Anda di halaman 1dari 14

AN - NAHT DALAM BAHASA ARAB

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqh Al- Lughoh
Dosen pengampu : Dr. Abdul Kosim, M. Ag

Disusun Oleh
Kelompok 10

Faza Fauziah Fathurrizki 1202030043


Febri Putri Cantika 1202030044
Lukmanul Hakim 1202030063

KELAS B
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur hanya milik Allah SWT . Hanya dengan ijin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “An-Naht Dalam Bahasa Arab” ini tepat pada
waktunya. Tak Lupa Shalawat serta salam kepada Suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW .
kepada keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Adapun Penulisan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Fiqh Al- Lughoh. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini. Kami cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan
berbagai pihak.

Bandung, 21 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian An - Naht Dalam Bahasa Arab ..................................................................... 3

B. Perkembangan An - Naht Dalam Bahasa Arab............................................................... 4

C. Klasifikasi An - Naht Dalam Bahasa Arab ..................................................................... 5

D. Persamaan Teori An - Naht Dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ....................... 7

E. Perbedaan An - Naht Dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia .................................. 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia,
terutama oleh umat Islam. Bahasa Arab memiliki karakteristik yang berbeda dengan
bahasa lain, dengan kekhasan tersebut, bahasa Arab merupakan bahasa yang menarik
dengan elastisitas yang tinggi, karena dapat menyampaikan fungsinya sebagai bahasa
komunikasi, sarana penyampaian tujuan keagamaan, dan merekam berbagai informasi
dengan mudah dan benar.
Bahasa Arab adalah bahasa yang mempunyai kaidah yang ketat dalam
pembentukan kata yang meliputi Nomina (Ism), Verba (Fi`il), dan Partikel (Harf).
Bahasa Arab adalah bahasa yang selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Usaha yang dilakukan untuk pembentukan kata dan
istilah selalu mengutamakan pembentukan sesuai dengan kaidah yang sudah ada. Dalam
beberapa karya ilmiah, telah dideskripsikan mengenai pembentukan kata dan istilah baru
dalam bahasa Arab, salah satunya contohnya seperti An-Naht.
Dalam bahasa Indonesia, istilah An-Naht ini dikenal dengan akronim atau
singkatan, yaitu proses penggabungan atau penyingkatan dua kata atau lebih menjadi satu
kalimat. Dalam mempelajari karya-karya linguistik, ditemukan bahwa diskusi tentang
Al-Naht jarang mendapat perhatian serius di kalangan ahli bahasa. Meskipun upaya
dilakukan untuk menyelidiki dan menemukan teori An-Naht, mereka tidak diterima
dengan baik oleh ahli bahasa tradisional. Sikap seperti itu pada hakekatnya dilandasi
keputusan untuk menjaga kemurnian bahasa Arab, terutama karena bahasa Al-Qur'an.
Meski bisa dipahami juga, An-Naht sudah menjadi kebutuhan zaman, terkadang
membutuhkan ungkapan yang ringkas saat memberikan informasi lisan atau tulisan.
Maka dari itu, pada pembahasan makalah ini penulis mencoba mengkaji mengenai
An-Naht dalam bahasa Arab terkait definisi, perkembangan, klasifikasi, serta teori
persamaan dan perbedaan An-Naht dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini
antara lain:
1. Apa itu An - Naht dalam Bahasa Arab ?
2. Bagaimana Perkembangan An - Naht dalam Bahasa Arab ?
3. Apa saja Klasifikasi An - Naht dalam Bahasa Arab ?
4. Bagaimana Persamaan An - Naht dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ?
5. Bagaimana Perbedaan An - Naht dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ?
C. Tujuan
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun, maka tujuan dalam
penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui Pengertian An - Naht dalam Bahasa Arab
2. Memahami Perkembangan An - Naht dalam Bahasa Arab
3. Mengetahui Klasifikasi An - Naht dalam Bahasa Arab
4. Memahami Persamaan An - Naht dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
5. Memahami Perbedaan An - Naht dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian An - Naht Dalam Bahasa Arab


