Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH QOWAID MUYASSARAH

“ANTARA ILMU NAHWU & ILMU SHOROF SERTA PENGARUHNYATERHADAP


PENERJEMAH’’

Dosen Pengampu:

Didin Syamsudin, M.Pd.I

Disusun oleh:

Muhammad Reza (F.2010491)

Melanie Hartati ( F.2010029)

Nisa Asilmi Dewi (F.2010325)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR


2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri ini, dan shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada kita
selaku umatnya.

Dalam makalah ini penulis membahas tentang “Antara ilmu nahu dan ilmu shorof serta
pengarunya terhadap penerjemah” yang merupakan materi yang sangat berguna untuk para
mahasiswa dalam kegiatan akademiknya, Penyusun ucapkan terima kasih kepada:

Allah Yang Maha Esa, yang telah memudahkan dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Orang tua, yang telah mendoakan dan memberikan dukungan berupa materi dan nonmateri.

Rekan-rekan mahasiswa, yang telah membantu dalam bentuk apapun.

Dengan rahmat dan karunia-Nya kamibisa menyelesaikan karya ilmiah ini dengan berusaha
semaksimal mungkin, akan tetapi kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena
itu kami menerima kritik dan saran yang membangun, agar kamiias lebih baik lagi dalam
pembuatan maalah selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………ii

BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………………………1

C. Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………………1

BAB II

PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………………………………………..2

A. Pengertian Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof …………………………………………………………………..…..2

B. Hubungan antara Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof dengan Bahasa Arab…………………………….5

C. Pengaruh ilmu nahwu dan ilmu shorof terhadap penerjemah…………………………………….….6

BAB III

PENUTUP …………………………………………………………………………………………………………………….…………10

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………….……11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bahasa (language) pasti memiliki kaidah-kaidah tersendiri.. Hal tersebut juga
ditemukan dalam bahasa arab yang diakui sebagai bahasa yang kaya akan kosakata.
Selanjutnya tujuan dari bahasa adalah mengungkapkan tujuan sang pembicara
(mutakaallim) melalui perantaraan suara yang keluar dari lisan sang mutakallim. Pada
hakikatnya kata-kata terletak di dalam hati. Untuk itu tidak mudah mengungkapkan apa
yang tersirat dalam hati (al-kalam an-nafsy), kecuali dengan kaidah-kaidah yang dapat
menjaga dari kesalahan-kesalahan dalam penyampaian esensi maksud yang diharapkan
mutakallim.

Bahasa arab sendiri memiliki banyak sekali kaidah-kaidah yang sudah disepakati oleh para
ahli bahasa arab. Diantaranya adalah ilmu Nahwu (grammatika), shorof (morfologi),
balaghoh (rethorika), isytiqaq (etimologi), dan sebagainya. Disini penulis akan mecoba
mengkaji seputar bahasa arab beserta kaidah-kaidahnya, tapi yang ditekankan oleh penulis
di sini adalah khusus mengenai ilmu nahwu dan ilmu shorof sebagai salah satu kajian
terpenting dalam bahasa arab. Nahwu adalah tempat bergantung dan bersandarnya bahasa
arab, sedangkan ilmu shorof untuk mengetahui perubahan kosa kata dalam bahasa arab.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian dan Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof

2. Bagaimana hubungan antara Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof dengan Bahasa Arab

C. Tujuan

1. Apa pengertian Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof

2. Mengetahui Hubungan antara Ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dengan Bahasa Arab.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof

1. Ilmu Nahwu

Ilmu an-Nahwu ( ‫ ) ﻋﻠﻢ اﻟﻦحو‬adalah Ilmu yang menunjukan kepada kita bagaimana cara untuk
menggabungkan kata benda (ismun), kata kerja (fi’lun), atau partikel (huruf/harfun) untuk
membentuk kalimat yang bermanfaat (jumlah mufidah) juga untuk mengetahui keadaan
(i’rab) huruf akhir dari sebuah kata. Bangsa Arab sejak masa jahili terkenal dengan
kemahirannya dalam menyusun kalimat, baik yang berbentuk natsr (prosa) ataupun syi’r
(puisi). Ibnu Rasyiq berkata bahwa mereka sangat terkenal dalam mengungkapkan kalimat-
kalimat yang fashih dan konsisten dalam menggunakan aturan-aturan yang bersifat
konvensional seperti qafiah-qafiah syair yang saling berkaitan, ini bukan karena pembawaan
(mauhibah), akan tetapi karena banyaknya latihan-latihan terutama dalam perlombaan.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu ketika, Abul Aswad melihat Ali sedang
termenung memikirkan sesuatu, maka ia mendekatinya dan bertanya: “Wahai Amirul
Mu’minin! Apa yang sedang engkau pikirkan?” Ali menjawab: “Saya dengar di negeri ini
banyak terjadi lahn, maka aku ingin menulis sebuah buku tentang dasar-dasar bahasa
Arab”. Setelah beberapa hari, Abul Aswad mendatangi Ali dengan membawa lembaran yang
bertuliskan antara lain:

