Anda di halaman 1dari 13

Ilmu al-Nahw dan al-Sharf

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh al-‘Ulum al-‘Arabiyyah

Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Dardiri M.A.

Disusun oleh:
Muhammad Nur Qolbi 11180120000030
Mashesa Adhi 11170120000095

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji
syukur kehadirat-Nya yang telah memberikan berbagai macam nikmat, terutama nikmat iman,
islam, dan sehat wal’afiat. Atas karunia-Nya, kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa hambatan sesuatu apapun. Shalawat teriring
salam tidak henti-hentinya kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang
telah membawa kita dari zaman gelap gulita ke zaman terang penuh rahmat.

Pertama-tama terimakasih sebesar-besarnya kami ucapkan kepada dosen pengampu mata


kuliah Tarikh al-‘Ulum al-‘Arabiyyah ini yang telah mempercayakan dan membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini. Kemudian orang tua, yang senantiasa mendoakan kami agar
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa teman-teman dan pihak-
pihak, yang selalu mendukung kami agar tetap semangat untuk menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini, kami membahas tentang Ilmu al-Nahw dan al-Sharf yang disusun
berdasarkan  referensi dari berbagai sumber buku, jurnal, dan artikel. Makalah ini diharapkan
bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa
dimanfaatkan semaksimal dan sebaik mungkin. Selain itu, kami juga sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk tindaklanjut dari makalah ini yang lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kaum akademisi pada umumnya.

Jakarta, 4 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................iii
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Pengertian Ilm al-Nahw dan al-Sharf..................................................................................3
B. Ruang lingkup Ilm al-Nahw dan al-Sharf............................................................................4
C. Tokoh-tokoh Ilm al-Nahw dan al-Sharf...............................................................................5
D. Korelasi Ilm al-Nahw dan al-Sharf dengan bahasa Arab....................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bahasa pasti memiliki kaidah-kaidah tersendiri.. Hal tersebut juga ditemukan
dalam bahasa arab yang diakui sebagai bahasa yang kaya akan kosakata. Selanjutnya tujuan dari
bahasa adalah mengungkapkan tujuan sang pembicara (mutakaallim) melalui perantaraan suara
yang keluar dari lisan sang mutakallim. Pada hakikatnya kata-kata terletak di dalam hati. Adapun
lisan hanyalah sebagai dalil (petunjuk) ‘al-kalam an-nafsy’ yang terdapat dalam hati. Untuk itu
tidak mudah mengungkapkan apa yang tersirat dalam hati (al-kalam an-nafsy), kecuali dengan
kaidah-kaidah yang dapat menjaga dari kesalahan-kesalahan dalam penyampaian esensi maksud
yang diharapkan mutakallim.
Para ahli bahasa telah berusaha keras untuk menyusun sejumlah kaidah-kaidah untuk
dijadikan patokan bagi siapa saja yang akan menggunakan suatu bahasa. Bahasa arab sendiri
memiliki banyak sekali kaidah-kaidah yang sudah disepakati oleh para ahli bahasa arab.
Diantaranya adalah ilmu Nahwu (grammatika), shorof (morfologi), balaghoh (rethorika), isytiqaq
(etimologi), dan sebagainya. Disini penulis akan mecoba mengkaji seputar bahasa arab beserta
kaidah-kaidahnya, tapi yang ditekankan oleh penulis di sini adalah khusus mengenai ilmu nahwu
dan ilmu shorof sebagai salah satu kajian terpenting dalam bahasa arab. Karena Nahwu adalah
tempat bergantung dan bersandarnya bahasa arab, sedangkan ilmu shorof untuk mengetahui
perubahan kosa kata dalam bahasa arab.
Selain daripada itu, Ilmu Nahwu juga mempunya peran yang sangat penting dalam dunia
islam. Yaitu membantu memecahkan permasalahan-permasalahan mengenai syari’at-syari’at
islam dari segi kebahasaan. Karena semua syari’at islam yang ada, adalah berupa teks-teks yang
termaktub dalam buku-buku bernuansakan ‘arabiyah seperti; Al-qur’an, Al-hadist, Bahkan
sampai Ijma’ dan Qiyas. Sehingga orang yang akan memahami islam terlebih dahulu harus
mengenal bahasa Arab beserta gramatikalnya.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji materi pada makalah ini, maka dirumuskan beberapa pertanyaan,
antara lain:
1. Apa pengertian Ilm al-Nahw dan al-Sharf?
2. Apa ruang lingkup Ilm al-Nahw dan al-Sharf?
3. Siapa saja tokoh dalam Ilm al-Nahw dan al-Sharf?
4. Apa korelasi antara Ilm al-Nahw dan al-Sharf dengan bahasa Arab?

1
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Ilm al-Nahw dan al-Sharf
2. Memahami ruang lingkup Ilm al-Nahw dan al-Sharf.
3. Mengetahui tokoh-tokoh dalam Ilm al-Nahw dan al-Sharf
4. Memahami korelasi antara Ilm al-Nahw dan al-Sharf dengan bahasa Arab

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nahwu dan Sharaf


Nahwu adalah ilmu pokok yang digunakan untuk mengetahui keadaan kata bahasa Arab
dari segi I’rab (perubahan akhir kalimah) dan bina. Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui
bagaimana seharusnya bentuk akhir suatu kalimat tertentu, apakah rafa’, nashab, jar, jazm, atau
tetap dalam satu keadaan tanpa adanya perubahan, setelah tersusun dalam suatu kalimat/ jumlah.1
Nahwu merupakan salah satu dari dua belas cabang ilmu Lughot Al-arobiyyah menduduki
posisi penting. Oleh karena itu, nahwu lebih layak untuk dipelajari mendahului pengkayaan
kosakata dan ilmu-ilmu lughot yang lain. Sebab, nahwu merupakan instrument yang amat vital
dalam memahami kalam allah, kalam rasul serta menjaga dari kesalahan terucap.
Oleh karena itu, sebagai disiplin ilmu yang dianggap penting, nahwu bukan sekedar untuk
pemanis kata, akan tetapi sebagai timbangan dan ukuran kalimat yang benar serta bisa
menghindar kan pemahaman yang salah atas suatu wicara.

Sedangkan sharaf adalah ilmu yang membahas pokok-pokok kata yang digunakan untuk
mengetahui asal dari suatu kata bahasa arab dan bentuk sebelumnya tanpa mempertimbangkan
i’rab dan bina’. Ilmu sharaf membahas tentang kata-kata dari segi bentuk yang tampak, diantara
pembahasannya adalah tashrif, i’lal, idgham, dan ibdal. Dengan sharaf kita dapat mengetahui
apa yang dimaksud suatu kata tertentu sebelum tersusun dalam sebuah kalimat/jumlah.2
Dalam kitab Al-Kaylani, pengertian ilmu sharaf adalah:
ٍ ‫ان م ْق‬ ٍ ِ‫اح ِد إىَل أمثِلَ ٍة خُمْتَلِ َف ٍة ل‬
ِ ‫ حَتْ ِويل اَألص ِل الو‬:‫الصنَاع ِة‬ َّ :‫ف يِف اللُّغَ ِة‬
‫ص ُل‬
ُ ْ‫ص ْو َدة اَل حَت‬
ُ َ ‫مع‬
َ ْ َ ْ ُْ َ َّ ‫ َويِف‬،‫الت ْغيِْيُر‬ َ ْ‫َّص ِري‬ َّ ،‫ا ْعلَ ْم‬
ْ ‫أن الت‬
‫إاَّل هِبَا‬

"Ketahuilah, bahwasanya Tashrif ( Sharaf) menurut bahasa adalah: perubahan. Sedangakan


menurut istilah adalah: memindahkan bentuk asal yang satu kepada contoh-contoh bentuk yang
berbeda-beda, bertujuan untuk menghasilkan makna-makna yang dimaksud, yang tidak akan
berhasil tujuan makna tersebut kecuali dengan contoh-contoh bentuk yang berbeda-beda itu".3

Pembahasan sharaf  berkaitan dengan isim/kata benda yang mutamakkin/ isim yang mu’rab
(yang dapat dii’rab) dan fi’il /kata kerja yang mutasharif/ dapat di tashrif.   Tidak termasuk
dalam pembahasan Sharaf adalah isim-isim yang mabni/ isim yang tetap dalam satu keadaan
tertentu (tidak bisa di rubah bentuknya), fi’il jamid/ fi’il yang tetap dalam bentuk tertentu , dan
huruf.

B. Ruang Lingkup Nahwu dan Sharaf


1
Mustofa Al-Ghalayani , Jami’u Ad-Durusi Al-‘Arabiyyati, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 2014) cet. ke-2, hlm.8
2
Ibid.
3
Abi Al-Hasan Ali bin Hisyam Al-Kaylani, Syarhu Al-Kaylani, (Surabaya: Al-Haromain, 2006) hlm.2

3
Ruang lingkup ilmu Nahwu sebagai berikut:
1.  Isim
Isim dibagi dua, isim mabni dan isim mu’rab. Isim mu’rab adalah isim yang bersyakal akhir
tidak tetap, sedangkan isim mabni adalah isim yang bersyakal akhir tetap.
Isim mu’rab dibagi menjadi tiga kelompok :
a)     Marfu’, meliputi : Mubtada, khabar, Isim kāna wa akhwātuha, khabar inna, Fā’il, Naib Fā’il dan
Tābi’ lil marfu’.
b)     Manshub, meliputi : Khabar kāna wa akhwatuhā, Isim Inna wa akhwātuhā, Maf’ul bih, maf’ul
muthlaq, maf’ul liajlih, maf’ul ma’ah, maf’ul fīh, hal, mustatsnā, munāda, tamyīz, dan tābi’ lil
manshub.
c)     Majrur, meliputi : huruf-huruf jar, idhafah dan tabi’ lil majrur.
Tawabi’ mencakup ‘athaf, badal, taukid dan na’at.

Isim mabni meliputi : dlamir, isyarah, maushul, isim syarat, istifham dan lafadz khusus.

2. Fi’il
Fi’il dibagi dua : Mabni, yakni yang bersyakal tetap, sedangkan mu’rab adalah yang bersyakal
tidak tetap.
-        Fi’il mabni ada tiga : Fi’il Mādli, Fi’il mudlāri’ yang berada pada dhami hunna dan antunna, dan
fi’il Amr.
-        Fi’il mu’rab ada tiga : Mudlāri’ marfu’, mudlāri Manshūb dan Mudlāri’ Majzūm.

3. Huruf
Huruf dibagi menjadi tiga kelompok :
-        Huruf yang hanya masuk pada isim
-        Huruf yang hanya masuk pada fi’il
-        Huruf yang bisa masuk pada isim maupun fi’il.

Ruang lingkup ilmu sharaf terbagi menjadi lima komponen :


1. Perubahan bentuk-bentuk kata, dari kata kerja benda menjadi sebaliknya. Seperti
perubahan dari fi'il madhi menjadi fi'il mudhori', masdar, isim fa'il, isim maf'ul, isim
makan, isim zaman dan alat. Perubahan seperti ini disebut tashrif istilahi.
2. Perubahan bentuk bentuk kata, sesuai dhomir, dan kuantitas volume atau isi yang
dikandungnya. Seperti kata benda yang berjumlah satu menjadi dua atau tiga buah. Atau
kata kerja yang disesuaikan oleh pelaku apakah mudzakkar atau mu'annats dan jumlah
pelaku. Perubahan seperti ini disebut tashrif lughowi.
3. Penggantian, pembuangan, dan pemindahan, salah satu huruf pada sebuah kata atau juga
penambahan.
4. Sebuah syakal (harakat) yang terjadi pada suatu kata. Dalam sharf, perubahan syakal ini
hanya terjadi pada selain syakal yang terakhir dalam sebuah kata. Jadi, sharf tidak
membahas syakal terakhir pada suatu kata.
5. Sifat pada sebuah kata, diantaranya :
- Shahih-nya : yakni sebuah kata terbebas dari huruf 'illat.
- Mudho'af-nya : yakni terdapat huruf ganda yang berjejer pada suatu kata.
4
- Ke-'illat-annya : yakni terdapat huruf 'illat pada suatu kata. Huruf 'illat hanyaada tiga
yaitu ‫ ا و ي‬4

C. Tokoh-Tokoh Nahwu dan Sharaf

1. Abul Aswad ad-Duali


Abul Aswad ad-Duali adalah seorang perumus ilmu nahwu. Sebuah ilmu gramatika
bahasa Arab yang mengkaji tentang bunyi harokat akhir suatu kalimat. Apakah dhommah,
fathah, kasroh, atau sukun. Abul Aswad lahir di masa jahiliyah. Dan memeluk Islam di masa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ia tidak berjumpa dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ia merupakan sahabat dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu. Dan berada di pihaknya
saat Perang Shiffin.
Abul Aswad ad-Duali ada sosok yang populer. Ia seorang tabi’in. Seorang yang fakih.
Ahli syair dan ahli bahasa Arab. Termasuk seseorang yang bagus visinya dan cerdas
pemikirannya. Selain itu, ia juga piawai dalam menunggang kuda. Dialah peletak dasar ilmu
nahwu. Dan menurut pendapat yang paling masyhur, dialah yang memberi titik pada huruf-huruf
hijaiyah pada mush-haf Alquran
Orang pertama yang merumuskan ilmu nahwu adalah Abul Aswad ad-Duali. Terdapat
banyak versi tentang sebab perumusan ilmu nahwu. Ada yang mengatakan, “Abul Aswad
menemui Abdullah bin Abbas. Ia berkata, ‘Aku melihat lisan-lisannya orang Arab sudah rusak
gramatikanya. Aku ingin merumuskan sesuatu untuk mereka. Sesuatu yang meluruskan kembali
lisan-lisan mereka’. Ibnu Abbas menanggapi, ‘Mungkin yang kau maksud adalah nahwu. Ya, itu
benar. Buatlah rumusan dengan merujuk ke Surat Yusuf
Ada juga yang mengatakan, “Salah seorang anak perempuannya berkata,
‫!يا أبت؛ ما أحسنُ ال َّس َماء‬
Kata ‫ أحسن‬harakat terakhirnya dhommah. Dan kata ‫ الس__ماء‬harokat terakhirnya kasroh. Anak
tersebut ingin mengatakan “Hai ayah, alangkah indahnya langit!” Tapi karena bunyi harokat
akhirnya salah, maka artinya “Apakah yang paling indah di langit?”. Sehingga Abul- Aswad
menjawabnya,
‫يا بنية؛ نجومها‬
“Bintangnya, nak” Anaknya berkata, “Yang kumaksud (bukan bertanya) sesuatu yang paling
indah. Tapi aku takjub dengan betapa indahnya langit.”
Abul Aswad berkata, “Kalau begitu, katakan!
‫!ما أحسنَ ال َّس َماء‬
“Alangkah indahnya langit.”

4
Drs. H.A. Idhoh Anas, M.A.. Ilmu Shorof Lengkap, (Pekalongan: Al-Asri, 2007) hlm.2

5
Sejak itu ia menaruh perhatian besar dengan ilmu nahwu. Ada yang bertanya kepadanya,
“Darimana kau memperoleh ilmu nahwu ini?” Ia menjawab, “Aku belajar kaidah-kaidahnya
kepada Ali bin Abu Thalib.”5

2. Ibnu Malik
 Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah Ibnu Malik al-Thay, lahir di
Jayyan (Jaén). Daerah ini sebuah kota kecil di bawah kekuasaan Andalusia (Spanyol), sekarang
merupakan salah satu propinsi di Spanyol dengan luas wilayah 422 km² yang masuk dalam
wilayah Otonomi Andalusia. 
Pada tahun 649 hijriyah, Imam Ibnu Malik hijrah ke Damaskus, sebuah kota dimana
Imam Ibnu Malik pertama kali singgah ketika sedang mengalami pergeseran kekuasaan. Di
Damaskus, Imam Ibnu Malik justru meninggalkan tujuan utamanya yang awalnya adalah ingin
mendalami ilmu tafsir dan ilmu hadits. Akan tetapi belakangan beliau cenderung beralih untuk
mendalami ilmu nahwu dan sharaf. Perubahan tujuan mendalami keilmuan beliau dilatar
belakangi oleh rasa ingin tahu tentang fenommena struktur bahasa arab yang beliau temui
berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Padahal, gramatikal arab sangat penting
perannya dalam memahami al-Qur’an dan hadits sebagai sumber keilmuan.6
Salah satu karya Imam Ibnu Malik yang paling tersohor adalah kitab Alfiyah, sebuah
nadham terdiri dari 1002 bait yang menjelaskan ilmu nahu sharaf. Kitab ini di pelajari di seluruh
dunia sampai saat ini. Di Indonesia, Alfiyyah Ibnu Malik juga di kaji diberbagai daerah.
Pesantren-pesantren yang tersebar di wilayah Nusantara hampir tidak ada yang menyingkirkan
peranan kitab ini. Semua pesantren menempatkan Alfiyah Ibnu Malik sebagai rujukan utama. Ia
menjadi kitab yang paling dominan dalam study gramatika-mortofologi Arab.
3. Imam Suyuthi
Beliau bernama Abdurrahman bin Kamal bin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiqudin
bin Fakhr Utsman bin Nazirudin Muhammad bin Saipudin, Hadir bin Najmudin, Abi Shalah
Ayub bin Nashirudin, Muhammad Ibn Syaikh Hamamuddin al-Hamam al-Hudhairi al-Suyuthi
al-Syafi’i. Jalaluddin adalah laqab beliau dan Abu Fadhl kunyah nya lahir dikairo sesudah
maghrib pada malam ahad bertepatan dengan 849 H/1445 M dari keluarga keturunan seorang
pemuka tarekat dan tasawuf dia bermazhab Syafi’i.
Karir pendidikan Imam Suyuthi dimulai dari perhatian ayahnya terhadap pendidikannya,
karena kehadiran Suyuthi disambut baik oleh ayahnya bahkan ia memberikan perhatian penuh
terhadap Suyuthi, mendidiknya menghafal al- Qur’an, bahkan menemaninya belajar Hadits
kepadaIbnu Hajar al-Asqalani. Maka Suyuthi kecilnya tumbuh dengan baik karena mendapat
perhatian yang utuh dari orang tua dan para gurunya. Ia mampu menyelesaikan studinya di
Masjid al- Syaikhuni setelah kematian ayahnya. Berkat kecerdasannya, ia mampu menghafalkan
al-Qur’an sebelum genap berusia 8 tahun. 7

5
https://kisahmuslim.com/6396-bapak-ilmu-nahwu-abul-aswad-ad-duali.html
6
https://rumahkitab.com/ibnu-malik-dan-karya-monumentalnya/

6
Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Jum’at bertepatan dengan 17 Jumadil
Ula atau 911 H (1505 M), setelah mengalami sakit selama seminggu akibat pembengkakan pada
tangan kirinya. Dimakamkan di daerah Husy Qushun samping Bab Qurafa.
4. Imam Sibawayh
Nama asli beliau adalah ‘Amr bin ‘Utsman bin Qunbur Al Farisy Al Bashry rahimahullah.
Beliau dijuluki oleh Imam Dzahabi rahimahullah dengan imam nahwu dan hujjahnya orang
Arab. Julukan Siibawaih ini melekat pada beliau karena aroma apel yang sangat khas dari
beliau. Ada yang mengatakan beliau dijuluki dengannya karena kedua tulang pipinya menonjol
seperti apel. Di samping keilmuan beliau juga dikenal dengan ketampanan dan kebersihan
penampilannya. 
Berkata Al Aisyi, “Kami pernah bermajelis dengan Siibawaih di masjid. Beliau adalah
pemuda yang tampan, bersih, dan rapi.” Di awal menuntut ilmu, beliau fokus mengambil bidang
fikih dan hadis selama beberapa waktu. Setelah itu beliau fokus mengambil ilmu nahwu, beliau
berguru kepada Al Khalil bin Ahmad pakar nahwu di zaman itu. Siibawaih meraih posisi yang
sangat tinggi dalam bidang ilmu nahwu. 
Ibnu Nathaah rahimahullah berkata, “Aku pernah duduk bersama Al Khalil bin Ahmad.
Tidak lama datanglah Siibawaih. Berkata Al Khalil ketika melihat kedatangan beliau, ‘Selamat
datang wahai teman duduk yang tidak membosankan.” Berkata Abu Umar Al Makhzumi (beliau
banyak bermajelis dengan Al Khalil bin Ahmad), “Aku tidak pernah mendengar Al Khalil
mengucapkan ucapan tadi kepada siapapun kecuali kepada Siibawaih.” 
Beliau memiliki kitab yang membahas seputar kaidah-kaidah nahwu. Bahkan kitab beliau
adalah kitab yang paling bagus dalam mengupas ilmu ini. Banyak para ulama yang memuji kitab
beliau. Mu’awiyah bin Bakar Al Aliimi mengatakan, “Aku melihat Siibawaih, dia sangat muda.
Aku mendengar pada masa itu, dia adalah murid Al Khalil bin Ahmad yang paling menonjol.
Aku mendengarnya berbicara dan berdialog seputar ilmu nahwu. Lisan beliau sedikit gagap. Aku
melihat karyanya, ternyata karya beliau lebih hebat dari lisannya.” 
D. Hubungan Nahwu Sharaf dengan Bahasa arab
Ilmu nahwu dan Sharaf tentu sangat erat dengan Bahasa arab karena ketika kita salah
dalam berharakat maka akan berubah juga maknanya sehingga pemahaman atas apa yang kita
maksud tidak tersampaikan kepada orang lain. Maka dari itu buah dari mempelajari ilmu ini
adalah agar kita menjaga lisan dari kesalahan berucap dengan Bahasa arab. Dan kita dapat
memahami al-quran serta hadits nabi dengan pemahaman yang benar dari kita mempelajari ilmu
ini.
Dalam muqodimah kitab At- Tuhfatus Saniyah yang dikarang oleh Syaih Muhammad
Muhyiddiin Abdul Hamid mengatakan : buah dari mempelajari nahwu adalah menjaga lisan dari
kesalahan dalam berbicara Bahasa arab. Dan pemahaman yang benar dari tentang Al-Quran dan
hadits nabi yang mana asal syariat islam berpusat kepada keduanya.

7
Yusrin Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam Dari Klasik Hingga Modern, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2004), cet. ke-1, h. 87

7
8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Ilmu an-Nahwu adalah Ilmu yang menunjukan kepada kita bagaimana cara untuk
menggabungkan kata benda (ismun), kata kerja (fi’lun), atau partikel (huruf/harfun) untuk
membentuk kalimat yang bermanfaat (jumlah mufidah) juga untuk mengetahui keadaan (i’rab)
huruf akhir dari sebuah kata. Sedangkan ilmu sharaf adalah pengetahuan untuk menganalisa
sebuah kata berbahasa Arab ketika dalam keadaan berdiri sendiri. Pembahasannya meliputi
pembentukan kata serta aturan perubahannya menjadi kata-kata baru yang merupakan turunan
dari sebuah kata berbahasa Arab. Dalam ilmu tata bahasa Indonesia disebut morfologi.
Shorof dan nahwu merupakan cabang utama ilmu bahasa Arab yang sangat penting untuk
dipelajari. Banyak ahli ilmu bahasa Arab yang mengibaratkan shorof dan nahwu seolah-olah
seperti bapak dan dalam mempelajari bahasa Arab, artinya kedua ilmu tersebut tidak dapat
dipisahkan dan saling berkesinambungan.
Dengan demikian, maka jelaslah fungsi ilmu nahwu dan sharaf sebagai alat untuk mengkaji
dan memahami isi dari teks-teks Arab, terutama yang berkaitan dengan ilmu Agama (syari’ah)

Anda mungkin juga menyukai