Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

QIROATUL QUTUB
“Menentukan kata-kata yang berfungsi sebagai mubtada khobar,
mubtada- muakhkhar, Khabar muqqodam”

Disusun oleh:
Rika Rahmawati
Dandy Ardiansyah
Neng Muawalah

Dosen Pembimbing:
Drs. Abdul Hadi, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) FAKULTAS TARBIYAH


INSTITUT PEMBINA ROHANI ISLAM JAKARTA ( IPRIJA )
TAHUN AKADEMI 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,karunia,serta taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Menentukan kata-kata yang
berfungsi sebagai mubtada khobar, mubtada- muakhkhar, Khabar muqqodam”. Makalah ini diajukan
guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh untuk mata kuliah Qira’atul Kutub.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari dari katasempurna baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesaidengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul guna penyempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sabtu, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
A. Mubtada Khobar ...................................................................................................................... 2
B. Mubtada Muakhor.................................................................................................................... 3
C. Khabar Muqqodam .................................................................................................................. 4
BAB III................................................................................................................................................... 7
PENUTUP.............................................................................................................................................. 7
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tata bahasa Arab mempunyai peranan penting dalam kaidah berbahasa Arab. Adanya tata
bahasa arab diharapkan lebih membantu dalam memahami ayat-ayat alquran dan hadits-hadits
Nabi. Untuk mengetahui makna dari alquran tentu kitaharus bisa tahu tanda baca dan arti yang
benar. Hal ini disebabkan karena setiap tanda baca yang berbeda akan menimbulkan arti atau
makna yang berbeda pula. Tanda bacanyatersebut tentu harus dipelajari untuk dapat memahami
isi dari ayat-ayat alquran dan hadits-hadits Nabi
Bahasa Arab merupakan bahasa yang dipakai dalam Al Quran dan mayoritas kitab-kitab hukum
Islam. Dan bahasa yang bakal dipakai nantinya di akhirat. Oleh karenanya mempelajari Bahasa
Arab adalah poin penting agar bisa mengerti hukum Islam yang pada realitanya mayoritas
dicatat dengan Bahasa Arab.

Kosakata dalam Bahasa Arab sebenarnya tidak berbeda jauh dalam bahasa-bahasa yang
lain, tetapi kosakata dalam Bahasa Arab mempunyai wujud bentuk yang lebih kompleks dan
sedikit susah di pahami khususnya untuk pemula. Oleh karenanya penulis bermaksud untuk
mencoba menjelaskan mengenai salah satu wujud kalimat dalam Bahasa Arab, yakni Jumlah
Ismiyyah yang terbuat dari Mubtada dan Khobar.

Mubtada Khobar adalah kalimat yang sama-sama berhubungan keduanya, sehingga


tidaklah menjadi kalimat yang prima seandainya mubtada belum dilengkapi oleh khobar.
Mubtada dan Khobar mempunyai aturan-aturan yang telah baku, seperti harus sesuai antara
mubtada dan khobar dalam hal mufrod, tasniyah, jama’ serta muannats, dan mudzakkar-nya.
Pada makalah ini penulis akan memperdalam ulasan mengenai kecocokan di antara mubtada
dan khobar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Mubtada Khobar, Mubtada Muakhor dan Khabar muqqodam?
2. Apa saja jenis-jenis Mubtada Khobar dan Khabar muqqodam?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mubtada Khobar
Mubtada khobar memiliki pengertian yang berbeda. Mubtada adalah isim marfu’ atau isim
yang diterangkan, letaknya di awal kalimat. Sedangkan, khobar adalah isim yang menerangkan
mubtada tersebut sehingga maknanya menjadi sempurna.
juga terbagi menjadi dua macam. Khobar pertama terdiri dari satu kata isim. Isimnya bisa
berupa isim mufrod, isim mutsanna, ataupun isim jama’. Khobar kedua terdiri dari kalimat
(jumlah mufidah) dan semi kalimat (shibhul jumlah).
buku Bahasa Arab Sistematis 2 Kaidah Nahwu oleh Riga, S.Si., M.Si, mubtada memiliki
kaidah sebagai berikut:

• Setiap mubtada harus marfu’.


• Umumnya mubtada terletak di awal kalimat, tetapi pada kasus-kasus tertentu bisa tidak
demikian.
• Secara umum, mubtada itu ma’rifah, bukan nakirah.
• Mubtada bisa juga berupa isim dhomir.
Sedangkan, kaidah khobar adalah:

• Khobar harus sesuai dengan mubtada dalam hal bilangannya (mufrod, mutsanna, atau
jama’nya).
• Khobar harus sesuai dengan mubtada dalam hal jenis (mudzakkar atau muannatsnya).

a. Jenis-jenis Mubtada
a. Mubtada
Mubtada ada dua macam, yaitu mubtada isim dhohir dan mubtada isim dhomir.