“BismillahirRahmaanirRahiim. Al-kalaamu kulluhu ismun wafi’lun waharfun. Fal ismu maa


anbaa ‘anil musammaa, wal fi’lu maa anbaa a’an harakatil musammaa, wal harfu maa anbaa
‘an ma’nan laisa bi ismin walaa fi’lin”.

Artinya: “Dengan nama Allah yang maha Pengasih dan Penyayang. Ujaran itu terdiri dari
isim, fi’il dan harf. Isim adalah kata yang mengacu pada sesuatu (nomina), fi’il adalah kata
yang menunjukkan aktifitas, dan harf adalah kata yang menunjukkan makna yang tidak
termasuk kategori isim dan fi’il’.

2. Ilmu Shorrof

Ilmu Shorof adalah pengetahuan untuk menganalisa sebuah kata berbahasa Arab ketika
dalam keadaan berdiri sendiri. Pembahasannya meliputi pembentukan kata serta aturan
perubahannya menjadi kata-kata baru yang merupakan turunan dari sebuah kata berbahasa

2
Arab. Dalam ilmu tata bahasa Indonesia disebut morfologi. Yang pertama kali menyusun
ilmu ini ialah Imam Muadz bin Muslim. Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari
kufah. Wafat tahun 187 H. Sedangkaan yang dibahas dalam ilmu Shorof adalah isim-isim
yang ‫( متمكن‬yang dapat diubah-ubah) dan fi’il-fi’il yang ‫( متصّرف‬dapat ditasrif). Yang menjadi
sumber ilmu Shorof ialah dari kalimat-kalimat atau ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi dan
kata-kata yang berlaku bagi orang Arab. Dalam ilmu shorof, para ulama telah membagi
tashrif ini menjadi dua macam, yaitu tashrif lughowi dan tashrif istilahi.

 Tashrif lughowi adalah tashrifan untuk mengetahui pelaku dari fi’il tersebut yang
berdasarkan dhomir.

 Tashrif istilahi adalah tashrifan yang digunakan untuk mengetahui bentuk shighot dari
suatu kata, dari fi’il madhi sampai dengan isim alat.

Supaya lebih mudah memahami pelajaran ilmu sharaf maka terlebih dahulu kita harus
memahami beberapa istilah penting yang akan sering disebut di tengah-tengah
pembahasan ilmu sharaf. Istilah-istilah tersebut antara lain:

a. Wazan

Wazan artinya timbangan, pola atau formulasi kata yang umumnya dengan menggunakan
variasi komposisi huruf-huruf ‫ع‬, , ‫ ف‬dan ‫ل‬. Contoh:

 Wazan dari kata ‫َكَتَب‬adalah ‫َفَعَل‬

 Wazan dari kata ‫َك اِتٌب‬adalah ‫َفاِع ٌل‬

 Wazan dari kata ‫ِاْنـَقَطَع‬adalah ‫ِاْنـَفَعَل‬

b. Mauzun

Mauzun artinya kata yang ditimbang atau yang dicocokkan dengan wazannya. Seperti
contoh pada poin 1 kata ‫َفَعَل‬disebut wazan, sedangkan kata ‫ َكَتَب‬disebut mauzun.

c. Huruf ‘illat

Huruf ‘Illat artinya huruf penyakit yaitu ‫و‬,‫ا‬,dan‫ي‬.

d. Tashrif

Tashrif artinya mengubah bentuk dasar menjadi kata-kata turunan dengan mengikuti
aturan dan pola tertentu sehingga dihasilkan kata-kata baru dengan makna yang berbeda-
beda.
3
e. Muqabalah

Muqabalah arti bahasanya adalah “saling berhadapan”. Yang dimaksud dengan muqabalah
di sini adalah memperhadapkan atau membandingkan kata-kata dengan wazannya.
Contoh, kata ‫ َم َنَع‬dikatakan memiliki wazan ‫َفَعَل‬, karena huruf mim pada kata ‫َم َنَع‬setentang
dengan huruf fa pada wazan ‫ ;َفَعَل‬huruf nun pada kata ‫ مَنَع‬setentang dengan huruf ‘ain pada
wazan ‫ ; َفَعَل‬dan huruf ‘ain pada kata ‫ َم َنَع‬setentang dengan huruf lam pada wazan ‫ َفَعَل‬. Coba
anda perhatikan dikatakan bahwa:

 Huruf pertama (mim) pada kata ‫ َم َنَع‬disebut fa’ fi’il

 Huruf kedua (nun) pada kata ‫ َم َنَع‬disebut ‘ain fi’il, dan

 Huruf ketiga (‘ain) pada kata ‫ َم َنَع‬disebut lam fi’il

Setiap fi’il yang asalnya tiga huruf (fi’il tsulatsi) maka huruf pertamanya disebut fa fi’il, huruf
keduanya disebut ‘ain fi’il, dan huruf ketiganya disebut lam fi’il. Kalau fi’il tsulatsi itu
bertambah hurufnya, seperti turunan dari kata ‫ َم َنَع‬menjadi ‫ َيْم َنُعْو َن‬, ‫ َيْم َنُع‬, atau ‫ ِاْم َتَنَع‬, maka
huruf yang bertambah itu tidak dihitung. Kita tetap mengatakan bahwa mim itu adalah fa’
fi’il, nun itu ‘ain fi’il, dan ‘ain itu adalah lam fi’il. Selain dari huruf-huruf itu dikatakan za-idah
(huruf tambahan). Huruf-huruf tambahan yang menjadi imbuhan berjumlah sepuluh huruf,
terhimpun dalam kalimat .‫َس َأْلـُتـُم ْو ِنـْيَها‬. Contoh : kata ‫َم ْم ُنْو ٌع‬tersusun dari lima huruf sehingga
padanya terdapat dua huruf tambahan yaitu ‫م‬pertama dan .‫ و‬kata ‫ َأْسَتْغ ِفُر‬tersusun dari enam
huruf sehingga padanya terdapat tiga huruf tambahan yaitu ‫س‬,‫أ‬, dan ‫ ت‬dan seterusnya.

3. Kitab Nahwu dan shorof yang dikaji diIndonesia

Kitab-kitab Nahwu yang dipelajari di pesantren-pesantren, di madrasah-madrasah, maupun


di bangku kuliah di Indonesia antara lain:

 kitab Qowā’id al-I’rāb,

 kitab Nahwu al-Wāḍih,

 kitab al-Ᾱjurūmiyyah,

 kitab al-‘Imrīṭī,

 kitab Alfiyah ibnu Mālik,

 Fath al-Khabir al-Lathif bi Syarhi Matan al-Tarshif,

 Syarah al-Luma’ fi al-‘Arabiyah,


4
 Ihya’ al-Nahwi, dan lain sebagainya.

Sedangkan kitab-kitab Shorof yang dikaji diantaranya:

 al-Amṡilah at-Taṣrīfiyyah,

 kitab Qowā’id al-I’lāl,

 kitab al-Maqṣūd,

 Mukhtashar al-Tashrif al-Tashrif al-Muluki,

 al-Sharf al-Ta’limi wa al-Tathbiq fi al-Quran al-Karim,

 al-Syafiyah fi ‘ilmi al-Tashrif, dan lain sebagainya.

B. Hubungaan antara Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof dengan Bahasa Arab

Shorof dan nahwu merupakan cabang utama ilmu bahasa Arab yang sangat penting untuk
dipelajari. Hubungan ilmu sharaf dan ilmu nahwu tidak dapat dipisahkan bagaikan ibu dan
bapak yaitu saling membutuhkan serta saling melengkapi sebagaimana perkataan sebagian
ulama:

“‫”َالَّصْر ُف ُأُّم اْلُع ُلْو ِم َو الَّنْح ُو َأُبْو هَا‬

Artinya: “ilmu sharaf adalah ibu atau induk dari segala ilmu, sedangkan ilmu Nahwu adalah
bapaknya”

Menurut KH. Ahmad Warson Munawwir shorof sebagai cabang ilmu bahasa Arab mula-
mula disusun dan dikembangkan oleh orang ‘ajam (non Arab). Pengembangan ini
dimaksudkan untuk memberi bakal bagi orang ‘ajam bukan penutur asli (ghoiru nathiqin)
agar dapat mempelajari dan kemudian mempelajari bahasa Arab. Bersama dengan nahwu
dan ilmu-ilmu lainnya seperti Arudl, Balaghoh, dan ilmu-ilmu bahasa Arab lainnya, shorof
terbukti mampu menjadi ilmu alat penguasa bahasa Arab, baik bagi orang-orang’ajam ,
maupun bagi orang-orang Arab yang belum baik dalam bahasa Arab (a ‘jam).

Shorof dan nahwu sering sekali dikaji dalam lembaga-lembaga yang mempelajari bahasa
Arab seperti pondok pesantren maupun di sekolah-sekolah baik sekolah berbasis agama

5
atau sekolah umum lainnya. Untuk itu sangatlah penting bagi orang yang ingin menguasai
bahasa Arab mempelajari nahwu dan shorof.

Adapun perbedaan ilmu sharaf dan ilmu nahwu adalah jika ilmu sharaf membahas suatu
kata sebelum masuk di dalam susunan kalimat, sedangkan ilmu nahwu adalah membahas
suatu kata ketika sudah masuk di dalam susunan kalimat.

Dari kedua ilmu ini kita dapat memahami dan mempelajari teks-teks bahasa Arab yang
termaktub dalam al-Qur’an, Hadits, kitab-kitab ilmu Agama, Syair-syair, serta qaul-qaul bijak
para ulama’ terdahulu.

Sebagaimana telah berkata sahabat Umar bin Al-Khathab: “Pelajarilah bahasa Arab kerana
sesungguhnya bahasa Arab itu merupakan suatu bahagian dari bahasa kalian”.

Seterusnya Imam Al-Ghazali berkata di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin:

“Sesungguhnya bahasa Arab dan Nahwu adalah suatu sarana untuk mengetahui Alquran
dan sunnah Nabi s.a.w. Keduanya bukanlah termasuk ilmu-ilmu syar’i akan tetapi wajib
hukumnya mendalami kedua ilmu tersebut karena syar’iah ini datang dengan bahasa Arab
dan setiap syar’iah tidak akan jelas kecuali dengan suatu bahasa”.Maka dengan hal
tersebut, bertepatanlah dengan sebuah kaidah fiqhiyyah :

‫َم ا َال َيِتُّم اْلوَاِج ُب ِإَّال ِبِه َفُهَو َو اِج ُب‬

Artinya: “Tidak sempurna sesuatu kewajiban kecuali dengannya, maka ia dihukumi wajib
pula”.

Dengan demikian, maka jelaslah fungsi ilmu nahwu dan sharaf sebagai alat untuk mengkaji
dan memahami isi dari teks-teks Arab, terutama yang berkaitan dengan ilmu Agama
(syari’ah).

