Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAHASA ARAB

“ Dhamir Dalam Bahasa ”

Dosen Pengampu: Robyy Jundi Lestari, S.Pd.,M.Pd

Oleh kelompok :
Muhammad rizzik
Murniati
Turry Abelia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF
SAROLANGUN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
‫يم‬ ّ ‫ن‬
ِِ ‫الر ِح‬ ِِ ‫الرحْ َم‬
ّ ‫َللا‬
ِِّ ‫س ِِم‬
ْ ‫ِب‬

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas limpahan Hidayah dan
Taufik-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Dhamir Dalam Bahasa” pada Mata Kuliah Bahasa Arab. Makalah ini disusun
untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan para pembaca. Makalah ini
memberi perhatian yang besar terhadap ilmu pendidikan.

Dengan selesainya makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan karena sebagai manusia biasa pasti memiliki keterbatasan, baik
pengetahuan, kemampuan maupun pengalaman. Karena itu, penulis mengharap
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga dengan pembinaan dan berkah doa
tulusnya, penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya.
2. Bapak Robyy Jundi Lestari, S.Pd.,M.Pd ,Selaku dosen pengampu mata kuliah,
yang dengan ikhlas membagi pengetahuan dan bimbingannya kepada kami.
3. Para teman yang menyempatkan diri untuk saling bertukar pikiran, dan
membantu dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan yang luas kepada


pembaca, walaupun makalah ini mempunyai kekurangan, penulis mohon agar
pembaca memberikan kritik dan sarannya yang sifatnya membangun, karena
makalah ini menurut penulis masih jauh dari sempurna.

Sarolangun, Oktober 2022


Penulis

Muhammad Rizzik

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan bahasa yang dinamik, bahasa yang kaya akan
kaidah, struktur, dan kosakata. Selain itu bahasa Arab merupakan salah satu bahasa
tertua di dunia dan memiliki beberapa keutamaan yakni bahasa al-Qur’an, bahasa
Arab memerlukan penguasaan secara komprehensif sehingga pemahaman terhadap
al-Qur’an dan Hadits dapat dipahami dengan baik. Adapun diantara ilmu tentang
bahasa Arab yang harus kita pelajari adalah nahwu dan sharaf.
Kedua ilmu tersebut mempunyai nilai strategis dalam mengkaji ajaran
agama Islam. Seseorang jika ingin menerjemahkan buku-buku yang berbahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia maka harus mempelajari dan memahami ilmu
nahwu dan sharaf secara baik. Jika seseorang tidak memahami ilmu nahwu dan
sharaf maka ketika menterjemahkan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia terjadi banyak kesalahan, tentunya ketika banyak kesalahan dalam
menterjemahkan maka akan keliru dalam memahami persoalan agama. Oleh karena
itu mempelajari keduanya adalah sangat penting.
Atas dasar itulah kemduain karena untuk membaut bahasa arab tidak
menjadi seperti bahasa lain ayng monoton maka salah satu sisi yang akan dibahas
dalam makalah ini bagaimana kemudian bahasa arab memiliki peruabhan kata ganti
(Dhomir) sehingga membuat pembaca tidak menjadi bosan karena menyajikan
bacaan yang variatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang diatas maka pemakalah menarik beberapa
rumusan masalah antara lain:
1. Apa pengertian dari Dhamir?
2. Bagaimana jenis-jenis dhamir dan bagaimana kedudukannya didalam kalimat?

3
BAB II
PEMBAHASAN
DHAMIR (Kata Ganti)

Isim dhamir dalam bahasa Indonesia adalah kata ganti. Kata ganti,
sebagaimana kita ketahui ada 3 yaitu kata ganti orang pertama, kata ganti orang
kedua dan kata ganti orang ketiga. Hal itu juga ada dalam tata bahasa Arab bahkan
lebih rinci. Dhamir adalah bentuk kata ganti orang. Kata ganti
atau dhamir memiliki kelompok kata tersendiri yang dalam ilmu nahwu
disebut isim mabni yaitu isim yang tidak dapat berubah baris akhirnya walaupun
bermacam-macam amil atau kata yang mempengaruhinya. Namun demikian kata-
kata dhamir ini memiliki keunikan tersendiri karena dalam penggunaannya
memiliki bentuk yang berbeda tapi maknanya sama.[1]
Sedangkan Muhammad ‘Abdurrahim ‘Adas memberi defenisi ism
damir sebagai berikut:
،‫ هي‬،‫ هم‬،‫ هما‬،‫ هو‬:‫ والضمائر هي‬،‫الضمير اسم معرفة مبني يدل على المتكلم أو المخاطب أو الغائب‬
[2].‫ نحن‬،‫ أنا‬،‫ أنتن‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ أنتم‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ هن‬،‫هما‬
Damir adalah ism ma’rifah (hukumnya) mabni yang menunjukkan sipembicara,
lawan bicara, dan siobjek bicara. Damir itu ada 14: Dia (1 lk), dia (2 lk), mereka
(lk), dia (1 pr), dia (2 pr), mereka (pr), kamu (1 lk), kamu (2 lk), kalian (lk), kamu
(1 pr), kamu (2 pr), kalian (pr), saya (lk/pr), kami/kita (lk/pr).
Dhamir merupakan isim (kata benda) yang berfungsi untuk menggantikan
penyebutan kata-kata yang banyak dan menempati kata-kata itu dengan sempurna