Dalam ilmu bahasa, istilah Al-Naht dari berasal dari akar kata ‫ ينحت‬- ‫ نحت‬yang
mengandung makna memahat, menata dan mematung. Dalam kamus lisan al-Arab
menulis kata Al-Naht adalah ‫( البري‬meraut) dan ‫( القطع‬memotong). Dalam Al-Quran,
kata Al-Naht disebutkan dalam bentuk kata kerja sebanyak 4 kali, yaitu dalam surat Al-
A'raf: 74, Asy-Syu'ara': 149, Ash Shafat: 95 dan Al-Hijr:82. Jejak penggunaan kata ini
dalam Al-Qur'an semuanya merujuk pada sebuah gunung yang dipahat lalu dijadikan
sebagai tempat tinggal, atau pembuatan patung sebagai seni. Semua makna tersebut
terhimpun dalam arti memahat yang merupakan makna hakikat Al-Naht. Hal ini dapat
dipahami karena secara umum pekerjaan menata, memahat, meraut dan memotong
adalah pekerjaan yang saling berhubungan bagi pemahat atau seni ukir. Hubungan makna
leksikal dengan makna istilah ialah Al-Naht merupakan kegiatan menata ulang kata-kata
atau kalimat. Hal ini mirip dengan kegiatan memahat atau mematung yang bekerja
memotong-motong dan membuang sebagian unsur suatu kata kemudian membuat
formulasi yang berbeda dengan formasi awal.
Sedangkan menurut istilah diartikan sebagai gabungan dua kata atau lebih menjadi
satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Pemahaman mengenai Al-Naht
juga merupakan cara yang kreatif untuk meringkas dan meringankan dalam pengucapan
rangkaian kata. Secara struktural, An-naht dalam bahasa Arab dihasilkan melalui
penggabungan dua unsur atau lebih menjadi satu kata, baik dengan cara menghilangkan
satu unsur konsonan atau menggabungkan semua unsur menjadi satu (ditulis/diucapkan
serangkai). An-naht juga bisa dibentuk dari kata termasuk frasa dan kalimat. Dalam
bahasa arab kata yang digabung tersebut dapat terdiri dari kata benda seperti basmalah,
kata kerja seperti hamdalah atau huruf seperti innama berasal dari inna dan ma, dengan
tetap mengikuti kaedah kebahasaan dan bentuk-bentuk tashrif bahasa.
Sekilas, bentuk Al-Naht merupakan singkatan dari bahasa Indonesia. Kemiripan
dapat ditemukan dalam upaya penyederhanaan dan pemadatan kata agar lebih mudah
diucapkan. Dalam bahasa Indonesia, istilah An-Naht ini disebut sebagai Akronim yaitu
kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, yang disebut juga sebagai

3
singkatan, yaitu proses penggabungan atau penyingkatan dua kata atau lebih menjadi satu
kalimat. Dalam bahasa Indonesia An - Naht cukup banyak ditemukan, contohnya seperti
pada kata Asbun (Asal Bunyi), Sinetron (Sinema dan Elekstronik), Kades (Kepala Desa),
Pemkot (Pemerintah Kota), dsb.

B. Perkembangan An - Naht Dalam Bahasa Arab


An-Naht memiliki pengaruh dan perkembangan kebahasaan. Dalam teori
perkembangan bahasa menganggap bahwa perkembangan bahasa sangat dipengaruhi
oleh lingkungan dimana bahasa itu berkembang. Interaksi bahasa dengan bahasa lain
yang dapat melahirkan wujud baru yang tidak ditemukan sebelumnya. Begitupun yang
terjadi dengan An naht. Pakar Linguistik Arab, yakni Mazhar dalam buku Tajdid Al-
Arabiyyah yang dikutip oleh Jaroslav mengemukakan bahwa bahasa Arab sebagai
bahasa derivative sudah komitmen dengan pola yang telah ada. Maka dari itu, An Naht
dalam perkembangannya sudah tidak mengalami perkembangan.
Namun, di lain tempat menurut Shati al-Husri yang dikutip oleh Jaroslav, Ia
melihat dalam an naht adanya kemungkinan membentuk gabungan kata berupa Prefiks,
seperti yang banyak ditemukan dalam bahasa Inggris. An-naht di zaman modern semakin
memingkat, khususnya setelah bangsa Arab mulai mentransfer sejumlah ilmu
pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, Majma’ al-Lughoh mengeluarkan
keputusan tentang kebolehan melakukan an-naht demi kepentingan ilmiah.
Adapun pola yang dapat dijadikan pedoman dalam upaya pembentukan an-naht ini
adalah :

1. Meletakkan satu kata ke dalam kata lain tanpa mengubah sedikitpun huruf dan
harakatnya.
2. Mengubah sebagian harakat tanpa mengubah huruf.
3. Menetapkan salah satu dari dua kata sebagaimana sebelumnya dan meringkas yang
lain.
4. Gabungan sehingga tidak masuk ke dalam kata singkatan kecuali masing-masing
dua huruf dari kata yang disingkat ‫الحاف‬
َ ‫صلدم (صلد و صدم) للشديد‬
5. Melakukan singkatan yang tidak seimbang antara dua kata.
6. Menghapus (mengugurkan) sebagian kata secara utuh tanpa meninggalkan
sedikitpun bekas dalam kata yang telah disingkat.

4
Dikutip dari Imil Badi’ Ya’qub bahwa bagaimanapun bentuk dan pola yang dipakai
oleh cabang ilmu Isytiqaq adalah sebaik-baik jalan yang ditempuh dalam pembentukan
kata baru untuk makna yang baru pula. Oleh karena itu, tidak boleh beralih menggunakan
pola an-naht kecuali telah mengalami kesulitan dalam cabang ilmu Isytiqaq. Di samping
itu, an-naht harus didukung dengan rasa (al-dzauq) bahasa secara khusus. Adapun tujuan-
tujuan dari pembentukan An-Naht adalah:
1) Untuk memudahkan dalam mengungkapkan sebuah kata atau istilah secara ringkas
dan tepat.
2) Sebagai kekayaan bahasa dengan mengambil dan mengolah kata-kata modern
untuk makna-makna yang modern atau baru. Perlu ditekankan juga bahwa kata-
kata yang dinaht tidak merusak kata dan makna dari sebuah kata itu sendiri yang
telah ada sebelumnya dalam bahasa tersebut.

C. Klasifikasi An - Naht Dalam Bahasa Arab


Imil Badi’ Ya’qub membagi An-Naht ke dalam empat kelompok. Sedangkan Ali
Abdu al-Wahid Wafi, hanya membagi An-Naht ke dalam tiga kelompok yaitu an-naht al-
Jumlah, an-naht al-Murakkab al-Idhafi dan an-naht dari dua kata yang berdiri sendiri atau
dari beberapa kata yang berdiri sendiri kemudian disingkat (dimanhut) untuk
menunjukkan makna Murakkab. Adapun klasifikasi yang empat menurut Imil Badi
Yakub, yaitu:
1) An-Naht An-Nisybi, yaitu menisbatkan sesuatu, seseorang atau suatu perbuatan
kepada dua isim.
Bentuk An-Naht An-Nisybi Bentuk Asli
‫عبشمي‬ ‫عبد الشمس‬
‫عبدري‬ ‫عبدالدار‬
‫عبقسي‬ ‫عبدالقيس‬
‫تيملي‬ ‫يتم هللا‬
‫بلهجيم‬ ‫بنى الهجيم‬

2) An-Naht Al-Fi'ly, yaitu menggabungkan jumlah (susunan kalimat) menjadi sebuah


fi’il yang menunjukkan pengucapan atau kejadian yang terkandung di dalamnya.

5
Perlu diperhatikan bahwa fi’il-fi’il yang termasuk dalam an-naht al-Fi’li ini
merupakan fi’il ruba’i mujarrad.
Bentuk An-Naht Al-Fi'ly Bentuk Asli
‫بسمل‬ ‫بسم هللا‬
‫حمدل‬ ‫الحمد لل‬
‫حسبل‬ ‫حسبنا هللا‬
‫طلبق‬ ‫اطال هللا بقاءك‬
‫دمعز‬ ّ ‫أدام هللا‬
‫عزك‬
‫سمعل‬ ‫السالم عليكم‬

3) An-Naht Al-Ismiy, yaitu menggabung dua kata menjadi sebuah ungkapan dalam
bentuk kata benda (isim).

Bentuk An-Naht Al-Ismiy Bentuk Asli


‫حبقر‬ ‫حب و قر‬
‫جلمود‬ ‫جلد و جمد‬

4) An-Naht Al-Washfiy, yaitu dengan menyingkat dua kata menjadi satu ungkapan
yang menunjukkan sifat atau tingkah laku kepada makna kata yang disingkat.
Dengan kata lain bahwa ungkapan baru tersebut mempunyai makna lebih tegas
daripada kata yang disingkat.
Bentuk An-Naht Al-Washfiy Bentuk Asli
‫ضبطر‬ ‫ضبط و ضبر‬
‫صهصلق‬ ‫صهيل و الصلق‬
ّ ‫ال‬

Ilmil Badi’ Yakub mengatakan bahwa dua yang awal (an-naht al-nisbiy dan an-
naht al-fi’liy) merupakan jenis an-naht, sedangkan kategori dua terakhir (an- naht al-
ismiy dan an-naht al-washfiy) terdapat banyak takalluf (dipaksakan). Hal ini sangat
disayangkan, karena ternyata dua kategor terakhir hanya merupakan temuan Ibnu Faris
yang jauh dari Fakta dan kenyataan. Bahkan Ali Abd al-Wahid Wafi secara tegas
menyatakan: “Bahasa Arab tidak dapat disingkat dan kosakata bahasa Arab dalam

6
perkembangannya saat ini, sangat konsisten dengan kemandirian dan kebebasan serta
enggan larut dalam bahasa yang lain.” Dalam artian secara implisit bahwa kasus an-naht
tidak perlu dimunculkan dalam bahasa Arab kecuali dalam keadaan darurat.
Pada kenyataannya kata/ istilah modern yang di An-Naht banyak sekali contohnya:

ٌّ ِ‫ي ( نسبة إلى دار العلوم ) أَ ْنفَم‬


‫ي (للصوت‬ ٌّ ِ‫عم‬
َ ‫ي (زمان مكان) دَ ْر‬
ٌّ ‫ي (مكان زمان) زمكان‬
ٌّ ‫مكزمان‬
.)‫الذي يخر من األنف والفم معا‬
Peneliti lain menyebutkan: “Bahasa Arab bukanlah bahasa yang dengan luwes menerima
an-naht seperti yang terjadi pada bahasa lain, sebagaimana tertulis dalam buku- buku
mereka." An-naht dalam bahasa Arab hanya puluhan jumlahnya sedangkan dalam bahasa
lain jumlahnya ratusan bahkan ribuan

D. Persamaan Teori An - Naht Dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia


Persamaan dari teori an-naht dalam kedua Bahasa tersebut yang dikemukakan
(ditemukan) oleh para peneliti mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut:
1. Dari segi definisi atau pengertian tentang An-Naht (akronim)kedua bahasa
tersebut mempunyai persamaan yaitu membentuk dua kata atau lebih menjadi
satu ungkapan (istilah) baru yang menunjukkan makna aslinya.
2. Jika ditinjau dari aspek tujuan pemakaian An-Naht (akronim) sama-sama untuk
meringkas yang mana bersifat praktis dan efisien. Dapat diintisarikan bahwa
tujuan dari pembentukan An-Naht adalah sebagai berikut:
- Memudahkan dalam mengungkapkan sebuah katasecara ringkas.
- Kekayaan bahasa dengan mengambil dan mengolah kata-kata modern
untuk makna-makna yang modern atau baru. Tujuan pembentukan an-
naht dalam kedua bahasa tersebut adalah sama.
3. Dalam bahasa Arab dan Bahasa Indonesia teori an-naht (akronim) berbeda
definisinya dengan ikhtishor (singkatan), meskipun ada sebagian ulama bahasa
yang menganggapnya sama.
4. Teori an-naht (akronim) dalam kedua bahasa tersebut merupakan salah
satu metode dan langkah dalam perkembangan bahasa di era globalisasi
sekarang ini.

7
5. An-naht (akronim) merupakan langkah kreatif dalam meringkas dan
mempermudah pengucapan serangkaian kata menjadi satu kata dalam kedua
bahasa tersebut.
6. An-naht (akronim) dalam kedua bahasa itu dapat menimbulkan kekaburan kata-
kata yang di naht kan(diakronimkan).Dampaknya kata-kata asli yang
membangun ungkapan baru tersebut terlupakan oleh mayoritas orang.

E. Perbedaan An - Naht Dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia


Adapun perbedaan an-naht (akronim) dalam kedua bahasa diantaranya sebagai
berikut:
1. Dalam Bahasa arab para linguis berbeda pendapat, ada yang berpendapat bahwa
An-Naht diklaim merusak kemurnian Bahasa arab. Ada juga yang berpendapat
membolehkan teori An-Naht jika dalam ilmu Isytiqaq. Berbeda dengan Bahasa
arab, dalam Bahasa Indonesia justru An-Naht memberikan kontribusi dalam
perkembangan Bahasa Indonesia itu sendiri, agar bahasa Indonesia tetap
dinamis dandapat menjawab tantangan global. Menurut hemat peneliti, kedua
bahasa tersebut memiliki sistem bahasa masing-masing, makanya wajar jika
terdapat berbagai corak perbedaan antara keduanya.
2. Syarat- syarat pembentukan An-Naht dalam Bahasa arab lebih banyak dikarenakan
Bahasa arab lebih rumit dibanding dengan Bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab
syarat-syarat dalam pembentukan An-Naht (akronim) ada tiga, sedangkan dalam
bahasa Indonesia hanya ada dua. Adapun penjelasannya dapat ditelisik pada
bagian pembahasan sebelumnya.
3. Dalam bahasa Arab, teori An-Naht (akronim) masuk dalam cakupan ilmu Fiqhul
Lughoh dan Ilmu al-Musthalahat, sedangkan teori An-Naht (akronim) dalam
bahasa Indonesia masuk dalam cakupan ilmu semantik khususnya, dan ilmu
linguistik pada umumnya.
4. Di dalam Bahasa Indonesia, sangat rentan terjadi pola pembentukan sebuah
akronim yang sama atau ambigu terkait makna. Hal ini dikarenakan pola
pembentukannya yang terlalu panjang atau pendek dan tidak sesuai dengan kaidah
pembentukan akronim. Adapun di dalam bahasa Arab tidak demikian.
5. Dalam bahasa Arab, An-Naht banyak ditemukan pada zaman sejarah islam klasik
dan semasa perjalanan sejarah perkembangan bahasa dan sastra Arab. Adapun

8
dalam bahasa Indonesia, akronim muncul sejak bahasa Indonesia menjadi bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam hal ini, akronim banyak ditemukan dalam bidang
kepolisian dan kemiliteran.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
An-Naht menurut istilah diartikan sebagai gabungan dua kata atau lebih menjadi
satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Dalam bahasa Indonesia An-Naht
ini disebut sebagai Akronim yaitu kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku
kata, atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Tujuan-tujuan
dari pembentukan An-Naht adalah untuk memudahkan dalam mengungkapkan sebuah
kata atau istilah secara ringkas dan tepat, serta sebagai kekayaan bahasa dengan
mengambil dan mengolah kata-kata modern untuk makna-makna yang modern atau baru.
Menurut Imil Badi Yakub dalam pembagiannya, An-Naht terbagi kedalam empat
klasifikasi seperti An-Naht An-Nisybi yaitu menisbatkan sesuatu, seseorang atau suatu
perbuatan kepada dua isim, An-Naht Al-Fi’ly yaitu menggabungkan jumlah (susunan
kalimat) menjadi sebuah fi’il yang menunjukkan pengucapan atau kejadian yang
terkandung di dalamnya, An-Naht Al-Ismy yaitu menggabung dua kata menjadi sebuah
ungkapan dalam bentuk kata benda (isim), dan An-Naht Al-Washfiy yaitu dengan
menyingkat dua kata menjadi satu ungkapan yang menunjukkan sifat atau tingkah laku
kepada makna kata yang disingkat.
Dalam dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Indonesia, An-Naht ini memiliki
teori persamaan dan perbedaan. Dari segi definisi An-Naht (akronim) kedua bahasa
tersebut mempunyai persamaan yaitu membentuk dua kata atau lebih menjadi satu
ungkapan (istilah) baru yang menunjukkan makna aslinya. Sedangkan, Di dalam bahasa
Arab, ada perselisihan pendapat di kalangan para ulama dan perbedaan yang jelas antara
definisi An-naht dan isytiqaq, sedangkan di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan
demikian, khususnya tidak didapatkan mengenai benturan definisi antara An-naht
dengan isytiqaq dalam bahasa Indonesia.
B. Saran
Penulis berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini kedepannya, serta semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam mempelajari Fiqh Al-Lughoh khususnya
memahami materi mengenai An-Naht dalam Bahasa Arab.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bahruddin, Auril, 2009, Fiqhul Lughoh al- Arabiyyah Madkhal li Dirasati Maudhu ati
Fiqhil Lughoh, Malang: UIN-Malang Press.
Chaer, Abdul, 1990, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta
Ya’qub, Imil Badi , 2008, Fushul Fi Fiqhil Lughoh al- Arabiyyah, Beirut: Al-Muassasah
al-Hadistah li al-Kitab.
Ibrahim Anis, et al-Mu’jam al-Wasith, jilid II (Cet. II; Istambul: Al-Maktabah Al-
Islamiy, 1972).
Imil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lugah al-Arabiyyah wa Khashaishuha, (Dar al-Tsaqafah al-
Islamiyyah; Beirut: t.th).
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadzil Al-Qur’an (Dar al-
Hadis; Kairo: 1364.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Toha Putra;
Semarang:1998.

11

Anda mungkin juga menyukai