Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ISIM DHOMIR

DISUSUN OLEH :
LENNIATI MAHMUD
NUR ILLAH ILAHI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang
telah menganugerahkan keimanan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan sehingga
penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik. Penyusunan makalah ini tak
lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah berkontribusi secara maksimal.
Meski demikian, penulis meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi dalil, sumber hukum, tata bahasa, dan
bahkan tanda baca sehingga sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca
sekalian sebagai bahan evaluasi penulis.
Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan menarik
bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-Qur’an
dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran agama Islam yang harus kita pegang
teguh. Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah
kita mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu
sharaf. Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari Al-Qur’an dan
Sunnah. Dan pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang beberapa kaidah
yang ada di dalam kaidah bahasa Arab yaitu Isim Dhamir (Kata Ganti).

B.    Rumusan Masalah

1.    Apa Pengertian Isim Dhomir (Kata Ganti)? 

2.    Bagaimana Pembagian Isim Dhomir  (Kata Ganti)?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Isim Dhomir    

Definisi Dhomir adalah tiap Isim yang dibuat untuk mewakili Mutakallim
(pembicara/orang pertama), Mukhaotob (yang diajak berbicara/orang kedua), Ghaib
(yang tidak ada di tempat/orang ketiga).

Contoh: 

Mutakallim     : ‫َأنَا‬  ( Saya) dan  ُ‫ ( نَحْ ن‬Kami).

Mukhotob     : َ‫َأ ْنت‬  ( Kamu ) dan  ‫ ( َأ ْنتُ ْم‬Kalian ).

Ghaib        : ‫هُ َو‬  (Dia) dan  ‫ ( هُ ْم‬Mereka ).

Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili
penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang. 

Contoh:

‫ َأحْ َم ُد يَرْ َح ُم اَْألوْ الَ َد‬    = Ahmad menyayangi anak-anak.

  ‫ ه َُو يَرْ َح ُمهُ ْم‬        = Dia menyayangi mereka.

Pada contoh di atas, kata ‫ ُد‬N‫ َأحْ َم‬diganti dengan ‫ َو‬Nُ‫ ( ه‬dia), sedangkan ‫( اَألوْ الَد‬anak-anak)
diganti dengan ‫ ( هُ ْم‬mereka). Kata ‫ هُ َو‬dan ‫ هُ ْم‬dinamakan Dhamir atau Kata Ganti. Menurut
fungsinya, ada dua golongan Dhamir yaitu:

1) DHAMIR RAFA' ( ‫ض ِميْر َر ْفع‬


َ ) yang berfungsi sebagai Subjek.

2) DHAMIR NASHAB ( ‫ض ِميْر نَصْ ب‬


َ ) yang berfungsi sebagai Objek. 

Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak
dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat. Dalam kalimat: ‫هُ َو‬
‫ ( يَرْ َح ُمهُ ْم‬Dia menyayangi mereka):

 - Kata ‫( هُ َو‬dia) adalah Dhamir Rafa', sedangkan


-Kata‫(هُ ْم‬mereka)adalahDhamirNashab.
B.    Pembagian Isim Dhomir

Dhomir secara sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:

1)      Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti
huruf Taa’ pada kata kerja ‫ت‬ُ ‫ ( قُ ْم‬Aku telah berdiri ). Al-Bariz dari segi bersambung dan
tidaknya terbagi menjadi dua yaitu :

1.      Al-Muttashil, yaitu Dhomir yang bersambung dengan lafazh sebelumnya. Lebih
jelas kita katakan bahwa Dhomir jenis ini tidak mungkin digunakan untuk mengawali
ucapan, contohnya:

َ ‫( َأ‬Ia memuliakanmu).
huruf Yaa’ pada kata ‫( اِ ْبنِ ْي‬Anakku) dan huruf Kaaf pada kata َ‫كر َمك‬
Dhomir-dhomir seperti ini tidak mungkin ada di awal kalimat.