C. Pengaruh ilmu nahwu dan ilmu shorof terhadap penerjemah

Bahasa Arab adalah bahasa orang Arab dan orang Islam yang besar peranannya dalam
mempersatukan bangsa. Ia adalah bahasa nasional yang terus- menerus tumbuh dan
berkembang. Satu hal yang sangat mencolok yang menjadikan bahasa Arab tetap hidup dan
berkembang sangat cepat adalah dari kosakata atau vocabulary. Pembentukan kosakta
dalam bahasa Arab sangat jelas dan elastis. Kata-kata Arab pada umumnya mempunyai
dasar awalan dan akhiran serta perubahan-perubahan huruf hidup. Elastisitas pembentukan
kosakata Arab ini dapat dilihat dalam perubahan kata benda dan kata kerja. Selain itu,
6
kosakata Arab pun dapat terbentuk dari gabungan beberapa kata yang memebentuk satu
defenisi atau pengertian. Pembentukan kosakata yang sangat elastis tersebut, menjadikan
bahasa Arab sangat kaya dalam pembendaharaan kata. Kekayaan bahasa Arab dalam
pembentukan kata telah dijustifikasi dalam Al-Qur'an. Bukanlah suatu kebetulan Al-Quran
diturunkan dalam bahasa Arab, justru karena kekayaan kosakatanya. Dalam mempelajari
bahasa Arab, lahirlah sejumlah ilmu tertentu yang merupakan alat bantu untuk
memudahkan bangsa-bangsa non Arab dalam memahaminya. Ilmu-ilmu yang lahir antara
lain ilmu qira'ah, ilmu tafsir, usul fiqh, ilmu kalam, dan sebagainya yang termasuk ilmu-ilmu
tentang bahasa Arab. Pada waktu itulah ilmu nahwu dan ilmu tentang tata bahasa Arab
pertama kali disusun oleh Abu al-Aswad al-Duwali atas anjuran Umar bin Khattab, Ali bin
Abi Thalib, dan Zaid bin Tsabit (Matsna, 2016).

Mempelajari bahasa Arab bukan hal yang mudah, diperlukan pemahaman secara
khusus,diantaranya penguasaan ilmu Nahwu, yang merupakan salah satu kajian Gramatika
Arab dan memiliki peranan penting dalam pembelajaran bahasa Arab. Kehadiran ilmu
nahwu dan sharaf dalam studi keislaman begitu memberikan pengaruh yang besar dan
sangat membantu dalam kajian ilmu bahasa Arab. lahirnya ilmu Nahwu dan ilmu Shorof
juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan ekstistensi perkembangan bahasa
Arab, karena kedua ilmu ini di masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib banyak ditemukannya
kesalahan orang-orang non Arab dalam menggunakan bahasa Arab (Rahmadani, 2015).

1. Modal penting dalam mengaji Bahasa arab

mempelajari bahasa Arab yang mana mencakup ilmu Nahwu dan Shorof sebagai modal
yang sangat penting dalam mengkaji bahasa Arab, terutama dalam penerjemahan (Arab-
Indonesia).

Maka dalam hal ini Penerjemahan (Arab-Indonesia), akan dihadapkan pada dua ilmu yang
penting untuk dipelajari yakni ilmu nahwu dan shorof, karena pentingnya ilmu ini dalam
mempelajari bahasa arab muncullah ungkapan :

2. Sebagai indu dan bapa segala ilmu

Ilmu shorof adalah induk segala ilmu dan ilmu nahwu bapaknya (Busyro,2016). Ilmu shorof
adalah ilmu yang membahas tentang perubahan suku kata-suku kata dalam bahasa Arab,
menyangkut penambahan, penggantian, dan perubahannya. Disebut induk segala ilmu
sebab shorof itu dapat melahirkan bentuk setiap kalimat sedangkan kalimat itu
menunjukkan bermacam- macam ilmu,kalau tidak ada kalimat tentu tidak ada tulisan, tanpa

7
tulisan sulit mendapatkan ilmu. Adapun ilmu nahwu disebut juga dengan bapak ilmu,sebab
ilmu nahwu adalah aturan (dasar hukum) yang digunakan untuk memberi baris (syakal)
akhir kata sesuai dengan jabatannya masing-masing dalam kalimat agar terhindar dari
kesalahan dan kekeliruan, baik bacaan maupun pemahaman.

3. Memilii tujuan yang sangat penting

Tujuan mempelajari ilmu Nahwu dan ilmu Shorof menurut defenisi adalah untuk
menjelaskan perubahan bunyi akhir pada setiap kata dan kedudukan kata, mengetahui
secara komprehensif perubahan bentuk kata sehingga Ilmu Nahwu dan ilmu Shorof
terkadang diidentikkan dengan 'ilm al-I'rab yang mampu memudahkan kita dalam
memahami bacaan Al-Qur'an.