4
tanpa merubah makna yang dimaksud.Dhamir (kata ganti orang) dalam bahasa arab
memiliki 14 bentuk. Adapun klasifikasinya sebagai berikut:
1. Kata Ganti orang ketiga (‫)ضمير الغائب‬،‫ هن‬،‫ هما‬،‫ هي‬،‫ هم‬،‫ هما‬،‫هو‬
2. Kata Ganti orang Kedua ( ‫)ضمير المخاطب‬،‫ أنتن‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ أنتم‬،‫ أنتما‬،‫أنت‬
3. Kata ganti Orang Pertama ( ‫ نحن )ضمير المتكلم‬،‫[ انا‬3]
Jadi kata
ganti ‫( ضمير‬dhamir) itu terdiri dari tiga criteria yaitu: ‫ الغائب‬ghaib (orang
ketiga), ‫ المخاطب‬mukhatab (orang kedua) dan ‫ المتكلم‬mutakallim (pembicara). Selain
itu ada juga perbedaan gendernya yaitu laki-laki dan perempuan serta jumlah
yaitu mufrod (tunggal) dan, mutsanna (ganda) dan jamak (plural).
Dhamir terbagi 2, dhamir bariz (‫ )بارز‬dan dhamir mustatir (‫)مستتر‬. Dhamir
bariz adalah dhamir yang Nampak atau punya bentuk (wujud) dalam lafaz,
sedangkan mustatir adalah yang tersembunyi atau tidak punya
bentuk (wujud) dalam lafaz.[4] Kedua bagian dhamir ini masing-masing terbagi
lagi dalam beberapa bagian.

A. Dhamir Bariz
Dhamir Bariz ada 2 macam, bariz munfasil dan bariz muttasil. Al-
Gulayaini dalam Jami’ al-Durus memberi defenisi dan contoh masing-masing
sebagai berikut:
‫ (أنا‬:‫ كما يصح وقوعه بعد (إال) على كل حالكأنا من قولك‬،‫ ما يصح االبتداء به‬:‫الضمير المنفصل‬
‫ ما ال يبتدأ به وال يقع بعد (إال) إال في ضرورة الشعر‬:‫[ الضمير المتصل‬5].)‫ وما اجتهد إال أنا‬،‫مجتهد‬
‫ كما قال‬،‫ (ما أكرمتُ إالّكَ ) وقد ورد في الشعر ضرورة‬:‫ فال يقال‬،) َ‫كالتاء والكاف من (أكرمتُك‬
[6].‫َّار‬
ٌ ‫ت جارتنا أال يجاورنا إالكِ دَي‬
ِ ‫ وما علينا إذا ما كن‬:‫الشاعر‬
Dhamir bariz munfasil adalah dhamir yang bisa terletak di awal kalimat dan bisa
diletakkan setelah kata ‫إال‬. dalam setiap keadaan, seperti kata ‫ أنا‬dalam contoh
kalimat: )‫ِوماِاجتهدِإالِأنا‬،‫(أناِمجتهد‬. Adapun damir bariz muttasil adalah damir yang
tidak bisa diletakkan di awal kalimat atau setelah ‫ إال‬kecuali untuk kepentingan
syair.