2.      Al-Munfashil, yaitu Dhomir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga
bisa digunakan untuk mengawali ucapan dan bisa diletakkan setelah harf.

 Contoh: َ ‫( َأنا‬Saya) yang bisa digunakan untuk mengawali ucapan seperti: ‫( َأنَا ُمْؤ ِم ٌن‬Saya
seorang mu’min) atau bisa juga diletakkan setelah harf, seperti: ‫( َما قَا َم ِإالَّ َأنَا‬Tidak ada yang
berdirikecualisaya).

2)      Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi
bisa diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir َ‫( َأ ْنت‬Kamu) dalam kata ‫قُ ْم‬
(Berdirilah!) yang meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan
bahwa Dhomir yang dimaksud adalah َ‫ َأ ْنت‬karena kata perintah pasti ditujukan untuk
orang kedua. Al-Mustatir terbagi menjadi dua:

1.      Al-Mustatir yang wajib, yaitu yang tidak mungkin digantikan oleh Isim Zhahir
(Isim biasa yang bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.

2.      Al-Mustatir yang boleh, yaitu yang bisa digantikan oleh Isim Zhahir (Isim biasa
yang bukanDhomir)ataupunDhomirMunfashil.

 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

    Dari materi diatas, dapat disimpulkan bahwa, kalimat didalam bahasa Arab, terbagi
menjaditiga bagian di antaranya:
ISIM ( ‫) اِسْم‬    = setiap lafadz yang menerangkan kepada nama orang, atau nama hewan,
atau benda mati.
FI'IL ( ‫) فِعْل‬    = setiap lafadz yang menerangkan tentang pekerjaan di masa- masa yang
khusus.
 HARF ( ‫ رْ ف‬N‫ = ) َح‬setiap Setiap lafadz selain Isim dan Fi’il, atau bisa diartikan kata
sambung, kata penghubung, kata tanya tugas.

       Definisi Isim Dhomir adalah tiap Isim yang dibuat untuk mewakili Mutakallim
(pembicara/orang pertama), Mukhaotob (yang diajak berbicara/orang kedua), Ghaib
(yang tidak ada di tempat/orang ketiga).

    Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhomir Nashab tidak
dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat. Dhamir secara
sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:

1)      Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti
huruf Taa’ pada kata kerja ‫ت‬ُ ‫ ( قُ ْم‬Aku telah berdiri ).

2)      Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi
bisa diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir َ‫( َأ ْنت‬Kamu) dalam kata ‫قُ ْم‬
(Berdirilah!) yang meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan
bahwa Dhomir yang dimaksud adalah َ‫ َأ ْنت‬karena kata perintah pasti ditujukan untuk
orang kedua.

    Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan bentuk kata kerja
itu sendiri. Apakah kata kerja lampau, sekarang, atau perintah.

B.     Saran

    Alhamdulillahirabbil’aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini, hendaklah


kita selalu mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, dari ilmu kita
bisa melakukan hidup ini dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan selesainya penulisan
makalah ini, semoga bisa bermanfaat untuk pembelajaran bahasa Arab nantinya. Aamiin.
    
DAFTAR PUSTAKA

Mukhtarot – Ringkasan kaidah kaidah bahasa arab; Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron.
Penerbit Al Furqon. Gersik.
Mulakhos Qowaidul Lughoh Al Arobiyyah (‫ – )ملخص قواعد اللغة العربية‬Fuad Ni’mah Bab
Dhomir hal 113 – 118.
Zakaria Ahmad. 2004. Ilmu Nahwu Praktis, al- kalimah, Ibnu Azka press. Tarogong,
Garut.
Zakaria Aceng, 2004, “Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam”. Garut : ibn azka.

Sumber lain :
http://fajarhafidz.blogspot.co.id/2013/12/makalah-ad-dhomir.html
Belajar bahasa Arab, Arab Indo.co.nr
َّ ‫ال‬/
http://qonitah.com/kata-kata-ganti- ‫ض َماِئ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai