Dosen Pengampu :
Partomuan Harahap, S.Ag., M.A
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Tri Hayatika (20601035)
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “
Mentalistik Antara Subyek dan Predikat Antara Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia “
dapat kami selesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................5
1. Karakteristik Bahasa Arab .................................................................5
2. Karakteristik Bahasa Indonesia.......................................................20
BAB III PENUTUP.........................................................................................25
1. Kesimpulan..........................................................................................25
2. Saran...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bahasa adalah komunikatif bagi para penuturnya. Dilihat dari sudut
pandang ini, tidak ada bahasa yang lebih unggul daripada bahasa yang lain.
Maksudnya bahwa bahasa memiliki kesamarataan dalam statusnya, yaitu sebagai
alat komunikasi. Setiap komunikasi tentu saja menuntut kesepahaman di antara
pelaku komunikasi. Namun, pada sudut pandang yang lain, setiap bahasa memiliki
karakteristik tersendiri yang membedakannya dari bahasa yang lain. Karakteristik ini
sekaligus sebagai kekuatan yang bahkan dalam hal tertentu tak ada tandingannya.
Demikian pula bahasa Arab dan bahasa Indonesia juga memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Arab mempunyai ciri khusus yang tidak terdapat pada bahasa-
bahasa lainnya. Kekhususannya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang
fleksibel dan mempunyai elastisitas yang tinggi. 1 Bahasa Arab memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dari bahasa lain. Dalam hal ini Utsman Amin
memaparkan karakteristik tersebut secara filosofis. Karakteristik ini dipandangnya
sebagai keunggulan bahasa Arab atas bahasa-bahasa lain di dunia. Menurutnya
karakteristik pokok bahasa Arab itu dapat dilihat dari segi: kaitan Mentalistik subyek-
predikat, kehadiran individu, retorika paralel, keberadaan i’rab, dinamika dan
kekuatan. Selain aspek itu Nayif Ma’ruf menambahkan adanya keutamaan makna,
kekayaan kosakata, integrasi dua kata, dan analogi. Penjelasannya akan diurutkan
sebagai berikut :
Sebuah kalimat deklaratif lengkap biasanya minimal terdiri atas satu kata
pokok dan satu kata penjelas. Antara kata pokok dan kata penjelas harus ada
hubungan yang logis. Pada umumnya kedua unsur itu dihubungkan oleh kata
sarana. Namun struktur kalimat bahasa Arab tidak memerlukan kata sarana yang
menjelaskan hubungan antara subyek dan predikat. Ada ungkapan bahasa
Arab : األمة العربية واحدة menetapkan pengertian bahwa bangsa Arab itu satu. Hubungan
antara bangsa Arab dan satu bersifat mentalistik belaka dan tidak memerlukan kata
sarana penghubung untuk menjelaskan kaitan itu.
2. Mubtada Khobar
Mubtada
Mubtada’ secara bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata َ ِا ْب َتدَأ yang
berarti “permulaan”. Hal itu sesuai dengan kondisinya yang berada diawal jumlah
1
Ulin Nuha, M.Pd. I., Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, ( Yogyakarta : DIVA press,2012), cet
1, hlm.42
2
Ibid, hlm.59
5
ismiyah. Adapun secara istilah mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang
bebas dari amil-amil lafdhiyah.
Yang dimaksud amil dalam pengertian diatas adalah sesuatu (faktor) yang
mempengaruhi kata, sehingga ia beri’rab rafa’, nashab, jar, ataupun jazm. Ia
mempunyai 2 macam, yakni amil lafdziyah dan amil maknawiyah.
Contoh mubtada’
Islam adalah agama kita ِد ْينُنَا اإْل ِ ْساَل ُم
Penjual menjual barang َ َيَبِ ْي ُع ْالب ْالبَائِ ُع
ضائِ َع
dagangan
Bahasa arab adalah bahasa al- ِ ْ ْال َع َربِيَّةُ لُ َغةُ ْالقُر ُاللُّ َغة
آن
Qur’an
Emas itu berharga ثَ ِمي ٌْن ُال َّذهَب
Buah-buahan bagus untuk ص َّحةٌ لِ ْلبَ َد ِن ِ ُْالفَ َوا ِكه
badan
Mencegah lebih baik daripada
ِ َخ ْي ٌر ِم َن ْال ِعاَل ُْال ِوقَايَة
ج
mengobati
Murid belajar membaca َيَ ْدرُسُ ْالقِ َرا َءة التِّ ْل ِم ْي ُذ
Macam-macam mubtada’
Ditinjau dari jenis kata, mubtada’ terbagi menjadi 2 macam, yaitu mubtada’
yang berupa isim dzahir, dan mubtada’ yang berupa isim dhomir.