5
Para ulama nahwu kembali membagi keduanya ini dalam beberapa bagian.
‘Abduh al-Rajihi dalam bukunya Al-Tatbiq Al-Nahwi membagi sebagai berikut:
1. Dhamir Munfasil
Dhamir Munfasil bisa berada pada posisi rafa’ atau nasb dan tidak pada
posisi jarr.[7] Posisi rafa’ dimaksud bisa sebagai mubtada’, khabar, fa’il, naib al-
fa’il (kedua terakhir setelah ‫إال‬atau ‫)إنما‬ sedangkan nasb sebagai maf’ul bih
muqaddam.
a. Rafa’ dimana dhamir berfungsi sebgai subjek yaitu diantaranya
ِ)‫ِهنِ(للغائب‬،‫ِهما‬،‫ِهي‬،‫ِهم‬،‫ِهما‬،‫هو‬
ِ)‫ِأنتنِ(للمخاطب‬،‫ِأنتما‬،‫ِأنت‬،‫ِأنتم‬،‫ِأنتما‬،‫أنت‬
)‫ِنحنِ(للمتكلم‬،‫[أنا‬8]
Contoh dalam kalimat : ‫( هو أستاذ في المدرسة‬huwa ustadzun fii al madrosati) “artinya
dia adalah seorang guru disekolah”. Jadi kata gantinya
berupa ‫( هو‬huwa) meruapakan kata ganti orang ketiga tunggal ‫( ضمير الغائب‬dhamir
ghaib) maskulin (laki-laki) yang mana kedudukannya sebagi subjek.
b. Nashob dimana dhamir berfungsi sebagai objek yaitu kata (‫ )إيا‬yang harus diikuti
tanda (dhamir) yang menunjukkan siapa yang dimaksud.
‫ِإياهن‬-‫ِإياهما‬-‫ِإياها‬-‫ِإياهم‬-‫ِإياهما‬-‫ِإياه‬-‫ن‬
ِ ‫ِإياك‬-‫ِإياكما‬-‫ك‬
ِ ‫ِإيا‬-‫ِإياكم‬-‫ِإياكما‬-‫ك‬
ِ ‫إيا‬-‫إيانا‬-‫إياي‬
Contoh dalam kalimat ‫( اياك نعبد و اياك نستعين‬iyyaka na’budu wa iyyaka nasthoin)
artinya “hanya kepadaMulah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami
memohon pertolongan” . Jadi kata gantinya berupa ‫ ك‬ka yaitu yang menunjukkan
kata ganti orang kedua tunggal maskulin yang mana kedudukannya sebagai objek.
2. Dhamir Muttasil
Dhamir muttasil adalah dhamir yang bersambung dengan akhir kata baik
itu ism, fi’il atau harf dan bisa berada pada posisi rafa’, nasb atau jarr.[9] Dhamir
muttasil merupakan kata ganti yang penulisannya bersambung dengan kata lain
atau tidak bisa berdiri sendiri . damir muttasil ada 9 jenis ta ‫ – ” تاء‬naa ‫– نا‬
wawu ‫ واو‬- alif ‫ الف‬-nun ‫ – نون‬kafya ‫ – كاف‬ha ‫– هاء‬ya ‫ ي‬dan haa ‫ ها‬.
Dhamir muttasil terdapat pada fi’il madhi (kata kerja lampau) fi’il mudhari’
(kata kerja sekarang) dan fi’il amar (kata perintah) dan kalimat kepemilikan
(Possesive pronoun)
Dilihat dari segi fungsinya dhamir muttasil dibagi menjadi 3 yaitu:

6
1) Rafa’ dimana kata ganti orang berfungsi sebagai subjek in terjadi pada kata kerja
yang sedang dikerjakan (fi’il mudhari) dan kata perintah (fi’il amar).
Contohnya ‫( يكتبان الطالبان بالقلم‬Yaktubaani at thoolibaani bi al-qolami) dua siswa
laki laki sedang menulis dengan pena, pada kalimat tersebut kata ganti yang
menunjukkan orang kedua jumlahnya dua dan berjenis laki-laki serta berfungsi
sebagai subjek.
2) Nashob dimana dhamir berfungsi sebagai objek. Contohnya ketika kata ganti
digabungkan dengan kata kerja lampau (fi’il maadhi) dan kata ganti digabung
dengan preposisi atau katadepan (kharful jar) seperti ‫( نصره‬Noshorohu) artinya laki
laki telah menolongnya. Kata gantinya yaitu berupa ‫(ه‬Hu) yang mana menunjukkan
orang ketiga tunggal laki laki dan kedudukannya sebagai objek.
3) Jar dimana dhamir berfungsi sebagai sifat (adjective). Contohnya : ketika kata
ganti digabungkan kata benda sehingga menunjukkan kepemilikan
seperti ‫( كتابها‬kitabuhaa) artinya bukunya (dia perempuan satu) jadi kata gantinya
berupa ‫( ها‬haa) yang mana menunjukkan kata ganti orang ke III tunggal dan
berjenis kelamin perempuan.
a). Kata ganti berfungsi sebagai objek ketika digabungkan dengan kharfu jar
(preposisi), contohnya ‫( آليك‬ilaika) artinya kepadamu, kata gantinya
berupa ‫(ك‬Ka) yang menunjukkan arti orang keII tunggal laki-laki.
b). kataganti yang menunjukkan arti kepemilikan (possessive pronoun) yaitu ketika
kata ganti orang digabungkan dengan kata benda(isim)dan disebut dengan
susunan Idhofa (frase) sehingga menunjukkan arti kepemilikan,
contohnya:‫ قلمها‬qolamuhaa artinya penanya. Kata gantinya
berupa dhomir ‫( ها‬haa) yang menunjukkan arti orang
ketiga tunggal perempuan. Alilmulahufawaaiduhu[10] “artinya ilmu itu memiliki
manfaat“
B. Dhamir Mustatir
Dhamir mustatir yaitu kata ganti yang tidak terlihat atau tidak tampak
tetapi bermakna Dhamir mustatir terbagi 2, mustatir jawazan[11] dan mustatir
wujuban[12]. Apabila menunjukkan dhamir gaib maka dinamakan mustatir
jawazan dan apabila menunjukkan dhamir hadir (mutakallim/mukhatab)
dinamakan mustatir wujuban.[13]

