر‬, tidak boleh kita ucapkan ‫ت‬


‫ت‬ َ ‫حم َر‬

‫ح‬ ‫ح‬
َ ‫ف حرر‬, tidak boleh kita ucapkan ‫ت‬
‫ت‬ َ ‫ف َر‬, Dst.
‫ح‬
3. Boleh (َ‫)جائٰز‬, ketika dimajzumkan. Kalau disebutkan

َ‫َي حزم‬, berarti fi’il mudhori’. Contohnya:

‫ح ح‬ ‫ح‬
َ‫ لمَيم َر‬atau ‫ لمَيح ٰف ََر‬-- ini diidghomkan.

‫ح ح‬ ‫ح ح‬
َ‫ لمَيمرر‬atau َ‫ لمَيف ٰرر‬-- ini tidak diidghomkan.

Hukumnya boleh.

َ ‫ح ح ح‬ ‫ح ح‬
‫ََك حن ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح‬ َ ‫ح‬ َ ‫ح ح ح‬
َ‫ّيَف ٰبالضم‬
ٰ ‫ع‬‫َال‬ ‫م‬ ‫و‬‫م‬‫ض‬ ‫َم‬ ‫ن‬‫إ‬ ‫َف‬
ٰ ٰ ‫س‬‫ك‬ ‫َال‬ ‫و‬
ٰ ‫ف ٰإنَلمَيفكَحركَاثل ٰاِن َٰبالفت ٰحَأ‬
‫ح ح ح‬ ‫ح‬
‫أ يض ح‬
َ‫اَوكذاَالمر‬

Bila tidak dipisahkan (artinya diidghomkan), maka


huruf yang keduanya diharokati dengan harokat fathah
atau dikasrohkan. Kalau huruf ‘ain-nya (huruf kedua) ini
didhommahkan, maka boleh juga diakhiri dengan

98 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

dhommah. Jadi ada tiga cara baca khusus yang huruf


‘ain-nya (huruf keduanya) dhommah. Dan begitu juga
fiil amr-nya.

Kita lihat harokat huruf kedua ketika idghom:

‫ح‬
1. َ‫( ٰبالفت ٰح‬dengan fathah), kalau dia diidghomkan, maka
‫ح ح‬
boleh diakhiri dengan fathah, misalnya: ‫ لمَيمَ ََر‬atau
‫ح‬
َ‫لمَيح َٰف َر‬.

Ini alternatif membaca yang pertama. Kenapa


difathahkan? Untuk meringankan, karena
sebelumnya tasydid, dan tasydid itu berat untuk
diucapkan. Maka untuk meringankan dipilihlah
harokat yang paling ringan, yaitu fathah.
‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح‬
2. Atau ‫س‬
َٰ ‫( ٰبالك‬dengan kasroh), kita baca: َ‫ لمَيمَر‬atau َ‫لم‬
‫يح َٰف َر‬. Kenapa dikasrohkan? Karena harokat asal kalau
bertemu dua sukun adalah dikasrohkan. Maka di
sini dikasrohkan.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 99


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

َ
3. Atau ‫( ٰبالض َّٰم‬dengan dhommah). Tetapi tidak semua

fi’il bisa didhommahkan, kalau huruf keduanya


dhommah saja.

‫ح ح‬ ‫ح ح‬
Misalnya: ‫لمَ ي َم َُّر‬. Ini awalnya َ‫لمَ يمَرر‬, ro’-nya

didhommahkan. Kalau ‘ain fi’il (huruf kedua)-nya


didhommahkan, maka boleh juga ketika
diidghomkan diakhiri dengan dhommah.

Kenapa boleh didhommahkan? Karena dia


mengikuti harokat sebelumnya. Namanya itba'.
Kalau sebelumnya dhommah maka dia boleh
didhommahkan. Tetapi kalau sebelumnya kasroh,
tidak boleh didhommahkan. Jadi tidak boleh: ‫لمَي ٰف َُّر‬.
‫ح ح‬

‫ح ح ح‬
‫حوك َذاَالم َر‬

Dan begitu juga fi’il amr, sama persis. Boleh kita


katakan:

1. َ‫امرر‬, dengan dilepaskan idghomnya,


2. َ‫م َر‬, di-takhfif, diringankan
3. َ‫م ّٰر‬, diharokati kasroh karena pertemuan dua sukun,

100 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Risalatush Shorfi Minan Nuqoyah

4. َ‫م ُّر‬, karena itba', mengikuti harokat sebelumnya.

Ada empat cara baca.

Kalau ‫َ ٰف ََر‬:

• َ‫ ٰاف ٰرر‬- boleh


• َ‫ فٰ َر‬- boleh
• َ‫ فٰ ّٰر‬- boleh
• ‫ فٰ َُّر‬- tidak boleh

Hanya ada tiga cara baca.

Alhamdulillah, selesai.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 101


Cover Belakang

Anda mungkin juga menyukai