• Mubtada Isim Dhohir


isim dhohir adalah mubtada yang lafadznya menunjukkan pada
musammanya (sesuatu yang mempunyai nama) tanpa di qoyyidi.
Contoh:
‫ُم َح َّمدٌ قَا ِئ ٌم‬
(Muhammad berdiri)

ِ ‫ان قَائِ َم‬


‫ان‬ ِ َ‫ُم َح َّمد‬
(Dua Muhammad berdiri)
َ‫ُم َح َّمد ُْونَ قَائِ ُم ْون‬
(Banyak Muhammad berdiri)

• Mubtada Isim Dhomir

2
Mubtada isim dhomir adalah mubtada yang terdiri dari dhomir munfashil
(kata ganti yang terpisah). Mubtada isim dhomir ada 12, yaitu ‫( أَنَا‬Saya),
ُ‫( نَحْ ن‬Kami/kita), َ‫ أ َ ْنت‬Kamu (laki-laki), ‫ت‬ ِ ‫ا َ ْن‬Kamu (perempuan), ‫( أ َ ْنت ُ َما‬Kalian
berdua), ‫ أ َ ْنت ُ ْم‬Kalian (laki-laki), ‫ أ َ ْنت ُ َّن‬Kalian (perempuan), ‫ ه َُو‬Dia (laki-
laki), ‫ِي‬ َ ‫ ه‬Dia (perempuan), ‫( ُه َما‬Mereka berdua) ‫ ُه ْم‬Mereka (laki-laki), dan
‫ ه َُّن‬Mereka (perempuan).
Contoh:
َ ‫اَنَا‬Saya pelajar)
( ٌ‫طالِب‬
( ‫ان‬ َ ‫ ُه َما‬Mereka berdua laki-laki adalah pelajar)
ِ ‫طا ِل َب‬
( ٌ‫طا ِلبَة‬
َ ‫ِي‬
َ ‫ه‬Dia adalah pelajar wanita)
b. Khobar
itu, khobar juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu khobar mufrod dan khobar
ghoiru mufrod.

• Khobar Mufrod
Khobar yang tidak berupa jumlah (kalimat) atau shibh jumlah.
Contoh:
‫س ٌن‬
َ ‫( م َح َّمدٌ َح‬Muhammad itu baik)
ْ َ‫( ُم َح َّمدٌ قَائِ ٌم فِى ْالف‬Muhammad telah berdiri di depan kelas)
‫ص ِل‬

• Khobar Ghoiru Mufrod


Khobar yang bukan dari mufrod. Ada 4 macam khobar ghoiru mufrod, yaitu
dhorof, jar, majrur, jumlah fi’liyah, dan jumlah ismiyah.
Contoh:
َ‫( ُم َح َّمدٌ ِع ْندِك‬Muhammad di sisiku)
ْ َ‫( ا ُ ْست َاذٌ فى ْالف‬Ustadz di kelas)
‫ص ِل‬
ِ ‫( فَاطِ َمةُ فِي ْال َب ْي‬Fatimah di rumah)
‫ت‬

B. Mubtada Muakhor
Secara bahasa, muakhor memiliki arti ‘yang diakhirkan’. Maka jika digandengkan dengan
kata ‘mubtada’ maka akan memiliki ‘isim di awal yang diakhirkan’. Jika hanya dilihat dari segi
bahasa saja mungkin sahabat muslim banyak yang bingung apa maksud dari mubtada tersebut.
dari pengertian sebelumnya dipahami bahwa mubtada merupakan isim yang ada di awal
kalimat, lalu mengapa ada kata ‘muakhor’ yang berarti diakhirkan. Tidak susah untuk
memahami istilah tersebut karena kita bisa mengambil pengertian bahwa mubtada muakhor
merupakan mubtada yang diletakkan di akhir kalimat.
Peletakan tersebut memang tidak biasa dari posisi asli mubtada tersebut, karena umumnya
mubtada diletakkan di awal kalimat seperti namanya. Namun, tidak perlu heran karena memang
ilmu nahwu mengatur kaidah peletakan posisi ini, jadi tidak disebut sebagai pelanggaran
kaidah.