7
1. Wujuban (Nampak), yaitu kata ganti yang ada pada beberapa keadaan sebagai
beirkut:
a. Ketika kata ganti orang berada pada kata kerja yang sedang dilakukan (fi’il
mudhori) yang berupa kata ganti orang pertama mutakallim (orang yang berbicara)
Contohnya ‫ أقرأ‬aqrou artinya saya sedang membaca, jadi kata gantinya berupa saya
dengan wujud hamzah (‫)أ‬
b. Ketika kata ganti orang berada pada kata kerja perintah (fi’il amar) yang berupa
kata ganti orangke II mukhatab contohnya : ‫ أكتب‬uktub artinya tulislah, jadi kata
gantinya berupa ‫ أنت‬anta artinya kamu tunggal laki-laki
Ada pengecualian yakni dhamir ‫( هو‬huwa) ketika kata ganti orang berada
pada kata yang menunjukkan ta’jub (kata interjektif) contohnya‫( ماأجمل البدر‬maa
ajmala al badru) artinya alangkah indahnya bulan itu, jadi kata gantinya
berupa ‫( هو‬huwa) artinya dia berjenis kata benda laki-laki dan tunggal yang berada
dalam kata yang menunjukkan takjub. Ada beberapa pendapat dari ulama Nahwu
bahwa damir gaib bisa menjadi damir mustatir wujuban, diantaranya yang populer
adalah damir ‫ هو‬sebagai fail pada bab al-ta’ajjub dengan bentuk (‫أفعل‬ ِ‫)ما‬
contohnya: ‫ماِأكرمِالعربي‬, sebagai fail dari fi’il‫ نعم‬dengan syarat ism yang dijelaskan
adalah ism nakirah contohnya: ‫خالد‬ ِ‫قائدا‬ ِ‫نعم‬, dan sebagai fa’il dari fi’il-
fi’ilistisna (‫ )خالِوعداِوحاش‬contohnya: (‫)جاءِالناسِخالِزيدا‬.
Hal ini sebagaimana kita ketahui bahwa ada kaidah yang mengatakan: ِ‫لكل‬
‫ قاعدةِاستثناء‬artinya pada setiap kaidah ada (saja) pengecualian.

2. Jawaz (tidak Nampak atau tersembunyi). Kata ganti orang terdapat pada kata
kerja yang sedang dilakukan yaitu pada kata ganti orang ketiga tunggal baik laki-
laki (ghaaib) maupun perempuan (ghaaibah) contohnya: ‫( كتب‬kataba) artinya dia
laki-laki sedang meulis ‫( كتبت‬katabat) artinya dia perempuan sedang menulis, jadi
kata gantinya tersembunyi tetapi memilki arti didalam bahasa arab
disebut muqoddar.