6
Muhammad nabi نَبِيُّنَا ُم َح َّم ٌد
kita
Muhammad ْو ُل888 َر ُس ُم َح َّم ٌد
utusan Allah
ِ هَّللا
Dhomir adalah kata ganti, saya telah membahasnya panjang lebar dalam
sebuah artikel tersendiri tentang dhomir. Yang dimaksud disini adalah dhomir
munfashil, yaitu kata ganti yang terpisah, ia ada 12 (، أنتم، أنتما، أنت، هن، هي، هم، همأ،هو
نحن، أنا، أنتن،ِ)أنت.
Syarat-syarat mubtada’
1. pada dasarnya mubtada’ selalu berada di awal kalimat. Namun ada beberapa
kondisi yang mengubahnya dari hukum asalnya.
2. Pada dasarnya, mubtada’ harus berupa isim makrifat, namun ada beberapa
kondisi yang membolehkan ia berupa isim nakirah, yaitu diantaranya:
Contoh:
7
Seorang laki-laki yang فِ ْي ٌل888ْ َج ِمي ٌل888َُرج
tampan di dalam
ِ ْالبَ ْي
ت
rumah
Kata yang berwarna merah adalah mubtada’. Ia berupa isim nakirah karena
ia juga sebagai maushuf / man’ut (yang disifati). Adapun kata yang berwarna biru
adalah sifat / na’at.
Kata yang berwarna merah adalah mubtada’. Ia berupa isim nakirah karena
ia disandarkan kepada isim nakirah, yaitu علم.
Kata “ ”ماdi awal kalimat adalah huruf nafii, sedangkan mubtada’ adalah “
”مريض.
Khobar
khabar mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang disandarkan kepada
mubtada’
Contoh khabar
Rumah itu bersih ْف ُ ْالبَي
ٌ ْت نَ ِظي 1
8
Lapangan itu luas اس ٌع ُ ْال َم ْي َد
ِ ان َو 3
Pada contoh pertama, khabar nya berupa isim jamak muannats salim,
menyesuaikan dengan mubtada’ nya yang juga berupa jamak muannats salim.
Sedangkan pada contoh kedua, khabar berupa mufrad muannats(tunggal bergender
perempuan).
9
Macam-macam khabar
Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah sebagai khabar, ia dinamakan khabar
mufrad karena terdiri dari satu kata, meskipun bentuknya bisa saja berbentuk
mutsanna (ganda) atau bentuk jamak.
khabar ghairu mufrad
khabar ghairu mufrad adalah khabar yang terdiri dari beberapa kata yang
menyerupai kalimat. Ia ada 4 macam, yaitu jar majrur, dzaraf, jumlah fi’liyah, jumlah
ismiyah.
Contoh khabar berupa jar majrur
Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah khabar ghairu mufrad, ia berupa jar
majrur, yang mana ْ فِيadalah huruf jar, dan البيتadalah isim majrur.
10
Contoh khabar berupa jumlah fi’liyah
Penjelasan: kata yang berwarna biru adalah khabar mubtada’ ghairu mufrad, ia
berbentuk jumlah ismiyah (mubtada’ + khabar mubtada’). ( )وجْ ُه ُه
َ sebagai mubtada’,
dan (ٌ)ج ِم ْيل
َ sebagai khabar.
11
Pada dasarnya mubtada’ berada di awal kalimat dan khabar berada
dibelakangnya (setelahnya). Namun kadang kala khabar boleh atau bahkan wajib
mendahului mubtada’ dalam beberapa kondisi, yaitu sebagai berikut:
Khabar boleh mendahului mubtada’ jika:
1. memberikan penekanan (prioritas) makna khabar. Contoh :
ُ ْال َم َجلَّة ب
ِ ََعلَى ْال َم ْكت
Majalah ada diatas meja
المجلة adalah mubtada’ muakhor dan ِعلَى ْال َم ْك َتب adalah
َ khabar Muqoddam.
Khabar wajib mendahului mubtada’ jika:
o khabar berupa syibhul jumlah (menyerupai jumlah) dan mubtada’ berupa isim
nakirah. Contoh:
12
ُتَبَا َعتُه لِل َّساَل ِم
Mengikutinya (keselamatan)
adalah demi keselamatan
I’rab mubtada’ dan khabar adalah marfu’, karena itulah dia tergolong ke
dalam isim-isim yang marfu’. Ketika keduanya berupa isim mufrad maka tanda i’rab
nya adalah dhommah. Ketika keduanya berupa isim mutsanna (ganda), atau berupa
isim jamak muannats salim atau jamak taksir tanda i’rab nya adalah huruf alif. Ketika
keduanya berupa isim jamak mudzakkar salim atau asma’ Khamsah, tanda i’rab nya
adalah huruf wauw ()و.
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi
pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang).
Hampir seperti pengertian kata kerja dalam bahasa Indonesia, namun ada
perbedaan sedikit.
Contoh :
Bekerjalah = ْا ُ ْف ُعــل
Sedang/ akan bekerja = ُ َي ْفــ ُعــل
َ َف
Telah bekerja = َ ــعــل
Macam-Macam Fi’il
13
Ciri-cirinya antara lain tampak pada huruf asli kata kerjanya dan pada
َ َكـ َت (telah menulis), َــرأ
umumnya mengandung suara “a” , misalnya ـب َ َق (telah
membaca) karena dia berharakat fathah.
3 َ اَ ْن
ـت َك َتبْـت Kamu (lk) telah َ ْـ pada huruf
+ ــت
menulis terakhir
4 ِ اَ ْنـ
ت ِ َك َتبْـ
ت Kamu (pr) telah + ِ ْــت pada huruf
menulis terakhir
Fi’il mudhari’ adalah kata yang menunjukkan arti dalam dirinya yang dikaitkan
dengan waktu yang mengandung arti sekarang atau yang akan datang.
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat
yaitu ت – ي – ن – أ .
Bentuk Fi’il Mudhari’
14
mengerjakan
2 ِ أَ ْن
ت ََت ْف َعلِ ْين kamu (pr)
mengerjakan
3 ه َُو ُ َي ْف َعل dia (lk)
mengerjakan
4 ه َِي ُ َت ْف َعل dia (pr)
mengerjakan
Contoh Fi'il Mudhari'
ُ َي ْك ُت
Dia akan menulis = ب
Dia akan membuka = َي ْف َت ُح
Dia akan mengirim = ُ ُي ْرسِ ل
Dia akan membantu, menolong = ُسا ِعد
َ ُي
Contoh penggunaan fi'il mudhari' dalam kalimat
َ َي ْف َت ُح ا ْل َولَ ُد ا ْل َب
Anak itu membuka pintu = اب
َ ُي ْرسِ ل ُ أَ ْح َم ُد ِر
Ahmad mengirim surat = سالَ ٌة
Fi’il Amr
Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang
dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar
dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Ciri-ciri Fi’il Amr dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah.
Contoh Fi'il Amar
tulislah ! = ا ُ ْك ُت ْب
bukalah ! = ِا ْف َت ِح
kirimlah ! = ْرسِ ِل
bantulah ! = ْساعِد
َ
Contoh penggunaan fi'il amar dalam kalimat
َ ا ْل َب ِا ْف َت ِح
Bukalah pintu itu ! = اب
َ
Kirimlah surat itu wahai Ahmad ! = أحم ُد َيا الرسالة أَ ْرسِ ِل
15
Dalam bahasa Indonesia fail bisa disebut juga dengan subjek. Sedangkan
dalam bahasa arab biasa disebut dengan fail.
Jadi pengertian dari fail ialah, fail yaitu pelaku atau subjek yang terletak
setelah adanya kata kerja. Fail nantinya terbagi menjadi fail dhohir dan fail dhomir.
Fail dhohir yaitu fail yang terletak setelah kalimat fiil, sedangkan fail dhomir
ialah fail atau pelaku yang terletak sebelum fiil atau bisa juga fail tersebut tersimpan,
tidak tertulis secara langsung.
فِي ْال َمسْ ِج ِد ُعِ ْم َران ( ِجا َءImron telah datang di masjid)
Fail dhomir ini adakalanya lafadz yang menjadi fail tertulis sebelum fiil,
adakalanya juga fail tersebut tertulis setelah fiil namun failnya berupa dhomir rofa’
ُ ، َّ ُتن، ُت َما،ِ ت، ُت ْم، ُت َما،ت
mutaharrik. Dhomir rofa mutaharrik yaitu: َنا،ت َ ،َن
( َق َر ْأ َنا القُرْ أَ َن لَ ْياًل اkami membaca al-Qur’an) = fail dhomir / dhomir rofa mutaharrik
ِ ( إِ ْل َياسُ َو اَحْ َم ُد َفرَّ ا فِي ْال َم ْل ِعIlyas dan Ahmad berlari di lapangan)
ب
ان
َ ضَ ( المُسْ لِم ُْو َن َز َّك ْوا فِي َشه ِْر َر َمkaum muslimin membayar zakat pada bulan Ramadhan)
Hukum Fail
Fail atau pelaku atau subjek pada suatu kalimat hukumnya ialah rofa. Tanda
rofa untuk fail bisa berupa dhomah untuk isim yang mufrod (bermakna satu), dengan
alif nun ( )انuntuk isim tatsniyah dan dengan menggunakan wawu nun ( )و َن ْ
untuk jamak mudzakkar salim.
Fail pasti berupa kalimat isim atau boleh selain kalimat isim yaitu kalimat fiil
yang di dahului huruf an ()ان. Contoh:
16
Dhoroh dan jer majrur tidak bisa menjadi fail tetapi bisa menjadi naibul fail.
Naibul fail yaitu pengganti fail, biasanya terletak setelah fiil majhul. Hukum dari
naibul fail sama dengan hukumnya fail yaitu dibaca rofa.
4. Kehadiran individu.
Dalam bahasa Arab tidak ada kata kerja yang terlepas dari individu. Individu
tersebut tampil pada kata ganti dan berbagai bentuk verba melalui berbagai struktur
kata dan kalimat. Kehadirannya tidak memerlukan sarana eksternal berupa kata
atau tanda baca. Individu itu melekat dengan verba dalam strukturnya yang asli.
5. Keutamaan makna.
Makna adalah aspek terdalam yang ada dalam bahasa. Makna inilah
sebetulnya yang menjadi acuan setiap pembicaraan. Apa pun kata atau kalimat
yang diungkapkan intinya adalah penutur atau penulis dapat memberikan makna
secara utuh, dan pendengar atau pembaca dapat menangkap makna ini secara utuh
pula.
Bahasa Arab sangat mementingkan unsur makna. Walaupun bahasa Arab itu
mementingkan tuturan, kepentingannya itu sebatas untuk mengungkapkan makna
agar dipahami oleh pendengar atau pembaca sehingga menimbulkan dampak
psikologis yang mendorongnya untuk bertindak jika orang Arab membaguskan
tuturan, memperindah ungkapan, dan menghiasinya dengan aneka sarana, hal ini
semata-mata untuk mementingkan makna. Karena itu dalam tradisi akademis
mereka dikenal ungkapan, tuturan merupakan pelayan makna, majikan lebih mulia
daripada pelayan. Artinya makna lebih penting daripada tuturan.
6. Keberadaan i’rab.
Di antara keistimewaan bahasa Arab lainnya ialah keberadaan i’rab. I’rab
secara lughowi berarti menerangkan dan menjelaskan. Sedangkan secara istilahi
berarti berubahnya harakat akhir kata karena perubahan kedudukannya dalam
kalimat. Keberadaan i’rab dalam bahasa Arab sangat urgen, karena perubahan
17
harakat akhir merupakan tanda adanya perubahan kedudukan, dan adanya
perubahan kedudukan berarti adanya perubahan makna. Tatkala bahasa Arab
merupakan bahasa yang jelas dan terang, kehadiran i’rab menunjang kejelasan
tersebut. I’rab inilah yang menjelaskan hubungan antar kata pada suatu kalimat dan
susunan kalimat dalam kondisi yang variatif. Bahasa yang tidak mengenal i’rab
hanya mengandalkan pada isyarat-isyarat linguistik dan gabungan kata atau
hubungan antara frase dan klausa.
I’rab adalah tanda baca yang diwujudkan dalam bentuk fathah (penanda
bunyi a), kasrah (penanda bunyi i), dhommah (penanda bunyi u), dan sukun
(penanda huruf mati). Dengan tanda inilah setiap fungsi sintaksis di dalam sebuah
kalimat menjadi jelas.
7. Kekayaan kosakata.
Untuk melihat kekayaan kosakata dalam bahasa Arab bisa dilihat pada kata
tentang konsep haus, misalnya, yang erat kaitannya dengan kondisi alam orang
Arab. Kata ini memiliki sejumlah kosakata yang menggambarkan derajat kehausan
seseorang. Penjelasannya sebagai berikut :
Kekayaan makna bahasa Arab tidak terbatas pada kata, tetapi termasuk
kekayaan makna huruf. Setidaknya ada empat media yang sangat berperan
memperkaya kosakata bahasa Arab. Adapun penjelasannya antara lain :
Taraduf (sinonim).
Taraduf atau sinonim ialah beragam kata dalam satu makna. Bahasa Arab
adalah bahasa yang sangat kaya akan kata sinonim. Sehingga Ibnu Faris
18
mengatakan bahwa salah satu kekuatan bahasa Arab terletak pada adanya sinonim.
Katanya selain bahasa Arab tak ada lagi bahasa yang sanggup mengungkapkan
satu makna dalam beragam kata. Selanjutnya Ya’qub mencatat di dalam bahasa
Arab bahwa kataالسيف (pedang) memiliki lebih dari 1000 nama, األسد (singa) memilik
500 nama, الثعبان (ular) memiliki 200 nama, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Isytirak (homonim)
Isytirak atau homonim adalah beragam makna yang mengacu pada satu
kata. Atau satu kata yang menunjukkan pada makna banyak. Ragam makna ini
tentu diungkapkan lewat kata-kata tertentu, sehingga melahirkan banyak kosakata.
Ya’qub menyebutkan bahwa kata الحوب saja, melahirkan lebih dari 30 makna, antara
lain : اإلثم (dosa), البنت (anak perempuan), الحاجة (kebutuhan) dan lain-lain.
Tadhadh (antitesis-polisemi)
Tadhadh dalam istilah linguistik disebut antithetical polisemy yaitu suatu kata
yang menunjukkan makna tertentu sekaligus kebalikannya. Jadi pada dasarnya
tadhadh adalah bagian dari isytirak, hanya saja makna dalam tadhadh adalah dua
berlawanan. Kata البسل misalnya, mengandung makna الحالل (halal)
atau الحرام (haram).
Isytiqaq
Isytiqaq dapat diartikan sebagai pengambilan suatu kata dari kata yang lain
dengan menjaga kesesuaian makna. Dalam definisi lain dapat dikatakan merubah
bentuk suatu kata ke dalam bentuk lain dengan menjaga keserasian makna antara
keduanya. Qaddur membagi isytiqaq ke dalam empat kategori, yakni isytiqaq
shaghir, isytiqaq kabir, isytiqaq akbar atau ibdal, dan naht.
Yang dimaksud integrasi dua kata di sini ialah dua kata yang memiliki makna
berbeda, lalu diungkapkan dalam bentuk kata yang menunjukkan dua (mutsanna)
secara morfologis dan sudah menjadi istilah baku dalam bahasa Arab. Dengan
demikian integrasi di sini tidak berarti menggabungkan dua kata menjadi satu
makna. Dalam praktiknya, ungkapan istilah yang mewadahi dua makna ini terbagi
dalam dua bagian.
Yang pertama ungkapan istilah diambil dari salah satu dari dua kata yang
berintegrasi, misalnya : األبوان (ayah dan ibu), رانtالقم (matahari dan bulan) dan lain.
Yang kedua ungkapan istilah diambil dari kata lain yang kelihatannya tidak identik
dengan dua kata yang berintegrasi, misalnya, الثقالن (jin dan manusia), الجديدان (siang
dan malam), dan lain sebagainya.
19
Secara umum qiyas atau analogi kata berarti membentuk kata tertentu
berdasarkan pola tertentu (wazan). Analogi kata biasanya memang ada pada setiap
bahasa. Namun bahasa Arab memiliki sistem analogi yang tidak dimiliki oleh bahasa
lain. Dalam sistem morfologi bahasa Arab dikenal istilah tashrif, yaitu bentukan kata
tertentu ke dalam bentukan-bentukan lain berdasarkan pola-pola yang sudah baku.
Proses analogi inilah yang dikenal dengan istilah tashrif. Pola-pola itu memiliki arti
dan memang diperuntukkan untuk tujuan-tujuan tertentu, keragaman pola analogi
dalam bahasa Arab menjadikan analogi ini sebagai ciri khas bahasa ini.
Bahasa Arab ialah bahasa yang memiliki kesatuan utuh dan kuat. Tanpa
bermaksud melebihkan orang Arab, bagi mereka tuturan, pikiran, dan perbuatan
adalah saling melengkapi dalam kehidupan. Tuturan orang Arab adalah pikirannya
dan pikirannya merupakan awal dari tindakannya. Tiga hal itu menjadi sebuah
kekuatan bahasa yang bisa jadi hanya dimiliki oleh bahasa ini.
Biasanya akar suatu kata akan melahirkan banyak kata yang lain. Ini
menunjukkan bahwa bahasa Arab dinamis, namun dibalik itu tersimpan kekuatan
yang menampakkan kekuatan bahwa bahasa Arab berdiri kokoh, tidak mudah
tergoyahkan. Dinamika dan kekuatan bahasa Arab ditopang oleh standar yang
keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan sampai saat ini. Standar itu tiada lain
Alqur’an. Sungguh sangat menakjubkan, bahasa Alqur’an tak pernah lapuk ditelan
waktu, tak lekang dimakan zaman, dan tak pernah sekarat walau berbeda tempat.
Sampai saat ini bahasa Alqur’an tetap menjadi sumber inspirasi yang tak pernah
habis didalami dari berbagai segi dan oleh berbagai kalangan.
Kosakata.
3
Ibid, hlm. 60-71
20
Sebagaimana bahasa pada umumnya, bahasa Indonesia juga memiliki
banyak kosakata. Dalam bahasa ini, bahasa asing dapat dijadikan sumber
peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan menerjemahkan,
menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing tersebut. 4
Aspek semantik.
Dalam aspek semantik, bahasa Indonesia mencakup hal-hal seperti sinonim,
homonim, hiponim, dan polisemi.
Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang
bentuk lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Contoh, cm yang
dilisankan sentimeter, l yang dilisankan liter, dan lain sebagainya.
Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim
dilisankan huruf demi huruf. Contoh, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang
dilisankan p-l-t-a.
Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlukan sebagai kata. Misalnya, radar (radio detecting and ranging), rudal (peluru
kendali), tilang (bukti pelanggaran) dan lain-lain.
Adapun lambang terdiri dari dua macam, yaitu huruf lambang dan gambar
lambang. Huruf lambang ialah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep
dasar ilmiah seperti kuantitas, satuan, dan unsur. Huruf lambang tidak diberi titik di
belakangnya. Contoh, F (gaya), Hg (raksa dalam kimia), dan lainnya. Sedangkan
gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah
4
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,
(Bandung : Pustaka Setia,1996), Cet 5, hlm.55
21
menurut konvensi bidang ilmu yang bersangkutan. Contoh ∑ diartikan jumlah
beruntun dalam matematika, ~ diartikan setara, dan lain-lain. 5
a. Cendekia
22
c. Menghindari Kalimat Fragmentaris
e. Formal
Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan
kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada
umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses
pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya
mengikuti bahasa lain.
f. Objektif
Bahasa ilmiah bersifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah
menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan
menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan
secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan
gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam penggunaan
kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.
23
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur
bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang
hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan
unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai
dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah
terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai
dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
h. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara
konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah
digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara
konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan
dan kata tugas bagi mengantarkan objek. Selain itu, apabila pada bagian awal
uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian
selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.6
6
Himpunan Ilmu, 2014, Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dari link
http://berbagikeindahanilmu.blogspot.com/2014/12/bahasa-Indonesia-ragam-ilmiah.html?m=1 diakses
tanggal 13 Oktober 2021.
24
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Makalah yang penulis buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas ataupun kurang dimengerti. Penulis juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima dan saya ucapkan terima kasih.
25
DAFTAR PUSTAKA
26