3
khobar merupakan penyempurna mubtada, maka penyempurna dari mubtada yang
diakhirkan adalah khobar yang didahulukan (khobar muqoddam).
Dalam ilmu nahwu, ada yang disebut dengan istilah mubtada muakhor. Ini hanya sebutan
saja karena pada dasarnya sama seperti mubtada pada umumnya hanya saja posisinya berada
di akhir dimana yanag namanya mubtada biasanya ditempatkan di awal, jadi hanya posisinya
saja yang berbeda. Ini sama halnya dengan maf’ul muqaddam yang ditempatkan di awal
(sebelum fiil dan fa’il) dimana biasanya yang namanya maf’ul terletak setelah fi’il dan fa’ilnya.
segi bahasa, arti kata “muakhor” adalah yang diakhirkan atau yang terakhir, maka yang
dimaksud dengan mubtada muakhor adalah mubtada yang letaknya diakhir, ini diluar
kebiasaannya dimana posisi asli dari mubtada sebenarnya adalah di awal. Hal ini tidak
bertentangan dengan kaidah ilmu nahwu karena memang ada aturan atau kaidah yang
mengaturnya seperti itu.
, Jika kita ingin membuat susunan khabar muqaddam dan mubtada muakhor maka ada
syaratnya yang harus terpenuhi, yaitu Khobar berupa syibhul jumlah (jar majrur + dzaraf) dan
mubtada berbentuk ma’rifat.
Contoh :

ٌ‫ فِى ال َمس ِْج ِد ُم َح َّمد‬/ ‫ُم َح َّمدٌ فِى ال َم ْس ِج ِد‬

Muhammad di dalam mesjid / Di dalam mesjid ada muhammad

= ٌ‫ ُم َح َّمد‬Isim ma’rifat (Mubtada). Lihat : Pengertian Isim Ma’rifat


= ‫ فِى ال َمس ِْج ِد‬Syibhul jumlah jar + majrur (Khobar).

C. Khabar Muqqodam
Muqaddam terdiri atas Khabar dan Muqaddam yang dua-duanya sulit terpisahkan. Sebab
keduanya saling melengkapi di dalam suatu jumlah atau kalimat. Jumlah tidak akan menjadi
sempurna apabila terdapat jenis Khabar atau Mubtada saja.
Khabar, Muqaddam dan Mubtada pada dasarnya memiliki pengertiannya masing-masing
meskipun saling berkaitan di antara keduanya. Berikut masing-masing pengertiannya.

• Mubtada
Mubtada jika dilihat dari segi bahasa adalah bentuk dari isim maf’ul,
dengan kata lain adalah sebuah permulaan. Hal ini menempatkan Mubtada
yang letaknya selalu berada di awal dari jumlah ismiyah.
dilihat dari segi istilahnya maka Mubtada adalah isim yang irab marfu atau
bebas dari amil lafdhiyah.
Yang dimaksud amil di sini adalah faktor yang bisa berpengaruh pada kata.
Sehingga ia nashab, irab rafa, jazm dan jar. Amil memiliki dua jenis yaitu
lafdziyah dan maknawiyah.

4
• Khabar
Pada dasarnya Khabar dan Mubtada hanya bisa ditemukan pada jumlah
ismitah. Mubtada merupakan isim yang ada di awal jumlah. Sementara Khabar
merupakan pelengkap dari arti Mubtada atau dengan kata lain jumlah ismiyah
sederhana.
Khabar merupakan isim yang letaknya berada di belakang dari Mubtada.
Sehingga Khabar Mubtada bisa disebut sebagai isim yang I’rab marfu’ yang
disandarkan pada Mubtada’ dimana Khabar ini sifatnya sebagai penyempurna
dari makna Mubtada.
Sehingga bisa dikatakan, definisi Khabar Muqaddam merupakan sesuatu
yang harus didahulukan serta fungsinya untuk penyempurna isim yang akan
menjadi Mubtada. Jika dalam bahasa Indonesia kita mengenali istilah predikat.
Mubtada merupakan kalimat isim, jika dalam bahasa Indonesia kita
mengenal kata benda. Yang statusnya marfu atau berkedudukan sebagai
subjek.
Hukum asal dari susunan tersebut adalah Mubtada yang letaknya pada awal
pembicaraan kemudian Khabar setelahnya. Tapi dalam kondisi tertentu,
biasanya Mubtada boleh diakhirkan atau mendahulukan Khabar Muqaddam.
Secara umum mubtada letaknya ada pada awal kalimat sementara khabar
setelahnya. Tapi khabar masih boleh mendahului mubtada atau dalam kondisi
tertentu justru sifatnya wajib. Berikut ini kondisi yang dimaksud.
Khabar boleh didahulukan dari mubtada jika digunakan untuk
memberikan prioritas atau penekanan pada makna dari khabar.
Khabar boleh didahulukan jika bentuknya adalah syibhul jumlah atau
menyerupai jumlah, sementara mustada bentuknya adalah isim makrifat.
Khabar menjadi wajib didahulukan jika bentuk khabar adalah syibhul jumlah
atau serupa dengan jumlah sementara mubtada bentuknya adalah isim nakhira.
Khabar wajib didahulukan jika bentuknya adalah isim istifham atau dalam
bahasa indonesia adalah kata tanya.
Mubtada bersambung pada dhamir kemudian kembali pada khabar.
Mubtada yang letaknya di belakang dari khabar atau sesudah khabar maka
disebut sebagai mubtada muakhor. Sementara khabar yang letaknya di awal
kalimat atau mendahului mubtada maka disebut sebagai khabar muqaddam.

a. Jenis – jenis Mubtada Khobar


1) Mubtada dan Khabar Dua Bagian Sama
Mubtada dan kabar haruslah ditempatkan pada hukum asal jika keduanya adalah
bagian yang sama. Maksudnya di sini adalah dua-duanya sama-sama bentuknya
adalah isim nakirah ataupun ma’rifat. Selain itu, tidak ditemukan adanya dalil yang
menunjukkan mana bentuk Khabar mana Mubtada.

2) Punya Khabar Dari Jumlah Fi’liyah


Syarat dari Mubtada dan Khabar yang harus menempati hukum asalnya yaitu
ketika Mubtada tersebut mempunyai Khabar yang berbentuk kalimat fi’il. Serta
me-rofa’kan dhamir mustatir jika kembali pada Mubtada itu sendiri.

3) Lafadz Illa atau Innama


Apabila Mubtada terdapat Khabar yang diringkas dengan lafadz illa atau inama
maka wajib ditempatkan pada hukum asal. Maksudnya diringkas yaitu maknanya
dipersempit atau dibatasi. Sehingga tidak boleh disusun menggunakan Khabar
Muqaddam dan Mubtada Muakhor karena bisa menimbulkan makna berbeda.

5
4) Diawali Lam Ibtida
Apabila Mubtada diawali lam ibtida maka tidak boleh untuk mengakhirinya.
Sebab lam ibtida merupakan huruf wajib yang harus ada pada awal kalimat,
fungsinya untuk penegasan atau taukid.

5) Mubtada Bentuknya Lafadz yang Wajib Ada Di Awal


Mubtada yang wajib untuk menempati hukum asal yaitu jika Mubtada adalah
lafadz wajib yang ada di awal kalimat, seperti sim syarat, isim istifham, ma ta’ajjub
dan lafadz muadhaf pada lafadz wajib yang ada di awal kalimat.

Contoh khabar muqaddam dalam Al Quran:

ٓ‫( اَفَسِحْ ٌر ٰهذَا‬Surat At Tur ayat 15), ‫ سِحْ ٌر‬adalah khobar muqoddam, dan ٓ‫ ٰهذَا‬adalah mubtada
muakhar.

َ ‫ي ع ِْل ٍم‬
‫ع ِل ْي ٌم‬ ْ ‫( َو َف ْوقَ ُك ِل ِذ‬Surat Yusuf ayat 76), ‫ي ع ِْل ٍم‬
ْ ‫ فَ ْوقَ ُك ِل ِذ‬adalah khobar muqoddam dan ‫ع ِل ْي ٌم‬
َ
adalah mubtada muakhor.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Mubtada’ adalah isim marfu’ (kata kerja yg dibaca rofa’) yang terletak di awal kalimat.

)‫ (الرجل مسلم‬Ar-rojulu muslimun) = Orang itu muslim


Ar-rojulu adalah mubtada’. Setiap mubtada’ harus marfu’. Umumnya mubtada’ terletak diawal
kalimat, namun terkadang tidak (pada kasus-kasus tertentu). Secara umum juga, mubtada’ itu
ma’rifah (bukan Nakirah), seperti pada contoh di atas, mubtada’-mubtada’nya ma’rifah dengan
tanda adanya alif laam. Kecuali pada kasus-kasus tertentu mubtada’ bisa nakirah.
Mubtada terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Mubtada isim dzahir dan mubtada isim dhamir.

Khabar adalah setiap kata atau kalimat yang menyempurnakan makna mubtada. Misalnya
seperti pada kalimat di atas, (yaitu muslimun, kata tersebut adalah khobar, yang
menyempurnakan makna mubtada’. Seandainya tidak ada khobar tersebut, maka kalimat diatas
tidak akan dipahami maksudnya.

Khabar terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Khabar mufrad dan khabar ghair mufrad .

7
DAFTAR PUSTAKA

Ajurrum, Ibnu, Matan al Ᾱjurumiyyah, Semarang, al ‘Alawiyyah


Muhyidin ‘Abdul Hamid, al Hulal al Dzahabiyyah, Son’a, Maktabah Imām al Albani, 2007
http: //pustaka. Abatasa. Co. Id / pustaka / detail / bahasa – arab / allsub / 7 / mubtada – dan –
khabar. Htmlhttp://totoharyanto.staff.ipb.ac.id/ad-dien/bahasa-arab/mubtada-dan-khobar/.

Anda mungkin juga menyukai