Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TARJAMAH SHIYAQIYAH

Mentalistik Antara Subyek dan Predikat Antara Bahasa Arab dan


Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu :
Partomuan Harahap, S.Ag., M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Tri Hayatika (20601035)

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. 
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “
Mentalistik Antara Subyek dan Predikat Antara Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia “
dapat kami selesaikan dengan baik tepat pada waktunya.

            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tarjamah


Shiyaqiyah . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
Karakteristik subyek maupun predikat antara Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.

            Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Partomuan Harahap,


S.Ag., M.A selaku Dosen Mata Kuliah Tarjamah Shiyaqiyah. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini.

            Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.

            Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah
ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Curup, 13 Oktober 2021

Penulis
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................5
1. Karakteristik Bahasa Arab .................................................................5
2. Karakteristik Bahasa Indonesia.......................................................20
BAB III PENUTUP.........................................................................................25
1. Kesimpulan..........................................................................................25
2. Saran...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi hidup manusia. Tanpa


bahasa manusia tidak akan menuai kehidupan. Bahasa berfungsi sebagai lem
perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat, dan bangsa dalam kegiatan
sosialisasi. Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer (mana suka),
dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

            Setiap bahasa adalah komunikatif bagi para penuturnya. Dilihat dari sudut
pandang ini, tidak ada bahasa yang lebih unggul daripada bahasa yang lain.
Maksudnya bahwa bahasa memiliki kesamarataan dalam statusnya, yaitu sebagai
alat komunikasi. Setiap komunikasi tentu saja menuntut kesepahaman di antara
pelaku komunikasi. Namun, pada sudut pandang yang lain, setiap bahasa memiliki
karakteristik tersendiri yang membedakannya dari bahasa yang lain. Karakteristik ini
sekaligus sebagai kekuatan yang bahkan dalam hal tertentu tak ada tandingannya.
Demikian pula bahasa Arab dan bahasa Indonesia juga memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah antara lain:

1. Bagaimana karakteristik Bahasa Arab ?


2. Bagaimana karakteristik Bahasa Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah antara lain :

1. Untuk Mengetahui apa saja karakteristik Bahasa Arab


2. Untuk Mengetahui apa saja Karakteristik Bahasa Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Bahasa Arab

            Bahasa Arab mempunyai ciri khusus yang tidak terdapat pada bahasa-
bahasa lainnya. Kekhususannya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang
fleksibel dan mempunyai elastisitas yang tinggi. 1 Bahasa Arab memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain. Dalam hal ini Utsman Amin
memaparkan karakteristik tersebut secara filosofis. Karakteristik ini dipandangnya
sebagai keunggulan bahasa Arab atas bahasa-bahasa lain di dunia. Menurutnya
karakteristik pokok bahasa Arab itu dapat dilihat dari segi: kaitan Mentalistik subyek-
predikat, kehadiran individu, retorika paralel, keberadaan i’rab, dinamika dan
kekuatan. Selain aspek itu Nayif Ma’ruf menambahkan adanya keutamaan makna,
kekayaan kosakata, integrasi dua kata, dan analogi. Penjelasannya akan diurutkan
sebagai berikut :

1. Kaitan Mentalistik subyek-predikat.

            Sebuah kalimat deklaratif lengkap biasanya minimal terdiri atas satu kata
pokok dan satu kata penjelas. Antara kata pokok dan kata penjelas harus ada
hubungan yang logis. Pada umumnya kedua unsur itu dihubungkan oleh kata
sarana. Namun struktur kalimat bahasa Arab tidak memerlukan kata sarana yang
menjelaskan hubungan antara subyek dan predikat. Ada ungkapan bahasa
Arab : ‫األمة العربية واحدة‬ menetapkan pengertian bahwa bangsa Arab itu satu. Hubungan
antara bangsa Arab dan satu bersifat mentalistik belaka dan tidak memerlukan kata
sarana penghubung untuk menjelaskan kaitan itu.

            Sementara itu bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, memerlukan kehadiran


kata penghubung antara subyek dan predikat. 2 Kata penghubung tersebut
disebut kopula yang salah satunya adalah to be dengan peruntukan subyek yang
berbeda.

2. Mubtada Khobar

 Mubtada

            Mubtada’ secara bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata َ‫ ِا ْب َتدَأ‬ yang
berarti  “permulaan”. Hal itu sesuai dengan kondisinya yang berada diawal jumlah

1
Ulin Nuha, M.Pd. I., Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, ( Yogyakarta : DIVA press,2012), cet
1, hlm.42
2
Ibid, hlm.59

5
ismiyah. Adapun secara istilah mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang
bebas dari amil-amil lafdhiyah.

            Yang dimaksud amil dalam pengertian diatas adalah sesuatu (faktor) yang
mempengaruhi kata, sehingga ia beri’rab rafa’, nashab, jar, ataupun jazm. Ia
mempunyai 2 macam, yakni amil lafdziyah dan amil maknawiyah.

Contoh mubtada’
Islam adalah agama kita  ‫ ِد ْينُنَا‬ ‫اإْل ِ ْساَل ُم‬
Penjual menjual barang َ َ‫يَبِ ْي ُع ْالب‬ ‫ْالبَائِ ُع‬
‫ضائِ َع‬
dagangan
Bahasa arab adalah bahasa al- ِ ْ‫ ْال َع َربِيَّةُ لُ َغةُ ْالقُر‬ ُ‫اللُّ َغة‬
‫آن‬
Qur’an
Emas itu berharga ‫ثَ ِمي ٌْن‬  ُ‫ال َّذهَب‬
Buah-buahan bagus untuk ‫ص َّحةٌ لِ ْلبَ َد ِن‬ ِ  ُ‫ْالفَ َوا ِكه‬
badan
Mencegah lebih baik daripada
ِ ‫ َخ ْي ٌر ِم َن ْال ِعاَل‬ ُ‫ْال ِوقَايَة‬
‫ج‬
mengobati
Murid belajar membaca َ‫يَ ْدرُسُ ْالقِ َرا َءة‬ ‫التِّ ْل ِم ْي ُذ‬

Macam-macam mubtada’

            Ditinjau dari jenis kata, mubtada’ terbagi menjadi 2 macam, yaitu mubtada’
yang berupa isim dzahir, dan mubtada’ yang berupa isim dhomir.

 Mubtada’ berupa isim dzahir

            Maksud dari dzahir adalah ia nampak jelas, berbanding terbalik dengan


dhomir yang mana ia adalah kata ganti yang bersifat umum.

Contoh mubtada’ berupa isim dzahir:

Kebun itu indah َ‫ َج ِميْل‬  ُ‫ْال َح ِد ْيقَة‬


ٌ‫ة‬
Masjid itu besar ِ ‫ْال َمس‬
‫ َكبِ ْي ٌر‬ ‫ْج ُد‬
Muhammad ‫قَائِ ٌم‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬
berdiri

6
Muhammad nabi ‫نَبِيُّنَا‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬
kita
Muhammad ‫ ْو ُل‬888‫ َر ُس‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬
utusan Allah
ِ ‫هَّللا‬

Catatan: kata yang berwarna merah adalah mubtada’

 Mubtada’ berupa isim dhomir

            Dhomir adalah kata ganti, saya telah membahasnya panjang lebar dalam
sebuah artikel tersendiri tentang dhomir. Yang dimaksud disini adalah dhomir
munfashil, yaitu kata ganti yang terpisah, ia ada 12 (،‫ أنتم‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ هن‬،‫ هي‬،‫ هم‬،‫ همأ‬،‫هو‬
‫ نحن‬،‫ أنا‬،‫ أنتن‬،ِ‫)أنت‬.

Contoh mubtada’ berupa isim dhomir:

Dia cantik ٌ‫ َج ِم ْيلَة‬ ‫ِه َي‬


Saya seorang siswa ٌ‫طَالِب‬ ‫أَنَا‬
Kamu dermawan َ ‫أَ ْن‬
‫ َك ِر ْي ٌم‬ ‫ت‬
Mereka guru ‫ ُمدَرِّ س ُْو َن‬ ‫هُ ْم‬
Kita seorang muslim ‫ ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ ‫نَحْ ُن‬
Kalian pekerja keras ‫ ُمجْ تَ ِه ُد ْو َن‬ ‫أَ ْنتُ ْم‬

Catatan: kata yang berwarna merah adalah mubtada’

Syarat-syarat mubtada’

1. pada dasarnya mubtada’ selalu berada di awal kalimat. Namun ada beberapa
kondisi yang mengubahnya dari hukum asalnya.

2. Pada dasarnya, mubtada’ harus berupa isim makrifat, namun ada beberapa
kondisi yang membolehkan ia berupa isim nakirah, yaitu diantaranya:

1. ketika ia sebagai maushuf (yang disifati)

Contoh:

7
Seorang laki-laki yang ‫فِ ْي‬ ‫ ٌل‬888ْ‫ َج ِمي‬ ‫ ٌل‬888ُ‫َرج‬
tampan di dalam
ِ ‫ْالبَ ْي‬
‫ت‬
rumah

            Kata yang berwarna merah adalah mubtada’. Ia berupa isim nakirah karena
ia juga sebagai maushuf / man’ut (yang disifati). Adapun kata yang berwarna biru
adalah sifat / na’at.

2. ketika ia disandarkan kepada isim nakirah

Penuntut ilmu hadir ِ ‫ َح‬ ‫ ِع ْل ٍم‬  ُ‫طالِب‬


‫اض ٌر‬ َ

            Kata yang berwarna merah adalah mubtada’. Ia berupa isim nakirah karena
ia disandarkan kepada isim nakirah, yaitu ‫علم‬.

3. ketika ia didahului nafii (pengingkaran)

Orang yang sakit tidak ‫اض ٌر‬


ِ ‫ َح‬  ٌ‫ َم ِريْض‬ ‫َما‬
hadir

            Kata “‫ ”ما‬di awal kalimat adalah huruf nafii, sedangkan mubtada’ adalah “
‫”مريض‬.

4. ketika ia didahului istifham (kata tanya)

Apa ada seorang laki- َ ‫ ِع ْن َد‬ ‫ َر ُج ٌل‬ ‫هَل‬


‫ك؟‬
laki disisimu?

            Kata “‫ ”هل‬adalah huruf istifham (kata tanya), sedangkan kata “‫ ”رجل‬adalah


mubtada’.

 Khobar

            khabar mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang disandarkan kepada
mubtada’
Contoh khabar
Rumah itu bersih ‫ْف‬ ُ ‫ْالبَي‬
ٌ ‫ْت نَ ِظي‬ 1

Kantor itu besar ٌ‫ْال َم ْكتَبَةُ َكبِي َْرة‬ 2

8
Lapangan itu luas ‫اس ٌع‬ ُ ‫ْال َم ْي َد‬
ِ ‫ان َو‬ 3

Guru itu datang ِ ‫ْال ُم َد ِّرسُ َح‬


‫اض ٌر‬ 4

Petani itu menanam padi ُ ‫ْالفَاَّل ُح يَ ْز َر‬


‫ع الرُّ َّز‬ 5

Zaid ada di dalam rumah ِ ‫َز ْي ٌد فِي ْالبَ ْي‬


‫ت‬ 6

Handphone ada diatas ِ َ‫ف َعلَى ْال َم ْكت‬


‫ب‬ ُ ِ‫ْالهَات‬ 7
meja
Masjid itu lantainya bersih ‫ْف‬ ِ ‫ْال َمس‬
ٌ ‫ْج ُد بِاَل طُهُ نَ ِظي‬ 8

Penjelasan: khabar disandarkan kepada mubtada’ maksudnya adalah khabar


dinisbatkan kepada mubtada’. Sebagaimana pada contoh pertama, khabar nya
adalah (‫ )نظيف‬yang artinya bersih. Jadi sifat bersih pada contoh di atas dinisbatkan
kepada rumah (‫ )البيت‬yang pada contoh diatas ia sebagai mubtada’.
Syarat-syarat khabar

1. khabar harus sesuai dengan mubtada’ dalam hal mudzakkar muannatsnya.


Artinya keduanya harus selaras atau satu jenis. Perhatikan tabel contoh khabar di
atas. Pada contoh pertama, keduanya sama-sama berjenis mudzakkar. Dan pada
contoh kedua, keduanya sama-sama berjenis muannats.
2. khabar harus sesuai dengan mubtada’ dalam hal jumlah (mufrad, mutsanna &
jamak). Perhatikan tabel contoh khabar di atas sekali lagi. Pada contoh pertama,
keduanya sama-sama berjenis mufrad (berjumlah tunggal).
3. jika mubtada’ berupa isim jamak yang tidak berakal (bukan manusia), seperti ‫بيوت‬
yang berarti rumah, atau  ‫أشجار‬ yang berarti pohon, atau ‫ سيارات‬yang berarti mobil,
maka khabar boleh isim mufrad muannats, dan boleh juga berupa isim jamak
muannats. Contoh:

Mobil-mobil itu ٌ ‫ات َج ِم ْياَل‬


‫ت‬ ُ ‫ال َّسيَّا َر‬ 1
bagus
Mobil mobil itu ٌ‫ات َج ِم ْيلَة‬
ُ ‫َّار‬
َ ‫ال َّسي‬ 2
bagus

Pada contoh pertama, khabar nya berupa isim jamak muannats salim,
menyesuaikan dengan  mubtada’ nya yang juga berupa jamak muannats salim.
Sedangkan pada contoh kedua, khabar berupa mufrad muannats(tunggal bergender
perempuan).

9
Macam-macam khabar

Khabar mempunyai 2 macam, yaitu khabar mufrad, dan khabar ghairu mufrad.


Khabar mufrad

Ia adalah khabar yang terdiri dari satu kata, contohnya:

Muhammad berdiri ‫قَائِ ٌم‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬


2 siswa berdiri ‫قَائِ َما ِن‬ ‫الطَّالِبَا ِن‬
Para siswa berdiri ُّ
‫قَائِ ُم ْو َن‬  ُ‫الطاَّل ب‬

Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah sebagai khabar, ia dinamakan khabar
mufrad karena terdiri dari satu kata, meskipun bentuknya bisa saja berbentuk
mutsanna (ganda) atau bentuk jamak.
khabar ghairu mufrad

khabar ghairu mufrad adalah khabar yang terdiri dari beberapa kata yang
menyerupai kalimat. Ia ada 4 macam, yaitu jar majrur, dzaraf, jumlah fi’liyah, jumlah
ismiyah.
Contoh khabar berupa jar majrur

Muhammad berad ‫فِي‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬


a di rumah
ِ ‫ْالبَ ْي‬
‫ت‬

Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah khabar ghairu mufrad, ia berupa jar
majrur, yang mana ْ‫ فِي‬adalah huruf jar, dan ‫ البيت‬adalah isim majrur.

Contoh khabar berupa dzaraf

Muhammad berada َ ‫ ِع ْن َد‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬


‫ك‬
di sisimu

Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah khabar ghairu mufrad, ia berbentuk


dzaraf. Dzaraf adalah kata keterangan, baik keterangan tempat maupun keterangan
waktu.

10
Contoh khabar berupa jumlah fi’liyah

Muhammad ‫ َجا َء‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬


telah datang

Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah khabar ghairu mufrad, ia


berbentuk jumlah fi’liyah (fi’il + fa’il). (‫)جا َء‬
َ sebagai fi’il, dan dhomir mustatir takdirnya (
‫ )هو‬sebagai fa’ilnya.
Contoh khabar berupa jumlah ismiyah

Wajahnya ُ‫ َوجْ هُه‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬


Muhammad
‫َج ِم ْي ٌل‬
ganteng

Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah khabar mubtada’ ghairu mufrad, ia
berbentuk jumlah ismiyah (mubtada’ + khabar mubtada’). ( ‫)وجْ ُه ُه‬
َ sebagai mubtada’,
dan (ٌ‫)ج ِم ْيل‬
َ sebagai khabar.

‫ َوجْ هُهُ َج ِم ْي ٌل‬ ‫ُم َح َّم ٌد‬


‫ُم َح َّم ٌد‬ Mubtada’

‫َوجْ هُهُ َج ِم ْي ٌل‬ Khabar mubtada’


(ia berupa
jumlah ismiyah
yang terdiri dari
mubtada’ +
khabar)

ُ‫َوجْ هُه‬ Mubtada’ ke 2

‫َج ِم ْي ٌل‬ Khabar mubtada’


ke 2

Khabar Muqoddam dan mubtada’ muakhor

11
            Pada dasarnya mubtada’ berada di awal kalimat dan khabar berada
dibelakangnya (setelahnya). Namun kadang kala khabar boleh atau bahkan wajib
mendahului mubtada’ dalam beberapa kondisi, yaitu sebagai berikut:
Khabar boleh mendahului mubtada’ jika:
1. memberikan penekanan (prioritas) makna khabar. Contoh :

‫ال ُّد ُخ ْو ُل‬ ‫ع‬


ٌ ‫َم ْمنُ ْو‬
Dilarang masuk

            Khabar pada contoh diatas adalah (‫ )ممنوع‬ia didahulukan daripada mubtada’


karena sebagai penekanan.
2. khabar berupa syibhul jumlah (menyerupai jumlah) dan mubtada’ berupa isim
makrifat. Contoh:

ُ‫ ْال َم َجلَّة‬ ‫ب‬
ِ َ‫َعلَى ْال َم ْكت‬
Majalah ada diatas meja
‫المجلة‬ adalah mubtada’ muakhor dan ِ‫علَى ْال َم ْك َتب‬ adalah
َ khabar Muqoddam.
Khabar wajib mendahului mubtada’ jika:
o khabar berupa syibhul jumlah (menyerupai jumlah) dan mubtada’ berupa isim
nakirah. Contoh:

ِ َ‫َعلَى ْال َم ْكت‬


ٌ‫ َم َجلَّة‬ ‫ب‬
Sebuah majalah ada diatas meja

‫ َم َجلَّ ٌة‬ disini sebagai mubtada’ muakhor. Karena ia berupa isim nakirah.


o khabar berupa isim istifham (kata tanya). Contoh :

ُ ‫اإْل ِ ْمتِ َح‬ ‫َمتَى‬


‫ان ؟‬
Kapan ujian?

o mubtada’ bersambung dengan dhamir yang kembali kepada khabar. Contoh:

12
ُ‫تَبَا َعتُه‬ ‫لِل َّساَل ِم‬
Mengikutinya (keselamatan)
adalah demi keselamatan

Mubtada’ pada contoh diatas adalah ُ‫اع ُته‬


َ ‫ َت َب‬ yang mana ia bersambung dengan dhomir
(‫ )ه‬yang kembali kepada khabar.

            Mubtada’ yang berada di belakang khabar (sesudahnya) disebut mubtada’


muakhor (mubtada’ yang diakhirkan). Sedangkan khabar yang berada diawal
kalimat (mendahului mubtada’) disebut khabar Muqoddam.

I’rab mubtada’ dan khabar

            I’rab mubtada’ dan khabar adalah marfu’, karena itulah dia tergolong ke
dalam isim-isim yang marfu’. Ketika keduanya berupa isim mufrad maka tanda i’rab
nya adalah dhommah. Ketika keduanya berupa isim mutsanna (ganda), atau berupa
isim jamak muannats salim atau jamak taksir tanda i’rab nya adalah huruf alif. Ketika
keduanya berupa isim jamak mudzakkar salim atau asma’ Khamsah, tanda i’rab nya
adalah huruf wauw (‫)و‬.

3. Fi’il dan Fa’il

            Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi
pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang).
Hampir seperti pengertian kata kerja dalam bahasa Indonesia, namun ada
perbedaan sedikit.
Contoh :
Bekerjalah                         =          ْ‫ا ُ ْف ُعــل‬
Sedang/ akan bekerja        =          ُ ‫َي ْفــ ُعــل‬
َ ‫َف‬
Telah bekerja                     =          َ ‫ــعــل‬

Macam-Macam Fi’il

Fi’il Madhi (Lampau)

            Secara terpisah fi’il berarti kata kerja. Sedangkan madhi  berarti yang telah


lampau atau lewat. Jadi, apabila digabung fi’il madhi ialah kata kerja yang
menunjukkan terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu lampau.

Ciri-ciri Fi’il Madhi

13
            Ciri-cirinya antara lain tampak pada huruf asli kata kerjanya dan pada
َ ‫ َكـ َت‬ (telah menulis), َ‫ــرأ‬
umumnya mengandung suara “a” , misalnya ‫ـب‬ َ ‫ َق‬ (telah
membaca) karena dia berharakat fathah.

Bentuk Fi’il Madhi

No Dhamir Fiil Madhi Arti Keterangan


.

1 ‫ه َُو‬ َ ‫َك َت‬


‫ب‬ Dia (lk) telah Bentuk asli tanpa
menulis perubahan

2 ‫هِـي‬ ْ ‫َك َت َب‬


‫ـت‬ Dia (pr) telah ْ
+ ‫ـت‬ pada huruf
menulis terakhir

3 َ ‫اَ ْن‬
‫ـت‬ ‫َك َتبْـت‬ Kamu (lk) telah َ ‫ ْـ‬ pada huruf
+ ‫ــت‬
menulis terakhir

4 ِ ‫اَ ْنـ‬
‫ت‬ ِ ‫َك َتبْـ‬
‫ت‬ Kamu (pr) telah + ِ‫ ْــت‬ pada huruf
menulis terakhir

Contoh fi’il madhi


saya telah memasuki masjid                =          ‫دَ َخ ْلتُ ا ْل َم ْس ِج َد‬
kamu (pr) telah memasuki masjid       =          ‫ت ا ْل َم ْس ِج َد‬
ِ ‫َد َخ ْل‬
Contoh penggunaan fi'il madhi dalam kalimat
َ ‫َف َت َح ا ْل َولَ ُد ا ْل َب‬
Anak itu telah membuka pintu            =          ‫اب‬
َ ‫سل َ أَ ْح َم ُد ِر‬
Ahmad telah mengirim surat               =          ‫سالَ ٌة‬ َ ‫أَ ْر‬

Fi'il Mudhari' (Sekarang)

            Fi’il mudhari’ adalah kata yang menunjukkan arti dalam dirinya yang dikaitkan
dengan waktu yang mengandung arti sekarang atau yang akan datang.
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat
yaitu ‫ت‬ – ‫ي‬ – ‫ن‬ – ‫أ‬ .
Bentuk Fi’il Mudhari’

No Dhamir Fiil mudhari’ Arti


.
1 َ‫أَ ْنت‬ ُ ‫َت ْف َعل‬ kamu (lk)

14
mengerjakan
2 ِ ‫أَ ْن‬
‫ت‬ َ‫َت ْف َعلِ ْين‬ kamu (pr)
mengerjakan
3 ‫ه َُو‬ ُ ‫َي ْف َعل‬ dia (lk)
mengerjakan
4 ‫ه َِي‬ ُ ‫َت ْف َعل‬ dia (pr)
mengerjakan

Contoh Fi'il Mudhari'
ُ ‫َي ْك ُت‬
Dia akan menulis                                 =          ‫ب‬
Dia akan membuka                             =          ‫َي ْف َت ُح‬
Dia akan  mengirim                             =          ُ ‫ُي ْرسِ ل‬
Dia akan membantu, menolong          =          ُ‫سا ِعد‬
َ ‫ُي‬
Contoh penggunaan fi'il mudhari' dalam kalimat
َ ‫َي ْف َت ُح ا ْل َولَ ُد ا ْل َب‬
Anak itu membuka pintu                    =          ‫اب‬
َ ‫ُي ْرسِ ل ُ أَ ْح َم ُد ِر‬
Ahmad mengirim surat                       =          ‫سالَ ٌة‬

Fi’il Amr

            Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang
dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar
dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Ciri-ciri Fi’il Amr dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah.
Contoh Fi'il Amar
tulislah !                      =          ‫ا ُ ْك ُت ْب‬
bukalah !                     =          ‫ِا ْف َت ِح‬
kirimlah !                    =          ‫ْرسِ ِل‬
bantulah !                    =           ْ‫ساعِد‬
َ
Contoh penggunaan fi'il amar dalam kalimat
َ ‫ا ْل َب‬ ‫ِا ْف َت ِح‬
Bukalah pintu itu !                               =          ‫اب‬
َ
Kirimlah surat itu wahai Ahmad !        =          ‫أحم ُد‬ ‫ َيا‬ ‫الرسالة‬  ‫أَ ْرسِ ِل‬

15
            Dalam bahasa Indonesia fail bisa disebut juga dengan subjek. Sedangkan
dalam bahasa arab biasa disebut dengan fail.

            Jadi pengertian dari fail ialah, fail yaitu pelaku atau subjek yang terletak
setelah adanya kata kerja. Fail nantinya terbagi menjadi fail dhohir dan fail dhomir.

            Fail dhohir yaitu fail yang terletak setelah kalimat fiil, sedangkan fail dhomir
ialah fail atau pelaku yang terletak sebelum fiil atau bisa juga fail tersebut tersimpan,
tidak tertulis secara langsung.

Contoh Fail Dhohir

‫فِي ْال َمسْ ِج ِد‬  ُ‫عِ ْم َران‬ ‫( ِجا َء‬Imron telah datang di masjid)

‫الطِ ْف ُل‬ ‫اَ َك َل الر ُْو َز‬ (anak kecil telah makan nasi)

‫ َغ َن ٌم‬ ‫ب ال َما َء‬


َ ‫ َش ِر‬ (kambing telah minum air)

ِ ‫ َف ْو َق ْال َم ْك َت‬ ‫األُسْ َت ُاذ‬ ‫ب‬


‫ب‬ َ ‫( َك َت‬ustadz telah menulis di atas meja)

‫( َقا َل اَبٌ لِي‬bapak telah berkata kepadaku)

Contoh Fail Dhomir

            Fail dhomir ini adakalanya lafadz yang menjadi fail tertulis sebelum fiil,
adakalanya juga fail tersebut tertulis setelah fiil namun failnya berupa dhomir rofa’
ُ ، َّ‫ ُتن‬،‫ ُت َما‬،ِ‫ ت‬،‫ ُت ْم‬،‫ ُت َما‬،‫ت‬
mutaharrik. Dhomir rofa mutaharrik yaitu: ‫ َنا‬،‫ت‬ َ ،‫َن‬

ِّ‫ت َعلَى ْال ُكرْ سِ ي‬


ُ ْ‫( َجلَس‬saya duduk di atas kursi) = fail dhomir / dhomir rofa mutaharrik

‫‘( َعا ِئ َش ُة اَ َك َل َط َعامًا‬Aisyah memakan makanan)

‫( َق َر ْأ َنا القُرْ أَ َن لَ ْياًل ا‬kami membaca al-Qur’an) = fail dhomir / dhomir rofa mutaharrik

ِ ‫( إِ ْل َياسُ َو اَحْ َم ُد َفرَّ ا فِي ْال َم ْل ِع‬Ilyas dan Ahmad berlari di lapangan)
‫ب‬

‫ان‬
َ ‫ض‬َ ‫( المُسْ لِم ُْو َن َز َّك ْوا فِي َشه ِْر َر َم‬kaum muslimin membayar zakat pada bulan Ramadhan)

Hukum Fail

            Fail atau pelaku atau subjek pada suatu kalimat hukumnya ialah rofa. Tanda
rofa untuk fail bisa berupa dhomah untuk isim yang mufrod (bermakna satu), dengan
alif nun (‫ )ان‬untuk isim tatsniyah dan dengan menggunakan wawu nun ( ‫)و َن‬ ْ
untuk jamak mudzakkar salim.

            Fail pasti berupa kalimat isim atau boleh selain kalimat isim yaitu kalimat fiil
yang di dahului huruf an (‫)ان‬. Contoh:

‫ب َعلَى ْالمُسْ لِ ِمي َْن اَنْ ي َُز ِّك َي‬


َ ‫( َو َج‬wajib atas kaum muslimin untuk membayar zakat)

16
            Dhoroh dan jer majrur tidak bisa menjadi fail tetapi bisa menjadi naibul fail.
Naibul fail yaitu pengganti fail, biasanya terletak setelah fiil majhul. Hukum dari
naibul fail sama dengan hukumnya fail yaitu dibaca rofa.

            Namun bila dhoroh yang menjadi naibul maka tetap menggunakan


hukumnya dhorof, begitu pula bila jer majrur yang menjadi naibul fail, maka tetap
menggunakan hukumnya jer majrur yaitu di baca jer.

4. Kehadiran individu.

            Dalam bahasa Arab tidak ada kata kerja yang terlepas dari individu. Individu
tersebut tampil pada kata ganti dan berbagai bentuk verba melalui berbagai struktur
kata dan kalimat. Kehadirannya tidak memerlukan sarana eksternal berupa kata
atau tanda baca. Individu itu melekat dengan verba dalam strukturnya yang asli.

            Pada kata ‫رأ‬tt‫أق‬ misalnya tercermin kehadiran aku, pada kata ‫رأ‬tt‫تق‬ tercermin


kehadiran kamu (lk), dan pada kata ‫يقرأ‬ tercermin kehadiran dia (lk) sebagai individu.
Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang membutuhkan kata secara utuh
untuk menghadirkan seseorang.

5. Keutamaan makna.

            Makna adalah aspek terdalam yang ada dalam bahasa. Makna inilah
sebetulnya yang menjadi acuan setiap pembicaraan. Apa pun kata atau kalimat
yang diungkapkan intinya adalah penutur atau penulis dapat memberikan makna
secara utuh, dan pendengar atau pembaca dapat menangkap makna ini secara utuh
pula.

            Bahasa Arab sangat mementingkan unsur makna. Walaupun bahasa Arab itu
mementingkan tuturan, kepentingannya itu sebatas untuk mengungkapkan makna
agar dipahami oleh pendengar atau pembaca sehingga menimbulkan dampak
psikologis yang mendorongnya untuk bertindak jika orang Arab membaguskan
tuturan, memperindah ungkapan, dan menghiasinya dengan aneka sarana, hal ini
semata-mata untuk mementingkan makna. Karena itu dalam tradisi akademis
mereka dikenal ungkapan, tuturan merupakan pelayan makna, majikan lebih mulia
daripada pelayan. Artinya makna lebih penting daripada tuturan.

            Karena bahasa Arab sangat mengutamakan makna, implikasinya ialah


banyaknya bentuk, struktur, dan pola untuk menunjukkan makna, sifat, dan
keadaan.

6. Keberadaan i’rab.   

            Di antara keistimewaan bahasa Arab lainnya ialah keberadaan i’rab. I’rab
secara lughowi berarti menerangkan dan menjelaskan. Sedangkan secara istilahi
berarti berubahnya harakat akhir kata karena perubahan kedudukannya dalam
kalimat. Keberadaan i’rab dalam bahasa Arab sangat urgen, karena perubahan

17
harakat akhir merupakan tanda adanya perubahan kedudukan, dan adanya
perubahan kedudukan berarti adanya perubahan makna. Tatkala bahasa Arab
merupakan bahasa yang jelas dan terang, kehadiran i’rab menunjang kejelasan
tersebut. I’rab inilah yang menjelaskan hubungan antar kata pada suatu kalimat dan
susunan kalimat dalam kondisi yang variatif. Bahasa yang tidak mengenal i’rab
hanya mengandalkan pada isyarat-isyarat linguistik dan gabungan kata atau
hubungan antara frase dan klausa.

            I’rab adalah tanda baca yang diwujudkan dalam bentuk fathah (penanda
bunyi a), kasrah (penanda bunyi i), dhommah (penanda bunyi u), dan sukun
(penanda huruf mati). Dengan tanda inilah setiap fungsi sintaksis di dalam sebuah
kalimat menjadi jelas.

7. Kekayaan kosakata.

            Kosakata adalah satuan terkecil yang ikut menentukan kekuatan bahasa.


Setiap bahasa memiliki kekayaan kosakata yang tentu saja tidak sama. Bahasa
Arab menurut penelitian para ahli dikenal kaya akan kosakata, terutama pada
konsep-konsep yang berkenaan dengan kebudayaan dan kehidupan mereka sehari-
hari.

            Untuk melihat kekayaan kosakata dalam bahasa Arab bisa dilihat pada kata
tentang konsep haus, misalnya, yang erat kaitannya dengan kondisi alam orang
Arab. Kata ini memiliki sejumlah kosakata yang menggambarkan derajat kehausan
seseorang. Penjelasannya sebagai berikut :

            Jika seseorang ingin minum, maka keinginannya itu cukup diungkapkan


dengan . ‫العطش‬  Jika ‫العطش‬ menguat, maka diungkapkan dengan ‫اء‬tttttttt‫الظم‬,
jika ‫الظماء‬ menguat lagi, maka diungkapkan dengan ‫الصدى‬, jika lebih ‫الصدى‬ kuat lagi,
maka diungkapkan dengan  ‫األوام‬, jika ‫األوام‬ lebih dahsyat lagi, maka diungkapkan
dengan  ‫ام‬tt‫الهي‬. Kata yang terakhir ini menggambarkan rasa haus yang luar biasa
sehingga identik dengan datangnya kematian.

            Dalam bahasa Indonesia khususnya, derajat kualitas semacam itu biasanya


diungkapkan dengan kata sarana yang menunjukkan perbandingan, misalnya
kata lebih, amat, sangat, dan lain-lain. Bukan dengan satu kata seperti dalam
bahasa Arab.

            Kekayaan makna bahasa Arab tidak terbatas pada kata, tetapi termasuk
kekayaan makna huruf. Setidaknya ada empat media yang sangat berperan
memperkaya kosakata bahasa Arab. Adapun penjelasannya antara lain :

 Taraduf (sinonim).

            Taraduf atau sinonim ialah beragam kata dalam satu makna. Bahasa Arab
adalah bahasa yang sangat kaya akan kata sinonim. Sehingga Ibnu Faris

18
mengatakan bahwa salah satu kekuatan bahasa Arab terletak pada adanya sinonim.
Katanya selain bahasa Arab tak ada lagi bahasa yang sanggup mengungkapkan
satu makna dalam beragam kata. Selanjutnya Ya’qub mencatat di dalam bahasa
Arab bahwa kata‫السيف‬  (pedang) memiliki lebih dari 1000 nama, ‫األسد‬ (singa) memilik
500 nama, ‫الثعبان‬ (ular) memiliki 200 nama, dan masih banyak lagi yang lainnya.

 Isytirak (homonim)

            Isytirak atau homonim adalah beragam makna yang mengacu pada satu
kata. Atau satu kata yang menunjukkan pada makna banyak. Ragam makna ini
tentu diungkapkan lewat kata-kata tertentu, sehingga melahirkan banyak kosakata.
Ya’qub menyebutkan bahwa kata ‫الحوب‬ saja, melahirkan lebih dari 30 makna, antara
lain : ‫اإلثم‬ (dosa), ‫البنت‬ (anak perempuan),  ‫الحاجة‬ (kebutuhan) dan lain-lain.

 Tadhadh (antitesis-polisemi)

            Tadhadh dalam istilah linguistik disebut antithetical polisemy yaitu suatu kata
yang menunjukkan makna tertentu sekaligus kebalikannya. Jadi pada dasarnya
tadhadh adalah bagian dari isytirak, hanya saja makna dalam tadhadh adalah dua
berlawanan. Kata ‫البسل‬ misalnya, mengandung makna ‫الحالل‬ (halal)
atau  ‫الحرام‬ (haram).

 Isytiqaq

            Isytiqaq dapat diartikan sebagai pengambilan suatu kata dari kata yang lain
dengan menjaga kesesuaian makna. Dalam definisi lain dapat dikatakan merubah
bentuk suatu kata ke dalam bentuk lain dengan menjaga keserasian makna antara
keduanya. Qaddur membagi isytiqaq ke dalam empat kategori, yakni isytiqaq
shaghir, isytiqaq kabir, isytiqaq akbar atau ibdal, dan naht.

 Integrasi dua kata.

            Yang dimaksud integrasi dua kata di sini ialah dua kata yang memiliki makna
berbeda, lalu diungkapkan dalam bentuk kata yang menunjukkan dua (mutsanna)
secara morfologis dan sudah menjadi istilah baku dalam bahasa Arab. Dengan
demikian integrasi di sini tidak berarti menggabungkan dua kata menjadi satu
makna. Dalam praktiknya, ungkapan istilah yang mewadahi dua makna ini terbagi
dalam dua bagian.

            Yang pertama ungkapan istilah diambil dari salah satu dari dua kata yang
berintegrasi, misalnya : ‫األبوان‬ (ayah dan ibu), ‫ران‬t‫القم‬ (matahari dan bulan) dan lain.
Yang kedua ungkapan istilah diambil dari kata lain yang kelihatannya tidak identik
dengan dua kata yang berintegrasi, misalnya, ‫الثقالن‬ (jin dan manusia), ‫الجديدان‬ (siang
dan malam), dan lain sebagainya.

 Qiyas (analogi kata).

19
            Secara umum qiyas atau analogi kata berarti membentuk kata tertentu
berdasarkan pola tertentu (wazan). Analogi kata biasanya memang ada pada setiap
bahasa. Namun bahasa Arab memiliki sistem analogi yang tidak dimiliki oleh bahasa
lain. Dalam sistem morfologi bahasa Arab dikenal istilah tashrif, yaitu bentukan kata
tertentu ke dalam bentukan-bentukan lain berdasarkan pola-pola yang sudah baku.
Proses analogi inilah yang dikenal dengan istilah tashrif. Pola-pola itu memiliki arti
dan memang diperuntukkan untuk tujuan-tujuan tertentu, keragaman pola analogi
dalam bahasa Arab menjadikan analogi ini sebagai ciri khas bahasa ini.

            Tashrif dalam bahasa Arab umumnya terbagi ke dalam dua bagian,


yaitu lughowi yang artinya perubahan kata berdasarkan kata
ganti (dhamir), dan istilahi yang artinya perubahan kata berdasarkan jenis
bentukan (shighat).

 Dinamika dan kekuatan.

            Bahasa Arab ialah bahasa yang memiliki kesatuan utuh dan kuat. Tanpa
bermaksud melebihkan orang Arab, bagi mereka tuturan, pikiran, dan perbuatan
adalah saling melengkapi dalam kehidupan. Tuturan orang Arab adalah pikirannya
dan pikirannya merupakan awal dari tindakannya. Tiga hal itu menjadi sebuah
kekuatan bahasa yang bisa jadi hanya dimiliki oleh bahasa ini.

            Biasanya akar suatu kata akan melahirkan banyak kata yang lain. Ini
menunjukkan bahwa bahasa Arab dinamis, namun dibalik itu tersimpan kekuatan
yang menampakkan kekuatan bahwa bahasa Arab berdiri kokoh, tidak mudah
tergoyahkan. Dinamika dan kekuatan bahasa Arab ditopang oleh standar yang
keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan sampai saat ini. Standar itu tiada lain
Alqur’an. Sungguh sangat menakjubkan, bahasa Alqur’an tak pernah lapuk ditelan
waktu, tak lekang dimakan zaman, dan tak pernah sekarat walau berbeda tempat.
Sampai saat ini bahasa Alqur’an tetap menjadi sumber inspirasi yang tak pernah
habis didalami dari berbagai segi dan oleh berbagai kalangan.

            Contoh yang sederhana, dinamika dan kekuatan bahasa Arab, misalnya,


tercermin dari perubahan tiga huruf yaitu ‫ك‬ (kaf), ‫ل‬ (lam) dan ‫م‬ (mim). Ketiga huruf ini
dapat berubah menjadi ‫كلم‬ (berbicara),
‫كمل‬  (sempurna), ‫لكم‬ (menampar), ‫مكل‬ (menyusut), dan ‫ملك‬  (memiliki). Setiap kata ini
pun memiliki variasi makna sesuai dengan konteksnya. 3

2. Karakteristik Bahasa Indonesia


            Dalam buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah” dijelaskan bahwa bahasa Indonesia
memiliki hal-hal antara lain:

 Kosakata.
3
Ibid, hlm. 60-71

20
            Sebagaimana bahasa pada umumnya, bahasa Indonesia juga memiliki
banyak kosakata. Dalam bahasa ini, bahasa asing dapat dijadikan sumber
peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan,
menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing tersebut. 4

 Aspek tata bahasa.


            Aspek tata bahasa Indonesia meliputi penggunaan kata dasar, pengimbuhan
kata, kata pengulangan, dan penggabungan kata.

 Aspek semantik.
            Dalam aspek semantik, bahasa Indonesia mencakup hal-hal seperti sinonim,
homonim, hiponim, dan polisemi. 

 Singkatan dan lambang.

            Istilah singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan menurut


tiga cara sebagai berikut :

            Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang
bentuk lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Contoh, cm yang
dilisankan sentimeter, l yang dilisankan liter, dan lain sebagainya.

            Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim
dilisankan huruf demi huruf. Contoh, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang
dilisankan p-l-t-a.

            Istilah yang dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya. Contoh,


harian (yang berasal dari surat kabar harian), lab (yang berasal dari laboratorium),
dan lain-lain.

            Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlukan sebagai kata. Misalnya, radar (radio detecting and ranging), rudal (peluru
kendali), tilang (bukti pelanggaran) dan lain-lain.

            Adapun lambang terdiri dari dua macam, yaitu huruf lambang dan gambar
lambang. Huruf lambang ialah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep
dasar ilmiah seperti kuantitas, satuan, dan unsur. Huruf lambang tidak diberi titik di
belakangnya. Contoh, F (gaya), Hg (raksa dalam kimia), dan lainnya. Sedangkan
gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah

4
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,
(Bandung : Pustaka Setia,1996), Cet 5, hlm.55

21
menurut konvensi bidang ilmu yang bersangkutan. Contoh ∑ diartikan jumlah
beruntun dalam matematika, ~ diartikan setara, dan lain-lain. 5

            Bahasa Indonesia juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks ini


akan menentukan ragam Bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang
menggunakan Bahasa Indonesia dalam orasi politik akan menggunakan ragam yang
berbeda dari orang lain yang menggunakannya untuk menyampaikan khotbah jum’at
atau bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah,
ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memiliki ciri
khas: cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari
gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Mahasiswa
dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran yang mendukung tumbuhnya pemahaman
mereka terhadap pengertian Bahasa Indonesia ragam ilmiah.

            Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia


yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat
resmi. Sebagai kegiatan yang bersifat resmi, ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam bahasa Indonesia baku. Bahasa
Indonesia ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan
menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat
keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuh isyarat diantaranya benar (sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.

Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Cendekia

            Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu


mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa
yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan saksama sehingga
gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

b. Lugas dan Jelas

            Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu


menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan
diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna
lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman
dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu
dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang
jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat
yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
5
Ibid, hlm. 55-69

22
c. Menghindari Kalimat Fragmentaris

            Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat


fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat
terjadi karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa
kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

d. Bertolak dari Gagasan

            Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia


ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan
pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya,
kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif
dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

e. Formal

            Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat


keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata,
dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan
utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat
formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan
predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan
tampilan esai formal.

            Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan
kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada
umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses
pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya
mengikuti bahasa lain.

f. Objektif

            Bahasa ilmiah bersifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan
menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan
secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan  hanya menempatkan
gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam penggunaan
kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.

g. Ringkas dan Padat

23
            Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur
bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang
hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan
unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai
dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah
terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai
dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.

h. Konsisten

            Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara
konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah
digunakan sesuai dengan  kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara
konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan
dan kata tugas bagi mengantarkan objek. Selain itu, apabila pada bagian awal
uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian
selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.6

6
Himpunan Ilmu, 2014, Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dari link
http://berbagikeindahanilmu.blogspot.com/2014/12/bahasa-Indonesia-ragam-ilmiah.html?m=1 diakses
tanggal 13 Oktober 2021.

24
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa karakteristik


bahasa Arab meliputi kaitan mentalistik subyek-predikat, kehadiran individu, retorika
paralel, keutamaan makna, keberadaan i’rab, kekayaan kosakata, integrasi dua
kata, dan qiyas (analogi kata).

Bahasa Indonesia juga memiliki karakteristik, di antaranya dalam hal kosakata,


aspek tata bahasa, aspek semantik, dan istilah singkatan dan lambang.

Adapun dalam bahasa Indonesia penulis mengambil karakteristik dalam ragam


ilmiah yang meliputi cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris,
bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten. Demikian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat berguna
sebagaimana mestinya.

2. Saran
Makalah yang penulis buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas ataupun kurang dimengerti. Penulis juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima dan saya ucapkan terima kasih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab,. Yogyakarta:


DIVA Press

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. 1996. Bandung: Pustaka Setia

Himpunan Ilmu, 2014, Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dari Link


http://berbagikeindahanilmu.blogspot.com/2014/12/bahasa-Indonesia-ragam-
ilmiah.html?m=1 diakses tanggal 13 Oktober 2021.

26

Anda mungkin juga menyukai