4. Berfunsi sebagai tatabahasa

Fungsi dan Guna Ilmu nahwu - shorof dikenal sebagai tatabahasa bahasa Arab. Dua ilmu ini,
nahwu dan shorof, hubungannya sangat erat.Bahasan yang ada di dalamnya banyak
didominasi dengan kajian tentang nahwu sehingga yang dimaksud dengan tatabahasa
bahasa Arab adalah ilmu nahwu, dan sering disebut qawa'id al-Lughah dengan maksud tidak
terpisah dari ilmu shorof, karena begitu eratnya hubungan antara morfologi dengan sintaks.
Ilmu nahwu- shorof sebagai tatabahasa bahasa Arab memiliki fungsi. Secara sepintas
sebetulnya dapat diketahui fungsi ilmu nahwu-shorof. Sebagaimana telah lama diketahui
umum bahwa tatabahasa itu adalah pengetahuan atau pelajaran mengenai pembentukan
kata-kata dan penyusunan kata-kata dalam kalimat (WJS Poerwadarminta, 1986).
Tatabahasa bahasa Arab berfungsi untuk meyusun kata-kata Arab dalam kalimat.

Jadi Ilmu nahwu-shorof sebagai tatabahasa bahasa Arab tidaklah berfungsi sebagai alat
untuk membaca tulisan bahasa Arab. Ilmu Fungsi ilmu nahwu-shorof ini sama saja dengan
fungsi tatabahasa bahasa asing lainnya, yakni sebagai aturan untuk memenuhi kelaziman
bahasa. Penggunaan Ilmu nahwu-shorof yang sesuai dengan fungsinya adalah untuk menata
kata-kata Arab menjadi kalimat bahasa Arab yang benar sehingga bisa dipahami dengan
tepat.

5. Memudahan penerjemah

sehingga bagi penerjemah (Arab-Indonesia) mudah dalam menerjemahan dan mengaji


Bahasa arab, ilmu ini berfungsi sebagai tatabahasa yang harus dikuasai agar hasil
terjemahan sesuai dengan aturan bahasa sehingga dapat dipahami oleh para pembacanya.
Penggunaan Ilmu nahwu-shorof sesuai dengan fungsinya adalah penggunaan yang
semestinya. Adapun penggunaan Ilmu nahwu-sharaf yang tidak sesuai dengan fungsinya

8
maka akan terjadi dampak yang mengarah pada kenegatifan. Penggunaan ilmu nahwu-
shorof yang bermanfaat dan tidak sampai pada penyalahgunaannya adalah kalau hanya
sebatas untuk menentukan bacaan Kalimat yang sudah dipahami maksudnya, dan tidak
digunakan untuk membelokkan maksud kalimat kearah alternatif bacaan yang tidak
dimaksudkan oleh penulisnya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu an-Nahwu adalah Ilmu yang menunjukan kepada kita bagaimana cara untuk
menggabungkan kata benda (ismun), kata kerja (fi’lun), atau partikel (huruf/harfun) untuk
membentuk kalimat yang bermanfaat (jumlah mufidah) juga untuk mengetahui keadaan
(i’rab) huruf akhir dari sebuah kata. Sedangkan ilmu haraf adalah pengetahuan untuk
menganalisa sebuah kata berbahasa Arab haraf dalam keadaan berdiri sendiri.
Pembahasannya meliputi pembentukan kata serta aturan perubahannya menjadi kata-kata
baru yang merupakan turunan dari sebuah kata berbahasa Arab. Dalam ilmu tata haraf
Indonesia disebut morfologi.

Shorof dan nahwu merupakan cabang utama ilmu haraf Arab yang sangat penting untuk
dipelajari. Banyak ahli ilmu haraf Arab yang mengibaratkan shorof dan nahwu seolah-olah
seperti bapak dan dalam mempelajari haraf Arab, artinya kedua ilmu tersebut tidak dapat
dipisahkan dan saling berkesinambungan.

Dengan demikian, maka jelaslah fungsi ilmu nahwu dan haraf sebagai alat untuk mengkaji
dan memahami isi dari teks-teks Arab, terutama yang berkaitan dengan ilmu Agama
(syari’ah).

10
DAFTAR PUSTAKA

Zaka. M. (2014). Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mufid,Nur dan Kaserun. (2007). Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progressif

http://manuskripsenja.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-perkembangan-ilmu-nahwu-
dan.html?m=1

http://tambatanhati-blogkewindut.blogspot.co.id/2009/06/peranan-shorof-dan-nahwu-
dalam-bahasa.html?m=1

http://www.bahauddin.id/2008/11/ilmu-nahwu-sebagai-gramatical-of-arabic.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai