Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FIQH LUGHAH

ANALISIS UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM PIDATO BAHASA ARAB


Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Fiqh Lugoh
Dosen Pengampu: Dr. Abdul Kosim, M.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 7
Ahmad Suyudi 1202030007
Alfin Khalil Gibran 1202030009
Arrisna Rukmana Putri 1202030018
Imannudin Sendi Perdana 1202030052
Miftahul Jannah 1202030066
Nyannyang 1202030152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr, Wb.

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, karena dengan Rahmat dan Karunia-
Nya kita selalu dimudahkan dalam segala urusan. Shalawat teriring salam sempga tetap terlimpah
curahkan kepada panutan alam yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan
InsyaaAllah kepada kita selaku umatnya yang senantiasa mengamalkan ajarannya yaitu Al-Qur’an
dan Al-Hadits.

Pada kesempatan kali ini kita akan belajar Fiqh Lughah, makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu Dr. Abdul Kosim, M.Ag. kepada
beliau kami mengucapkan beribu terimah kasih karena telah memberikan kami tugas ini yang
Alhamdulilaah sudah kami penuhi.

Dalam makalah ini mungkin terdapat kekurangan, dan apabilah teman-teman atau bapak
dosen menemukan kekurangan tersebut. Kami berharap kalian mengkritik dengan cerdas dan
sopan, dan kami membutukan kritikan dan saran dari bapak dan teman-teman sekalian yang
membaca makalah kami ini.

Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon
maaf.semoga Allah memberikan kita semua kemudahan dalam belajar. Aamiiin..

Wassalamu’alaikum, Wr, Wb.

Bandung, 01 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

PENDAHULUAN ................................................................................................................1

PEMBAHASAN ...................................................................................................................2

A. Aspek Fonologi ..........................................................................................................2

B. Aspek Morfologi ........................................................................................................3

C. Aspek Sintaksis ..........................................................................................................5

D. Aspek Semantik .........................................................................................................7

E. Hasil Wawancara. ......................................................................................................7

PENUTUP.............................................................................................................................9

A. Kesimpulan ................................................................................................................9

B. Saran ..........................................................................................................................9

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................................10

ii
PENDAHULUAN

Pengertian fiqih lughah secara istilah apabila dilihat dari susunannya adalah Ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan problematika bahasa, kosa kata, susunan, karakteristik suara
bahasa, morfologi, sintaksis, semantik, dan perubahan yang terjadi, dan muncul dari aksen atau
dialek, dan yang timbul dari sekitar orang arab, dan masalah masalah lain yang sedang terjadi.
Singkatnya, fiqih lughah adalah ilmu yang berkaitan dengan pemahaman bahasa, dan pelajaran
problematikanya, dan tema-temanya. Dalam pengertian lain, fiqih lughah, yaitu ilmu yang
dipelajari dan memperoleh tema-tema tertentu dari sebagian kejadian yang telah terjadi.

Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Telah
diketahui bahwa pemakaian bahasa diwujudkan didalam bentuk kata-kata dan kalimat. Manusialah
yang menggunakan kata dan kalimat itu dan manusia pula yang menambah kosa kata sesuai
dengan kebutuhannya. Karena manusia menggunakan kata-kata dan kalimat berubah terus, maka
dengan sendiri maknanyapun berubah. Perubahan terjadi karena manusia sebagai pemakai bahasa
menginginkannya. Kadang-kadang karena belum menemukan kata baru untuk mendukung
pemikirannya, maka pembicara mengubah bentuk kata yang telah ada, atau boleh jadi ia mengubah
makna yang telah ada.

Suatu kata mempunyai hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Ini merupakan
akibat dari kandungan komponen makna yang kompleks. Ada beberapa hubungan semantis (antar
makna) yang memperlihatkan adanya persamaan, pertentangan, tumpang tindih, dan sebagainnya.
Hubungan inilah yang dikenal dalam ilmu bahasa, di antaranya, sebagai sinonim, antonim, dan
polisemi. Dalam setiap bahasa, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi
semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya
lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin salah satunya menyangkut hal kelainan makna.
maka, pada makalah ini kami akan membahas tentang antonim dalam bahasa Arab.

1
PEMBAHASAN

A. Aspek Fonologi dalam Pidato dengan Judul ‫العلم‬ ‫طلب‬


1. Makharijul Huruf
Pada penampilan pidato yang dibawakan oleh khatib untuk makhorijul huruf ini sudah
sesuai menempatkan huruf pada makharijul hurufnya sehingga pendengar pun dapat
dengan jelas membedakan huruf-huruf yang dilafalkan.
2. Nabr/penekanan
Penekanan pada pidato ini terletak pada kalimat:

‫ إِالَّ إِ َذا أ َْعطَْي تَهُ ُكلَّك‬/ُ‫ضه‬


َ ‫ك بَ ْع‬ َّ ‫اِ ْعلَ ُموا أ‬
َ ‫ الَ يُ ْع ِطْي‬/‫َن الْعِْل َم‬
Pada kalimat tersebut khatib melakukan penekanan dan mengulangi sampai dua kali ini
menunjukan bahwa khatib ingin memberi pesan yang sangat penting bahwa ilmu itu tidak
akan didapat dengan sempurna jika kita setengah-setengah dalam memperolehnya. Maka
penting bagi khatib mengulangi dan memberikan penekanan pada kalimat ini.
Selanjutnya khatib juga melakukan penekanan pada kalimat:
ِ
َ ِِّ‫ب إِ ََل َرب‬
‫ك‬ َ ْ‫ نُ ْوٌر يَ ْهدي‬./‫الْعِْل َم نُ ْوٌر‬
َ ‫ إِ ََل أَ ْن تَ ُك ْو َن أَقْ َر‬/‫ك‬
Pada kalimat ini juga khatib melakukan penekanan yang sangat dan mengulangi sampai
tiga kali hal ini juga menunjukkan bahwa khatib ingin memberi pesan yang penting bagi
para hadirin bahwasanya “ilmu itu bagaikan cahaya dan cahaya itu memberi petunjuk bagi
kita semua sampai kita mampu semakin dekat dengan tuhan”.
Berikutnya khatib memberi penekanan pada kalimat:

‫َوا ْْلَ ْه ُل ظُْل ٌم َوظَالَ ٌم‬


Dalam kalimat ini khatib melakukan penekanan dan mengulangi sebanyak dua kali kalimat
ini merupakan sambungan dari kalimat sebelumnya, kalimat ini memiliki makna bahwa
kebodohan itu gelap dan akan senantiasa membawa pada kegelapan dan kesuraman.
Yang terakhir khatib memberi penekanan pada kalimat:

ِ ‫ وا ْْلهل ي ه ِدم ب يت الْعِ ِز والشَّر‬/،‫والْعِْلم ي رفَع ب ي تًا الَ ِعماد لَه‬


.‫ف‬ َ َ ِّ َ َْ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ُ َ َ َْ ُ ْ َ ُ َ

2
Dalam kalimat ini khatib melakukan penekanan dan mengulangi sebanyak dua kali khatib
disini menganalogikan ilmu itu mningikan dan membuat kokoh sebuah rumah yang tidak
ada tiangnya sedangkan kebodohan itu menghancurkan rumah kemuliaan dan kehormatan.
3. Intonasi
Untuk intonasi dalam penyampaian pidato ini sudah sangat baik, disampaikan dengan tepat
(intonasi tinggi dan rendah) dan tidak terburu-buru sehingga pendengar dapat meresapi
makna dan emosi dari pidato tersebut dengan baik.
4. Jeda
Dalam jeda khatib juga sudah sangat baik, beliau tepat sekali dalam penempatan jeda
sehingga pendengar pun mampu memahami setiap kalimat yang disampaikan.

B. Aspek Morfologi
1. Tashrif Ishtilahi
Tashrif Ishtilahi merupakan perubahan kata yang didasarkan pada perbedaan bentuk
katanya. Yang dimaksudkan adalah perubahan dari bentuk asli (fi’il madhi) ke bentuk fi’il
mudhari, isim mashdar, isim fa’il dan lain sebagainya. Dalam teks pidato yang penulis
minta dari orang yang tampil pada kegiatan kuliah lapangan ke UGM tepatnya bersana
dengan prodi Pendidikan Bahasa Arabnya, penulis menemukan kurang lebih ada 46 fi’il
serta sisanya isim dan huruf yang dimana terdapat Tashrif Ishtilahinya, seperti contoh:

‫فَِإ َذا ظَ َّن أَنَّهُ قَ ْد َعلِ َم‬

Pada kalimat yang penulis tandai, itu merupakan salah satu contoh Tashrif Ishtilahi yang
dituangkan dalam bentuk fi’il madhi, kalau di tulis secara keseluruhan dari mulai fi’il
madhi – isim makan maka bentuknya seperti ini:

‫ يعلم – علما – عامل – معلوم – اعلم – ال تعلم – معلم – معلم‬- ‫علم‬

2. Tashrif Lughawi
Tashrif Lughawi merupakan perubahan bentuk kata pada satu shighah yaitu dari ghaib,
mukhatab dan mutakalim, dari mufrad, mutsanna dan jama’, demikian juga dari mudzakar

3
ke muannats. Dari hasil analisis penulis yang kurang lebih fi’il itu ada 46 setta sisanya isim
dan huruf, ternyata mayoritas diambil dari Tashrif Lughawi seperti contoh:

‫ي‬ ِِ َّ ‫وعلَماء‬
َ ْ ‫الصاِل‬ َ َ َُ

Kalimat yang ditandai tersebut merupakan jama’ mudzakar salim dari isim fa’il ‫ صاحل‬yang

kalau secara Tashrif Lughawinya seperti ini:

‫ صاِلات‬- ‫صاحل – صاِلان – صاِلون – صاِلة – صاِلتان‬

3. Idgham
Idgham adalah Memasukkan satu huruf ke huruf yang lain dan sejenis sekiranya dua huruf
tersebut dijadikan satu dengan tasydid. Kalau kita lihat dalam teks pidatonya penulis
menemukan contoh tersebut:

‫فَِإ َذا ظَ َّن أَنَّهُ قَ ْد َعلِ َم‬

Kita lihat kalimat yang digasris bawahi, kalimat ‫ ظن‬asalnya itu ‫ظنن‬ - ‫ ظنن‬karena terdapat
dua huruf yang sejenis sedangkan yang satu sukun dan yang satu lagi berharokat, maka

huruf yang sukun tersebut di Idghamkan kepada huruf yang berharakat maka menjadi ‫ظن‬.

4. I’lal
I’lal adalah membuang huruf ‘illat, mengganti huruf ‘illat atau membaca sukun huruf
tersebut. Penulis amati bahwasannya ada beberapa I’lal dalam teks pidato tersebut,
misalnya:

‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ


َ ‫ال َر ُس ْو ُل هللا‬
َ َ‫َوق‬

4
Kalau kita lihat kalimat ‫قال‬ asalnya itu ‫ قول‬karena ada qaidah yang mengatakan bahwa
wawu atau ya berharakat, jatuh sesudah harakat fathah dalam satu kalimat, maka wawu

dan ya tersebut harus diganti dengan alif, maka jadilah ‫قال‬.

5. Ibdal
Sebenarnya Ibdal itu hampir sama dengan I’lal, hanya sanya beda objek kalau I’lal itu
hanya huruf ‘illat saja sedangkan kalau Ibdal itu objeknya huruf ‘illat dan huruf shahih.
Dalam artian menempatkan huruf shahih di tempatnya huruf ‘illat atau sebaliknya. Kalau
dalam teks pidato yang sekarang penulis bahas, penulis tidak menemukan kalimat yang
bisa menjadi contoh pada pembahasan Ibdal ini.

C. Aspek Sintaksis
Aspek pembahasan sintaksis tidak terlepas dari Frasa, Klausa dana Kalimat.
Adapun dari Khitobah yang telah disampaikan, ada beberapa unsur sintaksis tersebut,
contohnya
1. Frasa
frasa atau gabungan kata yang tidak memiliki kedudukan yang cukup signifikan. Dalam
Khitobah ini terdapat beberapa frasa, contohnya yaitu ‫ رسول‬،‫ القرآن الكريم‬,‫اخوتي في هللا ان شاء هللا‬
‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬

2. Klausa,
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan predikat, tetapi
tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada.
Contohnya yaitu ‫ وكل تقصير من نفسي‬،‫ فكل صواب من هللا‬،‫الن العلم نور‬
3. Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan
akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap). Tentunya dalam
Khitobah ini sudah banyak jumlah mufidah. Diantaranya seperti kalimat ‫ ان‬،‫اكتفيت بهذا القدر‬
‫العلماء ورثة األنبياء‬.
Selain aspek diatas sintaksis juga berhubungan bunyi akhir suatu kalimat, atau I'rob.

5
Dalam isi Khitobah ini semua i'rabnya hampir sempurna, namun kami mengamati ada satu
kekeliruan dalam kalimat ‫( فيخسر هما‬fayakhsar huma) yang dimana, kalimat tersebut diawali
dengan fa sababiyah yang seharusnya menasabkan fiil mudhori, bukan menjazemkan.
Tetapi pada kalimat tersebut fiil mud harinya berubah menjadi jazem. Berbeda dengan
kalimat sebelumnya ‫( فيربحهما‬Fa yarbahahuma) yang beri'rab nashab sebagaimana
mestinya.
A) Jumlah fi’liyah

‫ات‬
ُ ‫َوتَتَ نَ َّزُل الَََْبَك‬
‫اَ ْك َم َل َحيَاتَنَا بِنُ ْوِر اْ ِإل ْسالَِم‬

‫يَ ُق ْو ُل هللاُ َعَّز َو َج ِّل‬

‫آمنُوا ِمن ُكم‬ ِ َّ َّ ‫ي رفَ ِع‬


َ ‫ين‬
َ ‫اَّللُ الذ‬ َْ
‫ال َر ُس ْو ُل هللا صل هللا عليه و سلم‬
َ َ‫ َوق‬.

‫ُّن‬ ِ ‫ي ْؤثِر‬
ْ ‫اآلخَرةَ َعلَى الد‬ ُ ُ
A) Jumlah Ismiyah

‫اخ َوِِت ِِف هللا‬


ْ
ِ
َ ْ‫َن الْعِلْ َم نُ ْور نُ ْوٌر يَ ْهدي‬
‫ك‬ َّ ‫أل‬

ِ ِ
ُ‫الْعلْ ُم يَ ْرفَ ُع بَْي تًا الَ ع َم َاد لَه‬
‫ين أُوتُوا الْعِلْ َم َد َر َجات‬ ِ َّ
َ ‫الذ‬
‫أجنِ َحتَ َها‬
ْ ‫ض ُع‬
ِ َّ ‫َو‬
َ َ‫إن الْ َمالَئ َكةَ لَت‬
ِ ‫السمو‬
‫ات‬ ِ ِ َّ ‫و‬
َ َّ ‫من ِف‬
ْ ُ‫إن الْعاملَ ليَ ْستَغْف ُر لَه‬ َ

6
D. Aspek Semantik
1. Mutaradif
Muradif ialah beberapa lafadh yang menunjukan satu arti, misalnya lafadznya banyak,
sedang artinya dalam peribahasa satu. Seperti lafadz yang terkandung pada pidato yaitu
lafadz ‫ت‬ َّ ‫“ ْالك َِري ِْم ْالع ِ ِِّز َوال‬Mulia”.
ِ َ‫“ َهدَفِ َوغَاي‬Tujuan”, ِ‫ش َرف‬
2. Musytarak
Musytarak ialah satu lafadh yang menunjukan dua makna atau lebih. Kami menemukan
pada teks pidato yang disampaikan oleh khatib adalah kata ‫ أثر‬musytaraknya ‫ترك‬
“meninggalkan”, ‫“ استمال‬menarik, menenangkan, memikat”. Pada kata ‫ أخذ‬mempunyai
banyak musytarak sebagiannya adalah ‫“ التزم‬sepakat”, ‫“حصل‬menghasilkan”, ‫“ قبل‬bertemu”.
3. At-Tadhad
At-Tadhad adalah antonim adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya dianggap
berlawanan. Kami menemukan pada teks pidato yang disampaikan oleh khatib adalah kata
‫“ العلم‬ilmu/tahu” dengan ‫“ الجهل‬bodoh/tidak tahu”, ‫“ يرفع‬meninggikan” dengan ‫يهدم‬
“meruntuhkan”, dan ‫“ يربح‬menguntungkan” dengan ‫“ يخسر‬merugikan”.

E. Hasil Wawancara
1. Bagaimana proses penyusunan naskah pidato:
a. Menentukan tema
b. Menentukan judul (apa yang ingin disampaikan)
c. Membuat muqaddimah, isi dan kesimpulan
2. Apa saja yang harus disiapkan dalam menyusun naskah pidato:
a. Menguatkan niat karena butuh waktu yang tidak sebentar.
b. Istiqamah
c. Menguasai perbendaharaan kosakata
d. Menyusun kalimat
e. Menguasai atau memiliki kemampuan dalam membaca.
f. Cari referensi
3. Mata kuliah apa saja yang membantu dalam pidato bahasa Arab:
a. Ada mata kuliah munadzarah menekankan pada kemampuan maharotul kalam.
(Debat, MC)
b. Nahwu
4. Apa saja hal-hal yang harus dikuasai sebelum melaksanakan pidato bahasa Arab:

7
a. Harus bisa menguasai teks. Pahami teks.
b. Harus bisa public speaking dan ini harus sering dilatih.
c. Kemampuan bahasa arab menjadi hal penting

8
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pidato yang berjudul ‫ طلب العلم‬yang dibawakan oleh Hanif dapat disimpulkan bahwasanya

pembacaan pidato tersebut sudah memenuhi unsur-unsur linguistik, baik dari segi
semantik, fonologi, sintaksis dan morfologi. Dan ini semua menunjukkan akan keindahan
Bahasa Arab yang telah ditinjau dari segi linguistik dan unsur-unsurnya.
B. Saran
Pidato yang disampaikan sudah baik dan memenuhi beberapa unsur-unsur linguistik. Dari
hasil wawancara, beliau mengatakan bahwa ada bagian yang lupa namun ia bisa mengatasi
itu dengan penguasaan materi yang telah ia punya dan pembendaharaan kosakata yang
dimiliki. Dalam hal ini hendaknya dalam membacakan teks pidato harus memiliki kesiapan
yang matang dari aspek manapun.

9
‫‪LAMPIRAN-LAMPIRAN‬‬
‫‪1. Teks Pidato‬‬

‫بسم هللا الرمحن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورمحة هللا وبركاته‬


‫ات‪ ،/‬وِِبلْعم ِل والطَّ ِ ِ‬ ‫الرِحي ِم‪ /‬الَّ ِذي بِنِعمتِ ِه تَتِ ُّم َّ ِ‬
‫اِل ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب ا ِْلَيَاةُ‪َ /‬وتَتَ نَ َّزُل‬
‫اعة تَطْي ُ‬
‫َ ََ َ َ‬ ‫الص َ‬ ‫َْ‬ ‫الر ْمح ِن َّ ْ‬
‫ي‪َّ /‬‬ ‫اِلَ ْم ُد هلل َر ِِّ‬
‫ب الْ َعالَم ْ َ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ات‪ /.‬أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَ ْش َه ُد أ َّ‬
‫ص ِِّل َو َسلِّ ْم‪َ /‬علَى َسيِِّد ََن ُُمَ َّمد َ‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫َن ُُمَ َّم ًدا‪َ /‬عْب ُدهُ َوَر ُس ْولُهُ‪ /.‬اللَّ ُه َّم َ‬ ‫الَََْبَك ُ‬
‫اعةُ‪ /‬أ ََّما بَ ْع ُد‪.‬‬ ‫علَي ِه وسلَّم‪ /،‬وعلَى أَلِِه وصحبِ ِه‪ /‬وم ِن اتَّبع أَ ََثره الباقِي ِ‬
‫ات‪ /‬إِ ََل أَ ْن تَ ُق ْوَم َّ‬
‫الس َ‬ ‫َ َ ْ َ َ َ َ َُ َ َ‬ ‫َْ َ َ َ ََ‬
‫أ ََّوالً‪ ،‬ح َّي نَ ْش ُكر هللا عَّز وج َّل‪ /‬الَّ ِذي قَ ْد أَنْعمنَا‪ /‬نِعما َكثِْيةً‪ /‬ح َّّت نَستَ ِطيع‪ /‬أَ ْن ََْنتَ ِفل‪ِِ /‬ف ه َذا الْم َك ِ‬
‫ان‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ً َْ َ ْ ْ َ‬ ‫ُ َ َ ََ‬ ‫َ‬
‫الْ ُمبَ َار ِك‪ /،‬إِ ْن َشاءَ هللاُ‪ِِ /‬ف َج ِام َعتِنَا ا ِْلَبِْي بَ ِة‪ /‬اْلَ ِام َع ِة امل َح َّم ِديَِّة يُوْكيَا َك ْرََت‪.‬‬
‫ُ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‪ /،‬الَّ ِذي‬
‫ي‪ُُ /‬مَ َّم ٌد َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صطََفى‪/‬قُ ْد َوةُ اْأل َُّمة َوإِ َم ُ‬
‫ام الْ ُم ْر َسل ْ َ‬ ‫صالَةً َو َسالًَما‪َ /‬علَى َحبِْيبِنَا الْ ُم ْ‬
‫ِ‬
‫ََثنيًا‪َ /،‬‬
‫ان واْ ِإلحس ِ‬
‫ان‪/.‬‬ ‫ِ ِ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ات إِ ََل الن ُّْوِر‪ /‬وَك َذلِ َ ِ ِ ٍ ِ ٍ‬
‫قَ ْد أَخرجنَا‪ِ /‬من الظُّلُم ِ‬
‫ك إ ََل صَراط ُم ْستَق ْيم‪َ /،‬وأَ ْك َم َل َحيَاتَنَا‪ /‬بنُ ْور اْإل ْسالَم َواْإل ْْيَ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ َ َ‬
‫ت الْعُنْ َو ِان‪:‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب ُخطْبَةً َعَربِيَّةً‪ََْ /‬ت َ‬
‫َخطُ َ‬
‫ف أ ََم َام ُك ْم ََجْي ًعا‪ ِ/‬أل ْ‬
‫أ َََن َسعْي ٌد‪ /‬أَ ْن أَق َ‬

‫طَلَب الْعِل ِْم‬

‫ك‪َ /‬ملْ يُ ْع ِط َ‬
‫ك َشْي ئًا‪/،‬‬ ‫ضَ‬‫ك‪ /،‬فَإِذَا أ َْعطَْي تَهُ بَ ْع َ‬
‫ضهُ‪ /‬إِالَّ إِذَا أ َْعطَْي تَهُ ُكلَّ َ‬
‫ك بَ ْع َ‬ ‫إِ ْخ َوِِت ِِف هللاِ‪ /،‬اِ ْعلَ ُموا أ َّ‬
‫َن الْعِلْ َم‪ /‬الَ يُ ْع ِطْي َ‬
‫ِ‬ ‫ب الْعِلْ َم‪ /،‬فَإِذَا ظَ َّن أَنَّهُ قَ ْد َعلِ َم‪ /‬فَ َق ْد َج ِه َل‪ / .‬لِ َماذَا الْعِلْ ُم؟‪ ِ/‬أل َّ‬ ‫ِ‬
‫َن الْعِلْ َم نُ ْوٌر‪ ./‬نُ ْوٌر يَ ْهديْ َ‬
‫ك‪/‬‬ ‫َويَظَ ُّل الْ َم ْرءُ َعال ًما‪َ /‬ما طَلَ َ‬
‫ك إِ ََل أَبْ َع ِد‪َ /‬ما تُِريْ ُد أَ ْن تَ ُك ْو َن فِْي ِه‪./‬‬ ‫ك َوغَايَتِ َ‬
‫ك‪َ / .‬وا ْْلَ ْه ُل ظُلْ ٌم َوظَالٌَم‪ /‬يَ ُس ْوقُ َ‬
‫ِ‬
‫ك‪َ /‬وإِ ََل َه َدف َ‬
‫ب إِ ََل َربِِّ َ‬
‫إِ ََل أَ ْن تَ ُك ْو َن أَقْ َر َ‬
‫والْعِلْم ي رفَع ب ي تا الَ عِماد لَه‪ /،‬وا ْْلهل ي ه ِدم ب يت الْعِ ِز والشَّر ِ‬
‫ف‪.‬‬ ‫َ َ ُ َ َ ْ ُ َ ْ ُ َْ َ ِّ َ َ‬ ‫َ ُ َ ْ ُ َْ ً‬

‫‪10‬‬
‫[س ْوَرةُ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫آن الْ َك ِرِْي‪ :/‬ي رفَ ِع َّ َّ ِ‬
‫ي ُقو ُل هللا عَّز وج َّل‪ِِ /‬ف الْ ُقر ِ‬
‫ين أُوتُوا الْع ْل َم َد َر َجات‪ُ .‬‬
‫ين َآمنُوا من ُك ْم‪َ /‬والذ َ‬
‫اَّللُ الذ َ‬ ‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ ُ َ ََ‬
‫اَّلل لَهُ‪ /‬طَري ًقا إِ ََل‬ ‫ك طَري ًقا‪ /‬يَْب تَغِي فِ ِيه ع ْل ًما‪َّ /‬‬
‫سهل َّ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‪َ / :‬م ْن َسلَ َ‬
‫ِ‬ ‫الْ ُم َج ِادلَِة‪َ .]11 :‬وقَ َ‬
‫ال َر ُس ْو ُل هللا َ‬
‫ومن‬ ‫ب الْعِْل ِم‪ِ /‬رضا ِِبا يصنع‪ /،‬و َّ ِ‬
‫عامل‪ /‬لَيستَ ْغ ِفر لَه من ِف َّ ِ‬ ‫أجنِ َحتَ َها‪ /‬لِطَالِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اْلنة‪َ /،‬و َّ‬
‫الس َموات‪ْ /‬‬ ‫إن الْ َ َ ْ ُ ُ ْ‬ ‫ً َ َْ ُ َ‬ ‫ض ُع ْ‬
‫إن الْ َمالَئ َكةَ‪ /‬لَتَ َ‬
‫ض ِل الْ َقم ِر‪َ /‬على َسائِِر الْ َكواكِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب‪َّ ،/‬‬
‫وإن الْعُلَماءَ َوَرثَةُ‬ ‫َ‬ ‫حّت اِلِيتا ُن ِف الْ َماء‪ /،‬وفَ ْ‬
‫ض ُل الْ َعامل‪َ /‬علَى الْعابد‪َ /‬ك َف ْ َ‬ ‫ض‪َّ /‬‬ ‫ِِف ْ‬
‫األر ِ‬

‫ظ َوافِ ٍر‪( .‬رواهُ أَبُو داود‬


‫َخ َذ ِِبَ ٍِّ‬ ‫وإَّنَا َّ ِ‬‫وإن األَنْبِيَاء‪َ /‬ملْ يُوِِّرثُ ْوا ِدينَ ًارا‪َ /‬والَ ِد ْرََهًا‪َّ /‬‬ ‫األنْبِ ِ‬
‫ياء‪َّ /‬‬
‫َخ َذهُ‪ /‬أ َ‬
‫من أ َ‬
‫ورثُوا الْع ْل َم‪ /،‬فَ ْ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬
‫اهل‪ /‬ي ْؤثِر الدُّنْيا‪ /‬علَى ِ‬
‫اآلخ َرةِ فَيَ ْخ َس ْرَُهَا‬ ‫ِ ِ‬ ‫الرتمذي)‪ .‬وطَالِ ِ‬
‫ب الع ْل ِم‪ /‬يُ ْؤث ُر اآلخَرةَ َعلَى الدُّنْيَا‪ /‬فََ ْْيَِبَ ُه َما َم ًعا‪ /،‬بَْي نَ َما اْ َْل ُ ُ ُ َ َ‬
‫ُّ َ ُ‬ ‫و‬

‫ي‪ /‬إِ ْن َشاءَ هللاُ‪./‬‬ ‫معا‪ ./‬فَنَحن هناَ‪ِِ /‬ف ه ِذهِ اْل ِامع ِة‪ /‬نَتَعلَّم ِج ِِّد اًّي‪ /‬لِنُصبِح متَ علَّ ِمي‪ /‬وقَائِ ِدين‪ /‬وعلَماء َّ ِِ‬
‫الصاِل ْ َ‬ ‫ْ َ ُ َ َْ َ ْ َ َ ُ َ َ‬ ‫َ َ َ َُ‬ ‫ُْ ُ‬ ‫ًَ‬
‫اصَِبُْوا‪َ /‬وَرابِطُْوا‪َ /‬واتَّ ُقوا هللاَ‪ /‬لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْر َمحُْو َن‪.‬‬
‫اجتَ ِه ُد ْوا َو ْ‬
‫فَ ْ‬
‫اب فَ ِم َن هللاِ‪َ /‬وُك ُّل نَ ْق ٍ‬
‫ص‪/‬‬ ‫صو ٍ‬ ‫ِِ‬ ‫أَ ْكتَ ِفي ِِب َذا الْ َق ْد ِر‪ /‬وأَطْلُب ِمْن ُكم الْ َع ْفو‪ِ /‬م ْن ُك ِل قُ ُ ِ‬
‫ص ْوري َوتَ ْقص ْْيي‪/.‬فَ ُك ُّل َ َ‬ ‫ِّ‬ ‫َ ُ ُ َ‬
‫ص ٍْْي فَ ِم ْن نَ ْف ِسي‪ُ /‬شكًْرا َكثِ ْ ًْيا‪َ /‬علَى ُح ْس ِن اِ ْستِ َماعِ ُك ْم َو ْاهتِ َم ِام ُك ْم‪.‬‬
‫وتَ ْق ِ‬
‫َ‬
‫السالَ ُم َعلَْي ُك ْم َوَر ْمحَةُ هللاِ َوبََرَكاتُهُ‪.‬‬
‫َو َّ‬

‫‪11‬‬
2. Foto pembaca pidato

3. Rekaman Vidio
https://youtu.be/CzPbhOndHXA

12

Anda mungkin juga menyukai