8
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas berikut pemakalah dapat menarik beberapa
kesimpulan diantaranya:
1. Dhamir itu terbagi menjadi 14 yaitu
‫هو و هما و هم و هي و هما و هن و أنت و أنتما و أنتم و أنت و أنتما و أنتن و أنا و نحن‬
2. Dhamir (Kata ganti ) ditunjukkan untuk kata ganti orang ketiga (ghaib atau
ghaibah), orang kedua (mukhatab atau mukhatabah) dan orang pertama mutakallim
3. Dhamir (Kata ganti) menunjukkan jenis laki-laki dan perempuan dan jumlah
(tunggal, double atau plural).
4. Dhamir munfashil adalah kata ganti yang tidak bersambung dengan kata yang
lainnya posisinya bisa berposisi sebagai rafa maupun nashob.
5. Dhamir muntassil adalah dhamir yang bersambung dengan kata yang lainnya
dapat berposisi sebagai rafa, nashob dan jar.
6. Dhamir mustatir adalah dhamir yang tersembuny i atau tidak disebut dalam
kalimat namun memiliki arti inni dibagimenjadi dua ada yang berbentuk dhamir
Jawazan dan ada yang dhamir Wujuban.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi Beirut: Dar al-Nahdah al-‘Arabiyyah, 1405 H

Adas, Muhammad ‘Abdurrahim ‘, Al-Wadih fi Qawaid al-Nahwi wa al-Sarfi, Cet. I;


Oman: Dar Majdalawi, 1990.

Ahmad Hasyim, ‘Ali Sultan, dan Hasan al-Sya‘ir, Muzakkarat al-Nahwi t.t: t.p, 1410H.

Al-Gulayaini, Mustafa, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, Juz I Cet. XXIX; Beirut: Al-
Maktabah al-‘Asriyyah, 1994 M/1415 H

Arra’ini , Syekh Syamsuddin Muhammad Ilmu Nahwu Terjemahan Mutammimah


Ajurumiyah terj. Moch Anwar & Anwar Abu Bakar, Bandung : Sinar baru
Algesindo. 2013

Baalbaki, Rohi. Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary. Cet. VII; Beirut-


Lebanon: Dar el-‘Ilm Lilmalayin, 1995.

Hamid , Muhammad Muhhyidin Abdul , At-Tuhfa As-Saniyah (syarah Ajjurumiyah).


Trjh. Abu Abdillah Salim bin Subaid.,Tegal :Ash-Shaf media, 2008.

Fuad Ni’mah, mulakhkhas Qawaid Al-lughah Al ‘arabiyah. Beirut: Daruh as-tsaqafah Al


Islamiyah, tth.

Rappe, Kaidah Perubahan Kata-Kata dalam Bahasa Arab Makassar : Alauddin


University Press, 2012.

Salsabilah, Abu Hilya. Empat Langkah Membaca dan Menerjemahkan KitabGundul:


Metode Assakiy., Bekasi: Penerbit Ukhuwatuna. 2012

10
[1] Rappe, Kaidah Perubahan Kata-Kata dalam bahasa Arab (Makassar :
Alauddin University Press, 2012) h. 77.

[2]Muhammad ‘Abdurrahim ‘Adas, Al-Wadih fi Qawaid al-Nahwi wa al-


Sarfi (Cet. I; Oman: Dar Majdalawi, 1990), h. 65.
[3] Muhammad Muhhyidin Abdul Hamid, At-Tuhfa As-Saniyah (syarah
Ajjurumiyah). Trjh. Abu AbdillahSalim bin Subaid (Tegal : Ash-Shafmedia,
2008), h. 177-179

[4] Ahmad Hasyim, ‘Ali Sultan, dan Hasan al-Sya‘ir, Muzakkarat al-
Nahwi (t.t: t.p, 1410 H), h. 25.

[5] Mustafa al-Gulayaini, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, Juz I (Cet. XXIX;


Beirut: Al-Maktabah al-‘Asriyyah, 1994 M/1415 H), h. 119.

[6] Mustafa al-Gulayaini, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah,, h. 116.


[7]‘Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi (Beirut: Dar al-Nahdah al-
‘Arabiyyah, 1405 H), h. 35.
[8]Abu Hilya Salsabilah., Empat Langkah Membaca dan Menerjemahkan
Kitab Gundul: Metode Assakiy.,(Bekasi : Penerbit Ukhuwatuna. 2012) h.234

[9]Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi., h. 37.


[10]Fuad Ni’mah, mulakhkhas Qawaid Al- lughah Al ‘arabiyah. Beirut:
Daruh as-tsaqafah Al Islamiyah, tth. h.116

[11]Rohi Baalbaki,Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary.( Cet.


VII; Beirut-Lebanon: Dar el-‘Ilm Lilmalayin. 1995).,h. 438.

11
[12]SyekhSyamsuddin Muhammad Arra’ini Ilmu Nahwu Terjemahan
Mutammimah Ajurumiyah terj.Moch Anwar & Anwar Abu Bakar, (Bandung :Sinar
baru Algesindo. 2013)., h.80.

[13]‘Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi h. 43.

12

Anda mungkin juga menyukai